• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Tunjangan Pajak dan Tunjangan Transport Pada Pegawai Terhadap Besarnya PPh Terhutang Badan (Studi Kasus Pada PT X Bandung).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Tunjangan Pajak dan Tunjangan Transport Pada Pegawai Terhadap Besarnya PPh Terhutang Badan (Studi Kasus Pada PT X Bandung)."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Di Indonesia, masih sedikit perusahaan yang menerapkan perencanaan pajak dengan alasan akan menambah biaya yang akan dikeluarkan dan sulitnya untuk mengadakan perubahan dengan kebijakan yang baru. Padahal pada kenyataannya, perencanaan pajak ini akan berpengaruh secara cukup signifikan pada besarnya PPh yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memberikan kenikmatan kepada pegawai dalam bentuk natura atau tunjangan, akan membuat laba bersih perusahaan menjadi semakin kecil, sehingga jumlah uang yang harus disetorkan kepada kas negara juga akan semakin kecil. Hal ini diperbolehkan selama tidak melanggar Undang-undang Pajak No. 17 Tahun 2000. Jika jumlah yang harus disetorkan pada kas negara dapat diperkecil, maka perusahaan dapat mengalokasikan uang tersebut pada hal-hal lain yang lebih penting.

Tugas akhir ini meneliti bagaimana pengaruh pemberian tunjangan pajak dan tunjangan transport pada pegawai terhadap PPh Pasal 21. Penelitian dilakukan di departemen service PT X yang terletak di Jalan Soekarno Hatta Bandung, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan barang dan jasa berupa hasil industri: mobil, alat/suku cadang kendaraan bermotor, jasa: perbengkelan (service), dan body repair. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif analitis.

Dalam penelitian yang dilakukan peneliti terhadap daftar gaji karyawan PT X, diperoleh hasil bahwa jika perusahaan memberikan tunjangan pajak terhadap direksi dan staf, serta pemberian tunjangan transport kepada tenaga kerja langsung, yaitu sebesar Rp 11.760.000 dan Rp 22.600.000, maka tunjangan tersebut dapat dimasukkan menjadi biaya dalam laporan laba rugi, sehingga jumlah pendapatan kena pajak dan pajak terhutang PT X menjadi berkurang. Dengan begitu, jumlah take home pay bagi direksi dan staf serta tenaga kerja langsung juga meningkat, masing-masing sebesar Rp 346.464.200 dan Rp 337.692.800, walaupun harus membayar PPh Pasal 21 dalam jumlah yang lebih besar, yaitu Rp 9.795.800 dan Rp 2.643.200

Kesimpulan yang dapat diperoleh jika perusahaan memberlakukan kebijakan baru ini adalah kedua pihak akan mendapat keuntungan, karena bagi pegawai, Take Home Pay mereka menjadi lebih besar dibandingkan dengan kebijakan lama, walaupun PPh Pasal 21 yang ditanggung mereka menjadi lebih besar. Untuk perusahaan, PPh Pasal 17 yang harus dibayarkan juga jumlahnya menjadi semakin kecil, walaupun laba perusahaan juga semakin kecil.

(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 4

1.4. Kegunaan Penelitian ... 5

1.5. Kerangka Pemikiran ... 6

1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1. Definisi Pajak ... 9

2.2. Perencanaan Pajak ... 11

2.3. Pajak Penghasilan (PPh) ... 13

2.3.1. Definisi PPh ... 13

2.3.2. Subjek Pajak bagi Pajak Penghasilan... 15

2.3.3. Objek Pajak bagi Pajak Penghasilan ... 19

2.3.4. Biaya-biaya yang Boleh dan Tidak Boleh Dikurangkan ... 24

2.3.5. Pemilihan Alternatif Dasar Pembukuan ... 30

2.3.6. Pengelolaan Transaksi yang Berhubungan dengan Pemberian Kesejahteraan Karyawan... 31

2.3.7. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)... 33

2.3.8. Tarif Pajak atas Penghasilan Kena Pajak (PKP)... 34

2.3.9. Perencanaan Pajak untuk Mengefisienkan Beban Pajak ... 35

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 41

3.1. Objek Penelitian ... 41

3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan... 41

3.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan ... 41

3.2. Kebijakan Umum Perusahaan Tentang Pegawai... 47

3.2.1. Tata Tertib dan Kewajiban Pegawai ... 47

3.2.2. Hak Pegawai ... 49

3.3. Syarat Penerimaan Pegawai ... 50

3.4. Waktu Kerja dan Jam Lembur... 51

3.4.1. Waktu Kerja... 51

3.4.2. Kerja Lembur ... 51

3.5. Pembebasan Kewajiban Bekerja ... 52

(3)

x

3.7. Metode Penelitian ... 56

3.7.1. Pengumpulan Data ... 57

BAB IV PEMBAHASAN ... 59

4.1. Perhitungan PPh Pasal 21 Berdasarkan Kebijakan PT X ... 59

4.2. Perhitungan PPh Pasal 21 dengan Menerapkan Alternatif Kebijakan Perpajakan (Memberikan Tunjangan Pajak dan Tunjangan Transport Bagi Para Pegawai PT X) ... 63

4.2.1. Kebijakan dengan Memberikan Tunjangan Pajak Bagi Direksi dan Staf ... 64

4.2.2. Kebijakan dengan Memberikan Tunjangan Transport Bagi Tenaga Kerja Langsung ... 66

4.2.3. Hasil Perhitungan PPh Pasal 21 dengan adanya Kebijakan Baru di PT X ... 68

4.2.4. Keuntungan yang Diperoleh dengan Penerapan Kebijakan Baru di PT X ... 68

4.3. Laporan Rugi Laba dan Perhitungan Pajak Terhutang PT X dengan Kebijakan Lama... 69

4.4. Laporan Rugi Laba dan Perhitungan Pajak Terhutang PT X dengan Kebijakan Baru... 70

4.5. Analisis Pajak Terhutang Badan dengan Diterapkannya Alternatif Kebijakan Perpajakan (Memberikan Tunjangan Pajak dan Tunjangan Transport bagi Para Pegawai PT X)... 71

4.6. Pengaruh dari Diterapkannya Alternatif Kebijakan Perpajakan Terhadap Laba Setelah Pajak PT X... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1. Kesimpulan... 72

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Perhitungan PPh Pasal 21 yang Ditanggung oleh

Pegawai Direksi dan Staf dengan Kebijakan Lama... 61 Tabel 4.2. Perhitungan PPh Pasal 21 yang Ditanggung oleh

Pegawai Tenaga Kerja Langsung dengan Kebijakan

Lama ... 62 Tabel 4.3. Perhitungan PPh Pasal 21 yang Ditanggung oleh

Pegawai Direksi dan Staf dengan Kebijakan Baru... 65 Tabel 4.4. Perhitungan PPh Pasal 21 yang Ditanggung oleh

Pegawai Tenaga Kerja Langsung dengan Kebijakan

Baru... 67 Tabel 4.5. Laporan Laba Rugi dan Perhitungan Pajak Terhutang

PT X dengan Kebijakan Lama ... 69 Tabel 4.6. Laporan Laba Rugi dan Perhitungan Pajak Terhutang

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang saling memiliki ketergantungan satu sama lain. Mulai dari lingkungan paling kecil tempat manusia tinggal (keluarga) sampai ke lingkungan yang paling besar (negara). Negara memiliki ketergantungan yang erat dengan rakyatnya, terutama dalam hal dana untuk membangun negara itu sendiri. Negara menuntut pajak dari rakyatnya, dan sebaliknya, rakyat menuntut adanya pemerintahan dalam suatu negara yang dapat mengendalikan, mengatur, menjaga keamanan dan ketertiban negara Indonesia. Dana yang digunakan untuk membangun negara adalah berasal dari uang masyarakat yang dikumpulkan dalam bentuk pajak. Hasil pembangunan pada akhirnya adalah ditujukan untuk kesejahteraan rakyat juga.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, sumber-sumber dana yang diperoleh negara, salah satunya berasal dari pajak yang disetorkan oleh rakyat. Dengan ini, diperlukan kesadaran masyarakat yang tinggi agar rakyat mau membayarkan

(6)

2

Namun, seperti telah kita ketahui bersama, banyak sekali pertentangan kepentingan yang terjadi antara pemerintah dengan para wajib pajaknya. Pemerintah tentunya menginginkan perolehan dana dalam jumlah besar dari pajak yang disetorkan oleh para wajib pajaknya. Sedangkan wajib pajak sendiri menginginkan penyetoran pajak pada kas negara dalam jumlah yang relatif seminimal mungkin. Namun, tentu saja perusahaan harus tetap berada dalam jalur perpajakan yang legal dalam mengupayakan hal tersebut.

Maka dari itu, perusahaan sebaiknya melakukan perencanaan pajak sebaik mungkin. Karena, di samping pajak harus diberikan pada kas negara, masih banyak pos-pos pengeluaran lainnya yang pasti akan mengurangi penghasilan bruto perusahaan. Jika dilakukan perencanaan pajak yang baik, usaha optimal dapat dilakukan dalam menghemat pembayaran pajak yang dikeluarkan oleh orang pribadi.

Salah satu jenis pajak yang harus dibayarkan pada kas negara adalah pajak

penghasilan. Jumlah pajak penghasilan yang harus disetorkan oleh perusahaan dapat diminimalkan dengan cara memperkecil Pendapatan Kena Pajak (PKP) yaitu dengan cara memperbesar jumlah biaya yang boleh dikurangkan

berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku, sehingga mengakibatkan tarif pajak yang harus dibebankan kepada perusahaan menjadi semakin kecil, dan akan mengakibatkan semakin kecilnya jumlah pajak terhutang orang pribadi.

(7)

3

peranan dalam melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan, apakah laporan keuangan komersial telah disusun sesuai dengan peraturan-peraturan perpajakan yang berlaku (laporan keuangan fiskal) atau tidak.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Rita tahun 2004 dengan judul “Pengaruh dari Diberikannya Tunjangan Pajak dan Tunjangan Makan Bagi Para Pegawai dalam Perhitungan PPh Pasal 21 Terhadap Besarnya PPh Terhutang Badan (Studi Kasus Pada PT X)” memperoleh kesimpulan bahwa karena perusahaan diberikan wewenang untuk menghitung sendiri besarnya pajak yang harus disetorkan pada pemerintah, maka perusahaan dapat memanfaatkan peluang-peluang yang ada dalam peraturan perpajakan yang berlaku, dimana perusahaan dapat memanfaatkan setiap peluang yang ada ini untuk meminimalkan jumlah pajak yang dibayarkan, tentunya tanpa melakukan pelanggaran-pelanggaran.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Pemberian Tunjangan Pajak dan Tunjangan Transport pada pegawai terhadap PPh Terhutang Badan”

1.2. Identifikasi Masalah

(8)

4

1) Bagaimana pelaksanaan perencanaan pajak pada PT X dalam perhitungan

PPh Pasal 21 yang ditanggung karyawan.

2) Seberapa besar pengaruh perencanaan pajak pada PT X dalam perhitungan

PPh Pasal 21 yang ditanggung karyawan.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dalam ujian akhir sidang sarjana pada Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha.

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1) Mengetahui pelaksanaan perencanaan pajak pada PT X dalam perhitungan

PPh Pasal 21 yang ditanggung karyawan.

2) Mengetahui seberapa besar pengaruh perencanaan pajak PT X dalam perhitungan PPh Pasal 21 yang ditanggung karyawan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Semua informasi yang akan diperoleh dan hasil penelitian diharapkan akan

berguna untuk: 1. Penulis

a. Agar penulis lebih memahami masalah perpajakan dalam praktiknya. b. Memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

(9)

5

2. Perusahaan

Untuk berbagi informasi mengenai pengaruh perencanaan pajak terhadap PPh 21 yang ditanggung karyawan.

3. Pihak Lain

Memberikan masukan yang berarti, serta memberikan informasi bagi orang lain yang memerlukan informasi mengenai pengaruh penerapan perencanaan pajak terhadap PPh 21 yang ditanggung karyawan.

1.5. Kerangka Pemikiran

Pembebanan pajak yang dilakukan oleh pemerintah adalah bentuk pemungutan pajak terhadap wajib pajak, pada hakekatnya merupakan suatu bentuk kewajiban yang harus dipenuhi dalam rangka mewujudkan peran serta dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Oleh karena itu pajak bukan merupakan suatu iuran yang sifatnya sukarela, akan tetapi merupakan iuran

yang dapat dipaksakan sehingga jika terdapat kelalaian dalam memenuhi kewajiban perpajakan ini akan dikenakan sanksi berupa denda, bahkan sampai pada hukuman badan yang merugikan Wajib Pajak yang bersangkutan.

(10)

6

Tetapi jika usaha meminimalkan kewajiban perpajakan ini melanggar peraturan perpajakan yang berlaku (tax evasion), maka hal tersebut akan mengakibatkan timbulnya sanksi dari pemerintah kepada wajib pajak. Salah satu cara yang pemerintah lakukan agar wajib pajak tetap patuh pada peraturan yang berlaku adalah dengan dilakukannya pemeriksaan (tax audit) sesuai dengan Pasal 29 ayat 1 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000. Pemeriksaan pajak merupakan salah satu bentuk pengawasan dan pembinaan terhadap wajib pajak.

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk meminimalkan besarnya pajak yang harus dibayar pada pemerintah adalah dengan cara memperkecil jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP). Hal ini dapat dicapai dengan cara memperbesar biaya-biaya yang diakui oleh pajak, sehingga dapat mengurangi laba perusahaan, karena pada dasarnya, pengeluaran perusahaan tidak hanya terbatas pada pengeluaran operasional saja. Jadi, perusahaan juga harus mempunyai kelebihan-kelebihan keuntungan untuk menutupi rugi yang mungkin

akan diderita pada tahun-tahun mendatang, dan membiayai biaya-biaya lain yang tidak diakui oleh pajak.

Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan

(11)

7

“Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan” (1996: 5).

Tujuan manajemen pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a. Menerapkan peraturan perpajakan secara benar.

b. Usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya.

Tujuan manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen pajak yang terdiri dari:

a. Perencanaan pajak (tax planning).

b. Pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation). c. Pengendalian pajak (tax control).

Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada

umumnya, perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak. Hal ini dapat dilihat dari dua definisi perencanaan pajak (tax planning) di bawah ini:

a. Tax Planning is the systematic analysis of deferring tax option aimed at the minimization of tax liability in current and future tax periods (Crumbley D. Larry, Friedman Jack P., Anders Susan B.: 1994).

(12)

8

Tujuan perencanaan pajak adalah merekayasa agar beban pajak (tax burden) dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuat undang-undang.

1.6. Lokasi Dan Waktu Penelitian

(13)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab 4, maka penulis dapat mengambil kesimpulan antara lain:

1. PT X membebankan PPh Pasal 21 karyawan pada penghasilan bruto karyawan

itu sendiri. Penulis mengumpamakan hal ini sebagai kebijakan lama perusahaan. Laba sebelum pajak terhutang Pasal 17 adalah Rp 411.964.399. Sedangkan jika perusahaan memberikan tunjangan pajak kepada direksi dan staf serta tunjangan transport kepada tenaga kerja langsung, maka laba sebelum pajak terhutang Pasal 17 perusahaan menjadi Rp 366.604.399. Karena laba perusahaan yang menjadi semakin kecil setelah adanya kebijakan baru, maka PPh Pasal 17 yang harus dibayarkan oleh perusahaan juga semakin

kecil, karena sebagian besar pelimpahan pajaknya dialihkan pada PPh Pasal 21 pegawai.

2. Jika diberlakukan kebijakan baru oleh perusahaan, yaitu pemberian tunjangan

(14)

346.464.200 dan Rp 337.692.800, walaupun harus membayar PPh Pasal 21 dalam jumlah yang lebih besar, yaitu Rp 9.795.800 dan Rp 2.643.200.

3. Pemberlakukan kebijakan baru ini menguntungkan kedua belah pihak, karena

bagi pegawai, Take Home Pay mereka menjadi lebih besar dibandingkan dengan kebijakan lama, walaupun PPh Pasal 21 yang ditanggung mereka menjadi lebih besar. Untuk perusahaan, PPh Pasal 17 yang harus dibayarkan juga jumlahnya menjadi semakin kecil, walaupun laba perusahaan juga semakin kecil.

5.2. Saran

1. PT X sebaiknya lebih memfokuskan diri pada kesejahteraan para karyawannya, seperti dengan cara memberikan tunjangan pajak dan tunjangan transport, karena dengan pemberian tunjangan, seperti yang telah penulis hitung di atas, maka jumlah PPh Pasal 17 yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada

pemerintah jumlahnya dapat dikurangi, dan Take Home Pay karyawan meningkat

2. Untuk peneliti .selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang perencanaan

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Meliala, Tulis. 2000. Perpajakan dan Akuntansi Pajak, Edisi Kedua, Bandung : Grahatipa.

Suandy, Early. 2007. Perencanaan Pajak, Edisi Revisi, Jakarta : Salemba Empat. Mardiasmo. 2006. Perpajakan. Edisi Revisi, Yogyakarta : Andi Offset.

Waluyo, Wirawan B. Ilyas. 2000. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.

Zain, Mohammad. 2003. Manajemen Perpajakan. Bandung : Alumni Bandung. Sekaran, Uma. 2000. Research Methods For Business, Third Edition, John Wiley

& Sons, Inc.

“Undang-undang Pajak Tahun 2000.” 2001, Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Empat.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini kembali melakukan hal yang sama akan tetapi dengan menggunakan improving learning menggunakan metode drill karena dengan metode ini diharapkan

PPL 1 dilaksanakan selama 10-15 hari untuk mengumpulkan data dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara kepada kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, staf TU, siswa,

Kesimpulannya, bila kita mempunyai suatu himpunan yang terdiri atas beberapa anggota, kemudian kita ambil anggota-anggotanya sebagian atau seluruhnya, kita

Pengembangan Tes Piktorial Bentuk Pilihan Berganda Sebagai Instrumen Dalam Mengukur Dimensi Pengetahuan Siswa Sma Pada Materi Kesetimbangan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia |

Hukuman adalah suatu bentuk kerugian atau kesakitan yang ditimpakan kepada orang yang berbuat salah. 75 Pelaksanaan hukuman dimaksudkan untuk menghalangi santri

Riwayat kesehatan dalam pengkajian meliputi asupan makanan dan cairan, haluaran cairan, tanda–tanda kehilangan atau kelebihan cairan, tanda-tanda gangguan keseimbangan

Konsep Diri Remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda

kota atau n egara