• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI PERKEMAHAN DALAM PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN TERHADAP KARAKTER MANDIRI SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR SE-GUGUS III KECAMATAN DEPOK SLEMAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI PERKEMAHAN DALAM PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN TERHADAP KARAKTER MANDIRI SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR SE-GUGUS III KECAMATAN DEPOK SLEMAN."

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI PERKEMAHAN DALAM PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN TERHADAP KARAKTER

MANDIRI SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR SE-GUGUS III KECAMATAN

DEPOK SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Endah Krisnajati NIM 13108244004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)

iii

(4)
(5)

v

MOTTO

~ ~ La Takhaf Wa La Tahzan, Innallaha Ma’ana ~ ~

“Janganlah kamu takut dan janganlah bersedih hati, Sesungguhnya Allah ada bersama kita”

Terus mencoba, pantang menyerah, kembangkan tujuan, berani ambil resiko! Don’t afraid! Be something different!



(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan puji dan syukur serta mengharap ridho dari Allah SWT,

skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua dan keluarga tercinta.

2. Almamater, Universitas Negeri Yogyakarta.

(7)

vii

PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI PERKEMAHAN DALAM PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN TERHADAP KARAKTER

MANDIRI SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR SE-GUGUS III KECAMATAN

DEPOK SLEMAN

Oleh Endah Krisnajati NIM 13108244004

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri siswa kelas VI Sekolah Dasar se-Gugus III Kecamatan Depok Kabupaten Sleman.

Jenis penelitian ini adalah penelitian ex-post facto dengan pendekatan kuantitatif yang bersifat non eksperimental. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 297 siswa. Ukuran sampel sebanyak 170 siswa ditentukan berdasarkan rumus slovin. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa skala psikologi. Instrumen dikembangkan dengan validitas konstruk dan isi yang disetujui oleh ahlinya. Teknik pengolahan data dilakukan dengan adanya uji validitas dan reliabilitas, penghitungan persentase, uji normalitas, uji linearitas, serta uji hipotesis dengan analisis regresi sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri siswa. Hal ini dapat diketahui dari nilai signifikansi (sig) atau peluang galat (p) sebesar 0,000 < 0,05 maka dinyatakan hubungan antara variabel keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan dengan karakter mandiri siswa adalah signifikan. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,805 dan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,646 dengan persamaan regresi Y’ = 20,241 + 0,538X. Besarnya kontribusi atau sumbangan efektif dari keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri sebesar 64,6%.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta

hidayah-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

Rasulullah Muhammad SAW. Penulis menghaturkan syukur atas segala nikmat

dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi berjudul “Pengaruh Keaktifan

Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan terhadap Karakter

Mandiri Siswa Kelas VI se-Gugus III Kecamatan Depok Sleman” dapat disusun

dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tentu tidak terlepas dari

bimbingan, arahan, serta bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Sebagai ungkapan rasa syukur, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan

untuk dapat menuntut ilmu di UNY.

2. Dekan FIP UNY yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan PSD FIP UNY yang telah mendukung kelancaran penulisan

skripsi ini.

4. Bapak Dr. Anwar Senen, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah memberikan pengarahan, masukan, dan bimbingan kepada penulis

(9)
(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

1. Manfaat Teoritis ... 10

2. Manfaat Praktis ... 11

BAB II. KAJIAN TEORI A. Karakter Mandiri ... 12

1. Pengertian Karakter Mandiri ... 12

2. Karakteristik dari Karakter Mandiri ... 17

(11)

xi

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakter Mandiri ... 22

B. Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 26

1. Pengertian Keaktifan ... 26

2. Perkemahan ... 28

3. Pengertian Pendidikan Kepramukaan ... 35

4. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kepramukaan ... 37

5. Sifat Pendidikan Kepramukaan ... 39

6. Pramuka Penggalang ... 40

7. Kegiatan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 41

C. Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan terhadap Karakter Mandiri Siswa ... 45

D. Penelitian yang Relevan ... 47

E. Kerangka Pikir ... 48

F. Hipotesis Penelitian ... 50

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 51

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

1. Tempat Penelitian... 51

2. Waktu Penelitian ... 52

C. Variabel Penelitian ... 52

1. Variabel Independen (variabel bebas) ... 52

2. Variabel Dependen (variabel terikat) ... 52

D. Populasi dan Sampel ... 53

1. Populasi Penelitian ... 53

2. Sampel Penelitian ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 56

F. Instrumen Penelitian ... 57

G. Teknik Analisis Data ... 64

1. Analisis Deskriptif Persentase... 64

(12)

xii

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 70

1. Variabel Karakter Mandiri ... 71

2. Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 73

B. Uji Prasyarat Analisis ... 75

1. Uji Normalitas ... 75

2. Uji Linearitas ... 76

C. Uji Hipotesis ... 77

D. Pembahasan ... 80

E. Keterbatasan Penelitian ... 85

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 87

1. Bagi Pembina Pramuka ... 87

2. Bagi Orang Tua ... 88

3. Bagi Siswa ... 88

4. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas VI di Sekolah Dasar se-Gugus III

Kecamatan Depok ... 53

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 58

Tabel 3. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 63

Tabel 4. Kategori Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan dan Karakter Mandiri ... 65

Tabel 5. Hasil Output Frequencies Variabel Karakter Mandiri ... 71

Tabel 6. Distribusi Data Variabel Karakter Mandiri ... 72

Tabel 7. Hasil Output Frequencies Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 73

Tabel 8. Distribusi Data Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan... 75

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas ... 76

Tabel 10. Data Hasil Output Uji Linearitas ... 76

Tabel 11. Data Hasil Output Anova ... 78

Tabel 12. Data Hasil Output Coefficients ... 78

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kerangka Pengaruh Kerja Kedua Variabel ... 50

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Keterangan Validasi Expert Judgement ... 93

Lampiran 2. Instrumen Ujicoba Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 95

Lampiran 3. Instrumen Ujicoba Variabel Karakter Mandiri ... 98

Lampiran 4. Rekapitulasi Data Hasil Ujicoba Instrumen Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 100

Lampiran 5. Rekapitulasi Data Hasil Ujicoba Instrumen Variabel Karakter Mandiri ... 101

Lampiran 6. Hasil Validitas dan Reliabilitas Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 103

Lampiran 7. Hasil Validitas dan Reliabilitas Variabel Karakter Mandiri ... 105

Lampiran 8. Instrumen Penelitian Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 107

Lampiran 9. Instrumen Penelitian Variabel Karakter Mandiri ... 109

Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Data Instrumen Penelitian Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 111

Lampiran 11. Rekapitulasi Hasil Data Instrumen Penelitian Variabel Karakter Mandiri ... 115

Lampiran 12. Hasil Pengkategorian Data ... 121

Lampiran 13. Sebaran Data ... 124

Lampiran 14. Hasil Uji Normalitas ... 125

Lampiran 15. Hasil Uji Linearitas ... 125

Lampiran 16. Hasil Uji Hipotesis ... 126

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan diselenggarakan di setiap satuan pendidikan, mulai dari

pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Pendidikan diberikan di

lembaga-lembaga nonformal dan informal yang menjadi sarana pembentukan pribadi

peserta didik maupun masyarakat pada umumnya. Pasal 31 ayat (2) UUD 1945

mengamanatkan pemerintah untuk menyelenggarakan suatu sistem pendidikan

nasional. Pendidikan diberikan sejak dini untuk mewujudkan Sumber Daya

Manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu mengembangkan pengetahuan.

SDM yang berkualitas akan mewujudkan masyarakat yang mempunyai masa

depan yang baik. Pendidikan merupakan sarana untuk menyiapkan masa kini dan

sekaligus masa depan.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyebutkan: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa,...”. Pendidikan Nasional memiliki tujuan untuk

mengembangkan potensi siswa. Potensi tersebut untuk mewujudkan manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

(17)

2

Mardapi (Darmiyati Zuchdi, 2011:186) menyatakan bahwa karakter

diperoleh berdasarkan adanya interaksi dengan orang tua, guru, teman, dan

lingkungan, serta dari pembelajaran secara langsung atau pengamatan terhadap

orang lain. Karakter berkaitan erat dengan sikap dan nilai. Karakter berkaitan

dengan adanya pendidikan karakter yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan

Nasional (2011:10) merumuskan materi pendidikan karakter yang meliputi 18

nilai-nilai karakter diantaranya adalah nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja

keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta

tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar

membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai-nilai

pendidikan karakter dapat diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran baik

di dalam kelas maupun di luar kelas.

Pendidikan karakter yang ditanamkan di sekolah dasar sangat beragam dan

penting untuk kepribadian dan perkembangan siswa. Salah satu nilai pendidikan

karakter adalah karakter mandiri. Samani dan Hariyanto (2012:131) menjelaskan

bahwa mandiri adalah mampu memenuhi kehidupan diri sendiri dan tidak

bergantung pada orang lain dan orang yang mandiri mampu mempertimbangkan

pilihan dan membuat keputusan sendiri. Siswa mulai dididik sejak dini untuk mau

belajar dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri, tidak selalu bergantung pada

(18)

3

diambilnya. Siswa dibiasakan untuk berusaha mengerjakan sendiri segala hal yang

dapat dilakukan secara mandiri tanpa menggantungkan bantuan orang lain.

Pendidikan memiliki peranan yang besar dalam upaya mencerdaskan

kehidupan bangsa dan menciptakan SDM yang berkualitas. Pendidikan di sekolah

dasar dapat dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas. Kegiatan yang

dilaksanakan di luar kelas berupa kegiatan yang dapat mengembangkan

kepribadian siswa sebagai bekal dalam meningkatkan kemampuan dan karakter

siswa. Salah satu pendidikan di sekolah dasar yang dapat membentuk kepribadian

siswa adalah melalui kegiatan dalam pendidikan kepramukaan.

Elly Sri Melinda (2013:2) menyatakan bahwa pendidikan kepramukaan

merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan kepada siswa di bawah

bimbingan orang dewasa dengan melalui kegiatan rekreatif, edukatif, kreatif,

menantang dan menyenangkan di alam terbuka yang dikemas dalam bentuk

berbagai kegiatan sesuai dengan satuan atau golongan siswa. Salah satu kegiatan

dalam pendidikan kepramukaan adalah perkemahan. Kegiatan perkemahan

dilaksanakan di alam terbuka dan berada dalam bimbingan orang dewasa.

Kegiatan tersebut dikemas sesuai tujuan untuk memberikan pengalaman dan

pembelajaran bagi siswa dalam belajar mandiri.

Karakter mandiri bagi siswa kelas VI sekolah dasar menjadi hal yang

penting untuk bisa tertanam pada diri setiap siswa. Siswa setelah lulus dari

sekolah dasar akan dapat percaya diri dan mampu mengerjakan berbagai hal yang

(19)

4

terjadi saat ini adalah adanya krisis kemandirian oleh generasi muda (siswa).

Krisis kemandirian tersebut diwujudkan dengan adanya ketergantungan generasi

muda (siswa) kepada orang tua atau orang lain dalam menghadapi masalah.

Karakter mandiri penting untuk ditanamkan sedini mungkin, baik melalui

pendidikan di sekolah, di rumah, dan di lingkungan sekitarnya. Perkemahan

sebagai salah satu kegiatan dalam pendidikan kepramukaan berperan sebagai

upaya menumbuhkan karakter mandiri siswa.

Pada jenjang sekolah dasar, perkemahan menjadi satu-satunya program

yang dapat mencakup berbagai macam kegiatan. Kegiatan tersebut dapat

menciptakan kemandirian karena dilaksanakan di alam terbuka dan siswa tidak

selalu didampingi oleh orang tuanya. Siswa akan dapat belajar untuk

membiasakan diri menanamkan karakter mandiri dalam diri pribadinya. Siswa

kelas VI akan segera lulus dari sekolah dasar dan akan menempuh jenjang

pendidikan selanjutnya. Penanaman karakter mandiri melalui kegiatan

perkemahan bagi siswa kelas VI merupakan salah satu upaya penting yang dapat

dilakukan sekolah. Pada masa yang akan datang, siswa akan menjadi lebih siap

mental dan fisik dalam menghadapi permasalahan pribadi. Siswa akan terbiasa

mencoba menyelesaikan permasalahannya sendiri tanpa selalu mengutamakan

bantuan dari orang lain.

Penanaman karakter mandiri senantiasa diupayakan dalam pendidikan

kepramukaan. Perwujudan upaya tersebut adalah dengan memberikan kegiatan

(20)

5

diselesaikan dan dipraktikkan saat perkemahan akan menentukan dan membentuk

karakter mandiri siswa. Contoh dari pembiasaan karakter mandiri pada saat

kegiatan perkemahan adalah memasak dan menjaga kebersihan diri. Siswa

terbiasa makan dengan mudah selama di rumah karena sudah disiapkan oleh orang

tua. Namun pada kegiatan perkemahan, siswa akan mencoba memenuhi

kebutuhan diri dalam membuat makanan sendiri saat tiba-tiba merasa lapar dan

senantiasa menjaga kebersihan diri secara mandiri tanpa bergantung pada bantuan

orang lain. Kegiatan perkemahan yang dilaksanakan dalam pendidikan

kepramukaan meliputi kegiatan yang menarik, menantang, kreatif, dan

menyenangkan. Siswa akan dapat belajar sikap disiplin, berani, menghargai orang

lain, peduli lingkungan, cinta alam, dan memiliki karakter mandiri. Siswa dapat

belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan alam serta mengurangi

ketergantungan kepada orang lain dan dapat berlatih untuk bisa memutuskan

sendiri apa yang seharusnya dilakukan.

Sekolah Dasar di gugus III Kecamatan Depok Kabupaten Sleman terdiri

dari enam sekolah yang melaksanakan kegiatan pendidikan kepramukaan. Jadwal

untuk kegiatan kepramukaan dilaksanakan satu minggu sekali dari siang hingga

sore hari setelah pembelajaran di kelas selesai atau menyesuaikan kebijakan dari

sekolah masing-masing. Perkemahan dalam pendidikan kepramukaan dilakukan

pada waktu tertentu misalnya diakhir semester ganjil atau pada saat kegiatan

perkemahan bakti, perkemahan bakti penggalang dari kwartir ranting, atau

(21)

6

Perkemahan bagi siswa sekolah dasar salah satunya bertujuan untuk melatih

kemandirian agar dapat bertahan dan menyelesaikan permasalahan di alam

terbuka. Siswa berasal dari berbagai latar belakang yang bervariasi dari segi sosial

dan budaya.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, didapatkan data antara

lain karakter mandiri siswa masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

sikap siswa yang sering meminta bantuan orang tuanya dalam mempersiapkan

segala keperluan untuk kegiatan sekolah dan merasa senang ketika orang tua

sudah menyiapkan pakaian seragam yang akan digunakan. Pada saat lapar, siswa

lebih senang meminta orang tua menyiapkan, mengambilkan, atau mencarikan

makanan yang diinginkan tanpa berusaha sendiri terlebih dahulu. Ketika di

sekolah, siswa tidak dengan sendirinya menyadari pentingnya menjaga kebersihan

baik badan maupun lingkungan. Mereka akan mau melakukannya ketika

diingatkan atau sedang ditunggui oleh guru maupun pembina di sekolah.

Tingkat kedisiplinan siswa belum tertanam secara maksimal. Hal ini

ditunjukkan dengan adanya siswa yang masih sering terlambat berangkat sekolah.

Siswa masih kurang menyadari untuk bisa menaati tata tertib yang berlaku di

sekolah. Pada saat upacara bendera seringkali siswa berbicara dan asyik bermain

dengan temannya sehingga tidak memperhatikan pembina upacara. Permasalahan

lain adalah siswa merasa antusias dan menyukai kegiatan dari pendidikan

kepramukaan atau kepanduan yang dilaksanakan di sekolah, salah satunya dalam

(22)

7

pendidikan kepramukaan di sekolah dasar. Akan tetapi, pembina menyatakan

bahwa tidak seluruh orang tua dapat mendukung kegiatan dari kepramukaan, salah

satunya pada kegiatan perkemahan. Hal tersebut diwujudkan dengan adanya orang

tua siswa yang meminta izin kepada pembina untuk tidak mengikutsertakan siswa

tersebut karena adanya kekhawatiran jika saat perkemahan terjadi sesuatu hal

yang tidak diinginkan dan karena adanya dana kegiatan.

Selain itu, permasalahan lain adalah pada saat pelaksanaan pendidikan

kepramukaan yaitu adanya siswa yang kurang menunjukkan rasa saling menerima

satu sama lain yang diwujudkan dengan adanya sikap satu hingga tiga siswa di

dalam setiap regu yang idealis dan pilih-pilih dalam pembentukan kelompok/regu

pada awal kegiatan pendidikan kepramukaan. Pembina sebagai pembimbing siswa

dalam pendidikan kepramukaan dan kegiatan perkemahan selama ini hanya dapat

mengukur adanya kemandirian siswa melalui pengamatan langsung. Dari

pengamatan tersebut, terdapat perbedaan sikap atau karakter antara siswa yang

aktif dan yang kurang aktif dalam mengikuti perkemahan. Siswa yang aktif

mengikuti perkemahan lebih menunjukkan adanya karakter mandiri yang mulai

ada dalam dirinya. Siswa yang kurang aktif dalam mengikuti perkemahan akan

terlihat kurang mandiri dan kurang percaya diri dalam melakukan berbagai hal

serta memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

Siswa usia sekolah dasar belum dapat mandiri sepenuhnya dengan

melakukan segala sesuatu selalu sendiri. Akan tetapi, sedini mungkin perilaku

(23)

8

dalam diri siswa. Kegiatan perkemahan dalam pendidikan kepramukaan bersifat

menyenangkan, di alam terbuka, identik dengan kegiatan yang berada di luar

kelas. Siswa akan lebih mudah memahami materi, informasi, maupun bimbingan

yang diberikan pembina secara lebih cepat karena siswa dapat memperoleh

pembelajaran secara nyata melalui pengalaman langsung di lapangan.

Anton Kristiadi (2014:77) menjelaskan bahwa perkemahan merupakan

salah satu kegiatan wajib dalam gerakan pramuka. Perkemahan memiliki tujuan

untuk melatih kemandirian, tanggung jawab, kerjasama, empati, disiplin,

membuat para anggotanya terbiasa dipimpin dan memimpin, membiasakan diri

anggota mendahulukan kepentingan bersama daripada individu, melatih

mengendalikan emosi dan mental, melatih gaya hidup sederhana, melatih

keterampilan bertahan hidup, dan lain-lainnya. Salah satu tujuan dari kegiatan

perkemahan adalah agar peserta/siswa mampu dan dapat terbina jiwa

kemandiriannya. Pelaksanaan perkemahan mencakup berbagai kegiatan yang

dapat dimanfaatkan untuk melatih karakter mandiri siswa. Karakter tersebut akan

terlihat setelah kegiatan perkemahan selesai. Siswa akan menjadi terbiasa untuk

menanamkan karakter mandiri dalam beraktivitas di sekolah, di rumah, atau di

lingkungan sekitar.

Dari uraian di atas, peneliti bermaksud untuk mengetahui pengaruh serta

besarnya pengaruh dari adanya keaktifan mengikuti kegiatan perkemahan dalam

pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri siswa kelas VI. Pada

(24)

9

melanjutkan ke jenjang berikutnya. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul

penelitian “Pengaruh Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan

Kepramukaan terhadap Karakter Mandiri Siswa Kelas VI Sekolah Dasar

Se-Gugus III Kecamatan Depok Sleman”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat

diketahui identifikasi masalah sebagai berikut.

1. Karakter mandiri siswa rendah yang ditunjukkan dengan adanya

ketergantungan siswa pada orang tua maupun orang lain di sekitarnya dalam

menyelesaikan permasalahan dan memenuhi kebutuhan pribadinya.

2. Tingkat kedisiplinan siswa belum tertanam secara maksimal.

3. Pendidikan kepramukaan atau kepanduan sebagai pembelajaran yang

menyenangkan, tetapi tidak semua orang tua mendukung kegiatan yang

dilaksanakan secara maksimal.

4. Siswa kurang menunjukkan rasa saling menerima satu sama lain yang

diwujudkan dengan adanya sikap satu, dua, hingga tiga siswa di dalam setiap

regu yang idealis dan pilih-pilih dalam pembentukan kelompok/regu pada

awal kegiatan pendidikan kepramukaan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, tidak semua

permasalahan tersebut dapat diteliti. Hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan

(25)

10

itu, batasan masalah peneliti adalah pada pengaruh keaktifan mengikuti

perkemahan dalam pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, diketahui satu

rumusan masalah yaitu: Apakah keaktifan mengikuti perkemahan dalam

pendidikan kepramukaan berpengaruh terhadap karakter mandiri siswa kelas VI

Sekolah Dasar Se-Gugus III Kecamatan Depok Sleman?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh keaktifan

mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri

siswa kelas VI Sekolah Dasar Se-Gugus III Kecamatan Depok Sleman.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari adanya keaktifan

mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri

siswa kelas VI Sekolah Dasar Se-Gugus III Kecamatan Depok Sleman. Dengan

demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk pengembangan teori

tentang keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan dan

karakter mandiri. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai kajian untuk

penelitian lanjutan yang terkait. Penelitian ini diharapkan dapat memberi

(26)

11

meningkatkan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan sebagai sarana

penyampaian nilai-nilai karakter dalam diri setiap siswa, serta mengembangkan

suatu teori mengenai pengaruh perkemahan dalam pendidikan kepramukaan

terhadap karakter mandiri siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pembina Pramuka

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan masukan

bagi pembina dalam meningkatkan peranannya dalam upaya menumbuhkan nilai

karakter mandiri siswa maupun karakter positif lainnya, serta dapat digunakan

untuk mengetahui sejauh mana peranan dari adanya kegiatan perkemahan dalam

pendidikan kepramukaan.

b. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa sebagai gambaran bagi siswa

agar senantiasa memiliki karakter mandiri dalam dirinya, serta mengikuti kegiatan

perkemahan maupun kegiatan dalam kepramukaan lainnya dengan disiplin dan

sungguh-sungguh sehingga mampu menjadikan dirinya sebagai pribadi yang

senantiasa memiliki karakter dan akhlak yang baik dalam kesehariannya.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk menambah wawasan serta

pengetahuan peneliti tentang pengaruh keaktifan siswa mengikuti perkemahan

(27)

12

BAB II KAJIAN TEORI

A. Karakter Mandiri

1. Pengertian Karakter Mandiri

Karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi.

Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman yang selalu berubah, dan

dari kematangan karakter tersebut dapat dilakukan pengukuran kualitas pribadi

seseorang (Forester, dalam Zaim Elmubarok 2009:105). Ngainun Naim (2012:55)

menyatakan bahwa karakter adalah gambaran tingkah laku yang menonjolkan

nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter

mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviours), motivasi

(motivations), dan keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual berpikir kritis dan alasan

moral, jujur dan bertanggungjawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam

situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang

memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai keadaan, dan

komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya.

Suyanto (Syamsul Kurniawan, 2013:28) berpendapat bahwa karakter

sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk

hidup dan bekerjasama, baik di lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan

(28)

13

Thomas Lickona (1991:52) menyatakan; “A reliable inner disposition to

respond to situations in a morally good way. Character so convived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior”. Karakter yang baik (good character) menurut Lickona tersebut meliputi pengetahuan tentang kebaikan (moral knowing), selanjutnya memunculkan komitmen atau niat terhadap suatu kebaikan (moral feeling), dan pada akhirnya melakukan kebaikan yang menjadi suatu kebiasaan (moral behavior). Hal ini dapat menjelaskan bahwa karakter mengacu pada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitudes),

dan motivasi (motivations), serta perilaku (behavior), dan keterampilan (skills).

Agus Wibowo (2013:12) menjelaskan bahwa karakter merupakan sifat

alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, sifatnya jiwa manusia,

mulai dari angan-angan hingga menjelma sebagai tenaga, cara berpikir dan

berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama,

baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Karakter sebagai

serangkaian sikap, motivasi, perilaku, dan keterampilan, serta watak, tabiat,

akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai

kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.

Daryanto (2013:2-3) menyatakan bahwa karakter akan dapat terbentuk

apabila suatu aktivitas dilakukan berulang-ulang secara rutin sehingga menjadi

(29)

14

merupakan kunci dari kepemimpinan (leadership). Pembentukan karakter tidak dapat dilepaskan dari adanya life skills yang berkaitan erat dengan kemahiran, mempraktikkan/melatih kemampuan, fasilitas, dan kebijaksanaan. Pembelajaran

life skills meliputi learning to know,learning to do, learning to life together.

Proses pengembangan keterampilan dimulai dari sesuatu yang disadari tetapi tidak

kompeten, hingga akhirnya menjadi sesuatu yang tidak disadari (unconscious) dan tidak kompeten (uncompetent). Kemudian akan disadari tetapi tidak kompeten dan akhirnya menjadi sesuatu yang disadari (conscious) dan kompeten (competent).

Dari beberapa pendapat tentang karakter tersebut dapat disimpulkan bahwa

karakter merupakan suatu identitas diri seseorang yang mencerminkan kualitas

kepribadiannya dengan mengacu pada serangkaian sikap, pengetahuan, perilaku,

motivasi, dan juga keterampilan dalam berinteraksi atau beraktivitas sehari-hari

yang akan menjadi suatu kebiasaan (habbit) yang melekat pada diri seseorang tersebut. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang

berusaha melakukan hal terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri pribadinya,

sesama manusia, lingkungan, bangsa, dan negara dengan mengoptimalkan potensi

(pengetahuan) diri dengan disertai adanya kesadaran, emosi, dan perasaan.

Karakter seseorang akan terbentuk karena kebiasaan yang dilakukan, sikap yang

diambil dalam menanggapi suatu keadaan, dan kata-kata yang diucapkan kepada

orang lain. Karakter pada akhirnya akan menjadi sesuatu yang dapat melekat pada

diri seseorang dan seringkali orang tersebut tidak menyadari karakternya, tetapi

(30)

15

Kebiasaan seseorang terbentuk dari tindakan yang dilakukan secara

berulang-ulang setiap hari. Tindakan tersebut pada awalnya disadari atau tidak

disengaja, namun dengan seringnya tindakan yang sama dilakukan maka pada

akhirnya kebiasaan tersebut menjadi tidak disadari oleh orang yang bersangkutan.

Salah satu cara dalam membangun karakter adalah melalui pendidikan, baik

pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat, atau pendidikan formal di

sekolah.

Nini Subini (Syamsul Kurniawan, 2013:143) berpendapat bahwa mandiri

merupakan suatu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain

didalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Untuk menjadi mandiri, siswa di

lingkungan sekolah perlu untuk dibiasakan belajar mandiri. Kemandirian perlu

dilatih sedini mungkin, agar siswa mempunyai tanggung jawab dalam mengatur

dan mendisiplinkan dirinya, serta dalam mengembangkan kemampuan belajar atas

kemauan sendiri. Beberapa sikap tersebut penting untuk dimiliki siswa sehingga

akan menjadi ciri kedewasaan dari seseorang yang terpelajar.

Mohamad Mustari (2014:77) menyatakan: “Anak yang mandiri adalah anak yang aktif, independen, kreatif, kompeten, dan spontan.” Seseorang yang mandiri tidak memerlukan bantuan orang lain, berani mengambil resiko dan

mengambil keputusan, serta tidak khawatir atas masalah yang dihadapinya. Orang

(31)

16

tidak menolak resiko dan bisa memecahkan masalah, bukan hanya khawatir

tentang masalah-masalah yang dihadapi.

Dari uraian pendapat di atas, dapat dipahami bahwa mandiri merupakan

suatu sikap, perilaku, atau karakter seseorang yang tidak mudah bergantung

kepada orang lain, serta berani menghadapi resiko atas keputusan yang telah

diambil dengan percaya diri. Oleh karena itu, karakter mandiri merupakan suatu

identitas diri seseorang yang mencerminkan kualitas kepribadiannya yang tidak

mudah bergantung pada orang lain dalam menghadapi dan menyelesaikan

permasalahannya. Menanamkan karakter mandiri siswa bukan merupakan usaha

untuk mengasingkan siswa dari teman maupun pembina/orang tuanya.

Hal yang terpenting dalam pembiasaan karakter mandiri adalah

peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa dalam memahami perannya

menyelesaikan tugas atau segala sesuatu yang dapat dilakukan sendiri tanpa

bantuan orang lain. Kriteria keberhasilan dalam penanaman karakter atau program

pendidikan karakter bagi siswa dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari-hari

yang tampak pada setiap aktivitas yang meliputi kesadaran, kejujuran, keikhlasan,

kesederhanaan, kemandirian, kepedulian, kebebasan dalam bertindak, kecermatan

atau ketelitian, dan komitmen. Dari berbagai kriteria tersebut, salah satu hal

penting pada diri siswa yang menjadi kriteria keberhasilan adanya penanaman

karakter adalah adanya karakter mandiri. Siswa dibiasakan untuk tidak bergantung

pada pembina, orangtua, teman, atau orang lain dalam menyelesaikan urusannya.

(32)

17

pribadi untuk memahami, berusaha, dan mencoba menyelesaikan segala

urusan/permasalahan yang dihadapi dengan caranya sendiri.

Tugas pembina dalam pembiasaan karakter mandiri siswa adalah sebagai

fasilitator. Kemandirian tidak otomatis tumbuh dalam diri seorang siswa. Menurut

Ngainun Naim (2012:162), mandiri pada dasarnya merupakan hasil dari proses

pembelajaran yang berlangsung lama. Mandiri tidak selalu berkaitan dengan usia.

Kemandirian tidak otomatis tumbuh dalam diri seorang siswa. Belajar untuk bisa

mandiri bukan berarti selalu harus hidup sendiri. Hal tersebut bertujuan untuk

membelajarkan siswa agar tidak mengharapkan bantuan, pengawasan, dan arahan

orang lain termasuk pembina secara terus menerus. Siswa berlatih berkreativitas

dan berinisiatif, serta mencoba untuk menyelesaikan urusan/permasalahannya

sendiri dengan bersumber pada bimbingan yang pernah diperolehnya.

2. Karakteristik dari Karakter Mandiri

Steinberg (Desmita, 2012:186) menjelaskan bahwa karakteristik dari

karakter mandiri terdiri dari tiga macam. Karakteristik tersebut adalah sebagai

berikut.

a. Kemandirian Emosional (Emotional autonomy)

Kemandirian ini berhubungan dengan adanya perubahan kedekatan

emosional antar seseorang dengan orang lainnya. Contoh pada hubungan

(33)

18

b. Kemandirian Tingkah Laku (Behavioral autonomy)

Kemandirian yang berkaitan erat dengan kemampuan seseorang dalam

membuat keputusan tanpa terpengaruh atau bergantung kepada orang lain, dan

menentukan keputusan tersebut dengan penuh tanggung jawab.

c. Kemandirian Nilai (Value autonomy)

Kemandirian yang mengarah pada kemampuan seseorang didalam

memaknai berbagai hal yang benar dan salah, serta hal yang penting dan tidak

penting dalam kehidupan sehari-hari.

Russel & Bakken (2002:2) menjabarkan tiga karakteristik kemandirian

menjadi beberapa aspek. Berikut ini adalah aspek-aspek dari ketiga karakteristik

tersebut.

1) Aspek kemandirian emosional (emotional autonomy) Aspek yang terdapat dalam kemandirian ini meliputi:

a) kemampuan melakukan de-idealized terhadap orangtua. Individu harus mampu memahami bahwa tidak ada orang yang sempurna atau ideal, termasuk

orang tua mereka. Hal ini membuat individu mampu mandiri dengan tidak lagi

bergantung kepada bantuan orangtua;

b) kemampuan memandang parent as people atau orang tua selayaknya orang pada umumnya. Individu akan mampu berinteraksi dengan orangtua mereka,

bukan sebagai hubungan antar anak dengan orangtua saja, namun berinteraksi

(34)

19

c) non-dependency atau keadaan dimana individu bergantung kepada diri sendiri, bukan kepada orang lain atau orang tua mereka. Individu mampu mengontrol

emosi dan menahan keinginan untuk meminta dukungan emosional atau

bantuan disekitarnya; dan

d) individuated atau individualisasi. Individu mampu melihat perbedaan pandangan dengan orang tuanya, serta senantiasa memunculkan sikap

tanggung jawab.

2) Kemandirian tingkah laku (behavioral autonomy)

Aspek yang terdapat dalam kemandirian ini terdiri dari tiga hal, yaitu:

a) kemampuan mengambil keputusan, meliputi: menyadari resiko dari

perilakunya, memilih alternatif pemecahan masalah berdasarkan pertimbangan

diri sendiri dan orang lain, bertanggung jawab akan konsekuensi dari

keputusan yang diambil;

b) memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain, meliputi: tidak mudah

terpengaruh situasi yang menuntut konformitas, tidak mudah terpengaruh

tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan, dan

memasuki kelompok sosial tanpa tekanan;

c) memiliki rasa percaya diri (self reliance), meliputi: merasa mampu memenuhi kebutuhan dan tanggung jawab sehari-hari di rumah dan di sekolah, merasa

mampu mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya, serta berani

(35)

20 3) Kemandirian nilai (value autonomy)

Aspek dari kemandirian ini terdiri dari tiga macam yaitu:

a) keyakinan akan nilai-nilai abstrak (abstract belief);

b) nilai-nilai semakin mengarah kepada yang bersifat prinsip (principle belief),

antara lain dengan berpikir sesuai prinsip yang dapat dipertanggung jawabkan

dalam bidang nilai, bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggung

jawabkan dalam bidang nilai, serta bertingkah laku sesuai dengan keyakinan

dan nilainya sendiri;

c) keyakinan akan nilai semakin terbentuk dalam diri individu bukan hanya dari

sistem nilai yang diberikan orang tua atau orang dewasa lainnya (independent belief). Hal ini diwujudkan dengan individu mulai dapat mengevaluasi keyakinan dan nilai-nilai yang diterima dari orang lain, berpikir sesuai dengan

keyakinan diri sendiri, serta bertingkah laku sesuai dengan keyakinan sendiri.

Karakter mandiri merupakan sebuah nilai penting yang akan membantu

siswa dalam melaksanakan tugasnya. Masa depan siswa akan menjadi lebih baik

ketika siswa memiliki karakter mandiri sejak dini. Siswa memahami dirinya

dengan baik, dapat mengambil keputusan secara mandiri, berani menghadapi

resiko, memiliki rasa percaya diri dan jiwa untuk tidak bergantung kepada orang

lain. Perkembangan karakter siswa yang mandiri terjadi secara bertahap dengan

mengikuti perkembangan psikis, fisik, dan pemikiran siswa. Menjelang akhir

masa anak-anak, siswa dituntut untuk dapat beradaptasi dengan baik di

(36)

21

membimbing siswa untuk mampu mengembangkan kemampuan psikis, fisik, dan

mentalnya.

3. Ciri-ciri Karakter Mandiri

Menurut Lovinger (Ali & Asrori 2012:114), terdapat tingkatan dan ciri-ciri

dari karakter mandiri yaitu sebagai berikut.

a. Tingkatan pertama, merupakan tingkatan yang memiliki karakteristik impulsif

dan dapat melindungi diri. Ciri-cirinya adalah individu memperhatikan

keuntungan yang diperoleh dari adanya interaksi dengan orang lain, mengikuti

aturan untuk memperoleh keuntungan, berpikir tidak logis dan cenderung

berpikir dengan cara tertentu. Individu cenderung menyalahkan dan mengejek

orang lain serta lingkungannya.

b. Tingkatan kedua, merupakan tingkatan yang memiliki karakteristik

konformistik. Ciri-cirinya adalah individu memperhatikan penampilan diri,

cenderung berpikir sederhana, peduli dengan aturan kelompok, bertindak

dengan motif untuk mendapat pujian dari orang lain, kurang introspeksi diri,

dan merasa takut tidak diterima dalam kelompok.

c. Tingkatan ketiga, merupakan tingkatan yang memiliki karakteristik sadar diri.

Cirinya adalah mampu berpikir luas, memiliki sebuah harapan dan berbagai

kemungkinan dalam suatu situasi, memanfaatkan kesempatan, mementingkan

bagimana cara memecahkan masalah, memikirkan bagaimana bertahan hidup,

(37)

22

d. Tingkatan keempat, merupakan tingkatan yang memiliki karakteristik

saksama. Ciri-cirinya adalah individu bertindak atas dasar nilai-nilai internal,

mampu meyakini diri sendiri sebagai pembuat keputusan dan dapat bertindak,

menyadari tanggung jawab, mau menilai dan introspeksi diri sendiri,

memperhatikan hubungan yang saling menguntungkan, memiliki tujuan

jangka panjang dalam hidup, serta lebih peduli lingkungan.

e. Tingkatan kelima, merupakan tingkatan yang bersifat individualistis.

Ciri-cirinya adalah adanya kesadaran individu terhadap diri sendiri, kesadaran akan

konflik emosional menunjukkan kemandirian atau ketergantungan, lebih

memahami diri sendiri dan orang lain, dapat mengenal diri sendiri dengan

baik, serta mampu memperhatikan perkembangan dan masalah-masalah sosial.

f. Tingkatan keenam, merupakan tingkatan yang mencerminkan karakter

mandiri. Ciri-cirinya adalah individu memiliki suatu tujuan dalam hidupnya,

menunjukkan sikap dengan pemikiran realistik dan dapat berpikir objektif

terhadap diri sendiri dan orang lain, senantiasa memperhatikan

perbaikan-perbaikan diri pribadi, dapat memahami sebuah hal yang bersifat ambiguitas,

menyadari bahwa dalam hidup tidak selalu bergantung pada orang lain,

memiliki respon terhadap kemandirian orang lain, serta dapat

mengekspresikan perasaan dengan ekspresi ceria.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakter Mandiri

Karakter mandiri siswa terbentuk karena adanya faktor-faktor yang

(38)

23

sebuah upaya penanaman pendidikan karakter. Ali & Asrori (2012:118)

menjelaskan bahwa terdapat empat faktor yang dapat mempengaruhi

perkembangan kemandirian siswa, yaitu: 1) gen atau keturunan orang tua, 2) pola

asuh orang tua, 3) sistem pendidikan di sekolah, dan 4) sistem kehidupan di

masyarakat. Berikut ini penjabaran dari keempat faktor tersebut.

a. Gen atau keturunan orang tua.

Orang tua yang memiliki karakter mandiri dapat mewariskan karakter

tersebut pada keturunannya. Anak akan tumbuh menjadi anak yang mandiri

seperti orang tuanya. Akan tetapi, faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan

karena ada pendapat lain yang menyatakan bahwa bukan sifat atau karakter orang

tua yang menurun pada anaknya, namun sifat orang tua muncul berdasarkan cara

orang tua mendidik anaknya sehingga anak memiliki sifat seperti orang tuanya.

b. Pola asuh orang tua.

Karakter mandiri siswa dipengaruhi oleh bagaimana cara orang tua

mengasuh dan mendidik anaknya. Orang tua yang sering merlarang anak dan

mengatakan “jangan” tanpa memberikan pengertian kepada anak maka akan dapat

menghambat perkembangan kemandirian anak. Orang tua yang dapat memberikan

suasana aman dalam berinteraksi antar keluarga cenderung akan membantu

perkembangan anak dengan baik. Orang tua yang sering membandingkan antara

anak satu dengan anak yang lainnya juga akan berpengaruh kurang baik terhadap

(39)

24 c. Sistem pendidikan di sekolah.

Perkembangan kemandirian siswa akan berkembang dengan baik apabila

proses pendidikan di sekolah bersifat demokratisasi dan tidak mendoktrin tanpa

adanya argumentasi. Intelektual siswa atau pengetahuan yang didapatkan siswa

dari proses pendidikan juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi karakter

mandiri seseorang.

d. Sistem kehidupan di masyarakat.

Karakter mandiri anak akan dapat berkembang apabila dalam kehidupan

masyarakat atau di lingkungannya senantiasa bisa menciptakan suasana yang

aman, nyaman, serta menghargai potensi anak dalam berbagai kegiatan yang

produktif. Karakter mandiri dapat melekat pada diri setiap siswa melalui berbagai

macam faktor di atas. Seseorang memiliki karakter mandiri dapat dipengaruhi

oleh adanya gen atau keturunan yang berasal dari orang tua yang memang pada

kegiatan sehari-harinya mendidik siswa untuk belajar mandiri sejak dini. Pola

asuh orang tua merupakan salah satu faktor penting dari munculnya karakter

mandiri siswa. Waktu bersama orang tua lebih banyak jika dibandingkan dengan

waktu bersama pembina di sekolah. Selain itu, sistem pendidikan di sekolah dan

di masyarakat atau lingkungan sekitar juga dapat berpengaruh pada pembiasaan

karakter mandiri siswa. Intelektual atau pengetahuan siswa akan membentuk

sebuah perilaku yang melekat pada diri pribadinya.

Mandiri bukan berarti tidak memiliki kepedulian dan tidak berhubungan

(40)

25

landasan kepedulian tinggi terhadap orang lain. Seseorang yang mandiri biasanya

memiliki kecenderungan untuk lebih berusaha melakukan segala sesuatu sendiri,

tetapi bukan berarti mandiri tidak dapat dikembangkan dalam iklim kebersamaan.

Pada variabel karakter mandiri berdasarkan teori yang dikemukakan oleh

Lovinger (Ali & Asrori, 2012:114) yang menyatakan bahwa terdapat tingkatan

dan ciri-ciri dari karakter mandiri yaitu meliputi tingkatan pertama hingga

tingkatan keenam. Pada tingkatan keenam merupakan tingkatan yang

mencerminkan karakter mandiri. Ciri-cirinya adalah individu memiliki suatu

tujuan dalam hidupnya, menunjukkan sikap dengan pemikiran realistik dan dapat

berpikir objektif terhadap diri sendiri dan orang lain, senantiasa memperhatikan

perbaikan-perbaikan diri pribadi, dapat memahami sebuah hal yang bersifat

ambiguitas, menyadari bahwa dalam hidup tidak selalu bergantung pada orang

lain, memiliki respon terhadap kemandirian orang lain, serta dapat

mengekspresikan perasaan dengan ekspresi ceria.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang mendasar dari

karakter mandiri siswa adalah: 1) siswa memiliki tujuan dalam hidup, diwujudkan

dengan adanya sikap siswa yang mampu mengambil keputusan secara mandiri

tanpa terpengaruh orang lain; 2) siswa dapat berpikir realistis dan memandang

secara objektif terhadap diri sendiri dan orang lain, diwujudkan dengan berani

bertindak atau berinisiatif melakukan hal yang perlu dilakukan; 3) siswa

senantiasa memperhatikan perbaikan diri, diwujudkan dengan sikap siswa mampu

(41)

26

yang dilakukan; 4) memiliki kesadaran bahwa dalam hidup tidak selalu harus

bergantung kepada orang lain, diwujudkan dengan sikap siswa yang mau mencoba

berusaha melakukan hal yang dapat dilakukan sendiri untuk memenuhi

kebutuhannya; dan 5) memiliki respon terhadap kemandirian orang lain,

diwujudkan dengan sikap saling menghargai antar individu dan mendukung

proses dalam belajar mandiri.

Hal tersebut didukung oleh teori dari Mohamad Mustari (2014:77) yang

menyatakan bahwa “Anak yang mandiri adalah anak yang aktif, independen, kreatif, kompeten, dan spontan.” Seseorang yang mandiri tidak memerlukan

bantuan orang lain, berani mengambil resiko dan mengambil keputusan, serta

tidak khawatir atas masalah yang dihadapi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

karakter mandiri merupakan suatu sikap, perilaku, atau karakter seseorang yang

tidak mudah bergantung kepada orang lain, serta berani menghadapi resiko atas

keputusan yang telah diambil dengan percaya diri. Berdasarkan kedua teori

tersebut, pada variabel karakter mandiri dapat dikembangkan menjadi lima

indikator yaitu: 1) kemampuan mengambil keputusan secara mandiri, 2) berani

bertindak atau berinisiatif, 3) memiliki tanggung jawab, 4) memiliki rasa percaya

diri, dan 5) kemampuan untuk mencoba dan berusaha.

B. Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan

1. Pengertian Keaktifan

Keaktifan berasal dari kata dasar aktif yang mendapatkan awalan ke- dan

(42)

27

berusaha, sedangkan keaktifan merupakan kegiatan atau suatu kesibukan.

Sardiman (2011:98) berpendapat bahwa keaktifan merupakan suatu kegiatan yang

bersifat fisik maupun mental dengan diwujudkan dalam perbuatan dan pemikiran

sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Dimyati dan Mudjiono

(2009:28) menjelaskan bahwa keaktifan atau partisipasi merupakan sikap siswa

yang meliputi kerelaan, bersedia untuk memperhatikan, dan mau mengikuti suatu

kegiatan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa

adalah suatu kesediaan siswa mengikuti kegiatan atau aktifitas sebagai bentuk dari

usahanya baik bersifat secara fisik (jasmani) dan mental (rohani) dengan

diwujudkan melalui perbuatan serta pemikiran dari diri siswa. Nana Sudjana

(2009:61) menyatakan bahwa keaktifan siswa dapat diamati secara langsung

dengan dilihat dan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.

a. Siswa turut serta dalam melaksanakan tugasnya.

b. Siswa mau terlibat dalam memecahkan suatu masalah.

c. Siswa mencoba bertanya dengan siswa lain atau orang lain apabila tidak

memahami permasalahan yang dihadapinya.

d. Siswa berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

memecahkan masalah.

e. Siswa melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk yang diberikan.

f. Siswa menilai kemampuan diri pribadinya dari berbagai hasil yang telah

(43)

28

g. Siswa melatih diri dalam memecahkan permasalahan.

h. Siswa memiliki kesempatan menggunakan atau menerapkan segala sesuatu

yang pernah diperoleh dalam menyelesaikan tugas dan menghadapi

permasalahan.

Dari penjelasan tentang keaktifan di atas, dapat dipahami bahwa keaktifan

siswa yang dimaksud pada penelitian ini adalah keaktifan siswa dalam mengikuti

kegiatan pendidikan kepramukaan. Siswa yang aktif merupakan siswa yang mau

berusaha mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan atau aktifitas dalam

pendidikan kepramukaan yang diwujudkan salah satunya pada kegiatan

perkemahan.

2. Perkemahan

Perkemahan merupakan salah satu kegiatan atau aktifitas yang

diselenggarakan dalam pendidikan kepramukaan. Jana T. Anggadiredja (2012:49)

menyatakan bahwa perkemahan adalah kegiatan di alam terbuka yang banyak

dikemas dengan adanya muatan pendidikan untuk mengembangkan secara efektif

dan efisien atas proses pendidikan spiritual, emosional, sosial, intelektual, serta

fisik. Perkemahan dapat bermanfaat sebagai media pada proses pendidikan.

Kegiatan di alam terbuka dilakukan secara periodik misalnya dengan adanya

perkemahan. Pemantapan spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik akan

berkembang secara efektif dan efisien dengan adanya kegiatan perkemahan.

Baden Powel (Kusumanti, 2008:11) mengemukakan bahwa perkemahan

(44)

29

Perkemahan dengan menggunakan tenda, memasak, dan mengadakan

penyelidikan di alam terbuka akan menambah keuletan dan kekuatan, serta

melatih diri menyelesaikan permasalahan secara mandiri. Karakter mandiri siswa

akan dapat dibiasakan/dibentuk perlahan melalui adanya kegiatan perkemahan

dalam pendidikan kepramukaan. Orang yang terbiasa mengerjakan segala sesuatu

seperti pada perkemahan, akan merasakan bahwa mereka lebih mudah dalam

menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi. Hal ini terjadi karena adanya

kesiapan dan kebiasaan untuk melakukan segala pekerjaan atau tugas dan

menyelesaikan permasalahannya secara mandiri.

Tujuan dan sasaran dari adanya kegiatan perkemahan dalam pendidikan

kepramukaan menurut Jana T. Anggadiredja (2012:49-50), sebagai berikut.

a. Tujuan

Perkemahan bertujuan untuk menerapkan prinsip dasar kepramukaan dan

kode kehormatan pramuka dalam kehidupan pramuka sesuai dengan tingkat

perkembangan jiwa siswa.

b. Sasaran

Sasaran dari adanya kegiatan perkemahan adalah ketika telah mengikuti

kegiatan perkemahan, siswa diharapkan mampu:

1) menyusun perencanaan kegiatan dan melaksanakannya dengan baik;

2) meningkatkan kepedulian terhadap sesama;

(45)

30

4) menyadari bahwa daya kreasi, ketangkasan dan keterampilan harus dimiliki

dan dikembangkan oleh setiap orang;

5) meningkatkan rasa percaya diri;

6) menambah pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kemampuan kreatif;

7) terbina karakter mandiri/jiwa kemandiriannya;

8) meningkatkan kecintaan pada tanah air dan bangsa, serta menambah

kesadaran untuk membaktikan diri demi kejayaan nusa bangsa; dan

9) meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Perkemahan merupakan kegiatan kompleks dengan dilaksanakan di alam

terbuka yangmenantang, menarik dan menyenangkan. Tidak hanya bagi anak dan

pemuda tetapi juga bagi orang dewasa. Oleh karena itu, kegiatan apapun dan

bagaimana proses pelaksanaannya harus senantiasa dipersiapkan dengan

sebaik-baiknya. Acara kegiatan dalam perkemahan disesuaikan dengan tingkat usia dan

kemampuan anggota pramuka yang sedang mengikuti perkemahan. Acara

kegiatan dalam perkemahan secara umum adalah sebagai berikut.

a. Kegiatan persaudaraan.

b. Penjelajahan.

(46)

31

d. Bakti masyarakat. Misalnya penghijauan, sanitasi lingkungan, penyelenggaran

posyandu, penanggulangan buta aksara dan angka, penyuluhan rumah sehat,

dan lain-lain.

e. Olah raga.

f. Seni budaya. Misalnya pentas seni, api unggun, melukis, memahat, dan

sebagainya.

g. Pengetahuan/teknologi/keterampilan kepramukaan. Misalnya pengetahuan

tentang kelestarian lingkungan, konservasi alam, memasak, membuat

jembatan darurat, tandu, tali temali, baris berbaris, dan sebagainya.

h. Kemasyarakatan.

i. Keagamaan.

Pembina pramuka melibatkan langsung anggota pramuka atau siswa dalam

upaya memfungsikan mereka sebagai subyek pendidikan, baik pada proses

perencanaan maupun pelaksanaan perkemahan. Pembina senantiasa bertugas

sebagai pendamping atau fasilitator bagi siswa. Kelas VI Sekolah Dasar termasuk

pada anggota pramuka golongan penggalang. Prinsip dasar kepramukaan sebagai

norma hidup seorang anggota gerakan pramuka, ditanamkan dan

ditumbuhkembangkan melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri pribadi

siswa. Bagi pramuka penggalang dapat dibantu oleh pembina, sehingga

pelaksanaan dan pengamalannya dapat dilakukan dengan penuh kesadaran,

kemandirian, kepedulian, tanggungjawab serta keterikatan moral, baik sebagai

(47)

32

Salah satu hal penting yang terdapat pada prinsip dasar kepramukaan di

atas, pelaksanaan dan pengamalan pendidikan kepramukaan salah satunya

dilakukan dengan adanya kemandirian atau karakter mandiri. Perkemahan sebagai

media pendidikan yang paling tepat dan lengkap untuk dapat membiasakan dan

mewujudkan kemandirian atau karakter mandiri siswa. Perkemahan merupakan

bentuk kegiatan kemandirian yang tepat sebagai media pendidikan, sedangkan

dapat dikatakan lengkap karena dalam perkemahan memungkinkan berbagai

metode kepramukaan yang diwujudkan dan di dalamnya terdapat pembiasaan

untuk melatih kemandirian atau karakter mandiri.

Idik Sulaeman (1983:7-9) menjelaskan bahwa sifat atau kepribadian dapat

ditumbuhkan melalui kegiatan perkemahan. Beberapa sifat yang dimaksud adalah

sebagai berikut.

a. Tangkas dan terampil.

b. Percaya pada diri sendiri dan mandiri.

c. Keberanian.

d. Tertib

e. Pengendalian diri.

f. Idealisme dan fantasi.

g. Keinginan untuk maju.

h. Kewajiban dan tanggung jawab.

i. Cinta alam.

(48)

33 k. Ksatria.

Berbagai sifat di atas tidak mudah ditumbuhkan dan dibiasakan pada diri

siswa melalui teori atau nasihat saja. Akan tetapi, sifat tersebut dapat dilatih dan

dibiasakan melalui suatu perbuatan nyata yang salah satunya dengan adanya

kegiatan perkemahan. Dari beberapa sifat tersebut, salah satu sifat yang penting

untuk ditumbuhkan adalah mandiri. Siswa akan terbiasa melatih kemandirian

dirinya pada saat mengikuti kegiatan perkemahan. Karakter mandiri akan dapat

terbentuk pada diri siswa ketika mereka senantiasa berlatih menyelesaikan

permasalahan, serta memenuhi segala keperluan dan kebutuhan secara mandiri

pada saat perkemahan.

Secara umum, semua jenis perkemahan memiliki prinsip dasar yang sama

sesuai dengan tujuannya. Idik Sulaeman (1983:12-15) mengkategorikan jenis

perkemahan terdiri dari lima macam sebagai berikut.

a. Perkemahan Besar

Perkemahan besar merupakan perkemahan yang tidak menuntut kecakapan

teknis para peserta secara perorangan. Perkemahan dapat dilaksanakan di

lapangan perkemahan permanen (bumi perkemahan) atau di lapangan temporer,

yang dilaksanakan selama maksimal satu minggu.

b. Perkemahan dalam Pondok

Perkemahan yang menggunakan bangunan permanen untuk tidur, makan,

dan segala aktivitas lainnya. Tenda hanya berfungsi memperluas tempat untuk

(49)

34 c. Perkemahan Kecil

Perkemahan yang biasa disebut dengan perkemahan regu atau perkemahan

pasukan. Peserta perkemahan tidur dalam tenda besar atau tenda regu, sedangkan

tenda terpisah atau tenda khusus dapat digunakan sebagai tempat makanan/dapur.

Peserta perkemahan mempunyai kewajiban untuk mengerjakan semua

tugas/pekerjaan perkemahan. Misalnya memasak dan memenuhi kebutuhan

pribadi secara mandiri maupun kelompok/regu.

d. Perkemahan Campuran dan Perkemahan Putri

Perkemahan campuran dan perkemahan putri memiliki pengaturan khusus.

Pada perkemahan ini, harus ada seorang pembina putri dan seorang pembina putra

yang bertanggung jawab penuh. Tenda putra dan putri harus memiliki pemisah,

tetapi dalam melaksanakan tugas dalam perkemahan harus melibatkan kedua

kelompok.

e. Perkemahan Ringan

Perkemahan ringan merupakan perkemahan yang dilakukan oleh

perorangan atau beberapa orang, serta memiliki ciri pokok yaitu berpindah-pindah

dan mandiri.

Dari berbagai macam jenis perkemahan di atas, yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah perkemahan kecil. Perkemahan kecil yang diikuti oleh siswa

kelas VI Sekolah Dasar atau dapat disebut dengan pramuka golongan penggalang.

Siswa akan belajar melatih kemandiriannya dalam menyelesaikan tugas dan

(50)

35

dibiasakan untuk belajar memenuhi kebutuhannya misalnya mempersiapkan

pakaian, peralatan mandi, maupun memasak secara mandiri tanpa selalu

bergantung pada orang lain.

3. Pengertian Pendidikan Kepramukaan

Pendidikan kepramukaan merupakan pendidikan non formal yang

menunjang pendidikan formal di sekolah dan pendidikan informal dalam keluarga

dengan bertujuan untuk pengembangan watak dan karakter siswa. Elly Sri

Melinda (2013:2) berpendapat bahwa pendidikan kepramukaan merupakan

kegiatan pembelajaran yang dilakukan kepada siswa dibawah bimbingan orang

dewasa melalui kegiatan rekreatif, edukatif, kreatif, menantang dan

menyenangkan di alam terbuka yang dikemas dalam berbagai kegiatan sesuai

dengan satuan atau golongan siswa.

Pendidikan kepramukaan berbeda dengan mata pelajaran pada pendidikan

formal atau bukan pembelajaran keilmuan, namun sebagai pengembangan

nilai-nilai luhur untuk membentuk watak dan karakter siswa dengan melalui berbagai

kegiatan di alam terbuka. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Jana T.

Anggadiredja (2012:65) yang mengatakan bahwa;

(51)

36

Pendidikan kepramukaan senantiasa berkaitan erat dengan tujuan

membentuk watak atau karakter siswa melalui berbagai kegiatan di dalamnya.

Siswa dapat memperoleh pelajaran dalam mempertahankan dirinya dan tidak

selalu bergantung pada orang lain melalui pendidikan kepramukaan. Joko

Mursitho (2011:21) menyatakan bahwa pendidikan kepramukaan merupakan

proses belajar mandiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan

diri pribadi secara utuh.

Pengembangan diri tersebut meliputi beberapa aspek penting yaitu

spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik sebagai individu maupun anggota

masyarakat. Pendidikan kepramukaan memiliki peranan penting dalam

membentuk karakter siswa. Kepramukaan merupakan pelengkap pendidikan di

sekolah dan pendidikan dalam keluarga, dengan memberikan kebutuhan siswa

yang tidak terpenuhi oleh kedua lingkungan pendidikan tersebut. Melalui

pendidikan kepramukaan, siswa akan belajar menemukan dunia lain di luar

ruangan kelas dan di rumah.

Siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki,

mengembangkan bakat dan minat, mengadakan berbagai latihan survival, maupun

melatih diri untuk lebih bisa percaya diri. Hal tersebut akan sangat berguna bagi

kehidupan siswa dimasa mendatang. Pembiasaan bagi siswa sejak dini akan

(52)

37

4. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kepramukaan

Zaim Elmubarok (2009:104) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah

untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial subjek

dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Hal tersebut mengarah pada

tujuan andalan dalam pendidikan kepramukaan yaitu pembentukan watak atau

karakter. Tujuan pendidikan kepramukaan telah sejalan dengan tujuan dari

pendidikan secara umum. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Elly Sri Melinda

(2013:10) yang mengatakan;

tujuan dari pendidikan kepramukaan atau gerakan pramuka adalah mendidik dan membina kaum muda guna mengembangkan mental, sosial, moral, spiritual, emosional intelektual dan fisik sehingga menjadi manusia berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur, menjadi warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila, menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama bertanggungjawab untuk bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam, lingkungan baik lokal, nasional, dan internasional.

Anton Kristiadi (2014:38) menyatakan bahwa gerakan pramuka

merupakan suatu kegiatan pendidikan luar sekolah dan luar keluarga yang

dilaksanakan dalam bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan, teratur,

terarah, praktis, sehat, dilakukan di alam terbuka dengan dilandasi prinsip dasar

dan metode kepramukaan, serta bertujuan untuk membentuk watak, akhlak, dan

budi pekerti siswa. Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa tujuan

pendidikan kepramukaan menekankan pada pembinaan mental maupun fisik

siswa untuk membentuk kepribadian, watak atau karakter, serta budi pekerti luhur

(53)

38

kepramukaan adalah karakter mandiri siswa. Selain memiliki tujuan untuk

membentuk karakter siswa, pendidikan kepramukaan memiliki fungsi. Joko

Mursitho (2011:21) menjabarkan fungsi pendidikan kepramukaan adalah sebagai

berikut.

a. Sebagai permainan (game) yang menarik, menyenangkan, menantang, serta mengandung pendidikan bagi siswa.

b. Sebagai pengabdian bagi anggota dewasa.

c. Sebagai alat pembinaan dan pengembangan generasi muda bagi masyarakat.

Pendidikan memegang peranan penting dalam proses pembangunan dan

upaya kemajuan dalam menghadapi tantangan masa depan. Dalam hal ini, peran

pendidikan adalah untuk menyiapkan sumber daya manusia yang mampu berpikir

secara mandiri dan kritis (independent critical thinking). Dengan demikian, sumber daya manusia tersebut akan memiliki kualitas yang baik dan akan mampu

menghadapi permasalahannya.

Muis Sad Iman (2004:3) menjelaskan bahwa salah satu upaya

mengembangkan kemampuan berpikir mandiri dan kritis bagi siswa adalah

dengan pengembangan pendidikan partisipasif yang menekankan pada

keterlibatan siswa dalam setiap proses pendidikan yang dilaksanakan. Seorang

pendidik berperan sebagai tenaga fasilitator, sedangkan keaktifan siswa lebih

diutamakan. Siswa dalam proses pendidikan tidak berperan sebagai pendengar,

(54)

39

dimaksimalkan sebagai upaya pengembangan potensi yang ada pada diri

pribadinya.

5. Sifat Pendidikan Kepramukaan

Pendidikan kepramukaan yang diselenggarakan di sekolah memiliki

beberapa sifat. Joko Mursitho (2011:22) menyatakan bahwa sifat dari adanya

pendidikan kepramukaan terdiri dari lima macam yaitu sebagai berikut.

a. Terbuka, yaitu dapat didirikan seluruh Indonesia dan diikuti oleh Warga

Negara Indonesia tanpa membedakan suku, ras, dan agama.

b. Universal, yaitu tidak dapat terlepas dari idealisme prinsip dasar dan metode pendidikan kepramukaan sedunia.

c. Sukarela, yaitu tidak ada unsur paksaan, kewajiban, dan keharusan untuk

menjadi anggota gerakan pramuka.

d. Patuh dan taat terhadap semua peraturan dan perundang-undangan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

e. Non politik, yaitu memiliki pengertian antara lain:

1) bukan organisasi kekuatan sosial politik dan bukan bagian dari salah satu dari

kekuatan organisasi sosial politik,

2) seluruh jajaran gerakan pramuka tidak dibenarkan ikutserta dalam kegiatan

politik praktis, dan

3) secara pribadi anggota gerakan pramuka dapat menjadi anggota organisasi

(55)

40

6. Pramuka Penggalang

Pramuka merupakan sebutan bagi anggota gerakan pramuka yang terdiri

dari anggota muda yaitu: siaga, penggalang, penegak, pandega, dan anggota

dewasa yaitu: pembina pramuka, pembantu pembina pramuka, pelatih pembina

pramuka, pembina profesional, pamong saka dan instruktur saka, pimpinan saka,

andalan, pemb

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pengaruh Kerja Kedua Variabel
Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas VI di Sekolah Dasar se-Gugus III Kecamatan
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Tabel 3. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
+7

Referensi

Dokumen terkait