• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESILIENSI UMKM DAN DESA WISATA DI KABUPATEN TABANAN PADA MASA. PANDEMI COVID 19 (Sebuah Upaya Shifting dan Synergy dalam Bisnis Inklusif)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RESILIENSI UMKM DAN DESA WISATA DI KABUPATEN TABANAN PADA MASA. PANDEMI COVID 19 (Sebuah Upaya Shifting dan Synergy dalam Bisnis Inklusif)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata Di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 (Sebuah Upaya Shifting dan Synergy dalam Bisnis Inklusif) merupakan sebuah karya para peneliti dari Universitas Triatma Mulya, Universitas Pendidikan Ganesha dan kampus lainnya. Kondisi Covid 19 memanggil penulis dan peneliti untuk berkontribusi, menyumbangkan pemikiran mendukung upaya Pemerintah Bali bersama BNPB dan Kemdikbud Ristek dalam menanggulangi bencana Covid 19 melalui Riset Ideathon Bali Kembali. Berbagai dampak negatif yang muncul selama Pandemi Covid 19 harus dihadapi, Bali harus mampu resiliensi dengan cara shifting, sinergi, kolaborasi dengan seluruh stakeholder terkait guna mencapai Bali bangkit dan tangguh di masa depan.

Masyarakat, UMKM dan akademisi serta mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan riset ini, mampu memotivasi desa untuk membangun kembali pasca Covid 19.

Ni Luh Putu Agustini Karta, berkiprah sebagai Wakil Rektor Akademik pada Triatma Mulya University in Cooperation with NHL Stenden University of Applied Science The Netherlands. Menyelesaikan Program D IV pada STP Nusa Dua Bali, Sarjana Ekonomi pada STIE IEU Yogyakarta dan melanjutkan Magister Manajemen pada STIE ABI Surabaya serta Program Doktor Pariwisata pada Universitas Udayana. Aktif sebagai Editorial Board Member IJMER International Journal, Riset Kolaburasi dengan Andhra University, Mettu University dan Toyo University. Penggiat UMKM dalam memajukan ekonomi masyarakat dan memadukan dengan desa wisata di Bali. [email protected]

Ni Made Ary Widiastini bertugas sebagai dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha. Dia menyelesaikan D-4 di Prodi Manajemen Kepariwisataan STP Nusa Dua Bali, S-2 pada Prodi Kajian Pariwisata dan S-3 pada Prodi Kajian Budaya di Universitas Udayana. Aktif pada kegiatan pendampingan desa wisata, umkm, sebagai pengelola inkubator bisnis Undiksha, serta aktif melaksanakan penelitian terhadap entitas perempuan. Email: [email protected]

Ni Ketut Dewi Irwanti bertugas sebagai dosen di Fakultas Pariwisata Universitas Triatma Mulya. Menyelesaikan S1 Psikologi Universitas 17 Agustus Surabaya, S2 Ergonomi Fisiologi Kerja dan S3 Ilmu Kedokteran Konsentrasi Ergonomi Fisiologi Kerja Universitas Udayana. Aktif dalam membina kegiatan organisasi kemahasiswaan dan saat ini membidangi Biro Pembelajaran dan Kemahasiswaan Universitas Triatma Mulya

Jimmy Harry Putu Suarthana, berkiprah sebagai Wakil Rektor Keuangan, Sumber Daya Manusia dan Informasi Teknologi pada Triatma Mulya University in Cooperation with NHL Stenden University of Applied Science The Netherlands. Menyelesaikan Program D IV pada STP Nusa Dua Bali, Bachelor Degree pada Stenden University Belanda, dan melanjutkan Magister Manajemen pada STIE Triatma Mulya, serta sedang menyelesaikan Program Doktor Ilmu Manajemen pada Universitas Satya Wacana Salatiga. Fokus pada penyiapan informasi dan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat dan perusahaan. [email protected]

I Ketut Sutapa Menyelesaikan Pendidikan S3, Doktor Manajemen Destinasi Pariwisata di Universitas Udayana, saat ini berkiprah sebagai Wakil Rektor 3, Bidang Kemahasiswaan, Kerjasama dan Pemasaran. Aktif sebagai Master Asesor BNSP dan asesor bidang pariwisata di Lembaga Sertifikasi Profesi Parindo Bali khususnya untuk profesi di bidang pengolahan makanan. Aktif juga sebagai penasehat DPW ICA _Bali (Indonesian chef association) dan auditor hotel dan villa.

Pariwisata ISBN: 978-602-318-500-9

RESILIENSI UMKM DAN DESA WISATA DI KABUPATEN TABANAN PADA MASA PANDEMI COVID 19 (Sebuah Upaya Shifting dan Synergy dalam Bisnis Inklusif) Ni Ni

I

Book Chapter

RESILIENSI UMKM DAN DESA WISATA DI KABUPATEN TABANAN PADA

MASA PANDEMI COVID 19

(Sebuah Upaya Shifting dan Synergy dalam Bisnis Inklusif)

Ni Luh Putu Agustini Karta Ni Made Ary Widiastini

Ni Ketut Dewi Irwanti Jimmy Harry Putu Suarthana I Ketut Sutapa

9 786023 185009

(2)

BOOK CHAPTER

RESILIENSI UMKM DAN DESA WISATA DI KABUPATEN TABANAN PADA MASA

PANDEMI COVID 19

(Sebuah Upaya Shifting dan Synergy dalam Bisnis Inklusif)

Ni Luh Putu Agustini Karta Ni Made Ary Widiastini Ni Ketut Dewi Irwanti Jimmy Harry Putu Suarthana I Ketut Sutapa Ni Luh Putu Sri Widhiastuty I Made Bayu

Wisnawa I Gusti Agung Bagus Widiantara

Fenny Sengkey Putu Agus Prayogi Ni Made Hartini I Made Suwitra Wirya Nyoman Ayu Putri Lestari Ni Putu Yunik Anggreni I Ketut Andika

Priastana Rio Dwi Jayanto Ketut Anom Sri Kesumawati Ni Wayan

Mekarini Ni Nyoman Nidya Trianingrum

(3)

Book Chapter:

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 (Sebuah Upaya Shifting dan Synergy dalam Bisnis Inklusif)

Ni Luh Putu Agustini Karta, Ni Made Ary Widiastini, Ni Ketut Dewi Irwanti, Jimmy Harry Putu Suarthana, I Ketut Sutapa

Editor: Ariyanto

Edisi Asli

Hak Cipta © 2021 : Penulis

Diterbitkan : Penerbit Mitra Wacana Media Telp. : (021) 824-31931

Faks. : (021) 824-31931

Website : http//www.mitrawacanamedia.com E-mail : [email protected] Office : Vila Nusa Indah 3 Blok KE.2 No.14

Bojongkulur-Gunung Putri. Bogor

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit.

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Ni Luh Putu Agustini Karta; Ni Made Ary Widiastini; Ni Ketut Dewi Irwanti; Jimmy Harry Putu Suarthana; I Ketut Sutapa

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 Edisi Pertama

—Jakarta: Mitra Wacana Media, 2021 1 jil., 17 × 24 cm, 242 hal.

Anggota IKAPI No: 410/DKI/2010

ISBN: 978-602-318-500-9

1. Pariwisata 2. Resiliensi UMKM dan Desa Wisata I. Judul II. Ni Luh Putu Agustini Karta dkk

(4)

KATA SAMBUTAN

REKTOR UNIVERSITAS TRIATMA MULYA

Dr. Drs. I Ketut Putra Suarthana, M.M.

Saya sebagai Rektor Universitas Triatma Mulya sangat memberikan apresiasi tinggi terhadap tulisan yang mengangkat desa wisata sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang pada saat ini dikembangkan sebagai salah satu alternatif untuk mengembangkan perekonomian masyarakat.

Sesungguhnya desa wisata adalah dari masyarakat untuk masyarakat dalam artian pengolahan desa wisata melibatkan masyarakat yang berdampak terhadap sosial budaya, lingkungan, dan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu saya sangat mendorong kepada para dosen dan mahasiswa untuk memberikan pendampingan terhadap masyarakat desa yang memiliki lingkungan dan kebudayaan yang mendukung terbangunnya desa wisata yang menyerap kunjungan wisatawan ke Indonesia khususnya Bali sebagai daerah tujuan pariwisata yang sangat terkenal di dunia.

Partisipasi masyarakat sangat berdampak terhadap perekonomian masyarakat di desa, karena secara tidak langsung masyarakat desa ikut menikmati dampak pariwisata yang lebih banyak dinikmati oleh masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan yang memiliki daya tarik wisata.

Dengan adanya wabah covid 19 ini para wisatawan akan memilih tinggal di pedesaan dari pada mereka tinggal di hotel – hotel besar yang memiliki risiko tinggi untuk penularan wabah ini.

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 iii

(5)

Visi dan Misi Universitas Triatma Mulya adalah untuk membantu masyarakat desa untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dalam rangka membangun sumber daya manusia sebagai generasi penerus bangsa.

Kami mengucapkan terima kasih kepada para dosen yang berhasil menerbitkan buku sebagai hasil riset Ideathon Bali Kembali yang memenangkan hibah pemerintah atas pendanaan dari BNPB, pemerintah provinsi Bali dan dukungan Kemedikbud Ristek.

Kami berharap para dosen akan terus berpacu berlomba untuk meningkatkan diri dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam program Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh Bapak Menteri Kemendikbud Ristek 2020.

Teriring Salam Rektor

Dr. Drs. I Ketut Putra Suarthana, M.M.

Rektor Universitas TRIATMA MULYA

iv Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

(6)

KATA SAMBUTAN

KEPALA DINAS PARIWISATA KABUPATEN TABANAN

I Made Sukanada, AP, S.H., M.Si

Kabupaten Tabanan sebagai salah satu Kabupaten di Bali memiliki alam yang indah dari pegunungan sampai pantai dan merupakan potensi wisata yang sangat besar. Kami berusaha mengembangkan pariwisata yang berciri khas Tabanan, yaitu pariwisata yang bernafaskan agama Hindu dengan filsafat Tri Hita Karana.

Dengan dasar filsafat ini pembangunan kepariwisataan diatur sedemikian rupa sehingga benar-benar akan memperlihatkan kebudayaan Bali yang sudah memiliki nilai tinggi dan dikenal oleh seluruh dunia. Kabupaten Tabanan memiliki beberapa Daya Tarik Wisata yang sudah dikenal luas di seluruh dunia dan juga sejumlah desa wisata sebagai destinasi wisata alternatif. Pengembangan desa wisata merupakan salah satu upaya pemberdayaan masyarakat lokal untuk bersama-sama berbuat sehingga keberadaan dunia pariwisata dapat memberikan manfaat kepada desa, untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat.

Kami menyambut baik dilakukannya riset oleh Universitas Triatma Mulya terhadap desa wisata yang ada di wilayah Tabanan sebagai upaya sinergitas antara akademisi dengan masyarakat yang bergerak di sektor pariwisata. Dengan diterbitkannya buku “Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan Pada Masa Pandemi Covid 19” ini, kami mengharapkan eksistensi desa-desa wisata yang ada di wilayah Tabanan lebih dikenal secara luas. Buku ini juga diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan kita tentang bagaimana para

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 v

(7)

pelaku pariwisata khususnya di desa wisata dapat mempertahankan keberlanjutan dari penyelenggaraan kegiatan kepariwisataannya di tengah- tengah kondisi yang sulit saat ini. Terbitnya buku ini juga harus dapat memberikan motivasi bagi para pelaku pariwisata di desa wisata menuju desa yang mandiri dan berdaulat dalam rangka nangun sat kerthi loka Bali melalui pembangunan semesta berencana Kabupaten Tabanan menuju Tabanan era baru yang aman unggul dan madani (AUM)

Namun kami menyadari usaha besar ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dari semua pihak, khususnya mereka yang berkompeten di sektor pariwisata termasuk kalangan akademisi ikut bersama kami terus mendukung pengembangan kepariwisataan dimaksud. Semoga ke depannya jalinan kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan akademisi ini dapat terus dilanjutkan demi untuk bersama-sama mewujudkan tujuan pembangungan di sektor pariwisata. Semoga riset dan penerbitan buku ini bukanlah yang terakhir, melainkan awal yang baik untuk riset-riset selanjutnya yang dilakukan terhadap berbagai potensi kepariwisataan yang masih banyak kami miliki di Kabupaten Tabanan agar dapat diangkat secara optimal.

Akhir kata kami memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas diterbitkannya buku “Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan Pada Masa Pandemi Covid 19” dengan harapan wawasan keilmuan kita khususnya dalam bidang pariwisata dapat meningkat. Semoga keberadaan buku ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Om Shanti Shanti Shanti Om

vi Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

(8)

KATA PENGANTAR

Pengembangan pariwisata dan UMKM menjadi prioritas dalam pembangunan Indonesia.

Membangun desa melalui UMKM dan desa wisata dimasukkan dalam RPJM Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Pandemi Covid 19 sangat melemahkan fungsi masyarakat, negara dan stakeholder lainnya. Berbagai cara diupayakan, namun karena seluruh negara di dunia terdampak, maka bantuan negara sahabatpun sulit diharapkan. Dalam kondisi seperti ini synergi dan kolaburasi merupakan dua kata yang relevan digunakan untuk penguatan institusi, organisasi dan individu. Bagi perusahaan berskala besar yang memiliki modal kuat umumnya mereka berkolaburasi pada hal-hal yang menjadi kekurangan/kelemahan mereka, sehingga ditutupi oleh partnernya. Namun untuk UMKM skala kecil, dengan pondasi yang lemah, synergi dan kolaburasi menjadi yang utama agar dapat bertahan dan berkelanjutan. UMKM bersinergi dengan desa wisata membentuk bisnis inklusif yakni bisnis yang pro-rakyat, berskala kecil namun mampu mensejahterakan masyarakat desa. Bila bisnis inklusif ini menjamur di desa melalui synergi dan kolaburasi, maka pemerataan ekonomi masyarakat akan terwujud dengan cepat pula.

Buku ini disusun sebagai hasil karya nyata para dosen dan praktisi pariwisata yang intens mendampingi UMKM dan desa wisata utamanya di Kabupaten Tabanan. Para penulis buku ini melaksanakan kegiatan pemberdayaan dan pendampingan pada desa wisata dan UMKM yang bergerak di bidang pertanian, kesenian tradisional, makanan ciri khas Bali/ kuliner tradisional, peternakan yang dikolaburasi untuk mendukung desa wisata. Berbagai pengalaman dan tantangan yang dialami penulis tersirat baik dalam buku ini dan mampu memberikan gambaran yang utuh tentang desa wisata dan UMKM dari berbagai sudut pandang. Disamping sebagai karya publikasi, buku ini dipersembahkan untuk Kabupaten Tabanan dan Provinsi Bali, atas prakarsa BNPB (badan Nasional Penanggulangan Bencana) Bali yang menggandeng KEMDIKBUD-RISTEK melalui Hibah Riset Ideathon Bali Kembali. Upaya BNPB dalam turut mempercepat resiliensi Bali pasca Covid 19 mendapat sambutan hangat dari akademisi dan masyarakat. Buku ini dapat dijadikan panduan dalam mengkemas desa wisata, mensinergikan UMKM dan mengedukasi masyarakat tentang peran akademisi, pemerintah dan media dalam meningkatkan daya saing. Beberapa kajian dalam buku ini juga

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 vii

(9)

mengedepankan unsur sosial, ekonomi dan lingkungan, dimana ketiga unsur ini adalah unsur penentu keberlanjutan usaha (sustainability business).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada BNPB, Kemdikbud-Ristek, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali atas digagasnya program ini sehingga memberi manfaat yang baik bagi masyarakat desa. Ucapan terima kasih yang dalam juga kami sampaikan kepada Dr. I Ketut Putra Suarthana, MM. selaku Rektor Universitas Triatma Mulya yang senantiasa mendukung, memfasilitasi peneliti untuk melaksanakan tri darma perguruan tinggi. Terima kasih juga kepada keluarga, masyarakat, pemerintah dan stakeholder lainnya yang memberikan kesempatan kepada para peneliti untuk belajar dan berbagi dalam membangun desa guna mencapai cita-cita negara RI. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam buku ini, saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat dibutuhkan. Terima kasih.

Bogor, 30 Oktober 2021

Dr. Ni Luh Putu Agustini Karta, S.,E.,M.M.

[email protected]

viii Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

(10)

DAFTAR ISI

Kata Sambutan ... iii Kata Pengantar... v Daftar Isi ... vii

Strategi Sinergi Bisnis Inklusif UMKM Mendukung Desa Wisata di Desa Cepaka Kabupaten Tabanan 1 Ni Luh Putu Agustini Karta, Erna Wiles, I Nyoman Suarjaya

Usaha Lokal Masyarakat Pendukung Pengembangan Desa Wisata di Kabupaten

Tabanan 11

Ni Made Ary Widiastini1, I Ketut Sida Arsa

Optimalisasi UMKM untuk Menunjang Pengembangan Desa Wisata Perspektif Ergonomi (Preliminary Research pada UMKM Desa Cepaka) 43 Ni Ketut Dewi Irwanti, M. Yusuf

Implementasi Konsep Penta Helik dalam Meningkatkan Daya Saing UMKM Pendukung Desa Wisata pada Masa Pandemi Covid 19

di Desa Cepaka 63 Jimmy Harry Putu Suarthana; I Ketut Sutapa; Rani Kusumo Wardani

Minuman Tradisional Teh Beras Merah Support Desa Wisata Jatiluwih, Penebel, Tabanan, Bali 71 Ni Luh Putu Sri Widhiastuty

Produk Wisata Pedesaan dan E-Marketing di Kabupaten Tabanan Bali ... 83 I Made Bayu Wisnawa

Pengembangan Potensi Desa Wisata Berbasis Tata Ruang Kawasan Di Desa Mengesta Kabupaten Tabanan 95 I Gusti Agung Bagus Widiantara; I Putu Agus Suarsana Ariesta

UMKM Sebagai Pendukung Pengembangan Desa Wisata Nyambu

di Kabupaten Tabanan 109 Fenny Sengkey, Rosvita Flaviana Osin, I Wayan Agus Anggayana

Daftar Isi ix

(11)

Farming Activity Sebagai Bentuk Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Di Ekowisata Taman Sari Buana dan Desa Wana Giri Kauh, Kabupaten

Tabanan 118 Putu Agus Prayogi

Usaha Kuliner dan Desa Wisata: Sebuah Pendekatan Gastronomi Loteng Capung Sebagai Olahan Makanan Khas Desa Adat Pemanis

Biaung-Tabanan 126 Ni Made Hartini

Pengelolaan Homestay di Desa Wisata Jatiluwih Kabupaten Tabanan ... 136 I Made Suwitra Wirya

Upaya Peningkatan Sadar Wisata untuk Masyarakat Akan Potensi Alam

Di Desa Baluk 150 Nyoman Ayu Putri Lestari

Pelatihan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Talks As Transaction

bagi Masyarakat Desa Wisata Kaba Kaba Kediri Tabanan 166 Ni Putu Yunik Anggreni, Wayan Mekarini, Putu Artila Dewi, I Made Agung Rai Antara, I Putu Agus Suarsana Ariesta

Adaptasi Bisnis UMKM Batik Painting By Wayan Kardiana di Kabupaten Gianyar dalam Masa Pandemi Covid-19 179 I Ketut Andika Priastana

Repackaging/Pengkemasan Ulang Gula Aren pada UMKM di Melaya Agar Bertahan dari Pandemi Covid 19 187 I Made Rio Dwi Jayanto

Potensi Desa Wisata Sebagai Penggerak Wellness dan Medical Tourism ... 195 Ketut Anom Sri Kesumawati

Story Telling Pembentuk Kesan Melekat (Studi Kasus di DTW Tanah Lot

Tabanan Bali) 205 Ni Wayan Mekarini

Sinergi Akademisi dan Pokdarwis dalam Pengembangan Desa Wisata

di Desa Petak 214 Ni Nyoman Nidya Trianingrum, Ni Nyoman Rusmiati, I Ketut Budiasa

x Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

(12)

OPTIMALISASI UMKM UNTUK MENUNJANG PENGEMBANGAN DESA WISATA

PERSPEKTIF ERGONOMI

(PRELIMINARY RESEARCH PADA UMKM DESA CEPAKA)

Ni Ketut Dewi Irwanti1)

, M Yusuf2) 1Universitas Triatma Mulya Bali, 2

Politeknik Negeri Bali Email: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Peran sumber daya manusia UMKM dalam pengembangan desa wisata sangat besar.

Sumber daya manusia diandalkan sebagai salah satu asset yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan produktivitas usaha. Upaya untuk mengoptimalkan produktivitas UMKM dilakukan melalui pendekatan ergonomic yang mengupayakan terciptanya kondisi kerja yang sehat, aman, nyaman, efektif dan efisien. Melalui ergonomic, permasalahan- permasalahan yang muncul pada UMKM seperti pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yang belum sepenuhnya kondusif, bekerja pada suhu dan lingkungan yang tidak mendukung, terpapar panas dan debu, terbatasnya sarana prasarana, dan sikap atau postur kerja yang dapat meningkatkan risiko cidera otot dapat diminimalisir.

Kata kunci: Optimalisasi, Produktivitas, UMKM, Desa Wisata, Ergonomi

I. PENDAHULUAN

Pandemi covid 19 yang telah berlangsung lebih dari satu tahun mengakibatkan hampir seluruh sektor industri Pariwisata di Bali terhenti beroperasi. Dampaknya sangat dirasakan masyarakat pelaku pariwisata dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), padahal kedua sektor ini adalah sektor pendukung utama perekonomian masyarakat. Sektor pariwisata mengalami keterpurukan sampai di titik nadir. Pada bulan Juni 2020 tercatat penurunan jumlah kunjungan wisatawan mencapai –99,99% bila dibanding dengan bulan yang sama di tahun sebelumnya (BPPID Kabupaten Buleleng, 2021). Kondisi ini semakin memprihatinkan seiring diberlakukannya Perlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, padahal tercatat sebagian besar masyarakat Bali tertumpu pada sektor pariwisata dan 327.523 UMKM memberi kontribusi yang sangat besar terhadap pertumbuhan perekonomian Bali. UMKM tidak hanya berperan dalam perkembangan ekonomi tetapi juga mampu menyerap tenaga kerja dan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah dan saat ini keberadaan UMKM tersebar di seluruh kabupaten yang ada di Bali.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah pusat maupun daerah untuk dapat bertahan dan bangkit dari keterpurukan akibat pandemi. Salah satu produk wisata yang dianggap mampu Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 43

(13)

menjawab tantangan kondisi pandemi covid 19 adalah desa wisata. Desa wisata merupakan suatu wilayah yang memiliki keunikan yang dikelola secara menarik dengan pengembangan fasilitas pendukung, serta penataan kawasan yang baik sehingga mampu menghadirkan wisatawan dan menumbuhkan perekonomian masyarakat setempat.

Menparekraft, Sandiaga Uno (Kompas.com, 2021) menyebutkan bahwa desa wisata merupakan masa depan pariwisata Indonesia dan symbol kebangkitan ekonomi yang mampu memberikan rasa aman, nyaman, bersih dan sehat bagi wisatawan, sehingga diharapkan 244 desa wisata baru di Indonesia akan terbentuk di tahun 2021-2024.

Perhatian pemerintah yang besar terhadap pembangunan desa wisata ini menjadi peluang bagi UMKM untuk bersinergi dan bergerak cepat (agile) menjawab tantangan pandemi covid 19. Upaya mempercepat pertumbuhan desa wisata dengan memperkuat peran UMKM dapat dilakukan dengan menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan meningkatkan produktivitas dan performa tenaga kerja. Selama ini tenaga manusia dalam UMKM sangat diandalkan sebagai salah satu asset yang memiliki peranan penting dalam proses produksi, berbeda dengan industri besar yang mulai menggeser peran manusia dengan menggunakan teknologi yang lebih modern. Produktivitas UMKM menjadi perhatian untuk ditingkatkan karena menjadi salah satu indikator dalam keberhasilan pengembangan desa wisata (Yudhiantoro & Pujiastuti, 2015).

Untuk memaksimalkan produktivitas UMKM dibutuhkan penerapan ergonomic. Menurut Shinde & Jadaf (2012), pengembangan dalam bidang produksi dapat dilakukan dengan perbaikan ergonomic. Dari beberapa research, perbaikan ergonomic di tempat kerja menghemat biaya lebih banyak dibanding menginvestasikan modal pada komponen manusia, mesin dan peralatan, material, dan metode (4 M). Andriany (2009) menyebutkan bahwa perbaikan ergonomic mampu meningkatkan produktivitas lebih dari 10%. Perbaikan kondisi kerja seperti fasilitas kerja, metode kerja dan organisasi kerja akan memberikan kenyamanan pada pekerja. Beberapa penelitian perbaikan kondisi kerja di beberapa UMKM membuktikan terjadi peningkatan produktivitas, antara lain penelitian Sutajaya & Risttiati (2013) menemukan kondisi kerja pematung di Peliatan Ubud Bali mengalami penurunan kelelahan dan keluhan otot serta terjadi peningkatan produktivitas kerja setelah dilakukan intervensi ergonomi. Sedangkan Widodo, dkk (2019) menemukan permasalahan keamananan dan keselamatan kerja dan masalah ergonomic pada UKM Sugar wax. Ditemukan pula performa kerja yang tidak ergonomis sehingga menimbulkan kelelahan, nyeri dan gangguan kesehatan lainnya yang berdampak pada penurunan produktivitas produk pada UKM Batik Alfa Shoofa di Desa Gribig, kecamatan Gebog Kabupaten Kudus (2018).

Salah satu pusat UMKM yang saat ini sedang berkembang ada di Desa Cepaka, Slingsing Kabupaten Tabanan. Terdapat beberapa jenis UMKM yang sedang dirintis antara lain UMKM Jamur, produksi dupa, tukang ukir, warung makan babi guling, pedagang jajan bali, bakso.

Pada saat observasi pada UMKM produksi dupa dan jamur tiram ditemukan masalah-masalah

44 Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

(14)

seperti umumnya UMKM lainnya, antara lain; masih ditemukan iklim usaha, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yang belum sepenuhnya kondusif, bekerja pada suhu dan lingkungan yang tidak mendukung, terpapar panas dan debu, terbatasnya sarana prasarana, sikap atau postur kerja yang dapat meningkatkan risiko cidera otot. Kondisi ini berisiko menimbulkan munculnya keluhan-keluhan yang berpotensi menurunkan produktivitas pekerja. Padahal UMKM ini diharapkan mampu mempercepat pemulihan kondisi masyarakat di tengah pandemi covid serta berkontribusi terhadap pengembangan desa wisata yang sedang dirintis untuk mendapatkan proses pengakuan dari pemerintah. Berikut UMKM produksi dupa dan jamur tiram di Desa Cepaka Slingsing Kabupaten Tabanan Bali.

Gambar 1. UMKM Dupa di Desa Cepaka

Gambar 2. UMKM Produksi Jamur di Desa Cepaka

Dari permasalahan-permasalahan yang muncul diharapkan mendorong UMKM untuk menerapkan ergonomic supaya tercipta sistem kerja yang efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien (Grandjean & Kroemer, 2000; Manuaba, 1999; Sutjana, 2000). Setiap intervensi ergonomic yang dilakukan harus menyesuaikan kemampuan sumber daya manusia yang ada mengingat kemampuan UMKM yang masih terbatas dalam ketersediaan SDM, fasilitas, maupun metode kerja yang digunakan.

Masalah pada penelitian ini difokuskan pada kondisi kerja tidak ergonomis pada UMKM produksi dupa dan jamur. Metode yang digunakan adalah penelitian observational posttest.

Data dianalisis dan digambarkan secara deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan untuk

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 45

(15)

mengidentifikasi kondisi kerja yang ada saat ini dan dianalisis secara ergonomic melalui pendekatan SHIP dan perhitungan skor postur kerja menggunakan RULA (Rapid Upper Limb Assessment) sehingga dapat memberikan usulan perbaikan kondisi kerja pada penelitian berikutnya.

2. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ergonomi untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja di UMKM

Ergonomi merupakan salah satu bidang ilmu multidisiplin yang mengkaji aktivitas manusia beserta lingkungannya dengan prinsip fitting the job to the person (Grandjean dan Kroemer, 2000). Secara definisi, ergonomi berarti hukum kerja, dimana ergos berarti kerja dan nomos berarti norma atau hukum. Dalam arti luas, merupakan upaya menyesuaikan kebutuhan fisik dan mental suatu pekerjaan dengan manusia sebagai pekerja, sehingga mampu mencegah cedera, memperbaiki cara kerja dan kenyamanan pekerja. Jadi ergonomi berupaya menyerasikan antara tuntutan tugas, organisasi dan lingkungan dengan kapasitas pekerja sehingga tercipta kondisi kerja yang aman, nyaman, sehat, efektif dan efisien, sehingga meningkatkan produktivitas dalam rangka menuju kualitas hidup yang lebih baik (Manuaba, 2005; 2006).

Pada awal perkembangannya, ergonomi diidentikkan dengan desain peralatan. Hal ini wajar diartikan demikian, karena ergonomi lahir akibat adanya berbagai cedera pada pekerja, sehingga muncul ide memperbaiki desain alat dan tempat kerja. Oleh karena itu, saat ini ergonomi telah berkembang menjadi suatu ilmu multidisiplin dengan fokus pada manusia beraktivitas sebagai subjek kajiannya.

Ergonomi lahir dari kepedulian para ahli terhadap adanya cedera akibat aktivitas kerja repetitif. Salah satunya dilakukan oleh Bernardino Ramazzini yang mengkaji sejak awal tahun 1700, pada pekerja yang melakukan aktivitas repetitif seperti pelayan, buruh, tukang jahit, dan pekerjaan sejenis lainnya. Beberapa sumber keluhan adanya aktivitas duduk, angkat angkut, gerakan tangan. Hal ini kemudian dikenal belakangan sebagai keluhan muskuloskeletal atau repetitive strain injury.

Keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan utama sebagai sumber cedera dan sakit (Barbini dan Squadroni, 2003). Keluhan ini terutama disebabkan oleh sikap paksa dan reaksi tubuh maupun kontak dengan alat kerja dan aktivitas yang berhubungan dengan kerja manual, transportasi dan lain-lainnya. Data tersebut menunjukkan bahwa cedera dan sakit yang dialami berhubungan dengan aktivitas manusia sehari-hari yang dilakukan secara terus menerus dan berulang (Manuaba, 2005). Keadaan tersebut sering tanpa disadari sehingga dapat menimbulkan cedera sebagai dampak akut dan penyakit sebagai dampak kronis (Adiatmika, 2012).

46 Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

(16)

Selain keluhan muskuloskeletal, cedera atau penyakit yang timbul selama aktivitas bekerja, maka kondisi lingkungan tempat bekerja juga diketahui memberi kontribusi munculnya berbagai keluhan tersebut. Lingkungan dalam arti luas melibatkan lingkungan fisik, mental, biologis dan sosial budaya (Adiatmika, 2009). Hal ini menunjukkan kompleksnya masalah lingkungan tempat bekerja. Berbagai kondisi tersebut dapat menjadi hazard dan risk bagi pekerja dan bila tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan kapatasitas bekerja menurun, tidak masuk kerja, keterbatasan fungsi dan pada akhirnya menurunkan produktivitas (Adiatmika et al, 2007).

Atas semua bidang kajian tersebut, maka Prof. Adnyana Manuaba telah merangkum bidang kajian itu dalam satu konsep ergonomi yang lebih komprehensip terintegrasi dalam bentuk pendekatan ergonomi total atau total ergonomic approach yaitu penerapan teknologi tepat guna (TTG) melalui pendekatan sistemik, holistic, interdisipliner dan partisipatori (SHIP) (Manuaba, 2006). Penerapan pendekatan ergonomi total dimulai dari identifikasi masalah yang dikaji dari delapan aspek ergonomi yaitu teknis, ekonomis, ergonomis, sosial budaya, hemat energi dan tidak merusak lingkungan. Setelah diidentifikasi selanjutnya dicarikan solusi sesuai permasalahan yang ada dan dilakukan secara komprehensip melalui pendekatan yang mengacu pada aspek tugas, organisasi dan lingkungan kerja. Sehingga melalui penerapan ergonomi total diharapkan menghasilkan suatu produk yang ergonomis, diterima oleh user, mempunyai manfaat yang tinggi dan berkelanjutan.

Pendekatan ergonomi total menekankan pada pemberdayaan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari sehingga mampu mengidentifikasi, membuat prioritas, berpikir positif dalam memperbaiki dan menjaga setiap kondisi kerja dengan baik tanpa menimbulkan hal-hal yang memperburuk keadaan (Adiatmika,dkk., 2007). Oleh karena itu Pendekatan ergonomic total menggunakan pendekatan secara sistemik, holistik, interdisipliner dan partisipasi (SHIP Approach) dan menggunakan intervensi berdasarkan delapan aspek ergonomic.

Pendekatan ergonomic total telah diterapkan pada berbagai bidang kajian, bidang pekerjaan, berbagai usia. Hal ini sesuai dengan prinsip penerapan ergonomi pada semua aktivitas manusia. Penerapan pendekatan ergonomi total telah terbukti mampu meningkatkan produktivitas pekerja, pemilik perusahaan, pemerintah. Sementara tujuan akhir dari peningkatan produktivitas adalah peningkatan kualitas hidup. Kualitas hidup ini berhubungan dengan sentuhan emosional, perbaikan kondisi fisik, lingkungan yang aman dan nyaman, kondisi ekonomi yang baik serta hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan lingkungan dan hubungan manusia dengan Tuhan terlaksana dengan baik.

Dalam beberapa penelitian, ergonomic total cukup mampu meningkatkan produktivitas pekerja UMKM. Setiawan (2017) menemukan ketidakergonomisan UKM meliputi postur kerja dan desain alat yang tidak sesuai dengan kaidah ergonomic sehingga perlu dilakukan intervensi ergonomic, dan hasil intervensi ergonomic menunjukkan peningkatan produktivitas kerja.

Sedangkan Ramdany & Zalinda (2018) dalam penelitiannya menemukan kelelahan dan

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 47

(17)

keluhan otot pada pekerja pengrajin handycraft dan kemudian melakukan analisis postur kerja dengan menggunakan Nordic Body Map dan metode Rappid Upper Limb Assesment (RULA) diperoleh skor 6 (enam) yang berarti harus segera dilakukan perubahan untuk mencegah kelelahan postur tubuh yang berkepanjangan.

Permasalahan postur kerja, kondisi lingkungan, fasilitas, metode dan organisasi kerja yang tidak memenuhi kaidah-kaidah ergonomic menjadi masalah dan menghambat produktivitas pekerja UMKM. Dalam beberapa penelitian juga disebutkan bahwa permasalahan ergonomic yang tidak ditangani akan menurunkan tidak hanya produktivitas pekerja tetapi akan menurunkan produktivitas organisasi secara keseluruhan.

2.2 Ergonomi Mikro dan Ergonomi Makro

Egonomi merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi- informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baiksehingga mencapai tujuan yang diinginkan secara efektif, aman, dan nyaman. Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya: penentuan jumlah jam kerja, jam istirahat, pemilihan jadwal shift/pergantian waktu kerja, meningkatkan variasi pekerjaan, dan sebagainya. Ergonomi juga bisa berperan pada desain alat, layout kerja, desain perangkat lunak dan sebagainya karena dengan semakin banyaknya tuntutan kerja dan pekerjaan yang berkaitan dengan komputer. Peran ergonomic yang banyak dijadikan perhatian adalah optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia ditempat kerja.

Secara umum ada dua cabang ilmu penting dalam ergonomic yaitu ergonomi mikro dan ergonomi makro. Mikro Ergonomi umumnya hanya fokus kepada satu masalah di tempat kerja seperti masalah postur kerja, frekuensi dan beban kerja tanpa melihat seluruh organisasi pekerjaan. Dalam skala mikro, ergonomi diaplikasikan untuk meningkatkan produktivitas kerja melalui perbaikan postur kerja, ruang kerja, lay out kerja, lingkungan kerja, ataupun peralatan kerja. Aplikasi ergonomic ini sangat perlu dilakukan karena banyak permasalahan ergonomic terutama pada industri kecil dan menengah, bukan hanya untuk meningkatkan produktivitas dan kesehatan kerja para pekerja, akan tetapi perlu juga untuk meningkatkan penghasilan pekerja atau ekonomi perusahaan (Manuaba, 2005).

Sedangkan ergonomi makro lebih dikenal sebagai subdisiplin ergonomi yang terkait dengan hubungan manusia, organisasi dan teknologi. Ergonomi makro mengintegrasikan berbagai pengetahuan, metode, dan peralatan dari sistem sosio-teknik, psikologi industri, rancang-bangun sistem, ergonomi fisik, dan ergonomi teori. Bisanya makro Ergonomik membahas struktur dan organisasi arah pekerjaan terkait dengan tugas, isi, dan faktor waktu. Target Makro Ergonomik bukanlah tempat kerja yang tunggal seperti dalam Mikro Ergonomik, namun lebih ke interaksi beberapa tempat kerja secara bersamaan.

48 Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

(18)

Permasalahan ergonomi di UMKM yang ada sekarang ini meliputi permasalahan pada mikro ergonomic dan makro ergonomic. Secara mikro permasalahan yang ada meliputi: postur kerja, jam kerja, peralatan kerja, dan lingkungan kerja. Pada postur kerja contoh yang nyata adalah posisi kerja yang membungkuk, posisi canggung (awkward posture), posisi duduk yang tidak tepat/tidak alamiah sehingga akan menimbulkan cepat lelah, sakit pada system otot skeletal, dan dalam jangka panjang akan merubah struktur tubuh pekerja secara fisiologis. Permasalahan jam kerja biasanya juga terjadi karena bekerja terlalu lama, terlalu lelah karena mengejar penghasilan atau target produksi dengan jumlah tertentu yang diharuskan lembur karena jumlah pekerja terbatas. Tidak ada shift kerja sehingga satu atau dua orang pekerja melakukan pekerjaan dari pagi hingga malam.

Peralatan kerja yang biasanya digunakan adalah peralatan tradisional, tidak ada alat khusus yang membantu pekerjaan sehingga penyelesaian pekerjaan tidak optimal.

Secara makro ergonomic, permasalahan yang terjadi di UMKM adalah permasalahan organisasi perja. Biasanya tidak ada pengorganisasian yang baik, baik dari segi struktur organisasinya, jam kerja, hingga ke manajemen keuangan. Di UMKM desa Cepaka kabupaten Badung, Bali, berdasarkan hasil observasi biasanya organisasi kerja dilakukan dengan pengorganisasian kekeluargaan, seorang bapak biasanya menjadi kepala manajemen. Pekerja yang ada biasanya adalah istri, anak, saudara, atau tetangga terdekat.

Pengaturan keuangan juga demikian, belum menggunakan akuntansi/pencatatan yang baik.

Biasanya hanya menggunakan akuntansi biasa atau malah hanya berdasarkan ingatan antara berapa besar modal dan berapa besar pengeluaran.

3. PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Pekerja di UMKM

Hasil analisis terhadap data karakteristik pekerja di UMKM Desa Cepaka meliputi variabel umur, berat badan, tinggi badan, dan IMT disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian

UMKM Variabel Rerata SB Rentangan

Umur 35,5 12,76 24–45

Produksi Dupa Tinggi Badan 166,75 3,86 159,5 – 168

Berat Badan 63,75 6,70 59,5 – 69,5

IMT 20,69 2,90 18,3 – 23,1

Umur 45,5 5,12 31–49

Produksi Jamur Tiram Tinggi Badan 161,5 4,62 155 – 165

Berat Badan 60,5 3,17 56 – 65,5

IMT 19,4 2,90 18,1 – 22,7

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 49

(19)

Rerata umur subjek di UMKM produksi dupa dan jamur menunjukkan pekerja berada pada usia produktif. Menurut Badan Pusat Statistika, usia produktif seseorang berada pada rentang 16-64 tahun ketika masih mampu menghasilkan produk maupun jasa (Arwani, 2016).

Indeks Massa Tubuh pada masing-masing pekerja UMKM menunjukkan subjek tergolong normal tidak gemuk dan tidak kurus. Karakteristik subjek berpengaruh terhadap pekerjaan.

Kroemer dan Grandjean (2009) menyatakan puncak kekuatan otot pada pria dan wanita antara usia 25-35 tahun, sedangkan performansi kerja sebesar 96% dalam beraktivitas pada umur 40 tahun. Choobineh et al (2007) menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki massa tubuh abnormal berisiko mengalami keluhan musculoskeletal di daerah punggung dua kali lipat lebih tinggi disbanding dengan yang memiliki indeks massa tubuh normal.

Karakteristik pekerja ini penting untuk di ketahui, berkenaan dengan Kesehatan tubuh dan pengalaman kerja. Kesehatan tubuh secara fisik bisa dilihat dari indeks masa tubuh (IMT) apakah tergolong normal, kurus, atau gemuk. Pekerja yang kurus atau pekerja yang gemuk akan mendapatkan risiko yang lebih besar Ketika melakukan suatu pekerjaan tertentu dibanding dengan tubuh yang normal.

Pengalaman kerja pada karakteristik subjek/pekerja ini juga berperan penting karena berkaitan dengan tingkat keahlian atau ketrampilan dalam melakukan/menyelesaikan pekerjaannya. Dalam pembuatan dupa misalkan pada UMKM ini, memerlukan ketrampilan tertentu sehingga hasil yang diperoleh benar-benar berkualitas dan sesuai harapan. Demikian juga pada proses pemeliharaan tanaman jamur pada UMKM yang lain, memerlukan ketrampilan tertentu sehingga jamur yang dihasilkan benar-benar bermutu dan mempunyai nilai jual yang tinggi. Semakin lama pengalaman kerja dari para pekerja, biasanya akan semakin terampil dan hasilnya semakin baik.

3.2 Kondisi Lingkungan Kerja

Kondisi mikroklimat ke 4 UMKM tampak pada Tabel 2.

Tabel 2. Kondisi Lingkungan Kerja

UMKM Variabel Hasil pengukuran

Rerata SB

Suhu basah (°C) 29,1 3,1

Suhu kering (°C) 32,4 2,9

Produksi Dupa Kelembaban relative (%) 76,8 5,2

Intensitas cahaya (lux) 479,8 67,3

Intensitas suara (dB) 69,3 7,9

Suhu basah (°C) 28,4 4,3

Suhu kering (°C) 30,3 3,7

Produksi Jamur Tiram Kelembaban relative (%) 85,7 10,6

Intensitas cahaya (lux) 365,9 47,3

Intensitas suara (dB) 67,8 3,2

50 Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

(20)

Kondisi mikroklimat pada UMKM produksi dupa memiliki karakteristik lingkungan tersendiri. Pekerja berpotensi terpapar debu yang dihasilkan dari olahan kayu yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan dupa dan terpapar suhu panas. Hal ini diperkuat oleh pemilik usaha yang menyebutkan bahwa paparan debu pada pemrosesan dan penggilingan serbuk kayu cukup tinggi, ditambah pekerja tidak menggunakan APD. Debu adalah partikel yang dihasilkan oleh proses mekanisme seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan organik maupun anorganik, misalnya debu kayu, arang batu, butir-butir zat dan sebagainya (Suma’mur, 2011).

Menurut Mukino (2008) banyak factor yang mempengaruhi pencemaran udara. Suhu udara yang tinggi menyebabkan udara semakin renggang sehingga konsentrasi udara semakin rendah begitu pula sebaliknya. Dalam peraturan Menteri Kesehatan No 1405/Menkes/SK/

XI/2002 suhu yang tepat untuk penyelenggaraan kesehatan lingkungan kerja berkisar 18-30°C.

Konsentrasi debu di udara juga dipengaruhi oleh kelembaban udara. Pada kelembaban udara yang tinggi maka kadar uap air di udara dapat bereaksi dengan pencemar udara menjadi zat lain yang berbahaya (Subarkah dkk, 2017). Kondisi ini dapat mempengaruhi produktivitas pekerja.

Kelembaban udara dalam penyelenggaran kesehatan lingkungan sebesar 65-95% (Permenkes, 2002). Sedangkan untuk intensitas pencahayaan tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Dilihat dari kondisi pencahayaan pada UMKM produksi dupa dan jamur tiram menunjukkan pencahayaan masih termasuk dalam batas toleransi. Intensitas penerangan standar IESAN (2000) untuk beberapa jenis pekerjaan sebagai berikut:

a. Ruang kerja dimana tugas visual jarang-jarang dilakukan membutuhkan penerangan sebesar 100 lux

b. Untuk pekerjaan agak teliti membutuhkan intensitas penerangan sebesar 200 lux c. Untuk pekerjaan membedakan barang kecil dan halus 300 lux

d. Penerangan yang cukup utnuk pekerjaan membeda-bedakan barang halus dan kontras harus mempunyai penerangan paling sedikit 500-1000 lux

e. Penerangan yang cukup untuk membeda-bedakan sangat halus dan kontras dalam waktu lama membutuhkan intensitas penerangan paling sedikit 2000 lux

Hasil pengukuran intensitas kebisingan pada UMKM produksi dupa mencapai 90 dBA intensitas tersebut melebihi ketentuan Kemenakertrans No 13/Men/X/2011. Nilai ambang batas intensitas suara tertinggi yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan gangguan pendengaran untuk waktu kerja tidak lebih dari 8 jam sehari sebesar 85 dB.

Faktor Lingkungan kerja pada UMKM produksi dupa berpengaruh pada hasil produksi.

Misalkan pada UMKM pembuatan Dupa. Proses pembuatan dupa ini pada tahap akhir yaitu pengeringan, bergantung pada panas matahari. Hasil produksi dupa di jemur agar kering dan berkualitas. Hasil pengeringan tidak akan baik/tidak optimal jika kondisi mendung atau malah tuun hujan, sehingga produksi dupa akan terganggu di musim hujan. Selain factor pengeringan yang bergantung pada sinar matahari, juga bergantung pada kelembaban ruangan

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 51

(21)

pada ruang penyimpanan dupa, jika ruang penyimpanan hasil produksi dupa terlalu lembab akan menurunkan kualitas dupa.

Pada produksi Jamur tiram, lingkungan pekerja berada dalam satu ruangan besar dengan tanaman jamur, ruangan jamur ini biasanya dibuat lembab agar jamur bisa tumbuh optimal.

pekerja tidak boleh terlalu lama dalam ruangan lembab karena dalam jangka waktu lama akan mempengaruhi tubuh pekerja secara fisiologis seperti muncul berbagai penyakit pada system pernafasan. Proses pengolahan hasil panen seperti pembersihan, penimbangan, pengepakan harus dilakukan di luar ruangan produksi jamur agar tidak terlalu lembab, atau ruangan pengolahan pasca panen dilakukan penyekatan agar bisa diberikan ventilasi yang cukup.

3.3 Analisis Beban Kerja

Beban kerja pada pekerja UMKM produksi dupa dan UMKM Produksi Jamur Tiram diukur melalui denyut nadi kerja, kelelahan dan keluhan otot skeletal serta analisis RULA.

Denyut nadi kerja yang diukur menggunakan metode 10 denyut, kelelahan menggunakan kuesioner 30 item of rating scale dan keluhan otot menggunakan Nordic body Map.

Kategori berat ringannya beban kerja dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Kategori Beban Kerja

Kategori beban kerja Denyut nadi (denyut/min)

Sangat ringan 60-75

Ringan 75-100

Sedang 100-125

Berat 125-150

Sangat berat 150-175

Sangat berat sekali >175

Hasil perhitungan denyut nadi istirahat (DNI) dan denyut nadi kerja (DNK) disajikan pada Tabel 4

Tabel 4. Hasil Penghitungan Denyut Nadi Istirahat (DNI) dan Denyut Nadi Kerja (DNK)

UMKM Variabel Mean (dpm) SD t P

Produksi Dupa DNI 68,76 3,05

-32,03 0,000

DNK 121,81 2,02

Produksi Jamur DNI 71,51 4,72

-17,8 0,000

DNK 118,26 3,44

Berdasarkan perhitungan denyut nadi diketahui bahwa beban kerja pekerja produksi dupa berada pada batas nilai beban kerja sedang dan berat dengan rerata denyut nadi kerja sebesar 125,81 denyut per menit. Sehingga perlu dilakukan perbaikan kondisi kerja.

52 Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

(22)

Tabel 5. Hasil Analisis Kelelahan dan Keluhan Otot Skeletal

UMKM Variabel Waktu Rerata SD t p

Kelelahan Sebelum kerja 44,13 2,50

-23,56 0,004 Setelah kerja 82,25 6,80

Produksi Dupa

Keluhan Otot Sebelum kerja 33,30 2,86

-19,79 0,000 Setelah kerja 70,25 2,56

Kelelahan

Sebelum kerja 38,47 3,12

-29,18 0,000

Produksi Jamur Setelah kerja 76,23 4,29

Tiram

Keluhan Otot Sebelum kerja 36,22 2,19

-16,93 0,000 Setelah kerja 72,91 5,37

Dari Tabel 5 di atas tampak terjadi peningkatan yang signifikan pada kelelahan pekerja produksi dupa sebesar 46,34% dan 52,60% pada keluhan otot sedangkan pada jamur tiram terjadi peningkatan kelelahan dan keluhan otot masing-masing sebesar 50%. Mengacu pada klasifikasi kelelahan yang disampaikan Tarwaka (2010), maka jika rerata kelelahan di atas 75 berada dalam kategori kelelahan tinggi, dan jika mengacu pada klasifikasi keluhan otot yang menyebutkan bahwa rerata keluhan otot di atas 71 termasuk risiko tinggi, sehingga perlu dilakukan perbaikan kondisi kerja pada UMKM Dupa dan Jamur Tiram. Sutajaya & Citrawathi (2000) menyatakan bahwa keluhan subjektif berupa kelelahan dan keluhan otot skeletal dapat diturunkan secara signifikan (p<0,05) pada subjek dengan melakukan perbaikan pada stasiun kerja dan postur kerja yang lebih ergonomis.

Saat observasi, ditemukan juga permasalahan pada postur kerja. Postur kerja merupakan posisi tubuh ketika melakukan aktivitas yang didasarkan atas posisi dan pergerakan tubuh.

Bridger (2003) menyebutkan posisi atau postur tubuh ketika melakukan aktivitas terdiri dari;

1) postur tubuh alami, yaitu posisi dimana tubuh tidak mengalami kontraksi berlebihan yang dapat mengakibatkan bagian dari organ tubuh, saraf, otot, dan tulang mengalami pergeseran, 2) postur tubuh tidak alamiah (awkward postur) yaitu posisi tubuh menjauh dari posisi alami.

Postur tidak alamiah dapat menimbulkan ketegangan pada otot, ligament dan persendian sehingga berisiko menimbulkan rasa nyeri atau sakit pada jaringan-jaringan otot.

Perhitungan postur kerja dilakukan dengan analisis RULA, disajikan pada Tabel 7.

Metode RULA dikembangkan untuk mendeteksi atau menilai postur, gaya, gerakan yang berisiko pada tubuh bagian atas yang kemudian dianalisis untuk dapat dilakukan perbaikan (Lueder et al, 1996). Dari nilai RULA yang telah diperoleh, maka dapat diketahui tingkat kebutuhan perbaikan postur tubuh seperti pada Tabel 6 berikut:

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 53

(23)

Tabel 6. Tabel RULA

Score Risk Level Keterangan

1—2 Postur diterima Postur tubuh sudah baik dan tidak diperlukan adanya perubahan atau intervensi

3—4 Perlu penyelidikan lebih Diperlukan peninjauan lebih lanjut dan

lanjut memungkinkan untuk memerlukan perubahan

5—6 Segera lakukan Perlu peninjauan lebih dalam dan diperlukan penyelidikan lebih lanjut perubahan sesegera mungkin untuk menghindari dan lakukan perubahan risiko kerja

7+ Segera Tingkat risiko kerja sangat tinggi sehingga postur mengimplementasikan tubuh harus ditinjau dan diperlukan perubahan

perubahan secara menyeluruh

Sumber: McAtamney, et al (1993)

Permasalahan postur kerja yang ditemukan pada pengrajin dupa tampak dari proses penggilingan serbuk kayu, pencetakan dupa, sampai proses pengeringan. Postur kerja pada proses pembuatan dupa seperti pada gambar berikut.

Gambar. 3 Proses Penggilingan serbuk kayu

Dalam proses penggilingan serbuk kayu, postur tubuh pekerja tidak fisiologis seperti pada Gambar 1. Postur kerja membungkuk (bending) dan memutar (twisting) saat mengangkat beban kurang lebih 10 kg sekali angkat ke mesin penggilingan. Menurut Humantech (2003), punggung berpotensi mengalami cidera otot bila posisi badan membungkuk membentuk sudut 20° terhadap vertical dan berputar dengan beban objek ≥9 kg, durasi ≥10 detik, dan frekuensi ≥ 4 jam/hari.

54 Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

(24)

Gambar 4. Postur tidak alamiah pada Punggung

Sumber: Humantech, 1995

Hasil analisis RULA postur tubuh pekerja pada proses penggilingan serbuk kayu diperoleh skor RULA pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Skor Analisis RULA proses penggilingan serbuk kayu

Body Group A Postur Rating Skor Body Group B Postur Rating Skor

1. Lengan bagian atas (kanan) 4 11. Leher 3

2. Lengan bagian bawah (kanan) 2 12. Badan 4

3. Pergelangan tangan (kanan) 3 13. Kaki 1

4. Memutar pergelangan tangan (kanan) 1 14. Penggunaan otot+kekuatan 0 5. Penggunaan otot dan beban paksa (kanan) 1 Skor postur (Tabel B) 5

6. Lengan atas (kiri) 3 Final skor leher, badan dan kaki 5

7. Lengan bawah (kiri) 1

8. Pergelangan tangan (kiri) 2

9. Memutar pergelangan tangan (kiri) 1 10. Penggunaan otot dan beban paksa (kiri) 1

Skor postur-kanan (tabel A) 4

Skor postur-kiri (tabel A) 4

Final skor lengan & pergelangan tangan-kanan 5 Final skor lengan & pergelangan tangan-kiri 5

SKOR RULA (KANAN) SKOR RULA (KIRI)

Action level: 3 Action level: 3

Hasil analisis RULA pada proses penggilingan serbuk kayu berada pada action level 3 yaitu diperlukan peninjauan lebih lanjut dan memungkinkan untuk diperlukan perubahan postur kerja dengan mengubah bidang kerja. Tampak pada proses pencetakan dupa (Gambar 5), postur pekerja membungkuk (bending) karena bidang kerja tidak sesuai dengan dimensi atau ketinggian tubuh pekerja. Tampak bidang kerja jauh di bawah tinggi siku berdiri.

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 55

(25)

Kroemer (2000) menyebutkan untuk pekerjaan ringan yang membutuhkan sedikit ketelitian, ketinggian bidang kerja 5 cm di bawah siku berdiri pekerja. Berikut proses pencetakan dupa

Gambar 5. Proses Pencetakan Dupa

Sumber: dokumentasi pribadi (2021)

Pekerjaan pada proses pencetakan dupa, tampak pekerja melakukan gerakan repetitive (berulang-ulang) dengan postur kerja berdiri sehingga berpotensi menimbulkan kelelahan dan keluhan otot pada beberapa bagian tubuh seperti punggung, pinggang, bahu, leher, lengan dan betis. Menurut Santoso (2013) postur kerja berdiri merupakan sikap siaga sehingga aktivitas kerja dapat dilakukan lebih cepat dan kuat namun pekerjaan dengan postur kerja berdiri dapat menyebabkan kelelahan dan terjadi fraktur pada tulang belakang.

Tabel 8. Hasil Skor Analisis RULA Pada Proses Produksi Dupa

Body Group A Postur Rating Skor Body Group B Postur Rating Skor

1. Lengan bagian atas (kanan) 2 11. Leher 2

2. Lengan bagian bawah (kanan) 1 12. Badan 3

3. Pergelangan tangan (kanan) 3 13. Kaki 1

4. Memutar pergelangan tangan (kanan) 1 14. Penggunaan otot+kekuatan 0 5. Penggunaan otot dan beban paksa (kanan) 1 Skor postur (Tabel B) 4

6. Lengan atas (kiri) 1 Final skor leher, badan dan kaki 4

7. Lengan bawah (kiri) 1

8. Pergelangan tangan (kiri) 1

9. Memutar pergelangan tangan (kiri) 1 10. Penggunaan otot dan beban paksa (kiri) 2

Skor postur-kanan (tabel A) 3

Skor postur-kiri (tabel A) 1

Final skor lengan & pergelangan tangan-kanan 4 Final skor lengan & pergelangan tangan-kiri 3

SKOR RULA (KANAN) SKOR RULA (KIRI)

Action level: 3 Action level: 3

56 Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

(26)

Hasil analisis RULA pada proses pencetakan dupa berada pada action level yang sama dengan proses penggilingan serbuk kayu. Diperlukan beberapa upaya untuk mengurangi ketegangan otot pada posisi berdiri, misalnya pekerja disediakan kursi yang ergonomis. Posisi duduk dengan kursi yang sesuai dengan dimensi tubuh pekerja akan memberikan kesempatan relaksasi pada bagian-bagian otot tertentu. Persyaratan tempat duduk menurut Kroemer dan Grandjean (2000):1) Ukuran tinggi alas duduk disarankan 40–48 cm dari lantai, 2) Alas duduk sebaiknya agak miring ke belakang dengan sudut kemiringan antara 14° sampai dengan 24°

dari bidang horizonta, tujuannya supaya tubuh tidak merosot ke depan pada saat duduk

3) desain tepi depan alas duduk sebaiknya agak bulat dan dibuat lebih tinggi antara 4° – 6°

dari alas duduk. 4) Luas alas duduk disesuaikan dengan ukuran bokong antara 40 – 45 cm melintang dan 38 – 42 cm membujur, 5) Sandaran pinggang dan punggung sebaiknya dibuat miring ke belakang dengan sudut 105° – 110° dari alas duduk. Bentuk sandaran pinggang dan punggung sebaiknya disesuaikan dengan lengkung vertebrae pada tubuh manusia. Sandaran tersebut akan menopang punggung dan pinggang dengan baik bila ukuran tingginya 48 – 50 cm dan lebarnya 32 – 36 cm.

Berikutnya pada proses penjemuran, postur pekerja tampak seperti gambar 3. Postur membungkuk saat mengangkat beban pada proses penjemuran berisiko tinggi mengalami cidera tulang belakang (low back pain) jika dilakukan dalam jangka waktu lama.

Gambar 6. Postur Tubuh Membungkuk

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2021)

Permasalahan mengangkat beban dengan membungkuk dan posisi kaki lurus dapat diupayakan dengan punggung atau tulang belakang lurus dan posisi lutut menekuk, sehingga mengurangi beban pada tulang belakang. Hasil analisis RULA pada proses menjemur dupa diperoleh hasil sebagai berikut.

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 57

(27)

Tabel 9. Hasil Skor Analisis RULA Pada Proses Pengeringan Dupa

Body Group A Postur Rating Skor Body Group B Postur Rating Skor

1. Lengan bagian atas (kanan) 2 11. Leher 4

2. Lengan bagian bawah (kanan) 2 12. Badan 4

3. Pergelangan tangan (kanan) 3 13. Kaki 1

4. Memutar pergelangan tangan (kanan) 1 14. Penggunaan otot+kekuatan 1 5. Penggunaan otot dan beban paksa (kanan) 1 Skor postur (Tabel B) 7

6. Lengan atas (kiri) 2 Final skor leher, badan dan kaki 8

7. Lengan bawah (kiri) 2

8. Pergelangan tangan (kiri) 3

9. Memutar pergelangan tangan (kiri) 1 10. Penggunaan otot dan beban paksa (kiri) 1

Skor postur-kanan (tabel A) 3

Skor postur-kiri (tabel A) 3

Final skor lengan & pergelangan tangan-kanan 4 Final skor lengan & pergelangan tangan-kiri 4

SKOR RULA (KANAN) SKOR RULA (KIRI)

Action level 4 Action level 4

Hasil analisis RULA pada proses penggilingan serbuk kayu berada pada action level 4 sehingga diperlukan peninjauan lebih lanjut dan diperlukan perubahan postur kerja dengan beberapa cara antara lain, dengan menempatkan dupa pada meja atau pada rak-rak.

Berikutnya pada proses pengolahan hasil jamur tiram pasca panen terdapat pula permasalah pada postur kerja para pekerja. Pekerja duduk pada dipan sambal memilah jamur, meninbang jamur, dan membungkus jamur.

Gambar 7. Postur Kerja Pengolahan Jamur Pasca Panen

Posisi duduk tersebut tidak fisiologis atau tidak alamiah, bisa menimbulkan cepat lelah, cepat sakit pada bagian otot tertentu. Terlebih lagi posisi duduk harus sedikit memuntir (twisting) untuk melakukan pekerjaan. Hasil perhitungan dari skor RULA adalah sebagai berikut.

58 Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

(28)

Tabel 10 Skor RULA pada Pengolahan pasca panen Jamur Tiram

Body Group A Postur Rating Skor Body Group B Postur Rating Skor

1. Lengan bagian atas (kanan) 2 11. Leher 2

2. Lengan bagian bawah (kanan) 3 12. Badan 4

3. Pergelangan tangan (kanan) 3 13. Kaki 1

4. Memutar pergelangan tangan (kanan) 1 14. Penggunaan otot+kekuatan 0 5. Penggunaan otot dan beban paksa (kanan) 1 Skor postur (Tabel B) 5

6. Lengan atas (kiri) 2 Final skor leher, badan dan kaki 5

7. Lengan bawah (kiri) 2

8. Pergelangan tangan (kiri) 3

9. Memutar pergelangan tangan (kiri) 1 10. Penggunaan otot dan beban paksa (kiri) 1

Skor postur-kanan (tabel A) 4

Skor postur-kiri (tabel A) 3

Final skor lengan & pergelangan tangan-kanan 5 Final skor lengan & pergelangan tangan-kiri 4

SKOR RULA (KANAN) SKOR RULA (KIRI)

Action level 4 Action level 4

Berdasarkan hasil skor RULA, maka sangat diperlukan untuk perbaikan kondisi pekerja UMKM, baik dari segi stasiun kerja maupun dari segi peralatan kerja. Jika dilakukan perbaikan maka perbaikan tersebut akan menjadikan optimalnya pekerjaan, akan meningkatkan hasil produksi dan produktivitas pekerja, sehingga penghasilan UMKM meningkat dan optimalisasi desa wisata juga akan tercapai.

4. SIMPULAN DAN SARAN

UMKM di Desa Cepaka perlu dioptimalkan agar bisa mendukung lebih baik dibentuknya desa wisata di Kabupaten Tabanan. Optimalisasi ini bisa dilakukan dengan cara memberikan solusi terhadap permasalahan ergonomic yang muncul pada UMKM. Permasalahan ergonomic pada UMKM produksi dupa dan jamur di Desa Cepaka Slingsing Kabupaten Tabanan Bali bersumber dari; 1) faktor tugas berupa beban pekerjaan melebihi kapasitas pekerja, ketinggian alat atau fasilitas kerja (mesin pencetak dupa) yang tidak sesuai dengan dimensi tubuh pekerja sehingga menimbulkan beban kerja paksa dan menyebabkan postur tubuh tidak alamiah, 2) factor oraganisasi kerja, disebabkan pengaturan waktu istirahat kerja tanpa nutrisi tambahan, 3) factor lingkungan kerja, kondisi kerja panas dan paparan debu serbuk kayu yang berisiko tinggi terhadap kesehatan pekerja. Sedangkan permasalahan pada UMKM produksi Jamur Tiram di Desa Cepaka antara lain adalah tempat kerja pengolahan pasca panen yang berada dalam satu ruangan dengan tempat penanaman sehingga ruangan terasa lembab, kurangnya penerangan dan ventilasi yang cukup karena ruangan begitu tertutup. Sarana kerja yang terbatas membuat posisi kerja para pekerja tidak alamiah, seperti duduk di dipan sehingga posisi membungkuk tidak ada sandaran, hal ini akan menambah beban kerja saat bekerja.

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 59

(29)

Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu disarankan untuk pengembangan desa wisata dan peningkatan produktivitas para pekerja di UMKM adalah sebagai berikut.

1. Perlu dikaji lebih lanjut kondisi kerja pada UMKM lainnya yang ada di Desa Cepaka Slingsing Kabupaten Tabanan mengingat UMKM yang tersebar di desa ini diharapkan sebagai penunjang pengembangan desa wisata.

2. Perlu dilakukan perbaikan kondisi kerja dengan melakukan identifikasi masalah ergonomic menggunakan 8 aspek ergonomic dan penerapan teknologi tepat guna menggunakan pendekatan secara sistemik holistic, interdisipliner dan partisapatori sehingga perbaikan yang dilakukan pada UMKM merupakan kesepakatan seluruh stakeholder yang ada sehingga perbaikan kondisi kerja yang dilakukan tidak menimbulkan masalah baru tetapi memang benar-benar sebagai solusi permasalahan ergonomic yang ada.

3. Perlu adanya perbaikan sarana dan prasarana dari pengembangan produksi dupa dan Jamur tiram terutama desain layout tempat kerja pasca panen.

Untuk menyelesaikan permasalahan ini perlu adanya sinergi antara pemerintah daerah, pelaku pariwisata, pelaku UMKM dan para praktisi ergonomi sebagai pakar dari tata kerja.

5. DAFTAR PUSTAKA

Adiatmika, I.P.G, A Mamuaba, N. Adiputra, D.P Sutjana. 2007. Perbaikan Kondisi Kerja Dengan Pendekatan Ergonomi Total Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal Dan Kelelahan Serta Meningkatkan Produktivitas Dan Penghasilan Pengerajin Pengecatan Logan Di Kediri-Tabanan. Journal Of Biomedical Science (JBS).

Volume 3- Desember 2007.

Andriany, Indah., 2009. Perancangan Fasilitas Kerja Berupa Meja Kerja Yang Ergonomis Di Home Industry Sepatu Cibaduyut (Studikasus: UKM Gerund Bandung). Bandung:

Universitas Islam Bandung.

Arwani, Denny Maulana, H2A012044 (2016) Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (Imt) Dengan Kejadian Hipertensi Di Rsud Kabupaten Brebes. Undergraduate Thesis, UNIMUS: Semarang

Barbini, N., R. Squadroni, (2003). Aging Of Health Workers And Multiple Musculoskeletal Complaints. G Ital Med Lav Ergon. Apr-Jun;25(2):168-72.

Bridger,RS. 2003. Introduction To Ergonomics. London: Taylor & Francis

Davis C. H., Moro F. B. (2004). A Macroergonomics Perspective On Customer Interaction Centers. Presentation At The 13th Annual Conference Of The International Association For Management Of Technology (IAMOT), Washington, D.C, (April 2004).

Grandjean, E., Kroemer, 2000. Fitting The Task To The Human. A Textbook Of Occupational Ergonomics. 5 Th Edition. Piladelphie: Taylor & Francis.

60 Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19

(30)

Duda Timur. 2020. Hasil Bumi Dupa Jaga Satru. Http://Dudatimur.Smartdesa.Or.Id/Index.

Php/Id/Wisata/Produksi-Duda-Timur/120-Galeri-Pasebaya-2. Diakses 25 September 2021

Antaranews. 2021. Sandiaga Uno: Drsa Wisata Simbol Kebangkitan Ekonomi Indonesia.

Https://Www.Antaranews.Com/Berita/2270966/Sandiaga-Uno-Desa-Wisata-Simbol- Kebangkitan-Ekonomi-Indonesia Diakses 10 September 2021

Humantech (2003). Applied Ergonomics Training Manual. Humantech Inc: Berkeley Australia, Pp: 101-105.

Lueder, R., 1996. Proposed RULA For Computer Users. In Proceeding Softhe Ergonomics Summer Workshop, UC Berkeley Center For Occupational & Environmental Health Continuing Education Program, San Francisco

Manuaba, A. 2005. Accelerating OHS-Ergonomics Program By Integrating ’Built-In” Within The Industry’s Economic Development Scheme Is A Must-With Special Attention To Small And Medium Enteprises (Smes), Proceedings The 21st Annual Conference Of The Asia Pasific Occupational Safety & Health Organization, Bali, 5-8 September.

Manuaba. 2000. Hubungan Beban Kerja Dan Kapasitas Kerja. Jakarta: Rinek Cipta.

Mcatamney And Corlett.,1993. “RULA: A Survey Based Method For The Investigation Of Work Related Upper Lim Disorders“,Applied Ergonomics, 24(2).91-99

Santoso. 2013. Ergonomi Terapan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Setiawan, H. 2017. Rekomendasi Intervensi Ergonomi Pada UKM Unggulan Provinsi Sumsel.

Logic: Jurnal Rancang Bangun Dan Teknologi. Politeknik Negeri Bali. Vol.17, No. 2, Pp.

86-91, Oct. 2017. ISSN. 2580-5630. Available At: Http://Ojs.Pnb.Ac.Id/Index.Php/

LOGIC/Article/View/541. Diakses Tanggal 19 Desember 2017

Sokhibi, A & Sugiharto, W.H. 2018. Perancangan Kursi Ergonomis Untuk Mengurangi Keluhan Pembatik Pada UKM Batik Alfa Shoofa Kudus. Prosiding Senid_U. ISBN 978-979-3649-99-3

Suma’mur, 2011. Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV Haji Masagung Sutajaya, I M., & Ristiati, N.P. 2013, Pemberdayaanmasyarakatmelalui Pelatihandanimplementasiergono Miuntukmeningkatkankualitaskese Hatanpematung Di Desapeliatan, Ubud, Gianyar, Bali. Laporanpenelitian. Jurusanpendidikanbiologi.

FMIPA. Undiksha.

Sutajaya, I.M. & Citrawathi, D.M. 2000. “Perbaikan Kondisi Kerja Mengurangi Beban Kerja dan Gangguan pada Sistem Muskuloskeletal Mahasiswa dalam menggunakan Mikroskop di Laboratorium Biologi STKIP Singaraja”. Dalam Wignyo Soebroto, S. & Wiratno, SE.

Eds. Proceedings Seminar nasional Ergonomi. PT. Guna Widya. Surabaya. 239 –242.

Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri. Surakarta: Harapan Press

Widodo, L., Ariyanti, S & Octavia, J. 2019. Peningkatan Produktifitas UKM Produk Sugarwax Melalui Intervensi Ergonomi Di Stasiun Kerja. Vol. 4, No. 1, Maret 2019 Pp. 29-39

Resiliensi UMKM dan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan pada Masa Pandemi Covid 19 61

Referensi

Dokumen terkait