PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI PERKEMAHAN DALAM PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN TERHADAP KARAKTER
MANDIRI SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR SE-GUGUS III KECAMATAN
DEPOK SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Endah Krisnajati NIM 13108244004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
iii
v
MOTTO
~ ~ La Takhaf Wa La Tahzan, Innallaha Ma’ana ~ ~
“Janganlah kamu takut dan janganlah bersedih hati, Sesungguhnya Allah ada bersama kita”
Terus mencoba, pantang menyerah, kembangkan tujuan, berani ambil resiko! Don’t afraid! Be something different!
vi
PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puji dan syukur serta mengharap ridho dari Allah SWT,
skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua dan keluarga tercinta.
2. Almamater, Universitas Negeri Yogyakarta.
vii
PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI PERKEMAHAN DALAM PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN TERHADAP KARAKTER
MANDIRI SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR SE-GUGUS III KECAMATAN
DEPOK SLEMAN
Oleh Endah Krisnajati NIM 13108244004
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri siswa kelas VI Sekolah Dasar se-Gugus III Kecamatan Depok Kabupaten Sleman.
Jenis penelitian ini adalah penelitian ex-post facto dengan pendekatan kuantitatif yang bersifat non eksperimental. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 297 siswa. Ukuran sampel sebanyak 170 siswa ditentukan berdasarkan rumus slovin. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa skala psikologi. Instrumen dikembangkan dengan validitas konstruk dan isi yang disetujui oleh ahlinya. Teknik pengolahan data dilakukan dengan adanya uji validitas dan reliabilitas, penghitungan persentase, uji normalitas, uji linearitas, serta uji hipotesis dengan analisis regresi sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri siswa. Hal ini dapat diketahui dari nilai signifikansi (sig) atau peluang galat (p) sebesar 0,000 < 0,05 maka dinyatakan hubungan antara variabel keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan dengan karakter mandiri siswa adalah signifikan. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,805 dan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,646 dengan persamaan regresi Y’ = 20,241 + 0,538X. Besarnya kontribusi atau sumbangan efektif dari keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri sebesar 64,6%.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW. Penulis menghaturkan syukur atas segala nikmat
dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi berjudul “Pengaruh Keaktifan
Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan terhadap Karakter
Mandiri Siswa Kelas VI se-Gugus III Kecamatan Depok Sleman” dapat disusun
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tentu tidak terlepas dari
bimbingan, arahan, serta bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Sebagai ungkapan rasa syukur, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan
untuk dapat menuntut ilmu di UNY.
2. Dekan FIP UNY yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ketua Jurusan PSD FIP UNY yang telah mendukung kelancaran penulisan
skripsi ini.
4. Bapak Dr. Anwar Senen, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah memberikan pengarahan, masukan, dan bimbingan kepada penulis
x
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Batasan Masalah ... 9
D. Rumusan Masalah ... 10
E. Tujuan Penelitian ... 10
F. Manfaat Penelitian ... 10
1. Manfaat Teoritis ... 10
2. Manfaat Praktis ... 11
BAB II. KAJIAN TEORI A. Karakter Mandiri ... 12
1. Pengertian Karakter Mandiri ... 12
2. Karakteristik dari Karakter Mandiri ... 17
xi
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakter Mandiri ... 22
B. Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 26
1. Pengertian Keaktifan ... 26
2. Perkemahan ... 28
3. Pengertian Pendidikan Kepramukaan ... 35
4. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kepramukaan ... 37
5. Sifat Pendidikan Kepramukaan ... 39
6. Pramuka Penggalang ... 40
7. Kegiatan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 41
C. Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan terhadap Karakter Mandiri Siswa ... 45
D. Penelitian yang Relevan ... 47
E. Kerangka Pikir ... 48
F. Hipotesis Penelitian ... 50
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 51
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51
1. Tempat Penelitian... 51
2. Waktu Penelitian ... 52
C. Variabel Penelitian ... 52
1. Variabel Independen (variabel bebas) ... 52
2. Variabel Dependen (variabel terikat) ... 52
D. Populasi dan Sampel ... 53
1. Populasi Penelitian ... 53
2. Sampel Penelitian ... 53
E. Teknik Pengumpulan Data ... 56
F. Instrumen Penelitian ... 57
G. Teknik Analisis Data ... 64
1. Analisis Deskriptif Persentase... 64
xii
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ... 70
1. Variabel Karakter Mandiri ... 71
2. Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 73
B. Uji Prasyarat Analisis ... 75
1. Uji Normalitas ... 75
2. Uji Linearitas ... 76
C. Uji Hipotesis ... 77
D. Pembahasan ... 80
E. Keterbatasan Penelitian ... 85
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 87
1. Bagi Pembina Pramuka ... 87
2. Bagi Orang Tua ... 88
3. Bagi Siswa ... 88
4. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 89
xiii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas VI di Sekolah Dasar se-Gugus III
Kecamatan Depok ... 53
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 58
Tabel 3. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 63
Tabel 4. Kategori Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan dan Karakter Mandiri ... 65
Tabel 5. Hasil Output Frequencies Variabel Karakter Mandiri ... 71
Tabel 6. Distribusi Data Variabel Karakter Mandiri ... 72
Tabel 7. Hasil Output Frequencies Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 73
Tabel 8. Distribusi Data Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan... 75
Tabel 9. Hasil Uji Normalitas ... 76
Tabel 10. Data Hasil Output Uji Linearitas ... 76
Tabel 11. Data Hasil Output Anova ... 78
Tabel 12. Data Hasil Output Coefficients ... 78
xiv
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Kerangka Pengaruh Kerja Kedua Variabel ... 50
xv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Surat Keterangan Validasi Expert Judgement ... 93
Lampiran 2. Instrumen Ujicoba Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 95
Lampiran 3. Instrumen Ujicoba Variabel Karakter Mandiri ... 98
Lampiran 4. Rekapitulasi Data Hasil Ujicoba Instrumen Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 100
Lampiran 5. Rekapitulasi Data Hasil Ujicoba Instrumen Variabel Karakter Mandiri ... 101
Lampiran 6. Hasil Validitas dan Reliabilitas Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 103
Lampiran 7. Hasil Validitas dan Reliabilitas Variabel Karakter Mandiri ... 105
Lampiran 8. Instrumen Penelitian Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 107
Lampiran 9. Instrumen Penelitian Variabel Karakter Mandiri ... 109
Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Data Instrumen Penelitian Variabel Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan ... 111
Lampiran 11. Rekapitulasi Hasil Data Instrumen Penelitian Variabel Karakter Mandiri ... 115
Lampiran 12. Hasil Pengkategorian Data ... 121
Lampiran 13. Sebaran Data ... 124
Lampiran 14. Hasil Uji Normalitas ... 125
Lampiran 15. Hasil Uji Linearitas ... 125
Lampiran 16. Hasil Uji Hipotesis ... 126
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan diselenggarakan di setiap satuan pendidikan, mulai dari
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Pendidikan diberikan di
lembaga-lembaga nonformal dan informal yang menjadi sarana pembentukan pribadi
peserta didik maupun masyarakat pada umumnya. Pasal 31 ayat (2) UUD 1945
mengamanatkan pemerintah untuk menyelenggarakan suatu sistem pendidikan
nasional. Pendidikan diberikan sejak dini untuk mewujudkan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu mengembangkan pengetahuan.
SDM yang berkualitas akan mewujudkan masyarakat yang mempunyai masa
depan yang baik. Pendidikan merupakan sarana untuk menyiapkan masa kini dan
sekaligus masa depan.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,...”. Pendidikan Nasional memiliki tujuan untuk
mengembangkan potensi siswa. Potensi tersebut untuk mewujudkan manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
2
Mardapi (Darmiyati Zuchdi, 2011:186) menyatakan bahwa karakter
diperoleh berdasarkan adanya interaksi dengan orang tua, guru, teman, dan
lingkungan, serta dari pembelajaran secara langsung atau pengamatan terhadap
orang lain. Karakter berkaitan erat dengan sikap dan nilai. Karakter berkaitan
dengan adanya pendidikan karakter yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan
Nasional (2011:10) merumuskan materi pendidikan karakter yang meliputi 18
nilai-nilai karakter diantaranya adalah nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai-nilai
pendidikan karakter dapat diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran baik
di dalam kelas maupun di luar kelas.
Pendidikan karakter yang ditanamkan di sekolah dasar sangat beragam dan
penting untuk kepribadian dan perkembangan siswa. Salah satu nilai pendidikan
karakter adalah karakter mandiri. Samani dan Hariyanto (2012:131) menjelaskan
bahwa mandiri adalah mampu memenuhi kehidupan diri sendiri dan tidak
bergantung pada orang lain dan orang yang mandiri mampu mempertimbangkan
pilihan dan membuat keputusan sendiri. Siswa mulai dididik sejak dini untuk mau
belajar dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri, tidak selalu bergantung pada
3
diambilnya. Siswa dibiasakan untuk berusaha mengerjakan sendiri segala hal yang
dapat dilakukan secara mandiri tanpa menggantungkan bantuan orang lain.
Pendidikan memiliki peranan yang besar dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa dan menciptakan SDM yang berkualitas. Pendidikan di sekolah
dasar dapat dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas. Kegiatan yang
dilaksanakan di luar kelas berupa kegiatan yang dapat mengembangkan
kepribadian siswa sebagai bekal dalam meningkatkan kemampuan dan karakter
siswa. Salah satu pendidikan di sekolah dasar yang dapat membentuk kepribadian
siswa adalah melalui kegiatan dalam pendidikan kepramukaan.
Elly Sri Melinda (2013:2) menyatakan bahwa pendidikan kepramukaan
merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan kepada siswa di bawah
bimbingan orang dewasa dengan melalui kegiatan rekreatif, edukatif, kreatif,
menantang dan menyenangkan di alam terbuka yang dikemas dalam bentuk
berbagai kegiatan sesuai dengan satuan atau golongan siswa. Salah satu kegiatan
dalam pendidikan kepramukaan adalah perkemahan. Kegiatan perkemahan
dilaksanakan di alam terbuka dan berada dalam bimbingan orang dewasa.
Kegiatan tersebut dikemas sesuai tujuan untuk memberikan pengalaman dan
pembelajaran bagi siswa dalam belajar mandiri.
Karakter mandiri bagi siswa kelas VI sekolah dasar menjadi hal yang
penting untuk bisa tertanam pada diri setiap siswa. Siswa setelah lulus dari
sekolah dasar akan dapat percaya diri dan mampu mengerjakan berbagai hal yang
4
terjadi saat ini adalah adanya krisis kemandirian oleh generasi muda (siswa).
Krisis kemandirian tersebut diwujudkan dengan adanya ketergantungan generasi
muda (siswa) kepada orang tua atau orang lain dalam menghadapi masalah.
Karakter mandiri penting untuk ditanamkan sedini mungkin, baik melalui
pendidikan di sekolah, di rumah, dan di lingkungan sekitarnya. Perkemahan
sebagai salah satu kegiatan dalam pendidikan kepramukaan berperan sebagai
upaya menumbuhkan karakter mandiri siswa.
Pada jenjang sekolah dasar, perkemahan menjadi satu-satunya program
yang dapat mencakup berbagai macam kegiatan. Kegiatan tersebut dapat
menciptakan kemandirian karena dilaksanakan di alam terbuka dan siswa tidak
selalu didampingi oleh orang tuanya. Siswa akan dapat belajar untuk
membiasakan diri menanamkan karakter mandiri dalam diri pribadinya. Siswa
kelas VI akan segera lulus dari sekolah dasar dan akan menempuh jenjang
pendidikan selanjutnya. Penanaman karakter mandiri melalui kegiatan
perkemahan bagi siswa kelas VI merupakan salah satu upaya penting yang dapat
dilakukan sekolah. Pada masa yang akan datang, siswa akan menjadi lebih siap
mental dan fisik dalam menghadapi permasalahan pribadi. Siswa akan terbiasa
mencoba menyelesaikan permasalahannya sendiri tanpa selalu mengutamakan
bantuan dari orang lain.
Penanaman karakter mandiri senantiasa diupayakan dalam pendidikan
kepramukaan. Perwujudan upaya tersebut adalah dengan memberikan kegiatan
5
diselesaikan dan dipraktikkan saat perkemahan akan menentukan dan membentuk
karakter mandiri siswa. Contoh dari pembiasaan karakter mandiri pada saat
kegiatan perkemahan adalah memasak dan menjaga kebersihan diri. Siswa
terbiasa makan dengan mudah selama di rumah karena sudah disiapkan oleh orang
tua. Namun pada kegiatan perkemahan, siswa akan mencoba memenuhi
kebutuhan diri dalam membuat makanan sendiri saat tiba-tiba merasa lapar dan
senantiasa menjaga kebersihan diri secara mandiri tanpa bergantung pada bantuan
orang lain. Kegiatan perkemahan yang dilaksanakan dalam pendidikan
kepramukaan meliputi kegiatan yang menarik, menantang, kreatif, dan
menyenangkan. Siswa akan dapat belajar sikap disiplin, berani, menghargai orang
lain, peduli lingkungan, cinta alam, dan memiliki karakter mandiri. Siswa dapat
belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan alam serta mengurangi
ketergantungan kepada orang lain dan dapat berlatih untuk bisa memutuskan
sendiri apa yang seharusnya dilakukan.
Sekolah Dasar di gugus III Kecamatan Depok Kabupaten Sleman terdiri
dari enam sekolah yang melaksanakan kegiatan pendidikan kepramukaan. Jadwal
untuk kegiatan kepramukaan dilaksanakan satu minggu sekali dari siang hingga
sore hari setelah pembelajaran di kelas selesai atau menyesuaikan kebijakan dari
sekolah masing-masing. Perkemahan dalam pendidikan kepramukaan dilakukan
pada waktu tertentu misalnya diakhir semester ganjil atau pada saat kegiatan
perkemahan bakti, perkemahan bakti penggalang dari kwartir ranting, atau
6
Perkemahan bagi siswa sekolah dasar salah satunya bertujuan untuk melatih
kemandirian agar dapat bertahan dan menyelesaikan permasalahan di alam
terbuka. Siswa berasal dari berbagai latar belakang yang bervariasi dari segi sosial
dan budaya.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, didapatkan data antara
lain karakter mandiri siswa masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
sikap siswa yang sering meminta bantuan orang tuanya dalam mempersiapkan
segala keperluan untuk kegiatan sekolah dan merasa senang ketika orang tua
sudah menyiapkan pakaian seragam yang akan digunakan. Pada saat lapar, siswa
lebih senang meminta orang tua menyiapkan, mengambilkan, atau mencarikan
makanan yang diinginkan tanpa berusaha sendiri terlebih dahulu. Ketika di
sekolah, siswa tidak dengan sendirinya menyadari pentingnya menjaga kebersihan
baik badan maupun lingkungan. Mereka akan mau melakukannya ketika
diingatkan atau sedang ditunggui oleh guru maupun pembina di sekolah.
Tingkat kedisiplinan siswa belum tertanam secara maksimal. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya siswa yang masih sering terlambat berangkat sekolah.
Siswa masih kurang menyadari untuk bisa menaati tata tertib yang berlaku di
sekolah. Pada saat upacara bendera seringkali siswa berbicara dan asyik bermain
dengan temannya sehingga tidak memperhatikan pembina upacara. Permasalahan
lain adalah siswa merasa antusias dan menyukai kegiatan dari pendidikan
kepramukaan atau kepanduan yang dilaksanakan di sekolah, salah satunya dalam
7
pendidikan kepramukaan di sekolah dasar. Akan tetapi, pembina menyatakan
bahwa tidak seluruh orang tua dapat mendukung kegiatan dari kepramukaan, salah
satunya pada kegiatan perkemahan. Hal tersebut diwujudkan dengan adanya orang
tua siswa yang meminta izin kepada pembina untuk tidak mengikutsertakan siswa
tersebut karena adanya kekhawatiran jika saat perkemahan terjadi sesuatu hal
yang tidak diinginkan dan karena adanya dana kegiatan.
Selain itu, permasalahan lain adalah pada saat pelaksanaan pendidikan
kepramukaan yaitu adanya siswa yang kurang menunjukkan rasa saling menerima
satu sama lain yang diwujudkan dengan adanya sikap satu hingga tiga siswa di
dalam setiap regu yang idealis dan pilih-pilih dalam pembentukan kelompok/regu
pada awal kegiatan pendidikan kepramukaan. Pembina sebagai pembimbing siswa
dalam pendidikan kepramukaan dan kegiatan perkemahan selama ini hanya dapat
mengukur adanya kemandirian siswa melalui pengamatan langsung. Dari
pengamatan tersebut, terdapat perbedaan sikap atau karakter antara siswa yang
aktif dan yang kurang aktif dalam mengikuti perkemahan. Siswa yang aktif
mengikuti perkemahan lebih menunjukkan adanya karakter mandiri yang mulai
ada dalam dirinya. Siswa yang kurang aktif dalam mengikuti perkemahan akan
terlihat kurang mandiri dan kurang percaya diri dalam melakukan berbagai hal
serta memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Siswa usia sekolah dasar belum dapat mandiri sepenuhnya dengan
melakukan segala sesuatu selalu sendiri. Akan tetapi, sedini mungkin perilaku
8
dalam diri siswa. Kegiatan perkemahan dalam pendidikan kepramukaan bersifat
menyenangkan, di alam terbuka, identik dengan kegiatan yang berada di luar
kelas. Siswa akan lebih mudah memahami materi, informasi, maupun bimbingan
yang diberikan pembina secara lebih cepat karena siswa dapat memperoleh
pembelajaran secara nyata melalui pengalaman langsung di lapangan.
Anton Kristiadi (2014:77) menjelaskan bahwa perkemahan merupakan
salah satu kegiatan wajib dalam gerakan pramuka. Perkemahan memiliki tujuan
untuk melatih kemandirian, tanggung jawab, kerjasama, empati, disiplin,
membuat para anggotanya terbiasa dipimpin dan memimpin, membiasakan diri
anggota mendahulukan kepentingan bersama daripada individu, melatih
mengendalikan emosi dan mental, melatih gaya hidup sederhana, melatih
keterampilan bertahan hidup, dan lain-lainnya. Salah satu tujuan dari kegiatan
perkemahan adalah agar peserta/siswa mampu dan dapat terbina jiwa
kemandiriannya. Pelaksanaan perkemahan mencakup berbagai kegiatan yang
dapat dimanfaatkan untuk melatih karakter mandiri siswa. Karakter tersebut akan
terlihat setelah kegiatan perkemahan selesai. Siswa akan menjadi terbiasa untuk
menanamkan karakter mandiri dalam beraktivitas di sekolah, di rumah, atau di
lingkungan sekitar.
Dari uraian di atas, peneliti bermaksud untuk mengetahui pengaruh serta
besarnya pengaruh dari adanya keaktifan mengikuti kegiatan perkemahan dalam
pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri siswa kelas VI. Pada
9
melanjutkan ke jenjang berikutnya. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul
penelitian “Pengaruh Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan
Kepramukaan terhadap Karakter Mandiri Siswa Kelas VI Sekolah Dasar
Se-Gugus III Kecamatan Depok Sleman”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
diketahui identifikasi masalah sebagai berikut.
1. Karakter mandiri siswa rendah yang ditunjukkan dengan adanya
ketergantungan siswa pada orang tua maupun orang lain di sekitarnya dalam
menyelesaikan permasalahan dan memenuhi kebutuhan pribadinya.
2. Tingkat kedisiplinan siswa belum tertanam secara maksimal.
3. Pendidikan kepramukaan atau kepanduan sebagai pembelajaran yang
menyenangkan, tetapi tidak semua orang tua mendukung kegiatan yang
dilaksanakan secara maksimal.
4. Siswa kurang menunjukkan rasa saling menerima satu sama lain yang
diwujudkan dengan adanya sikap satu, dua, hingga tiga siswa di dalam setiap
regu yang idealis dan pilih-pilih dalam pembentukan kelompok/regu pada
awal kegiatan pendidikan kepramukaan.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, tidak semua
permasalahan tersebut dapat diteliti. Hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan
10
itu, batasan masalah peneliti adalah pada pengaruh keaktifan mengikuti
perkemahan dalam pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri siswa.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, diketahui satu
rumusan masalah yaitu: Apakah keaktifan mengikuti perkemahan dalam
pendidikan kepramukaan berpengaruh terhadap karakter mandiri siswa kelas VI
Sekolah Dasar Se-Gugus III Kecamatan Depok Sleman?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh keaktifan
mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri
siswa kelas VI Sekolah Dasar Se-Gugus III Kecamatan Depok Sleman.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari adanya keaktifan
mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan terhadap karakter mandiri
siswa kelas VI Sekolah Dasar Se-Gugus III Kecamatan Depok Sleman. Dengan
demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk pengembangan teori
tentang keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan dan
karakter mandiri. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai kajian untuk
penelitian lanjutan yang terkait. Penelitian ini diharapkan dapat memberi
11
meningkatkan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan sebagai sarana
penyampaian nilai-nilai karakter dalam diri setiap siswa, serta mengembangkan
suatu teori mengenai pengaruh perkemahan dalam pendidikan kepramukaan
terhadap karakter mandiri siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pembina Pramuka
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan masukan
bagi pembina dalam meningkatkan peranannya dalam upaya menumbuhkan nilai
karakter mandiri siswa maupun karakter positif lainnya, serta dapat digunakan
untuk mengetahui sejauh mana peranan dari adanya kegiatan perkemahan dalam
pendidikan kepramukaan.
b. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa sebagai gambaran bagi siswa
agar senantiasa memiliki karakter mandiri dalam dirinya, serta mengikuti kegiatan
perkemahan maupun kegiatan dalam kepramukaan lainnya dengan disiplin dan
sungguh-sungguh sehingga mampu menjadikan dirinya sebagai pribadi yang
senantiasa memiliki karakter dan akhlak yang baik dalam kesehariannya.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk menambah wawasan serta
pengetahuan peneliti tentang pengaruh keaktifan siswa mengikuti perkemahan
12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Karakter Mandiri
1. Pengertian Karakter Mandiri
Karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi.
Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman yang selalu berubah, dan
dari kematangan karakter tersebut dapat dilakukan pengukuran kualitas pribadi
seseorang (Forester, dalam Zaim Elmubarok 2009:105). Ngainun Naim (2012:55)
menyatakan bahwa karakter adalah gambaran tingkah laku yang menonjolkan
nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter
mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviours), motivasi
(motivations), dan keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual berpikir kritis dan alasan
moral, jujur dan bertanggungjawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam
situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang
memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai keadaan, dan
komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya.
Suyanto (Syamsul Kurniawan, 2013:28) berpendapat bahwa karakter
sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk
hidup dan bekerjasama, baik di lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan
13
Thomas Lickona (1991:52) menyatakan; “A reliable inner disposition to
respond to situations in a morally good way. Character so convived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior”. Karakter yang baik (good character) menurut Lickona tersebut meliputi pengetahuan tentang kebaikan (moral knowing), selanjutnya memunculkan komitmen atau niat terhadap suatu kebaikan (moral feeling), dan pada akhirnya melakukan kebaikan yang menjadi suatu kebiasaan (moral behavior). Hal ini dapat menjelaskan bahwa karakter mengacu pada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitudes),
dan motivasi (motivations), serta perilaku (behavior), dan keterampilan (skills).
Agus Wibowo (2013:12) menjelaskan bahwa karakter merupakan sifat
alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, sifatnya jiwa manusia,
mulai dari angan-angan hingga menjelma sebagai tenaga, cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Karakter sebagai
serangkaian sikap, motivasi, perilaku, dan keterampilan, serta watak, tabiat,
akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Daryanto (2013:2-3) menyatakan bahwa karakter akan dapat terbentuk
apabila suatu aktivitas dilakukan berulang-ulang secara rutin sehingga menjadi
14
merupakan kunci dari kepemimpinan (leadership). Pembentukan karakter tidak dapat dilepaskan dari adanya life skills yang berkaitan erat dengan kemahiran, mempraktikkan/melatih kemampuan, fasilitas, dan kebijaksanaan. Pembelajaran
life skills meliputi learning to know,learning to do, learning to life together.
Proses pengembangan keterampilan dimulai dari sesuatu yang disadari tetapi tidak
kompeten, hingga akhirnya menjadi sesuatu yang tidak disadari (unconscious) dan tidak kompeten (uncompetent). Kemudian akan disadari tetapi tidak kompeten dan akhirnya menjadi sesuatu yang disadari (conscious) dan kompeten (competent).
Dari beberapa pendapat tentang karakter tersebut dapat disimpulkan bahwa
karakter merupakan suatu identitas diri seseorang yang mencerminkan kualitas
kepribadiannya dengan mengacu pada serangkaian sikap, pengetahuan, perilaku,
motivasi, dan juga keterampilan dalam berinteraksi atau beraktivitas sehari-hari
yang akan menjadi suatu kebiasaan (habbit) yang melekat pada diri seseorang tersebut. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang
berusaha melakukan hal terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri pribadinya,
sesama manusia, lingkungan, bangsa, dan negara dengan mengoptimalkan potensi
(pengetahuan) diri dengan disertai adanya kesadaran, emosi, dan perasaan.
Karakter seseorang akan terbentuk karena kebiasaan yang dilakukan, sikap yang
diambil dalam menanggapi suatu keadaan, dan kata-kata yang diucapkan kepada
orang lain. Karakter pada akhirnya akan menjadi sesuatu yang dapat melekat pada
diri seseorang dan seringkali orang tersebut tidak menyadari karakternya, tetapi
15
Kebiasaan seseorang terbentuk dari tindakan yang dilakukan secara
berulang-ulang setiap hari. Tindakan tersebut pada awalnya disadari atau tidak
disengaja, namun dengan seringnya tindakan yang sama dilakukan maka pada
akhirnya kebiasaan tersebut menjadi tidak disadari oleh orang yang bersangkutan.
Salah satu cara dalam membangun karakter adalah melalui pendidikan, baik
pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat, atau pendidikan formal di
sekolah.
Nini Subini (Syamsul Kurniawan, 2013:143) berpendapat bahwa mandiri
merupakan suatu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
didalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Untuk menjadi mandiri, siswa di
lingkungan sekolah perlu untuk dibiasakan belajar mandiri. Kemandirian perlu
dilatih sedini mungkin, agar siswa mempunyai tanggung jawab dalam mengatur
dan mendisiplinkan dirinya, serta dalam mengembangkan kemampuan belajar atas
kemauan sendiri. Beberapa sikap tersebut penting untuk dimiliki siswa sehingga
akan menjadi ciri kedewasaan dari seseorang yang terpelajar.
Mohamad Mustari (2014:77) menyatakan: “Anak yang mandiri adalah anak yang aktif, independen, kreatif, kompeten, dan spontan.” Seseorang yang mandiri tidak memerlukan bantuan orang lain, berani mengambil resiko dan
mengambil keputusan, serta tidak khawatir atas masalah yang dihadapinya. Orang
16
tidak menolak resiko dan bisa memecahkan masalah, bukan hanya khawatir
tentang masalah-masalah yang dihadapi.
Dari uraian pendapat di atas, dapat dipahami bahwa mandiri merupakan
suatu sikap, perilaku, atau karakter seseorang yang tidak mudah bergantung
kepada orang lain, serta berani menghadapi resiko atas keputusan yang telah
diambil dengan percaya diri. Oleh karena itu, karakter mandiri merupakan suatu
identitas diri seseorang yang mencerminkan kualitas kepribadiannya yang tidak
mudah bergantung pada orang lain dalam menghadapi dan menyelesaikan
permasalahannya. Menanamkan karakter mandiri siswa bukan merupakan usaha
untuk mengasingkan siswa dari teman maupun pembina/orang tuanya.
Hal yang terpenting dalam pembiasaan karakter mandiri adalah
peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa dalam memahami perannya
menyelesaikan tugas atau segala sesuatu yang dapat dilakukan sendiri tanpa
bantuan orang lain. Kriteria keberhasilan dalam penanaman karakter atau program
pendidikan karakter bagi siswa dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari-hari
yang tampak pada setiap aktivitas yang meliputi kesadaran, kejujuran, keikhlasan,
kesederhanaan, kemandirian, kepedulian, kebebasan dalam bertindak, kecermatan
atau ketelitian, dan komitmen. Dari berbagai kriteria tersebut, salah satu hal
penting pada diri siswa yang menjadi kriteria keberhasilan adanya penanaman
karakter adalah adanya karakter mandiri. Siswa dibiasakan untuk tidak bergantung
pada pembina, orangtua, teman, atau orang lain dalam menyelesaikan urusannya.
17
pribadi untuk memahami, berusaha, dan mencoba menyelesaikan segala
urusan/permasalahan yang dihadapi dengan caranya sendiri.
Tugas pembina dalam pembiasaan karakter mandiri siswa adalah sebagai
fasilitator. Kemandirian tidak otomatis tumbuh dalam diri seorang siswa. Menurut
Ngainun Naim (2012:162), mandiri pada dasarnya merupakan hasil dari proses
pembelajaran yang berlangsung lama. Mandiri tidak selalu berkaitan dengan usia.
Kemandirian tidak otomatis tumbuh dalam diri seorang siswa. Belajar untuk bisa
mandiri bukan berarti selalu harus hidup sendiri. Hal tersebut bertujuan untuk
membelajarkan siswa agar tidak mengharapkan bantuan, pengawasan, dan arahan
orang lain termasuk pembina secara terus menerus. Siswa berlatih berkreativitas
dan berinisiatif, serta mencoba untuk menyelesaikan urusan/permasalahannya
sendiri dengan bersumber pada bimbingan yang pernah diperolehnya.
2. Karakteristik dari Karakter Mandiri
Steinberg (Desmita, 2012:186) menjelaskan bahwa karakteristik dari
karakter mandiri terdiri dari tiga macam. Karakteristik tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Kemandirian Emosional (Emotional autonomy)
Kemandirian ini berhubungan dengan adanya perubahan kedekatan
emosional antar seseorang dengan orang lainnya. Contoh pada hubungan
18
b. Kemandirian Tingkah Laku (Behavioral autonomy)
Kemandirian yang berkaitan erat dengan kemampuan seseorang dalam
membuat keputusan tanpa terpengaruh atau bergantung kepada orang lain, dan
menentukan keputusan tersebut dengan penuh tanggung jawab.
c. Kemandirian Nilai (Value autonomy)
Kemandirian yang mengarah pada kemampuan seseorang didalam
memaknai berbagai hal yang benar dan salah, serta hal yang penting dan tidak
penting dalam kehidupan sehari-hari.
Russel & Bakken (2002:2) menjabarkan tiga karakteristik kemandirian
menjadi beberapa aspek. Berikut ini adalah aspek-aspek dari ketiga karakteristik
tersebut.
1) Aspek kemandirian emosional (emotional autonomy) Aspek yang terdapat dalam kemandirian ini meliputi:
a) kemampuan melakukan de-idealized terhadap orangtua. Individu harus mampu memahami bahwa tidak ada orang yang sempurna atau ideal, termasuk
orang tua mereka. Hal ini membuat individu mampu mandiri dengan tidak lagi
bergantung kepada bantuan orangtua;
b) kemampuan memandang parent as people atau orang tua selayaknya orang pada umumnya. Individu akan mampu berinteraksi dengan orangtua mereka,
bukan sebagai hubungan antar anak dengan orangtua saja, namun berinteraksi
19
c) non-dependency atau keadaan dimana individu bergantung kepada diri sendiri, bukan kepada orang lain atau orang tua mereka. Individu mampu mengontrol
emosi dan menahan keinginan untuk meminta dukungan emosional atau
bantuan disekitarnya; dan
d) individuated atau individualisasi. Individu mampu melihat perbedaan pandangan dengan orang tuanya, serta senantiasa memunculkan sikap
tanggung jawab.
2) Kemandirian tingkah laku (behavioral autonomy)
Aspek yang terdapat dalam kemandirian ini terdiri dari tiga hal, yaitu:
a) kemampuan mengambil keputusan, meliputi: menyadari resiko dari
perilakunya, memilih alternatif pemecahan masalah berdasarkan pertimbangan
diri sendiri dan orang lain, bertanggung jawab akan konsekuensi dari
keputusan yang diambil;
b) memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain, meliputi: tidak mudah
terpengaruh situasi yang menuntut konformitas, tidak mudah terpengaruh
tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan, dan
memasuki kelompok sosial tanpa tekanan;
c) memiliki rasa percaya diri (self reliance), meliputi: merasa mampu memenuhi kebutuhan dan tanggung jawab sehari-hari di rumah dan di sekolah, merasa
mampu mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya, serta berani
20 3) Kemandirian nilai (value autonomy)
Aspek dari kemandirian ini terdiri dari tiga macam yaitu:
a) keyakinan akan nilai-nilai abstrak (abstract belief);
b) nilai-nilai semakin mengarah kepada yang bersifat prinsip (principle belief),
antara lain dengan berpikir sesuai prinsip yang dapat dipertanggung jawabkan
dalam bidang nilai, bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggung
jawabkan dalam bidang nilai, serta bertingkah laku sesuai dengan keyakinan
dan nilainya sendiri;
c) keyakinan akan nilai semakin terbentuk dalam diri individu bukan hanya dari
sistem nilai yang diberikan orang tua atau orang dewasa lainnya (independent belief). Hal ini diwujudkan dengan individu mulai dapat mengevaluasi keyakinan dan nilai-nilai yang diterima dari orang lain, berpikir sesuai dengan
keyakinan diri sendiri, serta bertingkah laku sesuai dengan keyakinan sendiri.
Karakter mandiri merupakan sebuah nilai penting yang akan membantu
siswa dalam melaksanakan tugasnya. Masa depan siswa akan menjadi lebih baik
ketika siswa memiliki karakter mandiri sejak dini. Siswa memahami dirinya
dengan baik, dapat mengambil keputusan secara mandiri, berani menghadapi
resiko, memiliki rasa percaya diri dan jiwa untuk tidak bergantung kepada orang
lain. Perkembangan karakter siswa yang mandiri terjadi secara bertahap dengan
mengikuti perkembangan psikis, fisik, dan pemikiran siswa. Menjelang akhir
masa anak-anak, siswa dituntut untuk dapat beradaptasi dengan baik di
21
membimbing siswa untuk mampu mengembangkan kemampuan psikis, fisik, dan
mentalnya.
3. Ciri-ciri Karakter Mandiri
Menurut Lovinger (Ali & Asrori 2012:114), terdapat tingkatan dan ciri-ciri
dari karakter mandiri yaitu sebagai berikut.
a. Tingkatan pertama, merupakan tingkatan yang memiliki karakteristik impulsif
dan dapat melindungi diri. Ciri-cirinya adalah individu memperhatikan
keuntungan yang diperoleh dari adanya interaksi dengan orang lain, mengikuti
aturan untuk memperoleh keuntungan, berpikir tidak logis dan cenderung
berpikir dengan cara tertentu. Individu cenderung menyalahkan dan mengejek
orang lain serta lingkungannya.
b. Tingkatan kedua, merupakan tingkatan yang memiliki karakteristik
konformistik. Ciri-cirinya adalah individu memperhatikan penampilan diri,
cenderung berpikir sederhana, peduli dengan aturan kelompok, bertindak
dengan motif untuk mendapat pujian dari orang lain, kurang introspeksi diri,
dan merasa takut tidak diterima dalam kelompok.
c. Tingkatan ketiga, merupakan tingkatan yang memiliki karakteristik sadar diri.
Cirinya adalah mampu berpikir luas, memiliki sebuah harapan dan berbagai
kemungkinan dalam suatu situasi, memanfaatkan kesempatan, mementingkan
bagimana cara memecahkan masalah, memikirkan bagaimana bertahan hidup,
22
d. Tingkatan keempat, merupakan tingkatan yang memiliki karakteristik
saksama. Ciri-cirinya adalah individu bertindak atas dasar nilai-nilai internal,
mampu meyakini diri sendiri sebagai pembuat keputusan dan dapat bertindak,
menyadari tanggung jawab, mau menilai dan introspeksi diri sendiri,
memperhatikan hubungan yang saling menguntungkan, memiliki tujuan
jangka panjang dalam hidup, serta lebih peduli lingkungan.
e. Tingkatan kelima, merupakan tingkatan yang bersifat individualistis.
Ciri-cirinya adalah adanya kesadaran individu terhadap diri sendiri, kesadaran akan
konflik emosional menunjukkan kemandirian atau ketergantungan, lebih
memahami diri sendiri dan orang lain, dapat mengenal diri sendiri dengan
baik, serta mampu memperhatikan perkembangan dan masalah-masalah sosial.
f. Tingkatan keenam, merupakan tingkatan yang mencerminkan karakter
mandiri. Ciri-cirinya adalah individu memiliki suatu tujuan dalam hidupnya,
menunjukkan sikap dengan pemikiran realistik dan dapat berpikir objektif
terhadap diri sendiri dan orang lain, senantiasa memperhatikan
perbaikan-perbaikan diri pribadi, dapat memahami sebuah hal yang bersifat ambiguitas,
menyadari bahwa dalam hidup tidak selalu bergantung pada orang lain,
memiliki respon terhadap kemandirian orang lain, serta dapat
mengekspresikan perasaan dengan ekspresi ceria.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakter Mandiri
Karakter mandiri siswa terbentuk karena adanya faktor-faktor yang
23
sebuah upaya penanaman pendidikan karakter. Ali & Asrori (2012:118)
menjelaskan bahwa terdapat empat faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan kemandirian siswa, yaitu: 1) gen atau keturunan orang tua, 2) pola
asuh orang tua, 3) sistem pendidikan di sekolah, dan 4) sistem kehidupan di
masyarakat. Berikut ini penjabaran dari keempat faktor tersebut.
a. Gen atau keturunan orang tua.
Orang tua yang memiliki karakter mandiri dapat mewariskan karakter
tersebut pada keturunannya. Anak akan tumbuh menjadi anak yang mandiri
seperti orang tuanya. Akan tetapi, faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan
karena ada pendapat lain yang menyatakan bahwa bukan sifat atau karakter orang
tua yang menurun pada anaknya, namun sifat orang tua muncul berdasarkan cara
orang tua mendidik anaknya sehingga anak memiliki sifat seperti orang tuanya.
b. Pola asuh orang tua.
Karakter mandiri siswa dipengaruhi oleh bagaimana cara orang tua
mengasuh dan mendidik anaknya. Orang tua yang sering merlarang anak dan
mengatakan “jangan” tanpa memberikan pengertian kepada anak maka akan dapat
menghambat perkembangan kemandirian anak. Orang tua yang dapat memberikan
suasana aman dalam berinteraksi antar keluarga cenderung akan membantu
perkembangan anak dengan baik. Orang tua yang sering membandingkan antara
anak satu dengan anak yang lainnya juga akan berpengaruh kurang baik terhadap
24 c. Sistem pendidikan di sekolah.
Perkembangan kemandirian siswa akan berkembang dengan baik apabila
proses pendidikan di sekolah bersifat demokratisasi dan tidak mendoktrin tanpa
adanya argumentasi. Intelektual siswa atau pengetahuan yang didapatkan siswa
dari proses pendidikan juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi karakter
mandiri seseorang.
d. Sistem kehidupan di masyarakat.
Karakter mandiri anak akan dapat berkembang apabila dalam kehidupan
masyarakat atau di lingkungannya senantiasa bisa menciptakan suasana yang
aman, nyaman, serta menghargai potensi anak dalam berbagai kegiatan yang
produktif. Karakter mandiri dapat melekat pada diri setiap siswa melalui berbagai
macam faktor di atas. Seseorang memiliki karakter mandiri dapat dipengaruhi
oleh adanya gen atau keturunan yang berasal dari orang tua yang memang pada
kegiatan sehari-harinya mendidik siswa untuk belajar mandiri sejak dini. Pola
asuh orang tua merupakan salah satu faktor penting dari munculnya karakter
mandiri siswa. Waktu bersama orang tua lebih banyak jika dibandingkan dengan
waktu bersama pembina di sekolah. Selain itu, sistem pendidikan di sekolah dan
di masyarakat atau lingkungan sekitar juga dapat berpengaruh pada pembiasaan
karakter mandiri siswa. Intelektual atau pengetahuan siswa akan membentuk
sebuah perilaku yang melekat pada diri pribadinya.
Mandiri bukan berarti tidak memiliki kepedulian dan tidak berhubungan
25
landasan kepedulian tinggi terhadap orang lain. Seseorang yang mandiri biasanya
memiliki kecenderungan untuk lebih berusaha melakukan segala sesuatu sendiri,
tetapi bukan berarti mandiri tidak dapat dikembangkan dalam iklim kebersamaan.
Pada variabel karakter mandiri berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
Lovinger (Ali & Asrori, 2012:114) yang menyatakan bahwa terdapat tingkatan
dan ciri-ciri dari karakter mandiri yaitu meliputi tingkatan pertama hingga
tingkatan keenam. Pada tingkatan keenam merupakan tingkatan yang
mencerminkan karakter mandiri. Ciri-cirinya adalah individu memiliki suatu
tujuan dalam hidupnya, menunjukkan sikap dengan pemikiran realistik dan dapat
berpikir objektif terhadap diri sendiri dan orang lain, senantiasa memperhatikan
perbaikan-perbaikan diri pribadi, dapat memahami sebuah hal yang bersifat
ambiguitas, menyadari bahwa dalam hidup tidak selalu bergantung pada orang
lain, memiliki respon terhadap kemandirian orang lain, serta dapat
mengekspresikan perasaan dengan ekspresi ceria.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang mendasar dari
karakter mandiri siswa adalah: 1) siswa memiliki tujuan dalam hidup, diwujudkan
dengan adanya sikap siswa yang mampu mengambil keputusan secara mandiri
tanpa terpengaruh orang lain; 2) siswa dapat berpikir realistis dan memandang
secara objektif terhadap diri sendiri dan orang lain, diwujudkan dengan berani
bertindak atau berinisiatif melakukan hal yang perlu dilakukan; 3) siswa
senantiasa memperhatikan perbaikan diri, diwujudkan dengan sikap siswa mampu
26
yang dilakukan; 4) memiliki kesadaran bahwa dalam hidup tidak selalu harus
bergantung kepada orang lain, diwujudkan dengan sikap siswa yang mau mencoba
berusaha melakukan hal yang dapat dilakukan sendiri untuk memenuhi
kebutuhannya; dan 5) memiliki respon terhadap kemandirian orang lain,
diwujudkan dengan sikap saling menghargai antar individu dan mendukung
proses dalam belajar mandiri.
Hal tersebut didukung oleh teori dari Mohamad Mustari (2014:77) yang
menyatakan bahwa “Anak yang mandiri adalah anak yang aktif, independen, kreatif, kompeten, dan spontan.” Seseorang yang mandiri tidak memerlukan
bantuan orang lain, berani mengambil resiko dan mengambil keputusan, serta
tidak khawatir atas masalah yang dihadapi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
karakter mandiri merupakan suatu sikap, perilaku, atau karakter seseorang yang
tidak mudah bergantung kepada orang lain, serta berani menghadapi resiko atas
keputusan yang telah diambil dengan percaya diri. Berdasarkan kedua teori
tersebut, pada variabel karakter mandiri dapat dikembangkan menjadi lima
indikator yaitu: 1) kemampuan mengambil keputusan secara mandiri, 2) berani
bertindak atau berinisiatif, 3) memiliki tanggung jawab, 4) memiliki rasa percaya
diri, dan 5) kemampuan untuk mencoba dan berusaha.
B. Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan
1. Pengertian Keaktifan
Keaktifan berasal dari kata dasar aktif yang mendapatkan awalan ke- dan
27
berusaha, sedangkan keaktifan merupakan kegiatan atau suatu kesibukan.
Sardiman (2011:98) berpendapat bahwa keaktifan merupakan suatu kegiatan yang
bersifat fisik maupun mental dengan diwujudkan dalam perbuatan dan pemikiran
sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Dimyati dan Mudjiono
(2009:28) menjelaskan bahwa keaktifan atau partisipasi merupakan sikap siswa
yang meliputi kerelaan, bersedia untuk memperhatikan, dan mau mengikuti suatu
kegiatan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa
adalah suatu kesediaan siswa mengikuti kegiatan atau aktifitas sebagai bentuk dari
usahanya baik bersifat secara fisik (jasmani) dan mental (rohani) dengan
diwujudkan melalui perbuatan serta pemikiran dari diri siswa. Nana Sudjana
(2009:61) menyatakan bahwa keaktifan siswa dapat diamati secara langsung
dengan dilihat dan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
a. Siswa turut serta dalam melaksanakan tugasnya.
b. Siswa mau terlibat dalam memecahkan suatu masalah.
c. Siswa mencoba bertanya dengan siswa lain atau orang lain apabila tidak
memahami permasalahan yang dihadapinya.
d. Siswa berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah.
e. Siswa melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk yang diberikan.
f. Siswa menilai kemampuan diri pribadinya dari berbagai hasil yang telah
28
g. Siswa melatih diri dalam memecahkan permasalahan.
h. Siswa memiliki kesempatan menggunakan atau menerapkan segala sesuatu
yang pernah diperoleh dalam menyelesaikan tugas dan menghadapi
permasalahan.
Dari penjelasan tentang keaktifan di atas, dapat dipahami bahwa keaktifan
siswa yang dimaksud pada penelitian ini adalah keaktifan siswa dalam mengikuti
kegiatan pendidikan kepramukaan. Siswa yang aktif merupakan siswa yang mau
berusaha mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan atau aktifitas dalam
pendidikan kepramukaan yang diwujudkan salah satunya pada kegiatan
perkemahan.
2. Perkemahan
Perkemahan merupakan salah satu kegiatan atau aktifitas yang
diselenggarakan dalam pendidikan kepramukaan. Jana T. Anggadiredja (2012:49)
menyatakan bahwa perkemahan adalah kegiatan di alam terbuka yang banyak
dikemas dengan adanya muatan pendidikan untuk mengembangkan secara efektif
dan efisien atas proses pendidikan spiritual, emosional, sosial, intelektual, serta
fisik. Perkemahan dapat bermanfaat sebagai media pada proses pendidikan.
Kegiatan di alam terbuka dilakukan secara periodik misalnya dengan adanya
perkemahan. Pemantapan spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik akan
berkembang secara efektif dan efisien dengan adanya kegiatan perkemahan.
Baden Powel (Kusumanti, 2008:11) mengemukakan bahwa perkemahan
29
Perkemahan dengan menggunakan tenda, memasak, dan mengadakan
penyelidikan di alam terbuka akan menambah keuletan dan kekuatan, serta
melatih diri menyelesaikan permasalahan secara mandiri. Karakter mandiri siswa
akan dapat dibiasakan/dibentuk perlahan melalui adanya kegiatan perkemahan
dalam pendidikan kepramukaan. Orang yang terbiasa mengerjakan segala sesuatu
seperti pada perkemahan, akan merasakan bahwa mereka lebih mudah dalam
menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi. Hal ini terjadi karena adanya
kesiapan dan kebiasaan untuk melakukan segala pekerjaan atau tugas dan
menyelesaikan permasalahannya secara mandiri.
Tujuan dan sasaran dari adanya kegiatan perkemahan dalam pendidikan
kepramukaan menurut Jana T. Anggadiredja (2012:49-50), sebagai berikut.
a. Tujuan
Perkemahan bertujuan untuk menerapkan prinsip dasar kepramukaan dan
kode kehormatan pramuka dalam kehidupan pramuka sesuai dengan tingkat
perkembangan jiwa siswa.
b. Sasaran
Sasaran dari adanya kegiatan perkemahan adalah ketika telah mengikuti
kegiatan perkemahan, siswa diharapkan mampu:
1) menyusun perencanaan kegiatan dan melaksanakannya dengan baik;
2) meningkatkan kepedulian terhadap sesama;
30
4) menyadari bahwa daya kreasi, ketangkasan dan keterampilan harus dimiliki
dan dikembangkan oleh setiap orang;
5) meningkatkan rasa percaya diri;
6) menambah pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kemampuan kreatif;
7) terbina karakter mandiri/jiwa kemandiriannya;
8) meningkatkan kecintaan pada tanah air dan bangsa, serta menambah
kesadaran untuk membaktikan diri demi kejayaan nusa bangsa; dan
9) meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Perkemahan merupakan kegiatan kompleks dengan dilaksanakan di alam
terbuka yangmenantang, menarik dan menyenangkan. Tidak hanya bagi anak dan
pemuda tetapi juga bagi orang dewasa. Oleh karena itu, kegiatan apapun dan
bagaimana proses pelaksanaannya harus senantiasa dipersiapkan dengan
sebaik-baiknya. Acara kegiatan dalam perkemahan disesuaikan dengan tingkat usia dan
kemampuan anggota pramuka yang sedang mengikuti perkemahan. Acara
kegiatan dalam perkemahan secara umum adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan persaudaraan.
b. Penjelajahan.
31
d. Bakti masyarakat. Misalnya penghijauan, sanitasi lingkungan, penyelenggaran
posyandu, penanggulangan buta aksara dan angka, penyuluhan rumah sehat,
dan lain-lain.
e. Olah raga.
f. Seni budaya. Misalnya pentas seni, api unggun, melukis, memahat, dan
sebagainya.
g. Pengetahuan/teknologi/keterampilan kepramukaan. Misalnya pengetahuan
tentang kelestarian lingkungan, konservasi alam, memasak, membuat
jembatan darurat, tandu, tali temali, baris berbaris, dan sebagainya.
h. Kemasyarakatan.
i. Keagamaan.
Pembina pramuka melibatkan langsung anggota pramuka atau siswa dalam
upaya memfungsikan mereka sebagai subyek pendidikan, baik pada proses
perencanaan maupun pelaksanaan perkemahan. Pembina senantiasa bertugas
sebagai pendamping atau fasilitator bagi siswa. Kelas VI Sekolah Dasar termasuk
pada anggota pramuka golongan penggalang. Prinsip dasar kepramukaan sebagai
norma hidup seorang anggota gerakan pramuka, ditanamkan dan
ditumbuhkembangkan melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri pribadi
siswa. Bagi pramuka penggalang dapat dibantu oleh pembina, sehingga
pelaksanaan dan pengamalannya dapat dilakukan dengan penuh kesadaran,
kemandirian, kepedulian, tanggungjawab serta keterikatan moral, baik sebagai
32
Salah satu hal penting yang terdapat pada prinsip dasar kepramukaan di
atas, pelaksanaan dan pengamalan pendidikan kepramukaan salah satunya
dilakukan dengan adanya kemandirian atau karakter mandiri. Perkemahan sebagai
media pendidikan yang paling tepat dan lengkap untuk dapat membiasakan dan
mewujudkan kemandirian atau karakter mandiri siswa. Perkemahan merupakan
bentuk kegiatan kemandirian yang tepat sebagai media pendidikan, sedangkan
dapat dikatakan lengkap karena dalam perkemahan memungkinkan berbagai
metode kepramukaan yang diwujudkan dan di dalamnya terdapat pembiasaan
untuk melatih kemandirian atau karakter mandiri.
Idik Sulaeman (1983:7-9) menjelaskan bahwa sifat atau kepribadian dapat
ditumbuhkan melalui kegiatan perkemahan. Beberapa sifat yang dimaksud adalah
sebagai berikut.
a. Tangkas dan terampil.
b. Percaya pada diri sendiri dan mandiri.
c. Keberanian.
d. Tertib
e. Pengendalian diri.
f. Idealisme dan fantasi.
g. Keinginan untuk maju.
h. Kewajiban dan tanggung jawab.
i. Cinta alam.
33 k. Ksatria.
Berbagai sifat di atas tidak mudah ditumbuhkan dan dibiasakan pada diri
siswa melalui teori atau nasihat saja. Akan tetapi, sifat tersebut dapat dilatih dan
dibiasakan melalui suatu perbuatan nyata yang salah satunya dengan adanya
kegiatan perkemahan. Dari beberapa sifat tersebut, salah satu sifat yang penting
untuk ditumbuhkan adalah mandiri. Siswa akan terbiasa melatih kemandirian
dirinya pada saat mengikuti kegiatan perkemahan. Karakter mandiri akan dapat
terbentuk pada diri siswa ketika mereka senantiasa berlatih menyelesaikan
permasalahan, serta memenuhi segala keperluan dan kebutuhan secara mandiri
pada saat perkemahan.
Secara umum, semua jenis perkemahan memiliki prinsip dasar yang sama
sesuai dengan tujuannya. Idik Sulaeman (1983:12-15) mengkategorikan jenis
perkemahan terdiri dari lima macam sebagai berikut.
a. Perkemahan Besar
Perkemahan besar merupakan perkemahan yang tidak menuntut kecakapan
teknis para peserta secara perorangan. Perkemahan dapat dilaksanakan di
lapangan perkemahan permanen (bumi perkemahan) atau di lapangan temporer,
yang dilaksanakan selama maksimal satu minggu.
b. Perkemahan dalam Pondok
Perkemahan yang menggunakan bangunan permanen untuk tidur, makan,
dan segala aktivitas lainnya. Tenda hanya berfungsi memperluas tempat untuk
34 c. Perkemahan Kecil
Perkemahan yang biasa disebut dengan perkemahan regu atau perkemahan
pasukan. Peserta perkemahan tidur dalam tenda besar atau tenda regu, sedangkan
tenda terpisah atau tenda khusus dapat digunakan sebagai tempat makanan/dapur.
Peserta perkemahan mempunyai kewajiban untuk mengerjakan semua
tugas/pekerjaan perkemahan. Misalnya memasak dan memenuhi kebutuhan
pribadi secara mandiri maupun kelompok/regu.
d. Perkemahan Campuran dan Perkemahan Putri
Perkemahan campuran dan perkemahan putri memiliki pengaturan khusus.
Pada perkemahan ini, harus ada seorang pembina putri dan seorang pembina putra
yang bertanggung jawab penuh. Tenda putra dan putri harus memiliki pemisah,
tetapi dalam melaksanakan tugas dalam perkemahan harus melibatkan kedua
kelompok.
e. Perkemahan Ringan
Perkemahan ringan merupakan perkemahan yang dilakukan oleh
perorangan atau beberapa orang, serta memiliki ciri pokok yaitu berpindah-pindah
dan mandiri.
Dari berbagai macam jenis perkemahan di atas, yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah perkemahan kecil. Perkemahan kecil yang diikuti oleh siswa
kelas VI Sekolah Dasar atau dapat disebut dengan pramuka golongan penggalang.
Siswa akan belajar melatih kemandiriannya dalam menyelesaikan tugas dan
35
dibiasakan untuk belajar memenuhi kebutuhannya misalnya mempersiapkan
pakaian, peralatan mandi, maupun memasak secara mandiri tanpa selalu
bergantung pada orang lain.
3. Pengertian Pendidikan Kepramukaan
Pendidikan kepramukaan merupakan pendidikan non formal yang
menunjang pendidikan formal di sekolah dan pendidikan informal dalam keluarga
dengan bertujuan untuk pengembangan watak dan karakter siswa. Elly Sri
Melinda (2013:2) berpendapat bahwa pendidikan kepramukaan merupakan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan kepada siswa dibawah bimbingan orang
dewasa melalui kegiatan rekreatif, edukatif, kreatif, menantang dan
menyenangkan di alam terbuka yang dikemas dalam berbagai kegiatan sesuai
dengan satuan atau golongan siswa.
Pendidikan kepramukaan berbeda dengan mata pelajaran pada pendidikan
formal atau bukan pembelajaran keilmuan, namun sebagai pengembangan
nilai-nilai luhur untuk membentuk watak dan karakter siswa dengan melalui berbagai
kegiatan di alam terbuka. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Jana T.
Anggadiredja (2012:65) yang mengatakan bahwa;
36
Pendidikan kepramukaan senantiasa berkaitan erat dengan tujuan
membentuk watak atau karakter siswa melalui berbagai kegiatan di dalamnya.
Siswa dapat memperoleh pelajaran dalam mempertahankan dirinya dan tidak
selalu bergantung pada orang lain melalui pendidikan kepramukaan. Joko
Mursitho (2011:21) menyatakan bahwa pendidikan kepramukaan merupakan
proses belajar mandiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan
diri pribadi secara utuh.
Pengembangan diri tersebut meliputi beberapa aspek penting yaitu
spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik sebagai individu maupun anggota
masyarakat. Pendidikan kepramukaan memiliki peranan penting dalam
membentuk karakter siswa. Kepramukaan merupakan pelengkap pendidikan di
sekolah dan pendidikan dalam keluarga, dengan memberikan kebutuhan siswa
yang tidak terpenuhi oleh kedua lingkungan pendidikan tersebut. Melalui
pendidikan kepramukaan, siswa akan belajar menemukan dunia lain di luar
ruangan kelas dan di rumah.
Siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki,
mengembangkan bakat dan minat, mengadakan berbagai latihan survival, maupun
melatih diri untuk lebih bisa percaya diri. Hal tersebut akan sangat berguna bagi
kehidupan siswa dimasa mendatang. Pembiasaan bagi siswa sejak dini akan
37
4. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kepramukaan
Zaim Elmubarok (2009:104) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah
untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial subjek
dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Hal tersebut mengarah pada
tujuan andalan dalam pendidikan kepramukaan yaitu pembentukan watak atau
karakter. Tujuan pendidikan kepramukaan telah sejalan dengan tujuan dari
pendidikan secara umum. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Elly Sri Melinda
(2013:10) yang mengatakan;
tujuan dari pendidikan kepramukaan atau gerakan pramuka adalah mendidik dan membina kaum muda guna mengembangkan mental, sosial, moral, spiritual, emosional intelektual dan fisik sehingga menjadi manusia berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur, menjadi warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila, menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama bertanggungjawab untuk bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam, lingkungan baik lokal, nasional, dan internasional.
Anton Kristiadi (2014:38) menyatakan bahwa gerakan pramuka
merupakan suatu kegiatan pendidikan luar sekolah dan luar keluarga yang
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan, teratur,
terarah, praktis, sehat, dilakukan di alam terbuka dengan dilandasi prinsip dasar
dan metode kepramukaan, serta bertujuan untuk membentuk watak, akhlak, dan
budi pekerti siswa. Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa tujuan
pendidikan kepramukaan menekankan pada pembinaan mental maupun fisik
siswa untuk membentuk kepribadian, watak atau karakter, serta budi pekerti luhur
38
kepramukaan adalah karakter mandiri siswa. Selain memiliki tujuan untuk
membentuk karakter siswa, pendidikan kepramukaan memiliki fungsi. Joko
Mursitho (2011:21) menjabarkan fungsi pendidikan kepramukaan adalah sebagai
berikut.
a. Sebagai permainan (game) yang menarik, menyenangkan, menantang, serta mengandung pendidikan bagi siswa.
b. Sebagai pengabdian bagi anggota dewasa.
c. Sebagai alat pembinaan dan pengembangan generasi muda bagi masyarakat.
Pendidikan memegang peranan penting dalam proses pembangunan dan
upaya kemajuan dalam menghadapi tantangan masa depan. Dalam hal ini, peran
pendidikan adalah untuk menyiapkan sumber daya manusia yang mampu berpikir
secara mandiri dan kritis (independent critical thinking). Dengan demikian, sumber daya manusia tersebut akan memiliki kualitas yang baik dan akan mampu
menghadapi permasalahannya.
Muis Sad Iman (2004:3) menjelaskan bahwa salah satu upaya
mengembangkan kemampuan berpikir mandiri dan kritis bagi siswa adalah
dengan pengembangan pendidikan partisipasif yang menekankan pada
keterlibatan siswa dalam setiap proses pendidikan yang dilaksanakan. Seorang
pendidik berperan sebagai tenaga fasilitator, sedangkan keaktifan siswa lebih
diutamakan. Siswa dalam proses pendidikan tidak berperan sebagai pendengar,
39
dimaksimalkan sebagai upaya pengembangan potensi yang ada pada diri
pribadinya.
5. Sifat Pendidikan Kepramukaan
Pendidikan kepramukaan yang diselenggarakan di sekolah memiliki
beberapa sifat. Joko Mursitho (2011:22) menyatakan bahwa sifat dari adanya
pendidikan kepramukaan terdiri dari lima macam yaitu sebagai berikut.
a. Terbuka, yaitu dapat didirikan seluruh Indonesia dan diikuti oleh Warga
Negara Indonesia tanpa membedakan suku, ras, dan agama.
b. Universal, yaitu tidak dapat terlepas dari idealisme prinsip dasar dan metode pendidikan kepramukaan sedunia.
c. Sukarela, yaitu tidak ada unsur paksaan, kewajiban, dan keharusan untuk
menjadi anggota gerakan pramuka.
d. Patuh dan taat terhadap semua peraturan dan perundang-undangan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
e. Non politik, yaitu memiliki pengertian antara lain:
1) bukan organisasi kekuatan sosial politik dan bukan bagian dari salah satu dari
kekuatan organisasi sosial politik,
2) seluruh jajaran gerakan pramuka tidak dibenarkan ikutserta dalam kegiatan
politik praktis, dan
3) secara pribadi anggota gerakan pramuka dapat menjadi anggota organisasi
40
6. Pramuka Penggalang
Pramuka merupakan sebutan bagi anggota gerakan pramuka yang terdiri
dari anggota muda yaitu: siaga, penggalang, penegak, pandega, dan anggota
dewasa yaitu: pembina pramuka, pembantu pembina pramuka, pelatih pembina
pramuka, pembina profesional, pamong saka dan instruktur saka, pimpinan saka,
andalan, pemb