DETEKSI DINI POLA GANGGUAN ARTIKULASI
PADA ANAK TUNAGRAHITA DI INDONESIA
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Humaniora bidang linguistik
oleh
Maria Ulfah Fathimah
NIM 1201214
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
SEKOLAH PASCASARJANA
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita di Indonesia” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sangsi yang ditunjukan kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Juli 2014
yang membuat pernyataan,
LEMBAR PENGESAHAN
DETEKSI DINI POLA GANGGUAN ARTIKULASI
PADA ANAK TUNAGRAHITA DI INDONESIA
oleh
Maria Ulfah Fathimah NIM 1201214
disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I,
Prof. Dr. Syihabuddin, M.Pd. NIP 19600120 198703 1 001
Pembimbing II,
DR. Dadang Sudana, MA. NIP 19600919 199003 1 001
diketahui
Ketua Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Maria Ulfah Fathimah, 2014
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi
Pada Anak Tunagrahita di Indonesia
Maria Ulfah Fatimah (1201214)
Program Studi Linguistik, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
maria.u.fathimah@gmail.com
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat instrumentasi untuk mendeteksi pola gangguan artikulasi dan pedoman terapi berbicara. Instrumen menggunakan konsonan Bahasa Indonesia yang disusun berdasarkan posisi pada kata, gugus dan deret konsonan. Data dalam penelitian ini ialah ujaran anak tunagrahita ringan dan sedang. Penelitian ini menggunakan pendekatan linguistik klinis dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Hasil penelitian menunjukan adanya gangguan artikulasi pola adisi, subtitusi, dan omisi sesuai dengan teori Bauman-Waengler (2000). Berdasarkan frekuensi data yang ditemukan, anak tunagrahita ringan lebih cenderung melakukan gangguan artikulasi pola subtitusi sebanyak 41,15% sedangkan, anak tunagrahita sedang lebih cenderung melakukan gangguan artikulasi pola omisi sebanyak 50,62%. Ganguan artikulasi anak tunagrahita sedang lebih signifikan dari pada anak tunagrahita ringan, signifikansi tersebut semakin memperkuat dugaan kemampuan berbahasa manusia dipengaruhi oleh faktor kognitif. Temuan ini mengonfirmasi pernyataan Chomsky yang menjelaskan manusia mempunyai satu kapling kodrati yang khusus untuk bahasa yang dinamakan Language Acquisition Device (LAD) yang dikaruniakan kepada anak semenjak lahir (Chomsky 1986: 146). Apabila terjadi gangguan klinis pada organ inti berpikir (otak) disertai dengan faktor biologi sebagai penunjang satu dengan yang lainya, yaitu kesehatan organ bicara dan juga terkait dengan biologi dari segi lain, yakni proses pemerolehan bahasa maka akan terjadi gangguan berbicara dan atau berbahasa.
Kata Kunci: Linguistik Klinis, Deteksi Dini, Pola Gangguan Artikulasi, Anak
Maria Ulfah Fathimah, 2014
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...i
ABSTRAK...ii
HALAMAN PERNYATAAN...iii
KATA PENGANTAR...iv
UCAPAN TERIMA KASIH...v
DAFTAR ISI ...vii
DAFTAR SINGKATAN ... ...xi
DAFTAR TABEL...xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Definisi Operasional ... 5
1.6 Penutup ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
2.1. Analisis Linguistik Klinis ... 7
2.1.1 Anak Tunagrahita ... 8
2.1.2 Landasan Biologis dan Neurologis pada Bahasa ... 11
2.1.3 Transmisi dan Persepsi Bunyi ... 17
2.1.4 Gangguan Artikulasi Tinjauan Klinis ... 19
2.2. Bunyi Bahasa dan Tata Bunyi BI ... 21
2.2.1 Jenis-jenis Bunyi Bahasa... 22
2.2.2 Fonem, Alofon, Grafem, dan Unsur Suprasegmental BI ... 23
2.2.3 Bunyi Vokal dan Konsonan BI ... 24
2.2.3.1 Bunyi Vokal BI ... 24
Maria Ulfah Fathimah, 2014
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.2.4 Struktur Sukukata, Deret, dan Gugus Konsonan ... 27
2.2.5 Fitur Distingtif Konsonan ... 29
2.3. Teori Pola Perubahan Bunyi ... 30
2.3.1 Pola Adisi (Addition)... 30
2.3.1.1 Proses Koartikulasi ... 31
2.3.1.1.1 Labialisasi ... 31
2.3.1.1.2 Retrofleksi ... 31
2.3.1.1.3 Palatalisasi ... 31
2.3.1.1.4 Velarisasi ... 32
2.3.1.1.5 Glotalisasi ... 32
2.3.1.2 Proses Distribusi ... 32
2.3.1.2.1 Aspirasi ... 32
2.3.2 Pola Substitusi (Substitution) ... 33
2.3.3 Pola Omisi (Omission) ... 33
2.3.3.1 Pola Omisi Aferesis ... 34
2.3.3.2 Pola Omisi Sinkop ... 34
2.3.3.3 Pola Omisi Apokop ... 34
2.4. Penelitian Sebelumnya tentang Gangguan Artikulasi pada Anak TG ... 34
2.5. Penutup ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...37
3.1. Permasalahan Penelitian... 37
3.2. Metode Penelitan ... 37
3.3 Sumber Data dan Data ... 39
3.4. Informan Penelitian dan Teknik Pemilihannya ... 39
3.5. Prosedur Pengumpulan Data ... 41
3.5.1 Observasi ... 41
3.5.2 Wawancara ... 42
3.6. Waktu dan Tempat Penelitian ... 43
3.7. Prosedur Analisis Data ... 43
Maria Ulfah Fathimah, 2014
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA ...47
4.1 Analisis Pola Gangguan Artikulasi Konsonan BI ... 47
4.1.1 Pola Adisi Konsonan BI ... 49
4.1.1.1 Proses Koartikulasi... 49
4.1.1.2 Proses Distribusi ... 49
4.1.2 Pola Substitusi ... 50
4.1.3 Frekuensi Pola Gangguan Artikulasi Konsonan BI ... 55
4.2 Analisis Pola Gangguan Artikulasi Konsonan BI berdasarkan Posisi ... 56
4.2.1 Pola Adisi (Addition)... 56
4.2.1.1 Proses Koartikulasi ... 57
4.2.1.1.1 Palatalisasi ... 57
4.2.1.1.2 Glotalisasi ... 58
4.2.1.2 Proses Distribusi ... 58
4.2.1.2.1 Aspirasi ... 57
4.2.2 Pola Substitusi (Substitution) ... 59
4.2.3 Pola Omisi (Omission) ... 67
4.2.3.1 Pola Omisi Aferesis ... 67
4.2.3.2 Pola Omisi Sinkop ... 68
4.2.3.3 Pola Omisi Apokop ... 69
4.2.3.4 Pola Omisi Ganda ... 70
4.2.4 Frekuensi Pola Gangguan Artikulasi ... 71
4.3 Analisis Gangguan Artikulasi Gugus Konsonan BI... 72
4.3.1 Pola Adisi (Addition)... 72
4.3.1.1 Proses Koartikulasi ... 72 4.3.1.1.1 Palatalisasi ... 73
4.3.1.1.2 Glotalisasi ... 73
4.3.1.1.3 Labialisasi ... 73
4.3.1.2 Proses Distribusi ... 73
4.3.2 Pola Substitusi (Substitution) ... 74
Maria Ulfah Fathimah, 2014
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.3.3.1 Pola Omisi Aferesis ... 78
4.3.3.2 Pola Omisi Sinkop ... 79
4.3.3.3 Pola Omisi Apokop ... 80
4.3.3.4 Pola Omisi Ganda ... 81
4.3.4 Frekuensi Pola Gangguan Artikulasi Gugus Konsonan BI ... 81
4.4 Analisis Gangguan Artikulasi Deret Konsonan BI ... 83
4.4.1 Pola Adisi (Addition)... 83
4.4.1.1 Proses Koartikulasi ... 83
4.4.1.1.1 Palatalisasi ... 84
4.4.1.1.2 Glotalisasi ... 84
4.4.1.1.3 Labialisasi ... 84
4.4.2 Proses Distribusi ... 85
4.4.3 Pola Substitusi (Substitution) ... 86
4.4.4 Pola Omisi (Omission) ... 90
4.4.4.1 Pola Omisi Aferesis ... 91
4.4.4.2 Pola Omisi Sinkop ... 91
4.4.4.3 Pola Omisi Apokop ... 93
4.4.4.4 Pola Omisi Ganda ... 93
4.4.5 Frekuensi Pola Gangguan Artikulasi ... 94
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...96
5.1 Simpulan ... 96
5.2 Saran ... 99
5.3 Penutup ... 99
DAFTAR PUSTAKA ...100
Maria Ulfah Fathimah, 2014
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
Penelitian ini membuat instrumentasi untuk mendeteksi gangguan artikulasi dan pedoman terapi berbicara. Setelah menemukan instrumen yang tepat, penelitian ini juga menyajikan pola gangguan artikulasi pada anak Tunagrahita menggunakan tinjauan linguistik klinis. Pada bab pendahuluan ini dipaparkan secara berurutan: (1.1) latar belakang masalah, (1.2) pertanyaan-pertanyaan penelitian, (1.3) tujuan penelitian, (1.4) manfaat penelitian, (1.5) definisi operasional, dan (1.6) penutup.
1.1 Latar Belakang Penelitian
Ide untuk penelitian ini tumbuh dari hasil diskusi di sebuah tempat terapi berbicara (speech therapy) di Bandung yang menangani anak-anak gangguan berbicara dan berbahasa. Selama melakukan terapi berbicara, para terapis menyadari kekurangan materi linguistik terkini, sistematis, dan berdasarkan penelitian mengenai bidang terapi berbicara khususnya penelitian fonetik dan fonologi Bahasa Indonesia (BI) pada anak-anak yang mengalami gangguan artikulasi atau gangguan berbicara.
2
Maria Ulfah Fathimah, 2014
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diaplikasikan oleh lembaga-lembaga terapi berbicara dan memudahkan para orangtua/wali anak-anak yang menggalami gangguan berbicara dalam mengakses informasi pola gangguan artikulasi serta cara menterapinya.
Banyaknya jumlah anak-anak yang mengalami gangguan (disabilitas) disertai dengan gangguan berbicara dan berbahasa memerlukan perhatian khusus dari berbagai pihak untuk turut berpartisipasi dalam upaya penangananya. Berdasarkan data yang dilansir Kemendiknas (2010), menurut data Sekolah Luar Biasa (SLB) pada tahun 2006/2007, jumlah penyandang cacat yang mampu mengakses pendidikan baru mencapai 27,35% atau 87.807 anak. Dari jumlah peserta didik berkebutuhan khusus tersebut, populasi anak tunagrahita (TG) menempati porsi paling besar, yaitu 66.610 anak, dibandingkan jumlah anak dengan jenis kecacatan lainnya. Oleh karena itu, cukup jelas bahwa masalah keterbelakangan mental merupakan masalah yang cukup signifikan di Indonesia.
Anak TG adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata (Sularyo dan Kadim, 2000). Anak TG diklasifikasikan berdasarkan uji intelegensi Stanford Binet menjadi empat kelompok, yaitu: (1) TG ringan (Mild Retardation) dengan IQ 50-69 (anak TGR); (2) TG sedang (Moderate Retardation) dengan IQ 35-49 (anak TGS); (3) TG Berat (Severe Retardation) dengan IQ 20-34 (anak TGB); dan (4) TG sangat Berat (Profound Retardation) dengan IQ dibawah 20 (anak TGSB) (Sularyo dan Kadim 2000, lihat juga WHO 1998; Prasadio T 1976; Lumbantobing SM 1997; Glascoe FP 1996).
3
Maria Ulfah Fathimah, 2014
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengujarkan fonem-fonem berdasarkan instrumen yang tepat (Shriberg, et al, 2003: 65). Studi kebahasaan yang menjadikan anak-anak berkebutuhan khusus sebagai informannya antara lain dari Ebbels (2000) yang mengkaji profiling psikolinguistik pada anak-anak Tunarungu. Beberapa landasan linguistik klinis yang penting dikemukakan di dalam studi Ebbels ini. Kemudian, kajian dari Tobolowsky (2004) memperjelas bagaimana perlakuan yang ideal bagi anak-anak TG. Sementara itu, kajian Timor dan Weiss (2007) memberikan perspektif tentang anak berkebutuhan khusus dari sudut pandang sosiolinguistik. Moere (2012) yang mengkaji pendekatan psikolinguistik terhadap kemampuan anak dalam pemerolehan kemampuan berbicara dengan menjadikan kemampuan membaca sebagai instrumennya. Richad L (1977: 47-49) menyatakan perkembangan kosakata anak TG lebih lambat dari anak normal. Anak TG menggunakan kata-kata positif, bersifat umum, miskin variasi kata-kata-kata-kata dan hampir tidak pernah memepergunakan kata ganti serta lebih sering menggunakan kata tunggal. Bahkan, penelitian terbaru Rochyadi E (2011) membuktikan dengan peningkatan persepsi visual menggunakan model pembelajaran berbasis kesadaran linguistik dapat meningkatkan kemampuan membaca pada anak TG.
4
Maria Ulfah Fathimah, 2014
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memberikan referensi untuk memudahkan terapi berbicara pada anak tersebut. Selama ini, belum banyak peminat yang meneliti dan memberikan panduan pada terapis bicara untuk menggunakan instrumen yang mampu merepresentasikan pola gangguan artikulasi sesuai dengan kaidah fonologi BI. Dengan demikian, diharapkan intrumentasi dalam penelitian ini dapat menjadi pedoman dalam terapi berbicara.
5
Maria Ulfah Fathimah, 2014
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Secara lebih spesifik, masalah penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. Bagaimana pola gangguan artikulasi konsonan BI yang diujarkan anak TGR dan TGS?
2. Bagaimana pola gangguan artikulasi konsonan BI berdasarkan posisi pada kata yang diujarkan anak TGR dan TGS?
3. Bagaimana pola gangguan artikulasi gugus konsonan BI yang diujarkan anak TGR dan TGS?
4. Bagaimana pola gangguan artikulasi deret konsonan BI yang diujarkan anak TGR dan TGS?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Secara khusus, tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan pola gangguan artikulasi konsonan BI yang diujarkan Anak TGR dan TGS.
2. Mendeskripsikan pola gangguan artikulasi konsonan BI berdasarkan posisi pada kata yang diujarkan Anak TGR dan TGS.
3. Mendeskripsikan pola gangguan artikulasi gugus konsonan BI yang diujarkan Anak TGR dan TGS.
4. Mendeskripsikan pola gangguan artikulasi deret konsonan BI yang diujarkan Anak TGR dan TGS.
1.4. Manfaat Penelitian
6
Maria Ulfah Fathimah, 2014
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
umumnya. Beberapa manfaat yang diharapkan akan muncul melalui penelitian ini ialah sebagai berikut.
1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan pedoman
instrumentasi kepada terapis bicara mengenai gangguan artikulasi konsonan BI pada anak-anak yang mengalami gangguan berbicara atau artikulasi.
2. Penelitian ini diharapkan mampu menemukan pola gangguan artikulasi konsonan BI yang diujarkan Anak TGR dan TGS.
3. Penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah dan diharapkan mampu
menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya yang berkenaan dengan linguistik klinis, khususnya dalam penelitian pola gangguan artikulasi konsonan BI pada Anak TGR dan TGS.
4. Penelitian ini diharapkan mampu menambah sumber bacaan, memperkarya ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan kepada peneliti-peneliti lainnya yang ingin menganalisis bidang linguistik klinis, khususnya yang berhubungan dengan anak TGR dan TGS.
1.5 Definisi Operasional
Anak TG adalah anak yang memiliki karakteristik keterbelakangan mental
(Somantri, 2006: 103). Dalam penelitian ini, difokuskan kepada anak TGR dan
TGS yang merujuk pada klasifikasi berdasarkan uji intelegensi Stanford Binet,
yaitu anak TGR (Mild Retardation) dengan IQ 50-69 dan TGS (Moderate
Retardation) dengan IQ 35-49 (Sularyo dan Kadim 2000, lihat juga WHO 1998;
Prasadio T 1976; Lumbantobing SM 1997; Glascoe FP 1996).
Artikulasi adalah lafal atau pengucapan kata. Sedangkan lafal adalah cara
7
Maria Ulfah Fathimah, 2014
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengartikulasikan fonem-fonem saat berbicara, khususnya fonem konsonan BI, sehingga menyebabkan pebentukan fonem tidak sempurna atau tidak jelas. Gangguan artikulasi umumnya terjadi pada anak-anak yang sedang belajar bahasa. Namun, dalam penelitian ini gangguan artikulasi yang disebabkan faktor klinis.
Pola gangguan artikulasi dalam penelitian ini merujuk pada Bauman-Waengler (2004: 23) yang mengategorikan kesalahan bunyi ujaran ke dalam tiga jenis, yaitu: (1) Pola Adisi (Addition) adalah jenis kesalahan artikulasi yang bunyi ujarannya lebih mirip dengan bunyi yang dimaksud tapi terasa salah, bunyi yang dibuat tidak akurat, tetapi masih terdengar seperti bunyi yang diinginkan; (2) Pola
Substitusi (Substitution) merupakan jenis kesalahan artikulasi satu atau lebih
bunyi digantikan bunyi yang lain; dan (3) Pola Omisi (Omission) adalah kesalahan artikulasi yang terjadi ketika fonem tertentu dalam posisi tertentu dihapus atau tidak dilafalkan.
1.6 Penutup
Maria Ulfah Fathimah, 2014
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel Instrumen Penelitian Konsonan BI Berdasarkan Posisi pada Kata
Maria Ulfah Fathimah, 2014
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
64
/ng/ [ ŋ] <ŋ>
di awal <ngomel> /ŋomel/ [ŋo:mel] √ - - - [ŋo+mel] √ - - -
65 di tengah <karangan> /karaŋan/ [kalaŋan] √ - [r]-[l] - [kawaŋan] √ - [r]-[w] -
66 di akhir <kuning> /kuniŋ/ [ku:niŋ] √ - - - [ku+niŋ] √ - - -
67
/h/ [h] <h>
di awal <habis> /habis/ [ha+bis] √ - - - [habis] √ - - -
68 di tengah <paha> /paha/ [pa+ha:] √ - - - [pa+a] x - - [h]
69 di akhir <murah> /murah/ [mu:wah] √ - [r]-[w] - [muyah] √ - [r]-[y] -
Catatan:
Maria Ulfah Fathimah, 2014
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel Instrumen Penelitian Gugus Konsonan BI
Maria Ulfah Fathimah, 2014
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Alimin, Zaenal. (2005). Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Alwasilah, A. Chaedar. (2012). Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Mengarang
dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka jaya.
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lopaliwa, dan Anton M. Moeliono. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Anggraeni, D.Y. (2012). Tuturan pada Anak Penyandang Tunagrahita Taraf
Ringan, Sedang, dan Berat (Kajian Fonologi). Skripsi pada FPBS UPI
Bandung 2012: tidak diterbitkan.
Basrowi dan Suswandi. (2008). Memahami Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Bauman-Waengler, Jacqueline (2004). Articulatory and Phonological
Impairments: A Clinical Focus (2nd ed). Boston: Pearson.
Berg, Bruce L. (2007) Qualitative Reseach Methods for the Social Sciences. Boston: Pearson Ltd.
Bogdan, Robert C. and Sari K. Biklen. (1992). Qualitative Research for
Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and
Bacon.
Bradley, L. and Bryant, P. (1983). “Visual Memory and Phonological Skill in
Reading and Spelling Backwardness”. Psychol Res, 43, 221-237.
Cf. Jones, Daniel. (1958). The Pronounciation of English (4th ed). Cambridge:
Great Britain at the University Press.
Chaer, Abdul. (2009). Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. (2012). Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Maria Ulfah Fathimah, 2014
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Chomsky, Noam. (1999). "On Nature, Use, and Acquisition of Language", dalam Dardjowidjojo, 2012.
Clark, Herbert H. and Eve V. Clark. (1977). Psychology and Language: An
Introduction to Psycholinguists, dalam Dardjowidjojo 2012.
Comrie, Bernard. (1989). Language Universals and Linguistic Typology. Oxford: Blackwell Ltd.
Creswell, John W. (1994). Research Design: Qualitative & Quantitative
Ap-proaches. Thousand Oaks: Sage Publicatiuon.
Crowley, Terry. (1992). An Introduction to Historical Linguistics. Auckland: Oxford University Press.
Crystal, D. (1981). Clinical Linguistics. Vienna: Springer Verlag.
Cummings, Louise. (2008). Clinical Linguistics. Edinburgh: Edinburgh University Press.
Dardjowijodjo, Soenjono. (2012). Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Dardjowijodjo, Soenjono.(2000). Echa: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak
Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Denzim, N. and Lincoln, Y. (1994). Entering the field of Qualitative Research, dalam Alwasilah 2012.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Dingwall, William Orr. (1998). “The Biological Based of Human Communication
Behavior”, dalam Dardjowidjojo, 2012.
Ebbels, Susan. (2000). “Psycholinguistic Profiling of a Hearing-impaired Child”.
Journal of Child Language Teaching and Therapy. 16, (3), 1-22. [Online]:
DOI: 10.1177/026565900001600102 [23 Desember 2013].
Fries, Charles C. (1994). English Pronunciation Exercises in Sound Segments,
Maria Ulfah Fathimah, 2014
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Garman, Michael. (1994). Psycholinguistics. Cambridge: Cambridge University Press.
Gass, Susan and Salinker. (2001). Second Language Acquitition: Introductory
Course. London: Lawrence Erlbaum Associates, Publisher.
Giegerich, Heinz J. (1995). English Phonology: An Introduction. Cambridge: Cambridge University Press.
Glascoe FP. (1998). “Development Screening”. Dalam: Wolraich. ML (Editor). St. Louis: Disorders of development learning a practical guide of assesment
and management, 2, 89-128.
Glesne, Corrine and Alan Peshkin. (1992). Becoming Qualitative Researchers, dalam Alwasilah 2012.
Goetz Cristopher G. (2007). Cerebrovascular Diases. In: Goetz: Textbook of Clinical Neurology, 3rd ed. Philadelpia: Saunders. [Online]. Tersedia: http://yayanakhyar.wordpress.com. [23 Desember 2013].
Greenberg, Joseph H. (1963). Universals of Language, dalam Dardjowidjojo 2012.
Hariwijaya, M. (2007). Metodologi dan Teknik Penulisan Skripsi, Tesis, dan
Disertasi. Yogyakarta: Matera Publishing.
Holloway, Ralph. 1996. "Evolution of the Human Brain." dalam Dardjowidjojo.
Ibrahim dan Winarsih. (2012). “Disorder Pragmatik Anak Tuna Rungu Dalam
Interaksi Pembelajaran Di Kelas”. Di dalam Jurnal LITERA, 11, (2), 8.
Jakobson, Roman. (1971). Studies on Child Language and Aphasia, dalam Dardjowidjojo 2012.
Justice, Laura M. (2006). Communication Science and Disorders :An
Introduction. Pearson Merril Printice Hall.
Keane, V. E. (1972). “The Incidence of Speech and Language Problems in The Mentally Retarded”. Journal of Mental Retardation. 10 (2), 3-5.
Maria Ulfah Fathimah, 2014
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kirk & Gallagher. (1986). Education Exeptional Children. Boston: Houghton Mifflin Company.
Krashen, Stephen D. (1972). “Lateralization, Language Learning, and the Critical
Period: Some New Evidence”, dalam Alwasilah 2012.
Ladefoged, Petter. (1973). Preliminaries to Linguistic Phonetics, dalam Musclih 2009.
Lenneberg, Eric H. (1967). Biological Foundations of Language, dalam Dardjowidjojo, 2012.
Lieberman, P. (1992). On the Evolutionary Biology of Speech and Syntax, dalam Wind dkk 1992.
Lincoln & Guba (1985). Naturalistic Inquiry, dalam Alwasilah 2012.
Lumbantobing SM. (2000). “Anak dengan Mental Terbelakang”. dalam Jurnal Sari Pediatri, 2, (3), h. 1-85.
MacMillan, Donald. L. (1982). Mental Retardation in Scholl and Society. Second edition. Boston-Toronto: Brown and Company.
Malmberg, Bertil. (1963). Phonetics, dalam Musclih 2009.
Marsono. (2006). Fonetik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Martyn, M. M., Sheehan, J., & Slurz. K. (1969). “Incidence of Stuttering and other Speech Disorders Among the Retarded". American Journal of Mental
Deficiency, 74, 206-211.
Moere, Alistair Van. (2012). “A Psycholinguistic Approach To Oral Language
Assesment”. Journal of Language Testing. 29, (3), 325–344. [Online] DOI: 10.1177/0265532211424478 [23 Desember 2013].
Musclih, Mansur, (2009) Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Oconnor, J.D (1970). Better English Pronunciation, dalam Musclih 2009.
Owens, RE. (1991). Language Disorder: A Functional Approach to Assessment
and Intervention. New York: Macmillan Publishing Company.
Maria Ulfah Fathimah, 2014
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Payne JS, Patton JR. (1981). Mental Retardation. Columbus: Bell & Howell Company.
Penfiled, Wilder dan Lamar Robert. (1959). Speech and Brain Mechanisms. Princeton: Princeton University Press.
Philip, Susan U., Susan Steele, dan Chistine Tanz, eds. (1987). Language,
Gender, and Sex in Comparative Perspective, dalam Steinberg 2001.
Prasadio T. (1976). Gangguan Psikiatrik pada Anak-anak dengan Retardasi
Mental. Disertasi Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya: tidak
diterbitkan.
Richald, L. (1972). Language of Mentaly Retarded. Baltimore: University Park Press.
Rochyadi, E. (2011). Model Pembelajaran Berbasis Kesadaran Linguistik dan
Kesadaran Persepsi Visual untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Tunagrahita. Disertasi pada Sps UPI Bandung 2011: tidak diterbitkan.
Sefiani, Evi. (2011). Fonologi, Sindromdown, dan Psikolinguistik. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Shelton JR. (1996). “Theories of Development and Learning”. Dalam Wolraich
ML (Editor). St. Louis: Disorders of Development Learning a Practical Guide of Assesment and Management, 2, 3-39.
Shriberg, Lawrence D. and Kent, Raymond D. (2003). Clinical Phonetics (3rd ed),
dalam Bauman-Waengler, Jacqueline (2004).
Silalahi, Ulber. (2006). Metode Penelitian Sosial. Bandung: UNPAR Press.
Skinner, B. F. (1957). Verbal Behavior. Dala Dardjowidjojo 2012.
Somantri, Sutjihati. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.
Spolsky, Bernard. (2003). Sociolinguistics (4th ed). Oxford: Oxford University
Press.
Maria Ulfah Fathimah, 2014
Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Steinberg, Danny D., Hiroshi Nagata, dan David P. Aline. (2001).
Psycholinguistics: Language, Mind, and World. London: Longman.
Sularyo, Titi Sunarwati dan Kadim, Muzal (2000) “Retardasi Mental”. di dalam
Jurnal Sari Pediatri, 2, (3), 170-177.
Timor and Weiss. (2007). “Sociolinguistic and Psycholinguistic Indications of
Behavior Disorders: Analysis of a Prisoner's Discourse”. Jurnal Int J Offender Ther Comp Criminol. 52, (1). 112-126. [Online]. DOI:
10.1177/0306624X07300268. [23 Desember 2013].
Tobolowsky, Peggy M. (2007). “Capital Punishment and the Mentally Retarded
Offender”. The Prison Journal. 84, 340-360. [online] DOI:
10.1177/0032885504268182. [23 Desember 2013].
Torgessen, J.K, Morgan S.T, and Davis C. (1989). “Effects of Two Types of Phonological Awareness Training on Word Learning in Kindergaten
Children”. Educational Psychology, 84, 364-370.
Valente M, Tarjan G. (1974). “Etiology Factors in Mental Retardation”.
Psychiatric Ann Repr, 4, 8-14.
WHO. (1998). Primary Prevention of Mental Neurological and Psychosocial
Disorders. Geneva: WHO.
Wind, Jan, Chiarelli, Bichakjian, Nocentini, and Jonker. (1992). Language
Origin: a Multidisciplinary Approach. London: Kluwer Academic