• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TEOR

B. Keaktifan Mengikuti Perkemahan dalam Pendidikan Kepramukaan

1. Pengertian Keaktifan

Keaktifan berasal dari kata dasar aktif yang mendapatkan awalan ke- dan akhiran -an. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, aktif berarti giat atau

27

berusaha, sedangkan keaktifan merupakan kegiatan atau suatu kesibukan. Sardiman (2011:98) berpendapat bahwa keaktifan merupakan suatu kegiatan yang bersifat fisik maupun mental dengan diwujudkan dalam perbuatan dan pemikiran sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Dimyati dan Mudjiono (2009:28) menjelaskan bahwa keaktifan atau partisipasi merupakan sikap siswa yang meliputi kerelaan, bersedia untuk memperhatikan, dan mau mengikuti suatu kegiatan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa adalah suatu kesediaan siswa mengikuti kegiatan atau aktifitas sebagai bentuk dari usahanya baik bersifat secara fisik (jasmani) dan mental (rohani) dengan diwujudkan melalui perbuatan serta pemikiran dari diri siswa. Nana Sudjana (2009:61) menyatakan bahwa keaktifan siswa dapat diamati secara langsung dengan dilihat dan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.

a. Siswa turut serta dalam melaksanakan tugasnya. b. Siswa mau terlibat dalam memecahkan suatu masalah.

c. Siswa mencoba bertanya dengan siswa lain atau orang lain apabila tidak memahami permasalahan yang dihadapinya.

d. Siswa berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

e. Siswa melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk yang diberikan.

f. Siswa menilai kemampuan diri pribadinya dari berbagai hasil yang telah diperoleh.

28

g. Siswa melatih diri dalam memecahkan permasalahan.

h. Siswa memiliki kesempatan menggunakan atau menerapkan segala sesuatu yang pernah diperoleh dalam menyelesaikan tugas dan menghadapi permasalahan.

Dari penjelasan tentang keaktifan di atas, dapat dipahami bahwa keaktifan siswa yang dimaksud pada penelitian ini adalah keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pendidikan kepramukaan. Siswa yang aktif merupakan siswa yang mau berusaha mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan atau aktifitas dalam pendidikan kepramukaan yang diwujudkan salah satunya pada kegiatan perkemahan.

2. Perkemahan

Perkemahan merupakan salah satu kegiatan atau aktifitas yang diselenggarakan dalam pendidikan kepramukaan. Jana T. Anggadiredja (2012:49) menyatakan bahwa perkemahan adalah kegiatan di alam terbuka yang banyak dikemas dengan adanya muatan pendidikan untuk mengembangkan secara efektif dan efisien atas proses pendidikan spiritual, emosional, sosial, intelektual, serta fisik. Perkemahan dapat bermanfaat sebagai media pada proses pendidikan. Kegiatan di alam terbuka dilakukan secara periodik misalnya dengan adanya perkemahan. Pemantapan spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik akan berkembang secara efektif dan efisien dengan adanya kegiatan perkemahan.

Baden Powel (Kusumanti, 2008:11) mengemukakan bahwa perkemahan merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dalam hidup seorang pramuka.

29

Perkemahan dengan menggunakan tenda, memasak, dan mengadakan penyelidikan di alam terbuka akan menambah keuletan dan kekuatan, serta melatih diri menyelesaikan permasalahan secara mandiri. Karakter mandiri siswa akan dapat dibiasakan/dibentuk perlahan melalui adanya kegiatan perkemahan dalam pendidikan kepramukaan. Orang yang terbiasa mengerjakan segala sesuatu seperti pada perkemahan, akan merasakan bahwa mereka lebih mudah dalam menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi. Hal ini terjadi karena adanya kesiapan dan kebiasaan untuk melakukan segala pekerjaan atau tugas dan menyelesaikan permasalahannya secara mandiri.

Tujuan dan sasaran dari adanya kegiatan perkemahan dalam pendidikan kepramukaan menurut Jana T. Anggadiredja (2012:49-50), sebagai berikut.

a. Tujuan

Perkemahan bertujuan untuk menerapkan prinsip dasar kepramukaan dan kode kehormatan pramuka dalam kehidupan pramuka sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa siswa.

b. Sasaran

Sasaran dari adanya kegiatan perkemahan adalah ketika telah mengikuti kegiatan perkemahan, siswa diharapkan mampu:

1) menyusun perencanaan kegiatan dan melaksanakannya dengan baik; 2) meningkatkan kepedulian terhadap sesama;

30

4) menyadari bahwa daya kreasi, ketangkasan dan keterampilan harus dimiliki dan dikembangkan oleh setiap orang;

5) meningkatkan rasa percaya diri;

6) menambah pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kemampuan kreatif; 7) terbina karakter mandiri/jiwa kemandiriannya;

8) meningkatkan kecintaan pada tanah air dan bangsa, serta menambah kesadaran untuk membaktikan diri demi kejayaan nusa bangsa; dan

9) meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Perkemahan merupakan kegiatan kompleks dengan dilaksanakan di alam terbuka yangmenantang, menarik dan menyenangkan. Tidak hanya bagi anak dan pemuda tetapi juga bagi orang dewasa. Oleh karena itu, kegiatan apapun dan bagaimana proses pelaksanaannya harus senantiasa dipersiapkan dengan sebaik- baiknya. Acara kegiatan dalam perkemahan disesuaikan dengan tingkat usia dan kemampuan anggota pramuka yang sedang mengikuti perkemahan. Acara kegiatan dalam perkemahan secara umum adalah sebagai berikut.

a. Kegiatan persaudaraan. b. Penjelajahan.

c. Lintas alam. Misalnya panjat tebing (climbing), susur goa (caving), pendakian (mountaineering), menyelam (diving), mendayung/berakit (rowing/rafting), dan sebagainya.

31

d. Bakti masyarakat. Misalnya penghijauan, sanitasi lingkungan, penyelenggaran posyandu, penanggulangan buta aksara dan angka, penyuluhan rumah sehat, dan lain-lain.

e. Olah raga.

f. Seni budaya. Misalnya pentas seni, api unggun, melukis, memahat, dan sebagainya.

g. Pengetahuan/teknologi/keterampilan kepramukaan. Misalnya pengetahuan tentang kelestarian lingkungan, konservasi alam, memasak, membuat jembatan darurat, tandu, tali temali, baris berbaris, dan sebagainya.

h. Kemasyarakatan. i. Keagamaan.

Pembina pramuka melibatkan langsung anggota pramuka atau siswa dalam upaya memfungsikan mereka sebagai subyek pendidikan, baik pada proses perencanaan maupun pelaksanaan perkemahan. Pembina senantiasa bertugas sebagai pendamping atau fasilitator bagi siswa. Kelas VI Sekolah Dasar termasuk pada anggota pramuka golongan penggalang. Prinsip dasar kepramukaan sebagai norma hidup seorang anggota gerakan pramuka, ditanamkan dan ditumbuhkembangkan melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri pribadi siswa. Bagi pramuka penggalang dapat dibantu oleh pembina, sehingga pelaksanaan dan pengamalannya dapat dilakukan dengan penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggungjawab serta keterikatan moral, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat.

32

Salah satu hal penting yang terdapat pada prinsip dasar kepramukaan di atas, pelaksanaan dan pengamalan pendidikan kepramukaan salah satunya dilakukan dengan adanya kemandirian atau karakter mandiri. Perkemahan sebagai media pendidikan yang paling tepat dan lengkap untuk dapat membiasakan dan mewujudkan kemandirian atau karakter mandiri siswa. Perkemahan merupakan bentuk kegiatan kemandirian yang tepat sebagai media pendidikan, sedangkan dapat dikatakan lengkap karena dalam perkemahan memungkinkan berbagai metode kepramukaan yang diwujudkan dan di dalamnya terdapat pembiasaan untuk melatih kemandirian atau karakter mandiri.

Idik Sulaeman (1983:7-9) menjelaskan bahwa sifat atau kepribadian dapat ditumbuhkan melalui kegiatan perkemahan. Beberapa sifat yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Tangkas dan terampil.

b. Percaya pada diri sendiri dan mandiri. c. Keberanian.

d. Tertib

e. Pengendalian diri. f. Idealisme dan fantasi. g. Keinginan untuk maju.

h. Kewajiban dan tanggung jawab. i. Cinta alam.

33 k. Ksatria.

Berbagai sifat di atas tidak mudah ditumbuhkan dan dibiasakan pada diri siswa melalui teori atau nasihat saja. Akan tetapi, sifat tersebut dapat dilatih dan dibiasakan melalui suatu perbuatan nyata yang salah satunya dengan adanya kegiatan perkemahan. Dari beberapa sifat tersebut, salah satu sifat yang penting untuk ditumbuhkan adalah mandiri. Siswa akan terbiasa melatih kemandirian dirinya pada saat mengikuti kegiatan perkemahan. Karakter mandiri akan dapat terbentuk pada diri siswa ketika mereka senantiasa berlatih menyelesaikan permasalahan, serta memenuhi segala keperluan dan kebutuhan secara mandiri pada saat perkemahan.

Secara umum, semua jenis perkemahan memiliki prinsip dasar yang sama sesuai dengan tujuannya. Idik Sulaeman (1983:12-15) mengkategorikan jenis perkemahan terdiri dari lima macam sebagai berikut.

a. Perkemahan Besar

Perkemahan besar merupakan perkemahan yang tidak menuntut kecakapan teknis para peserta secara perorangan. Perkemahan dapat dilaksanakan di lapangan perkemahan permanen (bumi perkemahan) atau di lapangan temporer, yang dilaksanakan selama maksimal satu minggu.

b. Perkemahan dalam Pondok

Perkemahan yang menggunakan bangunan permanen untuk tidur, makan, dan segala aktivitas lainnya. Tenda hanya berfungsi memperluas tempat untuk tidur atau sebagai dapur.

34 c. Perkemahan Kecil

Perkemahan yang biasa disebut dengan perkemahan regu atau perkemahan pasukan. Peserta perkemahan tidur dalam tenda besar atau tenda regu, sedangkan tenda terpisah atau tenda khusus dapat digunakan sebagai tempat makanan/dapur. Peserta perkemahan mempunyai kewajiban untuk mengerjakan semua tugas/pekerjaan perkemahan. Misalnya memasak dan memenuhi kebutuhan pribadi secara mandiri maupun kelompok/regu.

d. Perkemahan Campuran dan Perkemahan Putri

Perkemahan campuran dan perkemahan putri memiliki pengaturan khusus. Pada perkemahan ini, harus ada seorang pembina putri dan seorang pembina putra yang bertanggung jawab penuh. Tenda putra dan putri harus memiliki pemisah, tetapi dalam melaksanakan tugas dalam perkemahan harus melibatkan kedua kelompok.

e. Perkemahan Ringan

Perkemahan ringan merupakan perkemahan yang dilakukan oleh perorangan atau beberapa orang, serta memiliki ciri pokok yaitu berpindah-pindah dan mandiri.

Dari berbagai macam jenis perkemahan di atas, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perkemahan kecil. Perkemahan kecil yang diikuti oleh siswa kelas VI Sekolah Dasar atau dapat disebut dengan pramuka golongan penggalang. Siswa akan belajar melatih kemandiriannya dalam menyelesaikan tugas dan menghadapi permasalahannya saat perkemahan. Selain itu, siswa mulai

35

dibiasakan untuk belajar memenuhi kebutuhannya misalnya mempersiapkan pakaian, peralatan mandi, maupun memasak secara mandiri tanpa selalu bergantung pada orang lain.

3. Pengertian Pendidikan Kepramukaan

Pendidikan kepramukaan merupakan pendidikan non formal yang menunjang pendidikan formal di sekolah dan pendidikan informal dalam keluarga dengan bertujuan untuk pengembangan watak dan karakter siswa. Elly Sri Melinda (2013:2) berpendapat bahwa pendidikan kepramukaan merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan kepada siswa dibawah bimbingan orang dewasa melalui kegiatan rekreatif, edukatif, kreatif, menantang dan menyenangkan di alam terbuka yang dikemas dalam berbagai kegiatan sesuai dengan satuan atau golongan siswa.

Pendidikan kepramukaan berbeda dengan mata pelajaran pada pendidikan formal atau bukan pembelajaran keilmuan, namun sebagai pengembangan nilai- nilai luhur untuk membentuk watak dan karakter siswa dengan melalui berbagai kegiatan di alam terbuka. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Jana T. Anggadiredja (2012:65) yang mengatakan bahwa;

pendidikan kepramukaan adalah suatu proses pendidikan yang praktis, sebagai suplemen dan komplemen pendidikan di sekolah dan pendidikan di keluarga yang dilakukan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang dan menyenangkan, sehat dan terarah dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan yang sasaran akhirnya adalah terbentuknya watak, kepribadian dan budi pekerti luhur.

36

Pendidikan kepramukaan senantiasa berkaitan erat dengan tujuan membentuk watak atau karakter siswa melalui berbagai kegiatan di dalamnya. Siswa dapat memperoleh pelajaran dalam mempertahankan dirinya dan tidak selalu bergantung pada orang lain melalui pendidikan kepramukaan. Joko Mursitho (2011:21) menyatakan bahwa pendidikan kepramukaan merupakan proses belajar mandiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi secara utuh.

Pengembangan diri tersebut meliputi beberapa aspek penting yaitu spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Pendidikan kepramukaan memiliki peranan penting dalam membentuk karakter siswa. Kepramukaan merupakan pelengkap pendidikan di sekolah dan pendidikan dalam keluarga, dengan memberikan kebutuhan siswa yang tidak terpenuhi oleh kedua lingkungan pendidikan tersebut. Melalui pendidikan kepramukaan, siswa akan belajar menemukan dunia lain di luar ruangan kelas dan di rumah.

Siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki, mengembangkan bakat dan minat, mengadakan berbagai latihan survival, maupun melatih diri untuk lebih bisa percaya diri. Hal tersebut akan sangat berguna bagi kehidupan siswa dimasa mendatang. Pembiasaan bagi siswa sejak dini akan memberikan dampak positif bagi perkembangan siswa di jenjang selanjutnya.

37

4. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kepramukaan

Zaim Elmubarok (2009:104) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial subjek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Hal tersebut mengarah pada tujuan andalan dalam pendidikan kepramukaan yaitu pembentukan watak atau karakter. Tujuan pendidikan kepramukaan telah sejalan dengan tujuan dari pendidikan secara umum. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Elly Sri Melinda (2013:10) yang mengatakan;

tujuan dari pendidikan kepramukaan atau gerakan pramuka adalah mendidik dan membina kaum muda guna mengembangkan mental, sosial, moral, spiritual, emosional intelektual dan fisik sehingga menjadi manusia berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur, menjadi warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila, menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama bertanggungjawab untuk bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam, lingkungan baik lokal, nasional, dan internasional.

Anton Kristiadi (2014:38) menyatakan bahwa gerakan pramuka merupakan suatu kegiatan pendidikan luar sekolah dan luar keluarga yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan, teratur, terarah, praktis, sehat, dilakukan di alam terbuka dengan dilandasi prinsip dasar dan metode kepramukaan, serta bertujuan untuk membentuk watak, akhlak, dan budi pekerti siswa. Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa tujuan pendidikan kepramukaan menekankan pada pembinaan mental maupun fisik siswa untuk membentuk kepribadian, watak atau karakter, serta budi pekerti luhur pada diri siswa. Salah satu watak atau karakter yang ditekankan dalam pendidikan

38

kepramukaan adalah karakter mandiri siswa. Selain memiliki tujuan untuk membentuk karakter siswa, pendidikan kepramukaan memiliki fungsi. Joko Mursitho (2011:21) menjabarkan fungsi pendidikan kepramukaan adalah sebagai berikut.

a. Sebagai permainan (game) yang menarik, menyenangkan, menantang, serta mengandung pendidikan bagi siswa.

b. Sebagai pengabdian bagi anggota dewasa.

c. Sebagai alat pembinaan dan pengembangan generasi muda bagi masyarakat. Pendidikan memegang peranan penting dalam proses pembangunan dan upaya kemajuan dalam menghadapi tantangan masa depan. Dalam hal ini, peran pendidikan adalah untuk menyiapkan sumber daya manusia yang mampu berpikir secara mandiri dan kritis (independent critical thinking). Dengan demikian, sumber daya manusia tersebut akan memiliki kualitas yang baik dan akan mampu menghadapi permasalahannya.

Muis Sad Iman (2004:3) menjelaskan bahwa salah satu upaya mengembangkan kemampuan berpikir mandiri dan kritis bagi siswa adalah dengan pengembangan pendidikan partisipasif yang menekankan pada keterlibatan siswa dalam setiap proses pendidikan yang dilaksanakan. Seorang pendidik berperan sebagai tenaga fasilitator, sedangkan keaktifan siswa lebih diutamakan. Siswa dalam proses pendidikan tidak berperan sebagai pendengar, pencatat, dan penampung ide dari seorang pendidik. Keterlibatan siswa

39

dimaksimalkan sebagai upaya pengembangan potensi yang ada pada diri pribadinya.

5. Sifat Pendidikan Kepramukaan

Pendidikan kepramukaan yang diselenggarakan di sekolah memiliki beberapa sifat. Joko Mursitho (2011:22) menyatakan bahwa sifat dari adanya pendidikan kepramukaan terdiri dari lima macam yaitu sebagai berikut.

a. Terbuka, yaitu dapat didirikan seluruh Indonesia dan diikuti oleh Warga Negara Indonesia tanpa membedakan suku, ras, dan agama.

b. Universal, yaitu tidak dapat terlepas dari idealisme prinsip dasar dan metode pendidikan kepramukaan sedunia.

c. Sukarela, yaitu tidak ada unsur paksaan, kewajiban, dan keharusan untuk menjadi anggota gerakan pramuka.

d. Patuh dan taat terhadap semua peraturan dan perundang-undangan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

e. Non politik, yaitu memiliki pengertian antara lain:

1) bukan organisasi kekuatan sosial politik dan bukan bagian dari salah satu dari kekuatan organisasi sosial politik,

2) seluruh jajaran gerakan pramuka tidak dibenarkan ikutserta dalam kegiatan politik praktis, dan

3) secara pribadi anggota gerakan pramuka dapat menjadi anggota organisasi sosial politik.

40

6. Pramuka Penggalang

Pramuka merupakan sebutan bagi anggota gerakan pramuka yang terdiri dari anggota muda yaitu: siaga, penggalang, penegak, pandega, dan anggota dewasa yaitu: pembina pramuka, pembantu pembina pramuka, pelatih pembina pramuka, pembina profesional, pamong saka dan instruktur saka, pimpinan saka, andalan, pembantu andalan, anggota mabi dan staf karyawan kwartir. Joko Murshito (2011:49) menjelaskan bahwa pramuka penggalang merupakan anggota muda gerakan pramuka yang berusia 11-15 tahun. Pada usia ini, anak-anak memiliki sifat keingintahuan (curiousity) yang tinggi, semangat yang kuat, sangat aktif, dan suka berkelompok. Oleh karena itu, titik berat pada latihan penggalang terletak pada kegiatan regu yang didasari oleh sistem beregu dalam seluruh pelaksanaan kegiatan pramuka penggalang.

Anton Kristiadi (2014:111) menyatakan bahwa pramuka penggalang adalah tingkatan menengah dalam gerakan pramuka yang berusia 11-15 tahun. Pramuka penggalang merupakan golongan anggota/kelompok setelah pramuka siaga. Tingkatan pramuka penggalang terdiri dari ramu, rakit, terap, dan penggalang garuda. Pramuka penggalang memiliki satuan yaitu dalam bentuk regu, dan pada setiap regu tersebut terdapat Pinru (pemimpin regu). Pramuka penggalang terdiri dari dua regu, yaitu regu putra dan regu putri. Nama untuk regu putra adalah dengan menggunakan berbagai nama binatang, sedangkan untuk regu putri menggunakan berbagai nama bunga.

41

Dari pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa siswa kelas VI sekolah dasar merupakan anggota muda yaitu golongan pramuka penggalang yang berusia 11-15 tahun. Siswa pada golongan pramuka penggalang memiliki semangat yang kuat, rasa ingin tahu yang tinggi, dan suka berkelompok sehingga pada pelaksanaan pendidikan kepramukaan dilaksanakan dengan sistem beregu/berkelompok.

7. Kegiatan dalam Pendidikan Kepramukaan

Kegiatan dalam pendidikan kepramukaan meliputi kegiatan yang dilaksanakan di alam terbuka (outdoor activity) dengan mengandung pada dua nilai sebagai berikut.

a. Nilai formal, yaitu nilai yang berfokus pada pendidikan sebagai upaya pembentukan watak atau karakter (character building).

b. Nilai materiil, yaitu nilai kegunaan praktisnya.

Pelaksanaan dari adanya kegiatan pendidikan kepramukaan wajib memperhatikan tiga pilar sebagai berikut.

1) Modern, yaitu dengan senantiasa mengikuti perkembangan.

2) Asas manfaat, dengan memberikan kegiatan yang memperhatikan manfaatnya bagi siswa.

3) Asas taat pada kode kehormatan, sehingga dapat mengembangkan watak atau karakter siswa.

Siswa kelas VI sekolah dasar termasuk pada golongan pramuka penggalang. Joko Mursitho (2011:52) menjelaskan bahwa kegiatan dari pramuka

42

penggalang secara garis besar meliputi dua kegiatan yaitu kegiatan latihan rutin dan kegiatan insidental. Berikut ini penjelasan dari kegiatan pramuka penggalang tersebut.

a. Kegiatan latihan rutin 1) Mingguan

Kegiatan latihan yang dilaksanakan di setiap minggu, pelaksanaan kegiatan dalam latihan mingguan ini antara lain:

a) upacara pembukaan latihan;

b) pemanasan dengan permainan ringan atau ice breaking, atau sesuatu yang bersifat menggembirakan tetapi mengandung pendidikan;

c) latihan inti yang dapat diisi dengan berbagai hal sebagai penanaman nilai-nilai dan keterampilan yang dikemas secara langsung atau melalui permainan. Contoh: teknik membuat tandu, dinamika kelompok, PBB, dan sebagainya; d) latihan penutup, dapat diisi dengan permainan ringan. Contoh: menyanyi atau

menyimpulkan dari kegiatan latihan inti yang telah dilaksanakan; dan e) upacara penutupan latihan.

2) Bulanan/dua bulanan/tiga bulanan/menurut kesepakatan

Kegiatan kepramukaan yang diselenggarakan atas dasar keputusan dewan penggalang dan pembina. Jenis kegiatan yang dilaksanakan berbeda dengan kegiatan rutin mingguan. Beberapa kegiatan merupakan perwujudan dari evaluasi kegiatan yang pernah dilaksanakan pada saat latihan mingguan. Dapat dilaksanakan oleh gugus atau di luar pangkalan gugus. Misalnya: hiking,

43

climbing, jungle survival, pioneering, bakti masyarakat, perkemahan (camping),

lomba, dan sebagainya.

3) Latihan Gabungan (Latgab)

Latihan bersama yang dilaksanakan dengan gugus depan lain sehingga terdapat pertukaran pengalaman antara sesama penggalang dan diantara pembina. Materi kegiatan sama dengan kegiatan bulanan/dua bulanan/tiga bulanan/menurut kesepakatan.

4) Kegiatan di tingkat kwartir cabang, daerah, dan nasional

Jenis kegiatan dikategorikan ke dalam kegiatan rutin yang diselenggarakan satu tahunan, dua tahunan, tiga tahunan, empat tahunan, atau lima tahunan yang diputuskan dan diselengarakan oleh kwartir. Misalnya: gladian pemimpin satuan, gladian pemimpin regu, lomba tingkat gudep, perkemahan bakti penggalang, jambore.

b. Kegiatan Insidental

Kegiatan yang merupakan kegiatan partisipasi terhadap kegiatan yang diselenggarakan lembaga pemerintah atau non pemerintah lainnya. Misalnya: gerakan upacara mengikuti kegiatan penghijauan, kegiatan bakti karena bencana alam, dan sebagainya.

Dari beberapa penjelasan di atas, salah satu kegiatan dalam pendidikan kepramukaan kelas VI sekolah dasar sebagai pramuka penggalang adalah kegiatan perkemahan. Perkemahan merupakan kegiatan rutin, akan tetapi dilaksanakan secara bulanan atau sesuai dengan kesepakatan pihak gugus depan atau sekolah,

44

maupun di luar dari gugus depan. Kegiatan dalam perkemahan meliputi berbagai kegiatan yang telah diberikan pada saat latihan rutin mingguan serta kegiatan yang sesuai dengan tujuan dan sasaran perkemahan. Kegiatan perkemahan penggalang dilaksanakan di alam terbuka dengan dikemas secara menarik dan menyenangkan. Hal ini untuk membiasakan kemandirian siswa dan mewujudkan pembentukan watak, karakter, dan kepribadian luhur siswa sehingga tertanam karakter mandiri dalam diri pribadinya.

Nana Sudjana (2009:61) menyebutkan ciri-ciri keaktifan antara lain adalah siswa turut serta dalam melaksanakan kegiatan, mau terlibat dalam pemecahan masalah, berusaha mencari informasi, serta mau melatih diri dalam memacahkan permasalahan yang dihadapi, sedangkan Baden Powel (Kusumanti, 2008:11) menyatakan bahwa perkemahan merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dalam hidup seorang pramuka. Perkemahan dengan menggunakan tenda, memasak, dan mengadakan penyelidikan di alam terbuka akan menambah keuletan dan kekuatan, serta melatih diri menyelesaikan permasalahan secara mandiri. Selanjutnya didukung dengan pendapat Idik Sulaeman (1983:7-9) menjelaskan bahwa sifat atau kepribadian dapat ditumbuhkan melalui kegiatan perkemahan. Beberapa sifat yang dimaksud meliputi; tangkas dan terampil, percaya pada diri sendiri dan mandiri, keberanian, tertib, pengendalian diri, idealisme dan fantasi, keinginan untuk maju, kewajiban dan tanggung jawab, cinta alam, Ketuhanan, dan ksatria. Menurut Joko Mursitho (2011:21), pendidikan

45

kepramukaan merupakan proses belajar mandiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi secara utuh.

Dari teori tersebut, dapat dinyatakan definisi operasional variabel keaktifan mengikuti perkemahan dalam pendidikan kepramukaan antara lain adanya beberapa sifat atau karakter penting yang dapat dibentuk melalui adanya

Dokumen terkait