ABSTRAK
ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI PADA KOPERASI SUSU “WARGA
MULYA”
Rady Tiya Elvira Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah harga pokok produksi yang diterapkan perusahaan sudah sesuai dengan teori.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus yang dilakukan pada Koperasi Susu
“Warga Mulya” Jln. Palagan Tentara Pelajar, Bunder, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015. Teknik analisis data adalah deskriptif. Langkah-langkah analisis sebagai berikut: (1) mendeskripsikan penentuan harga pokok produksi; (2) mengumpulkan data biaya produksi; (3) penentuan harga pokok produksi menggunakan metode full costing dan
variable costing; (4) analisis selisih biaya.
Hasil analisis data menunjukan bahwa harga pokok produksi yang diterapkan koperasi tidak sesuai dengan teori. Harga pokok produksi Koperasi Susu “Warga
Mulya” dengan metode full costing = Rp 1.492,00 dan metode variable costing = Rp 1.432,00. Berdasarkan analisis selisih, selisih harga pokok produksi dengan metode
full costing sebesar 6,23% dan dikategorikan “kurang tepat”, sementara selisih harga pokok produksi dengan metode variable costing adalah sebesar 2,30% dan dikategorikan “tepat”.
ABSTRACT
AN ANALYSIS OF THE MAIN COST PRODUCTION IN A COOPERATIVE OF MILK “WARGA MULYA”
Rady Tiya Elvira Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
The purpose of this research is to know about the main cost production which is applied in a related company.
This kind of research is a case study that is done at Milk Cooperation “Warga
Mulya” Jln. Palagan Tentara Pelajar, Bunder, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. The methods of data collection were interview, observation, and documentation. This research was done in February 2015. The method of data analysis was descriptive. The steps of the analysis were (1) describing the determination of the main cost of production; (2) Collecting the data cost of production; (3) determining the main cost of production by using the method of full
costing and variable costing; (4) analysing the difference in cost.
The result of data analysis shows that the main cost production that is applied in cooperation is not appropriate with the theory. The main cost production of Milk
Cooperation “Warga Mulya” costs = Rp 1.492,00 with the full costing method and using method of variable costing = Rp 1.432,00. Based on the different main cost production analysis with the method of full costing is 6,23% and it is categorized by inproper category while the difference of the main cost production with the method of
ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI
PADA KOPERASI SUSU
“WARGA MULYA”
Jln. Palagan Tentara Pelajar, Bunder, Purwobinangun, Pakem, Sleman,Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh :
Rady Tiya Elvira
NIM : 111334009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
i
ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI
PADA KOPERASI SUSU
“WARGA MULYA”
Jln. Palagan Tentara Pelajar, Bunder, Purwobinangun, Pakem, Sleman,Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh :
Rady Tiya Elvira
NIM : 111334009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
TUHAN YESUS KRISTUS
Terima kasih Tuhan telah memberikan kemudahan dan kelancaran setiap langkahku dalam mengerjakan karya ini.
Bapak dan Ibuku tercinta,
Bapak Yakobus Budi Santoso yang mendidik, mendoakan dan memberikan semangat dalam hidupku.
Ibu Theresia Vini Sutami yang selalu memberikan semangat dan mendoakanku.
Beserta adikku Stevanus Lantip Guridno yang mendukungku dan mendoakanku.
Yohanes Eko Budiyanto,
Terima kasih atas dukungan, bantuan, perhatian, doa dan semangat.
Sahabat – sahabatku Bocah Bahagia,
Terima kasih atas segala dukungan, semangat, bantuan, perhatian dan doa yang kalian berikan kepadaku.
Sahabat – sahabatku mahasiswa Pendidikan Akuntansi,
Terima kasih atas segala dukungan, semangat, bantuan, perhatian dan doa yang kalian berikan kepadaku.
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku,
Universitas Sanata Dharma.
v
MOTTO
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 25 Juni 2015
Rady Tiya Elvira
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Rady Tiya Elvira
Nomor Mahasiswa : 111334009
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Analisis Harga Pokok Produksi Pada Koperasi Susu “Warga Mulya”
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan rolayti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 25 Juni 2015
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI PADA KOPERASI SUSU “WARGA MULYA”
Rady Tiya Elvira Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah harga pokok produksi yang diterapkan perusahaan sudah sesuai dengan teori.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus yang dilakukan pada Koperasi Susu
“Warga Mulya” Jln. Palagan Tentara Pelajar, Bunder, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015. Teknik analisis data adalah deskriptif. Langkah-langkah analisis sebagai berikut: (1) mendeskripsikan penentuan harga pokok produksi; (2) mengumpulkan data biaya produksi; (3) penentuan harga pokok produksi menggunakan metode full costing dan variable costing; (4) analisis selisih biaya.
Hasil analisis data menunjukan bahwa harga pokok produksi yang diterapkan koperasi tidak sesuai dengan teori. Harga pokok produksi Koperasi Susu “Warga Mulya” dengan metode full costing = Rp 1.492,00 dan metode
variable costing = Rp 1.432,00. Berdasarkan analisis selisih, selisih harga pokok
produksi dengan metode full costing sebesar 6,23% dan dikategorikan “kurang
tepat”, sementara selisih harga pokok produksi dengan metode variable costing adalah sebesar 2,30% dan dikategorikan “tepat”.
ix
ABSTRACT
AN ANALYSIS OF THE MAIN COST PRODUCTION IN A COOPERATIVE OF MILK “WARGA MULYA”
Rady Tiya Elvira Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
The purpose of this research is to know about the main cost production which is applied in a related company.
This kind of research is a case study that is done at Milk Cooperation
“Warga Mulya” Jln. Palagan Tentara Pelajar, Bunder, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. The methods of data collection were interview, observation, and documentation. This research was done in February 2015. The method of data analysis was descriptive. The steps of the analysis were (1) describing the determination of the main cost of production; (2) Collecting the data cost of production; (3) determining the main cost of production by using the method of
full costing and variable costing; (4) analysing the difference in cost.
The result of data analysis shows that the main cost production that is applied in cooperation is not appropriate with the theory. The main cost
production of Milk Cooperation “Warga Mulya” costs = Rp 1.492,00 with the full
costing method and using method of variable costing = Rp 1.432,00. Based on the
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah
memberikan rahmat dan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Analisis
Harga Pokok Produksi Pada Koperasi Susu “Warga Mulya” dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis
mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik
secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan
dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma;
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Ketua Jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta;
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta;
4. Ibu Natalina Premastusi Brataningrum, S.Pd., M.Pd. Selaku Dosen
Pembimbing yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;
5. Para dosen Program Studi Pendidikan Auntansi yang telah memberikan
berbagai pegetahuan dalam proses perkuliahan;
6. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah
membantu kelancaran proses belajar;
xi
7. Pimpinan Koperasi Susu “Warga Mulya” yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian;
8. Orang tuaku Bapak Yakubus Budi Santoso dan Ibu Theresia Vini Sutami
yang selalu mendukung, mendoakan, dan sangat memperhatikan selama
proses skripsi;
9. Adikku Stevanus Lantip Guridno yang selalu memberi semangat;
10. Teman-teman satu perjuangan Pendidikan Akuntansi 2011 yang telah
membantu dan memberi dukungan selama proses skripsi;
11. Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk
bantuan dan dukungannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan
dan kekurangannya, maka penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari
berbagai pihak. Akhirnya penulis mengucapkan selamat membaca semoga
bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, Juni 2015
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
xiii BAB II KAJIAN TEORI
A. Biaya ... 6
B. Pengertian Harga Pokok Produksi ... 8
C. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi ... 8
1. Metode harga pokok pesanan ... 8
E. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi ... 13
1. Metode Full Costing ... 13
2. Metode Varialel Costing ... 14
F. Perbedaan Metode Full Costing dan Variable Costing ... 14
xiv BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI
A. Sejarah Berdirinya Koperasi ... 26
B. Kondisi Geografis ... 27
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 32
1. Perhitungan Biaya Bahan Baku ... 32
2. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung ... 33
3. Perhitungan Biaya Overhead Pabrik ... 33
xv BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ... 46
B. Saran ... 47
C. Keterbatasan ... 48
DAFTAR PUSTAKA ... 49
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Biaya Bahan Baku selama Bulan Februari 2015 ... 32
Tabel 5.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung selama Bulan Februari 2105 ... 33
Tabel 5.3 Biaya Bahan Penolong selama Bulan Februari 2015 ... 34
Tabel 5.4 Laporan BOP bulan Februari 2015 ... 37
Tabel 5.5 Penggolongan Biaya Overhead koperasi susu “Warga Mulya” ... 37
Tabel 5.6 Biaya Overhead Pabrik Tetap ... 38
Tabel 5.7 Biaya Overhead Pabrik Variabel ... 38
Tabel 5.8 Harga Pokok Produksi Koperasi Susu “Warga Mulya”... 39
Tabel 5.9 Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing... 40
Tabel 5.10 Harga Pokok Produksi dengan Metode Variable Costing ... 41
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Permohonan ijin penelitian ... 51
Laporan Persediaan Koperasi Susu “Warga Mulya” Tahun 2015 ... 52
Laporan Mutasi Pasteurisasi Tahun 2015 ... 53
Neraca Konsolidasi Per 31 Desember 2014 dan 2015 ... 54
Hasil Wawancara ... 55
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat.
Perusahaan selalu dituntut untuk terus bersaing dan berkembang semakin
baik dan selalu menghasilkan laba. Laba yang dihasilkan perusahaan
diperoleh dari hasil penjualan produk yang dikurangi dengan biaya-biaya
yang digunakan dalam produksinya. Untuk mengoptimalkan laba, salah
satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah mengefektifkan
dan mengefisiensikan besarnya biaya yang harus dikeluarkan supaya harga
jual yang ditawarkan dapat bersaing di pasaran tanpa harus memperkecil
laba.
Sebelum menawarkan harga jual, perusahaan menentukan harga
pokok produksi terlebih dahulu supaya perusahaan dapat menentukan
harga jual dan laba yang diharapkan. Harga pokok produksi merupakan
keseluruhan biaya produksi yang digunakan dalam setiap unit produk yang
dihasilkan. Secara umum penentuan harga pokok produksi dibagi menjadi
3 elemen penting yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik. Metode pengumpulan harga pokok produk dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu metode harga pokok pesanan dan metode
harga pokok proses. Metode harga pokok pesanan adalah metode
pengumpulan biaya produksi untuk menentukan harga pokok produksi
pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar pesanan, sedangkan
harga pokok proses secara sederhana yaitu yang diterapkan dalam
perusahaan yang mengolah produknya melalui satu departemen produksi
dan dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui lebih dari satu
departemen produksi (Mulyadi, 2005:63)
Metode penentuan biaya produksi adalah cara memperhitungkan
unsur biaya ke dalam kos produksi. Dalam memperhitungkan
unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi, terdapat dua metode yaitu full costing
dan variable costing. Full costing merupakan metode penentuan kos
produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam
kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang berlaku variabel maupun
tetap. Variable costing merupakan metode penentuan kos produksi yang
hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke
dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik (Mulyadi, 2005:17).
Produk Koperasi Susu “Warga Mulya” merupakan usaha yang bergerak dalam bidang pengepulan susu murni dari masyarakat sekitar.
Susu yang didapat dari masyarakat sekitar ini ada yang disetorkan
langsung ke pabrik susu SGM dan ada yang diolah sebagai susu siap saji
dalam bentuk kemasan cup. Untuk kualitas produk dan harga jual yang
ditentukan perlu dilakukan penghitungan dengan tepat yaitu meliputi biaya
3
di peroleh harga pokok produksi yang kemudian menentukan tingkat laba
yang diinginkan agar perusahaan tidak merugi.
Berdasarkan observasi dan wawancara secara singkat Koperasi
Susu “Warga Mulya” ini dalam penentuan harga pokok produksi masih sangat sederhana, meskipun dalam pembuatan pelaporan mengenai
perhitungan harga pokok produksi sudah ada, namum perusahaan ini
hanya menghitung biaya-biaya yang umum saja seperti pembelian susu
murni dari masyarakat sekitar, kemasan yang diperlukan, dan bahan
pembantu seperti gula dan perasa, sedangkan biaya-biaya lainnya seperti
depresiasi gedung, depresiasi alat-alat yang digunakan, biaya reparasi,
biaya telepon, dll tidak dihitung secara detail. Dengan demikian penulis
melakukan evaluasi pada laporan harga pokok produksi agar perusahaan
tidak mengalami kerugian dan juga tidak melakukan kesalahan dalam
penentuan harga pokok produksi dimasa datang dengan judul penelitian
“Analisis Harga Pokok Produksi Pada Koperasi Susu “Warga Mulya””
B. Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan dengan maksud menganalisis cara-cara
yang dilakukan oleh Koperasi Susu “Warga Mulya” dalam menentukan harga pokok produksi pada susu kemasan siap saji.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu
masalah sebagai berikut:
Apakah harga pokok produksi yang ditetapkan koperasi sudah
sesuai dengan teori?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk :
Mengetahui apakah harga pokok produksi yang diterapkan
perusahaan sudah sesuai dengan teori.
E. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat
untuk :
1. Bagi Koperasi Susu “Warga Mulya” DIY
Penelitian ini di harapkaan dapat bermanfaat untuk Koperasi Susu
“Warga Mulya” sebagai acuan dalam penghitungan harga pokok
5
2. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi bekal dan wawasan bagi
penulis dengan penghitungan harga pokok produksi dalam praktik
lapangan nantinya.
3. Bagi pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca dan menambah refrensi khususnya bagi
penelitian selanjutnya mengenai penelitian yang terkait.
6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Biaya
Dalam arti sempit biaya (expense) didefinisikan sebagai bagian dari
harga pokok yang dikorbankan di dalam usaha untuk memperoleh
penghasilan. Sedangkan dalam arti luas biaya didefinisikan sebagai
pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan mata uang yang
telah terjadi dan yang mungkin akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu
(Mulyadi, 2000:8). Biaya (expense) merupakan kos sumber daya yang
telah atau akan dikorbankan untuk mewujudkan tujuan tertentu (Mulyadi,
2007:4). Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang
diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi
untuk mencapai tujuan tertentu (Bustami, 2007: 4). Biaya merupakan
pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh
barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang atau
mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi. Jadi, biaya
merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang telah atau akan
dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu untuk masa yang akan datang.
Menurut Mulyadi (2007:2), pengolahan data menjadi informasi
dalam sistem informasi biaya dilaksanakan melalui proses tertentu yang
7
a. Penangkapan dan penggolongan data
Data operasi dan data keuangan ditangkap dan digolongkan dengan
menggunakan dokumen sumber (source document) untuk dicatat ke dalam
subsidiary ledger dan general ledger.
b. Penggolongan kembali data
Data operasi dan data keuangan yang telah dicatat dalam subsidiary
ledger dan general ledger kemudian digolongkan kembali untuk
menghasilkan data biaya menurut aktivitas. Penggolongan kembali data
biaya juga dilaksanakan menurut produk/jasa, yaitu dengan
menggolongkan data biaya menurut aktivitasnya ke penggolongan biaya
menurut produk/jasa, untuk menghasilkan informasi kos fitur produk/jasa
(product/service feature).
c. Penyajian informasi
Informasi biaya menurut aktivitas atau informasi biaya menurut fitur
produk/jasa disajikan dalam format laporan, sesuai dengan kebutuhan
pemakai informasi. Penyajian informasi biaya menurut format laporan
dimaksudkan agar pemakai informasi dapat dengan mudah menafsirkan
informasi biaya dan informasi lain yang disajikan dalam laporan.
d. Penafsiran informasi
Informasi biaya dan informasi lain yang disajikan dalam laporan
ditafsirkan oleh pemakai informasi dan digunakan sebagai salah satu dasar
penting dalam pengambilan keputusan bisnis.
B. Pengertian Harga Pokok Produksi
Produksi adalah suatu kegiatan atau proses pengolahan bahan baku
menjadi produk selesai (Harnanto, 1992:65). Harga pokok produksi atau
jasa merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang dibebankan pada produk
atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Penentuan harga pokok
produksi atau jasa digunakan untuk menghitung laba atau rugi perusahaan
yang akan dilaporkan kepada pihak eksternal perusahaan (Mardiasmo,
1994:2).
Menurut Widilestariningtyas et al, 2012:39, perusahaan yang
berproduksi massa, informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk
jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk :
1. Menentukan harga jual produk
2. Memantau realisasi biaya produksi
3. Menghitung laba atau rugi periodik
4. Menentukan harga pokok persedian produk jadi produk proses yang
disajikan dalam neraca
C. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
1. Metode harga pokok pesanan
a. Pengertian
Metode harga pokok pesanan merupakan suatu metode
9
produk pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar
pesanan.
b.Karakteristik harga pokok pesanan menurut Widilestariningtyas et
al (2012: 22) adalah:
1) Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai
dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu
dihitung harga pokok produksinya secara individual
2) Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya
dengan produk menjadi dua kelompok berikut ini :
a) Biaya produksi langsung
b) Biaya produksi tidak langsung
3) Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak
langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik.
4) Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok
produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang
sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik
diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan
tarif yang ditentukan di muka.
5) Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan
selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya
produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan
jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang
bersangkutan.
2. Metode harga pokok proses (Mulyadi, 2005: 63-64)
a. Pengertian
Metode harga pokok proses secara sederhana yaitu yang
diterapkan dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui
satu departemen produksi dan dalam perusahaan yang mengolah
produknya melalui lebih dari satu departemen produksi.
b.Karakteristik metode harga pokok proses, adalah:
1) Produk yang dihasilkan merupakan produk standar
2) Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama
3) Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah
produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk
jangka waktu tertentu.
D. Unsur-unsur Biaya Produksi
Menurut Mardiasmo (1994:11), biaya produksi yaitu biaya-biaya
yang berkaitan dengan proses pengolahan bahan baku menjadi produk
selesai yang siap jual. Biaya produksi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
biaya bahan, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
1. Biaya bahan baku
Biaya bahan yaitu nilai uang dari penggunaan bahan yang diolah
11
bahan baku dan bahan pembantu. Bahan baku merupakan bahan yang
dapat diidentifikasikan dengan produk yang dihasilkannya, nilainya
relatif besar dan umumnya sifat bahan baku masih melekat pada produk
yang dihasilkan. Sedangkan bahan pembantu meliputi bahan yang
berfungsi sebagai pembantu atau pelengkap dalam pengolahan bahan
baku menjadi produk selesai, dan nilainya relatif kecil. Nilai uang dari
bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dinamakan biaya
bahan baku.
2. Biaya tenaga kerja langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan
konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat
dibebankan secara layak ke produk tertentu (Widilestariningtyas et al,
2012:3). Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk
penggunaan tenaga kerja manusia (Widilestariningtyas et al, 2012:130).
Biaya tenaga kerja langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan
kepada tenaga kerja yang secara langsung menangani proses
pengolahan bahan baku menjadi produk selesai (Mardiasmo, 1994:63).
3. Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya bahan, tenaga kerja, dan
fasilitas produksi lainnya, selain biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung (Mardiasmo, 1994: 70). Menurut Ony et al (2012: 98)
biaya yang termasuk dalam elemen biaya overhead pabrik antara lain:
a. Biaya bahan penolong
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian
produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi
tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok
produksi tersebut.
b. Biaya reparasi dan pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang
(spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan harga
perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan
dan pemeliharan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik
mesin-mesin dan equipment, kendaraan, perkakas laboratorium, dan aktiva
tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.
c. Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik
yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada
produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja tidak langsung
berupa upah tunjangan dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan
untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut.
d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik,
mesin dan equipment, perkakas laboratorium, alat kerja, dan aktiva
13
e. Biaya-biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
adalah biaya-biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin
dan equipment, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan,
dan biaya amortisasi kerugian trial-run.
f. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan
pengeluaran uang tunai
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini
antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar
perusahaan, biaya listrik PLN dan sebagainya.
E. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Dalam penentuan harga pokok produksi terdapat dua metode untuk
menghitung harga pokok produksi, yaitu:
1. Metode Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan kos produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi,
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik, baik yang berlaku variabel maupun tetap
(Mulyadi, 2005:17). Dalam metode full costing, biaya overhead
pabrik baik yang berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan
kepada produk yang berproduksi atas dasar tarif yang ditentukan di
muka pada kapasitas normal atau pada biaya overhead sesungguhnya.
2. Metode Variable Costing
Variable costing merupakan metode penentuan kos produksi
yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku
variabel ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik (Mulyadi,
2005:17). Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap
diperlukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok
produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai
biaya dalam periode terjadinya.
F. Perbedaan Metode Full Costing dan Variable Costing
1. Perbedaan metode full costing dan metode variable costing ditinjau
dari sudut penentuan Harga Pokok Produksi (Widilestariningtyas,
2012 : 66) :
a. Full costing
Full costing atau sering disebut absorption atau convetional costing adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang
membedakan seluruh biaya produksi baik yang berperilaku tetap
maupun variabel kepada produk.
15
Biaya bahan baku Rpxx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik tetap xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Harga pokok produksi Rpxx
b.Variable Costing
Variable costing adalah metode penentuan harga pokok
produksi yang hanya membebankan biaya-biaya produksi variabel
saja ke dalam harga pokok produk.
Harga pokok produksi menurut variable costing terdiri dari :
Biaya bahan baku Rpxx
Biaya tenaga kerja variabel xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Harga pokok produksi Rpxx
2. Perbedaan metode full costing dengan metode variable costing
ditinjau dari sudut penyajian laporan rugi laba
Ditinjau dari penyajian rugi-laba, perbedaan pokok antara
metode full costing dengan metode variable costing adalah terletak
pada klasifikasi pos-pos yang disajikan dalam laporan rugi-laba
tersebut. Laporan rugi-laba yang disusun dengan full costing
menitikberatkan pada penyajian unsur-unsur biaya menurut hubungan
biaya dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan. Di lain
pihak laporan rugi-laba metode variable costing lebih menitikberatkan
pada penyajian biaya sesuai dengan perilakunya dalam hubungannya
dengan perubahan volume kegiatan.
G. Kajian Penelitian Relevan
1. Evaluasi Penentuan Harga Pokok Produksi “Studi Kasus Pada Pabrik
Gula Madukismo Yogyakarta”
Pada penelitian di pabrik gula madukismo dapat ditarik
kesimpulan bahwa dalam perhitungan harga pokok satuan belum
dinyatakan dalam unit ekuivalen, tetapi didasarkan pada jumlah produk
selesai, sehingga laporan harga pokok produksi pada Pabrik Gula
Madukismo tidak sesuai dengan konsep teori akuntansi biaya. Pada
tahun 2004 terdapat produk selesai sebesar 197,14 kwintal. Harga
pokok produksi total sebesar Rp 28.379.754.000,00. harga pokok
produksi per kwintal sebesar Rp 143.954.44,00.
Perhitungan menurut teori, besarnya unit ekuivalen untuk biaya
bahan baku sebesar 255,288 kwintal, unit akuivalen biaya konversi
sebesar Rp 28.379.754.000,00 atau besarnya harga pokok produksi per
kwintal sebesar Rp 115.176,10. Perhitungan harga pokok produksi per
kwintal menurut perusahaan sebesar Rp 143.954,44 lebih besar dari
pada perhitungan menurut model full costing, sehingga terdapat selisih
atau perbedaan sebesar Rp 28.778,32 atau sebesar 20%. Selama ini
17
dengan cara membagi total biaya produksi dengan jumlah produk
selesai tanpa memperhitungkan unit ekuivalen.
2. Evaluasi Penentuan Harga Pokok Produksi Pada Home Industry Kripik
Tempe “OJO LALI” di Kabupaten Blora
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan jenis penelitian
yang dilakukan berupa studi kasus, tempat penelitian dilakukan pada
home industri kripik tempe “ojo lali” yang berada dijalan Barito no 20, Kedung Jenar, Blora. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data
berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data
yang digunakan penulis adalah analisis deskriptif dengan mengevaluasi
harga pokok produksi menggunakan pendekatan full costing dan
variable costing, setelah mengevaluasi selanjutnya dihitung pula
mengenai analisis selisih biaya produksi yang akan dibandingkan
dengan biaya produksi menurut perusahaan dengan teori yang ada.
Dalam penelitian yang telah dilakukan penghitungan Biaya
Bahan Baku pada home industry kripik tempe “ojo lali” ditentukan
dengan cara mengalikan jumlah bahan baku yang dipakai yaitu kedelai
dengan harga pokok bahan, selama bulan maret 2012 industri ini
menghabiskan 230 Kg kedelai dengan harga Rp 6.500,00/Kg yaitu Rp
1.495.000,00 dan menghasilkan 3.180 bungkus kripik. Kerugian yang
didapat selama bulan maret dalam biaya bahan baku sejumlah Rp
34.500,00. Biaya tenaga kerja langsung selama bulan maret untuk
tenaga pemotong tempe Rp 460.000,00, tenaga penggoreng Rp
675.000,00 dan tenaga kerja pengemas Rp 419.000,00. Penghitungan
biaya overhead pabrik yaitu biaya penolong minyak goreng selama
bulan maret menghabiskan 176 liter dengan harga perliter Rp 12.500,00
jumlah bahan penolong minyak adalah Rp 2.200.000,00, gas yang
dihabiskan yaitu 8 tabung @ Rp 75.000,00 jumlahnya Rp 600.000,00,
biaya bumbu selama bulan maret 230 Kg dengan total biaya bumbu Rp
426.000,00, daun jeruk menghabiskan 44 ons @ Rp 3.000,00 dengan
total Rp 132.000,00, dan biaya pembungkus menghabiskan 3.180 @
150 dengan total Rp 447.000,00. Dalam home industry kripik tempe ini
tidak terdapat biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya reparasi dan
pemeliharaan selama bulan maret yaitu biaya pengganti regulator
adalah Rp 20.000,00 dan biaya perbaikan kompor Rp 4.200,00. Biaya
penyusutan mesin perbulan adalah Rp 31.250,00 dan biaya penyusustan
bangunan perbulan Rp 79.200,00. biaya overhead lain-lain yaitu Rp
40.000,00.
Jadi harga pokok produksi menurut perusahaan adalah Rp
2.073,00, full costing Rp 2.248,00 dan variable costing Rp 2.205,00
dengan harga jual perbungkus adalah Rp 4.000,00. Selisih biaya
produksi yang dihasilkan dengan berbagai pencarian menggunakan full
costing, variable costing dan dengan cara perusahaan adalah sebesar
4,64% ini berarti bahwa selisih tersebut tergolong dalam kategori
19
H. Kerangka Berpikir
Penentuan harga pokok produksi harus dilakukan secara teliti agar
perusahaan benar-benar dapat menentukan harga pokok penjualan
barang/jasa dan dapat mengetahui dengan jelas berapa laba yang
dihasilkan. Pemisahaan biaya produksi dan biaya nonproduksi harus
diperhatikan dalam menghitung harga pokok produksi, biaya produksi
merupakan biaya yang dikeluarkan dalam mengolah bahan baku menjadi
produk, sedangkan biaya nonproduksi merupakan biaya yang dikeluarkan
Koperasi
Metode harga pokok pesanan
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Full Costing & Variable Costing
Harga Pokok Produksi
untuk kegiatan nonproduksi seperti administrasi dan umum, pemasaran
dan penjualan.
Metode yang digunakan dalam menentukan harga pokok produksi
juga harus disesuaikan dengan perusahaannya, untuk Koperasi Susu
“Warga Mulya” pengumpulan biaya-biaya dalam penentuan harga pokok
produksi digunakan metode harga pokok pesanan karena koperasi ini
hanya memproduksi susu berdasarkan pesanan. Metode harga pokok
pesanan yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead pabrik, kemudian untuk menghitung harga pokok
produksi per satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang
dikeluarkan selama satu periode tertentu dengan jumlah satuan produk
yang dihasilkan selama periode yang bersangkutan yang akan dilakukan
pada akhir periode akuntansi yaitu akhir bulan dengan menggunakan
metode full costing dan variable costing. Perhitungan harga pokok
produksi yang cermat dan teliti akan mendapatkan keuntungan yang
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam meneliti ini adalah penelitian
studi kasus, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara
insentif mengenai unit sosial tertentu, yang meliputi individu, kelompok,
lembaga, dan masyarakat (Depdikbud, dalam Zuriah, 2006: 48)
Penelitian ini disusun untuk mengetahui harga pokok produksi pada
Koperasi Susu “Warga Mulya”. Hasil dari penelitian ini nanti akan berlaku
hanya pada Koperasi Susu “Warga Mulya”.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan pada Koperasi Susu “Warga Mulya” yang
berada di Jln. Palagan Tentara Pelajar, Bunder, Purwobinangun,
Pakem, Sleman, Yogyakarta.
2. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2015.
C. Jenis dan Sumber Data
Sumber data primer yang diperoleh peneliti dalam hal ini secara
langsung dari Koperasi Susu “Warga Mulya”, data yang dikumpulkan
adalah data-data yang berkaitan dengan harga pokok produk itu sendiri
berupa data mengenai biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara
mengamati langsung objek yang akan diteliti. Dalam observasi
peneliti melihat secara langsung keadaan lingkungan kerja, bahan
baku yang digunakan, pengolahan bahan baku, produktivitas
tenaga kerja, peralatan yang digunakan dalam memproduksi,
bahan-bahan penolong yang digunakan dan lain-lain.
2. Wawancara
Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan
menggunakan wawancara atau tanya jawab secara langsung.
Dalam wawancara ini, data yang akan diperoleh adalah informasi
mengenai harga bahan baku, biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian bahan baku per hari, jumlah tenaga kerja, upah tenaga
kerja per hari, dan biaya bahan lain yang diperlukan dalam
pembuatan susu.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data mengenai
hal-hal yang diteliti berupa catatan, rekaman, gambar (foto) yang
23
berupa gambar (foto) kegiatan saat proses pembuatan, bahan-bahan
yang digunakan dan tenaga kerja.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu analisis
dengan merinci dan menjelaskan secara panjang lebar katerkaitan data
penelitian dalam bentuk kalimat (Nurastuti, 2007: 130).
Langkah-langkah untuk menjawab permasalahan adalah sebaagai
berikut:
1. Mendeskripsikan prosedur penentuan harga pokok produksi yang
dilakukan koperasi.
2. Mengumpulkan data biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang
dianggarkan.
3. Penentuan harga pokok produksi menggunakan metode full costing
dan variable costing (Mulyadi, 2005: 17-18).
a) Full costing merupakan metode penentuan kos produksi yang
memeperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang berlaku variabel
maupun tetap.
Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari :
Biaya bahan baku Rpxx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik tetap xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Harga pokok produk si Rpxx
b) Variable costing merupakan metode penentuan kos produksi yang
hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel
ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Harga pokok produk menurut variable costing terdiri dari :
Biaya bahan baku Rpxx
Biaya tenaga kerja variabel xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Harga pokok produksi Rpxx
4. Analisis Selisih Biaya
Selisih biaya dihitung dengan membandingkan harga pokok produksi
yang telah dihitung oleh perusahaan dengan pokok produksi yang
telah dihitung menurut teori yaitu metode full costing dan metode
variable costing. Penghitungan selisih biaya adalah sebagai berikut,
Prasetyo dalam Susanto (2012:38) :
25
Setelah penghitungan dilakukan, maka akan didapatkan hasil yang
dapat dikategorikan sebagai berikut:
Kategori untuk menilai ketepatan hasil
Selisih Kriteria
Kurang dari 1% Sangat tepat
Antara 1%-5% Tepat
Antara 5%-10% Kurang Tepat
Lebih dari 10% Tidak Tepat
26
BAB IV
GAMBARAN UMUM KOPERASI
A. Sejarah Berdirinya Koperasi
Koperasi Susu “Warga Mulya” DIY berdiri sejak tahun 1979 dengan
badan hukum No.:1128/BH/I/1979 tertanggal 30 Januari 1979, dan
menumpang di kantor Dinas Peternakan Kotamadya Yogyakarta yang
terletak di Alun-alun Utara Yogyakarta. Pendirian koperasi tersebut
dimaksudkan untuk membantu para peternak dalam memasarkan susu
segar sehingga dapat diterima di Industri Pengolahan Susu (IPS). Seiring
dengan perkembangan usaha, maka pada tahun 1989 kantor Koperasi Susu
“Warga Mulya” DIY berpindah ke kantor baru di Kembang,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta dengan Badan Hukum No.
1128a/BH/V/1991. Selanjutnya karena kegiatan usaha semakin
berkembang, lokasi yang tersedia ada kurang memadai, serta untuk
meningkatkan pelayanan kepada anggota maka pada tahun 1998 Koperasi
Susu “Warga Mulya” DIY berpindah ke lokasi yang baru di Jalan Palagan
Tentara Pelajar, Bunder, Purbowinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta
dengan Badan Hukum No.:27/BH/PAD/Kwk.12/V/1998 tertanggal 5 Mei
27
B. Kondisi Geografis
Kondisi geografis para peternak yang merupakan gabungan antara
dataran rendah dan dataran tinggi (dengan ketinggian 180-300 m dari
permukaan air laut), dan suhu udara berkisar antara 220 C s/d 280 C, serta curah hujan rata-rata 18-78 mm per hari, sangat potensial untuk
pengembangan usaha sapi perah (persusuan). Batas-batas wilayah kerja
Koperasi Susu “Warga Mulya” DIY adalah : sebelah utara; Kabupaten
Magelang, sebelah timur; Kabupaten Klaten, sebelah barat; Kabupaten
Purworejo, dan sebelah selatan Samudra Indonesia.
C. Visi dan Misi
Visi dan Misi Koperasi Susu “Warga Mulya” DIY adalah :
Visi
Menjadi koperasi yang kuat, mandiri, professional, yang memberikan
peningkatan kesejahteraan bersama dan memiliki sarana dan prasarana
yang memadai sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi.
Misi
1. Peningkatan kualitas dan produksi susu
2. Membangun komitmen yang lebih kuat
3. Penganeka ragaman usaha yang mendukung koperasi
4. Membangun jaringan pasar
5. Pengembangan pendidikan yang berkelanjutan
D. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Kopersi Susu “Warga Mulya” DIY sebagai
berikut:
E. Pengurus, Pengawas dan Manager
Susunan pengurus periode tahun 2014-2015
Ketua I : H. Danang Iskandar
Ketua II : H. Sunardi
Sekertaris : Kawit
Bendahara I : Winarwan
Bendahara II : Sugiarto, BSc.
Susunan pengawas periode 2014-2016
Ketua : Drs. Saebani
Anggota : Jumadiman
Anggota : Jumani
29
F. Permodalan
Dalam pengolahan di koperasi ini modal yang digunakan berasal dari
pemerintah yaitu Dinas Peternakan Kotamadya Yogyakarta.
G. Produksi
1. Produk yang dihasilkan
Produk yang dihasilkan oleh koperasi ini ada berbagai macam jenis,
namun untuk produk ang diteliti adalah susu kemasan dalam bentuk
cup.
2. Bahan baku dan bahan penolong
Bahan baku usaha ini adalah susu murni dan gula, sedangkan bahan
penolongnya adalah perasa minuman, gelas plastik dan tutup gelas.
3. Proses produksi
Proses produksi pembuatan susu kemasan ini hanya memerlukan
waktu dua hari untuk siap di pasarkan.
Rincian proses produksi susu kemasan ini adalah sebagai berikut:
a. Susu murni yang diambil pada unit susu sebanyak 80-100 Liter
dimasukan ke dalam tabung pemanas dengan suhu 700C- 800C untuk dilakukan penyulingan.
b. Setelah itu pada suhu 680C, susu dicampur dengan gula sebanyak 0,8 kg untuk tiap 10 Liter susu.
c. Ketika susu sudah pada suhu 300C, susu akan diambil dari tabung kemudian disaring dan dimasukan ke dalam tempat yang lebih
kecil untuk mempermudah proses pengemasan.
d. Kemudian susu yang telah disaring dicampur dengan perasa
makanan.
e. Setelah itu dilakukan proses pengemasan yaitu dengan
memasukkan susu kedalam cup dan ditutup dengan plastik yang
telah diberi label koperasi lalu di pres menggunakan alat pengepres.
f. Kemudian susu yang telah jadi dimasukan ke dalam mesin
pendingin selama minimal 12 jam dengan suhu 50C dan siap dipasarkan.
4. Harga Produk Susu
Harga produk susu untuk per cup rata-rata dijual dengan harga Rp
2.000,00 per cup.
H. Pemasaran
Pemasaran merupakan bagian penting dalam suatu usaha agar usaha
tersebut dapat mempertahankan kelangsungan hidup dan berkembang guna
memperoleh keuntungan. Dalam memasarkan hasil produksi susu ini
Koperasi Susu “Warga Mulya” sudah memiliki pangsa pasar yang baik
untuk menjualnya. Koperasi Susu “Warga Mulya” DIY memasarkan
produknya pada :
31
2. Agen-agen di daerah Cebongan
3. Sekolah-sekolah di kota yang sudah bekerja sama
4. Universitas Gajah Mada
32
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Harga pokok produksi ini dapat digunakan untuk menentukan harga
jual produk, dalam menentukan harga pokok produk perlu menghitung
berbagai biaya yang berkaitan dengan proses produksinya. Biaya-biaya
tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
1. Perhitungan Biaya Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan adalah susu dan gula. Untuk hasil
produksi susu yang baik diperlukan kualitas susu murni yang baik
pula, susu murni ini diambil dari peternak susu yang berada disekitar
koperasi.
Perhitungan biaya bahan baku pada Koperasi Susu “Warga
Mulya” ditentukan dengan cara mengalikan jumlah bahan baku
selama satu bulan yang dipakai dengan harga pokok bahan baku.
Tabel 5.1
33
Dari total biaya bahan baku di atas Koperasi Susu “Warga Mulya”
dapat menghasilkan 15.510 cup susu selama sebulan yang siap di jual.
2. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Pada saat pembuatan susu di Koperasi Susu “Warga Mulya” ini
pembuatannya sudah menggunakan mesin mulai dari awal proses
sampai pengemasan. Tenaga kerja yang langsung terlibat dalam
proses produksi berjumlah 2 orang yang bertugas untuk mengawasi
mesin dan penyaringan saat akan dikemas. Berikut ini adalah daftar
total biaya tenaga kerja langsung dalam kurun waktu satu bulan untuk
bulan Februari:
Tabel 5.2
Biaya Tenaga Kerja Langsung selama Bulan Februari 2105 No. Jenis Biaya Tenaga Kerja Langsung Jumlah
1 Upah karyawan Rp1,692,969.00 2 Tunjangan karyawan Rp 622,667.00 3 Transportasi karyawan Rp 883,000.00 4 Lembur karyawan Rp 848,625.00 Total Rp4,047,261.00
3. Perhitungan Biaya Overhead Pabrik
Ada dua bagian dalam membebankan biaya overhead pabrik
yaitu biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik variabel.
Pada Koperasi Susu “Warga Mulya” biaya overhead pabrik tetap
adalah sebagai berikut:
a. Biaya bahan penolong
Biaya bahan penolong adalah biaya yang tidak menjadi
bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian
produk tetapi nilainya relatif kecil. Biaya bahan penolong
dalam pembuatan susu kemasan ini adalah perasa minuman,
gelas cup dari plastik dan tutup plastik.
Tabel 5.3
Biaya Bahan Penolong selama Bulan Februari 2015 No. Bahan Penolong Pemakaian
Selama 1 3 Tutup gelas (plastik
LID)
1 Rol Rp 518,959.13 Rp 518,959.13
Total Rp 3,698,959.13
b. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Pada Koperasi Susu “Warga Mulya” tidak ada biaya
tenaga kerja tidak langsung karena kepala bagian produksi juga
ikut memproduksi susu.
c. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Pada Koperasi Susu “Warga Mulya” tidak ada biaya
reparasi dan pemeliharaan untuk mesin-mesin yang digunakan
dalam proses produksinya.
d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva
tetap
Pada Koperasi Susu “Warga Mulya”, biaya yang timbul
sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap terdiri atas biaya
depresiasi mesin, biaya depresiasi alat kerja (komputer) dan
35
metode garis lurus. Penyusutan mesin mempunyai masa
manfaat 10 tahun atau dengan tarif 10%, untuk biaya
depresiasi alat kerja (komputer) mempunyai masa manfaat 5
tahun atau dengan tarif 20%. Sedangkan gedung termasuk
penyusutan kelompok bangunan mempunyai masa manfaat 20
tahun atau dengan tarif 5%.
Perhitungan biaya penyusutan adalah sebagai berikut:
Penyusutan mesin perbulan :
1/12 x Rp 10.000.000,00 = Rp 833.333,00
Penyusutan komputer perbulan :
1/12 x Rp 440.000,00 = Rp 36.667,00
Penyusutan bangunan per bulan:
1/12 x Rp 824.590,00 = Rp 68.716,00
e. Biaya-biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
Pada Koperasi Susu “Warga Mulya”, biaya yang timbul
sebagai akibat berlalunya waktu tidak tersedia, karena koperasi
belum mengelola asuransi.
f. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan
pengeluaran uang tunai
Pada Koperasi Susu “Warga Mulya” biaya overhead
pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah
biaya listrik dan air selama satu bulan yaitu Rp 506.605,00.
B. Analisis Data
Berdasarkan data-data yang telah di deskripsikan di atas, selanjutnya
akan dilakukan analisis mengenai biaya produksi yaitu menghitung harga
pokok produksi dan selisih biaya antara koperasi dan menurut teori.
1. Analisis Biaya Produksi
Biaya-biaya produksi yang terdapat pada Koperasi Susu “Warga
Mulya” dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku Koperasi susu “Warga Mulya” adalah susu
murni dan gula. Dari deskripsi data di atas didapat jumlah biaya
bahan baku selama bulan Februari 2015 adalah :
1) Susu Rp 12.426.000,00
2) Gula Rp 1.525.385,45 +
Rp 13.951.385,45
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung pada Koperasi Susu “Warga
Mulya” terdiri dari 2 karyawan. Dari deskripsi data di atas didapat
jumlah biaya tenaga kerja langsung baku selama bulan Februari
2015 adalah :
Tabel 5.2
Biaya Tenaga Kerja Langsung selama Bulan Februari 2105 No. Jenis Biaya Tenaga Kerja Langsung Jumlah
37
c. Biaya overhead pabrik
Analisis perhitungan biaya overhead pabrik selama bulan
Februari 2015 disajikan dalam tebel berikut ini:
Tabel 5.4
Laporan BOP bulan Februari 2015
No. Jenis BOP Nilai (Rp)
1 Biaya Bahan Penolong:
Perasa Minuman Rp 220,000.00 Gelas plastik (Cup) Rp 2,960,000.00 Tutup gelas (plastik LID) Rp 518,959.13 2 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung:
3 Reparasi dan Pemeliharaan Rp - 4 Biaya Akibat Penilaian Aktiva Tetap
Depresiasi mesin Rp 833,333.00
Biaya overhead pabrik pada Koperasi Susu “Warga Mulya”
dapat digolongkan sebagai berikut:
Tabel 5.5
Penggolongan Biaya Overhead koperasi susu “Warga Mulya” Keterangan BOP Variabel BOP Tetap
Perasa Minuman X Gelas plastik (Cup) X Tutup gelas (plastik LID) X
Depresiasi mesin X Depresiasi komputer X Depresiasi bangunan X Biaya Lain-lain X
Sedangkan perincian biaya overhead yang terdapat pada
perusahaan dapat dilihat pada tabel berikut:
1) Biaya Overhead Pabrik Tetap pada Koperasi Susu “Warga
Mulya” adalah sebagai berikut :
Tabel 5.6
Biaya Overhead Pabrik Tetap
Proses Pembuatan Susu Selama Bulan Februari 2015
Jenis Biaya Total Biaya
Biaya Akibat Penilaian Aktiva Tetap:
1. Depresiasi mesin Rp 833,333.00 2. Depresiasi komputer Rp 36,667.00 3. Depresiasi bangunan Rp 68,716.00 Total Biaya Overhead Tetap Rp 938,716.00
2) Biaya Overhead Pabrik Variabel pada Koperasi Susu
“Warga Mulya” adalah sebagai berikut :
Tabel 5.7
Biaya Overhead Pabrik Variabel
Proses Pembuatan Susu Selama Bulan Februari 2015
Jenis Biaya Total Biaya
39
2. Analisis Harga Pokok Produksi
a. Perhitungan harga pokok produksi menurut koperasi
Tabel 5.8
Harga Pokok Produksi Koperasi Susu “Warga Mulya”
Untuk Bulan yang Berakhir 28 Februari 2015
Biaya Bahan Baku: Hasil Produksi (Cup) 15510
Harga Pokok Produksi Rp 1,399.00
b. Perhitungan harga pokok produksi menurut teori
1) Metode Full Costing
Setelah mengitung biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik (tetap dan variabel), maka
harga pokok produksi Koperasi Susu “Warga Mulya” jika
dihitung menggunakan metode full costing adalah sebagai
berikut:
Tabel 5.9
Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing
Koperasi Susu “Warga Mulya”
Untuk Bulan yang Berakhir 28 Februari 2015
Biaya Bahan Baku: Biaya Overhead Pabrik Variabel:
Perasa minuman Rp 220,000.00 Hasil Produksi (Cup) 15510
Harga pokok produksi per cup Rp 1,492.00
2) Metode Variable Costing
Setelah mengitung biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik (tetap dan variabel), maka
harga pokok produksi Koperasi Susu “Warga Mulya” jika
dihitung menggunakan metode variable costing adalah sebagai
41
Tabel 5.10
Harga Pokok Produksi dengan Metode Variable Costing
Koperasi Susu “Warga Mulya”
Untuk Bulan yang Berakhir 28 Februari 2015
Biaya Bahan Baku: Hasil Produksi (Cup) 15510
Harga pokok produksi per cup Rp 1,432,00
3. Analisis Selisih
Berdasarkan hasil perhitungan datas, selanjutnya akan
dihitung analisis selisih untuk mengetahui seberapa besar
selisih harga pokok produksi menurut koperasi dan menurut
teori.
a. Selisih menurut koperasi dengan teori full costing
Berdasarkan hasil di atas, didapat bahwa selisih harga
pokok produksi per unit antara perusahaan dan menurut
teori full costing adalah kurang tepat (selisih 5%-10%)
b. Selisih menurut koperasi dengan teori Variabel costing
Berdasarkan hasil di atas, didapat bahwa selisih harga
pokok produksi per unit antara perusahaan dan menurut
teori variabel costing adalah tepat (selisih 1%-5%)
C. Pembahasan
1. Biaya-biaya Produksi
Biaya-biaya yang terdapat pada Koperasi Susu “Warga Mulya”
adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik. Setelah dilakukan perhitungan dan pendeskripsian
data ternyata koperasi tidak menghitung semua biaya yang seharusnya
diperhitungkan menurut teori, biaya-biaya yang tidak dihitung oleh
koperasi adalah biaya overhead pabrik seperti biaya penyusutan
gedung, biaya penyusutan alat kerja (komputer), biaya penyusutan
mesin dan biaya overhead lainnya yaitu listrik dan air. Namun secara
kebijakan biaya depresiasi memang tidak dihitung oleh pihak koperasi
karena modal koperasi berasal dari hibah Dinas Peternakan Kotamadya
Yogyakarta.
Pentingnya melakukan perhitungan terhadap biaya-biaya
produksi karena dengan informasi harga pokok per unit yang akurat,
Koperasi Susu “Warga Mulya” akan mampu mengambil keputusan
43
melalui responsibility accounting, menghitung laba untuk setiap
periode, termasuk penilaian terhadap persediaan akhir, membantu
menetapkan harga jual dan kebijakan harga, dan memberikan data
biaya yang relevan untuk proses analisis pada pengambilan keputusan
(Surjadi, 2013:2).
2. Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi atau jasa merupakan akumulasi dari
biaya-biaya yang dibebankan pada produk atau jasa yang dihasilkan
oleh perusahaan (Mardiasmo, 1994:2). Dalam pengumpulan
biaya-biaya untuk penentuan harga pokok produksinya koperasi susu “Warga
Mulya” menggunakan metode harga pokok pesanan, hal ini diperkuat
dengan karakteristik dari metode harga pokok pesanan itu sendiri
yaitu: perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan
spesifikasi pemesan, biaya produksi harus digolongkan berdasarkan
hubungannya dengan produk menjadi dua kelompok biaya produksi
langsung dan biaya produksi tidak langsung, biaya produksi langsung
terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung,
sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya
overhead pabrik, harga pokok produksi per unit dihitung pada saat
pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya
produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit
produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan
(Widilestariningtyas at al 2012: 22).
Perhitungan harga pokok produksi pada Koperasi Susu “Warga
Mulya” tidak sesuai dengan teori karena koperasi tidak menghitung
biaya penyusutan gedung, biaya penyusutan alat kerja (komputer),
biaya penyusutan mesin dan biaya overhead lainnya yaitu listrik dan
air tetapi, secara kebijakan harga pokok produksi yang dilakukan oleh
Koperasi Susu “Warga Mulya” sudah tepat karena modal diperoleh
dari hibah Dinas Peternakan Kotamadya Yogyakarta, oleh sebab itu
depresiasi tidak dihitung. Dalam penelitian ini, digunakan dua metode
dalam penentuan harga pokok produksi yaitu metode full costing dan
variable costing. Penggunaan metode full costing adalah untuk
mengetahui harga pokok produksi ketika seluruh biaya baik biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
tetap maupun biaya overhead pabrik variabel diperhitungkan dengan
baik guna kepentingan perusahaan jangka panjang, karena di dalam
metode full costing terdapat biaya overhead pabrik tetap yang tidak
berubah nilainya walaupun volume produksi yang dihasilkan
berubah-ubah. Penggunaan metode variable costing adalah untuk mengetahui
harga pokok produksi ketika biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik variabel dihitung. Metode
variable costing ini bersifat untuk kepentingan perencanaan laba
jangka pendek, pengendalian biaya tetap yang lebih baik dan
45
3. Selisih Biaya Produksi
Seperti telah diungkapkan di atas bahwa terdapat perbedaan
antara harga pokok produksi menurut koperasi dan menurut teori baik
metode full costing dan variable costing. Biaya produksi menurut
koperasi lebih rendah dibandingkan biaya produksi berdasarkan teori
baik full costing maupun variable costing.
Selisih harga pokok produksi menurut koperasi dengan teori full
costing adalah sebesar 6,23%. Berdasarkan pada persentase tersebut maka selisih tersebut tergolong dalam kategori “kurang tepat”
(Prasetyo dalam Susanto, 2012:38). Hal ini menjadi masalah bagi
koperasi karena akan terjadi ketidaksesuaian antara pendapatan yang
diharapkan dan penetapan harga jual, sedangkan selisih harga pokok
produksi menurut koperasi dengan teori dengan metode variable
costing adalah sebesar 2,30%. Berdasarkan pada persentasi tersebut, maka selisih tersebut tergolong dalam kategori “tepat” (Prasetyo dalam
Susanto, 2012:38). Hal ini tidak menjadi masalah yang berarti bagi
koperasi karena harga pokok menurut koperasi dan menurut teori
variable costing masih tergolong aman.