Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12, No. 3 Desember 2017
EFEKTIVITAS TEKNIK PENGERUTAN PERINEUM TERHADAP LASERASI PERINEUM DI PMB BIDAN NURLIASARI, SKM
CIPEUNDEUY KABUPATEN BANDUNG BARAT
Wisdyana Saridewi PWP
Prodi Kebidanan (D-3) STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi Jl. Terusan Jenderal Sudirman Cimahi
ABSTRAK
Ibu hamil trimester III tidak semuanya rutin melakukan pijat perineum dan juga senam kegel yang merupakan upaya pencegahan terjadinya laserasi perineum. Laserasi perineum ini meningkatkan angka morbiditas ibu bahkan bisa menjadi pemicu terjadinya infeksi pada masa nifas. Kejadian laserasi perineum disebabkan oleh faktor maternal, janin dan juga penolong. Laserasi perineum dapat dicegah dengan salah satu teknik yaitu pengerutan perineum yang dilakukan oleh penolong pada saat kala II persalinan berlangsung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari teknik pengerutan perineum terhadap kejadian laserasi perineum. Metode penelitian analitik menggunakan rancangan kuasi eksperimen dengan jumlah sampel sebanyak 60 ibu bersalin, diambil secara total sampling. Analisis data menggunakan bivariat dengan uji kai kuadrat. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh teknik pengerutan perineum dengan kejadian laserasi (nilai p 0,000), ditunjukkan dengan 100% ibu bersalin dengan teknik tersebut intake/tidak terjadi laserasi. Faktor penunjang lainnya yang berisiko menyebabkan laserasi seperti paritas dan berat badan bayi pada penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan. Kesimpulannya teknik pengerutan perineum sangat efektif dalam mencegah terjadinya laserasi perineum pada kala II.
Kata kunci: Laserasi, pengerutan, perineum
ABSTRACT
Not all pregnant women of the third trimester routinely perform perineal massage and also kegel exercises as the way to prevent perineal laceration. This perineal laseration increases the rate of maternal morbidity and may even lead to infection during the puerperium. The incidence of perineal laceration was caused by maternal, fetal and helper factors. Perineal laceration can be prevented with one technique that was perineal shrinking by the helper at the time of the second stage of labor. The purpose of this research was to determine the effect of perineal shrinkage technique on the perineal laceration. The method of analytic research used quasi experimental design with the number of samples of 60 maternity mothers, taken in total sampling. Data analysis used bivariate with chi-square test. The result shows that the effect of perineal shrinking technique with the occurrence of laceration (p value 0,000), indicated by 100% maternal mother with the technique intake or no laceration. Other predisposing factors are at risk of causing laceration such as parity and infant weight in the research indicated no significant effect. In conclusion the perineal shrinkage technique is very effective in preventing the occurrence of perineal laceration in the second stage.
Keywords: Laceration, perineal, shrinkage.
A. PENDAHULUAN
Morbiditas dan mortalitas ibu bisa terjadi pada masa nifas akibat dari asuhan persalinan yang kurang tepat. Salah satu permasalahannya adalah infeksi sebagai hasil luaran dari laserasi perineum yang tidak ditangani dengan tepat. Laserasi perineum dapat terjadi pada persalinan anak pertama maupun anak berikutnya. Komplikasi yang dapat terjadi dari laserasi perineum saat persalinan ini diantaranya infeksi kandung kemih, infeksi organ reproduksi, bahkan gangguan psikologis sehingga mempengaruhi terjadinya retensio urin dan konstipasi.
Kejadian laserasi perineum ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor janin seperti giant baby, malposisi dan malpresentasi (oksipitoposterior, muka, dahi, bokong, distosia bahu, hidrosefalus). Faktor maternal yang mempengaruhi diantaranya primigravida, elastisitas jalan lahir, edema vulva, panggul sempit, meneran terlalu kuat, partus presipitatus, varikosa pelvis, dan jaringan parut pada perineum. Faktor penolong yang mempengaruhi terjadinya laserasi perineum seperti cara memimpin meneran, menolong persalinan dengan tindakan (eksttraksi vakum/forsep, versi ekstraksi dan embriotomi), cara berkomunikasi dengan pasien dan teknik menahan perineum yang kurang optimal.
(Beckmann and AndreaJ dalam Anggraini, 2015).
Banyak upaya untuk mengurangi angka kejadian laserasi perineum ini, salah satunya dengan pijat perineum yang dipercaya dapat
meningatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas dan relaksasi otot-otot panggul. Hal tersebut dilakukan sejak kehamilan trimester ketiga atau menjelang persalinan. Selain itu dapat mempercepat proses penyembuhan perineum jika terjadi laserasi (Beckmann and AndreaJ dalam Anggraini, 2015).
Hasil penelitian Anggraini (2015) didapatkan ada hubungan antara pijat perineum dengan robekan jalan lahir. Ibu yang tidak melakukan pijat perineum berpeluang mengalami laserasi sebesar 10,28 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang melakukan pijat perineum.
Selain itu, kegel exercise dapat dilakukan untuk melenturkan otot-otot perineum dan melatih kekuatan panggul. Hasil penelitian Rahayu, dkk (2015) menunjukkan responden yang melakukan pijat perineum terjadi laserasi perineum derajat 1 sebesar 77,8% dan yang melakukan kegel exercise sebesar 50%. Namun masase perineum dinilai lebih baik dibandingkan kegel exercise.
Penelitian lain berfokus pada melakukan pijat perineum dan kegel exercise, namun tidak semua ibu hamil rutin melakukan latihan tersebut sejak kehamilan trimester ketiga, sehingga ketika sudah memasuki masa persalinan, ibu bersalin belum mempersiapkan upaya pencegahan laserasi tersebut. Sehingga perlu upaya dari penolong untuk mencegah hal tersebut, salahsatunya dengan cara melakukan pengerutan perineum ketika ibu ada dorongan meneran, untuk mencegah laserasi perineum.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pengerutan perineum terhadap kejadian laserasi perineum pada saat proses persalinan.
B. METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian ini adalah quasi experiment menggunakan one shoot case study.
Populasi penelitian ini adalah ibu bersalin di PMB Bidan Nurliasari, SKM Kecamatan
Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
Teknik pengambilan sampel dengan total
sampling periode bulan Mei-Juni 2017.
Penelitian ini menggunakan data primer dengan teknik observasional. Instrumen penelitian menggunakan partograf.
C. Analisis Data
Analisis data menggunakan univariat untuk distribusi frekuensi dari variabel- variabel dan bivariat untuk menganalisis
pengaruh intervensi. Data diuji dengan uji statistikChi-square.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kejadian laserasi perineum disebabkan beberapa faktor, diantaranya paritas, berat badan bayi, posisi meneran, dll.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Laserasi Perineum, Paritas dan Barat Badan Bayi
Variabel n %
Perineum
- Laserasi 11 18,3
- Tidak laserasi Paritas
- Primipara - Multipara Berat badan bayi - BBLR - Normal - Makrosomia
49 17 43 0 60 0
81,7 28,3 71,3 0 100 0
Tabel 1 menunjukkan bahwa 81,7%
responden tidak mengalami laserasi perineum.
71,3% responden memiliki anak lebih dari 1 dan 100% responden berat lahir bayi pada kisaran normal, tidak lebih dari 4000 gram.
Sebagian kecil ibu bersalin masih mengalami morbiditas akibat laserasi perineum.
Beberapa faktor yang menjadi penyebabnya yaitu faktor janin seperti giant baby, malposisi dan malpresentasi (oksipitoposterior, muka, dahi, bokong, distosia bahu, hidrosefalus) (Beckmann and AndreaJ dalam Anggraini, 2015). Laserasi terjadi akibat robeknya kontinuitas suatu jaringan di perineum secara alamiah karena desakan kepala janina atau bahu pada saat persalinan (Cunningham dalam Destiati, 2011).
Maka penelitian dilakukan dengan hasil analisis univariat pada tabel 1 sebagai berikut:
Faktor maternal yang mempengaruhi diantaranya primigravida, elastisitas jalan lahir, edema vulva, panggul sempit, meneran terlalu kuat, partus presipitatus, varikosa pelvis, dan jaringan parut pada perineum.
Faktor penolong yang mempengaruhi terjadinya laserasi perineum seperti cara memimpin meneran, menolong persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum/forsep, versi ekstraksi dan embriotomi), cara berkomunikasi dengan pasien dan teknik menahan perineum yang kurang optimal. Faktor lainnya yang menunjang terjadinya laserasi perineum yaitu paritas, berat badan bayi saat lahir dan posisi bersalin saat meneran.
Adapun posisi bersalin pada penelitian yang dilakukan, menggunakan teknik terlentang, miring, dan lain-lain karena posisi
dinilai tidak mempengaruhi kejadian laserasi perineum. Sebagaimana penelitian Asiyah (2013) menunjukkan tidak ada perbedaan
kejadian laserasi perineum antara posisi meneran ibu yang terlentang dengan kombinasi.
Tabel 2. Pengerutan Perineum dengan Kejadian Laserasi Perineum
Variabel Pengerutan perineum P value OR
Tidak Ya
n % n %
Laserasi 11 36,7 0 0
Tidak laserasi 19 63,3 30 100
0,000 2,579[
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang tidak dilakukan pengerutan perineum, 36,7% mengalami laserasi perineum, sedangkan dari 30 responden yang dilakukan pengerutan perineum, tidak ada yang mengalami laserasi perineum. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai p 0,000 artinya ada pengaruh teknik pengerutan perineum ini terhadap laserasi, sehingga teknik ini sangat efektif dalam mencegah terjadinya laserasi perineum.
Tabel 2 menunjukkan adanya pengaruh pengerutan perineum terhadap kejadian laserasi perineum. Ibu bersalin yang tidak dilakukan pengerutan perineum berisiko 2,57 kali lebih kejadian laserasi perineum antara posisi meneran ibu yang terlentang dengan kombinasi.
besar mengalami laserasi dibandingkan dengan ibu bersalin yang dilakukan pengerutan perineum.
Peningkatan elastisitas perineum akan mencegah terjadinya laserasi perineum (Tarelluan, 2013). Tindakan pengerutan perineum memperluas diameter perineum sebelum dilewati kepala janin dan mengurangi tingkat peregangan perineum.
Teknik tersebut dilakukan pada masa persalinan kala II dan bisa dilakukan kepada seluruh ibu bersalin dengan jenis persalinan pervaginam dimana ibu bersalin tersebut masih kooperatif untuk meneran secara adekuat.
Tabel 3. Paritas terhadap Kejadian Laserasi Perineum
Variabel Paritas P
value OR
Primipara Multipara
n % N %
Laserasi 4 23,5 7 16,3
Tidak laserasi 13 76,5 36 83,7
0,513 1,582[
Tabel 3 menunjukkan bahwa persentase ibu multipara lebih rendah risiko mengalami laserasi perineum dibandingkan ibu primipara.
Tidak ada pengaruh paritas terhadap kejadian laserasi perineum.
Paritas berhubungan dengan laserasi perineum karena jaringan perineum pada primipara masih utuh dan padat dibandingkan multipara. Hanya ibu dengan paritas primipara berisiko 1,58 lebih besar terjadi laserasi perineum dibandingkan multipara.
Ibu multipara sudah memiliki pengalaman bersalin, sehingga perineum sudah terlatih untuk dilewati bayi, jaringan tidak terlalu kaku dan padat seperti primipara.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Destiati, dkk (2011) yang menunjukkan adanya pengaruh paritas ibu
terhadap terjadinya laserasi perineum, sebagaimana hasil penelitiannya yang menunjukkan nilai p sebesar 0,000.
Ada beberapa faktor maternal lainnya yang dapat mempengaruhi kejadian laserasi perineum.
Tabel 4. Berat Badan Bayi terhadap Kejadian Laserasi Perineum
Variabel Berat Badan Bayi P value OR
Tidak Normal
n % n %
Laserasi 0 0 11 18,3
Tidak laserasi
0 0 49 81,7
0 0
Laserasi perineum juga bisa diakibatkan oleh berat badan bayi yang melebihi 4000 gram, karena perineum dilewati kepala bayi yang besar dan keras. Perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi (Saifuddin dalam Destiati, 2011).
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa teknik pengerutan sangat efektif dalam mencegah terjadinya laserasi perineum, hal ini dibuktikan dengan 100% ibu bersalin tidak mengalami laserasi setelah UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada LPPM STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi yang telah memfasilitasi peneliti dalam menerbitkan jurnal ini dan terimakasih kepada rekan-rekan Dosen Prodi Kebidanan dan para
Namun ada pula ibu yang mengalami laserasi perineum sedangkan BB bayi dalam kategori normal. Hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor, seperti tingkat elastisitas perineum ibu yang kurang, proses persalinan yang berlangsung cepat, dll.
dilakukan teknik tersebut. Selain itu, paritas dan berat badan bayi sebagai faktor penunjang tidak mempengaruhi kejadian laserasi perineum.
Bidan di lahan praktik yang selalu terbuka dan mendukung dilaksanakannya penelitian demi mengembangkan ilmu kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini Y., Martini. 2015. Hubungan Pijat Perineum dengan Robekan Jalan Lahir pada Ibu Bersalin Primipara di BPM Kecamatan Metro Selatan Kota Metro, Jurnal Kesehatan, Vol.VI, No.2, hlm 155-159
Asiyah N., 2013, Perbedaan Kejadian Ruptur Perineum pada Posisi Mengejan antara Telentang dan Kombinasi, Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, Vol.4, No.2
Destiati L., Prabandari F. 2011. Hubungan antara Berat Badan Bayi Baru Lahir Paritas dengan Ruptur Perineum pada Persalinan Spontan di RSIA Bunda Arif Purwokerto Tahun 2010, 2011, Jurnal Bidan Prada, Vol.2 No.2
Endriani SD., Rosidi A., Andarsari W., 2013, Hubungan Umur, Paritas, dan Berat Bayi Lahir dengan Kejadian laserasi Perineum di Bidan Praktik Swasta Hj. Sri Wahyuni, S.SiT Semarang Tahun 2012, Jurnal Kebidanan Universitas Muhammadiyah Semarang, Vol.2, No.1 Handayani S., Triwahyuni Y., 2016, Hubungan
Posisi Menrean dengan Ruptur Perineum pada Ibu Bersalin, Jurnal Kebidanan, Vol.8 No.2
Hoogenboom G., et al, 2015, Quality of Intrapartum Care by Skilled Birth Attendants in A Refugee Clinic on the Thai-Myanmar Border: A Survey Using WHO Safe Motherhood Needs Assessment, BMC Pregnancy and Childbirth 15:17 DOI 10.1186/s12884- 015-0444-0
Qian P., Acharya G., 2015, Manual Perineal Support : Learn The Skills before You Intervene,
http://dx.doi.org/10.1111/1471- 0528.13431, pp.1157-1165
Rahayu S., Sumarni S., Umaroh, 2015, Perbedaan Hasi Massase Perineum dan kegel Exercise terhadap Pencegahan Robekan Perineum pada Persalinan di Bidan, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068 ; e-ISSN 2461-1026
Sari DU., Putri HA., 2017, Hubungan Senam Hamil dengan Kejadian Ruptur Perineum pada Persalinan Normal di RSU PKU Muhammadiyah Bantul.
http:lib.unisayogya.ac.id
Tarelluan J., Adam SK., Tombokan SG., 2013, Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ruptur Perineum pada Persalinan Normal di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa, Jurnal Ilmiah Bidan, ISSN : 2339-1731, Vol.1 No.1