commit to user
RANCA
B
PRO
JU
ANG BANG
BATAKO
OGRAM D
URUSAN
UN
GUN
PUN
O
STYROF
PR Diajukan s untuk Ah AN
DIPLOMA
TEKNIK
NIVERITA
SU
NCH
DAN
FOAM
DAN
ROYEK AK
sebagai salah k memperole hli Madya (A
Oleh: NDI SETIAW
I8109005
A III TEKN
K MESIN F
AS SEBEL
URAKAR
2012
N
DIES
PA
N BOTOL
KHIR
h satu syarat eh gelar A.Md) WAN 5
NIK MES
FAKULTA
LAS MAR
RTA
ADA MESI
L PLASTI
tSIN PROD
AS TEKN
RET
IN
PRESS
IK
DUKSI
NIK
commit to user ii
HALAMAN PENGESAHAN
Proyek Akhir Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
dengan judul :
RANCANG BANGUN
PUNCH
DAN
DIES
PADA MESIN
PRESS
BATAKO
STYROFOAM
DAN BOTOL PLASTIK
Disusun oleh : ANDI SETIAWAN
I8109005
Telah dapat disahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Surakarta,...
Mengetahui,
Ketua Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Heru Sukanto, ST, MT NIP. 19720731 199702 1 001 Pembimbing I
Ir. Wijang Wisnu R, M.T. NIP. 196810041999031002
Pembimbing II
commit to user iii
commit to user iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah serta puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Proyek Akhir dengan judul “Rancang Bangun
Punch dan Dies Pada Mesin Press Batako Styrofoam dan Botol Plastik” ini dapat
terselesaikan dengan baik. Proyek Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya di Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
Pada kesempatan ini tidak lupa untuk menghaturkan penghargaan dan
mengucapkan terima kasih atas terselesaikannya Proyek Akhir ini, kepada :
1. Bapak Heru Sukanto,ST,MT. selaku Ketua Program D3 Teknik Mesin
Universitas Sebelas Maret.
2. Bapak Ir. Wijang Wisnu R,MT. dan Bapak Teguh Triyono ST. selaku
Dosen Pembimbing I dan II yang telah banyak membantu dan
memberikan masukan untuk Proyek Akhir ini.
3. Mas Endriyanto dan Mas ArifinMusthafa, selaku laboran di Laboratorium
Proses Produksi Universitas Sebelas Maret yang telah banyak memberikan
bantuan dalam penyelesaian Proyek Akhir ini.
4. Solo Metal Industry (SOMIN), yang telah berkenan untuk memberikan
pinjaman tempat dan peralatan untuk pengerjaan Proyek Akhir ini.
5. Semua Karyawan Solo Metal Industry (SOMIN), yang telah banyak
memberikan masukan dan bantuan pada saat proses pengerjaan Proyek
Akhir ini.
6. Semua teman – teman D3 Teknik Mesin Produksi Universitas Sebelas
Maret angakatan 2009, yang telah banyak memberikan saran dan
informasi dalam pengerjaan Proyek Akhir ini.
7. Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu memberikan doa, semangat serta
motivasi untuk terselesaikannya Proyek Akhir ini.
Dalam penulisan laporan Proyek Akhir ini masih banyak terdapat
commit to user v
diharapkan kritik dan saran yang membangun guna untuk penyempurnaan laporan
ini.
Pada akhirnya semoga Proyek Akhir ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
semua pihak.
Surakarta, 20 Juli 2012
commit to user vi
ABSTRAK
Andi Setiawan, 2012,
RANCANG BANGUN
PUNCH
DAN
DIES
PADA
MESIN
PRESS
BATAKO
STYROFOAM
DAN BOTOL PLASTIK
Mesin press batako pada umumnya sistem kerjanya masih sangat sederhana, proses pengambilan batako dilakukan secara manual yaitu dengan mengangkat punch dengan tangan, sehingga waktu proses produksi tidak efektif. Berangkat dari situlah dirancang punch dan dies ini, alat yang dirancang ini dilengkapi dengan semacam kupingan pada dies yang dihubungkan dengan pengungkit, sehingga proses pengambilan batako dan botol plastik yang sudah dipress dapat dilakukan dengan mudah yaitu tinggal menarik pengungkit ke bawah, sehingga waktu produksi pembuatan batako styrofoam dan pengepressan botol plastik lebih efektif dan efisien.
Metode yang digunakan dalam perancangan punch dan dies ini adalah studi pustaka, konsultasi, perencanaan yaitu mencakup perencanaan desain, prinsip kerja, kekuatan sambungan dan ukuran punch serta dies berdasarkan dari data yang telah dikumpulkan dan pembuatan secara langsung.
Dari perancangan yang telah dilakukan, dihasilkan punch dan dies, dengan spesifikasi sebagai berikut :
a) Ukuran punch batako styrofoam : 35 x 17 x 19, ukuran dies batako styrofoam : 37 x 19 x 20, ukuran punch botol plastik : 40 x 25 x 16, ukuran dies botol plastik : 42 x 27 x 18.
b) Punch dan dies batako styrofoam dan botol plastik dapat menahan
beban maksimum sebesar 20 Ton.
c) Total biaya pembuatan alat ini adalah Rp 1.784.550,00
commit to user vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
SALINAN BERITA ACARA PENDADARAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR NOTASI ... xi
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1
I.2 RumusanMasalah ... 2
I.3 Batasan Masalah ... 2
I.4 Metode Pemecahan Masalah ... 2
I.5 Tujuan Proyek Akhir ... 3
I.6 Manfaat Proyek Akhir ... 3
I.7 Sistematika Penulisan ... 3
BAB II DASAR TEORI II.1 Batako Styrofoam ... 5
II.2 Botol Plastik ... 6
II.3 Punch dan Dies ... 7
II.4 Proses Pengelasan ... 8
II.5 Pemilihan Mur dan Baut ... 14
II.6 Proses Permesinan ... 16
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR III.1 Desain Mesin Press Batako Styrofoam dan Botol Plastik ... 18
III.2 Prinsip Kerja Mesin Press Batako dan Plastik ... 30
III.3 Perencanaan Mur dan Baut Pada Dudukan Punch ... 30
III.3.1 Perencanaan Baut Pada Dudukan Punch Batako ... 19
III.3.2 Perencanaan Baut Pada Dudukan Punch Plastik ... 21
III.4 Perencanaan Perhitungan Pada Dies ... 22
BAB IVPROSES PRODUKSI IV.1 Persiapan Proses Produksi ... 25
IV.2 Proses Pembuatan Dudukan Punch ... 25
IV.2.1 Alat Yang Digunakan ... 25
IV.2.2 Bahan Yang Digunakan ... 25
commit to user viii
IV.3 Proses Pembuatan Dies Batako ... 26
IV.3.1 Alat Yang Digunakan ... 26
IV.3.2 Bahan Yang Digunakan ... 26
IV.3.3 Proses Pengerjaan ... 26
IV.4 Proses Pembuatan Dies Plastik ... 28
IV.4.1 Alat Yang Digunakan ... 28
IV.4.2 Bahan Yang Digunakan ... 28
IV.4.3 Proses Pengerjaan ... 28
IV.5 Proses Pembuatan Punch Batako ... 29
IV.5.1 Alat Yang Digunakan ... 29
IV.5.2 Bahan Yang Digunakan ... 30
IV.5.3 Proses Pengerjaan ... 30
IV.6 Proses Pembuatan Punch Plastik ... 31
IV.6.1 Alat Yang Digunakan ... 31
IV.6.2 Bahan Yang Digunakan ... 31
IV.6.3 Proses Pengerjaan ... 31
IV.7 Proses Pengecatan ... 32
IV.8 Proses Perakitan ... 33
IV.8.1 Komponen Mesin ... 33
IV.8.2 Langkah Perakitan ... 34
IV.9 Perawatan Punch dan Dies ... 33
IV.8.1 Komponen Mesin ... 33
IV.8.2 Langkah Perakitan ... 34
IV.10 Waktu Permesinan Pembuatan Punch dan Dies ... 34
IV.10.1 Proses Pengelasan Pembuatan Punch dan Dies ... 34
IV.10.2 Proses Pengeboran Pembuatan Punch dan Dies ... 35
IV.10.2.1 Lubang Untuk Dudukan punch ... 35
IV.10.2.2 Lubang Untuk Poros Pada Dudukan Punch ... 37
IV.10.2.3 Lubang Baut Pada Punch ... 39
IV.10.2.4 Lubang Baut Pada Kupingan Dies ... 41
IV.11 Perhitungan Biaya Operator ... 43
IV.12 Analisa Biaya ... 43
IV.12.1 Biaya Komponen ... 43
IV.12.2 Biaya Komponen Cat ... 44
BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan ... 46
V.2 Saran ... 46
commit to user ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tebal Minimum Pengelasan.... ... 12
Tabel 2.2 Pedoman Untuk Pengelasan. ... 14
Tabel 2.3 Sifat Minimum Logam Las... ... 14
Tabel 3.1 Bilangan Kekuatan Baut/Skrup Mesin dan Mur... ... 20
commit to user x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Punch dan Dies ... 1
Gambar 2.1 Batako Styrofoam ... 5
Gambar 2.2 BotolPlastik ... 6
Gambar 2.3 Simple PressTtool ... 7
Gambar 2.4 Butt Join ... 9
Gambar 2.5 Lap Join ... 9
Gambar 2.6 Edge Join ... 10
Gambar 2.7 T-Join ... 10
Gambar 2.8 Corner Join ... 10
Gambar 2.9 Butt Joints ... 11
Gambar 2.10 Butt joints ... 13
Gambar 3.1 Desain Mesin Press Batako Styrofoam dan Botol Plastik ... 18
Gambar 3.2 Penampang Sambungan Baut Pada Dudukan Punch Batako . 20
Gambar 3.3 Penampang Sambungan Baut Pada Dudukan Punch Plastik . 21 Gambar 3.4 Penampang Las Pada Dies ... 22
Gambar 4.1 Desain Dudukan Punch ... 26
Gambar 4.2 Desain Dies Batako ... 27
Gambar 4.3 Desain Dies Plastik ... 29
Gambar 4.4 Desain Punch Batako ... 30
commit to user xi
DAFTAR NOTASI
A = Luas throat (leher) las, (mm2) d = Diameter, (mm)
dc = Diameter core, (mm) l = Jarak beban, (mm) n = Jumlah Baut
n = Kecepatan putaran, (rpm) P = Beban, (N)
r = Radius, (mm)
s = Ukuran lebar las, (mm)
Sr = Kecepatan Pemakanan, (mm/rev)
t = Tebal plat, (mm)
Tm = Waktu Permesinan, (menit)
v = Kecepatan potong, (mm/menit) W = Usaha, (N)
Z = Section Modulus
ıb = Bending stress, (Mpa) IJ = Tegangan geser, (Mpa)
ıt max = Tegangan normal maksimum (Mpa)
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Di dalam dunia industri, banyak sekali dijumpai alat – alat perkakas yang
digerakan mesin press, baik yang ukurannya besar maupun yang berukuran kecil.
Kerja mesin perkakas berdasarkan jenis kerjanya terdiri dari berbagai cara seperti
ditekan, ditarik, dipotong, dibengkokkan, ataupun ditekuk menjadi suatu profil
atau bentuk tertentu.
Proses pengerjaan semacam ini dikenal dengan istilah proses press
working, yaitu segala proses pengerjaan material yang menggunakan mesin -
mesin press sebagai alat bantu utamanya, yaitu sebagai penggerak atau pemberi
gaya.
Gambar 1.1 punch dan dies
Keterangan : 1. Silinder hidrolik
2. Punch
3. Dies
1
2
commit to user
Dalam proyek akhir ini akan dirancang punch dan dies pada mesin press
batako styrofoam dan botol plastik dengan sistem hidrolik, pada prinsipnya punch
diletakkan di atas dies, dimana punch digerakkan oleh sebuah silinder hidrolik
untuk melakukan proses kerja.
Ada dua jenis punch dan dies yang akan dibuat yaitu punch dan dies
batako styrofoam dan botol plastik. Bentuk dan prinsip kerjanya hampir sama,
yang berbeda hanya ukurannya saja. Punch dan dies botol plastik lebih besar
dibandingkan punch dan dies batako styrofoam.
I.2. Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam proyek akhir ini adalah
bagaimana rancang bagun punch dan dies pada mesin press batako styrofoam dan
botol plastik.
I.3. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka batasan-batasan masalah pada proyek
akhir ini adalah :
1. Perancangan punch dan dies pada mesin press batako styrofoam dan botol
plastik dengan beban maksimum 20 ton.
2. Perhitungan kekuatan sambungan baut dan las pada punch dan dies mesin
press batako dan botol plastik.
I.4. Metode Pemecahan Masalah
Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini penulis menggunakan
beberapa metode antara lain :
a. Studi literatur, yaitu mencakup membaca buku-buku, maupun
sumber-sumber lain yang ada di internet yang sesuai dengan tugas akhir ini.
b. Berkonsultasi dengan beberapa orang yang memahami prinsip kerja mesin
press batako dan plastik serta aplikasinya.
c. Perencanaan, yaitu mencakup perencanaan desain, prinsip kerja, kekuatan
sambungan dan ukuran punch dan dies berdasarkan dari data yang telah
commit to user
d. Trial and error, yaitu dengan melakukan beberapa kali percobaan atau
pembuatan langsung untuk mendapatkan mesin dengan spesifikasi yang
dikehendaki dan apabila percobaan gagal maka harus dilakukan evaluasi
pada perencanaan sebelumnya.
I.5. Tujuan Proyek Akhir
Adapun tujuan proyek akhir ini adalah merancang punch dan dies pada
mesin press batako styrofoam dan botol plastik.
I.6. Manfaat Proyek Akhir
Manfaat yang diperoleh dari penyusunan laporan Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan tentang perencanaan,
pembuatan, dan pengujian mesin press batako dan plastik dengan sistem
hidrolik.
2. Secara Praktis
Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah
khususnya dalam bidang mata kuliah kerja bangku dan plat, permesinan,
mekanika teknik dan elemen mesin serta mengetahui karakteristik setiap
komponen yang digunakan beserta cara kerjanya. Selain itu, peralatan ini
juga dapat digunakan untuk penelitian lebih jauh.
I.7. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan proyek akhir ini adalah sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, tujuan, manfaat,
batasan masalah, metode pemecahan masalah dan sistematika penulisan.
2. BAB II DASAR TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai kajian kepustakaan yang akan
menguraikan lebih lanjut tentang batako styrofoam, botol plastik, kekuatan
commit to user
3. BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR
Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan baut dan kekuatan las
pada sambungan punch dan dies batako dan botol plastik.
4. BAB IV PROSES PRODUKSI
Pada bab ini akan dibahas mengenai pembuatan komponen mesin press
yaitu punch dan dies batako serta botol plastik.
5. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini memuat mengenai kesimpulan dan saran dari hasil
commit to user BAB II
DASAR TEORI
II.1. Batako styrofoam
Bahan batako styrofoam ringan dibuat dari air, semen, pasir, dan styrofoam.
styrofoam atau expended polystyrene dikenal sebagai gabus putih yang biasa
digunakan untuk membungkus barang – barang elektronik.
Penggunaan styrofoam dalam batako ringan dapat dianggap sebagai udara
yang terjebak. Namun keuntungan menggunakan styrofoam dibandingkan
menggunakan rongga udara dalam beton berongga adalah styrofoam mempunyai
kekuatan tarik. Dengan demikian selain akan membuat batako menjadi ringan,
dapat juga bekerja sebagai serat yang meningkatkan kemampuan kekuatan dan
khususnya daktilitas batako ringan. Kerapatan batako atau berat jenis batako
ringan dengan campuran styrofoam dapat diatur dengan mengontrol jumlah
campuran styrofoam dalam batako ringan. Semakin banyak styrofoam yang
digunakan dalam batako maka akan dihasilkan batako ringan dengan berat jenis
yang lebih kecil. Namun kuat tekan batako ringan yang diperoleh tentunya akan
lebih rendah dan hal tersebut harus disesuaikan dengan kegunaannya seperti untuk
struktur, struktur ringan atau hanya untuk dinding pemisah secara umum disebut
non struktur.
commit to user
Secara umum dibandingkan dengan bahan dinding yang biasa dipakai yaitu batu
bata. Batako styrofoam ringan mempunyai berbagai keunggulan dan keuntungan
sebagai berikut :
1. Lebih mudah dalam hal pengangkutan dan pemasangan.
2. Karena berat batako ringan, proses pemasangan dinding akan lebih cepat
sehingga dapat dilakukan efisiensi waktu pengerjaan.
3. Selain proses pemasangan yang cepat batako ringan juga dapat menghemat
biaya struktur pemikul beban seperti fondasi, kolom, serta balok.
4. Sangat sesuai untuk perumahan di daerah tanah lunak, daerah rawan
gempa dan bangunan tinggi.
(Satyarno, 2004)
II.2. Botol plastik
Sebagian besar kemasan plastik berasal dari material polyetilen,
polypropilen, polyvinylchlorida (PVC) yang jika dibakar atau dipanaskan bisa
menimbulkan dioksin, yaitu suatu zat yang sangat beracun dan merupakan
penyebab kanker serta dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh seseorang.
Sehingga menjaga botol plastik agar tidak berubah selama digunakan sebagai
pengemas makanan merupakan cara aman untuk menghindari bahaya-bahaya
tersebut.
commit to user
Polietilena tereftalat (PET) merupakan salah satu jenis polimer
thermoplastik golongan polyester yang banyak dibuat sebagai kemasan botol
plastik. Struktur molekul PET adalah semikristalin, dan mempunyai sifat – sifat :
keras, kaku, rapuh serta tembus pandang (Sitepu 1992). Oleh karena sifatnya itu
maka polimer ini bila didaur ulang maka kualitasnya akan menurun.Kemasan
botol PET ini hanya dapat dipakai kembali 1 sampai 2 kali saja atau paling lama
satu minggu dan harus diletakkan jauh dari panas matahari, hal ini disebabkan
karena botol- botol ini mengandung zat karsinogen. Kebiasaan mencuci ulang
dapat membuat lapisan plastik rusak dan zat karsinogen itu masuk kedalam air
yang kita minum. Setelah pemakaian satu atau dua kali, botol – botol ini harus
dibuang (Human Health 2002). Akibatnya penumpukan limbah botol plastik di
lingkungan hidup semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah
kebutuhan manusia.Salah satu upaya untuk mengatasi penumpukan limbah botol
plastik di lingkungan hidup yaitu dengan cara memanfaatkan kembali jenis ini
untuk dijadikan produk baru.
II.3. Punch dan dies
Simple press tool merupakan bentuk konstruksi perkakas dengan bentuk
yang sederhana yaitu hanya terdapat satu station proses pengerjaan dimana punch
berada diatas (top plate) dan dies dibawah (bottom plate). Contoh bentuk
konstruksi simple press tool dapat dilihat pada ganbar 2.3.
Gambar 2.3 simple press tool
1
commit to user
keterangan :
1. punch
2. dies
Keuntungan menggunakan simple press tool diantaranya :
1. Konstruksi alat sederhana
2. Tidak memerlukan gaya yang besar karena hanya terdapat satu proses
pengerjaan
3. Mudah untuk dibuat dan diasembly
Kerugian menggunakan simple press tool diantaranya :
1. Hanya terdapat satu jenis proses pengerjaan
2. Memakan waktu produksi yang lama
II.4. Proses Pengelasan
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam, dimana logam
menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan. Dalam proses pengelasan
pembuatan punch dan dies batako dan plastik, jenis las yang digunakan adalah las
listrik DC dengan pertimbangan akan mendapatkan sambungan las yang kuat.
Pada dasarnya instalasi pengelasan busur logam terdiri dari bagian–bagianpenting
sebagai berikut :
1. Sumber daya, yang bisa berupa arus bolak balik (ac) atau arus searah (dc).
2. Kabel timbel las dan pemegang elektroda.
3. Kabel balik las (bukan timbel hubungan ke tanah) dan penjepit.
Fungsi lapisan elektroda dapat diringkaskan sebagai berikut :
a. Menyediakan suatu perisai yang melindungi gas sekeliling busur api dan
logam cair.
b. Membuat busur api stabil dan mudah dikontrol.
c. Mengisi kembali setiap kekurangan yang disebabkan oksidasi elemen–
elemen tertentu dari genangan las selama pengelasan dan menjamin las
mempunyai sifat–sifat mekanis yang memuaskan.
d. Menyediakan suatu terak pelindung yang juga untuk menurunkan
kecepatan pendinginan logam las dan dengan demikian menurunkan
commit to user
e. Membantu mengontrol (bersama–sama dengan arus las) ukuran dan
frekuensi tetesan logam cair.
f. Memungkinkan mempergunakannya pada posisi yang berbeda.
Dalam las listrik, panas yang akan digunakan untuk mencairkan logam
diperoleh dari busur listrik yang timbul antara benda kerja yang dilas dengan
kawat logam yang disebut elektroda. Elektroda ini terpasang pada pegangan
(holder las) dan didekatkan pada benda kerja sehingga busur listrik terjadi. Karena
busur listrik itu, maka timbul panas dengan temperatur maksimal 3450o C yang
dapat mencairkan logam.
( Kenyon, W., 1985)
II.4.1. Sambungan Las
Ada beberapa jenis sambungan las, yaitu:
1. Butt join
adalah sambungan antara dua benda kerja yang dilas berada pada bidang
yang sama.
Gambar 2.4 Butt join ( Kenyon, W., 1985)
2. Lap join
adalah sambungan antara dua benda kerja yang dilas berada pada bidang
yang bertumpuk.
Gambar 2.5 Lap Join( Kenyon, W., 1985)
3. Edge join
adalah sambungan antara dua benda kerja yang dilas berada pada bidang
commit to user
Besarnya arus listrik untuk pengelasan tergantung pada diameter
elektroda dan jenis elektroda. Tipe atau jenis elektroda tersebut misalnya: E 6010,
huruf E tersebut singkatan dari elektroda, 60 menyatakan kekuatan tarik terendah
setelah dilaskan adalah 60.000 kg/mm2, angka 1 menyatakan posisi pengelasan
segala posisi dan angka 0 untuk pengelasan datar dan horisontal. Angka ke empat
adalah menyatakan jenis selaput elektroda dan jenis arus.
1. Besar arus listrik harus sesuai dengan elektroda, bila arus listrik terlalu
kecil, maka pengelasan sukar dilaksanakan.
2. Busur listrik tidak stabil.
3. Panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan benda
kerja.
4. Hasil pengelasan atau rigi-rigi las tidak rata.
Apabila arus terlalu besar maka :
a. Elektroda mencair terlalu cepat.
b. Pengelasan menjadi lebih besar permukaannya.
Pengaturan arus dan waktu tergantung pada tebal plat yang disambung.
Pemilihan sifat elektroda dengan sifat logam yang dilas biasanya tidaklah begitu
penting dibandingkan kecepatan perbandingan arus dengan ukuran elektroda.
a. Tengangan tarik pada sambungan las menurut R.S Khurmi dan Gupta, 2002,
sambungan las butt joints yang diperhitungkan menurut beban tariknya dapat
dilihat pada gambar 2.9 (butt joints).
Kekuatan dari sambungan tergantung dari ketebalan pengelasan, panjang
pengelasan dan tegangan tarik atau tegangan geser dari bahan las yang digunakan.
Gambar 2.9 Butt joints
commit to user
- Kekuatan tarik las butt joints
P = t x l x t ……….… (2.1)
Dimana :
P = Kekuatan tarik pengelasan
t = Tebal pengelasan
l = Panjang pengelasan
t= Tegangan tarik maksimum bahan las
- Kekuatan geser las butt joints
P = t x l x s ………(2.2)
Dimana :
P = Kekuatan geser pengelasan
t = Tebal pengelasan
l = Panjang pengelasan
s = Tegangan geser maksimum bahan las
Pada pengelasan butt joints ketebalan las dianggap sama dengan tebal plat
yang dilas. Mungkin dicatat tebal pengelasan lebih besar dari tebal plat atau
mungkin lebih rendah.
Tabel 2.1 tebal minimum pengelasan (R.S Khurmi dan Gupta, 2002)
Tebal plat (mm) 3 - 5 6 - 8 10 - 16 18 – 24 26 – 55 > 55 Tebal minimum
pengelasan (mm)
3 5 6 10 14 20
c. Tegangan tarik pada sambungan las menurut R.S Khurmi dan Gupta, 2002,
sambungan las fillet weld yang diperhitungkan menurut beban gesernya dapat
commit to user
Gambar 2.10 Lap joints
(R.S Khurmi dan Gupta, 2002)
- Kekuatan tarik las fillet
P = 0,707s x l x t ……….………(2.3)
Dimana :
P = Kekuatan tarik pengelasan
s = Ukuran pengelasan
l = Panjang pengelasan
t= Tegangan tarik maksimum bahan las
- Kekuatan geser las fillet
P = 0,707s x l x s ………..(2.4)
Dimana :
P = Kekuatan geser pengelasan
s = Ukuran pengelasan
l = Panjang pengelasan
s = Tegangan geser maksimum bahan las
(R.S Khurmi dan Gupta, 2002)
Tegangan dapat diperkirakan dengan pendekatan sebagai berikut :
a. Beban terdistribusi secara merata sepanjang pengelasan
b. Tegangan tersebar secara merata disepanjang luas penampang
Dalam konstruksi las, selalu digunakan logam las yang mempunyai
commit to user
tersebut diambil agar kekuatan pada sambungan las kuat atau minimal sama
dengan kekuatan logam induk.
Agar diperoleh hasil pengelasan yang baik dapat digunakan table 2.2
(pedoman pengelasan). Arus listrik pada pengelasan dapat diatur oleh
operator,disesuaikan dengan kondisi pekerjaan. Elektroda dibuat dari bahan ferro,
paduan ferro, kadang-kadang terbuat dari bahan non ferro. Elektroda las
diproduksi dengan produk bentuk batang kawat polos dan kawat berbalut. Bila
arus listrik dan panjang berkas busur yang tepat dapat dipertahankan maka dapat
diperoleh hasil pengelasan yang baik.
Tabel 2.2 pedoman pengelasan (Shigley,1994)
Tebal benda kerja (inch) Ukuran elektroda las (inch) Arus listrik las (ampere) Tegangan las (volt)
1/16 – 1/8 3/32 50 - 60 15 – 17
1/8 – ¼ 1/8 90 – 140 17 – 20
¼ - 3/8 5/32 120 – 180 18 – 20
¾- ½ 3/16 150 – 230 21 – 22
¼ - ¾ 7/32 190 – 240 22
¾ - 1 ¼ 200 – 300 22
Tabel 2.3 sifat minimum logam las (Shigley,1994)
Nomor elektroda (AWS) Kekuatan tarik (Kpsi) Kekuatan mengalah (Kpsi) Prosentase perpanjangan
E60XX 62 50 17 – 25
E70XX 70 57 22
E80XX 80 67 19
E90XX 90 77 14 – 17
E100XX 100 87 13 – 16
E120XX 120 107 14
II.5. Pemilihan Mur dan Baut
Mur dan baut merupakan pengikat yang sangat penting untuk
commit to user
sebagai alat pengikat harus dilaksanakan secara teliti dan direncanakan dengan
matang di lapangan. Tegangan maksimum pada baut menurut R.S Khurmi dan
Gupta, 2002 dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini.
σ maks =
=
...(2.5)
Bila tegangan yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser dan tarik bahan,
maka penggunaan mur-baut aman.
Baut berbentuk panjang bulat berulir, mempunyai fungsi antara lain:
a. Sebagai pengikat
Baut sebagai pengikat dan pemasang yang banyak digunakan ialah ulir
profil segitiga (dengan pengencangan searah putaran jarum jam). Baut
pemasangan untuk bagian-bagian yang berputar dibuat ulir berlawanan
dengan arah putaran dari bagian yang berputar, sehingga tidak akan
terlepas pada saat berputar.
b. Sebagai pemindah tenaga
Contoh ulir sebagian pemindah tenaga adalah dongkrak ulir, transportir
mesin bubut, berbagai alat pengendali pada mesin-mesin. Batang ulir
seperti ini disebut ulir tenaga (power screw).
Tegangan geser maksimum pada baut menurut R.S Khurmi dan Gupta, 2002
dimana :
max =
………(2.6)
dimana :
F = beban yang diterima (N)
Dc = diameter baut (mm)
r = jari-jari baut (mm)
n = jumlah baut
commit to user II.6. Proses Permesinan
proses permesinan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan
elemen elemen mesin, yang meliputi proses kerja mesin dan waktu pemasangan,
pada umumnya mesin-mesin perkakas mempunyai bagian utama adalah :
a. motor penggerak (sumber tenaga).
b. Kotak transmisi (roda-roda gigi pengatur putaran)
c. Pemegang benda kerja.
d. Pemegang pahat atau alat potong
Macam – macam gerak yang terdapat pada mesin perkakas.
1. Gerak utama (gerak pengirisan)
Adalah gerak yang menyebabkan mengirisnya alat pengiris pada benda
kerja.
Gerak utama dapat dibagi :
a. Gerak utama berputar
Misalnya pada mesin bubut, mesin frais, dan mesin drill. Mesin
perkakas dengan gerak utama berputar biasanya mempunyai gerak
pemakanan yang kontinyu.
b. Gerak utama lurus
Misalnya pada mesin sekrap. Mesin perkakas dengan gerak utama
lurus biasanya mempunyai gerak pemakanan yang periodik.
2. Gerak pemakanan.
Gerak yang memindahkan benda kerja atau alat iris tegak lurus pada gerak
utama.
3. Gerak penyetelan.
Menyetel atau mengatur tebal tipisnya pemakanan, mengatur dalamnya
pahat masuk dalam benda kerja.
II.6.1. Mesin Bor
Mesin bor digunakan untuk membuat lubang (driling) serta memperbesar
lubang (boring) pada benda kerja. Jenis mesin bor adalah sebagai berikut:
a. Mesin bor tembak
commit to user
c. Mesin bor horisontal
Pahat bor memiliki dua sisi potong, proses pemotongan dilakukan dengan
cara berputar. Putaran tersebut dapat disesuaikan atau diatur sesuai dengan bahan
pahat bor dan bahan benda kerja yang dibor. Gerakan pemakanan pahat bor
terhadap benda kerja dilakukan dengan menurunkan pahat hingga menyayat benda
kerja. Waktu permesinan pada mesin bor (Kenyon, W, 1985) adalah :
Tm =
………...……….…………..(2.7)
N=
………..………..………(2.8)
L = l + 0,3 . d ………...……….…………(2.9)
Dimana:
d = diameter lubang (mm)
Tm = waktu permesinan
L = langkah pengeboran
N = putaran spindle
Sr = kecepatan pemakanan
V = kecepatan potong
commit to user BAB III
PERENCANAAN DAN GAMBAR
III.1. Desain mesin press batako styrofoam dan botol plastik
Mesin ini mempunyai bagian utama sebagai berikut :
Gambar 3.1 Desain mesin press batako styrofoam dan botol plastik
Nama bagian :
1. kerangka mesin
2. punch
3. dies
4. pompa hidrolik
5. hidolik
6. selang hidrolik
7. pressure gauge
8. pengungkit
7
4 6
8 5
3 2
commit to user III.2. Prinsip kerja mesin press batako dan plastik
Mesin press batako dan plastik adalah mesin press yang digunakan untuk
membuat batako dan pengepress botol. Mesin ini terdiri dari 2 sistem utama yaitu
sistem penekan dan sistem pengungkit. Penekan disini menggunakan punch yang
digerakan oleh hidrolik. Sedangkan pengungkit menggunakan sepasang bush yang
terpasang pada dies yang dikaitkan dengan pengungkit.
Secara garis besar proses pembuatan batako dan press botol plastik adalah
mula-mula bahan pembuat batako dimasukan ke dalam dies kemudian punch
diturukan dengan sistem hidrolik menggunakan pompa hidrolik, setelah mencapai
takanan 50 bar, katup pompa hidrolik dikendorkan sehingga punch akan naik ke
atas bersamaan dengan itu dies diangkat dengan menggunakan pengungkit.
Batako yang tercetak tinggal diangkat untuk dikeringkan. Untuk press botol
plastik prosesnya sama dengan proses pembuatan batako yaitu tinggal memasukan
botol plastik kedalam dies plastik.
III.3. Perencanaan mur dan baut pada dudukan punch
Dalam perencanaan mesin press batako dan plastik ini mur dan baut
digunakan untuk merangkai beberapa elemen mesin antara lain :
1. Baut pada dudukan punch batako, untuk mengunci posisi punch batako.
2. Baut pada dudukan punch plastik, untuk mengunci posisi punch plastik.
commit to user
10 + 20000 = 3,14/4 . (dc)² . 70. 4
20010 = 219,8 (dc)²
(dc)² = 91,04
dc = 9,54 mm
Karena nilai dc adalah 9,54 maka digunakan baut dengan ukuran M 10 dengan
pitch 1,5 mm dan panjang baut sebesar 37,5 mm.
III.3.2. Perencanaan baut pada dudukan punch plastik
Gambar 3.3 penampang sambungan baut pada dudukan punch plastik
Diketahui :
commit to user
Bilangan kekuatanno 5.8 (tertera pada kepala baut)
Tegangan tarik ( t ) = 70 kg/mm2
- Berat dari punch (P1)= 25 kg
- Beban maksimum 20 Ton (P2) = 20000 kg
- Jumlah baut (n) = 4
Dicari : Ukuran baut yang digunakan?
Penyelesaian :
P Total = π/4 . (dc)² . t . n
P1 + P2 = π/4 . (dc)² . t . n
25 + 20000 = 3,14/4 . (dc)² . 70. 4
20025 = 219,8 (dc)²
(dc)² = 91,1
dc = 9,54 mm
karena nilai dc adalah 9,54 maka digunakan baut dengan ukuran M 10 dengan
pitch 1,5 mm dan panjang baut sebesar 37,5 mm.
III.4. Perencanaan perhitungan las pada dies
Pengelasan pada dies batako dan plastik menggunakan las listrik.
Perhitungan kekuatan las pada sambungan tepi pada dies batako dan plastik
dengan tebal plat 8 mm, panjang pengelasan 178 mm
Diketahui :
Gambar 3.4 Penampang las pada dies
commit to user
Diketahui:
o Gaya/beban (P) =500 N
o Jarak las dengan pusat gaya (e) = 370 mm
o Tegangan geser maksimum ( max) = 85 MPa
o Jarak antar las (l) = 80 mm
o Panjang las (b) = 200 mm
mencari s (ukuran pengelasan) ……?
Penyelesaian:
1. mencari t
t = s x sin 45°
= 0.707 s
2. mencari luasan pengelasan
A = t x l x 2
= 0.707s x 80 x 2
= 113.12 s mm²
3. Mencari geser langsung ( )
=
=
= N/mm²
4. mencari momen bending (M)
M = P x e
= 500 Nx 370 mm
= 185 x 103 N mm
5. menghitung section modulus
z = t x b x l
= 0.707 s x 200 x 80
= 11312 s mm³
6. menghitung bending stress
commit to user
=
= N/mm²
7. mencari ukuran pengelasan
= √
85 = √
85 =
√
85 =
√
85
=
85
=
s
=
= 0.109 mm
Pada prakteknya ukuran pengelasan yang digunakan adalah sebesar 5 mm
karena plat mempunyai tebal 8 mm, sesuai dengan table 2.1 tebal minimum
commit to user
BAB IV
PROSES PRODUKSI
IV.1. Persiapan Proses Produksi
Sebelum melakukan proses produksi, hal yang harus dilakukan adalah
persiapan. Persiapan merupakan bagian penting untuk mewujudkan sebuah
rancangan menjadi sebuah produk yang bisa digunakan. Dengan melakukan
sebuah persiapan diharapkan operator benar-benar memahami apa yang akan
dikerjakannya sehingga dapat dihasilkan komponen-komponen yang baik sesuai
dengan ukuran dan fungsi masing-masing. Kesesuaian ukuran sangat berpengaruh
pada alat yang akan dibuat sehingga alat tersebut nantinya dapat digunakan secara
tepat. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah pembacaan gambar kerja,
urutan pengerjaan, ukuran dan toleransi.
Perencanaan pembuatan ini dibuat dengan memperhatikan efisiensi
waktu, kemudahan proses pengerjaan dan faktor perakitan. Dalam persiapan
proses produksi, perlu dilakukan untuk memperlancar proses tersebut.
IV.2. Proses pembuatan dudukan punch
IV.2.1. Alat yang digunakan :
1. Mesin bor
2. Gergaji
3. Gerinda tangan
IV.2.2. Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan adalah plat tebal 1 cm.
IV.2.3. Proses pengerjaan
1. Memotong plat tebal 8 mm dengan panjang 420 mm dan lebar 245 mm.
2. Bentuk dari dudukan punch disesuaikan dengan gambar 4.1 (dudukan
commit to user
Gambar 4.1 desain dudukan punch
Keterangan :
1. Lubang untuk dudukan baut punch
2. Lubang untuk poros
3. Membuat lubang untuk poros sebanyak 2 buah dengan diameter 20 mm
4. Membuat lubang untuk baut punch sebanyak 4 buah dengan diameter 15
mm
5. Menghilangkan beram yang tersisa dengan menggunakan gerinda
IV.3. Proses pembuatan dies batako
IV.3.1. Alat yang digunakan :
1. Mesin bor
2. Las listrik
3. Gergaji
4. Gerinda tangan
IV.3.2. Bahan yang digunakan :
1. Plat dengan tebal 8 mm untuk pembuatan rangka dies batako.
2. Plat dengan tebal 6 mm untuk pembuatan kupingan.
3. Plat dengan tebal 4 mm untuk pembuatan bagian tepi dies batako.
IV.3.3. Proses pengerjaan
1. Memotong plat dengan tebal 8 mm dengan panjang 370 mm dan lebar 200
commit to user
2. Memotong plat dengan tebal 8 mm dengan panjang 200 mm dan lebar 80
mm sebanyak 4 buah untuk rangka bagian samping dari dies.
3. Memotong plat dengan tebal 6 mm dengan panjang 60 mm dan lebat 30
mm untuk pembuatan kupingan.
Gambar 4.2 desain dies batako
Keterangan :
1. Rangka dies batako
2. Bagian tepi dies batako
3. Kupingan
4. Memotong plat dengan tebal 4 mm dengan panjang 420 mm dan lebar 20
mm sebanyak 2 buah untuk pembuatan tepi depan dari dies batako
5. Memotong plat dengan tebal 4 mm dengan panjang 240 mm dan lebar 20
mm sebanyak 2 buah untuk pembuatan tepi samping dari dies batako
6. Membuat rangka dari dies yaitu dengan menggelas plat untuk rangka
bagian samping dengan plat untuk rangka bagian depan atau memanjang
7. Mengelas plat tebal 4 mm dengan rangka yang sudah terbentuk untuk
pembuatan bagian tepi dari dies
8. Membuat lubang dengan diameter 8 mm pada plat dengan tebal 6 mm
untuk dudukan baut pengait
2
commit to user
9. Plat yang sudah dilubangi tadi kemudian dilas dengan bagian samping dari
rangka dies yang digunakan sebagai kupingan
10.Dies batako sudah jadi, sisa beram dihilangkan dengan digerinda
IV.4. Proses pembuatan dies plastik
IV.4.1. Alat yang digunakan :
1. Mesin bor
2. Las listrik
3. Gergaji
4. Gerinda tangan
IV.4.2. Bahan yang digunakan :
1. Plat dengan tebal 4 mm untuk pembuatan rangka dies plastik
2. Plat dengan tebal 6 mm untuk pembuatan kupingan
3. Plat dengan tebal 4 mm untuk pembuatan bagian tepi dies plastik
4. Engsel
IV.4.3. Proses pengerjaan
1. Memotong plat dengan tebal 4 mm dengan panjang 370 mm dan lebar 200
mm untuk rangka bagian belakang
2. Memotong plat dengan tebal 4 mm dengan panjang 255 mm dan lebar 200
mm sebanyak 2 buah untuk rangka bagian samping
3. Memotong plat dengan tebal 4 mm dengan panjang 370 mm dan lebar 90
mm untuk pembuatan pintu
4. Memotong plat denagn tebal 4 mm dengan panjang 370 mm dan lebar 110
commit to user
Gambar 4.3 desain dies plastik Keterangan :
1. Rangka dies plastik
2. Bagian tepi dies plastik
3. Kupingan
4. Pintu dies plastik
5. Memotong plat dengan tebal 6 mm dengan panjang 60 mm dan lebat 30
mm untuk pembuatan kupingan
6. Membuat lubang dengan diameter 8 mm pada plat dengan tebal 6 mm
tersebut untuk dudukan baut pengait
7. Memotong plat dengan tebal 4 mm dengan panjang 420 mm dan lebar 20
mm sebanyak 2 buah untuk pembuatan tepi dari dies plastik
8. Memotong plat dengan tebal 4 mm dengan panjang 240 mm dan lebar 20
mm sebanyak 2 buah untuk pembuatan tepi dari dies plastik
9. Membuat rangka dies yaitu dengan cara menggelas plat untuk rangka
bagian samping dengan plat untuk rangka bagian belakang
10.Memasang 2 buah engsel pada bagian depan rangka,kemudian memasang
plat tebal 4 mm sebagai pintu dies
IV.5. Proses pembuatan punch batako
IV.5.1. Alat yang digunakan :
1. Mesin bor
2. Las listrik 4
3 1
commit to user
3. Gergaji
4. Gerinda tangan
IV.5.2. Bahan yang digunakan :
1. Plat dengan tebal 5 mm untuk pembuatan rangka punch batako bagian atas
2. Plat dengan tebal 4 mm untuk pembuatan rangka punch batako bagian
bawah
3. Batang besi dengan diameter 20 mm sebanyak 12 buah yang digunakan
sebagai tiang penyangga
IV.5.3. Proses pengerjaan
1. Membuat rangka atas punch yaitu pertama dengan memotong plat dengan
tebal 5 mm dengan panjang 400 mm dan lebar 250 mm
2. Membuat lubang dengan diameter 20 mm sebanyak 2 buah sebagai lubang
tempat poros
3. Membuat lubang dengan diameter 15 mm sebanyak 4 buah sebagai lubang
tempat baut
4. Rangka atas punch sudah jadi, kemudian memotong batang besi dengan
diameter 20 mm setinggi 120 mm sebanyak 12 buah yang akan digunakan
sebagai penyangga
5. Membuat rangka punch bagian bawah yaitu dengan memotong plat dengan
tebal 4 mm dengan panjang 370 mm dan lebar 80 mm sebanyak 2 buah
Gambar 4.4 desain punch batako 2
3
commit to user
Keterangan :
1. Rangka atas
2. Tiang penyangga
3. Rangka bawah
6. Menggelas batang besi penyangga dengan rangka punch bagian atas
kemudian disambungkan dengan rangka punch bagian bawah
IV.6. Proses pembuatan punch plastik
IV.6.1. Alat yang digunakan :
1. Mesin bor
2. Las listrik
3. Gergaji
4. Gerinda tangan
IV.6.2. Bahan yang digunakan :
1. Plat dengan tebal 5 mm untuk pembuatan rangka punch batako bagian atas
2. Plat dengan tebal 4 mm untuk pembuatan rangka punch batako bagian
bawah
3. Batang besi dengan diameter 20 mm sebanyak 12 buah yang digunakan
sebagai tiang penyangga
4. Plat dengan tebal 1 cm untuk pembuatan alas punch
IV.6.3. Proses pengerjaan
1. Membuat rangka atas punch yaitu pertama dengan memotong plat dengan
tebal 5 mm dengan panjang 400 mm dan lebar 250 mm
2. Membuat lubang dengan diameter 20 mm sebanyak 2 buah sebagai lubang
tempat poros
3. Membuat lubang dengan diameter 15 mm sebanyak 4 buah sebagai lubang
tempat baut
4. Membuat rangka punch bagian bawah yaitu dengan memotong plat dengan
commit to user
Gambar 4.5 desain punch plastik
Keterangan :
1. Rangka atas punch
2. Tiang penyangga
3. Rangka bawah punch
5. Mengelas batang besi penyangga dengan rangka punch bagian atas dan
bawah
IV.7. Proses pengecatan
Langkah pengerjaan dalam proses pengecatan yaitu :
1. Membersihkan seluruh permukaan benda dengan amplas dan air untuk
menghilangkan korosi.
2. Pengamplasan dilakukan beberapa kali sampai permukaan benda luar dan
dalam benar-benar bersih dari korosi.
3. Mendempul beberapa bagian yang cacat dengan dempul plastik untuk
menambal bagian-bagian yang berlubang.
4. Mengamplas sisa dempulan yang tidak rata. Dengan amplas kasar dan
halus, finishing menggunakan amplas halus dan air.
5. Memberikan cat dasar ke seluruh bagian yang akan dicat sebanyak 2 kali
lapisan.
1
commit to user
6. Mengamplas kembali permukaan yang telah diberi cat dasar sampai
benar-benar halus dan rata dengan menggunakan amplas halus dan air agar
lapisan cat dasar tidak terkikis terlalu banyak.
7. Melakukan pengecatan warna 2 kali lapisan agar tebal dan cat awet.
IV.8. Proses perakitan
Perakitan merupakan tahap terakhir dalam proses perancangan dan
pembuatan suatu mesin atau alat, dimana suatu cara atau tindakan untuk
menempatkan dan memasang bagian-bagian dari suatu mesin yang digabung dari
satu kesatuan menurut pasangannya, sehingga akan menjadi mesin yang siap
digunakan sesuai dengan fungsi yang direncanakan.
Sebelum melakukan perakitan hendaknya memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Komponen-komponen yang akan dirakit, telah selesai dikerjakan dan
telah siap ukuran sesuai perencanaan.
2. Komponen-komponen standart siap pakai ataupun dipasangkan.
3. Mengetahui jumlah yang akan dirakit dan mengetahui cara
pemasangannya.
4. Mengetahui tempat dan urutan pemasangan dari masing-masing
komponen yang tersedia.
5. Menyiapkan semua alat-alat bantu untuk proses perakitan.
IV.8.1. Komponen mesin
Komponen- komponen dari mesin ini adalah :
1. Rangka
2. hidrolik
3. pompa hidrolik
4. punch batako dan plastik
5. dies batako dan plastik
6. dudukan punch
7. landasan bawah
commit to user IV.8.2. Langkah perakitan
Langkah-langkah perakitan :
1. Menyiapkan rangka yang telah disambung sesuai desain
2. Memasang dudukan punch
3. Memasang poros beserta bush sebagai pengungkit
4. Memasang landasan bawah beserta pinnya
5. Memasang puns batako/plastik
6. Memasang dies batako/plastik
7. Mengaitkan pengungkit dengan dies batako/plastik
IV.9. Perawatan punch dan dies
Perawatan rutin merupakan kegiatan perawatan yang dilakukan secara
rutin, dalam hal ini biasa dilakukan setiap hari atau setelah pemakaian meliputi :
a) Pembersihan
Pembersihan dilakukan terhadap punch dan dies dari kotoran -
kotoran, terutama pasir sisa pengepressan. Pembersihan sangat penting
untuk menjaga kelancaran gerak dari punch, sehingga apabila dipakai
kembali dapat bekerja dengan baik.
b) Pelumasan
Pelumasan dengan menggunakan minyak pelumas (oli) dan grease
terhadap beberapa , terutama pada permukaan dies agar proses pengepressan
dapat berjalan lancar dan mencegah adanya korosi.
IV.10. Waktu permesinan pembuatan punch dan dies
IV.10.1. Proses pengelasan pembuatan punch dan dies
Diketahui kecepatan pengelasan di dapatkan pada eksperimen yaitu 2,5
mm/detik. Panjang total pengelasan adalah ±3060 mm.
Tm =
=
= 1224 dt
commit to user
Waktu setting = 45 menit
Waktu total pengelasan adalah 20,4 + 45 = 65,4 menit
IV.10.2. Proses pengeboran pembuatan punch dan dies
IV.10.2.1. Lubang untuk dudukan punch
Proses pengeboran untuk dudukan punch batako styrofoam dan botol
plastik dengan diameter 15 mm yang terbuat dari bahan ST 37 dilakukan dengan
dua tahap, tahap pertama menggunakan mata bor 5 mm dan tahap kedua
meggunakan mata bor 15 mm, dalam pengeboran (l) adalah 8 mm.
Tabel 4.1 Kecepatan potong & pemakanan mesin bor ( Scharkus & Jutz, 1996).
Diameter Mata Bor Ø 5 Ø 10 Ø 15 Ø 20 Ø 25
Kecepatan Pemakanan Sr (mm/put) 0,1 0,18 0,25 0,28 0,34
Kecepatan Potong V (mm/menit) 15 18 22 29 32
1. Pengeboran tahap pertama menggunakan mata bor dengan diamater (d) = 5 mm
- Langkah bor (L) = l + 0,3 d
= 8 + 0,3 . 5
= 9.5 mm
-Feeding / pemakanan (Sr) = 0,1 mm/putaran
- Kecepatan potong (V) = 15 m/menit
1. Putaran Spindel
N=
=
=
955.4 rpm2. Waktu permesinan :
Tm
=
=
commit to user
3. Jumlah Pengerjaan
Tm
=
0.09 menit x 4= 0.36 menit
Waktu setting (Ts) = 5 menit
Waktu pengukuran (Tu) = 5 menit
Waktu total = Tm + Ts + Tu
= 0.36 + 5 + 5
= 10.36 menit
2. Pengeboran tahap kedua menggunakan mata bor dengan diamater (d) = 15 mm
- Langkah bor (L) = l + 0,3 d
= 8 + 0,3 . 15
= 12.5 mm
-Feeding / pemakanan (Sr) = 0,25 mm/putaran
- Kecepatan potong (V) = 22 m/menit
1. Putaran Spindel
N=
=
= 467.09 rpm
2. Waktu permesinan :
Tm
=
=
= 0.1 menit
3. Jumlah Pengerjaan
Tm
=
0.1 menit x 4= 0.4 menit
Waktu setting (Ts) = 5 menit
commit to user
Waktu total = Tm + Ts + Tu
= 0.4 + 5 + 5
= 10.04 menit
Sehingga waktu total yang dibutuhkan untuk pengeboran lubang dudukan punch
adalah :
10.36 + 10.04 = 20.4 menit
IV.10.2.2. Lubang untuk poros pada dudukan punch
Proses pengeboran lubang untuk poros pada dudukan punch dengan
diameter 20 mm yang terbuat dari bahan ST 37 dilakukan dengan dua tahap, tahap
pertama menggunakan mata bor 5 mm dan tahap kedua meggunakan mata bor 20
mm, dalam pengeboran (l) adalah 8 mm.
1. Pengeboran tahap pertama menggunakan mata bor dengan diamater (d) = 5 mm
- Langkah bor (L) = l + 0,3 d
= 8 + 0,3 . 5
= 9.5 mm
-Feeding / pemakanan (Sr) = 0,1 mm/putaran
- Kecepatan potong (V) = 15 m/menit
1. Putaran Spindel
N=
=
=
955.4 rpm2. Waktu permesinan :
Tm
=
=
= 0.09 menit
3. Jumlah Pengerjaan
Tm
=
0.09 menit x 2commit to user
Waktu setting (Ts) = 5 menit
Waktu pengukuran (Tu) = 5 menit
Waktu total = Tm + Ts + Tu
= 0.18 + 5 + 5
= 10.18 menit
2. Pengeboran tahap kedua menggunakan mata bor dengan diamater (d) = 20 mm
- Langkah bor (L) = l + 0,3 d
= 8 + 0,3 . 20
= 14 mm
-Feeding / pemakanan (Sr) = 0,28 mm/putaran
- Kecepatan potong (V) = 29 m/menit
1. Putaran Spindel
N=
=
=
461.78 rpm2. Waktu permesinan :
Tm
=
=
= 0.1 menit
3. Jumlah Pengerjaan
Tm
=
0.1 menit x 2= 0.2 menit
Waktu setting (Ts) = 5 menit
Waktu pengukuran (Tu) = 5 menit
Waktu total = Tm + Ts + Tu
= 0.2 + 5 + 5
commit to user
Sehingga waktu total yang dibutuhkan untuk pengeboran lubang unutk poros pada
dudukan punch adalah :
10.18 + 10.02 = 20.2 menit
IV.10.2.3. Lubang baut pada punch batako styrofoam dan botol plastik
Proses pengeboran lubang baut pada punch batako styrofoam dan botol
plastik dengan diameter 15 mm yang terbuat dari bahan ST 37 dilakukan dengan
dua tahap, tahap pertama menggunakan mata bor 5 mm dan tahap kedua
meggunakan mata bor 15 mm, dalam pengeboran (l) adalah 5 mm.
1. Pengeboran tahap pertama menggunakan mata bor dengan diamater (d) = 5 mm
- Langkah bor (L) = l + 0,3 d
= 5 + 0,3 . 5
= 6.5 mm
-Feeding / pemakanan (Sr) = 0,1 mm/putaran
- Kecepatan potong (V) = 15 m/menit
1. Putaran Spindel
N=
=
=
955.4 rpm2. Waktu permesinan :
Tm
=
=
= 0.06 menit
3. Jumlah Pengerjaan
Tm
=
0.06 menit x 8= 0.48 menit
Waktu setting (Ts) = 5 menit
commit to user
Waktu total = Tm + Ts + Tu
= 0.48 + 5 + 5
= 10.48 menit
2. Pengeboran tahap kedua menggunakan mata bor dengan diamater (d) = 15 mm
- Langkah bor (L) = l + 0,3 d
= 5 + 0,3 . 15
= 9.5 mm
-Feeding / pemakanan (Sr) = 0,25 mm/putaran
- Kecepatan potong (V) = 22 m/menit
1. Putaran Spindel
N=
=
=
467.09 rpm2. Waktu permesinan :
Tm
=
=
= 0.08 menit
3. Jumlah Pengerjaan
Tm
=
0.08 menit x 8= 0.64 menit
Waktu setting (Ts) = 5 menit
Waktu pengukuran (Tu) = 5 menit
Waktu total = Tm + Ts + Tu
= 0.64 + 5 + 5
= 10.64 menit
Sehingga waktu total yang dibutuhkan untuk pengeboran lubang baut pada punch
batako styrofoam serta punch botol plastik adalah :
commit to user
IV.10.2.4. Lubang baut pada kupingan dies batako dan dies botol plastik
Proses pengeboran lubang baut pada kupingan dies batako styrofoam dan
botol plastik dengan diameter 15 mm yang terbuat dari bahan ST 37 dilakukan
dengan dua tahap, tahap pertama menggunakan mata bor 5 mm dan tahap kedua
meggunakan mata bor 15 mm, dalam pengeboran (l) adalah 6 mm.
1. Pengeboran tahap pertama menggunakan mata bor dengan diamater (d) = 5 mm
- Langkah bor (L) = l + 0,3 d
= 6 + 0,3 . 5
= 7.5 mm
-Feeding / pemakanan (Sr) = 0,1 mm/putaran
- Kecepatan potong (V) = 15 m/menit
1. Putaran Spindel
N=
=
= 955.4 rpm
2. Waktu permesinan :
Tm
=
=
= 0.07 menit
3. Jumlah Pengerjaan
Tm
=
0.07 menit x 8= 0.56 menit
Waktu setting (Ts) = 5 menit
Waktu pengukuran (Tu) = 5 menit
Waktu total = Tm + Ts + Tu
= 0.56 + 5 + 5
commit to user
2. Pengeboran tahap kedua menggunakan mata bor dengan diamater (d) = 15 mm
- Langkah bor (L) = l + 0,3 d
= 6 + 0,3 . 15
= 10.5 mm
-Feeding / pemakanan (Sr) = 0,25 mm/putaran
- Kecepatan potong (V) = 22 m/menit
1. Putaran Spindel
N=
=
=
467.09 rpm2. Waktu permesinan :
Tm
=
=
= 0.08 menit
3. Jumlah Pengerjaan
Tm
=
0.08 menit x 8= 0.64 menit
Waktu setting (Ts) = 5 menit
Waktu pengukuran (Tu) = 5 menit
Waktu total = Tm + Ts + Tu
= 0.64 + 5 + 5
= 10.64 menit
Sehingga waktu total yang dibutuhkan untuk pengeboran lubang kupingan pada
dies batako styrofoam serta punch botol plastik adalah :
10.56 + 10.64 = 21.2 menit
Jadi waktu pemakaian total mesin bor adalah 82.92 menit = 83.32 menit
commit to user IV.11. Perhitungan biaya operator
1. Pengelasan
Biaya = Waktu pemakaian total (biaya sewa + biaya operator)
= (65.4) menit (Rp 20.000/jam + Rp 5.000/jam)
= Rp 28.000,00
2. Mesin bor
Biaya = waktu pemakaian total (biaya sewa + biaya operator)
= (1 jam 23.32 menit) (Rp 10.000/jam + Rp 3.000/jam)
= Rp 18.050,00
3. Penggerindaan
Biaya = waktu pemakaian total (biaya sewa + biaya operator)
= (1 jam) (Rp 7.000/jam + Rp 3.000/jam)
= Rp 10.000,00
4. Pengecetan
Biaya = waktu pemakaian total (biaya sewa + biaya operator)
= (1 jam) (Rp 10.000/jam + Rp 3.000/jam)
= Rp 13.000,00
IV.12. Analisa biaya
IV.12.1. Biaya komponen
No Komponen Spesifikasi Jumlah Harga/@ Biaya
1. Plat besi dudukan punch Panjang 56 cm
Lebar 21 cm
Tebal 8 mm
1 (32.5 Kg) Rp 12.500 Rp 282.000
2. Plat besi punch batako Panjang 56 cm
Lebar 21 cm
Tebal 8 mm
1(32.5 Kg) Rp 12.500 Rp 282.000
3. Plat besi punch plastik Panjang 56 cm
Lebar 21 cm
Tebal 4 mm
1(20 Kg) Rp 12.500 Rp 250.000
4. Plat besi dies batako Panjang 56 cm
Lebar 21 cm
commit to user
Tebal 4 mm
5. Plat besi dies botol pastik Panjang 56 cm
Lebar 21 cm
Tebal 4 mm
1 (16 Kg) Rp 12.500 Rp 200.000
6. Besi pejal tiang punch Panjang 195 cm
Diameter 20 mm
1 Rp 70.000 Rp 70.000
7. Plat besi tepi dies Panjang 195 cm
Lebar 36 mm
Tebal 4 mm
1 Rp 29.000 Rp 29.000
8. Baut M 17
M 15
4
4
Rp 9.500
Rp 8.000
9. Elektroda 2,6'',3,2'',2,0'' 1 Rp 93.000 Rp 93.000
10. Gerinda potong 14'' kinik 1 Rp 30.000 Rp 30.000
11. Gerinda potong 4 x2 kinik 1 Rp 12.000 Rp 12.000
12. Gerinda potong 4 x 1 kinik 5 Rp 6.000 Rp 30.000
13. Gerinda poles kinik 5 Rp 6.000 Rp 30.000
Jumlah Rp 1.550.500
IV.12.2. Biaya komponen cat
No. Komponen Spesifikasi Jumlah Harga/@ Biaya
1. Cat Avian 2 Rp 50.000 Rp 100.000
2. Tiner Avian 1 Rp 36.000 Rp 36.000
3. Dempul 2 Rp 10.000 Rp 20.000
4. Amplas Duco 320 1 Rp 9.000 Rp 9.000
Jumlah Rp 165.000
Biaya total pembuatan punch dan dies batako styrofoam dan botol plastik :
Biaya pengelasan Rp 28.000,00
Biaya pengeboran Rp 18.050,00
Biaya pengerindaan Rp 10.000,00
commit to user
Biaya komponen cat Rp 165.000,00
Biaya komponen Rp 1.550.500,00 +
commit to user
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perencanaan dan perancangan punch dan dies pada
mesin press batako styrofoam dan botol plastik dengan sistem hidrolik dapat
diambil kesimpulan antara lain :
1. Ukuran punch batako styrofoam : 35 x 17 x 19, ukuran dies batako
styrofoam : 37 x 19 x 20, ukuran punch botol plastik : 40 x 25 x 16,
ukuran dies botol plastik : 42 x 27 x 18.
2. Punch dan dies batako styrofoam dan botol plastik dapat menahan beban
maksimum sebesar 20 Ton.
V.2. Saran
Untuk perkembangan peningkatan kemampuan alat ini dapat dilakukan
hal-hal sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari proses pengelasan,
sebaiknya antara pengelasan satu dan lainya diberi tenggang waktu agar
plat dingin dan tidak mengalami deformasi bentuk.
2. Ukuran antara cetakan (dies) dan penekan (punch) sebaiknya diberi
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Jutz H dan Scharkus E, 1996, “ Westerman Table for The Metal Trade” σew
Delhi:
Weley Eastern Limited.
Kenyon,W dan Ginting, D. 1985. Dasar-dasar Pengelasan. Jakarta: Erlangga.
Khurmi, R.S. & Gupta, J.K. 2002. Machine Design. S. C Had & Company LTD.