Elisa, Evi. 2014
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN SUSU KEDELAI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN
SUSU KEDELAI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh
Evi Elisa
1001086
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Elisa, Evi. 2014
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN SUSU KEDELAI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN SUSU
KEDELAI
Oleh
Evi Elisa
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan paada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Evi Elisa 2014
Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang
Elisa, Evi. 2014
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN SUSU KEDELAI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
EVI ELISA
1001086
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN
SUSU KEDELAI
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I,
Dr. Momo Rosbiono, M.Pd, M.Si NIP. 195712111982031006
Pembimbing II,
Dr. H. Wahyu Sopandi, MA. NIP. 19660525199001001
Mengetahui,
Elisa, Evi. 2014
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN SUSU KEDELAI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Elisa, Evi. 2014
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN SUSU KEDELAI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Penelitian ini didasari oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa yang disebabkan oleh pembelajaran kimia yang hanya menekankan konsep dan penilaian pada aspek kognitif saja, tanpa ada keterkaitan dengan kehidupan nyata seperti fenomena ketidakstabilan susu kedelai. Penelitian ini bertujuan agar siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah dan mampu mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Subyek dalam penelitian ini adalah 76 siswa kelas XII IPA di salah satu SMA Negeri di Kabupaten Sukabumi. Instrumen penelitian terdiri dari Instrumen Penilaian Kinerja Guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang telah diadaptasi dengan menyisipkan aspek penting dari pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes, format penilaian kinerja siswa (lembar observasi sikap dan lembar penilaian uji kinerja), format penilaian LKS dan soal tes tentang kemampuan pemecahan masalah real life terkait konteks penanganan langu dan pengendapan susu kedelai yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes ditinjau dari kinerja guru dikategorikan sangat baik (97%) dan kinerja siswa dikategorikan sangat baik (94%). Kemampuan proses pemecahan masalah siswa dalam menjabarkan masalah dikategorikan sangat baik (89%), menyusun opini-opini dikategorikan baik (63%), merencanakan dan mengkontruksi percobaan dikategorikan sangat baik (82%), melakukan percobaan dikategorikan sangat baik (83%), menyimpulkan dikategorikan sangat baik (88%), dan mengabstraksi dikategorikan sangat baik (89%), serta mengkonsolidasi dikategorikan sangat baik (90%). Secara keseluruhan peningkatan hasil belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes berada dalam kategori tinggi (N-gain sebesar 0,9), sedangkan siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes berada dalam kategori sedang (N-gain sebesar 0,4). Setelah dilakukan uji statistik nonparametris, diketahui bahwa peningkatan hasil belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes berbeda secara signifikan dengan siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes.
Elisa, Evi. 2014
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN SUSU KEDELAI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
This study was based on the lack of problem-solving ability of students caused by chemical which only emphasizes learning concepts and assessment on cognitive aspects, without any connection to real-life as soy milk instability phenomena. This study aims to enable students to have the problem solving ability and are able to apply their knowledge in daily life. This study wasquasi-experimental design. The subjects were 76 students of class XII science in one of SMA Negeri in Sukabumi. The study instrument consisted of teacher performance assessment instruments in planning and implementing the learning that has been adapted by insertion on important aspects of Problem Based Learning (PBL) Mothes. The format of students assessment (observation sheet attitude and performance), assessment format worksheet and test question about the ability of solving real-life problems related context handling flavour and deposition of soy milk. The results showed that PBL Mothes categorized of the teachers performances are excellent (97%) and students performance are excellent (94%). The categorized of
ability process of student’s problem solving in describing the problem are excellent (89%), compiled those opinions are good (63%), plan and construct experiments are excellent (82%), experimenting are excellent (83%), making conclusion are excellent (88%), abstract are excellent (89%) , and consolidate are excellent (90%). Overall, the categorized of learning outcomes gain of students who accept problem based learning Mothes is high (N-gain = 0,9), and students without problem bassed learning Mothes is moderate (N-gain = 0,4). Based on the result of nonparametric statistic, it is known that learning outcomes gain of students who accept problem based learning Mothes is differ significantly with students without problem bassed learning Mothes.
Elisa, Evi. 2014
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN SUSU KEDELAI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 7
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 9
E. Manfaat Penelitian ... 9
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
A. Pembelajaran Berbasis Masalah ... 12
B. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Masalah Tipe Mothes ... 16
C. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah Tipe Mothes ... 19
1. Kegiatan Pendahuluan ... 20
2. Kegiatan Inti ... 20
3. Kegiatan Penutup ... 28
D. Penilaian Pembelajaran Berbasis Masalah Tipe Mothes ... 28
1. Penilaian Performa Guru ... 29
2. Penialian Performa Siswa ... 30
Elisa, Evi. 2014
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN SUSU KEDELAI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Masalah ... 31
2. Pemecahan Masalah ... 32
F. Hasil Belajar ... 32
G. Tinjauan Konteks Penanganan Langu dan Pengendapan Susu Kedelai ... 33
1. Susu Kedelai dan Kandungan Gizinya ... 33
2. Penanganan langu susu kedelai ... 34
3. Penanganan Pengendapan Susu Kedelai ... 35
4. Konsep Kimia Terkait Penanganan Langu dan Pengendapan Susu Kedelai ... 36
H. Penelitian yang Relevan ... 38
I. Asumsi ... 39
J. Hipotesis ... 40
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 42
B. Desain Penelitian ... 43
C. Definisi Operasional ... 47
D. Instrumen Penelitian ... 48
E. Teknik Pengumpulan Data ... 50
F. Pengolahan dan Analisis Data ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55
A. Keterlaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah tipe Mothes ... 55
1. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Masalah Tipe Mothes ... 56
2. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah Tipe Mothes Ditinjau dari Segi Guru ... 61
3. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah Tipe Mothes Ditinjau dari Segi Siswa ... 69
B. Kemampuan Proses Pemecahan Masalah Siswa ... 72
1. Tahap Penjabaran Masalah ... 73
2. Tahap Penyusunan Opini-opini ... 75
3. Tahap Perencanaan dan Kontruksi ... 79
4. Tahap Percobaan ... 84
5. Tahap Kesimpulan ... 87
6. Tahap Abstraksi ... 89
7. Tahap Konsolidasi ... 91
C. Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 98
1. Tahap Penjabaran Masalah ... 99
Elisa, Evi. 2014
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN SUSU KEDELAI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Tahap Perencanaan dan Kontruksi ... 112
4. Tahap Kesimpulan ... 120
5. Tahap Abstraksi ... 125
6. Tahap Konsolidasi ... 130
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 137
A. Simpulan ... 137
B. Saran ... 138
DAFTAR PUSTAKA ... 139
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 145
Elisa, Evi. 2014
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN SUSU KEDELAI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2. 1 Struktur pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes ... 21
2. 2 Kandungan susu kedelai, susu sapi dan air susu ibu per 100 gram... 34
3. 1 Format pedoman penilaian LKS ... 49
3. 2 Format pedoman penilaian butir soal ... 50
3. 3 Teknik pengumpulan data ... 51
3. 4 Skala kategori kemampuan ... 52
3. 5 Interpretasi nilai N-Gain ternormalisasi ... 54
4. 1 Hasil penilaian terhadap RPP pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes ... 56
4. 2 Hasil penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes ... 61
4. 3 Hasil penilaian sikap siswa ... 70
4. 4 Contoh hasil penilaian kinerja siswa ... 71
4. 5 Jawaban LKS-1 pada soal 1 ... 74
4. 6 Jawaban LKS-1 pada soal 2 ... 74
4. 7 Jawaban LKS-1 pada soal 3a ... 76
4. 8 Jawaban LKS-1 pada soal 3b ... 77
4. 9 Jawaban LKS-1 pada soal 3c ... 77
4. 10 Jawaban LKS-2 pada soal 1 ... 80
4. 11 Jawaban LKS-2 pada soal 2 ... 81
4. 12 Jawaban LKS-2 pada soal 3 ... 81
4. 13 Jawaban LKS-2 pada soal 4 ... 81
4. 14 Jawaban LKS-2 pada soal 5 ... 82
4. 15 Jawaban LKS-3 pada soal 1 ... 85
4. 16 Jawaban LKS-3 pada soal 2 ... 86
4. 17 Jawaban LKS-3 pada soal 3 ... 88
4. 18 Jawaban LKS-3 pada soal 4 ... 90
4. 19 Jawaban LKS-3 pada soal 5 ... 93
4. 20 Jawaban LKS-3 pada soal 6 ... 93
4. 21 Perbandingan jawaban siswa kategori peningkatan tinggi kelas eksperimen dan kontrol dalam menjabarkan masalah ...101
4. 22 Hasil penilaian kemampuan rata-rata siswa pada tahap penjabaran masalah ...103
Elisa, Evi. 2014
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN SUSU KEDELAI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. 24 Perbandingan jawaban siswa kategori peningkatan tinggi kelas eksperimen dan kontrol dalam menyusun opini-opini ...107 4. 25 Hasil penilaian kemampuan rata-rata siswa pada tahap penyusunan
opini-opini ...110 4. 26 Hasil uji beda rata-rata nilai N-Gain pada tahap penyusunan
Opini-opini ...111 4. 27 Perbandingan jawaban siswa kategori peningkatan tinggi kelas eksperimen
dan kontrol dalam menyusun perencanaan dan kontruksi ...114 4. 28 Hasil penilaian kemampuan rata-rata siswa pada tahap perencanaan dan
kontruksi ...118 4. 29 Hasil uji beda rata-rata nilai N-Gain pada tahap perencanaan dan kontruksi
...119 4. 30 Perbandingan jawaban siswa kategori peningkatan tinggi kelas eksperimen
dan kontrol dalam menyusun kesimpulan ...122 4. 31 Hasil penilaian kemampuan rata-rata siswa pada tahap kesimpulan ...124 4. 32 Hasil uji beda rata-rata nilai N-Gain pada tahap kesimpulan ...125 4. 33 Perbandingan jawaban siswa kategori peningkatan tinggi kelas eksperimen
dan kontrol dalam menyusun abstraksi ...128 4. 34 Hasil penilaian kemampuan rata-rata siswa pada tahap abstraksi ...129 4. 35 Hasil uji beda rata-rata nilai N-Gain pada tahap abstraksi ...130 4. 36 Perbandingan jawaban siswa kategori peningkatan tinggi kelas eksperimen
Elisa, Evi. 2014
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN SUSU KEDELAI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. 1 Tema pelajaran kimia yang dipelajari di SMA ... 6
2. 2 Susu kedelai ... 33
3. 1 Skema Quasi Eksperimen Tipe Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group Design ... 43
3. 2 Alur Penelitian ... 46
4. 1 Nilai Rata-rata Kinerja Siswa... 71
4. 2 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa pada Tahap Penjabaran Masalah ... 74
4. 3 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa pada Tahap Penyusunan Opini-opini .... 76
4. 4 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa pada Tahap Perencanaan dan Kontruksi 80 4. 5 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa pada Tahap Percobaan ... 85
4. 6 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa pada Tahap Kesimpulan ... 88
4. 7 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa pada Tahap Abstraksi ... 90
4. 8 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa pada Tahap Konsolidasi ... 92
4. 9 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Eskperimen pada Tahap Penjabaran Masalah ... 99
4. 10 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol pada Tahap Penjabaran Masalah ... 100
4. 11 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Eskperimen pada Tahap Penyusunan Opini-opini ... 105
4. 12 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol pada Tahap Penyusunan Opini-opini ... 106
4. 13 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Eskperimen pada Tahap Perencanaan dan Kontruksi ... 112
4. 14 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol pada Tahap Perencanaan dan Kontruksi ... 113
Elisa, Evi. 2014
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN SUSU KEDELAI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
... 126
4. 18 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol pada Tahap Abstraksi .... 127
4. 19 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol pada Tahap Konsolidasi 131 4. 20 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Eskperimen pada Tahap Konsolidasi ... 132
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 145
Lampiran A.2 Naskah Ajar ... 187
Lampiran A.3 Lembar Kerja Siswa ... 191
Lampiran B.1 Instrumen Penilaian Kinerja Guru (RPP) ... 211
Lampiran B.2 Instrumen Penilaian Kinerja Guru (Pelaksanaan Pembelajaran) 213 Lampiran B.3 Format Penilaian Lembar Kerja Siswa ... 217
Lampiran B.4 Lembar Observasi Sikap... 224
Lampiran B.5 Lembar Observasi Kinerja ... 234
Lampiran B.6 Soal Tes ... 237
Lampiran C.1 Hasil Validasi ... 243
Lampiran C.2 Hasil Penilaian Kinerja Guru (RPP) ... 257
Lampiran C.3 Hasil Penilaian Kinerja Guru (Pelaksanaan Pembelajaran) ... 259
Lampiran C.4 Hasil Penilaian Sikap Siswa ... 262
Lampiran C.5 Hasil Penilaian Kinerja Siswa ... 265
Lampiran C.6 Hasil Penilaian LKS pada Tahap Penjabaran Masalah ... 270
Lampiran C.7 Hasil Penilaian LKS pada Tahap Penyusunan Opini-opini ... 271
Lampiran C.8 Hasil Penilaian LKS pada Tahap Perencanaan dan Kontruksi ... 272
Lampiran C.9 Hasil Penilaian LKS pada Tahap Percobaan ... 273
Lampiran C.10 Hasil Penilaian LKS pada Tahap Kesimpulan ... 274
Lampiran C.11 Hasil Penilaian LKS pada Tahap Abstraksi ... 275
Lampiran C.12 Hasil Penilaian LKS pada Tahap Konsolidasi ... 276
Lampiran C.13Hasil Penilaian Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Tahap Penjabaran Masalah ... 277
Lampiran C.14Hasil Penilaian Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Tahap Penyusunan Opini-opini ... 281
Elisa, Evi. 2014
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN SUSU KEDELAI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lampiran C.16Hasil Penilaian Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Tahap
Kesimpulan ... 289
Lampiran C.17Hasil Penilaian Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Tahap Abstraksi ... 293
Lampiran C.18Hasil Penilaian Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Tahap Konsolidasi ... 297
Lampiran C.19 Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa 1 ... 301
Lampiran C.20 Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa 2 ... 305
Lampiran C.21 Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa 3 ... 310
Lampiran C.22 Rubrik Penilaian Soal Tes Pembelajaran Berbasis Masalah tipe Mothes ... 315
Elisa, Evi. 2014
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN SUSU KEDELAI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan suatu usaha pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam hal mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran. Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri, karena pendidikan yang tinggi dapat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas (Siswanto, 2012:1).
Kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam memiliki potensi yang besar dalam upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga dapat bersaing dalam era industri dan globalisasi seperti sekarang ini. Sayangnya, menurut pandangan siswa, kimia merupakan materi pelajaran yang cukup sulit untuk dipelajari dan kurang diminati. Hal ini dikarenakan konsep– konsep dalam ilmu kimia yang bersifat abstrak, sehingga diperlukan penalaran. Oleh sebab itu, di dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya siswa diajak untuk menghubungkan materi–materi pembelajaran yang ada dengan kehidupan sehari– hari, sehingga siswa lebih mudah memahami materi–materi tersebut. Dalam hal ini, ketika siswa menghubungkan peristiwa yang terjadi di lingkungan dengan konsep kimia, maka siswa membentuk suatu pengetahuan awal yang relevan dengan materi yang akan dipelajari (Sunyono, 2009:306).
2
masalah dalam kehidupan sehari-harinya. Namun pada kenyataannya, siswa di Indonesia umumnya hanya mampu mengingat fakta, terminologi dan hukum sains serta menggunakan pengetahuan sains yang bersifat umum. Dengan kata lain, siswa di Indonesia pada umumnya belum dapat mengaitkan konsep-konsep yang telah dipelajarinya untuk menyelesaikan masalah baru yang dihadapinya terutama masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (Nugroho, 2004).
Selain itu, berdasarkan hasil PISA (Programme for International Student
Assesment) pada tahun 2012, kemampuan matematika, membaca dan IPA siswa di
Indonesia menempati peringkat ke 64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam kegiatan ini (Gurria, 2014:5). Rendahnya prestasi siswa di Indonesia dalam PISA disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya lemahnya kemampuan pemecahan masalah soal level tinggi, sistem evaluasi di Indonesia yang masih menggunakan soal level rendah, siswa terbiasa memperoleh dan menggunakan pengetahuan matematika formal di kelas, kurang tersedianya soal-soal PISA dalam bahasa Indonesia, dan belum adanya website di Indonesia yang secara khusus menggunakan PISA online (Kertayasa, 2012:1). Dalam hal ini, yang menjadi perhatian penulis adalah rendahnya prestasi belajar siswa yang disebabkan oleh lemahnya kemampuan pemecahan masalah.
3
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa yang tidak sesuai dengan tujuan mata pelajaran kimia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya disebabkan oleh masih lemahnya proses pembelajaran dan pendekatan pembelajaran yang digunakan guru di lapangan. Dalam proses pembelajaran yang berlangsung, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi. Otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya dan mengintegrasikannya dengan kehidupan sehari–hari. Akibatnya, banyak lulusan sekolah yang pintar secara teori tetapi tidak pandai dalam mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya dalam kehidupan nyata. Dengan kata lain, pendidikan di Indonesia saat ini belum sepenuhnya mengarahkan siswa untuk menjadi manusia yang cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, serta menjadi manusia yang kreatif dan inovatif (Sudarman, 2007:1).
4
Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kriteria di atas adalah pendekatan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan berbagai situasi permasalahan yang autentik dan bermakna kepada siswa dan dapat berfungsi sebagai landasan bagi investigasi dan penyelidikan (Arends, 2012:396). Pembelajaran berbasis masalah juga merupakan pendekatan pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk memecahkan masalah yang merupakan permasalahan nyata (Hmelo–Silver, 2004:235). Selain itu, pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah yang ada dalam kehidupan nyata (autentik) sebagai motivasi belajar dan dalam proses pemecahan masalahnya menggunakan ilmu multidisipliner (Tan, 2003:29).
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), pertama kali diterapkan di Mc. Master University sebuah sekolah kesehatan di Kanada pada akhir 1960an (Graaff dan Kolmos, 2003:657). Kelebihan pembelajaran berbasis masalah adalah 1) realistis dengan kehidupan siswa; 2) konsep sesuai dengan kebutuhan siswa; 3) memupuk sifat inkuiri siswa; 4) retensi konsep menjadi kuat; 5) memupuk kemampuan problem solving. Dengan pembelajaran berbasis masalah, diharapkan pengetahuan kimia yang diperoleh siswa akan sangat aplikatif untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2010:96-97)
Pembelajaran berbasis masalah berlandaskan pada masalah autentik, yaitu suatu masalah yang sering ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Adapun masalah yang diangkat harus memiliki kriteria: 1) memerlukan banyak informasi; 2) tidak memerlukan waktu penyelesaian terlalu lama; 3) bersifat fleksibel dalam penyediaan sarana sumber penyelesaian; 4) membuka peluang untuk diperbaiki dan dikembangkan; dan 5) mengintegrasikan antara tuntutan dan keterampilan pemecahan masalah dan belajar konten (Koschmann, et all dalam Rosbiono, 2007:10)
5
meliputi enam skema dasar, yaitu 1) diskusi kelas; 2) pemulihan masalah pertanyaan; 3) pembentukan opini; 4a) desain percobaan; 4b) percobaan; 5) kesimpulan; 6) konsolidasi hasil intruksi (Rath, :8). Pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes terdiri dari delapan langkah pembelajaran, yaitu 1) langkah motivasi; 2) penjabaran masalah; 3) penyusunan opini-opini; 4) perencanaan dan kontruksi; 5) percobaan; 6) kesimpulan; 7) abstraksi; dan 8) konsolidasi pengetahuan melalui aplikasi dan praktek (Rosbiono, 2007:22).
Selain itu, keberhasilan dari pembelajaran berbasis masalah dalam berbagai penelitian yang dilakukan di dalam maupun luar negeri, menjadi dasar peneliti melakukan penelitian mengenai pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan proses pemecahan masalah dan hasil belajar siswa. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan Hasni pada tahun 2010 menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran berbasis masalah pada materi laju reaksi (Hasni, 2010:64), dan siswa kelas sembilan yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah mempunyai perbedaan peningkatan pemahaman dan hasil belajar yang signifikan dibandingkan siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran berbasis masalah pada materi gaya intermolekuler (Tarhan, et all:2007,293).
6
Gambar 1.1 Tema pelajaran kimia yang dipelajari di SMA Sumber : Mbajiourgu dan Reid (2006:18)
Masalah langu dan pengendapan pada susu kedelai merupakan masalah umum yang perlu diselesaikan dengan segera dan menyeluruh oleh seluruh lapisan masyarakat termasuk siswa, mengingat bahwa susu kedelai dapat dijadikan sebagai sumber protein alternatif pengganti susu sapi dengan harga yang lebih murah, sehingga mampu dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah langu dan pengendapan susu kedelai, salah satunya yaitu dengan menambahkan perisa atau essence yang terbukti dapat menghilangkan langu sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pramitasari (2010) dan penambahan emulsifier sintesis ke dalam susu kedelai yang terbukti dapat menurunkan laju pengendapan susu kedelai sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniasari dan Fithri (2010). Masalah tersebut kemudian diangkat dalam pembelajaran di kelas agar siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN SUSU KEDELAI.”
Bagaimana kimia mempengaruhi
masyarakat
- Anestesi (obat bius) - Obat-obatan - Baterai dan energi - Polusi
- Produksi makanan
Kimia dan gaya hidup masa kini
- Bahan kecantikan (kosmetik) - Warna dan dekorasi - Makanan dan minuman - Citarasa,
Pemanis, Zat aditif - Pembersih - Kimia dipstik
Kimia dan penciptaan kekayaan
- Industri musik - Teknologi silikon - Bahan kimia - Pertanian organik - Daur ulang
Kimia dan Hasil industri
- Transpor dan bahan bakar
- Logam dan plastik - Kimia untuk makanan - Kimia untuk pembersih - Kimia dan air
Isu-isu utama terkait dengan
kimia
- Penyalahgunaan bahan kimia
- Biodegradasi - Polusi
7
B.Identifikasi Masalah Penelitian
Permasalahan pada penelitian ini didasari oleh adanya kemajuan dalam era industri dan globalisasi yang menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang mampu bersaing dalam dunia internasional. Hal ini tentu saja berakibat pada dunia pendidikan yang dituntut untuk dapat menghasilkan SDM berkualitas, yang salah satu indikatornya adalah memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik. Permasalahannya, berdasarkan hasil PISA pada tahun 2012 siswa di Indonesia ternyata masih memiliki kemampuan pemecahan masalah yang rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya disebabkan oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran kimia tidak berangkat dari suatu permasalahan nyata yang dekat dengan kehidupan siswa, melainkan lebih kepada penyampaian konsep, teori, dan fakta dalam ilmu kimia melalui ceramah, sehingga siswa kurang terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya dalam memecahkan permasalahan dan mengaplikasikan konsep-konsep kimia yang dipelajarinya dalam kehidupan nyata (Redhana, 2003:3). Padahal sejatinya pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk (BSNP, 2006:177).
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa diharapkan dapat diatasi melalui pendekatan pembelajaran yang sesuai, yaitu melalui pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes. Penerapan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes selain diharapkan dapat meningkatkan kemampuan proses pemecahan masalah siswa, juga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui delapan tahapan pembelajaran yang didasarkan pada permasalahan kimia. Salah satu masalah kimia yang melibatkan ilmu kimia sebagai alat penyelesaiannya adalah masalah langu akibat kerja enzim lipoksigenase yang ada dalam biji kedelai dan pengendapan susu kedelai akibat emulsifier yang kurang stabil, sehingga dapat menurunkan kualitas susu kedelai.
8
Variabel terikat meliputi kemampuan proses pemecahan masalah dan peningkatan hasil belajar pemecahan masalah siswa. Variabel kontrol meliputi guru yang melaksanakan pembelajaran, alokasi waktu pembelajaran, dan materi ajar
C.Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah keterlaksanaan dan pengaruh pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes terhadap kemampuan proses dan peningkatan hasil belajar pemecahan masalah siswa SMA kelas XII IPA dalam konteks penanganan langu dan pengendapan susu kedelai?”.
Untuk lebih memperjelas arah penelitian, maka rumusan masalah di atas dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimanakah keterlaksanaan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes dalam konteks penanganan langu dan pengendapan susu kedelai ditinjau dari segi guru dan siswa?
2. Bagaimanakah kemampuan proses pemecahan masalah siswa kelas XII IPA yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes dalam konteks penanganan langu dan pengendapan susu kedelai?
9
D.Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang akan diteliti, maka tujuan dari penelitian ini adalah “Memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan dan pengaruh pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes terhadap kemampuan proses dan peningkatan hasil belajar pemecahan masalah siswa SMA kelas XII IPA dalam konteks penanganan langu dan pengendapan susu kedelai”.
Untuk lebih memperjelas tujuan penelitian, maka tujuan penelitian di atas dirinci menjadi beberapa tujuan penelitian sebagai berikut.
1. Memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes ditinjau dari segi guru dan siswa dalam konteks penanganan langu dan pengendapan susu kedelai.
2. Memperoleh informasi mengenai kemampuan proses pemecahan masalah siswa kelas XII IPA yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes dalam konteks penanganan langu dan pengendapan susu kedelai. 3. Memperoleh informasi mengenai ada atau tidaknya perbedaan peningkatan
hasil belajar pemecahan masalah siswa kelas XII IPA yang signifikan antara siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes dengan siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes dalam konteks penanganan langu dan pengendapan susu kedelai.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa, peneliti dan peneliti lain dalam hal sebagai berikut.
1. Bagi guru, dapat dijadikan gambaran nyata mengenai penerapan pembelajaran berbasis masalah yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah nyata dalam kehidupan, sehingga dapat dijadikan salah satu alternatif atau masukan dalam melaksanakan pembelajaran.
10
3. Bagi peneliti, diharapkan dapat meningkatkan kompetensi dan menambah pengetahuan dan pengalaman dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai pembelajaran berbasis masalah.
4. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat menjadi salah satu dasar dan masukan dalam pengembangan penelitian penerapan pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran kimia SMA.
F. Struktur Organisasi Skripsi
11
Elisa, Evi. 2014
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN SUSU KEDELAI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian dilakukan di salah satu SMA Negeri Kabupaten Sukabumi. Subyek yang dipilih adalah siswa kelas XII IPA 1 dan 2. Siswa masing-masing kelas kemudian dibagi menjadi delapan kelompok secara heterogen untuk melaksanakan diskusi dan percobaan untuk memecahkan masalah langu dan pengendapan susu kedelai. Subyek ini dipilih untuk dapat menjawab rumusan mengenai keterlaksanaan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes ditinjau dari segi siswa dan pengaruh pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes terhadap kemampuan proses pemecahan masalah serta peningkatan hasil belajar pemecahan masalah siswa dalam konteks penanganan langu dan pengendapan susu kedelai.
B. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi eksperimen tipe pretest-posttest nonequivalent control group. Peneliti berusaha mendeskripsikan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes dalam bentuk perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran ditijau dari segi guru dan siswa serta pengaruh pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa sesuai dengan situasi sebenarnya. Selain itu, peneliti juga berusaha membandingkan peningkatan hasil belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes dengan siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes terhadap peningkatan hasil belajar siswa terkait konteks pembelajaran yang dikaji, yaitu penanganan langu dan pengendapan susu kedelai.
43
mengenai efektivitas suatu perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen dan memungkinkan skor pretes digunakan sebagai kontrol statistik atau untuk generalisasi skor gain (Wiersma dan Jurs, 2009:169). Quasi eksperimen tipe
pretest-posttest nonequivalent control group design merupakan suatu penelitian
yang tidak bertumpu pada keacakan (randomness) dalam penugasan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diawali oleh pemberian pretes sebelum dilakukan perlakuan (treatment) dan postes setelah dilaksanakannya perlakuan (treatment) (Firman, 2013:8).
Adapun skema quasi eksperimen tipe pretest-posttest nonequivalent control
group design dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.1
Skema quasi eksperimen tipe pretest-posttest nonequivalent control group design Keterangan gambar.
O1 dan O3 : Tes awal (pretest) sebelum diberikan perlakuan
X1 : Perlakuan (treatment) pendekatan PBL tipe Mothes terhadap
kelompok eksperimen
X2 : Pembelajaran menggunakan model ceramah pada kelas kontrol
O2 dan O4 : Tes akhir (posttest) setelah diberikan pembelajaran
Prosedur yang dilaksanakan pada penelitian ini meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut. a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dalam penelitian ini, meliputi hal-hal sebagai berikut.
1) Identifikasi permasalahan kimia dan pembelajaran kimia yang cukup populer serta dapat diselesaikan melalui pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes.
O1 X1 O2
44
2) Analisis Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA 2006 mata pelajaran kimia.
3) Studi pustaka mengenai solusi alternatif pemecahan masalah dan konsep-konsep kimia terkait, serta studi pustaka mengenai pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes dari berbagai sumber bacaan baik dari buku-buku, jurnal penelitian maupun internet sebagai dasar dalam menyusun perangkat pembelajaran dan instrument penelitian.
4) Membuat perangkat pembelajaran berupa RPP dengan langkah pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes, naskah ajar dan Lembar Kerja Siswa terkait konteks penanganan langu dan pengendapan susu kedelai.
5) Membuat instrumen penelitian berupa Instrumen Penilaian Kinerja Guru, lembar observasi sikap dan kinerja, pedoman penilaian LKS, serta soal tes tertulis (pretes dan postes).
6) Menguji validitas konten dan konstruk perangkat pembelajaran dan instrumen yang digunakan.
7) Memperbaiki perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. 8) Mengurus perizinan sekolah tempat pelaksanaan penelitian.
9) Melakukan observasi ke sekolah yang dipilih menjadi sekolah penelitian. b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini, meliputi hal-hal sebagai berikut. 1) Pemberian pretes, untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada kedua
kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) dan penilaian RPP oleh observer. 2) Pemberian perlakuan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes untuk
kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional (ceramah) pada kelas kontrol.
3) Melakukan pengamatan proses pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes ditinjau dari kinerja guru dalam merealisasikan RPP dan siswa selama melaksanakan pembelajaran.
45
masalah tipe Mothes dengan siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes.
c.Tahap Akhir
Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini, meliputi hal-hal sebagai berikut. 1)Mengelola data hasil penilaian IPKG 1 dan 2, lembar observasi sikap dan
kinerja, lembar kerja siswa, serta tes tertulis. 2)Menganalisis hasil penelitian dan pembahasan 3)Membuat kesimpulan
46
Analisis SK-KD KTSP SMA 2006 Identifikasi Solusi Alternatif dan Analisis Materi Kimia Terkait Konteks Pembelajaran
Studi Pustaka mengenai Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembuatan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah tipe Mothes
Pembuatan Instrumen Penelitian
Uji Validitas
Perbaikan
Butir Soal
Pedoman Penilaian LKS Lembar Observasi
Pelaksanaan Pembelajaran Berbasai Masalah tipe Mothes
Pelaksanaan Postes
Pembahasan Hasil Penelitian
[image:30.792.57.760.87.541.2]Kesimpulan
Gambar 3.2 : Alur Penelitian IPKG 1 dan 2
Identifikasi Permasalahan Pembelajaran dan Permasalahan Kimia
Pelaksanaan Pretes Penilaian RPP
Pengisian Lembar Kerja Siswa Observasi Keterlaksanaan
Pembelajaran
47
C. Definisi operasional
Untuk menghindari adanya perbedaan persepsi dari kajian yang dilakukan, maka perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1. Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menjadikan masalah yang tidak terstruktur (masalah-masalah dunia nyata yang dekat dengan kehidupan siswa) sebagai titik awal pembelajaran, pembelajarannya berpusat pada siswa, siswa belajar dalam kelompok, sehingga mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa (Tan, 2003:30-31). Pembelajaran berbasis masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe Mothes.
2. Pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri atas delapan tahapan, yaitu: 1) motivasi; 2) penjabaran masalah; 3) penyusunan opini-opini; 4)perencanaan dan kontruksi; 5)percobaan; 6) kesimpulan; 7) abstraksi; dan 8) konsolidasi pengetahuan melalui aplikasi dan praktek (Rosbiono, 2007:22).
3. Hasil belajar merupakan suatu pernyataan siswa atas apa yang mereka tahu, pahami dan atau dapat mereka lakukan atau demonstrasikan pada akhir proses pembelajaran (Gosling dan Moon, 2001:31).
4. Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan seseorang dalam berupaya untuk mengatasi rintangan yang menghambat jalan menuju solusi (Reed dalam Sternberg, 2008:365).
5. Kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes yang diteliti mengikuti kemampuan siswa dalam memecahkan masalah real life terkait konteks penanganan langu dan pengendapan susu kedelai.
48
7. Kemampuan proses pemecahan masalah siswa dalam penelitian ini dilihat dari jawaban siswa dalam LKS.
8. Hasil belajar pemecahan masalah siswa dalam penelitian ini dilihat dari jawaban siswa dalam soal tes.
9. Susu kedelai adalah produk yang berasal dari ekstrak biji kacang kedelai dengan air atau larutan tepung kedelai dalam air, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain serta bahan tambahan makanan lain yang diizinkan (Cahyadi, 2009:27).
D. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG 1 dan 2), lembar observasi sikap dan kinerja siswa, format penilaian LKS serta butir soal.
1. Format Observasi Penilaian Kinerja Guru
49
2. Lembar Observasi Sikap dan Kinerja
Lembar observasi sikap dan kinerja digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama, yaitu memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes dari segi siswa. Lembar observasi sikap dan kinerja merupakan alat yang digunakan untuk melihat sikap dan kinerja siswa selama pembelajaran. Data yang diperoleh dari lembar observasi ini digunakan untuk menjelaskan keterlaksanaan pembelajaran dari segi siswa. Lembar observasi sikap dirancang mengacu pada sembilan karakter pembelajaran sedangkan lembar observasi kinerja dirancang mengacu pada keterampilan menggunakan alat-alat laboratorium.
3. Format Penilaian LKS
[image:33.595.114.507.528.601.2]Format penilaian LKS digunakan untuk menjawab rumusan masalah kedua, yaitu memperoleh infromasi mengenai pengaruh pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes terhadap kemampuan proses pemecahan masalah siswa. Format penilaian LKS merupakan alat yang digunakan untuk memberikan penilaian terhadap LKS yang telah diberikan pada siswa. Pedoman penilaian ini digunakan sebagai standar penilaian terhadap aspek-aspek yang diberikan dalam LKS. Adapun bentuk pedoman penilaian LKS ini berupa rubrik yang terdiri dari 5 kolom. Berikut disajikan rubrik yang akan dibuat.
Tabel 3.1 Format pedoman penilaian LKS
Tahapan pbl Nomor
soal Pertanyaan Jawaban
Kriteria penilaian soal
4. Butir Soal
50
[image:34.595.112.509.349.417.2]pemecahan masalah yang mengikuti tahapan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes. Soal yang diberikan berupa dua set permasalahan terkait konteks penanganan langu dan pengendapan susu kedelai. Setiap set terdiri dari 6 buah pertanyaan penuntun untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Penilaian terhadap jawaban butir soal siwa dilakukan dengan menggunakan pedoman penilaian butir soal (lampiran C.22). Skor yang diberikan mengacu pada jawaban standar dimana skor maksimal untuk setiap soal yaitu 5 poin. Adanya pedoman penilaian ini bertujuan untuk menjadi standar atas jawaban siswa sehingga dapat meminimalisasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penilaian saat mengoreksi jawaban siswa. Pedoman penilaian yang dibuat berupa rubrik yang terdiri dari 5 kolom. Adapun rubrik yang akan dibuat disajikan sebagai berikut.
Tabel 3.2 Format pedoman penilaian butir soal
Tahapan pbl Nomor
soal Soal Uji Jawaban
Kriteria penilaian soal
5. Validasi Instrumen Penelitian
Validitas suatu alat ukur menunjukan sejauh mana alat ukur itu mengukur apa yang seharusnya diukur (Firman, 2000:41). Validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi merupakan validitas suatu alat ukur dipandang dari segi isi (content) bahan pelajaran yang dicakup oleh alat ukur tersebut. Sedangkan validitas konstruk suatu alat ukur merupakan ukuran sejauh mana alat ukur itu mencerminkan konstruk (construct) atau konsep tertentu yang hendak diukur (Firman, 2000:41,42). Validitas isi dan konstruk terhadap instrumen ini dilakukan berdasarkan pertimbangan tenaga ahli. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sugiyono (2011:352) bahwa validitas isi hanya dapat ditentukan berdasarkan judgemen para ahli.
E.Teknik Pengumpulan Data
51
[image:35.595.130.510.159.381.2] [image:35.595.126.512.163.380.2]penelitian. Adapun teknik pengumpulan data disajikan pada tabel 3.3 sebagai berikut.
Tabel 3.3 Teknik pengumpulan data
No. Pengumpulan Data Jenis Data Sumber Data Keterangan
1
Instrumen Penilaian Kinerja Guru 1
(perencanaan) Kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran Guru Dilakukan sebelum pembelajaran berlangsung 2 Instrumen Penilaian Kinerja Guru 2
(pelaksanaan) Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran Guru Dilakukan selama pembelajaran berlangsung
3 Lembar observasi sikap dan kinerja
Aktivitas siswa
selama pembelajaran Siswa
Dilakukan selama pembelajaran
berlangsung
4 Format penilaian LKS Kemampuan proses pemecahan masalah siswa Siswa Dilakukan selama pembelajaran berlangsung
5 Butir soal Hasil belajar siswa Siswa
Dilakukan sebelum dan
setelah pembelajaran
F.Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh menggunakan instrument penelitian selanjutnya dianalisis. Analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) 1 dan 2
Pengolahan IPKG 1 dan 2 dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
a. Menghitung skor yang diperoleh untuk setiap komponen penilaian pada IPKG 1 dan 2.
b. Menghitung skor rata-rata dari setiap aspek yang dinilai pada IPKG 1 dan 2 c. Menentukan nilai setiap aspek penilaian menggunakan persamaan sebagai
berikut.
52
Tabel 3.4 Skala Kategori Kemampuan
Skor (%) Kategori
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Sangat kurang
(Arikunto, 2009:266) e. Menganalisis kekurangan terhadap RPP dan pelaksanaan pembelajaran
dari hasil penilaian menggunakan IPKG 1 dan 2.
2. Lembar Observasi Sikap dan Kinerja Siswa
Data yang diperoleh dari lembar observasi dianalisis dengan cara sebagai berikut.
1)Lembar observasi sikap siswa
a. Memberikan skor 1 pada setiap aspek yang diobservasi yang dilakukan b. Menjumlahkan skor yang diperoleh setiap kelompok
c. Menentukan nilai setiap aspek yang diobservasi dengan menggunakan persamaan berikut.
d. Menentukan kategori perolehan nilai yang diperoleh ke dalam kategori yang tercantum pada tabel 3.4.
e. Menganalisis kekurangan terhadap sikap siswa selama pembelajaran berdasarkan hasil observasi.
2)Lembar observasi kinerja siswa
a. Memberikan skor pada setiap aspek yang diobservasi, skor 1 diberikan bila siswa melakukan sesuai indikator penilaian kinerja dan skor 0 bila siswa tidak melakukan sesuai indikator penilaian kinerja yang telah ditentukan. b. Menjumlahkan setiap skor yang diperoleh sehingga diperoleh skor total
53
c. Menentukan nilai setiap aspek yang diobservasi dengan menggunakan persamaan berikut.
d. Menentukan kategori perolehan nilai yang dipeorleh ke dalam kategori yang tercantum pada tabel 3.4.
e. Menganalisis kekurangan terhadap kinerja siswa selama pembelajaran berdasarkan hasil observasi.
3. Pengolahan Lembar Kerja Siswa dan Pedoman Penilaian LKS
Hasil jawaban siswa pada Lembar Kerja Siswa dinilai untuk mendapatkan skor terkait kemampuan pemecahan masalah siswa. Penilaian ini didasarkan atas kriteria penilaian yang telah dibuat oleh peneliti (lampiran C.17-19). Adapun langkah-langkah dalam mengolah datanya sebagai berikut.
a. Memberikan skor pada setiap jawaban siswa sesuai kriteria yang dibuat. b. Menentukan skor rata-rata yang diperoleh siswa pada setiap sub kemampuan
pemecahan masalah.
c. Mengubah skor rata-rata kelompok siswa ke dalam bentuk persentase dengan persamaan berikut.
Nilai =
× 100%
d. Menentukan kategori kemampuan proses pemecahan masalah siswa berdasarkan skala kategori kemampuan yang terdapat pada tabel 3.4.
e. Menganalisis kekurangan terhadap jawaban siswa dalam menjawab LKS.
4. Soal Tes
Hasil belajar pemecahan masalah siswa dianalisis dari jawaban terhadap butir soal dengan cara sebagai berikut.
a. Memberikan skor tiap jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban yang telah ditetapkan pada setiap tahapan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes yang diujikan.
54
c. Menghitung gain ternormalisasi (N-Gain) setiap siswa dengan menggunakan rumus berikut.
N-gain =
d. Menginterpretasikan rata-rata nilai N-Gain ke dalam kategori klasifikasi pada tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5 Interpretasi nilai N-Gain ternormalisasi
Nilai n-gain Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah
(Hake, 1998:64) e. Menghitung nilai N-Gain rata-rata keseluruhan siswa.
f. Melakukan uji analisis statistik nonparametris Mann-Whitney U menggunakan program SPSS 21.0 for Windows dengan taraf signifikasi 5% atau 0,05 untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes dengan siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes. Jika nilai signifikasi > 0,05, maka H0 pada uji ini diterima.
Sebaliknya, jika nilai signifikasi < 0,05, maka H0 ditolak yang menandakan
bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes dengan siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes. g. Menganalisis kekurangan terhadap jawaban siswa sehingga diperoleh
informasi mengenai pengaruh pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes terhadap hasil belajar pemecahan masalah siswa dalam memecahkan masalah
Elisa, Evi. 2014
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN SUSU KEDELAI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan pada bab IV, maka diperoleh simpulan sebagai berikut.
1. Keterlaksanaan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes dalam konteks penanganan langu dan pengendapan susu kedelai ditinjau dari kinerja guru dikategorikan sangat baik dengan nilai sebesar 97% dan kinerja siswa dikategorikan sangat baik dengan nilai sebesar 94%.
2. Kemampuan proses pemecahan masalah siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes dalam konteks penanganan langu dan pengendapan susu kedelai rata-rata berada dalam kategori sangat baik dengan nilai sebesar 83%. Berdasarkan ketujuh tahap pembelajaran berbasis masalah, kemampuan siswa dalam menyusun hipotesis memiliki nilai paling rendah di antara tahap lainnya. Oleh sebab itu diperlukan bimbingan dan latihan pada tahap tersebut.
138
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada penelitian “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Proses dan Hasil Belajar Pemecahan Masalah Siswa dalam Konteks Penanganan Langu dan Pengendapan Susu Kedelai” terdapat beberapa saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Guru sebaiknya lebih mempersiapkan perangkat pembelajaran dengan baik dan melatih siswa dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, khususnya dalam menyusun opini-opini dengan menerapkan konsep-konsep kimia ke dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada materi koloid.
2. Berdasarkan hasil penilaian LKS, kemampuan siswa dalam menyusun hipotesis dikategorikan baik karena ketidaktelitian siswa dalam membaca soal di LKS. Oleh karena itu, maka siswa diharapkan lebih teliti lagi dalam membaca setiap butir soal dan lebih berlatih dalam menyusun hipotesis, sehingga siswa mampu mengaplikasikan setiap ilmu yang diperolehnya, terutama ilmu kimia ke dalam penyelesaian masalah real life.
139
Elisa, Evi. 2014
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA DALAM KONTEKS PENANGANAN LANGU DAN PENGENDAPAN SUSU KEDELAI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R I. (2012). Learning to Teach ninth edition. New York : McGraw-Hill.
Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.
BPPPK. (2010). Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran
Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta : Kementrian Pendidikan Indonesia.
BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP.
BSNP. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta :
BSNP.
BSNP. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Jakarta : BSNP.
BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP.
Cahyadi, W. (2009). Kedelai : khasiat dan teknologi. Edisi satu, cetakan kedua. Jakarta : Bumi Aksara.
Daryanto. (2013). Media Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
DEPDIKNAS. (2007). PermendiknasNomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta.
140
Direktorat Akademik. (2013). Panduan Program Pengalaman Lapangan (PPL)
Kependidikan dan Tenaga Pendidik. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia.
Eggen, P dan Kauchak, D. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta : PT Indeks Permata Puri Media.
Elliot, S.N, dkk. (2000). Educational Psychology : Effective Teaching, Effective
Learning . Singapore : Mc Graw-Hill Book.
Firman, H. (2013). Penelitian Pendidikan Kimia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Gosling, D dan Moon, J. (2002). How to Use Learning Outcomes and Assessment
Criteria. Edisi ketiga. London : SEEC.
Gurria, A. (2014). PISA 2012 Results in Focus: What 15-year-olds know and 2
what they can do with what they know. PISA : OECD Publishing.
Hake, R R. (1998). “Interactive –egagement VS Traditional Methods : A Six Thousand Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory
Physics Courses”. American Journal of Physics 66, 64-67
HAM, M. (2013). Handout Perkuliahan Perencanaan Pembelajaran Kimia. Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Hasni, D R. (2010). Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) terhadap
Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Laju Reaksi. (Skripsi). UIN
Syarif Hidayatuulah, Jakarta.
141
Kementerian Sekretariat Republik Indonesia. (2013). Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013. Jakarta.
Kertayasa, I K. (2013, 4 Mei). Indonesia PISA Center, Mathematics web for PISA. [Online]. Tersedia : http:/www.indonesiapisacenter.com [7 Agustus 2014].
Kirkey, J. (2003). Prinsiples for teaching problem solving. Plato Learning, Inc
Kurniasari, K dan Fithri, N. (2010). Optimasi Penambahan Alginat sebagai
Emulsifier pada Susu Kedelai dengan Variasi Kecepatan, Waktu dan Suhu Pengadukan. (Skripsi). Universitas Diponegoro, Semarang.
Kustandi, C dan Sutjipto, B. (2013). Media Pembelajaran. Edisi Kedua. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Lehr, C. (2011). Ein Handlungsrahmen für die Gestaltung technologiegestützter
Lernszenarien. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Lehre,
Berlin.
Majid, A. (2012). Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Rosdakarya.
Mbajiourgu, N dan Reid, N. (2006).Factors Influencing Curriculum Development in Chemistry. Glasgow : The Higher Education Academy Physical
Sciences Centre. (18)
Nitko, A,J and Brookhart, S.M. (2011). Educational Assesment of Students (Sixth Ed). Boston: Pearson Education, Inc
Nugroho. (2004, 4 Mei). Nilai Minimal Uan 4,01 Haruskah Ditampik?. Suara
Merdeka [Online]. _ . Tersedia:
142
Nurhadi, dkk, (2004). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang : Universitas
Negeri Malang.
Permana, I. (2009). Memahami Kimia SMA/MA 2. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Indonesia. (162,163)
Pramitasari, D. (2010). Penambahan Ekstrak Jahe (Zingiber Officinale Rosc.)
Dalam Pembuatan Susu Kedelai Bubuk Instan Dengan Metode Spray Drying : Komposisi Kimia, Sifat Sensoris Dan Aktivitas Antioksidan.
(Skripsi). Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Purwanto. (2007). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rath, G. ( ). Universitas Graz.
Ratumanan. (2006). Penilaian Kinerja Siswa. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Redhana, I W. (2003). Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa melalui pembelajaran kooperatif dengan Strategi Pemecahan Masalah. Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja No. 3 TH. XXXVI Juli 2003.
Republik Indonesia. (2005). Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Bandung: Citra Umbara.
Rosbiono, M. (2007). Teori Problem solving Untuk Sains. Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Depdiknas.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
143
Schmidkunz, H dan Lindemann, H. (1992). Das Forschend-Entwickelnde
unterrichtsverfahren Problemlosen im Naturwissenschhaftlichen Unterricht. Magdeburg : Westarp Wissenschaften.
Setyosari, P. (2010). Metode Penelitian dan Pengembangan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Siswanto. (2012). Pengaruh Model Problem Based Learning (Pbl) terhadap
Kemampuan Memecahkan Masalah dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa Kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta. Skripsi, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.
Sternberg, R.J. (2008). Psikologi Kognitif Edisi Empat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudarman. (2007). Problem based learning : suatu model pembelajaran untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.
Jurnal pendidikan inovatif 2 (2).
Sudaryono. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sunyono, dkk. (2009). Identifikasi Masalah Kesulitan dalam Pembelajaran Kimia SMA Kelas X di Propinsi Lampung. Journal Pendidikan, Jurusan
PMIPA, FKIP Unila, (4).
Susiana, E. (2010). IDEAL Problem solving Dalam Pembelajaran Matematika.
Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif. 1, (2), hlm. 73-82.
144
Tan, O S. (2003). Problem Based Learning Innovation : Using Problems to Power Learning in the 21st Century. Singapore : Seng Lee Press, 29.
Tarhan, et all. (2007). Problem-Based Learning in 9th Grade Chemistry Class: Intermolecular Forces. Res Sci Educ. 38. (283-300).
Tauer, K. ( ). Emulsion part 1. Germany : MPI Colloids and Interfaces.
Tirtonegoro, S. (2001). Anak Super Normal dan Program Pendidikannya. Jakarta : Bina Aksara.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Prenada Media Grup.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Whitten, K.W. et. al. (2004). General Chemistry Seventh Edition. USA : Thomson Brooks/Cole.
Widoyoko, E.P.S. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Wiersma, W dan Jurs, S G. (2009). Research Methods in Educational An
Introduction, Ninth Edition. United State of America : Pearson.
Wulan, A.R. (2008). Penilaian Kinerja dan Portofolio pada Pembelajaran