ア
映画 火 鳥
鳳凰 神話性 分析
ン ア
0342054
タ
ト教大学
序論
私 こ 論文 火 鳥 いう映画 通 鳳凰 関 神話
分析 ま こ 映画 有 漫画家 手塚治虫 書い ン フ
ク 作 ま そ 2004 年 高橋良助 こ ン ア
映画 作 ま こ 映画 2005 年 イタ Future Film
Festival い 賞 受 ま
火 鳥 いうア 映画 中 フ ク いう動物 あ
ま 日本 フ ク 鳳凰 火 鳥 いわ いま
鳳凰 空想上 火 死鳥 さ い こ 鳳凰 神話 中国 来ま
飛鳥時代 593-628 日本へ伝え ま 鳳凰 一般 鳥
類 形 描写さ いま
こ ア 鳳凰 神話 関 い テ 物語 編
成さ いま 私 こ ア 記述分析アプ チ理論 使 分
析 ま こ 方法 研究 現象 関係 性質 事実 組織的 確
日本人 鳳凰 永遠 命 持 神鳥 信 い 考え ま
鳳凰 善行 象徴 い 神 人 天国 使者 象徴
いま
日本人 鳳凰 神話 信 い こ 寺 鳳凰 像や 柄
見 わ ま こ 寺 大部分京都 奈良 あ ま
私 鳳凰 神話 火 鳥 いうア 通 日本人 信仰
心 理解 そこ そ 神話 分析 い 思 いま
本論
火 鳥 いうア 映画 手塚治虫 描い 鳳凰 姿形
頭 鶏 う 尾 ク ク う いま
こ ア 鳳凰 火 要素 持 鳥 描 いま こ
鳥 触 焼 え 鳳凰 ま 石 焼
鳳凰 捕 え う 焼 死 ま 鳳凰 火山
宿 火山 激 動 時 火 鳥 現 いわ いま 鳳凰 火
こ ア 鳳凰 永遠 命 死 鳥 いわ いま
鳳凰 矢 い 死 ませ 鳳凰 ア ユ
ヒコ 殺さ 火 中 生 え ま そ 鳳凰 永遠 命
持 そ 血 飲 人 死身 人間 ま こ こ サト 鳳
凰 永遠 命 え 六億年死 い 生 続 こ わ
ま
こ ア 鳳凰 善行 動物 いわ いま 鳳凰 タケ
オ 生死 危険 ま そ い さ
ま
鳳凰 天 人間 対的宿命 伝え 天国 使者 いわ ま
鳳凰 サコン ケ様 う い 伝えま サコン ケ様 オ尼僧
殺 鳳凰 イ い 伝えま
ま こ ア 輪廻 いう仏教 概念 秘 ま こ
オ 話 対話 見えま オ そういえ 僕 何度 生
サト 鳳凰 永遠 命 え 世界 消滅 過程 世
界 生 吹 返 過程 見ま
結論
私 火 鳥 いう映画 通 鳳凰 関 神話 分析 ま
そ こ 映画 日本人 鳳凰 神話 信 い こ わ ま
結論 こ 通
総合的 見 映画 出 い 鳳凰 神話 日本人 信 い 神
話 一致 いま 鳳凰 火 要素 持 死身 鳥 善行 鳥
天国 使者 あ こ わ ま ま 鳳凰 神話 仏教 概
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Pembatasan Masalah ... 5
1.3Tujuan Penelitian ... 5
1.4Metode Penelitian ... 5
1.5Organisasi Penulisan ... 8
BAB II PHOENIX 2.1 Pengertian Phoenix ... 10
2.1.1 Phoenix Dalam Mitologi Yunani ... 10
2.1.2 Phoenix Dalam Mitologi Cina... 10
2.1.3 Phoenix di Jepang ... 13
2.2 Mitos Phoenix Dalam Kepercayaan Masyarakat Jepang ... 16
2.2.1 Phoenix Berelemen Api ... 17
2.2.2 Phoenix Membawa Kekuatan Keabadian/ Immortal ... 19
2.3 Pengaruh Buddhisme Dalam Mitos Phoenix (Reinkarnasi) ... 24
2.3.1 Hubungan Buddhisme dan Phoenix ... 24
2.3.2 Buddhisme di Jepang ... 25
2.3.2.1 Reinkarnasi dalam Ajaran Agama Buddha... 26
BAB III MITOS PHOENIX DALAM FILM ANIMASI HI NO TORI 3.1 Bentuk Phoenix ... 28
3.2 Phoenix Berelemen Api ... 29
3.3 Phoenix Membawa Kekuatan Keabadian ... 32
3.3.1 Phoenix Tidak Dapat Mati (Immortal) ... 32
3.3.2 Phoenix Dapat Memberikan Kehidupan Abadi ... 36
3.4 Phoenix Sebagai Burung Mistik yang Melambangkan Kebajikan ... 41
3.5 Phoenix Sebagai Lambang Utusan dari Surga ... 44
3.6 Reinkarnasi Dalam Mitos Phoenix ...47
BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan ... 51
SINOPSIS ... vi
DAFTAR PUSTAKA ... ix
LAMPIRAN GAMBAR ... xi
LAMPIRAN DATA ...xvii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
1. DATA PRIBADI
Nama : Neng Maria
Tempat/Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 27 Maret 1984
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katholik
Anak Ke : 1 dari 2 bersaudara
Alamat : Jln. Gunung Sabeulah Gg. Haji Kiah No. 85,
Tasikmalaya.
Kewarganegaraan : Indonesia
Nama Ayah : Pepek Surya
Nama Ibu : Titin Kartini
2. PENDIDIKAN
1990-1996 : Sekolah Dasar Yos Sudarso Tasikmalaya
1996-1999 : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Yos Sudarso Tasikmalaya
1999-2002 : Sekolah Menengah Umum Santa Angela Bandung
2003-2007 : Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang Universitas Kristen Maranatha
LAMPIRAN GAMBAR Gambar 1
(Feng huang)
Feng Huang (berkepala ayam pegar, berekor burung merak, memiliki punggung menyerupai kura-kura)
www.bunchoffun.com/html/asian_stamps.html
Gambar 2 (Feng dan Huang)
Feng dan Huang ditampilkan bersama sebagai simbol pernikahan melambangkan “cinta abadi”
Gambar 3 (Phoenix dan Naga)
Di Cina, phoenix sering kali dipasangkan dengan naga. Pasangan ini menggambarkan konflik dan pasangan abadi. Foto di atas: Hall of Heavenly and Terrestrial Union (Cina) Desain ornament pintu phoenix (Permaisuri) dan Naga (Raja)
www.kiku.com/electric_samurai/virtual_china/beijing.html
Gambar 4
(Phoenix dan naga sebagai metafora dari Yin danYang)
www.bunchoffun.com/html/asian_stamps.html
Gambar 5 (Hou Ou)
Lukisan houou yang terdapat di museum Ganshouin, Nagano. www.localinfo.nagano-idc.com/museum/gansyouin
Desain porselen dari zaman Edo
(Patung hou ou terbuat dari tembaga di atas atap Byoudouin hououdou) Phoenix digambarkan dengan sayap terbentang, paruh menyerupai ayam, rahang burung layang layang, leher ular, setengah bagian depan tubuhnya terlihat seperti
Gambar 6
(Kuil Phoenix Byoudouin Hououdou)
Kuil phoenix yang bentuknya menyerupai burung phoenix yang sedang melebarkan sayapnya
Patung phoenix yang terbuat dari tembaga di atas atap Byoudouin Hououdou
Amida Hall (平等院鳳凰堂), Kyoto.
Hou-ou digambarkan sebagai pasangan pria-wanita yang saling berhadapan. Amida hall byoudouin hououdou
(Phoenix ditampilkan pada mata uang Jepang 10000 Yen)
鳳凰像 平等院鳳凰堂の棟飾り 国宝
Patung houou (yang menghias atap kuil byoudouin) Perbendaharaan Nasional Jepang
Gambar 7 (Kuil 金閣寺Kinkakuji)
Kinkakuji (Golden Pavilion Temple) juga biasa disebut Rokuonji (Deer Garden Temple) terletak di kota Kyoto. Dibangun tahun 1398 oleh Yoshimitsu, Shogun Ashikaga ketiga. Bangunan kuil yang asli telah terbakar habis pada tahun 1950
dan dibangun kembali pada tahun 1955.
Patung phoenix yang terbuat dari emas di atas atap kuil Kinkakuji
LAMPIRAN DATA
Resensi Film Animasi Hi No Tori (火の鳥
)
Volume 1 (The Sunrise)
Cerita ini terjadi pada masa pemerintahan ratu Himiko, ratu dari negara
Yamatai. Ratu Himiko adalah seorang ratu yang menguasai ilmu sihir, karena
menyadari dia sudah mulai tua, maka ia takut akan kematian dan akan kehilangan
kekuasaannya. Keinginannya untuk terus berkuasa dan ingin awet muda
selama-lamanya, membuat ia memerintahkan tentaranya yang dipimpin oleh jendral
Saruta untuk menangkap burung phoenix untuk diminum darahnya. Karena
menurut mitos bahwa barang siapa yang meminum darah burung phoenix akan
mendapatkan hidup yang abadi. Namun karena keserakahannya dan takdir yang
telah ditentukan langit, walaupun burung phoenix telah tertangkap dan dibunuh,
semuanya sia-sia karena ratu Himiko sudah tidak bisa menunggu lagi dan
kemudian meninggal sebelum sempat meminum darah burung phoenix.
Dalam cerita yang lain diceritakan Hinaku dan Guzuri terjebak di dalam
gunung berapi karena desanya telah dihancurkan oleh tentara suruhan ratu Himiko.
Selama bertahun-tahun mereka hidup tanpa melihat dunia luar. Kemudian pada
akhirnya anak sulung mereka yang bernama Takeru sudah menjadi besar dan kuat.
Maka tibalah waktunya bagi Takeru untuk memanjat dinding gunung Hi untuk
melihat dunia luar. Tetapi di tengah perjalanannya mencapai puncak gunung,
Takeru merasa kelelahan dan hampir terjatuh. Pada saat itu datanglah burung
phoenix yang memberikan kekuatan pada Takeru sehingga Takeru berhasil
mencapai puncak gunung.
Volume 2 (Resurections)
Cerita ini menceritakan masa yang terjadi pada tahun 2482-3344, pada
zaman robot, teknologi dan science, di mana pada saat itu kehidupan di bumi telah
punah. Manusia meninggalkan bumi dan hidup di angkasa luar. Tokoh utama
kehidupan untuk mengembalikan kehidupan di bumi lewat sehelai bulu burung
phoenix. Namun Lamp, atasan Leona adalah orang yang jahat dan ingin
memanfatkan Leona untuk menemukan rahasia itu, yang kemudian akan
dimonopoli untuk kepentingan dirinya sendiri , yaitu untuk mendapatkan hidup
yang abadi. Seketika di permukaan bulan terjadi keajaiban munculnya burung
phoenix yang datang untuk mengambil sehelai bulunya, yang digunakan Leona
untuk penelitian. Saat itu terjadilah ledakan pesawat yang menyebabkan Leona
meninggal. Namun karena kekuatan burung phoenix yang mengatakan bahwa
Leona belum ditakdirkan mati, maka Leona dapat terselamatkan. Tetapi ada
kerusakan di otaknya yang menyebabkan dia kehilangan ingatan dan tidak dapat
mengenali manusia sebagai manusia. Karena frustasi dan bingung Leona akhirnya
memutuskan untuk bunuh diri, tapi dicegah oleh burung phoenix, yang kemudian
menuntun Leona pada Chihiro (sebuah robot bekas yang sudah tidak terpakai).
Namun karena kerusakan otaknya, Leona melihat Chihiro sebagai wanita yang
cantik, dan akan memperjuangkan cintanya. Leona kemudian menyelamatkan
Chihiro yang akan dibuang ke tempat pembuangan dan melarikan diri ke tempat
di mana Leona mengalami kecelakaan sebelumnya. Di sana Leona menemukan
kembali ingatannya dan menemukan rahasia di balik kecelakaan itu. Pada akhir
cerita Leona yang sekarat memohon pada Dr. Saruta agar jika meninggal dia ingin
dijadikan robot. Kemudian robot ini diberi nama Robita. Robot yang memiliki
perasaan seperti manusia, yang akan muncul kembali pada volume 5.
Volume 3 (Strange Creatures)
Cerita ini menceritakan suatu kisah yang terjadi pada zaman Onin. Pada
suatu hari yang gelap dan hujan, saat di mana pintu menuju dunia lain terbuka
setiap 30 tahun sekali, seorang gadis yang bernama Sakon no Suke Sama bersama
pelayannya Kahei pergi ke kuil yang terletak di gunung untuk membunuh seorang
bikhuni (Yao bikhuni). Yao bikhuni ini disebutkan telah hidup selama 800 tahun
dan dapat menyembuhkan segala penyakit. Sakon no Suke Sama membunuh Yao
bikhuni karena tidak ingin Yao bikhuni menyembuhkan ayahnya yang jahat.
Kahei tidak dapat keluar dari gunung itu. Mereka selalu kembali ke tempat semula
walaupun sudah jalan berputar-putar. Akhirnya Sakon no Suke Sama memutuskan
untuk menyamar menjadi Yao bikhuni karena banyak orang yang datang meminta
penyembuhan dari Yao bikhuni. Tahun demi tahun sudah terlewati, Sakon no
Suke Sama yang menyamar jadi Yao bikhuni melanjutkan tugas Yao bikhuni
dengan menyembuhkan orang-orang yang datang menggunakan bulu burung
phoenix yang bersinar. Suatu hari datanglah seseorang menemui Sakon no Suke
Sama untuk mengabari kelahiran seorang putri dari pemimpin yang diberi nama
Sakon no Suke Sama. Sakon no Suke Sama yang saat itu menjadi Yao bikhuni
sangat terkejut mendengar kelahiran dirinya sendiri di dunia yang lain. Setelah itu
burung phoenix muncul dan menjelaskan bahwa semua keanehan yang dialami
oleh Sakon no Suke Sama disebabkan oleh karena dosanya yang besar telah
membunuh seseorang. Maka Sakon no Suke Sama akan dibunuh oleh dirinya
sendiri terus berulang-ulang untuk selamanya, sampai dia sudah menebus dosanya.
Volume 4 (The Sun)
Harima adalah keturunan keluarga kerajaan Kudara yang pada saat itu
kalah perang oleh kerajaan To (Cina). Harima tertangkap oleh tentara kerajaan To
dan karena indentitasnya telah diketahui maka Harima dikuliti kepalanya dan
diganti oleh kepala serigala. Harima kemudian diselamatkan oleh Obaba (seorang
nenek yang pintar ilmu pengobatan) dan sejak saat itu Harima dipanggil “Kuchi
Inu” oleh Obaba. Semua orang menganggap Harima sebagai siluman, kecuali
Obaba. Harima dan Obaba melarikan diri dengan berlayar ke negara lain (Wa).
Sebelum mereka berangkat, Harima menyelamatkan seseorang yang terluka, yang
ternyata adalah jendral besar kerajaan To, Azumi no Uraji Saruta dan akhirnya
mereka berteman. Sesampainya di pantai Harima melihat burung phoenix yang
terbang ke arah laut, diikuti segerombolan serigala yang bisa bicara. Ternyata para
serigala itu adalah Klan Ku, yang mengejar burung phoenix untuk
menyembuhkan anaknya yang terluka parah. Kemudian Obaba dan Harima
menyelamatkan putri dari Klan Ku. Klan Ku merasa berhutang budi dan sangat
desa. Sesampainya di desa, Harima, Obaba, dan Jendral Saruta disambut baik oleh
kepala desa. Tetapi pada malam harinya pondok Harima dan Obaba tiba-tiba
dibakar oleh ketua desa karena perintah dari Hoben sama (seorang pendeta Budha
dari kerajaan Wa). Harima dan Obaba berhasil diselamatkan oleh Klan Ku.
Empat tahun telah berlalu, Okimi Tenji, Kaisar negeri Wa berencana untuk
menyatukan negaranya yang sedang goyah dengan cara mengganti religi negara
dari agama asal (kepercayaan terhadap dewa-dewa asli) menjadi agama Budha
(asing). Tetapi perubahan ini malah menimbulkan masalah baru dan menyebabkan
rakyatnya sengsara. Harima kemudian diceritakan telah menjadi kepala desa di
sebuah desa di bagian Timur negeri Wa berkat promosi dari jendral Saruta dan
namanya diganti menjadi Inugami Sama.. Desa yang diketuai oleh Inugami Sama
menjadi desa yang sangat makmur dan sejahtera, namun muncul masalah ketika
pemerintah memerintahkan untuk mengambil batu keramat dari desa itu untuk
membangun kuil Budha. Inugami dan warganya menentang keras, karena batu itu
dianggap sebagai batu suci untuk menyembah dewa-dewa asli mereka. Selain itu
pemerintahan di ibukota pun sedang tidak stabil karena Okimi Tenji sakit keras
dan perebutan kekuasaan antara Oama no Miko (adik Okimi Tenji yang tidak
setuju dengan rekontruksi negara) dan Okimi no Miko (putra Okimi Tenji, masih
muda dan dibawah pengaruh pejabat yang jahat Hayatasu dan biksu Hoben)
sedang berlangsung. Tetapi pada akhirnya Oama no Miko memilih untuk menjadi
biksu demi menghindari perebutan kekuasaan dan Okimi no Mikolah yang
menjadi raja setelah Okimi Tenji meninggal. Setelah itu tekanan pada Inugami
Sama semakin berat, sehingga Inugami Sama memutuskan untuk pergi ke ibukota
demi menyuarakan suara rakyat pada Kaisar Okimi no Miko. Tetapi di tengah
perjalanan Inugami Sama dicegat oleh utusan Hoben. Inugami Sama hampir
terbunuh pada saat itu, tapi ditolong oleh Marimo (gadis dari Klan Ku yang
menyukai Inugami Sama), serta pada saat itu bertemu dengan burung phoenix.
Setelah itu Inugami Sama bertemu dengan Oama no Miko, yang pada saat
itu akan berperang dengan pihak kerajaan yang berada dibawah kekuasaan Hoben
dan Hayatasu. Inugami Sama memutuskan untuk bergabung dengan Oama no
terhadap dewa-dewa asli. Ketika dalam perjalanan menuju medan perang, pasukan
Aoyama no Miko diserang oleh awan Budha yang dikirim oleh Hoben. Kemudian
mereka berlindung di tanah keramat dewa-dewa. Di tanah itu serangan petir dari
awan buatan Hoben tidak mempan karena tanah tersebut membentuk
kekkai(pelindung). Di tanah keramat itu pula Inugami Sama bertemu dengan
burung phoenix dan meminta bantuannya untuk melindungi dewa-dewa asli dari
pengaruh Budha. Tetapi burung phoenix adalah hewan yang bijaksana, ia tidak
mau mencampuri urusan manusia dan tugasnya hanya mengawasi kehidupan
manusia. Ia hanya memberikan penjelasan bahwa baik Budha ataupun
kepercayaan terhadap dewa-dewa asli keduanya adalah benar, tetapi manusialah
yang menjadikan agama/ kepercayaan sebagai alat untuk menjatuhkan yang
lainnya. Marimo kemudian meminta bantuan dari dewa-dewa asli dalam
peperangan ini. Dan pada akhirnya terjadilah peperangan antara Oama no Miko
melawan kerajaan dan dewa-dewa asli melawan Budha (kekuatan Hoben).
Peperangan ini dimenangkan oleh pihak Oama no Miko dan Inugami Sama, tetapi
Marimo dan dewa-dewa asli yang mendiami bumi itu tetap harus pergi ke arah
Utara. Karena walaupun sudah memenangkan peperangan, hati manusia yang
percaya akan dewa-dewa asli waktu demi waktu akan berubah. Inugami pun
wajahnya sudah kembali menjadi manusia dan memutuskan untuk mengikuti
Marimo.
Volume 5 (Future)
Cerita ini terjadi pada tahun 3404, mendekati akhir zaman kehidupan
manusia. Dunia pada zaman ini menjadi super modern (komputerisasi), manusia
menciptakan kota di bawah tanah dan hidup di bawah permukaan bumi. Tetapi
pada saat itu seluruh dunia diatur oleh komputer utama yang pada akhirnya
menuju pada kehancuran ras manusia. Diceritakan seorang ilmuwan bernama Dr.
Saruta yang mengasingkan diri hidup di permukaan bumi demi untuk melakukan
penelitian untuk menciptakan kembali kehidupan di bumi. Tetapi walaupun segala
upaya telah dilakukannya tetap saja dia tidak bisa menciptakan makhluk hidup.
bahwa akan terjadi suatu kejaiban. Setelah itu seorang pemuda bernama Masato
Yamanobe bersama kekasihnya, Tamami, seorang alien(moopie), datang
berlindung ke laboratorium Dr. Saruta, yang diikuti oleh Rock (rekan Masato dari
kota bawah tanah). Mereka melarikan diri dari kota bawah tanah ke permukaan
karena komputer utama sudah memutuskan untuk berperang, yang dampaknya
adalah kehancuran seluruh kota di bumi. Pada saat kekacauan terjadi Rock
membunuh Masato dan merusak Robita yang menghalanginya untuk kabur
menggunakan roket. Tetapi Masato ditolong oleh burung phoenix dan diberi
minum darahnya. Mengetahui Masato celaka Tamami mengorbankan dirinya
untuk dijadikan percobaan Dr. Saruta demi menyelamatkan Masato. Setelah itu
Masato hidup kembali, tetapi Tamami dan Dr. Saruta sekarat. Dr. Saruta meminta
Masato untuk mengirimkan tubuhnya ke luar angkasa agar dia dapat melihat
kehidupan kembali di bumi. Setelah itu Masato hidup sendirian di bumi, tidak bisa
mati selama milyaran tahun lamanya karena telah diberkati kehidupan abadi oleh
burung phoenix. Pada akhirnya setelah 6 milyar tahun berlalu, bumi mulai
berubah dan Masato dapat melihat kehidupan kembali di bumi. Kemudian setelah
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan. Di balik kemajuannya
dalam era modernisasi di bidang teknologi dan ekonomi, masyarakat Jepang juga
merupakan masyarakat yang percaya pada hal-hal yang gaib atau mitos. Dalam
sebagian besar aspek kehidupan orang Jepang, masih selalu dikaitkan dengan
kepercayaan atau mitos. Hal ini terlihat dalam karya klasik Jepang yang banyak
tersembunyi pelajaran dan ajaran hidup yang berharga sebagai alat pendidikan
khususnya dalam cerita binatang (Danandjaja, 1997: 78-79).
Cerita prosa rakyat di Jepang dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok
yaitu: mitos, legenda, dan dongeng. Mitos adalah cerita mengenai para dewa.
Legenda adalah cerita rakyat berdasarkan peristiwa yang terjadi. Sedangkan
dongeng adalah cerita yang tidak nyata atau tidak benar-benar terjadi.
Menurut Yanagita Kunio1, Jepang memiliki lebih banyak legenda dari
negara-negara manapun. Legenda Jepang yang oleh Yanagita Kunio disebut
dengan istilah 伝説densetsu (legenda) itu masih hidup hingga kini. Sebab legenda
Jepang ditopang oleh kepercayaan rakyat yang masih dianut secara kuat. Dengan
demikian mitos berdasarkan legenda Jepang masih dianggap benar-benar terjadi.
1
Sehingga dongeng-dongeng di sana dapat digolongkan ke dalam kategori legenda.
Di dalam cerita-cerita legenda tersebut banyak terdapat cerita tentang
binatang-binatang mistik/mahkluk alam gaib yang sering juga dianggap oleh masyarakat
Jepang sebagai dewa/siluman (Dorson, 1982: 24-25).
神話shinwa (mitos Jepang) mempunyai susunan yang lengkap mengenai
cerita para dewa yang saling berhubungan satu sama lain. Mitos berasal dari buah
hayalan dan cerita orang-orang dulu, yang timbul karena adanya kontak peristiwa
antara alam dan manusia. Cerita aslinya mungkin lebih hidup dan sederhana
dibandingkan dengan cerita-cerita sekarang. Mitos adalah cerita suatu bangsa
tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, yang mengandung penafsiran tentang
asal usul alam semesta, manusia, dan bangsa itu sendiri yang mengandung arti
mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1989: 589).
Kamus Jepang Reikai shin kokugo jiten mendefinisikan mitos sebagai berikut:
神話 古くから伝えら た、そ 民族 神を中心とす 物
語(林四郎、1984:507)
Shinwa ha furukukara tsutaerareta, sono minzoku no kami wo chuushin to suru monogatari (Hayashi Shirou,1984:507)
Mitos adalah cerita mengenai dewa suatu bangsa, yang disampaikan dari jaman dahulu.
天地 創造を擬人的に説明し森羅万象に宿 霊 存在や民
族 祖神 活躍を述べ 物語(金田一京助、1972:650)
Tenchi no sozo wo gijinteki ni setsumei shi shiramanzuo ni yadoru tama no sonzai ya minzoku no soshin no katsudou wo noberu monogatari (Kindaichi Kyousuke,1972:650)
Mitos adalah cerita yang menceritakan aktifitas perjuangan nenek moyang dan adanya kepercayaan terhadap arwah atau roh dan mengarahkannya kepada ciptaan alam semesta.
Dalam film animasi 火 鳥Hi No Tori terdapat hewan yang disebut 火
鳥 hi no tori / 鳳凰 hou ou atau yang sering disebut sebagai burung phoenix.
Mitos burung phoenix ini berasal dari Cina, dan diperkenalkan ke Jepang pada
periode Asuka (pertengahan abad ke VI – pertengahan abad ke VII). Burung
phoenix di Cina disebut朱雀feng huang, sedangkan di Jepang biasa disebut hi no
tori atau hou ou.
Animasi Hi No Tori diangkat dari komik yang berjudul Phoenix/Hi No
Tori karya 手塚治虫Osamu Tezuka yang terdiri dari 12 jilid. Osamu Tezuka
adalah seorang animator dan 漫画家mangaka (komikus Jepang). Dia dilahirkan
pada tanggal 3 November 1928 (tahun 3 Showa) di kota Toyonaka, Osaka, dan
tumbuh di kota Takazura. Dia lulusan Universitas Osaka jurusan profesi
kedokteran. Pada tahun 1946 debut pertamanya dengan Diary of Ma-chan.
Kemudian pada tahun 1947 karyanya yang berjudul Shin Takajima/New Treasure
Island menjadi hit. Sejak itu dia mendirikan studio animasi komik Jepang. Di
seringkali disebut sebagai “The Father of Anime and The Walt Disney of Japan”.
Hasil karyanya mencapai 700 manga, sekitar 170,000 halaman. Osamu Tezuka
meninggal pada tanggal 9 Februari 1989 2. Karyanya yang paling terkenal adalah
Tetsuwan ATOM (Astro Boy), tetapi yang disebut sebagai karya hidupnya adalah
Phoenix. Phoenix adalah karya Tezuka yang paling mendalam dan ambisius,
mengenai pencarian manusia akan keabadian. Komik ini beredar pada tahun
1967-1988. Kemudian 高橋良助 Ryousuke Takahashi membuat film animasi Hi
No Tori pada tahun 2004, dan pada tahun 2005 mendapatkan penghargaan pada
Future Film Festival di Italia.
Film animasi Hi No Tori merupakan kumpulan beberapa cerita yang berisi
cerita dengan tema yang sama yaitu tentang mitos burung phoenix. Karakter
utamanya adalah Phoenix, manifestasi fisik dari alam, yang di tubuhnya
membawa kekuatan keabadian. Burung phoenix ini dipercaya bahwa darahnya
dapat memberikan kehidupan yang abadi bagi seseorang yang meminumnya. Oleh
karena itu banyak pencarian yang dilakukan oleh manusia untuk membunuhnya,
tetapi seperti burung phoenix yang ada dalam legenda, burung phoenix tidak dapat
mati (immortal). Film ini berlatarkan masa lampau dan masa depan, yaitu ketika
terjadi perselisihan di antara manusia, dan ketika semua orang takut akan
kematian. Setiap cerita dalam film ini memberikan pelajaran, yaitu kehidupan
setelah kematian adalah awal dari keabadian, dan merupakan siklus yang tak akan
berakhir.
2
Judul cerita dalam filmnya sendiri adalah Hi No Tori. 火 hi berarti api,
sedangkan 鳥tori berarti burung. Secara harafiah 火 鳥hi no tori bisa diartikan
sebagai burung api.
Adapun pertimbangan penulis membahas film animasi Hi No Tori karena
penulis tertarik dengan mitos burung phoenix yang muncul dalam film animasi Hi
No Tori. Umumnya burung phoenix digambarkan sebagai hewan mistik yang
bijaksana, tidak dapat mati (immortal), dan berelemen api.
1.2 Pembatasan Masalah
Penulis akan membahas mitos burung phoenix dalam film animasi Hi No
Tori dalam konteks kepercayaan masyarakat Jepang.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini adalah
penulis ingin mengetahui apakah burung phoenix yang ada dalam film animasi Hi
No Torisesuai dengan mitos yang ada dalam kepercayaan masyarakat Jepang.
1.4 Metodologi Penelitian
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode
deskriptif analitis, yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis
dan akurat mengenai fakta, sifat, dan hubungan antar fenomena yang diteliti,
dapat memberikan gambaran yang cukup jelas atas objek penelitian yang dipilih,
yaitu mengenai mitos burung phoenix dalam film Hi No Tori.
Dasar untuk semua penyelidikan ilmiah adalah deskripsi, mendata atau
mengelompokkan sederet unsur yang terlihat sebagai pembentuk suatu bidang
persoalan yang ada. Banyak penyelidik cenderung menganggap deskripsi sebagai
kegiatan ilmiah yang paling kurang sulit. Dengan alasan itu, sering kali perhatian
penyelidik kurang diberikan pada pembahasan tentang berbagai segi deskripsi
dibandingkan dengan perhatian ekstrem yang diberikannya pada kegiatan ilmiah
lainnya. Sesungguhnya, penggunaan deskripsi tidaklah semudah yang tampak
sepintas. Dua kriteria harus dipenuhi dalam suatu sistem pengelompokan untuk
menjadikan informasi deskriptif yang terkandung di dalamnya cocok untuk
tujuan-tujuan ilmiah lainnya. Dalam praktek, ini bisa muncul menciptakan
beberapa kesulitan. Data yang dikelompokan dalam batas tertentu atas dasar (1)
kelengkapan dan (2) peletakan pada tempatnya. Kelengkapan akan tercapai
apabila semua unsur yang menuntut perhatian telah dikenali dan suatu tempat
telah ditemukan bagi masing-masing soal di dalam sistem pengelompokan.
Sedangkan peletakan pada tempatnya muncul apabila masing-masing soal bisa
ditempatkan secara tepat pada tidak lebih dari satu lokasi di dalam sistem. Sebagai
tambahan pada persyaratan yang sederhana tapi mengikat itu, informasi deskriptif
harus sejajar dan menyumbang pada pencapaian tujuan selebihnya dari ilmu
pengetahuan. Kecuali jika deskripsi berguna untuk penguraian, peramalan, dan
kesadaran, deskripsi-deskripsi kurang berarti, betapapun dekatnya
tempatnya. Tentu saja ketika data deskriptif bergerak makin dekat pada urusan
semacam penguraian dan peramalan, maka persyaratan makin dibebankan pada
data deskriptif itu. Pertanyaan-pertanyaan mengenai kelayakan metode-metode
yang digunakan untuk memperoleh data timbul, juga pertanyaan-pertanyaan
mengenai sejauh mana penemuan itu mengalamatkan dirinya pada
kepentingan-kepentingan konseptual tertentu. Tidaklah terlalu meleset berpendapat bahwa
kelayakan yang lekat pada suatu fakta yang merupakan pokok ilmu pengetahuan
berasal dari pemeriksaan cermat yang kritis atas fakta seperti juga dari sesuatu
yang lainnya.
Ada tiga cara dimana deskripsi-deskripsi dikaitkan secara langsung dengan
tujuan-tujuan ilmiah lainnya:
1. Informasi deskriptif bisa difokuskan secara langsung pada suatu pokok
teoretis.
2. Informasi deskriptif membolehkan perluasan konsep-konsep suatu
perspektif teoretis yang ada kepada temuan-temuan yang membuktikan
kebenaran peramalan-peramalan yang dibuat di dalam teori.
3. Informasi deskriptif bisa menggarisbawahi aspek-aspek metodologis yang
penting dari kumpulan dan penafsiran data (James.A Black, Metode Dan
Masalah Penelitian Sosial, 1992:6).
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Menurut Whitney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta
dengan interpretasi yang tepat3. Penelitian deskriptif mempelajari
masalah-masalah dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta
situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan
pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Secara harafiah, metode deskriptif
adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau
kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar
belaka (Moh. Nazir, Ph.D, Metode Penelitian,1990:63).
Sedangkan teknik penelitian yang digunakan untuk memperoleh data
adalah penelitian pustaka (library research), yaitu dengan membaca dan
mempelajari literatur berupa buku-buku, majalah, buletin, surat kabar, catatan
kuliah, data di internet, film, maupun tulisan ilmiah lainnya yang berhubungan
dengan masalah yang sedang diteliti.
1.5 Organisasi Penulisan
Penulisan skripsi ini terbagi dalam 4 Bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II
Landasan Teori, Bab III Analisis Data beserta kutipan-kutipan dan Bab IV
Kesimpulan.
Pada Bab I Pendahuluan, penulis menguraikan latar belakang, tujuan
penelitian, pembatasan masalah, metodologi penelitian, serta organisasi penulisan.
3
Latar belakang masalah berisi cerita singkat, biografi pengarang dan gambaran
objek secara sekilas, serta pengertian mitos. Pembatasan masalah berisi batasan
masalah yang akan digunakan oleh penulis. Tujuan penelitian berisi untuk apa
penelitian dilakukan. Serta metodologi penelitian berisi teori yang penulis anggap
penting dan mendukung penelitian penulis. Organisasi penulisan berisi
sistematika penulisan dari Bab 1 Pendahuluan sampai Bab 4 Kesimpulan.
Pada Bab II, penulis menguraikan objek yang akan diteliti yaitu mitos
phoenix dalam kepercayaan masyarakat Jepang.
Pada Bab III Analisis mitos phoenix dalam film animasi Hi No Tori yang
diangkat dari komik karya Osamu Tezuka, dalam bab ini penulis menyajikan
analisis mitos yang terdapat dalam film tersebut. Bab ini membahas mitos dalam
film Hi No Tori terhadap gambaran/wujud burung phoenix, burung phoenix yang
memiliki elemen api, mitos burung phoenix yang membawa kekuatan keabadian,
burung phoenix sebagai lambang kebajikan, dan burung phoenix yang
menggambarkan utusan dari surga, serta ajaran Buddha tentang adanya
reinkarnasi yang tersirat dalam mitos burung phoenix dalam film animasi Hi No
Tori.
Pada Bab IV Kesimpulan, penulis menarik kesimpulan yang didapatkan
BAB IV KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan analisis film animasi Hi No Tori dengan
menggunakan metode deskriptif analitis yang bertujuan untuk memberikan
gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fakta, sifat, dan hubungan antar
fenomena yang diteliti, dengan berusaha mengumpulkan, menyajikan, serta
menganalisa data sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas atas
objek penelitian yang dipilih, ternyata terdapat mitos burung phoenix yang
dipercaya oleh masyarakat Jepang di dalam film animasi ini. Kesimpulan penulis
mengenai mitos burung phoenix adalah sebagai berikut:
Phoenix adalah burung imajinasi/khayalan. Bentuk phoenix dalam
kepercayaan masyarakat Jepang umumnya digambarkan dalam bentuk burung.
Dalam kamus Jepang phoenix digambarkan sebagai burung yang nampak seperti
merak, atau sebagai seekor burung yang memiliki kepala menyerupai ayam,
rahang burung layang-layang, leher ular, setengah bagian depan tubuhnya seperti
jerapah, setengah badan belakangnya seperti rusa, punggungnya kura-kura dan
ekornya ikan. Di dalam film animasi Hi No Tori, bentuk phoenix yang
digambarkan oleh Osamu Tezuka adalah burung yang memiliki kepala
menyerupai ayam dan memiliki ekor seperti merak.
Kepercayaan masyarakat Jepang menganggap phoenix memiliki elemen
api. Burung mistik ini digunakan untuk menggambarkan elemen api. Hal ini
terbakar oleh api, seperti batu yang dihinggapi phoenix jadi terbakar, dan pada
saat Uraji yang berusaha menangkap phoenix akhirnya mati terbakar. Di dalam
film juga diceritakan bahwa burung phoenix bersarang di gunung berapi dan
keluar pada saat gunung tersebut meletus. Serta di dalam film diceritakan burung
phoenix yang dapat hidup kembali melalui api.
Orang Jepang menganggap phoenix sebagai burung abadi yang immortal
dan membawa kekuatan keabadian yang bisa membawa manusia menuju
kehidupan yang abadi. Hal ini terbukti dalam film bahwa burung phoenix tidak
bisa mati meskipun dipanah oleh Uraji, dan burung phoenix yang dapat hidup
kembali melalui api setelah tertangkap dan dibunuh oleh Ana no Yumihiko. Serta
terbukti dalam kutipan dialog yang menyatakan bahwa burung phoenix adalah
burung abadi yang membawa kekuatan keabadian dalam tubuhnya. Selain itu di
dalam film juga menceritakan bahwa burung phoenix memiliki kekuatan
keabadian yang bisa membuat manusia hidup abadi dengan meminum darahnya.
Dalam hal ini terdapat persamaan dan perbedaan dengan mitos burung phoenix
dalam kepercayaan masyarakat Jepang. Dalam kepercayaan masyarakat Jepang
sendiri, burung phoenix memang dipercaya memiliki kekuatan keabadian yang
bisa membawa manusia pada kehidupan yang abadi. Namun kehidupan abadi
yang dimaksud di sini adalah kehidupan abadi setelah kematian. Sedangkan di
dalam film animasinya, kehidupan abadi yang dimaksud adalah hidup abadi di
dunia dengan meminum darah burung phoenix.
Mitos dalam kepercayaan masyarakat Jepang yang menganggap phoenix
menggambarkan burung phoenix yang suka menolong, yaitu ketika phoenix
menyelamatkan nyawa Takeru dan mencegah Leona yang akan bunuh diri. Serta
burung phoenix datang menghibur Marimo yang sedang bersedih karena Inugami
terluka parah, untuk menyampaikan bahwa Inugami tidak akan mati.
Orang Jepang percaya bahwa burung phoenix adalah jelmaan utusan dari
surga yang datang untuk menyampaikan pesan dari langit. Dalam film animasi ini
burung phoenix hadir sebagai mahkluk yang bijaksana untuk menyampaikan
pesan langit (takdir) pada Sakon no Suke tentang karma yang harus diterimanya,
karena ia telah membunuh nyawa manusia yang tak berdosa. Dan pada Marimo,
burung phoenix datang untuk menyampaikan takdir Inugami yang tidak akan mati.
Dalam film animasi Hi No Tori, pengarang menyampaikan pesan ajaran
agama Buddha yaitu tentang adanya reinkarnasi ke dalam mitos burung phoenix.
Hal ini terbukti pada kutipan-kutipan dialog tokoh animasi Leona yang
menyatakan bahwa takdirnya adalah mati dan kemudian hidup kembali secara
berulang-ulang. Dan diceritakan dalam film, Masato yang dianugerahi hidup
abadi oleh burung phoenix dapat melihat proses musnahnya kehidupan dan
kelahiran kembali kehidupan di atas bumi.
Secara keseluruhan mitos burung phoenix dalam film animasi Hi No Tori
sesuai dengan mitos burung phoenix yang terdapat dalam kepercayaan masyarakat
Jepang. Burung phoenix yang memiliki elemen api, mitos burung phoenix yang
dianggap membawa kekuatan keabadian, phoenix sebagai lambang kebajikan, dan
phoenix yang menggambarkan utusan dari surga, serta terkandung pesan ajaran
DAFTAR PUSTAKA
Befu, Harumi. Japan: An Anthropological Introduction, Tokyo: 1981.
Black, James.A. Metode Dan Masalah Penelitian Sosial, Bandung: 1992.
Byoudouin Hououdou, KIIS(Kansai Institute of Information Systems), 1996. http://www.kiis.or.jp/rekishi/kyoto/uji1.html
Danandjaja, James. Folklor Jepang, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.1997.
Dhammananda, Sri. Keyakinan Umat Buddha, Pustaka Karaniya. 2004.
Dorson, Richard. Folk Legends of Japan, Tokyo: Tuttle Company. 1982.
Egami, Namio. Light on Japanese Cultural Origins from Historical Archeological and Legends, New York: 1962.
Gateway To Chinese Culture, Singapura: Montage Culture. 2003.
鳳凰houou, 22 Januari 2004.
Kz-houou.hp.infoseek.co.jp/main.htm
Hou-ou, 16 Maret 2005.
http : www. Arisingphoenix.com
鳳凰の話(1) houou no hanashi(1), 29 Maret 2007. http://www.painless-clinic.com
鳳凰の話(2) houou no hanashi(2), 30 Maret 2007. http://www.painless-clinic.com
鳳凰の話(4) houou no hanashi(4), 5 April 2007. http://www.painless-clinic.com
Izuru, Shinmura dkk. Kamus Jepang Kojien Vol. 2, 1991.
JAANUS/houou (Japanese Architecture and Art Net Users System), 2001. http://www.JAANUS/deta/h/houou2.htm
Japanese Buddhist Statuary: Gods, Goddesses, Shinto Kami, Creatures and Demons, Mark Schumacher, 12 Maret 2005.
http://www.onmarkproduction.com/index.html
Japan : Profile of A Nation, Tokyo: Kodansha. 1995.
Jepang Dewasa ini, The International Society for Educational Information, Inc. 1989.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: 1989.
Kodansha, Japan An Illustrated Encyclopedia, Tokyo: 1993.
Kyousuke, Kindaichi. Kamus Jepang Shinmekai kokugo jiten, Tokyo: Sanseido Co.,Ltd.1972.
Nazir, Moh. Ph. D. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.1988.
Phoenix, Chevalier, Jean. The Penguin Dictionary of Symbols, 1996. http://users.winshop.com.au/annew/Phoenix.html
Shirou, Hayashi dkk. Kamus Jepang Reikai shin kokugo jiten, Tokyo: 1993.
Tanaka, Yoshio. Japan As It Is, Third Edition, Tokyo: Gakken. 1997.
Tezuka, Osamu. Black Jack, Tokyo: Akita Bunko. 1993.
The World Book Encyclopedia, London: World Book Inc. 1996.
Vision of The Pure Land: The Treasure of Byoudou-in Temple http://www.kyotokk.com/byoudouin.html
Whitney, F. L. The Elements of Research, Prentice Hall Inc. New York: 1960.