• Tidak ada hasil yang ditemukan

this file 6140 13010 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " this file 6140 13010 1 PB"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

[79]

http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar DOI: 10.23819/mimbar-sd.v4i1.6140

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

TWO STAY TWO STRAY

DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

KELAS V SD

M. Yusuf Setia Wardana

1

& Nindi Arumatika

2

Program Studi PGSD Universitas PGRI Semarang Jalan Sidodadi Timur 24 Dr. Cipto Semarang

1 Email: m.yusuf.sw@upgris.ac.id 2 Email: arumatikanindi@gmail.com

ABSTRACT ABSTRAK

Benefits of mathematics are to equip students with the ability to think logically, analytical, systematically, critically, and creatively, as well as the ability to cooperate. Based on observations in elementary school, there are 40% of students have not reached KKM and students have lack of critical abilities to understand math problems, and they have low activity of the study. One of models that can be applied is Two Stay Two Stray. The study used True Experimental Design with Posttest-Only Control Design. The population in this study was all fifth grade students of SD Negeri Semarang Rejosari 03. Data of critical thinking skills of the students in average on test of critical thinking skills mastery was 3.31 ≥ 2.67, it can be said to have a complete description. The conclusion is a model of Two Stay Two Stray being effective for critical thinking skills and mathematics learning outcomes of fifth grade students in SD Negeri Rejosari 03 Semarang.

Keywords: two stay two stray model, critical thinking ability.

Manfaat matematika adalah membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Berdasarkan observasi di SD terdapat 40% peserta didik belum mencapai KKM dan kurangnya kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam memahami soal matematika, serta rendahnya aktivitas belajar yang ditunjukkan peserta didik. Salah satu model yang dapat diterapkan adalah model Two Stay Two Stray. Penelitian ini menggunakan desain True Experimental Design dengan jenis Posttest-Only Control Group Design. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas V SD Negeri Rejosari 03 Semarang. Hasil uji rata-rata skor kemampuan berpikir kritis peserta didik pada uji ketuntasan kemampuan berpikir kritis adalah 3,31 2,67 sehingga dapat dikatakan tuntas secara meyakinkan. Simpulan yang diperoleh adalah model Two Stay Two Stray efektif terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar matematika peserta didik kelas V SD Negeri Rejosari 03 Semarang.

Kata Kunci: model two stay two stray, kemampuan berpikir kritis.

How to Cite: Wardana, M. Y. S., & Arumatika, N. (2017). IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS KELAS V SD. Mimbar Sekolah Dasar, 4(1), 79–91. http://doi.org/10.23819/mimbar-sd.v4i1.6140.

PENDAHULUAN ~ Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 berkaitan denga standar proses pendidikan, menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan,

(2)

[80] hendaknya dimulai dengan mengaitkan kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai konteks atau prior knowledge (Maulana, 2015), kemudian peserta didik secara bertahap dibimbing menanamkan konsep dengan kuat, lalu dibina untuk menguasai konsep pembelajaran dengan melibatkan peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran.

Salah satu cabang ilmu pengetahuan yang dipelajari dalam proses pendidikan adalah matematika. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 standar isi pada jenjang SD/MI disebutkan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Susanto (2013) menyatakan bahwa kompetensi matematis di SD yang harus dimiliki peserta didik setelah melakukan kegiatan pembelajaran bukanlah penguasaan matematika, namun yang diperlukan adalah agar peserta didik dapat

memahami dunia sekitar, mampu bersaing, dan berhasil dalam kehidupan.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 4 November 2016 dengan guru kelas VA dan VB SD Negeri Rejosari 03 Semarang, diketahui bahwa mata pelajaran yang menunjukkan prestasi belajar peserta didik rendah adalah matematika. Dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 60, sekitar 20% peserta didik kelas VA dan 40% peserta didik kelas VB masih mendapatkan nilai kurang dari KKM. Peserta didik mengalami kesulitan pada materi yang berhubungan dengan rumus-rumus matematika dan pengerjaan operasi hitung. Pada penyelesaian soal matematika berbentuk cerita atau pemecahan masalah, peserta didik masih kesulitan dalam memahaminya, apalagi apabila soal cerita berbentuk terbalik. Kurangnya kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam memahami soal matematika berbentuk cerita atau pemecahan masalah tersebut menjadikan pembelajaran kurang efektif dan berpengaruh pada hasil belajar peserta didik.

(3)

[81] (Fisher, 2009, p. 2) memberikan pandangan bahwa berpikir kritis secara esensial adalah sebuah proses aktif di mana seseorang akan memikirkan berbagai hal secara lebih mendalam untuk dirinya, mengajukan berbagai pertanyaan untuk dirinya, menemukan informasi yang relevan untuk dirinya, daripada menerima berbagai hal dari orang lain sebagian besarnya secara pasif. Lebih lanjut, Glaser (Fisher, 2009, p. 3) mendefinisikan berpikir kritis sebagai suatu sikap mau berpikir lebih mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal mengenai pengalaman seseorang menggunakan metode pemeriksaan dan penalaran yang logis. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan yang diperolehnya berdasarkan bukti pendukung dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian dilakukan dengan menerapkan alternatif tindakan pada peserta didik kelas V SD Negeri Rejosari 03 Semarang melalui pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif. Huda (2011, p. 59) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat menciptakan suasana ruang kelas yang terbuka karena pembelajaran ini mampu membangun keberagaman dan mendorong koneksi antarpeserta didik. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dianggap

akan menciptakan suasana aktif dan kreatif adalah tipe Two Stay Two Stray.

(4)

[82]

Kemampuan Berpikir Kritis

Selain yang telah dikemukakan pada latar belakang, yakni pandangan teoretis mengenai kemampuan berpikir kritis menurut John Dewey dan Glaser (Fisher, 2009), didefinisikan pula oleh Halpen (Susanto, 2013, p. 122) bahwa berpikir kritis sebagai bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan simpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan atau strategi kognitif secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Orang yang mampu berpikir kritis adalah orang yang tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu. Karena mereka akan mencermati, menganalisis, dan mengevaluasi informasi terlebih dahulu sebelum menentukan apakah mereka akan menerima atau menolak informasi tersebut. Apabila belum memiliki pemahaman yang cukup, pengambilan keputusan tentang informasi tersebut akan ditangguhkan.

Beberapa keterampilan berpikir kritis diklasifikasikan oleh Edward Glaser (Fisher (2009, p. 7) sebagai berikut: (1) mengenal masalah; (2) menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu; (3) mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan; (4) mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan; (5) memahami dan menggunakan bahasa yang tepat,

jelas, dan khas; (6) menganalisis data; (7) menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan; (8) mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah; (9) menarik simpulan-simpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan; (10) menguji kesamaan-kesamaan yang diperlukan; (11) menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas; serta (12) membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator kemampuan berpikir kritis dirangkum dari pendapat Ennis (2000) terdiri atas:

1. Memberikan penjelasan mendasar 2. Membangun keterampilan dasar 3. Menyimpulkan

4. Memberikan penjelasan lanjut 5. Mengatur strategi dan taktik

Model Pembelajaran Two Stay Two Stray

(5)

[83] meningkat. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas (Suprijono, 2009, p. 46). Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan

ragam perangkat-perangkat

pembelajaran. Model pembelajaran dapat mengaktifkan proses pembelajaran di kelas dan dapat dijadikan pilihan para guru untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.

Model Pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan dipandang bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Struktur Dua Tinggal Dua Tamu memberi kesempatan kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain (Lie, 2007, p. 61). Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi/bertamu antarkelompok untuk berbagi informasi.

Langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray dalam Shoimin (2014, p. 223)

adalah sebagai berikut.

1. Peserta didik bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasa. 2. Setelah selesai, dua peserta didik dari

masing-masing kelompok akan

meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.

3. Dua peserta didik yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan desain posttest-only control group design (Ruseffendi, 2010).

Subjek penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas V SD Negeri Rejosari 03 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas VA dengan jumlah peserta didik 20 peserta didik dan kelas VB dengan jumlah 24 peserta didik.

(6)

[84] peserta didik. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis statistik, yaitu kemampuan berpikir kritis peserta didik. Jika hipotesis statistik yang diuji menunjukkan penolakan, maka hipotesis penelitian dapat diterima.

Adapun pada penelitian ini, observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang tingkah laku peserta didik pada saat belajar dan partisipasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.

Analisis pendahuluan dilakukan untuk pengujian asumsi normalitas distribusi dan homogenitas varians (Maulana, 2015). Selanjutnya dilakukan uji kesamaan rata-rata dua pihak. Analisis data akhir menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji hipotesis menggunakan uji T dua pihak, uji pihak kanan, dan uji ketuntasan. Masing-masing uji tersebut digunakan untuk menguji kemampuan berpikir kritis matematis.

HASIL

Sebagaimana diketahui sebelumnya, melalui kegiatan eksperimen, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran Two Stay Two Stray efektif terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar matematika kelas V SD Negeri Rejosari 03 Semarang. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis

matematis dan hasil belajar matematika. Kelas VA sebagai kelas eksperimen dikenai perlakuan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray, sedangkan kelas VB sebagai kelas kontrol tidak dikenai perlakuan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray.

Model pembelajaran Two Stay Two Stray ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia peserta didik. Model pembelajaran ini efektif digunakan dalam proses belajar karena interaksi belajar antarpeserta didik terus berlangsung selama tugas kelompok belum terselesaikan. Kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik dan hasil belajar lebih meningkat dengan penggunaan model pembelajaran ini.

(7)

[85] Rata-rata kemampuan berpikir kritis dari kelas kontrol dan kelas eksperimen disajikan pada Gambar 1. Sedangkan rata-rata hasil belajar dari kelas kontrol dan kelas eksperimen disajikan pada Gambar 2.

Gambar 1. Diagram Kemampuan Berpikir Kritis

Berdasarkan Gambar 1, terlihat rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik pada kelas kontrol sebesar 67,36 dan pada kelas eksperimen sebesar 82,83. Kemampuan berpikir kritis matematis meningkat setelah dikenai perlakuan berupa model pembelajaran Two Stay Two Stray.

Gambar 2. Diagram Hasil Belajar Matematika

Berdasarkan Gambar 2, terlihat rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi

dari kelas kontrol. Rata-rata hasil belajar peserta didik pada kelas kontrol sebesar 71,16 dan pada kelas eksperimen sebesar 83,02. Hasil belajar matematika meningkat setelah dikenai perlakuan berupa model pembelajaran Two Stay Two Stray.

Analisis Pendahuluan

Analisis pendahuluan ini dilakukan dengan uji asumsi normalitas dan homogenitas varians (Maulana, 2015) yang dilanjutkan dengan uji kesamaan atau perbedaan rata-rata. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors, hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi

berdistribusi normal.

Ha : sampel berasal dari populasi

berdistribusi tidak normal.

Uji Normalitas Kelas Eksperimen

Berdasarkan perhitungan uji normalitas kelas eksperimen diperoleh Lhitung = 0,0764

dan Ltabel = 0,190 diperoleh dari daftar

tabel Lilliefors dengan n = 20 dan taraf signifikan 5%, sehingga Lhitung < Ltabel yaitu

0,0764 < 0,190 maka H0 diterima.

Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa sampel dari kelas eksperimen berdistribusi normal.

Uji Normalitas Kelas Kontrol

Berdasarkan perhitungan uji normalitas kelas kontrol diperoleh Lhitung = 0,1176 dan

Ltabel = 0181 diperoleh dari daftar tabel

Lilliefors dengan n = 24 dan taraf signifikan

5%, sehingga Lhitung < Ltabel yaitu 0,1176 <

(8)

[86] tersebut dapat dikatakan bahwa sampel dari kelas kontrol berdistribusi normal.

Uji Homogenitas

Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : 12 = 22, yaitu kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen homogen.

Ha : 12  22 yaitu kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen tidak

homogen.

Berdasarkan perhitungan uji homogenitas dari data awal kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh varians kelas eksperimen = 164,011 dan varians kelas kontrol = 99,819 maka diperoleh Fhitung = 1,643.

Berdasarkan daftar tabel diperoleh nilai Ftabel = 2,061 dengan dk pembilang 19, dk

penyebut 23, dan taraf signifikan 5%. Dari perhitungan tersebut maka Fhitung < Ftabel

yaitu 1,643 < 2,061 sehingga H0 diterima.

Simpulan yang diperoleh dari uji homogenitas awal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah bahwa kedua kelompok tersebut berasal dari populasi yang homogen.

Analisis Data Akhir

Sebagaimana pada analisis pendahuluan, uji normalitas dilakukan dengan uji Liliefors. Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi

berdistribusi normal

Ha : sampel berasal dari populasi

berdistribusi tidak normal.

Uji Normalitas Kelas Eksperimen

Pada kelas eksperimen, berdasarkan data kemampuan berpikir kritis matematis dan

hasil perhitungan uji normalitas, diperoleh Lhitung = 0,1371 dan Ltabel = 0,190 diperoleh

dari daftar tabel Lilliefors dengan n = 20 dan taraf signifikan 5%, sehingga Lhitung <

Ltabel yaitu 0,1371 < 0,190 maka H0 diterima.

Berdasarkan hasil uji normalitas tersebut dapat dikatakan bahwa sampel dari kelas eksperimen berdistribusi normal.

Sementara itu, berdasarkan perhitungan uji normalitas kelas kontrol diperoleh Lhitung

= 0,1249 dan Ltabel = 0181 diperoleh dari

daftar tabel Lilliefors dengan n = 24 dan taraf signifikan 5%, sehingga Lhitung < Ltabel

yaitu 0,1249 < 0181 maka H0 diterima.

Berdasarkan hasil uji normalitas tersebut dapat dikatakan bahwa sampel dari kelas kontrol berdistribusi normal.

Uji Homogenitas

Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : 12=22, yaitu kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen homogen.

Ha : 1222 yaitu kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen tidak

homogen.

Berdasarkan perhitungan uji homogenitas dari data akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh varians kelas eksperimen = 97,41 dan varians kelas kontrol = 122,45 maka diperoleh Fhitung = 1,257. Berdasarkan

daftar tabel diperoleh nilai Ftabel = 2,213

dengan dk pembilang 23, dk penyebut 19 dan taraf signifikan 5%. Dari perhitungan tersebut maka Fhitung < Ftabel yaitu 1,257 <

2,213 sehingga H0 diterima. Kesimpulan

(9)

[87] pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah bahwa kedua kelompok tersebut berasal dari populasi yang homogen.

Uji Hipotesis

Uji-t Dua Pihak (Two Tail Test)

Uji-t dua pihak digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik antara pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray dan metode ceramah.

Pengujian hipotesis ini menggunakan rumus t-test. Hipotesis yang akan diuji sebagai berikut:

H0 : μ1 = μ2 (tidak terdapat perbedaan

kemampuan berpikir kritis pada peserta didik kelas

kemampuan berpikir kritis pada peserta didik kelas dari data akhir kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan rumus t-test, diperoleh = 4,8477 dan diperoleh = 2,018 dengan taraf signifikan 5% (untuk uji dua pihak) dan derajat kebebasan 20 + 24 – 2 = 42. Dari

perhitungan tersebut maka

yaitu 4,8477 2,018 sehingga H0 ditolak.

Kesimpulan yang diperoleh dari uji T dua pihak dari data akhir kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis pada peserta didik kelas V SD Negeri Rejosari 03 Semarang antara pembelajaran yang menggunakan model Two Stay Two Stray dan pembelajaran

yang menggunakan metode

konvensional.

Simpulan yang diperoleh dari uji-t dua pihak kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar berdasarkan data akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar pada peserta didik kelas V SD Negeri Rejosari 03 Semarang antara pembelajaran yang menggunakan model Two Stay Two Stray dan pembelajaran yang menggunakan metode konvensional.

Uji Pihak Kanan (Two Tailed)

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji pihak kanan berlaku ketentuan bila harga thitunglebih kecil atau sama dengan (≤) dari

ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Pengujian hipotesis ini menggunakan rumus t-test.

Hipotesis yang akan diuji sebagai berikut: H0 : μ1  μ2 (kemampuan berpikir kritis

(10)

[88] pembelajaran Two Stay

Two Stray lebih rendah

atau sama dengan pembelajaran yang menggunakan metode konvensional).

Ha : μ1 > μ2 (kemampuan berpikir kritis

pada peserta didik kelas V SD Negeri Rejosari 03 Semarang dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray lebih tinggi dari pembelajaran yang menggunakan metode konvensional).

Berdasarkan perhitungan uji pihak kanan dari data akhir kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan rumus t-test, diperoleh = 4,8477 dan diperoleh = 1,682 dengan taraf signifikan 5% (untuk uji satu pihak) dan derajat kebebasan 20 + 24 – 2 = 42. Dari perhitungan tersebut maka yaitu 4,8477 1,682 sehingga H0 ditolak. Kesimpulan yang diperoleh dari

uji pihak kanan data akhir kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah kemampuan berpikir kritis pada peserta didik kelas V SD Negeri Rejosari 03 Semarang dengan menggunakan model pembelajaran Two

Stay Two Stray lebih tinggi dari

pembelajaran yang menggunakan metode konvensional.

Simpulan yang diperoleh dari uji pihak kanan kemampuan berpikir kritis berdasarkan data akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah kemampuan berpikir kritis pada peserta didik kelas V SD

Negeri Rejosari 03 Semarang dengan menggunakan model pembelajaran Two

Stay Two Stray lebih tinggi dari

pembelajaran yang menggunakan metode ceramah.

Uji Ketuntasan

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa kemampuan berpikir kritis rata-rata peserta didik adalah 3,31. Sehingga rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam kategori (B+), maka dengan kriteria tuntas 2,67 yaitu 3,31 2,67. Dapat dikatakan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik memiliki keterangan tuntas.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa nilai sikap rata-rata peserta didik adalah 3,58. Sehingga rata-rata nilai sikap peserta didik dalam kategori A, maka dengan kriteria tuntas 2,67 yaitu 3,58 2,67. Dapat dikatakan bahwa rata-rata nilai sikap peserta didik memiliki keterangan tuntas.

PEMBAHASAN

(11)

[89] bagaimana cara membelajarkan peserta didik dengan berbagai variasi sehingga terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan.

Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray bertujuan dapat membantu peserta didik untuk dapat lebih berani berpendapat sehingga menjadikan peserta didik lebih aktif, saling menilai fakta dan mengevaluasi hasil diskusi dengan pemikiran yang mendalam sehingga meningkatkan hasil belajar.

Berdasarkan analisis data didapatkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray efektif terhadap kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dan affirmasi dari penelitian terdahulu. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni (2016) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas iv sd di kecamatan ungaran timur. Ketuntasan secara klasikal kelompok eksperimen menunjukkan sebesar 90%, lebih besar daripada kelompok kontrol sebesar 16,66%. Kelompok eksperimen lebih efektif daripada kelompok kontrol yang ditunjukkan dari hasil perhitungan uji t diperoleh nilai t-test sebesar 2,564.

Perbedaan posttest dengan pretest ditunjukkan dengan perbedaan rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen sebesar 80,67 lebih besar daripada rata-rata hasil belajar kelompok kontrol sebesar 75,47 dengan selisih sebesar 5,20 sehingga termasuk kriteria baik.

Sintaks pembelajaran model Two Stay Two

Stray menguraikan bahwa peserta didik

diberi kesempatan untuk

mengembangkan informasi dengan kelompok lainnya, melatih peserta didik

memecahkan masalah, dan

(12)

[90] Piaget (Matlin, 2005) dalam teori perkembangan kognitifnya menjelaskan bahwa perkembangan kognitif individu dapat ditingkatkan melalui penyusunan

materi pelajaran dan

mempresentasikannya sesuai dengan tahap perkembangan individu dengan cara berinteraksi sosial dengan teman sebaya. Hal ini sesuai dengan proses pembelajaran Two Stay Two Stray dimana peserta didik belajar di dalam suatu kelompok yang memungkinkan peserta didik dapat beragumentasi dan berdiskusi untuk membantu memperjelas pemikiran menjadi lebih logis. Pengelompokan peserta didik yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan. Selain itu, Brunner melalui teorinya menyarankan agar peserta didik dalam proses belajar dapat berpartisipasi aktif dengan peserta didik lain dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Hal ini sesuai dengan model Two Stay Two Stray yang mendorong peserta didik berpatisipasi aktif dalam proses pembelajaran dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berbagi informasi, berinteraksi dan belajar bersama-sama peserta didik sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan.

SIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah yang terdapat pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

Two Stay Two Stray efektif terhadap

kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik kelas V SD Negeri Rejosari 03 Semarang.

REFERENSI

Ennis, R.H. (2000). A super-streamlined

conception of critical thinking. [online].

Tersedia:

PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SD KELAS V MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK. Mimbar Sekolah Dasar, 3(1),

penerapan. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Lie, A. (2007). Cooperative learning mempraktikkan cooperative learning di

ruang-ruang kelas. Jakarta: PT

Grasindo.

Matlin, M.W. (2005). Cognition (6th edition).

Pennsylvania: John Wiley & Sons, Inc.

Maulana, M. (2015). INTERAKSI PBL-MURDER, MINAT PENJURUSAN, DAN KEMAMPUAN DASAR MATEMATIS TERHADAP PENCAPAIAN KEMAMPUAN BERPIKIR DAN DISPOSISI KRITIS. Mimbar

Sekolah Dasar, 2(1), 1-20.

doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbar-sd.v2i1.1318.

Nugraheni, N. (2016). Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay

Two Stray terhadap hasil belajar

(13)

[91] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Jakarta: Depdiknas.

Ruseffendi, E.T. (2010). Dasar-dasar penelitian dan bidang non eksakta lainnya. Semarang: Unnes Press.

Shoimin, A. (2014). 68 model pembelajaran inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Suprijono, A. (2009). Cooperative learning teori & aplikasi paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, A. (2013). Teori belajar &

pembelajaran di sekolah dasar.

Gambar

Gambar 2. pembelajaran Two Stay Two Stray.

Referensi

Dokumen terkait

jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagian besar adalah untuk pengobatan penyakit dalam yaitu seperti sakit perut, sakit kepala, sakit gigi, maag,

Setelah mengetahui cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan penerimaan diri dari remaja, orang lain dan guru bimbingan dan konseling maka peneliti yang berlatarbelakang

a. Menurut pandangan psikodinamika, skizofrenia mencerminkan ego yang dibanjiri oleh dorongan-dorongan seksual primitif atau agresi atau impuls yang berasal dari

Untuk menentukan bobot masing-masing alternatif, ada dua metode yang biasa digunakan.Metode subjektif, yaitu pengambil keputusan menetapkan suatu nilai sebagai bobot sesuai

Antibiosis adalah salah satu mekanisme keta- hanan tanaman terhadap serangga yang dapat disebabkan oleh pengaruh fisiologis, akibat serangga makan tanaman, baik bersifat semen-

Halaman Raport siswa merupakan halam- an yang berfungsi untuk menampilkan ke- seluruhan rekan nilai siswa setiap anak. Pada halaman Raport ini wali kelas dapat me-

Satuan Polisi Pamong Praja atau yang dis- ingkat Satpol PP adalah perangkat Pemerintah Daerah dalam memelihara ke- tentraman dan ketertiban umum serta

Jenis masalah yang timbul dalam penelitian ini : Kurang Efektifitasnya pengelolaan perpustakaan sekolah dalam meningkatkan minat baca siswa di MTs Negeri