• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP DAN TINDAKAN BELA NEGARA SISWA ETNIK TIONGHOA DAN POLA PEMBINAANNYA (Studi Survei Cross Sectional Terhadap Siswa SMA di Kota Pekanbaru).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP DAN TINDAKAN BELA NEGARA SISWA ETNIK TIONGHOA DAN POLA PEMBINAANNYA (Studi Survei Cross Sectional Terhadap Siswa SMA di Kota Pekanbaru)."

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

SIKAP DAN TINDAKAN BELA NEGARA SISWA ETNIK TIONGHOA DAN POLA PEMBINAANNYA

(Studi Survei Cross Sectional Terhadap Siswa SMA di Kota Pekanbaru)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyusunan Tesis Pada Program Studi Pendidikanpendidikan Kewarganegaraan

Universitas Pendidika Indonesia

Oleh

JAMALUDIN 1201476

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

SIKAP DAN TINDAKAN BELA NEGARA SISWA ETNIK TIONGHOA DAN POLA PEMBINAANNYA

(Studi Survei Cross Sectional Terhadap Siswa SMA di Kota Pekanbaru)

Oleh Jamaludin

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana

© Jamaludin 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

SIKAP DAN TINDAKAN BELA NEGARA SISWA ETNIK TIONGHOA DAN POLA PEMBINAANNYA

(Studi Survei Cross Sectional Terhadap Siswa SMA di Kota Pekanbaru)

Oleh: JAMALUDIN NIM. 1201476

Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I

Prof. Dr. Ace Suryadi, M.Sc.,Ph.D. NIP. 19510725 197803 1 001

Pembimbing II

Dr. Kokom Komalasari, M.Pd. NIP. 19721001 200112 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia

(4)
(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Sikap Dan Tindakan Bela Negara Siswa Etnik Tionghoa Dan Pola Pembinaanya (Studi Survei Cross

Sectional Terhadap Siswa SMA Di Kota Pekanbaru). Ini beserta seluruh isinya

adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuwan yang berlaku dalam masyarakat keilmuwan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuwan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juli 2014

Yang membuat pernyataan,

(6)

KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur maka Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul, “Sikap dan Tindakan Bela Negara Siswa Etnik Tionghoa dan Pola Pembinaannya (Studi Survei Cross Sectional Terhadap Siswa SMA di Kota Pekanbaru) ”. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian tesis ini fokus masalahnya mengkaji mengenai hal-hal yang mempengaruhi sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa di Kota Pekanbaru serta bagaimana pola pembinaan yang dilakukan untuk membentuk sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa di Kota Pekanbaru tersebut

Penulis menyadari dalam penyusunan tesis ini banyak sekali mengalami kekurangan sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif guna perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan penulis hasil penelitian ini mempunyai nilai manfaat bagi pembaca, khususnya dalam rangka pengembangan keilmuwan Pendidikan Kewarganegaraan

Bandung, Juli 2014

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan tesis ini penulis banyak menemui kesulitan, Namun demikian, kesulitan-kesulitan tersebut dapat penulis atasi, berhubung banyaknya berbagai pihak yang membantu, antara lain:

1. Kedua orang tua tercinta yang selalu mendoakan, mendampingi, mengarahkan, memotivasi setiap langkah penulis serta memberikan dorongan moral dan materiil yang tidak terhingga untuk penulis hingga terselesaikan tesis ini

2. Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed., selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

3. Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed., selaku ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

4. Prof. Dr. Ace Suryadi, M.Sc., Ph.D., selaku Pembimbing I penulis.

5. Dr. Kokom Komalasari, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik serta pembimbing II penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan yang telah membimbing penulis selama perkuliahan sampai selesainya penyusunan tesis ini.

7. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat dituliskan satu persatu.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala Amiin.

Bandung, Juli 2014

(8)

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Jamaludin (1201476). Sikap Dan Tindakan Bela Negara Siswa Etnik Tionghoa Dan Pola Pembinaanya (Studi Survei Cross Sectional Terhadap Siswa SMA Di Kota Pekanbaru).

Penelitian ini mengkaji mengenai sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa di Kota Pekanbaru dan pola pembinaan yang dilakukan untuk pembentukan sikap dan tindakan bela negara. Secara teoritik sikap dan tindakan bela negara merupakan sikap dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan yang dilandasi oleh kecintaan terhadap

tanah air serta kesadaran hidup berbangsa dan bernegara”. Secara konstitusional

bentuk-bentuk sikap dan tindakan bela negara diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 mengenai pembinaan kepribadian unggul, wawasan kebangsaan dan bela negara. Sedangkan pola pembinaan sikap dan tindakan bela negara merupakan bagian dari pembentukan rasa nasionalisme Adapun tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan sikap dan tindakan bela negara dan pola pembinaannya, karakteristik siswa etnik Tionghoa serta faktor-faktor determinan seperti guru, lingkungan sekolah dan peer group serta pengaruhnya dalam pembentukan sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa di SMA kota Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif melalui pendekatan penelitian survei Cross Sectional dengan menggunakan

simple random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan

dokumentasi yang diolah menggunakan analisis deskriptif persentase dan analisis korelasi. Hasil temuan yang didapat adalah sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dengan kategori baik penjabaran indeks prestasinya 69%. Pola pembinaan sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dengan kategori baik penjabaran indeks prestasinya 74%. Karakteristik siswa etnik Tionghoa dikaji dari etnosentris dan eksklusif dengan kategori baik penjabaran indeks prestasinya 74%. Faktor-faktor determinan seperti guru, lingkungan sekolah dan peer group yang berkontribusi dalam pembentukan sikap dan tindakan bela negara siswa etnik tionghoa dengan kategori baik penjabaran indeks prestasinya 73%. Pengujian analisis korelasinya yaitu pola pembinaan sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa berpengaruh signifikan terhadap pembentukan sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dengan nilai korelasi 0,745. Dapat disimpulkan bahwa kecenderungan sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dipengaruhi oleh pola pembinaan yang diselenggarakan di sekolah, sementara kontribusi guru kurang berperan secara maksimal sebagai media peningkatan sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa. Peer group sebagai lintas pergaulan dalam kultur sekolah cenderung masih eksklusif dan etnosentris.

(9)

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACK

Jamaludin (1201476). Attitudes and Actions Defense State Ethnic Tionghoa Students And Devolepment Patterns (Cross Sectional Survey Study Of High School Students In Pekanbaru).

(10)

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(11)

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xii

BAB I Pendahuluan ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 14

C.Perumusan Masalah ... 15

D.Tujuan Penelitian ... 15

E. Manfaat Penelitian ... 16

F. Struktur Organisasi Tesis ... 17

BAB II Sikap dan Tindakan Bela Negara Siswa Etnik Tionghoa dan Pola Pembinaannya ... 18

A.Keamanan Nasional ... 18

B. Konsep Bela Negara ... 22

C.Bela Negara Sebagai Salah Satu Bentuk Nasionalisme ... 30

D.Nasionalisme Siswa dalam Sikap dan Tindakan Bela Negara ... 36

E. Tinjauan tentang Sekolah Etnis Tionghoa ... 39

F. Penelitian Relevan ... 44

G.Kerangka Berpikir dan Hipotesis ... 46

BAB III Metodologi Penelitian ... 48

A.Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 48

B. Desain dan Metode Penelitian ... 49

C.Teknik Sampling ... 51

D.Operasional Variabel ... 51

(12)

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Validitas dan Realibilitas Instrumen ... 60

G.Teknik Pengumpulan Data ... 65

H.Teknik Pengolahan Data ... 66

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 70

A.Gambaran Umum Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 70

B. Deskripsi Hasil Penelitian... 79

1. Karakteristik Siswa Etnik Tionghoa di Kota Pekanbaru ... 79

2. Sikap dan Tindakan Bela Negara Siswa Etnik Tionghoa di Kota Pekanbaru ... 86

3. Pola Pembinaan Sikap dan Tindakan Bela Negara Siswa Etnik Tionghoa di Kota Pekanbaru ... 93

4. Faktor Determinan Pembentukan Sikap dan Tindakan Bela Negara Siswa Etnik Tionghoa di Kota Pekanbaru ... 101

5. Dampak pola pembinaan yang dilakukan terhadap sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa di Kota Pekanbaru, Karakteristik Siswa, dan Faktor Determinan Pembentukan Sikap dan Tindakan Bela Negara terhadap Sikap dan Tindakan Bela Negara Siswa Etnik Tionghoa di Kota Pekanbaru ... 106

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 110

1. Karakteristik Siswa Etnik Tionghoa di Kota Pekanbaru ... 110

2. Sikap dan Tindakan Bela Negara Siswa Etnik Tionghoa di Kota Pekanbaru ... 114

3. Pola Pembinaan Sikap dan Tindakan Bela Negara Siswa Etnik Tionghoa di Kota Pekanbaru ... 116

4. Faktor Determinan Pembentukan Sikap dan Tindakan Bela Negara Siswa Etnik Tionghoa di Kota Pekanbaru ... 120 5. Pengaruh Sikap dan Tindakan Bela Negara Siswa

(13)

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Karakteristik Siswa, dan Faktor Determinan dalam Pembentukan Sikap dan Tindakan Bela Negara siswa

Etnik Tioghoa di Kota Pekanbaru ... 124

... BAB V Simpulan dan Rekomendasi ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 134

Lampiran Kisi-Kisi dan Instrumen... 139

Lampiran Angket ... 147

Lampiran Data Variabel Karakteristik Siswa ... 154

Lampiran Data Variabel Pola Pembinaan Sikap dan Tindakan Bela Negara ... 158

Lampiran Data Variabel Faktor Determinan Pembentkan Sikap dan Tindakan Bela Negara Siswa Etnik Tionghoa Di Kota Pekanbaru ... 166

Lampiran Data Sikap dan Tindakan Bela Negara ... 170

(14)

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jumlah Populasi SMA Kelas XI Etnik Tionghoa Di Kota Pekanbaru ... 49

Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrument Variabel X1 (Karakteristik Siswa Etnik Tionghoa di Pekanbaru) ... 53

Tabel Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Variabel X2 (Pola Pembinaan Siswa Etnik Tionghoa di Pekanbaru) ... 54

Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Variabel X3 (Faktor Determinan Pola Pembinaan Sikap dan Tindakan Bela Negara Siswa Etnik Tionghoa di Pekanbaru) ... 57

Tabel 3.5. Kisi-kisi Instrumen Variabel Y (Bela Negara Siswa Etnik Tionghoa di Pekanbaru) ... 58

Tabel 3.6. Hasil Pengolahan Data Uji Coba Instrumen Variabel Karakteristik Siswa Etnik Tionghoa di Pekanbaru ... 61

Tabel 3.7. Hasil Pengolahan Data Uji Coba Instrumen Variabel Pola Pembinaan Siswa Etnik Tionghoa di Pekanbaru ... 62

Tabel 3.8. Hasil Pengolahan Data Uji Coba Instrumen Variabel Faktor Determinan Pola Pembinaan Sikap dan Tindakan Bela Negara Siswa Etnik Tionghoa di Pekanbaru ... 63

Tabel 3.9. Hasil Pengolahan Data Uji Coba Instrumen Variabel Bela Negara Siswa Etnik Tionghoa di Pekanbaru ... 63

Tabel 3.10. Hasil Pengolahan Data Uji Coba Instrumen untuk Reliabilitas ... 65

Tabel 3.11. Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi ... 68

Tabel 4.1. Perangkat Pemerintahan Kota Pekanbaru Tahun 2014 ... 71

Tabel 4.2. Jumlah Etnis Penduduk Di Kota Pekanbaru ... 74

Tabel 4.3. Profil SMA Swasta Di Kota Pekanbaru ... 77

Tabel 4.4. Jumlah Siswa Etnik Tionghoa Di SMA Swasta Kota Pekanbaru ... 79

Tabel 4.5. Kualitas Sikap Bela Negara Siswa SMA Etnik Tionghoa di Kota Pekanbaru ... 80

(15)

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.7. Kualitas Pola Pembinaan Sikap dan Tindakan Bela Negara Siswa SMA

Etnik Tonghoa Di Kota Pekanbaru ... 87

Tabel 4.8. Karakteristik Siswa Pernyataan Positif SMA Etnik Tionghoa di Kota Pekanbaru ... 89

Tabel 4.9. Karakteristik Siswa Pernyataan Negatif SMA Etnik Tionghoa di Kota Pekanbaru ... 93

Tabel 4.10. Faktor Determinan Pembentukan Sikap dan Tindakan Bela Negara Siswa SMA Etnik Tinghoa Di Kota Pekanbaru ... 102

Tabel 4.11. Korelasi Variabel Karakteristik Siswa, Pola Pembinaan, dan Faktor determinan terhadap sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa di Pekanbaru ... 106

Tabel 4.12. Kelayakan Dalam Model Regresi ... 109

Tabel 4.13. Koefisien Determinasi (R2) ... 109

(16)

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 47

Grafik 4.1 Etnosentris 1 ... 82

Grafik 4.2 Etnosentris 2 ... 83

Grafik 4.3 Eksklusif 1 ... 84

Grafik 4.4 Eksklusif 2 ... 85

Grafik 4.5 In Group Feeling ... 86

Grafik 4.6 Sikap Bela Negara Siswa Etnik Tionghoa di Pekanbaru ... 88

Grafik 4.7 Tindakan Bela Negara Siswa Etnik Tionghoa di Pekanbaru ... 92

Grafik 4.8 Pola Pembinaan Sikap Peduli ... 95

Grafik 4.9 Pola Pembinaan Sikap Solidaritas ... 96

Grafik 4.10 Pola Pembinaan Kesadaran Siswa ... 97

Grafik 4.11 Pola Pembinaan Kebanggaan Terhadap Bangsa... 98

Grafik 4.12 Pola Pembinaan Terhadap Kepeduliaan Sosial ... 99

Grafik 4.13 Pola Pembinaan Semangat Gotong Royong ... 100

Grafik 4.14 Dampak Pola Pembinaan ... 101

Grafik 4.15 Guru Sebagai Faktor Determinan Pembentukan Sikap dan Tindakan Bela Negara ... 103

Grafik 4.16 Peer Group sebagai Faktor Determinan Pembentukan Sikap dan Tindakan Bela Negara ... 104

(17)

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 3.1. Jalur Penelitian ... 69 Diagram 4.1 Nilai Korelasi antara Pola Pembinaan, Karakteristik Siswa, serta Faktor

(18)

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 bertekad bulat untuk membela, mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan, serta kedaulatan negara dan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945. Tekad tersebut kemudian dinyatakan dengan tegas dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 bahwa “Negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia”. Pemaknaan “segenap bangsa” dapat diartikan warganegara secara

menyeluruh yang meliputi rakyat dan pemerintah.Sedangkan “tumpah darah Indonesia” dapat dimaknai sebagai wilayah Indonesia, yang termaktub dalam

Pancasila sila ke-3 “Persatuan Indonesia”.

Dalam mewujudkan tujuan negara yang tercantum dalam pembukaan UUD NRI 1945 dan Pancasila diperlukan peran serta warga negara dalam bidang pertahanan dan kemanan negara. Secara yuridis termuat dalam Pasal 27 ayat 3 UUD NRI 1945tentang setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan pasal 30 ayat 1-5 UUD NRI 1945 tentang pertahanan dan keamanan negara. Sedangkan UU Nomor 3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara pasal 9 ayat 2 tentang “keikutsertaan warga negara dalam usaha pembelaan negara diselenggarakan melalui Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), pelatihan dasar kemiliteran, pengabdian sebagai prajurit TNI secara suka rela ataupun wajib dan pengabdian sesuai dengan profesi”.

Upaya pembelaan negara kaitannya dengan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu pilar yang harus dibangun dalam menjaga eksistensi negara, Kerr (Winataputra dan Budimansyah, 2012:5):

(19)

2

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Melihat pendapat sebagaimana dijelaskan di atas, Pendidikan Kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggungjawabnya sebagai warganegara, dan secara khusus, peran pendidikan termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran, dan belajar, dalam proses penyiapan warganegara tersebut.

Pendidikan Kewarganegaraan atau istilah Amerika Serikat disebut dengan

civic education yang menjadifokus kajian Pendidikan Kewarganegaraan terletak

pada upaya konsolidasi melalui pembelajaran yang mengarah kepada tujuan dan kebutuhan negara sesuai dengan falsafah dan ideologi yang menjadi landasan berfikir dalam sistem kenegaraannya, kemudian civic study melihat kondisi masyarakat mejemuk dan multikultural yang dianggap rawan konflik sosial mengidentifikasikan memunculkan kesensitifan SARA (suku, agama, ras dan antar golongan).

Selanjutnya Kerr (Winataputra dan Budimansyah, 2012:5) berpandangan sama bahwa secara ontologis studi PKn mencakup mata pelajaran “citizenship,

civis, social sciences, social studies, world studies, society, studies of society, slife skills, and moral education” serta mata pelajaran lain yang relevan, yakni:

“history, geography, economics, law, politics, environmental studies, values education, religious studies, language, and science” artinya bahwa PKn sebagai suatu domain pendidikan yang bersifat multidimensional dan tersebar secara programatik dalam keseluruhan tatanan kurikulum. Karena itu, hadirnya Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wadah yang tersistemik atau kurikuler atas dasar cita-cita dan harapan negara dalam mempertahankan negaranya, upaya penjebatanan sosialisasi sebagai media keberagaman multietnik atau etniknation yang tertuang dalam pembelajaran pendidikan multikulturalisme mengupayakan agar terintegrasi semua ranah kultur, budaya, ras, agama, dan golongan menjadi kesatuan dan persatuan masyarakat yang seutuhnya.

(20)

3

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengaruh multimental (India, Cina, Belanda, Portugis, Hinduisme, Budhaisme,

Konfusianisme, Islam, Kristen, Kapitalis, dan sebagainya)”. Kemudian Geertz menyatakan “Indonesia adalah sejumlah bangsa dengan ukuran, makna, dan karakter yang berbeda-beda yang melalui sebuah narasi agung yang bersifat historis, ideologis, religius, atau semacam itu disambung-sambung menjadi sebuah struktur ekonomi dan politik bersama”.

Pendidikan Kewarganegaraan dengan pemahaman pluralistik yang sadar akan kebersamaan dan tujuan cita-cita bangsa dijadikan sebagai upaya preventif konflik yang terjadi dalam tatanan masyarakat yang kompleks dalam menyongsong peradaban globalisasi, arus globalisasi membawa dampak positif dan negatif jika saja tidak ada pengendali ruang publik maka antara kosmopolitas dengan etnisitas rentan sekali terjadi gesekan yang menimbulkan konflik, misalnya masalah etnis Tionghoa di Indonesia. Beberapa hasil penelitian yang mengkaji tentang pemasalahan tersebut dengan konsentrasi pembahasan merujuk pada rasa nasionalisme sebagai wadah pluralistik, menjadikan dasar negara akan tantangan dampak kemajemukan SARA.

(21)

4

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Etnis Tionghoa di Indonesia bukan dari kelompok minoritas homogen melainkan adanya perbedaan latar kebudayaan dan sejarah.Suryadinata (2002:2) “penduduk Tionghoa terdiri dari kelompok.Kelompok paling umum ialah kaum peranakan yang kebudayaannya sudah mengindonesia dan kaum totok yang masih tebal ketionghoaannya”. Lambat laun jumlah kaum peranakan makin bertambah, sedangkan kaum totok makin berkurang, jika tidak bisa dikatakan sudah senyap sama sekali. Kelompok etnis Tionghoa yang berbeda ini juga memiliki pikiran politik berlainan.Namun, yang paling mempengaruhi pikiran politik Tionghoa adalah kebijakan negara zaman kolonial, karena dasar politiknya berdasarkan ras, maka politik etnis Tionghoa berkisar pada ras.Setelah Indonesia merdeka, karena aliran asimilatif mulai menonjol, bahkan dominan pikiran politik masyarakat Tionghoa juga mengarah kesana.Namun perbedaan pikiran politik tidak pernah lenyap.Dengan timbulnya demokratisasi, pikiran politik etnis Tionghoa pun mulai lebih beraneka ragam.

Selanjutnya Suryadinata (2002:17) “orang Tionghoa terbagi atas

peranakan dan totok”.Peranakan adalah orang Tionghoa yang sudah lama tinggal di Indonesia dan umumnya sudah berbaur.Mereka berbahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari dan bertingkah laku seperti pribumi.Sedangkan Totok adalah pendatang baru, umumnya baru satu sampai dua generasi dan masih berbahasa Tionghoa.Namun dengan terhentinya imigrasi dari daratan Tiongkok, jumlah totok sudah menurun dan keturunan totok pun telah mengalami

peranakanisasi.Karena itu, generasi muda Tionghoa di Indonesia sebetulnya

sudah menjadi peranakan atau keturunan.

(22)

5

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1900 sebelum perang dunia II hingga reformasi, orientasi politik etnis Tionghoa menganggap dirinya hanya sebagai penduduk, sementara Hindia Belanda (Hwa Chiao) menganggap etnis Tionghoa sebagai Nederlandsch Onderdaan (Kaula negara Belanda).

Setelah Indonesia merdeka, banyak etnis Tionghoa menjadi warga negara Indonesia. Pemimpin etnis Tionghoa turut berpartisipasi dalam kancah politik di negara Republik Indonesia dengan membentuk berbagai macam organisasi politik untuk melindungi kepentingan mereka seperti Chung Hwa Hwee, tahun 1948 berdiri Persatuan Demokrat Tionghoa Indonesia (PDTI), tahun 1954 Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki). Badan ini memperjuangkan persamaan status hak yang menyatakan entis Tionghoa ingin diakui sebagai rakyat Indonesia. Sampai pada akhirnya memberntuk sekolah pertama dengan namaTiong Hoa Hwe Koan (THHK) yang dibentuk pada tgl 17 maret 1900 atas inisiatif kaum peranakan di Batavia.

Permasalahan Tionghoa tidak kunjung selesai walaupun Indonesia sudah merdeka setengah abad lebih, asumsi ini dikarenakan persoalan mendasar tentang Identitas Tionghoa yang masih dipertanyakan yaitu orang Tionghoa masih mempertahankan kebudayaan asing, tidak memiliki identitas Indonesia, ada juga yang mengatakan bahwa orang Tionghoa hanya setengah berbaur, belum seratus persen yaitu mereka masih belum menjadi pribumi. Dalam pandangan banyak pribumi orang Tionghoa harus menjadi pribumi baru bisa diterima sebagai orang Indonesia.

(23)

6

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lahirnya UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaran dan UU No. 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis adalah merupakan perncerminan dari komitmen pemerintah untuk memberikan perlindungan, kepastian, dan kesamaan kedudukan didalam hukum pada semua warganegara untuk hidup bebas dari diskriminasi ras dan etnis. Suryadinata (2002:20) “konsep bangsa nationIndonesia yang ketat rigid, yaitu, konsep bangsa pribumi, merupakan suatu rintangan yang besar untuk masuknya orang Tionghoa, terutama peranakan Tionghoa kedalam wadah Indonesia”.Senada dengan Greetz (Anshory, 2008:2) “bangsa dijelaskan sebagai kumpulan orang dengan bahasa, darah, sejarah dan tanah.Selanjutnya bangsa seharusnya lebih dilihat sebagai civic-nation dari pada ethnic-nation.”

Renan (Loomba, 2003:252) mengatakan “suatu bangsa adalah suatu jiwa, suatu asas spiritual dan dari semua pemujaan leluhur yang paling absah, karena para leluhur telah menjadikan kita sebagamana kita sekarang, suatu masa lalu yang heroic, tokoh-tokoh besar, kejayaan inilah yang menjadi modal sosial yang menjadi dasar suatu gagasan kebangsaan”. Oleh karena itu adanya sistem yang menciptakan nilai-nilai sosial dari perjuangan leluhur yang merupakan hasil kebudayaan yang patut dilestarikan dan dijaga keutuhannya.Senada dengan Hobsbawm dan Ranger (Loomba, 2003:253) bahwa:

Bagaimana tradisi itu tidak tradisonal sama sekali, melainkan terus menerus diciptakan dan diciptakan kembali baik oleh kolonialisasi maupun nasionalis yang terus-menurus saling terlibat dalam ciptaan-ciptaan masing-masing untuk memperkuat atau menentang otoritas, tentu saja bukan hanya tradisi, malahan bangsa-bangsa itu sendiri di berbagai bagian dunia terjajah telah diciptakan oleh kaum kolonialisasi. Bangsa ciptaan baru ini mengubah konsepsi-konsepsi sebelumnya tentang komunitas, atau masa lalu.

(24)

7

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam menjaga eksistensi baik secara teritorial, ideologi, dan kedaulatan Negara Republik Indonesia. Ditegaskan menurut Anderson (2008:8) sebagai berikut:

bangsa atau nasional adalah komunitas politisi dan dibayangkan sebagai sesuatu yang bersifat terbatas secara inheren sekaligus berkedaulatan, bangsa adalah sesuatu yang terbayang karena anggota bangsa terkecil sekali pun tidak bakal tahu dan takkan kenal sebagian besar anggota lain, tidak akan bertatap muka dengan mereka itu, bahkan tidak pernah mendengar tentang mereka.

Pengaruh kolonial Hindia Belanda membawa masa transisi nasionalisme, catatan sejarah bangsa Indonesia mengemukakan semangat nasionalisme dipicu adanya ketidakpuasan atas penindasan para penjajah kolonial. Keselarasan adalah pandangan penting dalam budaya politik dalam bentuk kebangkitan nasional, embrio semangat nasionalisme telihat dari pergerakan Boedi Oetomo yang dijadikan sebagai titik balik satu abad Kebangkitan Nasional 20 mei 1908 kemudian menjadi sebuah pergerakan yang sangat integratif dikalangan pemuda dengan semangat kesatuan dan persatuan yang terdiri dari jong-jong kalangan pemuda yang mewakili tiap-tiap daerah memuat sebuah ikrar dengan nama

sumpah pemuda 28 Oktober 1928.

Sumpah pemuda adalah sebuah pilar utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia karena dalam sumpahnya sebagai kritalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya Negara Indonesia. Melalui proses semangat nasonalisme maka keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia dicetuskan pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan proklamasi kemerdekaan kedaulatan Negara Republik Indonesia.

(25)

8

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mengisi kemerdekaan dapat dikatakan sebagai usaha bela negara, sebab melalui usaha-usaha positif dalam mengisi kemerdekaan dapat membuat keberlangsungan Indonesia sebagai sebuah negara dapat tetap dipertahankan dan senantiasa mampu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa ditengah kerasnya tantangan globalisasi yang justru mengikis rasa kebangsaan dan kecintaan warganegara terhadap tanah airnya.

Peran warganegara khususnya pelajar sebagai estapet perubahan dituntut memiliki reaktifitas pribadi berkemauan, berkemampuan, dan berkomitmen dalam aspek hak dan kewajiban sebagai warganegara untuk berpartisipasi dalam stabilisasi nasional dengan usaha pembelaan negara sebagai wujud eksistensi negara.Orientasi usaha pembelaan negara berkaitan dengan upaya mempertahankan negara dari ancaman dan gangguan yang disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal sehingga pembelaan negara sangat penting dilakukan oleh setiap warganegara.

Hal ini mengarah kepada kelangsungan hidup bangsanya agar tetap terpelihara dengan baik, untuk itu sikap dan perilaku setiap warganegaranya harus memcerminkan dan menanamkan nilai-nilai luhur kebangsaan.Jika warganegara bersifat aktif dan peduli terhadap kemajuan bangsanya maka kelangsungan hidup bangsa akan tetap terpelihara. Sebaliknya jika warga negara tidak peduli terhadap persoalan yang dihadapi bangsanya kelangsungan hidup bangsa akan terancam dan cepat atau lambat negara akan bubar, dikarenakan banyaknya persoalan negara yang memudarkan Negara Republik Indonesia.

Thomas Hobbes pernah melukiskan kehidupan manusia sebelum adanya Negara yaitu manusia merupakan serigala bagi manusia lainnya “Homo Homini

Lupus” dan perang manusia lawan manusia “Bellum Omnium Contra Omne”.

(26)

9

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pelestarian nilai kebangsaan mengakibatkan adanya dorongan (motivasi) untuk berbuat dan bertindak dalam menegakkan serta mengisi kemerdekaan dengan pembangunan, dan ini membutuhkan peran untuk semua kalangan terutama didunia pendidikan. Sejarah perjuangan bangsa juga memberi bukti yang nyata bahwa hanya dengan semangat persatuan dan kesatuan, rasa cinta tanah air, kesadaran bela negara serta wawasansebagai satu bangsalah yang memungkinkan kita mampu menjaga dan menegakkan kemerdekaan NRI sampai sekarang.Untuk itu, seluruh warganegara harus mempunyai semangat pembelaan yang tangguh terhadap eksistensi NRI, dimana hal ini lazim disebut sebagai semangat usaha pembelaan negaramaka harus ditanamkan kepada seluruhwarganegara secara dini, terpadu dan teruji disemua strata kehidupan bermasyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Budimansyah (2010:139) “anak adalah warganegara hipotetik, yakni warganegara yang “belum jadi” Karena masih harus dididik menjadi warganegara dewasa yang sadar akan hak dan kewajibannya”.

Mempersiapkan cikal bakal akanlebih optimal apabila ditanamkan secara dini dimana warga negara itu sudah mulai nalar daya pikirnya dan ini berarti sasaran atau obyeknya adalah generasi muda atau kaum pelajar dalam lingkup pendidikan. Menurut Henderson (Sadulloh, 2012:55) “pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir”.

(27)

10

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Amanat UU No 20 Tahun 2003 sangat jelas bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah mengembangkan potensi diri peserta didik menjadi kemampuan dengan dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan, kepribadian, akhlak mulia, dan kemandirian. Sebagai peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan satuan pendidikan tertentu. Fenomena yang tampak saat ini justru generasi muda tampak seperti kehilangan kepribadian sebagai anak bangsa, seiring dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang maka secara otomatis pola pikir manusia mengalami perubahan.

Hal ini dianggap beresiko tinggi ketika pengaruh itu bisa membawa pada kesemrawutan bangsa ini oleh karena itu peran pendidikan dituntut adanya inovasi moderenisasi yang dapat mengimbangkan atau dapat menimbulkan perubahan secara kualitatif seiring globalisasi untuk lebih baik. Menurut Sa’ud (2008 : 20) “inovasi moderenisasi keduanya merupakan perubahan sosial, perbedaannya hanya pada penekanan ciri dari perubahan itu”. Maka tanggung jawab inovasi ini diantaranya terletak pada penyelenggaran pendidikan di sekolah, dimana guru berperan utama dan bertanggung jawab terhadap siswa maupun masyarakat melalui pendidikan.

(28)

11

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Senada dengan Brownhill (Affandi, 2009:23) ”Melalui metode edukasi dimaksudkan untuk menanamkan dasar yang kuat dalam berpolitik seperti melalui kurikulum persekolahan salah satunya melalui pendidikan kewarganegaraan”. Dari ontologi Pendidikan Kewarganegaraan tentang objek kajian yang dicerna oleh manusia dengan daya tangkap berfikir, bertanya, lalu menjawab dalam perilaku bermasyarakat yang berbangsa dan bernegara menghantarkan pada nilai-nilai standar tatanan sosial.Budimansyah & Suryadi (2008:19) menjelaskan Pendidikan kewarganegaraan terdiri atas aspek idiil, instrumental dan praksis.

Idiil PKn adalah landasan kerangka filosofik yang menjadi titik tolak dan sekaligus sebagai muaranya pendidikan kewarganegaraan di Indonesia yang tertuang dalam UUD 1945 dan UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional serta perundang-undanganya lainnya yang relevan. Instrumental PKn adalah sarana programatik kependidikan yang sengaja dibangun dan dikembangkan untuk menjabarkan substansi aspek-aspek idiil tentang kurikulum, bahan ajar, guru, media dan sumber belajar, alat belajar, dan lingkungan. Praksis PKn adalah perwujudan nyata dari sarana programatik pendidikan yang kasat mata, yang pada hakikatnya merupakan konsep, prinsip, prosedural, nilai, dalam PKn sebagai dimensi interaksi belajar dikelas dan atau diluar kelas, pergaulan sosial-budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang memberi dampak edukatif kewarganegaraan.

Objek pengembangan dalam bentuk orientasi pada masyarakat majemuk dikaitkan dengan PKn mengarah pada ranah sosial-psikologis ini dilihat dari potensi keseluruhan manusia misalnya dalam perkembangan baik secara kompetensi atau kemampuan itu disajikan dalam bentuk pengetahuan untuk kebermanfaatannya baik untuk dirinya dan atau lingkunganya.Senada dengan Hamidi & Lutfi (2010:73) “pada hakikatnya Pendidikan Kewarganegaraan berkaitan dengan warganegara dan Negara.Oleh sebab itu, perlu suatu pemahaman yang holistik dan komprehensif mengenai Pendidikan Kewarganegaraan yang sesungguhnya”.

(29)

12

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan pengabdian sesuai dengan profesi”. Pendidikan kewarganegaraan sebagai wadah yang tersistemik atau kulikuler atas dasar cita-cita dan harapan negara dalam mempertahankan negaranya, upaya penjebataan sosialisasi keberagaman multietnik atau ethnic nation yang tertuang dalam pembelajaran pendidikan multikulturalisme mengupayakan agar terintegrasi semua ranah kultur, budaya, ras, agama, dan golongan menjadi kesatuan dan persatuan masyarakat yang seutuhnya.Melihat kondisi masyarakat mejemuk atau multikultural yang dianggap rawan konflik sosial mengidentifikasikan memunculkan kesensitifan SARA.

Dari beberapa hasil penelitian yang mengkaji tentang pemasalahan nasionalisme menjadikan ketertarikan penulis untuk mengkaji lebih dalam tentang bagaimana nasionalisme menjadikan kesiapan sebuah negara yang siap akan tantangan globalisasi dalam peran dan tanggung jawab pendidikan. Pada tahun 1900 Berdirinya perkumpulan etnis Tionghoa THHK berkembang pesat dengan membawa perubahan sebutan “Tjina menjadi Tionghoa” yang dipengaruhi oleh nasionalisme Tiongkok, menggunakan istilah itu untuk menyatakan solidaritas mereka dengan pribumi yang kemudian mengubah tradisi dan adat istiadat kaum Tionghoa peranakan yang boros dan berlebihan dalam mengadakan pesta pernikahan, adat perkabungan, dan upacara pemakaman sesuai dengan ajaran Konghuchu.

Organisasi THHK menjadi perintis sekolah swasta di Hindia belanda (Indonesia) yang dibentuk pada tahun 1900 yang menjadi contoh untuk mewujudkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia, pada masa Soekarno sekolah ini dipecah menjadi dua yaitu Pa Hoa untuk murid berstatus warga negara asing dan sekolah JPP (jajasan pendidikan dan pengadjaran) untuk pengantar bahasa Indonesia dan mengikuti kurikulum yang ditetapkan oleh kementrian pendidikan, pengajaran dan kebudayaan RI untuk siswa yang berstatus warganegara Indonesia.

(30)

13

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ditutup oleh pemerintah Orde Baru dan matilah sekolah THHK/Pa Hoa. Perbedaan antara sekolah THHK/Pa Hoa dengan sekolah Terpadu Pahoa terjadi karena perbedaan zaman rezim yang memimpin.

THHK/Pa Hao didirikan pada zaman hindia belanda tahun 1900 sedangkan sekolah Terpadu Pahoa didirikan setelah reformasi pada tahun 2008, dengan perbedaan yang paling signifikan yaitu; tentang ajaran konghuchu, pelajaran bahasa Tionghoa, menjadi sekolah nasional. Pendidikan sekolah formal untuk etnikTionghoa menjadikan sebuah wadah yang para generasi muda sebagai estapet generasi sebelumnya.Faktanya pasca reformasi kalangan mereka sudah bisa merambah kesegala penjuru lini kehidupan masyarakat dari ekonomi, politik, dan sosial budaya bahkan bisa menajadi publik figur dimasyarakat.

Jusuf (2013:156) “pasca reformasi sekolah terpadu Pahoa dapat berdiri dan berkembang karena ditunjang oleh empat pilar yang kokoh yaitu perkumpulan pancaran hidup, PT Pahoa, yayasan pendidikan dan pengajaran Pahoa (YPP Pahoa), dan para karyawan administrator sekolah yang handal serta guru-guru yang kompeten”. Visi dan misi sekolah terpadu Pahoa sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam undang-undang no 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional.

Berdasarkan ketentuan UU Nomor 3 Tahun 2002 siswa yang mengikuti mata pelajaran PKn disekolah dapat dikatakan telah ikut serta dalam upaya pembelaan negara dalam menjaga keutuhan negara dengan merealisasikan sikap bela negaranya seperti mengikuti organisasi OSIS, Pramuka, PMR, PASKIBRAKA, penghayatan dalam mengikuti pelaksanaan upacara bendera, selalu mamakai produk dalam negeri, melestarikan budaya bangsa, mendukung kebijakan pemerintah, belajar keras dan lain sebagainya yang sifatnya membangun kemajuan suatu bangsa.

(31)

14

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sehingga siswa kurang menghayati pelaksanaan upacara bendera, mestinya penghayatan dalam pelaksanaan upacara bertujuan untuk mengenang betapa besar jasa para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan negara kita. Siswa masih kurang aktif dalam organisasi di sekolah seperti OSIS, Pramukadan Paskibra. Dalam berbusana di luar sekolah siswa lebih suka bergaya ala barat, berpakaian seksi, hal ini tentu bertolak belakang dengan kepribadian dan budaya bangsa Indonesia.

Berdasarkan permasalahan diatas serta hasil kajian terhadap beberapa literatur, maka pengembangan judul dan teori penelitian yang akan penulis lakukan mengarah pada fenomena aktivitas bela negara etnis Tionghoa dalam konteks sekolah.Mengingat, beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sebagian besar mengkaji ikhwal tersebut dalam konteks masyarakat.

Untuk itu penulis ingin mengetahui potret sikap dan tindakan bela negara secara umum siswa etnikTionghoa dilembaga pendidikan khususnya di SMA kota Pekanbaruyang murid-muridnya mayoritas keturunan Tionghoa, untuk itu penulis tertarik untuk mengangkat penelitian dengan judul “Sikap dan Tindakan Bela NegaraSiswa Etnik Tionghoa dan Pola Pembinaannya (SurveiCross Sectional terhadap Siswa SMA di Kota Pekanbaru)”.

B. Identifikasi Masalah

(32)

15

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Perumusan Masalah

Penjabaran identifikasi masalah di atas maka penulis memfokuskan kajian dalam penelitian ini dengan membatasi masalah ke dalam beberapa rumusan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah karakteristik siswa SMA etnik Tionghoa di kota Pekanbaru? 2. Bagaimanakah gambaran sikap dan tindakan bela negara para siswa SMA

etnik Tionghoa di kota Pekanbaru?

3. Bagaimanakah gambaran pola pembinaan sikap dan tindakan bela negara para siswa SMA etnik Tionghoa di kota Pekanbaru?

4. Apa saja faktor-faktor determinan terhadap pembentukan sikap dan tindakan bela negara pada siswa SMA etnik Tionghoa di kota Pekanbaru?

5. Bagaimanakah dampak pola pembinaan, karakteristik siswa, dan faktor-faktor determinan di sekolah terhadap sikap dan tindakan bela negara para siswa SMA etnik Tionghoa di kota Pekanbaru?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengkajihal-hal yang berkontribusi dalam membentuk sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa di kota Pekanbaru. Selain tujuan umum, penelitian ini mempunyai tujuan yang lebih khusus sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi dan mengkaji karakteristik siswa SMA etnik Tionghoadi kota Pekanbaru.

2. Untuk mengidentifikasi dan mengkaji gambaran mengenai sikap dan tindakan bela negara pada siswa SMA etnik Tionghoa di kota Pekanbaru.

(33)

16

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Untuk mengidentifikasi dan mengkaji faktor-faktor determinan terhadap pembentukan sikap dan tindakan bela negara pada siswa SMA etnik Tionghoa di kota Pekanbaru.

5. Untuk mengidentifikasi dan mengkajidampak pola pembinaan, karakteristik siswa, dan faktor-faktor determinan di sekolah terhadap sikap dan tindakan bela negara para siswa SMA etnik Tionghoa di kota Pekanbaru.

E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran dan penguatan terhadap pembinaan sikap dan tindakan bela negara pada siswa etnik Tionghoa yang pada akhirnya menemukan suatu formulasi untuk diterapkan di sekolah, khususnya melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan atau program sekolah.

2. Secara Praktis

Harapan terbesar peneliti dari pelaksanaan penelitian ini memiliki manfaat praktis, yaitu;

a. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa baik secara teori maupun praktek melalui pendidikan di sekolah.

b. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam upaya pembinaan sikap dan tindakan bela negara siswa etnis Tionghoa melalui program-program sekolah.

c. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam menemukenali strategi yang dapat dilakukan di kelas dalam rangka pembinaan sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa. d. Bagi universitas, hasil penelitian dapat bermanfaat bagi para pemikir

(34)

17

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Struktur Organisasi Tesis

Bab I menyajikan latar belakang masalah yang memberi konteks munculnya masalah; identifikasi dan perumusan masalah; tujuan penelitian; kegunaan penelitian; dan struktur organisasi tesis.

Bab II menyajikan kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesa penelitian.Kajian pustaka berisikan deskripsi, analisis konsep, teori-teori, dan penelitian terdahulu yang relevan mengenai penelitian pendidikan kewarganegaraan dalam kaitannya dengan bela negara.Kerangka pemikiran disajikan untuk menggambarkan cakupan pola penelitian peneliti.

Bab III mengenai metode penelitian yang menguraikan lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian dan justifikasi pemilihan desain penelitian, metode penelitian dan justifikasi penggunaan metode penelitian tersebut, definisi operasional yang dirumuskan dalam setiap indikator, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya, serta analisis data.

Bab VI menyajikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian dan analisis temuan.

(35)

18

Jamaludin, 2014

(36)

48

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

48 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan SampelPenelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah SMA etnik Tionghoa di kota Pekanbaru yang terdiri dari lima sekolah, antara lain; SMAS Dharmaloka, SMAS Djuwita, SMAS Kalam Kudus Pekanbaru, SMAS Kusuma, SMAS Witama Nasional Plus.

Alasan delapan SMA tersebut dijadikan lokasi penelitian, didasarkan pada hasil pra penelitian yang dilakukan penulis bahwa sekolah tersebut memiliki kultur budaya secara mayoritas siswanya keturunan etnik Tionghoa. Selain itu, sekolah tersebut memiliki sarana dan prasarana yang mumpuni untuk mendukung proses pembinaan siswa baik dalam aktivitas kulikuler maupun ekstrakulikuler.

Dari pemikiran tersebut, peneliti ingin mengkaji sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa serta pola pembinaan yang dilakukan oleh sekolah baik melalui program sekolah, proses pembelajaran di kelas dankultur sekolah, maupun melalui kegiatan ekstrakurikuler.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa etnik Tionghoa yang tersebar di beberapa SMA di kota Pekanbaru. Peneliti memerlukan beberapa jumlah sekolah sebagai sumber yang dianggap relevan untuk memperkaya hasil penelitian yaitu SMAS etnik Tionghoa yang dominan siswanya adalah keturunan Tionghoa yang secara keseluruhan status sekolahnya dibawah pimpinan badan yayasan. Harapannya adalah dapat memberikan sejumlah informasi yang diperlukan peneliti dalam menjawab beberapa hal terkait dengan tujuan penelitian.

(37)

49

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SMA kelas XI etnik Tionghoa di kota Pekanbaru sebagaimana dijelaskan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1.Jumlah Populasi SMA Kelas XI EtnikTionghoa DiKota Pekanbaru

No Nama Sekolah Populasi Murid kelas

XI

Sampel

1 SMAS Dharmaloka 83 50

2 SMAS Djuwita 20 12

3 SMAS KalamKudusPekanbaru 94 56

4 SMAS Kusuma 42 25

4 SMAS Witama Nasional Plus 20 12

Total 259 155

Sumber :Lembaran validasi data individual SMA tahun pelajaran 2013/2014 Dinas Pendidikan Provinsi Riau

Berdasarkan tabel diatas maka dari seluruh jumlah populasi kelas XI yaitu 259 siswa maka ditetapkan sampelnya berdasarkan tabel Krejcie-Morgan maka jumlah sampelnya adalah 155 siswa yang dianggap dapat mewakili keadaan atau kondisi populasi (Tukiran, 2012:175). Perhitungan setiap sampel untuk setiap sekolah diambil dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut:

Sampel setiap sekolah= Populasi Murid x Total Sampel Total Populasi

B. Desain dan Metode Penelitian 1. Desain Penelitian

(38)

50

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Many labels have been used to distinguish between traditional research methods and these new methods: positivistic versus postpositivistic research; scientivic versus artistic research; confirmatiry versus discovery-oriented research; quantitative versus interpretive research; quantitative versus qualitative research. The quantitative-qualitative distinction seem most widely used. Both quantitative researchers and qualitative researcher go about inquiry in different ways”

Dari uraian di atas dapat digambarkan bahwa desain kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

2. Metode Penelitian

Selain desain penelitian sebagaimana dijelaskan di atas, penulis juga membutuhkan metode yang tepat dalam mengumpulkan informasi berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.Terkait dengan hal tersebut, penulis memilih surveidengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yakni suatu pengumpulan data yang dilakukan terhadap sampel yang berjumlah besar pada suatu waktu yang bersamaan.Pemilihan metode tersebut dikarenakan peneliti ingin mengetahui dan mengkaji sikap dan tindakan bela negara siswa etnikTionghoa di Kota Pekanbaru.

Creswell (2010:18) “penelitian survei berusaha memaparkan secara kuantitatif cenderung, sikap, atau opini dari suatu populasi tertentu dengan meneliti satu sampel dari populasi tersebut”.Selanjutnya iamenjelaskan bahwa dari sampel tersebut, peneliti melakukan generalisasi atau membuat klaim-klaim tentang populasi itu.

(39)

51

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Tukiran (2012:5) “penelitian survei dalam bentuk deskriptif dimaksudkan untuk mengukur dengan cermat fenomena sosial tertentu”. Tujuannya penelitian survei menurut Babbie (Creswell, 2010:19) “untuk menggeneralisasikan populasi berdasarkan sampel yang sudah ditentukan”.

Berangkat dari beberapa pendapat sebagaimana dijelaskan diatas, diharapkan peneliti dapat menggambarkan hasil penelitian secara sistematis dan komprehensif mengenai sikap dan tindakan bela negara yang ditunjukan siswa etnis Tionghoa serta pola pembinaan yang dilakukan di sekolah yang akan dipaparkan melalui tabel persentase.

C. Teknik Sampling

Peneliti selanjutnya memilih subjek yang akan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik simple random sampling, alasannya karena populasi tersebut berasal dari populasi yang bersifat relatif homogen, maka tidak perlu menggunakan cara khusus dalam penentuan jumlah sampel.

Simple random samplingmerupakan teknik pengambilan sampel secara

acak.Creswell (2010:220) menjelaskan bahwa memilih sampel acak (random

sample) dimana di dalamnya setiap individu dalam populasi memiliki

kemungkinan yang sama untuk dipilih. Senada denganSugiyono (2012:88) bahwa “jika populasi bersifat homogen, maka tidak perlu menggunakan teknik khusus dalam penentuan jumlah sampel”.

D. Operasional Variabel

Operasional variabel merupakan rujukan yang digunakan dalam penelitian sehingga penelitian lebih terarah dan fokus untuk mengkaji masalah yang akan diteliti. Terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis mengenai sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya maka perlu dijelaskan batasan daripada sikap dan tindakan bela negara.

(40)

52

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

variabel independennya adalah sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa. Setiap operasional variabel dijelaskan sebagai berikut:

Pola pembinaan (X1) yang dimaksud pola pembinaan dalam penelitian ini dijelaskan menurut Wiriaatmadja (2011:6) bela negara merupakan salah satu bagian dari nasionalisme, bahwanasionalisme sebagai “sense of belonging

terhadap tanah air, merasakan diri sebagai bagian dari tanah air, peduli terhadap masa depan negerinya, membangun solidaritas, dan kesadaran kolektif bermasyarakat bangsa”.

Karakteristik siswa etnik Tionghoa (X2) dijelaskan menurut Renant (Musa, 2011:62) bahwa “bangsa tidak dapat disamakan dengan kesatuan manusia yang didasarkan atas persamaan ras (etnis)”, selanjutnya Suryadinata (2002:24) menegaskan bahwa “kerusuhan sering terjadi karena perpecahan kelompok elit, dimana salah satu kelompok elit ingin menggunakan konflik etnis untuk meninmba keuntungan oleh karena itu menjaga stabilitas politis penting bagi keselamatan dan kesejahteraan minoritas Tionghoa”.

Dijelaskan juga oleh Siswono (Musa, 2011:65) mengenai semangat hidup

bersama sebagai “aktualisasi dari rasa kebangsaan yang berupa gagasan, pikiran,

yang bersifat nasional dimana suatu bangsa secara bersama-sama memiliki cita-cita kehidupan berbangsa dan tujuan nasional yang jelas, paham kebangsaan ini bersifat dinamis dan berkembang yang dipengaruhi oleh lingkungan”.

Faktor determinan dalam pembentukan sikap dan tindakan bela negara siswa (X3) beberapa faktor yang berperan dalam pengembangan nasionalisme siswadi sekolah dalam upaya bela negara menurut Dewantara (Hartoto, 2008:1) menjelaskan bahwa “dalam lingkungan sekolah, guru memegang peranan penting dalam pembentukan sikap peserta didik, namun bukan berarti guru menjadi satu-satunya faktor penentu dalam pembentukan sikap peserta didik,kondisi fisik sekolah dan hubungan peserta didik”.

(41)

53

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendidikan Nasional Nomor 39 tahun 2008 tanggal 22 juli 2008 tentang bentuk-bentuk sikap dan tindakan bela negara.

E. Instrumen Penelitian

Sebagai acuan dalam proses pengumpulan data penelitian, peneliti memerlukan instrumen sebagai alat pengumpulan data. Instrumen penelitian disusun berdasarkan variabel-variabel penelitian sebagaimana dijelaskan dalam masalah penelitian. Intrumen sebagaimana dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2. Kisi-kisi InstrumenVariabel X1

(Karakteristik Siswa Siswa Etnik Tionghoa Di Kota Pekanbaru)

No Indikator Pertanyaan Penelitian No Soal

Instrument Skala Likert

1-4 1 Etnosentris Bangga sebagai seorang

Tionghoa daripada Indonesia

Komunikasi sehari-hari terjalin secara harmonis, baik dengan siswa Tionghoa maupun pribumi

Enggan bergaul dengan siswa pribumi

1

2

3

2 Eksklusif Senang menyendiri daripada bersosialisasi

Saling menghargai dengan siswa pribumi terjalin dengan baik

Membuat atau tergabung dalam komunitas siswa Tionghoa

(42)

54

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran kelompok tidak hanya dengan siswa Tionghoa

8

Sumber : diolah oleh Peneliti (2014).

Tabel 3.3.Kisi-kisi Instrumen Variabel X2

(Pola Pembinaan Siswa Etnik Tionghoa Di Kota Pekanbaru) No Indikator Pertanyaan Penelitian No

Soal siswa terhadap nasib bangsa lebih menghargai orang lain bangga terhadap bangsa (sense of pride)

Pola pembinaan yang dilakukan membuat siswa memiliki rasa keterpautan dan rasa memiliki (sense of belonging)

31

(43)

55

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Indikator Pertanyaan Penelitian No Soal

Instrument Skala Likert 1-4 Pola pembinaan yang

dilakukan membuat siswa memiliki harga diri, kebersamaan, dan keterkaitan (sense of solidarity) warga masyarakat yang sedang mengalami bencana alam

Melakukan

(44)

56

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(45)

57

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Indikator Pertanyaan Penelitian No Soal

Instrument Skala Likert 1-4 penggalangan dana

untuk membantu korban bencana alam

Sumber : diolah oleh Peneliti (2014)

Tabel 3.4. Kisi-kisi InstrumenVariabel X3

(Faktor Determinan Pola Pembinaan Siswa Etnik Tionghoa Di kota Pekanbaru )

No Indikator Pertanyaan Penelitian mengajar variatif dan inovatif aspek intelektual dan emosi peserta didik

56

57

(46)

58

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Indikator Pertanyaan Penelitian

Mengikuti gaya hidup teman-teman sekolah yang baik

Hubungan peserta didik dengan peserta didik lainnya yang

Sumber : diolah oleh Peneliti (2014)

Tabel 3.5. Kisi-kisi InstrumenVariabel Y

(Bela Negara Siswa Etnik Tionghoa Di Kota Pekanbaru)

No Indikator Pertanyaan Penelitian No Soal luhur, kepeloporan, dan

9

(47)

59

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(48)

60

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengetahuan dan sesuai dengan tugasnya masing-masing psikotropika, dan zat adiktif (narkoba),

Sumber : diolah oleh Peneliti (2014)

F. Validitas dan Realibilitas Instrumen 1. Uji Validitas

(49)

61

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

oleh Sugiyono (2007:348) bahwa instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.

Untuk menghitung validitas, menurut Muhidin (2007:31) dapat menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Person.

rxy = n∑xy- (∑xi)(∑yi) {n∑xi2– (xi)2} {n∑xi2-(yi)2} Keterangan:

r = Koefisien item validitas yang dicari n = Banyaknya responden

x = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item y = Skor total

∑X = Jumlah skor dalam distribusi X ∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y

∑X2

= Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X

∑Y2

= Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y

Keputusan pengujian validitas responden menggunakan taraf signifikasi sebagai berikut:

a. Jika nilai rhitung lebih besar atau sama dengan (≥) nilai rtabel, maka item instrumen dinyatakan valid.

b. Jika nilai rhitung lebih kecil (<) dari nilai rtabel, maka item instrumen dinyatakan tidak valid.

Nilai rtabel dalam penelitian ini dengan jumlah responden 155 adalah 0.157. Maka hasil uji coba validitas dalam penelitian ini digambarkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.6.Hasil Pengolahan Data Uji Coba Instrumen untuk Validitas Variabel Karakteristik Siswa

No Soal Taraf Signifikansi Keterangan

1 .371** Valid

(50)

62

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3 .472** Valid

4 .477** Valid

5 .590** Valid

6 .502** Valid

7 .262** Valid

8 .467** Valid

Sumber: diolah oleh peneliti 2014 melalui program SPSS.20.

Tabel 3.7.Hasil Pengolahan Data Uji Coba Instrumen untuk Validitas Item Variabel Pola Pembinaan

No Soal Taraf Signifikansi Keterangan

27 .585** Valid

28 .588** Valid

29 -.639** Valid

30 .628** Valid

31 .755** Valid

32 .671** Valid

33 .643** Valid

34 .714** Valid

35 .740** Valid

36 .690** Valid

37 .549** Valid

38 .600** Valid

39 .356** Valid

40 .529** Valid

41 .496** Valid

(51)

63

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Soal Taraf Signifikansi Keterangan

43 .712** Valid

44 .714** Valid

45 .387** Valid

46 .396** Valid

47 .580** Valid

48 .529** Valid

49 .535** Valid

50 .738** Valid

51 .614** Valid

52 .711** Valid

53 .540** Valid

54 .367** Valid

55 .531** Valid

Sumber: diolah oleh peneliti 2014 melalui program SPSS.20.

Tabel 3.8.Hasil Pengolahan Data Uji Coba Instrumen untuk Validitas Item Faktor-Faktor Determinan

No Soal Taraf Signifikansi Keterangan

56 .740** Valid

57 .695** Valid

58 .791** Valid

59 .539** Valid

60 .681** Valid

61 .750** Valid

62 .703** Valid

Sumber: diolah oleh peneliti 2014 melalui program SPSS.20.

(52)

64

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Soal Taraf Signifikansi Keterangan

9 .442** Valid

10 .649** Valid

11 .611** Valid

12 .612** Valid

13 .523** Valid

14 .382** Valid

15 .460** Valid

16 .390** Valid

17 .643** Valid

18 .553** Valid

19 .680** Valid

20 .580** Valid

21 .656** Valid

22 .627** Valid

23 .683** Valid

24 .649** Valid

25 .580** Valid

26 .562** Valid

Sumber: diolah oleh peneliti 2014 melalui program SPSS.20. 2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah uji yang dimaksudkan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur dalam penggunaannya, atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Menurut Arikunto (1998:145): uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach, dimana suatu instrumen dapat dikatakan handal (reliabel) bila memiliki koefisien keandalan atau alpha sebesar 0,6 atau lebih.

(53)

65

Jamaludin, 2014

Sikap dan tindakan bela negara siswa etnik Tionghoa dan pola pembinaannya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dikatakan reliabel apabila nilai rhitung lebih besar dari rtebel dan jika item pertanyaan memiliki nilai rhitung yang lebih kecil atau sama dengan rtebel maka item pertanyaan tersebut tidak reliabel.

Keterangan rtabel untuk n= 155 dengan signifikansi 0,05 adalah 0,157 sehingga didapatkan variabel X1, X2, X3, dan Y reliabel dengan asumsi bahwa nilai Cronbach alpha (r hitung) > 0,157

Maka hasil uji coba reliabilitas dalam penelitian ini digambarkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.10.Hasil Pengolahan Data Uji Coba Instrumen untuk Reliabilitas No Variabel Cronbach's Alpha N of Items Reliabilitas 1 Karakteristik

Siswa

.392 8 Reliable

2 Pola Pembinaan

.915 29 Reliable

3 Faktor Determinan

.826 7 Reliable

4 Sikap dan Tindakan Bela Negara

.881 18 Reliable

Sumber: diolah oleh peneliti 2014 melalui program SPSS.20.

G. Teknik Pengumpulan Data

Gambar

Tabel 3.1.Jumlah Populasi SMA Kelas XI EtnikTionghoa DiKota Pekanbaru
Tabel 3.2. Kisi-kisi InstrumenVariabel X1
Tabel 3.3.Kisi-kisi Instrumen Variabel X2
Tabel 3.4. Kisi-kisi InstrumenVariabel X3
+7

Referensi

Dokumen terkait