ABSTRAK
Musik merupakan sarana yang sangat universal. Musik dapat menyampaikan segala bentuk keadaan yang terjadi di sekeliling. Untuk mengapresiasikan musik perlu wadah yang memadai yang dapat memenuhi kebutuhan akan musik. Wadah tersebut adalah auditorium. Perancangan interior auditorium bertujuan untuk memfasilitasi dan menunjang kegiatan musik di Indonesia khususnya dan kegiatan musik internasional pada umumnya.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI
KATA
PENGANTAR
i
ABSTRAK
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.8 Sistematika Penulisan 5
BAB II LANDASAN TEORI
2.5 Bentuk Auditorium 20
2.7.2 Distribusi Bunyi yang merata di setiap bagian Ruang (Difusi
Bunyi) 29
2.7.3 Karakteristik Waktu Dengung 29
2.7.4 Ruangan Bebas Cacat Akustik (eliminasi cacat akustik
ruang) 30
2.7.4.7 Serambi Bisikan (Whispering Gallery) 33
2.8 Utilitas 34
2.8.1 Sistem Pencahayaan 34
2.8.2 Sistem Penghawaan 35
2.9 Pengendalian Bising 36
2.10 Penggunaan Material Penyerap Bunyi 37
2.16 Desain Arsitektur Post-Modern 43
2.17 Gaya (Style) 45
BAB IV KONSEP DAN DESAIN
4.3.3 Konsep Warna 72
4.3.4 Konsep Material 72
4.4 Titik Tujuan Pandangan 76
4.5 Waktu Dengung 79
4.6 Ketinggian Ramp 81
4.7 Pencahayaan General 82
4.8 Sistem Kebakaran 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 84
5.2 Saran 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.9 TIPIKAL KONSTRUKSI INSULASI BUNYI PADARUANG SIARAN 40 GAMBAR 2.10 BEBERAPA SUSUNAN PARTISI GANDA DENGAN
DETAIL YANG BERKONTRIBUSI DALAM MENAMBAH INSULASI BUNYI 41 GAMBAR 2.11 TEBAL DINDING MEMPENGARUHI TINGKAT
INSULASI BUNYI 42 GAMBAR 2.12 PENGGUNAAN KACA 2 LAPIS 42 GAMBAR 2.13 POTONGAN KACA 2 LAPIS 42 GAMBAR 2.14 PINTU GANDA 43 GAMBAR 2.15 SEJARAH MUSIK 54 GAMBAR 2.16 PERKEMBANGAN MUSIK MODERN 56 GAMBAR 2.17 PERKEMBANGAN MUSIK MODERN 2 56 GAMBAR 2.18 MUSIK KONTEMPORER 59 GAMBAR 3.1 STRUKTUR ORGANISASI 61 GAMBAR 3.2 LOKASI JCC 64 GAMBAR 3.3 SKEMA AKTIVITAS KARYAWAN 65 GAMBAR 3.4 SKEMA AKTIVITAS EVENT ORGANIZER 65 GAMBAR 3.5 AKTIVITAS PENGISI ACARA DAN PENGUNJUNG 65 GAMBAR 3.6 FLOW ACTIVITY 68
GAMBAR 4.1 BENTUK ORGANIK 70 GAMBAR 4.2 BENDERA INDONESIA 70 GAMBAR 4.3 SKEMA WARNA 72 GAMBAR 4.4 PEMANTULAN BUNYI DARI BENTUK CEILING 73 GAMBAR 4.5 GYPSUM BOARD 73 GAMBAR 4.6 KARPET 75 GAMBAR 4.7 TITIK TUJUAN PANDANG 76 GAMBAR 4.8 POTONGAN PEMANTULAN BUNYI YANG BAIK 77 GAMBAR 4.9 SUDUT PEMANTULAN 78 GAMBAR 4.10 PERBANDINGAN PEMANTULAN 78
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan jaman saat ini mengalami kemajuan yang pesat di berbagai bidang kehidupan, sehingga timbul juga berbagai kebutuhan hidup, diantaranya MICE (Meetings, Incentives, Conferences, Exhibitions),
kebutuhan ini telah menjadi bagian hidup masyarakat kota. Selain MICE kebutuhan masyarakat kota umumnya akan musik dan hiburan juga tinggi, karena dilatarbelakangi dengan aktivitas masing-masing individu yang begitu padat dan seringkali menimbulkan suatu kepenatan tersendiri. Oleh karena itu dibutuhkan wadah/tempat untuk memfasilitasi kebutuhan tersebut, seperti convention center dan auditorium.
Auditorium merupakan bangunan publik yang berfungsi sebagai tempat berkumpul, bertemu secara formal maupun non-formal.
Salah satu fungsi auditorium adalah auditorium musik yang digunakan sebagai gedung pertunjukkan musik.
Seni musik adalah salah satu bentuk seni yang turut berperan dalam perkembangan emosional dan psikologi manusia.
Akhir-akhir ini apresiasi terhadap musik menunjukkan perkembangan yang sangat pesat yang dapat dilihat dengan maraknya pentas-pentas seni berskala nasional maupun internasional.
Di Indonesia sendiri masih belum ada gedung auditorium yang benar-benar layak sebagai ruang pertunjukkan musik.
JCC, dalam hal ini Plenary Hall yang fungsi awalnya sebagai tempat konferensi, kini kerap dipakai untuk menyelenggarakan pertunjukkan
berskala internasional sekalipun bisa dibilang tidak mempunyai nilai akustik yang sesuai standar. Pemakaiannya pun lebih karena daya tampung kapasitas yang besar.
Akustik yang ditawarkan bersifat artificial, dimana mengandalkan tata suara buatan untuk menciptakan ruang akustik yang optimal, bukan mengandalkan akustik ruang yang murni.
Selain itu penulis ingin mempresentasikan “Indonesia” dan kekinian dalam satu kesatuan desain yang modern.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah:
- Bagaimana merancang interior auditorium musik yang sesuai standar?
- Bagaimana mempresentasikan “Indonesia” dan kekinian dalam satu kesatuan desain yang modern?
1.3 Tujuan Perancangan Interior Auditorium-JCC
Tujuan perancangan interior auditorium Jakarta Convention Center: - Dapat memfasilitasi kebutuhan masyarakat yang kompleks akan
adanya auditorium musik yang benar-benar layak sebagai gedung pertunjukkan dengan sistem akustik yang baik.
- Dapat mempresentasikan “Indonesia” dan kekinian dalam satu kesatuan desain yang modern.
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam proyek ini adalah:
- Merancang interior auditorium musik dengan standar akustik yang baik dan dapat mempresentasikan Indonesia dan kekinian dalam satu kesatuan desain yang modern.
1.5 Sumber Data
Sumber data yang diperoleh berasal dari:
- Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dengan sumber terkait.
- Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil studi pustaka, literatur, maupun media lainnya seperi situs internet.
1.6 Metode Penulisan
1.6.1 Metode Penulisan
Dalam laporan ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif untuk memecahkan masalah, membahas dan menjawab permasalahan berdasarkan gambaran umum yang diperoleh di lapangan.
Metode eksplanasi, menganalisis dan membahas dengan cara menjelaskan, memaparkan, mengekspos suatu masalah.
1.6.2 Teknik Penulisan
Penulis menggunakan studi literatur dan studi kepustakaan berupa informasi pengetahuan mengenai teknik perancangan dan desain.
1.7 Kerangka Pemikiran
Penugasan ↓
Interpretasi Tugas ↓
Data ↓
Kriteria ⎯ Identifikasi Masalah ⎯ Konstrain ↓
1.8 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan Tugas Akhir ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu: - Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan perancangan interior, batasan masalah, sumber data, metode penulisan, kerangka pemikiran serta sistematika penulisan.
- Bab II Landasan Teori, terdiri dari definisi auditorium, jenis
auditorium, bentuk denah auditorium, pentas auditorium, bentuk auditorium, tata ruang dalam, kondisi ideal auditorium, utilitas,
pengendalian bising, penggunaan material penyerap bunyi, konstruksi insulasi bunyi, lantai dan plafond, dinding, kaca, pintu, desain arsitektur post-modern, gaya, indonesia, sejarah musik, musik kontemporer.
- Bab III Data dan Analisa, berisi tentang deskripsi proyek, struktur organisasi, visi dan misi, kriteria dan batasan desain, kegiatan ruang, lokasi tapak, pencapaian, kondisi lingkungan sekitar, informasi user, aktivitas, analisa kebutuhan ruang dan flow
activity.
- Bab IV Konsep dan Desain, berisi tentang konsep organisasi ruang, konsep bentuk, konsep berpikir, konsep visual, konsep warna, konsep material, titik tujuan pandang, waktu dengung, ketinggian ramp, pencahayaan general, sistem kebakaran.
- Bab V Kesimpulan dan Saran, berisi tentang hasil kesimpulan dan saran dalam proses perancangan interior auditorium musik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil studi, analisis sampai dengan proses percangan, penulis menyimpulkan bahwa perancangan interior merupakan suatu rangkaian proses perancangan yang kompleks yang mana melibatkan banyak aspek di dalamnya. Tujuan tugas akhir perancangan interior auditorium musik ini adalah memfasilitasi kebutuhan masyarakat akan hiburan, khusunya pertunjukkan musik.
• Merancang interior auditorium musik khususnya bukanlah hal yang
mudah. Banyak sekali tantangan dalam proses perancangan baik dari segi tekhnik maupun fungsi dan estetis.
• Akustik merupakan hal tekhnik yang sangat penting dan mutlak dalam
perancangan interior auditorium, didukung pula dengan bentuk dan material desain yang dipakai. Semuanya itu harus mendukung fungsi akustik dari sebuah auditorium musik.
• Kenyamanan penonton adalah faktor yang harus diperhatikan, hal ini
dapat dilihat dari titik tujuan pandang dan sudut pandang penonton serta sirkulasi keluar masuk penonton di masing-masing koridor.
• Penyusunan kursi yang berselang-seling memberi kemudahan melihat
dengan tidak terhalang pada masing-masing penonton.
• Sistem pencahayaan juga merupakan elemen penting dalam suatu
desain. Maka dari itu pencahayaan untuk auditorium harus dibedakan antara area panggung dan area penonton. Area panggung merupakan pusat dari segala kegiatan, maka pencahayaannya lebih terang daripada area penonton.
• Sistem penghawaan dan kebakaran tidak bisa dilupakan begitu saja,
karena kedua hal ini tidak bisa dipisahkan dalam suatu perancangan interior. Sistem kebakaran merupakan hal penting karena itu pemasangan sprinkle, smoke detector dan gas halon harus diperhatikan dengan baik dan material yang dipakai harus mempunyai ketahanan akan api.
• Dari bentuk desain “Indonesia” mengambil dari karakter tanah-air
yang dinamis, ada pergerakan dengan bentuk-bentuk organik, serta warna-warna “Indonesia” yang beraneka ragam dipadukan dengan kekinian.
5.2 Saran
• Perancangan auditorium musik merupakan hal yang kompleks dan tidak
mudah. Perlu persiapan (data-data dan pengetahuan, tekhnik ) yang matang dalam proses perancangan.
• Sebagai sebuah gedung convention center, JCC hendaknya
memperhatikan bahwa kebutuhan saat ini semakin kompleks terutama untuk pertunjukkan musik. Penulis menyarankan bahwa perancangan interior auditorium musik ini dapat melibatkan beberapa aspek lain seperti aspek estetik, aspek sosisal, aspek lingkungan dan lain-lain selain dari aspek fungsional, sehingga perancangan interior dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan musik dan individu-individunya