• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESILIENSI UMKM DAN DESA WISATA DI KABUPATEN TABANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "RESILIENSI UMKM DAN DESA WISATA DI KABUPATEN TABANAN "

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

RESILIENSI UMKM DAN DESA WISATA DI KABUPATEN TABANAN

PADA MASA PANDEMI COVID 19

(Sebuah Upaya Shifting dan Synergy dalam Inklusif Bisnis) BOOK CHAPTER

Ni Luh Putu Agustini Karta Ni Made Ary Widiastini Ni Ketut Dewi Irwanti Jimmy Harry Putu Suarthana I Ketut Sutapa Ni Luh Putu Sri Widhiastuty

I Made Bayu Wisnawa I Gusti Agung Bagus Widiantara

Fenny Sengkey Putu Agus Prayogi Ni Made Hartini I Made Suwitra Wirya Nyoman Ayu Putri Lestari Ni Putu Yunik Anggreni

I Ketut Andika Priastana Rio Dwi Jayanto Ketut Anom Sri Kesumawati

Ni Wayan Mekarini Ni Nyoman Nidya Trianingrum

(3)

Book Chapter:

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 (Sebuah Upaya Shifting dan Synergy dalam Inklusif Bisnis)

Ni Luh Putu Agustini Karta, Ni Made Ary Widiastini, Ni Ketut Dewi Irwanti , Jimmy Harry Putu Suarthana, I Ketut Sutapa

Editor: Ariyanto

Ni Luh Putu Agustini Karta; Ni Made Ary Widiastini; Ni Ketut Dewi Irwanti;

Jimmy Harry Putu Suarthana; I Ketut Sutapa

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 Edisi Pertama

—Jakarta: Mitra Wacana Media, 2021 1 jil., 17 × 24 cm, 238 hal.

Anggota IKAPI No: 410/DKI/2010 ISBN:

1. Pariwisata 2. Resiliensi UMKM dan Desa Wisata I. Judul II. Ni Luh Putu Agustini Karta dkk

Edisi Asli

Hak Cipta © 2021 : Penulis

Diterbitkan : Penerbit Mitra Wacana Media Telp. : (021) 824-31931

Faks. : (021) 824-31931

Website : http//www.mitrawacanamedia.com E-mail : mitrawacanamedia@gmail.com Office : Vila Nusa Indah 3 Blok KE.2 No.14

Bojongkulur-Gunung Putri. Bogor

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit.

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(4)

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 iii

KATA SAMBUTAN

Saya sebagai Rektor Universitas Triatma Mulya sangat memberikan apresiasi tinggi terhadap tulisan yang mengangkat desa wisata sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang pada saat ini dikembangkan sebagai salah satu alternatif untuk mengembangkan perekonomian masyarakat.

Sesungguhnya desa wisata adalah dari masyarakat untuk masyarakat dalam artian pengolahan desa wisata melibatkan masyarakat yang berdampak terhadap sosial budaya, lingkungan, dan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu saya sangat mendorong kepada para dosen dan mahasiswa untuk memberikan pendampingan terhadap masyarakat desa yang memiliki lingkungan dan kebudayaan yang mendukung terbangunnya desa wisata yang menyerap kunjungan wisatawan ke Indonesia khususnya Bali sebagai daerah tujuan pariwisata yang sangat terkenal di dunia.

Partisipasi masyarakat sangat berdampak terhadap perekonomian masyarakat di desa, karena secara tidak langsung masyarakat desa ikut menikmati dampak pariwisata yang lebih banyak dinikmati oleh masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan yang memiliki daya tarik wisata.

Dengan adanya wabah covid 19 ini para wisatawan akan memilih tinggal di pedesaan dari pada mereka tinggal di hotel – hotel besar yang memiliki resiko tinggi untuk penularan wabah ini.

REKTOR UNIVERSITAS TRIATMA MULYA

Dr. Drs. I Ketut Putra Suarthana, M.M.

(5)

iv Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

Visi dan Misi Universitas Triatma Mulya adalah untuk membantu masyarakat desa untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dalam rangka membangun sumber daya manusia sebagai generasi penerus bangsa.

Kami mengucapkan terima kasih kepada para dosen yang berhasil menerbitkan buku sebagai hasil riset Ideathon Bali Kembali yang memenangkan hibah pemerintah atas pendanaan dari BNPB, pemerintah provinsi Bali dan dukungan Kemedikbud Ristek.

Kami berharap para dosen akan terus berpacu berlomba untuk meningkatkan diri dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam program Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh Bapak Menteri Kemendikbud Ristek 2020.

Teriring Salam Rektor

Dr. Drs. I Ketut Putra Suarthana, M.M.

Rektor Universitas TRIATMA MULYA

(6)

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 v

Kabupaten Tabanan sebagai salah satu Kabupaten di Bali memiliki alam yang indah dari pegunungan sampai pantai dan merupakan potensi wisata yang sangat besar. Kami berusaha mengembangkan pariwisata yang berciri khas Tabanan, yaitu pariwisata yang bernafaskan agama Hindu dengan filsafat Tri Hita Karana. Dengan dasar filsafat ini pembangunan kepariwisataan diatur sedemikian rupa sehingga benar-benar akan memperlihatkan kebudayaan Bali yang sudah memiliki nilai tinggi dan dikenal oleh seluruh dunia. Kabupaten Tabanan memiliki beberapa Daya Tarik Wisata yang sudah dikenal luas di seluruh dunia dan juga sejumlah desa wisata sebagai destinasi wisata alternatif. Pengembangan desa wisata merupakan salah satu upaya pemberdayaan masyarakat lokal untuk bersama- sama berbuat sehingga keberadaan dunia pariwisata dapat memberikan manfaat kepada desa, untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat.

Kami menyambut baik dilakukannya riset oleh Universitas Triatma Mulya terhadap desa wisata yang ada di wilayah Tabanan sebagai upaya sinergitas antara akademisi dengan masyarakat yang bergerak di sektor pariwisata. Dengan diterbitkannya buku “Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan Pada Masa Pandemi Covid 19” ini, kami mengharapkan eksistensi desa-desa wisata yang ada di wilayah Tabanan lebih dikenal secara luas. Buku ini juga diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan kita tentang bagaimana para

KATA SAMBUTAN

KEPALA DINAS PARIWISATA KABUPATEN TABANAN

I Made Sukanada, AP, S.H., M.Si

(7)

vi Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

pelaku pariwisata khususnya di desa wisata dapat mempertahankan keberlanjutan dari penyelenggaraan kegiatan kepariwisataannya di tengah-tengah kondisi yang sulit saat ini. Terbitnya buku ini juga harus dapat memberikan motivasi bagi para pelaku pariwisata di desa wisata menuju desa yang mandiri dan berdaulat dalam rangka nangun sat kerthi loka Bali melalui pembangunan semesta berencana Kabupaten Tabanan menuju Tabanan era baru yang aman unggul dan madani (AUM)

Namun kami menyadari usaha besar ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dari semua pihak, khususnya mereka yang berkompeten di sektor pariwisata termasuk kalangan akademisi ikut bersama kami terus mendukung pengembangan kepariwisataan dimaksud. Semoga ke depannya jalinan kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan akademisi ini dapat terus dilanjutkan demi untuk bersama-sama mewujudkan tujuan pembangungan di sektor pariwisata.

Semoga riset dan penerbitan buku ini bukanlah yang terakhir, melainkan awal yang baik untuk riset-riset selanjutnya yang dilakukan terhadap berbagai potensi kepariwisataan yang masih banyak kami miliki di Kabupaten Tabanan agar dapat diangkat secara optimal.

Akhir kata kami memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas diterbitkannya buku “Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan Pada Masa Pandemi Covid 19” dengan harapan wawasan keilmuan kita khususnya dalam bidang pariwisata dapat meningkat. Semoga keberadaan buku ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Om Shanti Shanti Shanti Om

(8)

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 vii Pengembangan pariwisata dan UMKM menjadi prioritas dalam pembangunan Indonesia. Membangun desa melalui UMKM dan desa wisata dimasukkan dalam RPJM Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Pandemi Covid 19 sangat melemahkan fungsi masyarakat, negara dan stakeholder lainnya. Berbagai cara diupayakan, namun karena seluruh negara di dunia terdampak, maka bantuan negara sahabatpun sulit diharapkan. Dalam kondisi seperti ini synergi dan kolaburasi merupakan dua kata yang relevan digunakan untuk penguatan institusi, organisasi dan individu. Bagi perusahaan berskala besar yang memiliki modal kuat umumnya mereka berkolaburasi pada hal-hal yang menjadi kekurangan / kelemahan mereka, sehingga ditutupi oleh partnernya. Namun untuk UMKM skala kecil, dengan pondasi yang lemah, synergi dan kolaburasi menjadi yang utama agar dapat bertahan dan berkelanjutan. UMKM bersinergi dengan desa wisata membentuk bisnis inklusif yakni bisnis yang pro-rakyat, berskala kecil namun mampu mensejahterakan masyarakat desa. Bila inklusif bisnis ini menjamur di desa melalui synergi dan kolaburasi, maka pemerataan ekonomi masyarakat akan terwujud dengan cepat pula.

Buku ini disusun sebagai hasil karya nyata para dosen dan praktisi pariwisata yang intens mendampingi UMKM dan desa wisata utamanya di Kabupaten Tabanan. Para penulis buku ini melaksanakan kegiatan pemberdayaan dan pendampingan pada desa wisata dan UMKM yang bergerak di bidang pertanian, kesenian tradisional, makanan ciri khas Bali / kuliner tradisional, peternakan yang dikolaburasi untuk mendukung desa wisata. Berbagai pengalaman dan tantangan yang dialami penulis tersirat baik dalam buku ini dan mampu memberikan gambaran yang utuh tentang desa wisata dan UMKM dari berbagai sudut pandang. Disamping sebagai karya publikasi, buku ini dipersembahkan untuk Kabupaten Tabanan dan Provinsi Bali, atas prakarsa BNPB (badan Nasional Penanggulangan Bencana) Bali yang menggandeng KEMDIKBUD-RISTEK melalui Hibah Riset Ideathon Bali Kembali.

Upaya BNPB dalam turut mempercepat resiliensi Bali pasca Covid 19 mendapat sambutan hangat dari akademisi dan masyarakat. Buku ini dapat dijadikan panduan dalam mengkemas desa wisata, mensinergikan UMKM dan mengedukasi masyarakat tentang peran akademisi, pemerintah dan media dalam meningkatkan daya saing. Beberapa kajian dalam buku ini juga

KATA PENGANTAR

(9)

viii Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

mengedepankan unsur sosial, ekonomi dan lingkungan, dimana ketiga unsur ini adalah unsur penentu keberlanjutan usaha (sustainability business).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada BNPB, Kemdikbud-Ristek, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali atas digagasnya program ini sehingga memberi manfaat yang baik bagi masyarakat desa. Ucapan terima kasih yang dalam juga kami sampaikan kepada Dr.

I Ketut Putra Suarthana, MM. selaku Rektor Universitas Triatma Mulya yang senantiasa mendukung, memfasilitasi peneliti untuk melaksanakan tri darma perguruan tinggi. Terima kasih juga kepada keluarga, masyarakat, pemerintah dan stakeholder lainnya yang memberikan kesempatan kepada para peneliti untuk belajar dan berbagi dalam membangun desa guna mencapai cita-cita negara RI. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam buku ini, saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat dibutuhkan. Terima kasih.

Bogor, 30 Oktober 2021

Dr. Ni Luh Putu Agustini Karta, S.,E.,M.M.

Agustini.karta@triatmamulya.ac.id

(10)

Daftar Isi ix ix Kata Sambutan ... iii Kata Pengantar ... v Daftar Isi ... vii Strategi Synergi Inklusif Bisnis UMKM Mendukung Desa Wisata di Desa Cepaka

Kabupaten Tabanan ... 1 Ni Luh Putu Agustini Karta, Erna Wiles, I Nyoman Suarjaya

Usaha Lokal Masyarakat Pendukung Pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan ... 11 Ni Made Ary Widiastini1, I Ketut Sida Arsa

Optimalisasi Umkm Untuk Menunjang Pengembangan Desa Wisata Perspektif Ergonomi (Preliminary Research Pada Umkm Desa Cepaka) ... 43 Ni Ketut Dewi Irwanti , M. Yusuf

Implementasi Konsep Penta Helik dalam Meningkatkan Daya Saing UMKM Pendukung Desa Wisata pada Masa Pandemi Covid 19

di Desa Cepaka ... 63 Jimmy Harry Putu Suarthana; I Ketut Sutapa; Rani Kusumo Wardani

Minuman Tradisional Teh Beras Merah Support Desa Wisata Jatiluwih, Penebel, Tabanan, Bali ... 71 Ni Luh Putu Sri Widhiastuty

Produk Wisata Pedesaan dan E-Marketing di Kabupaten Tabanan Bali ... 83 I Made Bayu Wisnawa

Pengembangan Potensi Desa Wisata Berbasis Tata Ruang Kawasan Di Desa Mengesta Kabupaten Tabanan ... 95 I Gusti Agung Bagus Widiantara

UMKM Sebagai Pendukung Pengembangan Desa Wisata Nyambu

di Kabupaten Tabanan ... 109 Fenny Sengkey, Rosvita Flaviana Osin, I Wayan Agus Anggayana

DAFTAR ISI

(11)

x Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

Farming Activity Sebagai Bentuk Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Di Ekowisata Taman Sari Buana Dan Desa Wana Giri Kauh, Kabupaten

Tabanan ... 119 Putu Agus Prayogi

Usaha Kuliner dan Desa Wisata: Sebuah Pendekatan Gastronomi Loteng Capung Sebagai Olahan Makanan Khas Desa Adat Pemanis

Biaung-Tabanan ... 127 Ni Made Hartini

Pengelolaan Homestay Di Desa Wisata Jatiluwih Kabupaten Tabanan ... 137 I Made Suwitra Wirya

Upaya Peningkatan Sadar Wisata Untuk Masyarakat Akan Potensi Alam

Di Desa Baluk ... 153 Nyoman Ayu Putri Lestari

Pelatihan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Talks As Transaction

Bagi Masyarakat Desa Wisata Kaba Kaba Kediri Tabanan ... 169 Ni Putu Yunik Anggreni , Wayan Mekarini, Putu Artila Dewi, I Made Agung Rai Antara,

I Putu Agus Suarsana Ariesta

Adaptasi Bisnis UMKM Batik Painting By Wayan Kardiana di Kabupaten Gianyar dalam Masa Pandemi Covid-19 ... 181 I Ketut Andika Priastana

Repackaging / Pengkemasan Ulang Gula Aren pada UMKM di Melaya Agar Bertahan dari Pandemi Covid 19 ... 189 Rio Dwi Jayanto

Potensi Desa Wisata Sebagai Penggerak Wellness Dan Medical Tourism ... 197 Ketut Anom Sri Kesumawati

Story Telling Pembentuk Kesan Melekat (Studi Kasus di DTW Tanah Lot

Tabanan Bali) ... 207 Ni Wayan Mekarini

Sinergi Akademisi Dan Pokdarwis Dalam Pengembangan Desa Wisata

Di Desa Petak ... 217 Ni Nyoman Nidya Trianingrum, Ni Nyoman Rusmiati, I Ketut Budiasa

(12)

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 205

STORY TELLING PEMBENTUK KESAN MELEKAT (STUDI KASUS DI DTW TANAH LOT TABANAN BALI)

Ni Wayan Mekarini Universitas Triatma Mulya Bali wayan.mekarini@triatmamulya.ac.id

ABSTRAK

Penelitian bertujuan membedah peran story telling sebelum dan sesudah kunjungan ke obyek wisata. Deskripsi obyek wisata yang dipresentasikan dengan desain yang memukau menggugah keingintahuan dan menarik minat untuk berkunjung. Narasi yang kuat tentang obyek wisata membuat rasa penasaran tentang keindahan, kegiatan dan kisah dibaliknya.

Cerita sejarah dan mitos yang berkembang di DTW Tanah Lot menyimpan daya tarik yang besar hingga membentuk kesan melekat. Keunikan yang disaksikan pengunjung dapat berkembang menjadi rekomendasi tujuan wisata kepada kolega, Jadi, presentasi obyek dalam gambar ikonik dengan narasi yang matang mampu menghubungkan wisatawan dengan obyek sebagai magnet untuk berkunjung dan kesan melekat setelah kunjungan.

1. PENDAHULUAN

Semua orang tentu sepakat bahwa kehidupan masyarakat Bali memang unik. Masyarakat Bali bisa menyapa wisatawan sekalipun belum berkenalan terlebih dahulu. Penduduk lokal biasa melempar senyuman selamat datang meskipun belum memahami ilmu hospitaliti. Kebiasaan berbagi cerita ringan dengan wisatawan dapat dilakukan di setiap waktu tanpa dibatasi gap timur-barat. Tampaknya semua bentuk keterbukaan itu merujuk pada keramahtamahan yang melekat, dalam arti tidak dibuat-buat untuk tujuan tertentu melainkan terbawa secara alamiah.

Dengan berbagai kelebihan tersebut, maka sangat pantas bila keindahan alam, kekayaan bawah laut, keunikan budaya dan gotong royong yang dikemas dalam bingkai keramahtamahan menjadi sajian yang tak ternilai.

Pakar budaya Bali menyatakan bahwa Bali adalah lokus kehidupan yang unik penuh cerita, baik lingkungan alam dan budaya (Triguna, 2011). Berbagai bentuk keunikan yang disebutkan diantaranya aktivitas masyarakat yang mengedepankan gotong royong atas setiap pekerjaan. Bila pekerjaan tergolong kecil maka kegiatan gotong royong melibatkan sanak saudara saja. Jika pekerjaan besar yang akan dihadapi maka jumlah anggota yang bergotong royong atau waktu yang digunakan bisa dibuat lebih panjang. Hal itu dapat dilihat sebagai fleksibilitas masyarakat atas waktu dengan catatan beban tugas dapat berjalan lancar dan terselesaikan. Diyakini bahwa dari gotong royong itulah terlahir konsep hidup penuh keseimbangan, seimbang antara mengerjakan tugas pribadi dan tugas sosial, seimbang

(13)

206 Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

mencari nafkah dan memberi bantuan. Keseimbangan itu meluas dan mengkristal dan perlahan-lahan menjadi identitas yang selanjutnya membentuk keterbukaan menuju kondisi harmonis, setidaknya harmoni ini dimiliki hampir setiap orang di seluruh pelosok di Bali.

Disadari bahwa setiap tempat Bali selalu memiliki cerita dan sejarah yang mengaitkannnya dengan masa lalu. Masa lalu dipandang penting karena merupakan tonggak perjalanan menuju masa kini. Akan tetapi, sejarah suatu daerah biasanya tidak tersebar luas, namun terbatas pada beberapa tokoh yang terpandang. Cerita tersebut tersimpan pada ingatan tokoh dan tetua yang bila tidak digali akan berangsur-angsur terlupakan. Hal semacam itu dapat disejajarkan dengan mitos karena merujuk pada kepercayaan akan hal- hal yang cenderung bersifat tidak tertulis dan sulit dibuktikan kebenarannya. Salah satu kelemahan cerita lisan adalah bentuknya yang tidak ajeg dari suatu tempat ke tempat lain atau dari satu narasumber dengan narasumber lainnya. Bagaimanapun juga bentuk lisan memperkaya khasanah kebudayaan dimana hal-hal yang bersifat khusus tidak disampaikan secara terbuka kepada khalayak umum melainkan menjadi warisan di kalangan setempat.

Salah satu kelisanan yang kerap menyertai sejarah suatu tempat di pedesaan di Bali meliputi asal-usul nama desa, siapa yang memberinya nama atau kaitan tempat tersebut dengan daerah lain di sekitarnya. Sejarah semacam itu dapat ditelusuri dengan mewawancari tetua atau pemuka adat seakan menggali dari tumpukan yang tersusun rapat. Bagaimana suatu tempat terbentuk, kepercayaan akan mitos tertentu bisa melengkapi kepuasan berkunjung.

Jika dibandingkan dengan keindahan alam, rupanya cerita dan mitos mampu membuat pengunjung lebih terkesan.

2. KAJIAN PUSTAKA

Keunikan Bali mungkin tidak habis diperbincangkan dalam serasehan atau semiloka. Menurut Triguna (2011) keunikan adalah magnet yang menjadi daya tarik sehingga wisatawan tetap memilih Bali sebagai tujuan berlibur sekalipun telah berulang kali berkunjung ke Bali. Salah satu bentuk keunikan yang dimaksud adalah keterbukaan masyarakat Bali kepada setiap orang baik, yang cenderung tidak membedakan warna kulit, suku maupun ras. Keunikan lain dinyatakan oleh Geriya (dalam Suwardani, 2015) yakni budaya ekspresif yang termanifestasi dalam nilai-nilai dasar, seperti nilai religius, nilai estetika, nilai solidaritas, nilai harmonis dan kedinamisan. Artinya, ada budaya untuk menyampaikan apa yang dipahami diwujudnyatakan dalam berbagai bentuk nilai.

Dalam teori pragmatik (Yule dalam Pratiwi, 1995) mencetuskan empat definisi pragmatik, masing-masing, (a) bidang yang mengkaji makna dari sisi pembicara, (b) bidang yang mengkaji makna konteks, (c) bidang yang mengkaji makna yang melebihi makna ujaran yang dikomunikasikan atau terkomunikasi, dan (d) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat. Jika definisi pragmatik tersebut

(14)

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 207 diulas lebih jauh, maka diketahui adanya beberapa makna yang berbeda sesuai sudut pandang.

Dalam salah satu definisi tersebut, pembicara adalah sentral dari makna karena perannya menyampaikan isi pembicaraan. Makna yang dimaksud oleh pembicara bisa saja tidak jelas dalam pilihan kata-kata apa yang disampaikan atau makna yang dimaksud tidak cukup terwakili oleh ujaran yang dinyatakan. Jika terdapat perbedaan makna yang tersampaikan dengan makna yang dimaksud pembicara maka pembicara bisa meralat atau mengulang pernyataannya. Disini akan terciptalah pernyataan yang lebih spesifik yang mendekati maksud asli pembicara. Bagi mitra wicara, ketidakjelasan adalah bahan pertanyaan untuk memperoleh klarifikasi. Pada tahap ini, sudah terbentuk kesepahaman antara pembicara dan mitra wicara. Jadi, definisi pragmatik yang pertama yakni pemaknaan menurut pembicara dipandang landasan pikir yang paling relevan dengan story telling. Artinya, pembicara akan mendefinisikan cerita dan sejarah yang dipahami sesuai kemampuannya. Butir-butir informasi yang disampaikan oleh pembicara disertai kepercayaan akan kebenaran informasinya menggiring mitra wicara melakukan atau merasakan kepercayaan yang sama. Dengan kaitan emosi yang sama diharapkan baik pembicara maupun mitra wicara memiliki keseragaman pemahaman tentang hal yang dibicarakan.

Selanjutnya, sebagai pengikut Austin, Yule (1996) berhasil mengembangkannya teori tindak tutur dengan berpegang pada makna ilokusi. Hasilnya berupa lima bentuk tindak tutur meliputi tindak Representatif (asertif), Direktif (impisiotif), Ekpresif (evaluatif), Komisif dan Deklaratif (isbati). Jika story telling dikaitkan dengan tindak tutur maka dapat digolongkan kedalam tindak representatif yakni tindakan mengemukakan yang diyakini penutur dan hal itu dapat mengikat penuturnya akan kebenaran yang disampaikan.

Tim Pengembang SDM Pariwisata Kemenparekraf (2020) memasukkan story telling sebagai poin penting dalam penyusunan packaging. Peranan story telling disejajarkan dengan tema, atraktif, tarif, atribut, durasi, daftar pengelola dan fasilitas. Sejalan dengan pandangan itu, story telling wajib diungkap ke permukaan sehingga dapat menjadi kesan melekat. Jika story telling tersampaikan dengan baik maka manakala wisatawan mendengar sepotong cerita maka akan langsung terkoneksi dengan objek wisata tertentu. Koneksi yang menghubungkan sepenggal cerita dengan keindahan alam dan kelak menjadi kenangan ajeg dan hampir tidak terlupakan.

Putra (2020) dalam Pariwisata Berbasis Masyarakat Model Bali, membedah berbagai desa wisata dimana peran masyarakat turut aktif dalam pengelolaannya sehingga budaya terjaga dan perekonomian bergulir secara merata. Widana (dalam Darma Putra, 2020) menujukkan salah satu model pariwisata berbasis masyarakat terjadi di DTW Tanah Lot yang pengelolaannya bergeser dari swasta dan pemerintah menjadi masyarakat lokal dan pemerintah daerah. Hak tersebut diperoleh dengan perjuangan berlandaskan Perda Bali No. 10 Tahun 1999 yang memberi hak pengelolaan objek di lingkungan desa dikelola oleh masyarakat setempat bersama pemerintah daerah. Kehadiran Perda tersebut memberi angin

(15)

208 Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

segar sehingga masyarakat mendapat manfaat secara ekonomi serta mengembangkan diri sejalan dengan kebutuhan SDM di objek wisata.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dikerjakan dengan pengumpulan data dari lokasi penelitian, dalam hal ini DTW Tanah Lot di Kabupaten Tabanan Bali. Observasi, wawancara dan studi dokumentasi menjadi teknik utama penjaringan data sementara konfirmasi data dilaksanakan melalui wawancara mendalam. Mengingat Tanah Lot sudah sangat popular untuk menikmati matahari terbenam terbaik di dunia maka hal itulah yang paling dicari pengunjung sedangkan latar belakang sejarah hanya disuguhkan sekilas padahal seyogyanya dapat menjadi daya tarik dari sisi yang berbeda. Oleh karena itu, penelitian diharapkan mampu mengidentifikasi sejarah dan mitos yang dapat ditampilkan melalui story telling sebagai penguatan daya tarik DTW Tanah Lot. Dengan kata lain, penguatan ini bermuara pada sumber daya manusia untuk menggali dan mengumpulkan informasi serta menambah keterampilan berkomunikasi terutama menyampaikan informasi secara sopan dan sistematis.

4. PEMBAHASAN

Cerita yang melatarbelakangi keberadaan objek wisata tertentu melahirkan berbagai respon pengunjung. Potongan cerita yang pernah diperoleh dari sumber lain bisa jadi dijadikan bahan untuk memperoleh klarifikasi sebagai penawar penasaran. Pengunjung lain mungkin tertegun akan keunikan cerita, namun ada juga bersikap datar sambil menanti bagian cerita lainnya. Tidak jarang wisatawan menampilkan gestur tidak percaya akan hal-hal yang berbau dongeng. Bagaimanapun juga kekuatan mitos membangun rasa penasaran dan menarik wisatawan untuk datang dan melihatnya secara langsung.

Budaya Bali bersifat dinamis sebagai pola kehidupan yang humanis-religius dimana tatanan hidup demikian padat dengan aktivitas yang dijiwai keyakinan Hindu sebanding dengan penyerapan terhadap nilai baru juga terjadi. Oleh sebab itu, keunikan budaya Bali tak pernah habis dikupas terlebih adanya kisah dan cerita yang tersimpan dalam kognisi masyarakat setempat. Bagi masyarakat Bali, wisatawan yang menikmati keindahan alam dan melihat suatu benda secara langsung baru dianggap memahami barang tersebut setelah mendapat ulasan cerita dibaliknya. Secara umum story telling digolongkan sebagai penunjang bagi magnet yang menggugah pengunjung yang akan dan sedang bahkan telah berkunjung.

Dengan demikian story telling dapat berperan dalam tiga tahapan kunjungan, yakni menggaet calon pengunjung, memberi informasi di atas harapan pengunjung dan menciptakan calon repeater berkat kesan yang terkoleksi. Dapat disimpulkan bahwa memperkenalkan keunikan latar cerita sejarah suatu lokasi melalui story telling merupakan bentuk packaging yang lebih

(16)

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 209 optimal. Upaya itu membuka peluang bagi warga masyarakat mengingat masyarakat terdekat yang paling mengenal sejarah objek tersebut. Di setiap daerah di Bali selalu ada sepenggal cerita di balik bangunan kuno, jembatan, pohon besar, bukit, tebing, sungai, dan benda-benda ritus yang menarik untuk diungkap.

1. Bentuk-bentuk story telling

Di daerah tujuan wisata Tanah Lot yang berlokasi di Desa Beraban Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan terdapat beberapa cerita sebagai bahan story telling. Berikut dijabarkan bentuk story telling yang dapat dikomunikasikan sebagai kesan melekat pada setiap wisatawan.

a. Sejarah Tanah Lot

Berdasarkan wawancara dengan pengelola DTW Tanah Lot diketahui bahwa sejarah keberadaan Pura Tanah Lot dimulai ketika hadirnya seorang Brahmana ke Bali dan singgah di tepi pantai Tanah Lot, wilayah Desa Beraban Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan. Kedatangan beliau diperkirakan di awal abad ke 15. Brahmana yang Maha Agung tersebut bergelar Danghyang Nirartha atau beliau dikenal juga dengan nama Danghyang Dwijendra. Beliau singgah dan selanjutnya membangun pertapaan sebagai tempat meditasi setelah pengembaraan beliau dari Pulau Jawa. Dengan pengetahuan spiritual yang tinggi, masyarakat yang sebelumnya kurang mengenal pengetahuan keagamaan secara perlahan diajar oleh Sang Brahmana tentang keutamaam Hyang Widhi Maha Pencipta. Usaha beliau sempat mendapat penolakan karena kesalahpahaman belaka, seperti munculnya arogansi Bendesa Beraban yang dikenal sakti merasa iri dan ingin mengusir Danghyang Niratha dari tempat meditasinya. Hal itu terjadi karena masyarakat mulai percaya kepada Sang Brahmana dibandingkan dengan sang Bendesa.

Untuk menunjukkan kedigjayaan, Danghyang Niratha mengeluarkan kesaktiannya untuk memindahkan batu besar bergeser ke arah pantai beberapa meter dari tempat asal batu tersebut. Kejadian itu menyurutkan keinginan Bendesa dan berbalik memohon maaf serta minta kesediaan beliau tinggal beberapa waktu di Desa Beraban. Sejak peristiwa itu, kehadiran Beliau diterima dengan baik sekaligus berhasil menguatkan kepercayaan mayoritas warga Bali tentang ajaran agama Hindu. Misi yang diemban adalah penyebaran pengetahuan agama Hindu karena saat itu kepercayaan masyarakat masih tercampur dengan ajaran Animisme. Di atas batu besar di tepi pantai itu kemudian dijadikan tempat bersemedi sekaligus menerima masyarakat yang hendak berguru. Tidak diketahui berapa lama beliau tinggal di Desa Beraban dan kapan beliau melanjutkan pengembaraan. Diperkirakan beliau meneruskan pengembaraan ke arah timur melalui sisi selatan Pulau Bali dan menyinggahi daerah-daerah pinggir pantai yang dilalui.

Diyakini Begawan Nirartha kemudian bertemu dengan raja Bali saat itu, yakni Raja Dalem Waturenggong yang memiliki daerah kekuasaan hingga Pulau Lombok. Raja Dalem Waturenggong berstana di Gelgel Klungkung dan berhasil melakukan ekspansi kekuasaan dengan dukungan sang Brahmana.

(17)

210 Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

b. Keris sakti

Berdasarkan informasi yang berhasil dikumpulkan dari informan terdapat satu benda peninggalan Danghyang Nirartha yang dihadiahkan untuk masyarakat Desa Beraban.

Sebelum beliau meninggalkan pertapaan, Danghyang Nirartha memberikan sebuah keris kepada Bendesa Beraban. Keris tersebut memiliki kekuatan untuk menghilangkan segala penyakit yang menyerang tanaman. Keris tersebut disimpan di Puri Kediri dan dibuatkan upacara keagamaan di Pura Tanah Lot setiap enam bulan sekali. Semenjak hal ini rutin dilakukan oleh penduduk desa Beraban, kesejahteraan penduduk sangat meningkat pesat, dengan hasil panen pertanian yang melimpah dan kehidupan masyarakat petani tampak berkecukupan.

c. Ular suci

Bersamaan dengan dibangunkan tempat pertapaan di atas bongkahan batu besar, Sang Brahmana mengibaskan selendang poleng (hitam-putih) yang melingkari pinggang beliau sebagai bentuk penciptaan penjaga agar bongkahan tidak terhanyut ke laut. Perlu diketahui bahwa konsep poleng bagi umat Hindu menunjukkan kondisi biner, hitam- putih, skala-niskala, baik-buruk, siang-malam, panas-dingin, untung-rugi, dan lain-lain.

Sejak saat itu, Pura Tanah Lot dijaga oleh lipi poleng (ular hitam-putih) yang berstana di ceruk-ceruk di pantai. Lipi poleng dapat diartikan sebagai ular penjaga di segala masa, baik siang maupun malam, dalam kondisi panas maupun hujan, secara skala (nyata) dan niskala (tak nyata). Masyarakat setempat meyakini bahwa ular tersebut bukanlah ular biasa, melainkan ular suci karena kehadirannya melalui penciptaan sang Brahmana.

Bahkan masyarakat percaya bongkahan batu dimana Pura Luhur Tanah Lot berada tidak akan pecah atau terhanyut selama para penjaga yakni lipi poleng sebagai ular suci ada ditempatnya. Ular suci tersebut memiliki ekor yang pipih dengan garis kuning di beberapa bagian. Ular tersebut dipercaya sebagai penjaga pura sekaligus menjauhkan masyarakat dari ancaman penyakit dan mala petaka. Menurut mitos yang beredar, bencana akan datang manakala muncul jenis ular penjaga berwarna merah. Artinya, keganjilan tersebut dijadikan firasat untuk lebih waspada dan selanjutnya memohon pertolongan manifestasi Hyang Widhi yang berstana di Pura Luhur Tanah Lot.

d. Air awet muda

Di Kawasan DTW Tanah Lot juga terdapat pancuran air yang berkhasiat. Jika ingin menjadi awet muda maka diharapkan meraup dengan air yang dapat diperoleh di bagian barat Pura Tanah Lot. Air yang merembes itu diyakini membuat pengunjung yang meminum atau mencuci wajah dengan air tersebut dapat menikmati kecantikan lebih lama. Air awet muda memang tidak sembarangan dapat diambil melainkan dengan bantuan pemangku atas ijin dewa penguasa laut.

e. Putus Cinta

(18)

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 211 Mitos lain yang ada di Kawasan DTW Tanah Lot adalah larangan berkunjung bagi pasangan muda-mudi yang belum menikah. Diyakini jika pasangan yang belum menikah berkunjung ke Pura Tanah Lot, hubungan mereka tidak akan bertahan lama.

Karena takut terkena dampak mitos ini, banyak pasangan yang takut berkunjung ke sana. Mitos putus cinta bagi pasangan muda-mudi yang berkunjung ke DTW Tanah Lot sesungguhnya dimaksudkan untuk menghindari adanya tindakan tak senonoh di antara pasangan muda mengingat DTW Tanah Lot merupakan kawasan suci. Apalagi lokasi objek nampak semakin memukau setelah senja datang yang diperkirakan membuat pasangan muda enggan beranjak meninggalkan lokasi yang berarti melewati waktu berkunjung. Jadi, mitos putus cinta merupakan cara menjaga kemurniaan DTW Tanah Lot dari kemungkinan adanya hubungan muda-mudi yang tidak pada tempatnya di kawasan yang disucikan itu. Gambar berikut pesona Tanah Lot senja hari dan upacara melasti (pembersihan).

(19)

212 Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

2. Peranan story telling

Dalam upaya mendongkrak kunjungan wisatawan ke Bali khususnya DTW Tanah Lot, tampaknya story telling dapat dijadikan daya pengikat agar cerita yang ada dalam pengetahuan masyarakat lokal dimanfaatkan sebagai kesan melekat dalam ingatan. Disamping itu, untaian cerita dan mitos dapat dijadikan media menyampaikan tatanan nilai yang dijunjung tinggi sehingga wisatawan dapat memahami sekaligus menghargai keunikan budaya Nusantara.

Penyampaian cerita sejarah ditujukan agar wisatawan bukan hanya mendapatkan kepuasan mata tetapi juga menyentuh sisi edukasi terkait tatanan nilai. Mengingatkan wisatawan agar terhindar dari kemungkinan tersembur ombak, tergelincir atau bencana lain yang tidak disangka sebelumnya juga tergolong usaha edukasi yang menyelamatkan jiwa. Meskipun aturan tertulis atau petunjuk yang disampaikan pihak pemandu wisata kerap diabaikan tetapi peringatan oleh petugas pengelola setidaknya mampu menjaga keamanan wisatawan selama berkujung. Apabila suatu kecelakaan terjadi di destinasi wisata tentu dapat berdampak buruk kepada pengunjung berikutnya setidaknya mengalihkan tujuan kunjungan. Kecelakaan bisa juga membuat pengunjung memberikan review rating rendah dalam hal ketidak-amanan objek untuk dikunjungi. Jadi, story telling yang bermula berkisah tentang sejarah kini harus disertai peringatan kepada pengunjung supaya setiap orang dapat menikmati kunjungan dengan nyaman.

Implementasi pepatah “Dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung’ menjadi pegangan agar wisatawan dapat menikmati keindahan dengan sebaik-baiknya. Menaiki tangga menuju pura hanya bagi kepentingan sembahyang sehingga wisatawan tidak perlu berjejal hendak menaiki tangga. Artinya, kepatuhan akan peraturan tertulis maupun tak tertulis yang diberlakukan seyogyanya tidak dilanggar. Kepatuhan sebagai bentuk menghormati dan memahami batasan setiap pihak supaya tidak ada yang merasa dilecehkan ataupun melecehkan tanpa sengaja. Nilai-nilai budaya dan tradisi warisan leluhur masyarakat Bali dilestarikan sedangkan di daerah lain mungkin tradisi serupa sudah punah. Hal itu membuat pengunjung begitu antusias sepanjang tidak melebihi batasan yang diberikan. Untuk itu, story telling bisa berperan aktif memberi informasi kesejarahan maupun peraturan bagi wisatawan agar selamata selama menikmati liburan di objek wisata.

5. SIMPULAN

Komunikasi yang berisi penyampaian cerita sejarah ditujukan agar wisatawan memperoleh kepuasan ganda yakni menikmati keindahan alam serta teredukasi dengan kisah sejarah yang mendasari keberadaan objek tertentu. Melalui story telling, pemandu dapat menjalin kedekatan yang lebih intim dengan wisatawan seraya memperkenalkan tatanan nilai masyarakat setempat. Hubungan baik dengan wisatawan memberi ruang untuk mengingatkan wisatawan agar terhindar dari musibah yang tidak diprediksi sebelumnya. Di DTW Tanah

(20)

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 213 Lot sangat mungkin terjadi kecelakaan seperti tersembur ombak, tergelincir atau diterjang air pasang. Oleh sebab itu, kehadiran story teller bisa merambah mengingatkan wisatawan demi penyelamatan dari cidera. Peran penyelamatan sangat penting mengingat tidak setiap pengunjung mematuhi aturan dan petunjuk pemandu akibat antusiame berlebih. Setidaknya, story teller dapat menjalin hubungan baik antara objek dan pengunjung melalui kisah yang dijabarkannya. Selanjutnya, kepuasan akan meningkat jika kisah tersebut berhasil menyentuh hati pengunjung sehingga nantinya menjadi kesan melekat yang tidak terlupakan. Lebih jauh, rating objek tentu melonjak sejalan dengan ulasan dan rekomendasi kepuasan pengunjung manakala dapat menikmati liburan dengan sukacita.

6. DAFTAR PUSTAKA

Darma Putra, N. 2020. Pariwisata Berbasis Masyarakat Model Bali. (Ed). Denpasar: Buku Arti.

Nesta. 1998. Masyarakat Bali dalam Kebalian yang Tersamarkan. Makalah.

Denpasar: Dirjen Kebudayaan RI.

Picard, Michel. 2006. Bali: Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata (Bali:

264 JURNAL KAJIAN BALI Volume 05, Nomor 02, Oktober 2015.

Pratiwi. 2015. Iklan Komersial pada Media Elektonik: Gaya Bahasa, Makna dan Ideologi (disertasi). Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Sedyawati, Edi. 2007. Keindonesian dalam Budaya. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Suwardani, P. 2020. Culture Tourism and Tourism Culture. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Hlm. 247–264.

Tim Pengembang SDM Pariwisata Kemenparekraf. 2020. Materi Program Pendampingan Pemberdayaan Masyarakat Desa Wisata Berbasis Pendampingan. Kerjasama Kemenparekraf, Kemendes PDTT dan Perguruan Tinggi.

Triguna, Ida Bagus Gde Yudha. 2011. Mengapa Bali Unik?. Jakarta:

Pustaka Jurnal Keluarga.

Widana, KA. 2015. Daya Tarik Wisata Tanah Lot Semakin Berkembang Sejak Dikelola Masyarakat dalam ‘Pariwisata Berbasis Masyarakat Model Bali’, Darma Putra (Ed).

Denpasar: Buku Arti. Weck, Wolfgang. 1976. Heilkunde und Volkstum auf Bali. Jakarta:

PT Intermasa.

Wolf, Martin. 2007. Globalisasi Jalan Menuju Kesejahteraan. Alih Bahasa, Samsudin Berlian. Dari, “Why Globalization Works”. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.

(21)

228 Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

TENTANG PENULIS

Ni Luh Putu Agustini Karta, berkiprah sebagai Wakil Rektor Akademik pada Triatma Mulya University in Cooperation with NHL Stenden University of Applied Science The Netherlands. Menyelesaikan Program D IV pada STP Nusa Dua Bali, Sarjana Ekonomi pada STIE IEU Yogyakarta dan melanjutkan Magister Manajemen pada STIE ABI Surabaya serta Program Doktor Pariwisata pada Universitas Udayana. Aktif sebagai Editorial Board Member IJMER International Journal, Riset Kolaburasi dengan Andhra University, Mettu University dan Toyo University. Penggiat UMKM dalam memajukan ekonomi masyarakat dan memadukan dengan desa wisata di Bali.

agustini.karta@triatmamulya.ac.id

Ni Made Ary Widiastini merupakan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha. Dia menyelesaikan D-4 di Prodi Manajemen Kepariwisataan STP Nusa Dua Bali, S-2 pada Prodi Kajian Pariwisata dan S-3 pada Prodi Kajian Budaya di Universitas Udayana. Aktif pada kegiatan pendampingan desa wisata, umkm, sebagai pengelola inkubator bisnis Undiksha, serta aktif melaksanakan penelitian terhadap entitas perempuan. Email: ary.widiastini@gmail.com

Ni Ketut Dewi Irwanti bertugas sebagai dosen di Fakultas Pariwisata Universitas Triatma Mulya. Menyelesaikan S1 Psikologi Universitas 17 Agustus Surabaya, S2 Ergonomi Fisiologi Kerja dan S3 Ilmu Kedokteran Konsentrasi Ergonomi Fisiologi Kerja Universitas Udayana. Aktif dalam membina kegiatan organisasi kemahasiswaan dan saat ini membidangi Biro Pembelajaran dan Kemahasiswaan Universitas Triatma Mulya Jimmy Harry Putu Suarthana, berkiprah sebagai Wakil Rektor Keuangan, Sumber Daya Manusia dan Informasi Teknologi pada Triatma Mulya University in Cooperation with NHL Stenden University of Applied Science The Netherlands. Menyelesaikan Program D IV pada STP Nusa Dua Bali, Bachelor Degree pada Stenden University Belanda, dan melanjutkan Magister Manajemen pada STIE Triatma Mulya, sertat sedang menyelesaikan Program Doktor Ilmu Manajemen pada Universitas Satya Wacana Salatiga. Fokus pada penyiapan informasi dan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat dan perusahaan. Putu.suarthana@triatmamulya.ac.id

(22)

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 229 I Ketut Sutapa Menyelesaikan Pendidikan S3, Doktor Manajemen Destinasi Pariwisata di Universitas Udayana, saat ini berkiprah sebagai Wakil Rector 3, Bidang Kemahasiswaan, Kerjasama dan Pemasaran.

Aktif sebagai Master Asesor BNSP dan asesor bidang pariwisata di Lembaga Sertifikasi Profesi Parindo Bali khususnya untuk profesi dibidang pengolahan makanan. Aktif juga sebagai penasehat DPW ICA _Bali (Indonesian chef association) dan auditor hotel dan villa.

Ni Luh Putu Sri Widhiastuty adalah dosen pada Fakultas Pariwisata Universitas Triatma Mulya. Dia menyelesaikan S1 di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, pada IKIP PGRI Malang, dan S2 pada Program Studi Magister Linguistik, konsentrasi Linguistik Terapan (Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa) Universitas Udayana. Aktif sebagai pengajar Bahasa Inggris Profesi Kantor Depan, Bahasa Inggris Profesi Tata Graha, Bahasa Inggris Profesi Tata Hidangan, dan Bahasa Inggris Profesi Tata Boga. Selain sebagai pengajar Bahasa Inggris Profesi, dia juga aktif sebagai asesor kompetensi pada bidang asesmen/uji kompetensi perhotelan. Email : sri.widhiastuty@triatmamulya.ac.id.

I Made Bayu Wisnawa adalah dosen pada Fakultas Pariwisata Universitas Triatma Mulya. Riwayat pendidikan menyelesaikan D-4 di Prodi Administrasi Perhotelan STP Nusa Dua Bali, S-2 pada Prodi Magister Manajemen dan Kajian Pariwisata Universitas Udayana, dan S-3 pada Prodi Doktor Pariwisata di Universitas Udayana. Sebelum bekerja sebagai dosen, memiliki pnganlaman kerja di hotel dan kapal pesiar.

Aktif pada kegiatan pendampingan desa wisata, dan melaksanakan penelitian pada bidang pemasaran pariwisata, serta wisata pedesaan.

Email: kerjabayu@gmail.com

I Gusti Agung Bagus Widiantara, Fakultas Pariwisata Universitas Triatma Mulya. Dia menyelesaikan S1 di Prodi Teknik Perencanaan Wilayah &

Kota (Planologi) ITN Malang, S-2 pada Prodi Magister Manajemen STIE Triatma Mulya. Aktif pada kegiatan pendampingan mahasiswa ataupun desa wisata dalam hal identifikasi, pengembangan potensi wisata di desa wisata, pelatihan kewirausahaan umkm, serta aktif melaksanakan penelitian identifikasi potensi wisata, perencanaan, dan pengembangan daya tarik wisata. Email: agung.widiantara@triatmamulya.ac.id

(23)

230 Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

Fenny Sengkey, S.E., M.M. pada Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia. Menyelesaikan S1 di Prodi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Indonesia, S2 pada Prodi Magister Manajemen STIE Triatma Mulya. Aktif pada kegiatan pendampingan desa wisata, UMKM, serta aktif melaksanakan penelitian pada bidang Pariwisata. Judul Penelitian ”Kinerja Dosen Pariwisata Perguruan Tinggi di Bali Ditinjau Dari Kompensasi, Kompetensi dan Motivasi” berhasil lolos dengan pendanaan kategori penelitian kompetitif nasional, skema penelitian dosen pemula pada tahun pelaksanaan 2019. Email: fennysengkey@gmail.com

Putu Agus Prayogi merupakan Dosen pada Fakultas Pariwisata Universitas Triatma Mulya. Dia menyelesaikan Pendidikan DIV Pariwisata di Prodi DIV Pariwisata Universitas Udayana, S-2 pada Prodi Kajian Pariwisata Universitas Udayana dan sekarang sedang menempuh pendidikan S-3 pada Prodi Kajian Pariwisata di Universitas Udayana. Aktif pada kegiatan pendampingan desa wisata, pelatihan pramuwisata, sebagai Ketua Program Studi pada Prodi DIV Perhotelan Universitas Triatma Mulya, serta aktif melaksanakan penelitian di bidang kepariwisataan.

Email: agus.prayogi@triatmamulya.ac.id

Ni Made Hartini lahir di Denpasar 1982, saat ini mengajar di Fakultas Bisnis dan Sosial Humaniora Universitas Triatma Mulya (Untrim).

Menyelesaikan Pendidikan S2 pada Program Magister Manajemen di Universitas Udayana. Aktif pada kegiatan pendampingan desa wisata, sebagai pengelola inkubator bisnis Untrim, serta aktif melaksanakan penelitian dan pengabdian dibidang marketing dan pengembangan pariwisata. email: made.hartini@triatmamulya.ac.id

I Made Suwitra Wirya pada Prodi D-IV Perhotelan, Fakultas Pariwisata, Universitas Triatma Mulya. Menyelesaikan pendidikan S1 pada Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi di Universitas Mahasaraswati Denpasar dan S2 pada Prodi Magister Manajemen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Triatma Mulya. Aktif pada kegiatan pendampingan desa wisata, UMKM, serta aktif melaksanakan penelitian pengembangan dan pengelolaan sumber daya pada industri perhotelan dan desa wisata.

Email: suwitra.wirya@triatmamulya.ac.id

(24)

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 231 Nyoman Ayu Putri Lestari berhombase di Fakultas Bisnis dan Sosial Humaniora Universitas Triatma Mulya. Dia menyelesaikan S-1 di Prodi PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. S-2 pada Prodi Pendidikan Dasar Universitas Pendidikan Ganesha. Email: putri.lestari@

triatmamulya.ac.id.

Ni Putu Yunik Anggreni pada Diploma III Pariwisata, Fakultas Pariwisata Universitas Triatma Mulya. Menyelesaikan pendidikan pada Program Sarjana Sastra Inggris Universitas Udayana, Program Magister Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa Universitas Udayana. Aktif pada pendampingan desa wisata seperti sebagai narasumber pelatihan Bahasa Inggris profesi bagi pemandu wisata, pengelola homestay, po kdarwis pada desa desa wisata seperti Desa Sangeh, Desa Aan, Desa Pinge, Desa Kaba Kaba, Desa Taro. Aktif dalam penelitian Pembelajaran Bahasa Inggris Profesi dan Bahasa Indonesia. Dan Aktif sebagai Asesor Bidang Kepemanduan Kepariwisataan LSP Parindo Bali.

I Ketut Andika Priastana adalah seorang dosen bidang ilmu keperawatan di Universitas Triatma Mulya. Dosen lulusan Magister Keperawatan Universitas Airlangga ini merupakan spesialisasi di bidang keperawatan komunitas, keluarga, dan gerontik (lansia) juga aktif dalam berbagai kegiatan lainnya seperti penelitian, pengabdian masyarakat, pengelolaan jurnal ilmiah, sebagai komite etik penelitian kesehatan, dan sebagai editor serta mitra bestari di berbagai jurnal ilmiah nasional dan internasional. E-mail: iketutandikapriastana@gmail.com

I Made Rio Dwijayanto dosen tetap di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Triatma Mulya. Dia menyelesaikan pendidikan S1 dan Profesi Ners di STIKES Nani Hasanudin Makassar, S2 pada Jurusan Manajemen Keperawatan di STIK Carolus Jakarta. Aktif menjalankan tugas sebagai dosen, dan menjadi koordinator program studi ilmu keperawatan di Universitas Triatma Mulya Bali Email : rio.dwijayanto@

triatmamulya.ac.id

(25)

232 Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

Ketut Anom Sri Kesumawati lahir di Badung 1990, saat ini merupakan dosen di Program Studi D III Kebidanan Universitas Triatma Mulya. Menyelesaikan pendidikan D IV Bidan Pendidik Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi, S2 pada jurusan Magister Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang. Saat ini aktif menjalankan penelitian, pengajaran dan pengabdian masyarakat dibidang kesehatan khususnya kebidanan serta menjadi koordinator program studi D III Kebidanan di Universitas Triatma Mulya. Email sri.kesuma@triatmamulya.ac.id

Ni Wayan Mekarini bertugas sebagai dosen pada Fakultas Pariwisata Universitas Triatma Mulya, Bali. Menyelesaikan Pendidikan Magister dan Doktor pada program studi Linguistik Universitas Udayana. Turut aktif dalam divisi penjaminan mutu baik sebagai auditor maupun asesor kompetensi. Peminatan penelitian berfokus pada bahasa dan dinamika sosial masyarakat seperti kesetaraan gender dan hegemoni.

Surel: wayan.mekarini@triatmamulya.ac.id

Ni Nyoman Nidya Trianingrum pada Fakultas Pariwisata. Dia menyelesaikan S1 di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Mahasaraswati, S-2 pada Prodi Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Pendidikan Ganesha. Aktif pada kegiatan pendampingan desa wisata, sebagai anggota asesor di LSP Parindo bidang Tour Guide, serta aktif melaksanakan penelitian terkait dengan pendidikan dan pariwisata.

Email: nidyatrianingrum123@gmail.com

Referensi

Dokumen terkait

Sejalan dengan yang disampaikan oleh Sulistyawan, Ikhsan Ingratubun (2020) sebagai Ketua Asosiasi UMKM Indonesia juga menyampaikan bahwa krisis pandemi COVID

Selain itu sesuatu yang dikejar dari pariwisata kabupaten Tabanan adalah bagaimana agar wisatawan tidak hanya sekedar singgah saja di Tabanan, namun juga dapat menginap di

Pariwisata di daerah sangat beragam bila bisa mengelolah potensi-potensi wisata yang ada, pemerintahan dan masyarakat daerah saling mendukung dalam berkembangnya

1) Memperbaiki kualitas produk dan layanan. Saat pandemi COVID 19 melanda dan menggerus UMKM di Indonesia, menjadi momentum bagi UMKM untuk memperbaiki kualitas

Menganalisis resiliensi UMKM Madu Trigona Queeny di Desa To’pongo, Kecamatan Lamasi, Kabupaten Luwu terhadap krisis pandemi COVID-19 Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini

Penelitian ini bertujuan untuk menggali potensi desa wisata budaya wayang kulit sebagai destinasi wisata minat khusus dan komoditas pariwisata Indonesia studi kasus Desa Wisata

38 Pengembangan UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Gianyar Kesejahteraan masyarakat merupakan suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan hidup yang layak bagi masyarakat, sehingga mampu

Hasil kegiatan ini dalam bentuk video sangat efektif untuk menyebarluaskan informasi terkait dengan UMKM dan Destinasi Wisata yang merupakan upaya dalam mempromosikan UMKM dan Destinasi