• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEAKTIFAN PESERTA PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) DI PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEAKTIFAN PESERTA PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) DI PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (542-555)

542 PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEAKTIFAN PESERTA PROGRAM PENGELOLAAN

PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) DI PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN

--- Khairatunnisa

Institut Kesehatan Helvetia

(Naskah diterima: 1 September 2022, disetujui: 31 Oktober 2022) Abstract

Teladan Public Health Center Kota Medan has been carrying out the CDMP program since August 2014 with a total membership of 135 members. However, among the total participants only around 37% were active in joining the program. The purpose of this study was to determine the effect of individual characteristics and family support on the activeness of participants in the Chronic Disease Management Program (Prolanis) at Teladan Public Health Center Kota Medan. This type of research is an explanatory survey survey with cross sectional design. The population of this study were all 135 Prolanis participants registered at the Teladan Public Health Center Kota Medan with a total sample of 101 respondents taken using simple random sampling technique. Data analysis used univariate analysis, bivariate analysis using chi-square test statistics and multivariate analysis using multiple logistic regression test statistics. The results showed that the variables effectoto the activeness of Prolanis participants were occupation (p = 0.005), duration of illness (p = 0.002), level of knowledge (p = 0.008) and family support (p = 0,004).

Keywords: Individual Characteristics, Family Support, Prolanis Abstrak

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) merupakan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang bertujuan untuk mendorong penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal. Puskesmas Teladan Kota Medan telah melaksanakan program Prolanis sejak Bulan Agustus 2014 dengan jumlah kepesertaan mencapai 135 anggota. Namun, di antara total peserta tersebut hanya sekitar 37% yang aktif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh karakteristik individu dan dukungan keluarga dengan keaktifan peserta Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas Teladan Kota Medan. Jenis penelitian ini adalah survey explanatory reseach dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta Prolanis yang terdaftar di Puskesmas Teladan Kota Medan sebanyak 135 orang dengan jumlah sampel sebanyak 101 orang yang diambil menggunakan teknik simple random sampling. Analisis data menggunakan analisis univariat, analisis bivariate dengan menggunakan statistic uji chi-square dan analisis multivariat menggunakan statistik uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh

(2)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (542-555)

543 terhadap keaktifan peserta Prolanis adalah pekerjaan (p = 0,005), lama menderita penyakit (p = 0,002), tingkat pengetahuan (p= 0,008) dan dukungan keluarga (p = 0,004).

Kata Kunci: Karakteristik Individu, Dukungan Keluarga, Prolanis

I. LATAR BELAKANG

ebagai negara berkembang, saat ini Indonesia menghadapi beban ganda yang disebut sebagai double burden of disease, yaitu meningkatnya penyakit tidak menular di satu sisi dan di sisi lain penyakit menular juga belum dapat diselesaikan.

Keadaan ini dikenal dengan transisi epidemiologi. Transisi epidemiologi terjadi disebabkan karena adanya perubahan sosial ekonomi, lingkungan dan perubahan struktur masyarakat yang berdampak terhadap perubahan gaya hidup manusia. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa di dunia Penyakit Tidak Menular (PTM) mengakibatkan kematian setidaknya 38 juta orang setiap tahunnya. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan penyakit paru obstruksi kronis) dan diabetes. Di Indonesia, PTM ini menempati 10 penyakit terbesar di hampir semua fasilitas kesehatan.

World Health Organisation (WHO) memperkirakan kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin.

Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan diabetes. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 43 juta jiwa pada saat ini. Di sisi lain, kematian akibat penyakit menular seperti malaria, TBC atau penyakit infeksi lainnya akan menurun, dari 18 juta jiwa saat ini menjadi 16,5 juta jiwa pada tahun 2030. Selanjutnya WHO mengatakan bahwa Penyakit Tidak Menular (PTM) akan menyebabkan 73% angka kematian di dunia (WHO, 2011).

Penyakit tidak menular di Indonesia, terutama hipertensi terjadi penurunan dari 31,7% tahun 2007 menjadi 25,8% tahun 2013.

Terjadi peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara dari 7,6% tahun 2007

S

(3)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (542-555)

544 menjadi 9,5% tahun 2013. Untuk Diabetes

Mellitus (DM) berdasarkan wawancara juga terjadi peningkatan dari 1,1% tahun 2007 menjadi 2,1% tahun 2013. Berdasarkan riset tersebut diperkirakan di Indonesia terdapat 3,7 juta penderita DM, dimana 69,6% di antaranya belum terdiagnosis. Sementara itu, untuk Sumatera Utara tercatat prevalensi DM sebesar 1,8% dan hipertensi sebesar 24,7%(Kemenkes RI, 2013).

Hipertensi dan DM merupakan penyakit yang memerlukan pembiayaan yang relatif mahal apabila tidak dikelola dengan baik.

Penyakit tersebut merupakan penyakit kronis yang akan diperberat apabila terjadi komplikasi seperti stroke, gagal jantung. Pada penyakit DM adapat terjadi komplikasi seperti luka yang tidak kunjung sembuh, kesemutan permanen dan kerusakan pada saraf mata.

Terjadinya peningkatan prevalensi hipertensi dan DM tentunya akan berdampak pada peningkatan beban pembiayaan kesehatan yang harus ditanggung oleh masyarakat dan negara apabila penderita adalah pengguna Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Berdasarkan data PT. Askes (Persero), DM termasuk diagnosa yang menghabiskan porsi biaya pelayanan kesehatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2010 penyakit ini

menghabiskan biaya sebesar Rp 58,7 Miliyar untuk pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan (6,5 % dari total biaya rawat jalan) dan Rp 7925 Milyar untuk pelayanan rawat inap tingkat lanjutan (4,2% dari total biaya rawat inap). Jumlah penderita DM sebanyak 292.715 jiwa (1,8 % dari total peserta Askes sosial) (Idris, 2014).

Dalam rangka menurunkan prevalensi PTM, mencegah terjadinya komplikasi penyakit dan meminimalisir pembiayaan kesehatan untuk PTM serta menjaga sustainability program JKN, maka BPJS kesehatan melakukan upaya promotif dan preventif dalam bentuk Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Prolanis yang dikembangkan khusus untuk peserta BPJS kesehatan yang menyandang DM dan hipertensi. Pilar-pilar prolanis di antaranya adalah edukasi, pengaturan pola makan, olah raga, minum obat

(4)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (542-555)

545 dan konsultasi pada dokter. Kegiatan yang saat

ini sudah dikembangkan seperti melakukan aktivitas fisik bersama, menyediakan prolanis corner, pengantaran obat, hingga melakukan edukasi ke masyarakat (BPJS, 2014).

Tujuan program prolanis adalah untuk mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes) Tingkat Pertama memiliki hasil baik pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM tipe 2 dan hipertensi sesuai panduan klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit (BPJS, 2014).

Puskesmas Teladan Kota Medan telah melaksanakan program Prolanis sejak Bulan Agustus 2014. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain adalah penyuluhan, konsultasi kesehatan, senam prolanis dan pemeriksaan kesehatan. Sampai dengan tahun 2017, peserta prolanis telah mencapai 135 anggota. Namun, dari total peserta tersebut, yang aktif mengikuti program sebanyak 50 orang, atau hanya sekitar 37% dari total peserta yang terdaftar. Dari 50 orang peserta yang aktif tersebut, sebanyak 20 orang merupakan penderita DM Tipe 2 dan 30 orang penderita hipertensi. Berdasarkan data

tersebut dapat dilihat bahwa keaktifan peserta program Prolanis masih sangat rendah (Puskesmas Teladan Kota Medan, 2017)

Banyak faktor yang mempengaruhi keatifan atau keikutsertaan seseorang dalam suatu program kesehatan. Teori Lawrence Green mengatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan dari 3 faktor utama, yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), antara lain:

pengetahuan, keyakinan, nilai, sikap dan demografi (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan); faktor pendukung (enabling factors), antara lain: ketersediaan fasilitas, sarana dan prasarana; faktor pendorong (reinforcing factors), antara lain: dukungan keluarga, petugas kesehatan dan petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat) (Notoatmodjo, 2012)

Hasil penelitian Siregar tahun 2017 di wilayah kerja Puskesmas Kertek I Kabupaten Wonosobo menunjukkan adanya hubungan pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga terhadap keaktifan penderita DM Tipe 2 dalam mengikuti kegiatan Prolanis (Siregar, 2017).

Penelitian lainnya, yaitu Pratisnawati tahun 2017 di Puskesmas Denpasar Barat menunjukkan bahwa faktor dukungan keluarga dan jarak ke tempat kegiatan mempengaruhi partisipasi peserta dalam mengikuti kegiatan

(5)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (542-555)

546 Prolanis (Pratisnawati, 2017). Untuk itu, perlu

dilakukan penelitian tentang pengaruh karakteristik individu dan dukungan keluarga terhadap keaktifan peserta Prolanis di Puskesmas Teladan Kota Medan.

II. METODE

Jenis penelitian ini adalah survey explanatory reseach dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta Prolanis yang terdaftar di Puskesmas Teladan Kota Medan sebanyak 135 orang dengan jumlah sampel sebanyak 101 orang yang diambil menggunakan teknik simple random sampling. Analisis data menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dengan menggunakan statistik uji chi- square dan analisis multivariat dengan menggunakan statistik uji regresi logistik berganda.

III. HASIL

Hasil tabulasi silang antara jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, lama menderita penyakit, pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Tabulasi Silang Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan, Lama Menderita Penyakit, Pengetahuan, Sikap dan Dukungan Keluarga dengan

Keaktifan Peserta Prolanis di Puskesmas Teladan Kota Medan

Variabel

Keaktifan

Total p-value Kurang Aktif Aktif

f % f % f %

Jenis Kelamin:

Perempuan 48 47,5 15 14,9 63 62,4 0,000

Laki-laki 11 10,9 27 26,7 38 37,6

Tingkat Pendidikan:

Rendah 27 26,7 19 18,8 46 45,5 0,958

Tinggi 32 31,7 23 22,8 55 54,5

Pekerjaan:

Tidak Bekerja 51 50,5 7 6,9 58 57,48 0,000

Bekerja 8 7,9 35 34,7 43 42,6

Lama Menderita Penyakit:

> 1 tahun 52 51,5 8 7,9 60 59,4 0,000

≤ 1 tahun 7 6,9 34 33,7 41 40,6

Tingkat Pengetahuan:

Kurang Baik 54 53,5 9 8,9 63 62,4 0,000

Baik 5 5,0 33 32,7 38 37,6

Sikap:

Negatif 54 53,5 5 5,0 59 58,4 0,000

Positif 5 5,0 37 36,6 42 41,6

Dukungan Keluarga:

Kurang Mendukung 52 51,5 7 6,9 59 58,4 0,000

Mendukung 7 6,9 35 34,7 42 41,6

Total 59 58,4 42 41,6 101 100,0

Berdasarkan Tabel 1 hasil tabulasi silang jenis kelamin dan keaktifan peserta Prolanis dapat dilihat dari 63 orang yang mempunyai jenis kelamin perempuan, sebanyak 48 orang (47,5%) kurang aktif dan 15 orang (14,9%) aktif. Selanjutnya dari 38 orang yang mempunyai jenis kelamin laki-laki, sebanyak 11 orang (10,9%) kurang aktif dan 27 orang (26,7%) aktif. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan p-value sebesar 0,000 (<0,05), artinya ada pengaruh jenis kelamin terhadap keaktifan peserta Prolanis di wilayah kerja Puskesmas Teladan Kota Medan. Hasil tabulasi silang tingkat pendidikan dengan keaktifan peserta Prolanis menunjukkan dari 46 orang yang mempunyai tingkat pendidikan rendah, sebanyak 27 orang (26,7%) kurang

(6)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (542-555)

547 aktif dan 19 orang (18,8%) aktif. Selanjutnya

dari 55 orang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi, sebanyak 32 orang (31,7%) kurang aktif dan 23 orang (22,8%) aktif. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan p-value sebesar 0,958 (>0,05), artinya tidak ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap keaktifan peserta Prolanis di wilayah kerja Puskesmas Teladan Kota Medan. Hasil tabulasi silang pekerjaan dengan keaktifan peserta Prolanis menunjukkan dari 58 orang yang tidak bekerja, sebanyak 51 orang (50,5%) kurang aktif dan 7 orang (6,9%) aktif.

Selanjutnya dari 43 orang yang bekerja, sebanyak 8 orang (7,9%) kurang aktif dan 35 orang (34,7%) aktif. Hasil uji statistik chi- square menunjukkan p-value sebesar 0,000 (<0,05), artinya ada pengaruh pekerjaan terhadap keaktifan peserta Prolanis di wilayah kerja Puskesmas Teladan Kota Medan. Hasil tabulasi silang lama menderita penyakit dengan keaktifan peserta Prolanis menunjukkan dari 60 orang yang menderita penyakit > 1 tahun, sebanyak 52 orang (51,5%) kurang aktif dan 8 orang (7,9%) aktif.

Selanjutnya dari 41 orang yang menderita penyakit ≤ 1 tahun, sebanyak 7 orang (6,9%) kurang aktif dan 34 orang (33,7%) aktif. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan p-value

sebesar 0,000 (<0,05), artinya ada pengaruh lama menderita penyakit terhadap keaktifan peserta Prolanis di wilayah kerja Puskesmas Teladan Kota Medan. Hasil tabulasi silang pengetahuan dengan keaktifan peserta Prolanis menunjukkan dari 63 orang yang mempunyai pengetahuan kurang baik, sebanyak 54 orang (53,5%) kurang aktif dan 9 orang (8,9%) aktif.

Selanjutnya dari 38 orang yang mempunyai pengetahuan baik, sebanyak 5 orang (5,0%) kurang aktif dan 33 orang (32,7%) aktif. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan p-value sebesar 0,000 (<0,05), artinya ada pengaruh tingkat pengetahuan terhadap keaktifan peserta Prolanis di wilayah kerja Puskesmas Teladan Kota Medan. Hasil tabulasi silang sikap dengan keaktifan peserta Prolanis menunjukkan dari 59 orang yang mempunyai sikap negatif, sebanyak 54 orang (53,5%) kurang aktif dan 5 orang (5,0%) aktif.

Selanjutnya dari 42 orang yang mempunyai pengetahuan baik, sebanyak 5 orang (5,0%) kurang aktif dan 37 orang (36,6%) aktif. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan p-value sebesar 0,000 (<0,05), artinya ada pengaruh sikap terhadap keaktifan peserta Prolanis di wilayah kerja Puskesmas Teladan Kota Medan. Hasil tabulasi silang dukungan keluarga dengan keaktifan peserta Prolanis

(7)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (542-555)

548 menunjukkan dari 59 orang yang mempunyai

keluarga kurang mendukung, sebanyak 52 orang (51,5%) kurang aktif dan 7 orang (6,9%) aktif. Selanjutnya dari 42 orang yang mempunyai keluarga yang mendukung, sebanyak 7 orang (6,9%) kurang aktif dan 35 orang (34,7%) aktif. Hasil uji statistik chi- square menunjukkan p-value sebesar 0,000 (<0,05), artinya ada pengaruh dukungan keluarga terhadap keaktifan peserta Prolanis di wilayah kerja Puskesmas Teladan Kota Medan.

Hasil analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda menghasilkan empat variabel yang mempunyai pengaruh terhadap keaktifan peserta Prolanis, yaitu variabel pekerjaan, lama menderita penyakit, tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga.

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Logistik Berganda

Variabel B p

Pekerjaan 3,126 0,005

Lama Menderita Penyakit 3,634 0,002

Tingkat Pengetahuan 3,192 0,008

Dukungan Keluarga 3,187 0,004

Konstanta -5,870 0,000

Dengan demikian diperoleh hasil perhitungan persamaan regresi sebagai berikut:

P =

Dimana e = bilangan natural yang besarnya 2,718

P = 0,999 = 99%

Persamaan di atas berarti bahwa responden yang tidak bekerja, lama menderita penyakit > 1 tahun, pengetahuan kurang dan kurangnya dukungan keluarga memiliki kemungkinan tidak aktif dalam kegiatan Prolanis sebesar 99%, sementara sisanya adalah faktor lain.

IV. PEMBAHASAN

1. Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Keaktifan Peserta Prolanis

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap keaktifan peserta prolanis di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Kota Medan dengan p-value sebesar 0,528.

Artinya, aktif atau tidaknya peserta Prolanis tidak ditentukan oleh jenis kelamin laki-laki atau pun perempuan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yuliaristi tahun 2018 pada peserta Prolanis di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kota Medan yang mengatakan tidak ada pengaruh antara jenis kelamin terhadap keaktifan peserta prolanis (Yuliaristi, 2018).

Hal ini sejalan pula dengan penelitian Tawakkaltahun 2015 yang menyatakan bahwa

(8)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (542-555)

549 tidak ada hubungan yang signifikan antara

jenis kelamin dengan pemanfaatan program pengelolaan penyakit kronis (Tawakkal, 2015).

Hasil penelitian Rahmi tahun 2015 juga menyatakan bahwa jenis kelamin juga tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan program pengelolaan penyakit kronis. Jumlah responden yang mempunyai jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki (Rahmi, 2015).

Menurut penelitian Irawan tahun 2010 dalam Wabueraheng tahun 2019 menyatakan bahwa prevalensi kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Wanita lebih berisiko mengidap DM karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks massa tubuh yang lebih besar.

Sindroma siklus bulanan, pasca menopause yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko terkena DM Tipe 2 (Wabueraheng, 2019).

Perempuan memiliki peluang lebih besar dalam memanfaatkan program pengelolaan penyakit kronis karena perempuan memiliki tingkat awareness yang lebih tinggi terhadap penyakitnya, sehingga lebih banyak memanfaatkan program untuk menghindari

semakin parahnya penyakit yang diderita.

Namun, berdasarkan hasil penelitian ternyata jenis kelamin laki-laki lebih banyak yang aktif daripada perempuan. Hal ini disebabkan karena kebanyakan responden laki-laki tidak lagi bekerja/pensiun, sehingga lebih banyak waktu untuk datang dibandingkan perempuan yang harus menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, bahkan ada yang mengatakan bahwa mereka harus menjaga cucu di rumah.

2. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Keaktifan Peserta Prolanis

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap keaktifan peserta prolanis di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Kota Medan dengan p-value sebesar 0,958.

Menurut Notoatmodjo pendidikan seseorang merupakan bagian yang sangat penting dari semua masalah yang ada pada diri individu, karena pendidikan individu akan mendapatkan pengatahuan yang nantinya akan membentuk sikapnya dalam hal mengambil keputusan.

Tingkat pendidikan merupakan salah satu unsur karakteristik seseorang, tingkat pendidikan formal menunjukkan tingkat intelektual atau tingkat pengetahuan seseorang.

Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses

(9)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (542-555)

550 pengembangan sumber daya manusia

(Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan penelitian, responden yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi ternyata banyak yang kurang aktif dalam kegiatan Prolanis (31,7%) dan responden dengan pendidikan rendah sebanyak 26,5 kurang aktif.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan seseorang yang tinggi belum tentu diikuti dengan perilaku yang baik, dalam hal ini keaktifannya mengikuti kegiatan Prolanis.

3. Pengaruh Pekerjaan terhadap Keaktifan Peserta Prolanis

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel pekerjaan berpengaruh terhadap keaktifan peserta prolanis di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Kota Medan dengan p-value sebesar 0,005. Sejalan dengan penelitian Yuliaristi tahun 2018 di Puskesmas Mandala Kota Medan yang mengatakan bahwa pekerjaan memiliki nilai OR sebesar 5,872, artinya responden yang memiliki pekerjaan lebih berisiko memanfaatkan Prolanis sebanyak 5,872 kali dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki pekerjaan (Yuliaristi, 2018).

Hasil penelitian Ginting tahun 2018 di Puskesmas Brastagi Kabupaten Karo mengatakan bahwa ada hubungan antara

pekerjaan dengan keaktifan dalam mengikuti kegiatan Prolanis, dengan nilai p= 0,022.

Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang bekerja informal (petani, pedagang, IRT) lebih banyak aktif dalam kegiatan Prolanis.

Hal ini disebabkan karena responden pekerja informal tidak memiliki waktu yang terikat dengan pekerjaan mereka, sehingga waktu yang digunakan untuk kegiatan Prolanis dapat diluangkan (Ginting, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat sebanyak 50,5% responden yang kurang aktif dalam kegiatan Prolanis dan tidak bekerja. Hal ini disebabkan karena beberapa responden sibuk dengan urusan rumah tangga lainnya semisal menjaga cucu di pagi hari, sehingga tidak memungkinkan untuk datang ke Puskesmas.

4. Pengaruh Lama Menderita Penyakit terhadap Keaktifan Peserta Prolanis Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa lama menderita penyakit berpengaruh terhadap keaktifan peserta prolanis di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Kota Medan dengan p-value sebesar 0,002.

Semakin lama seseorang menderita penyakit, maka tingkat kepatuhannya makin rendah, disebabkan karena kebanyakan penderita akan merasa bosan untuk berobat.

(10)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (542-555)

551 Dimana semakin lama seseorang menderita

hipertensi maka cenderung untuk kurang peduli karena merasa jenuh menjalani pengobatan (Rahmawati, 2017). Sebagaimana menurut pendapat Niven tahun 2002 bahwa lamanya waktu pasien memenuhi nasehat yang diberikan selama sakit akan mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien terhadap program pengobatan yang dijalani (Niven, 2002).

Penelitian yang dilakukan Rahmadhani tahun 2019 mengatakan bahwa kepatuhan anggota Prolanis cukup bervariasi. Pasien hipertensi cenderung lebih patuh dan diperkirakan tingkat kepatuhan sebesar 90%.

Pasien DM tipe 2 diperkirakan memiliki tingkat kepatuhan 50%, karena susahnya mengatur pola makan (Rahmadhanie, 2019).

Pada penelitian ini, ada sebanyak 60 responden yang telah menderita penyakit lebih dari 1 (satu) tahun dan sebanyak 51,5% kurang aktif dalam kegiatan Prolanis. Hasil penelusuran peneliti menunjukkan bahwa responden yang telah lama menderita penyakit mengatakan bahwa dirinya merasa baik-baik saja dengan penyakitnya dan sudah terbiasa dengan penyakitnya sehingga telah terbiasa menangani sendiri dan tidak perlu datang ke Puskesmas untuk mengikuti Prolanis. Mereka akan datang ke Puskesmas hanya apabila

merasakan keluhan saja. Sementara responden yang masih baru didiagnosis DM ataupun hipertensi mengatakan takut akan penyakitnya dan takut akan komplikasinya sehingga harus sering memeriksakan ke Prolanis dan rajin mengikuti senam Prolanis yang diadakan di Puskesmas.

5. Pengaruh Tingkat Pengetahuan terhadap Keaktifan Peserta Prolanis Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap keaktifan peserta prolanis di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Kota Medan dengan p-value sebesar 0,008.

Hasil penelitian Yuliaristi tahun 2018 pada peserta Prolanis di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kota Medan yang mengatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan program pengelolaan penyakit kronis di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kota Medan, dengan nilai p sebesar 0,001.

Nilai OR sebesar 0,517 yang artinya responden yang memiliki pengetahuan baik lebih berisiko memanfaatkan Prolanis sebanyak 0,517 kali dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki pengetahuan baik (Yuliaristi, 2018).

Notoatmodjo mengatakan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu yang sesuai setelah seseorang melakukan panca inderanya.

(11)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (542-555)

552 Semakin banyak yang dilihat dan didengar,

maka semakin tinggi pengetahuannya.

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu objek memiliki intensitas yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden yang kurang aktif dalam kegiatan Prolanis memiliki tingkat pengetahuan yang kurang (53,5%). Responden mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui apa saja kegiatan yang ada diadakan Prolanis Puskesmas Teladan. Mereka juga mengatakan bahwa tidak tahu pasti apa manfaat kegiatan Prolanis. Hal ini membuktikan bahwa minimnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai kegiatan Prolanis. Kalaupun ada sosialisasi hanya terbatas pada peserta yang datang saja, sementara peserta yang tidak datang tentu saja tidak mendapatkan sosialisasi. Kegiatan Prolanis yang dilaksanakan di Puskesmas salah satunya adalah penyuluhan mengenai kegiatan Prolanis dan mengenai cara hidup sehat dengan segala permasalahan kesehatan yang mereka alami serta penyuluhan tentang bagaimana mencegah agar penyakit yang mereka derita tidak

semakin parah. Tingkat pengetahun seseorang tidak hanya berkaitan dengan tingkat pendidikannya, namun juga berdasarkan pada informasi yang diperoleh dari lingkungan sekitar maupun media massa/ elektronik.

Untuk itu, sangat diperlukan sosialisasi lebih luas ke masyarakat mengenai kegiatan Prolanis.

6. Pengaruh Sikap terhadap Keaktifan Peserta Prolanis

Hasil analisis bivariat menunjukkan ada pengaruh sikap terhadap keaktifan peserta prolanis di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Kota Medan dengan p-value sebesar 0,000, namun pada hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel sikap tidak berpengaruh terhadap keaktifan peserta prolanis. Penelitian Ginting tahun 2018 di Puskesmas Brastagi Kabupaten Karo mengatakan bahwa ada pengaruh antara sikap terhadap keaktifan dalam mengikuti kegiatan Prolanis, dengan nilai p= 0,034 (Ginting, 2017).

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Allport dalam Notoatmodjo mengatakan bahwa sikap terdiri dari 3 (tiga) komponen pokok, yaitu

(12)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (542-555)

553 kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep

terhadap objek; kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek; dan kecenderungan untuk bertindak (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan penelitian, responden yang kurang aktif dalam kegiatan Prolanis sebagian besar mempunyai sikap negatif (53,5%), hanya 5% yang mempunyai sikap positif. Responden banyak yang menganggap bahwa kegiatan Prolanis ini terkadang hanya membuang waktu, tidak banyak manfaat dan jadwal kegiatan yang dilaksanakan pagi hari disaat responden ada kegiatan lain seperti bekerja.

Apalagi responden yang telah lama mengidap penyakit Hipertensi atau Diabetes Mellitus, mereka menganggap bahwa kegiatan ini tidak benayak manfaatnya karena mereka sudah terbiasa menangani sendiri penyakitnya.

7. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Keaktifan Peserta Prolanis Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa dukungan keluarga berpengaruh terhadap keaktifan peserta prolanis di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Kota Medan dengan p-value sebesar 0,004. Sejalan dengan penelitian Yuliaristi tahun 2018 pada peserta Prolanis di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kota Medan yang mengatakan bahwa ada

hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan program pengelolaan penyakit kronis di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kota Medan, dengan nilai p sebesar 0,001 (Yuliaristi, 2018).

Sejalan pula dengan penelitian Rahmi tahun 2015 yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan Prolanis.

Responden yang mendapat dukungan dari keluarga lebih banyak daripada yang tidak mendapatkan dukungan (Rahmi, 2015).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang kurang aktif dalam kegiatan Prolanis dan kurang mendapat dukungan keluarga sebanyak 51,5%. Berdasarkan wawancara dengan responden diketahui bahwa ada sebanyak 59,4% responden yang tidak pernah diantarkan oleh keluarganya untuk mengikuti kegiatan Prolanis dan sebanyak 57,4% responden tidak ada diingatkan oleh keluarga mengenai jadwal kegiatan Prolanis.

Mereka mengatakan bahwa anggota keluarga lain tidak sempat untuk mengantarkan dikarenakan ada kesibukan masing-masing, sementara responden kebanyakan berusia lanjut dan harus naik kendaraan untuk bisa sampai ke Puskesmas.

(13)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (542-555)

554 Teori pendidikan mengatakan bahwa

keluarga adalah tempat persemaian manusia sebagai anggota masyarakat. Karena itu bila persemaian itu jelek maka jelas akan berpengaruh pada masyarakat. Dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan dan penerimaan terhadap penderita yang sakit (Notoatmodjo, 2012). Hipertensi maupun Diabetes Mellitus memerlukan pengobatan seumur hidup, dukungan dari orang lain sangat diperlukan dalam menjalani pengobatannya.

Dukungan dari keluarga dan teman-teman dapat membantu seseorang dalam menjalankan program-program kesehatan dan juga secara umum yang menerima penghiburan, perhatian dan pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya cenderung lebih mudah mengikuti nasehat medis.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Ada pengaruh faktor pekerjaan (p=

0,005), lama menderita penyakit (p=

0,002), tingkat pengetahuan (p= 0,008) dan dukungan keluarga (p= 0,004) terhadap keaktifan peserta Prolanis di Puskesmas Teladan Kota Medan.

2. Tidak ada pengaruh faktor jenis kelamin, tingkat pendidikan dan sikap

terhadap keaktifan peserta Prolanis di Puskesmas Teladan Kota Medan.

3. Persamaan regresi logistik berganda menunjukkan nilai P = 0,999 (99%), artinya responden yang tidak bekerja, lama menderita penyakit > 1 tahun, pengetahuan kurang dan kurangnya dukungan keluarga memiliki kemungkinan tidak aktif dalam kegiatan Prolanis sebesar 99%

sementara sisanya adalah faktor lain.

DAFTAR PUSTAKA

BPJS. (2014). Panduan Praktis: Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis).

Jakarta.

Ginting, J. (2017). Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Penderita Hipertensi tentang Hipertensi terhadap Keaktifan dalam Kegiatan Prolanis di Puskesmas Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2017.

Http://Repository.Usu.Ac.Id. Retrieved from

http://repository.usu.ac.id/handle/123456 789/2983

Idris, F. (2014). Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Penderita Hipertensi tentang Hipertensi terhadap Keaktifan dalam Kegiatan Prolanis di Puskesmas Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2017. Jurnal Indon Med Assoc, LXIV(3), 115.

Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar.

Jakarta.

Niven, N. (2002). Psikologi Kesehatan:

Pengantar untuk Perawat Profesional

(14)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 4 Edisi November 2022 (542-555)

555 Kesehatan. (M. Ester, Ed.) (Edisi 2).

Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pratisnawati, N. (2017). Faktor- faktor yang mempengaruhi partisipasi peserta dalam mengikuti kegiatan aktivitas klub program pengelolaan penyakit kronis di Puskesmas II Denpasar Barat.

Universitas Udayana Bali.

Puskesmas Teladan Kota Medan. (2017).

Profil Puskesmas Teladan Tahun 2017.

Medan.

Rahmadhanie, A. (2019). Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) oleh Dokter Keluarga sebagai Penanganan Hipertensi dan Diabetes Mellitus Tipe 2. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Rahmawati, D. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kepatuhan Pasien Prolanis dalam Mengikuti Kegiatan Prolanis di Klinik Dharma Husada Wlingi. STIKes Patria Husada Blitas.

Rahmi, A. (2015). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan pemanfaatan program pengelolaan penyakit kronis di BPJS Kesehatan kantor cabang Jakarta Timur tahun 2015. Universitas Indonesia.

Siregar, F. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan penderita Diabetes Mellitus tipe 2 mengikuti kegiatan prolanis di wilayah kerja Puskesmas Kertek I Kabupaten Wonosobo. Universitas Ngudi Waluyo

Ungaran.

Tawakkal. (2015). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di BPJS Kesehatan Kantor Cabang Tangerang Tahun 2015.

Universitas Sumatera Utara.

Wabueraheng, M. (2019). Hubungan Keaktifan Senam dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Peserta Prolanis di Puskesmas Kartasura. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

WHO. (2011). Blood pressure prevalence.

Retrieved from

http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/

blood pressure_prevalencetext/en/

Yuliaristi, V. (2018). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Prolanis di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung Tahun 2018.

Retrieved from http://repository.usu.ac.id

Referensi

Dokumen terkait

Wayang Kartun dibuat sebagai media untuk kegiatan bercerita, sehingga tokoh wayang telah disesuaikan dengan buku cerita yang dibuat berdasarkan tema pada

(2) Untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran mekanika teknik dan elemen mesin pada siswa kelas X teknik pemesinan A SMK Bhinneka

Phycocyanin mempunyai kandungan yang cukup signifikan sebagai antioksidan, melindungi fungsi hati, dan membuang senyawa radikal (Weil, 2000 dalam Setyawan dan Satria,

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi alternatif solusi terbaik dalam rancangan atmosfir toko aksesoris wanita yang dapat diprioritaskan untuk diaplikasikan toko

Deskripsi : Setelah bagian pembelian memasukkan data TTB dan Ada kemudian data tersebut akan dicetak. a) Bagian Pembelian mencetak TTB yang kemudian diserahkan

diujung kabel,sedang ujung yang lain diikatkan pada tiang atau dipegang salah seorang teman.Ternyata hasilnya berbeda dengan slinki.Bedanya adalah pada kabel

para wisatawan untuk menikmati bentuk- bentuk wisata yang berbeda dari biasanya. Dalam konteks ini wisata yang dilakukan memiliki bagian yang tidak terpisahkan dalam

peningkatan pada setiap siklusnya. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, data