• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

1. Definisi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

COVID-19 (coronavirus disease 2019) merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. COVID- 19 disebabkan oleh Sars-CoV-2, Gejala yang ditimbulkan akibat COVID-19 ini berupa penyakit infeksi saluran pernapasan, dari mulai flu biasa, hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom pernapasan akut berat/ severe acute respiratory syndrome (SARS). COVID-19 ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa yang muncul di Wuhan China pada Desember 2019. Gejala umum berupa demam 38°C, batuk kering, dan sesak napas bagi manusia. Penyakit COVID-19 dapat menular melalui tetesan droplet dari hidung atau mulut pada saat batuk dan bersin, penularan bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung (Kemenkes, RI).

2. Epidemiologi

Penyakit COVID-19 yaitu penyakit menular jenis baru dimana dimulai terjadinya di Wuhan, China pada akhir tahun 2019 yang tidak diketahui etiologinya (Li et al, 2020). Pemerintah China mengumumkan pada 7 Januari 2020, bahwa kasus tersebut disebabkan Coronavirus jenis baru dimana selanjutnya dinamakan dengan SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2). Tanggal 30 Januari 2020 karena akibat penularannya yang begitu cepat, selanjutnya WHO

(2)

mengumumkan COVID-19 sebagai KKMMD/PHEIC. Angka kematian kasar bervariasi dipengaruhi oleh populasi, ketersediaan pemeriksaan laboratium, dan perkembangan wabah dari penyakit tersebut di suatu negara (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

Negara pertama yang melaporkan adanya pandemi tersebut diluar China adalah Jepang dan Korea Selatan melaporkan kasus pertama terjadinya COVID-19 dimana selanjutnya berkembang ke berbagai negara. Hingga 11 Januari 2023 WHO melaporkan telah terjadi kasus sebanyak 669.276.980 orang, sedangkan yang meninggal dunia sebanyak 6.717.463 orang, dan 21.823.189 orang positif aktif (masih dirawat), serta 640.736.328 pasien dinyatakan sembuh.

Indonesia sendiri melaporkan kasus terjadinya COVID-19 pertama pada tanggal 2 Maret 2020 dan sampai sekarang total kasusnya mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari (PHEOC Kemkes RI) Kasus terkonfirmasi di Indonesia pada tanggal 10 Januari 2023 terkonfirmasi 6.721.095 orang sedangkan pasien sembuh sebanyak 6.551.477 orang dan kasus kematian sebanyak 160.648 orang.

3. Etiologi

Coronavirus yang tergolong dalam family coronavirus merupakan penyebab COVID-19. Virus tersebut yakni virus dengan RNA strain tunggal positif, tidak bersegmen dan tidak berkapsul. 4 stuktur protein utamanya yakni: protein E (selubung), glikoprotein spike S (spike), gikoprotein M (membran), dan protein N (nukleokapsid). Coronavirus termasuk keluarga coronaviridae dengan ordo Nidovirales. Coronavirus

(3)

yang mana merupakan COVID-19 bergenus betacoronavirus dimana secara umum bentuknya bundar, berdiameter 60-140 nm, serta dengan beberapa pleomorfik.

Laboratorium virologi National Institutes of Health di Amerika Serikat (AS) menyatakan virus corona yang menyebabkan SARS-COV- 2 dapat hidup hingga tiga hari pada benda berbahan stainless steel dan plastik. Hal itu diketahui setelah tim NIH melakukan uji coba dengan menempatkan virus tersebut di beberapa benda. Dalam penelitiannya, peneliti NIH menggunakan tujuh bahan yang biasa ditemukan di rumah dan rumah sakit untuk melihat berapa lama virus itu tetap menular.

Penelitian juga menguji kemampuan virus corona di udara. Hasilnya, peneliti menemukan fakta bahwa bahan yang paling disukai virus corona adalah stainless steel dan plastik, di mana virus infeksi itu masih dapat dikumpulkan setelah tiga hari dan mungkin bertahan sedikit lebih lama. Sedangkan benda lain seperti tembaga, peneliti menyatakan paling tidak disukai oleh virus corona. Sebab, virus itu menghilang dalam waktu 4 jam. Sedangkan di udara, penelitian menunjukkan virus corona mampu bertahan selama sekitar 3 jam.

4. Penularan

Infeksi virus corona atau COVID-19 disebabkan oleh coronavirus, yaitu kelompok virus yang menginfeksi system pernapasan. Pada Sebagian kasus, coronavirus hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai dengan sedang, seperti flu. Akan tetapi virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti pneumonia, Middle East

(4)

Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Pada awalnya COVID-19 ditularkan dari hewan ke manusia. Namun, kemudian diketahui bahwa virus corona juga menular dari manusia ke manusia. Virus corona menular melalui droplet yang keluar melalui mulut atau hidung orang yang terinfeksi. Droplet yaitu partikel yang berisi air berdiameter >5-10 µm. Virus corona bisa bertahan hidup selama tiga jam di udara bebas serta bisa hidup lebih lama jika menempel pada permukaan benda di sekitar. Hal ini yang menyebabkan kemungkinan terjadinya penyebaran infeksi baru secara tidak langsung (Sutaryo et al., 2020).

Sedangkan virus corona yang ditularkan melalui hewan, berdasarkan dari data (Kementerian Kesehatan RI, 2020) “coronavirus ditularkan dari civet cats (luwak) pada manusia, namun sampai saat ini belum diketahui secara pasti hewan yang menularkan penyakit COVID- 19. Virus corona memiliki masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan rentang 1-14 hari. Hari-hari pertama penyakit merupakan risiko penularan tertinggi karena tingginya konsentrasi virus. Orang yang terinfeksi bisa menularkan hingga 48 jam sebelum sebelum gejala dan 14 sesudah gejala. COVID-19 umumnya bisa menular dari seseorang yang mempunyai gejala menuju seseorang yang lainnya dengan ketentuan berada dalam jarak yang dekat melalui droplet. Terjadi penularan bisa lewat kontak langsung maupun kontak tidak langsung dengan seseorang yang terinfeksi. Terjadinya penularan langsung melalui droplet yakni saat seseorang ada dalam jarak dekat yaitu kurang

(5)

dari satu meter dengan seseorang yang sudah terkonfirmasi atau memiliki gejala sehingga drolet bisa beresiko masuk melalui mulut, hidung dan mata. Sedangkan terjadinya penularan secara tidak langsung bisa melalui permukaan yang dipakai oleh orang yang terkontaminasi droplet disekitar seseorang yang terinfeksi maupun dengan benda atau permukaan yang dipakai oleh orang yang terkena infeksi contohnya, thermometer atau stetoskop.

5. Pencegahan COVID-19

Penyakit COVID-19 telah menyebabkan krisis kesehatan global yang berdampak besar pada cara pandang orang memahami dunia dan kehidupan sehari-hari (Frontiers, 2020). Langkah-langkah pencegahan untuk mengatasi kasus persebaran COVID-19 oleh pemerintah dengan cara:

a. Penerapan Protokol Kesehatan 5M

Beragam upaya terus dilakukan para ahli dan penduduk global demi mengakhiri ancaman virus COVID-19 yang terus menyerang bertubi-tubi dengan membuat pedoman dan protokol kesehatan untuk menghadapi ancaman virus tersebut. Protokol kesehatan dikenal dengan sebutan 5M sebagai pengembangan dari gerakan 3M yaitu (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas) dan 3M (testing, tracing, treatment) (Kemenkes, 2021).

(6)

1) Memakai Masker

Himbauan agar semua orang (baik yang sehat atau sakit) selalu menggunakan masker saat beraktivitas diluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain yang tidak diketahui status kesehatannya merupakan salah satu adaptasi kebiasaan baru di era pandemic COVID-19 terkait penggunaan masker di dalam rumah perlu dilakukan ketika ada anggota keluarga yang terinfeksi dan merasakan gejala COVID-19.

2) Mencuci Tangan

Rutin untuk mencuci tangan hingga bersih merupakan salah satu upaya dan adaptasi kebiasaan baru menerapkan protokol kesehatan yang cukup efektif untuk mencegah penularan virus COVID-19. Untuk hasil yang maksimal biasakan mencuci tangan setidaknya selama 20 detik dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun. Apabila tidak ada air atau sabun bisa menggunakan hand sanitizer untuk membersihkan tangan dari kuman-kuman yang menempel.

3) Menjaga Jarak

Penerapan protokol kesehatan yang harus dipatuhi yaitu dengan cara melakukan jaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena droplets dari orang yang bicara, batuk, atau bersin serta menghindari dari kerumunan, keramaian dan berdesakan.

(7)

4) Menjauhi Kerumunan

Menjauhi kerumunan merupakan penerapan protokol kesehatan yang harus dipatuhi. Masyarakat diminta untuk menjauhi kerumunan saat berada diluar rumah dan menghindari tempat keramaian terutama apabila kondisi badan sedang sakit atau memasuki usia di atas 60 tahun (lansia). Hal ini didasarkan karena semakin banyak dan seringnya bertemu dengan orang banyak kemungkinan terjadi penularan COVID-19 bisa semakin tinggi apalagi menurut riset lansia dan pengidap penyakit kronis memiliki risiko lebih tinggi terserang virus COVID-19.

5) Mengurangi Mobilitas

Apabila tidak ada keperluan yang mendesak diusahakan untuk tetap berada di rumah. Meskipun sedang sehat dan tidak ada gejala penyakit, karena belum tentu ketika pulang ke rumah nanti masih dengan keadaan yang sama. Karena virus COVID- 19 dapat menyebar dan menginfkesi seseorang dengan cepat.

Semakin banyak menghabiskan waktu diluar rumah makan semakin tinggi risiko terpapar virus COVID-19.

b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Menurut (Mesa Sukmadani Rusdi, 2021) salah satu metode pencegahan penularan COVID-19 adalah dengan cara penerapat perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Melalui PHBS diharapkan masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalah sendiri dan dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga,

(8)

memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Kampanye PHBS dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat agar diterapkan untuk memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19. Penerapan PHBS dalam mencegah penularan COVID-19 ialah dengan menjaga kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer, mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan masker.

c. Melakukan Vaksinasi COVID-19

Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Nomor HK.02.02/4/1/2021 tentang petunjuk teknis pelaksanaan vaksinasi dalam rangka penanggulangan pandemic corona virus disease 2019 (COVID-19) menyebutkan bahwa vaksinasi merupakan intervensi yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit. Intervensi ini telah dilakukan oleh berbagai negara termasuk Indonesia, untuk mengembangkan vaksin yang ideal untuk pencegahan infeksi SARS-CoV-2 dengan berbagai platform yaitu vaksin inaktivasi linactivated virus vaccines, vaksin virus yang dilemahkan (live attenuated), vaksin vektor virus, vaksin asam nukleat, vaksin seperti virus (virus-like vaccine) dan vaksin subunit protein.

Kata “vaksin” berasal dari istilah Latin Variolae Vaccinae (cowpox) yang ditunjukan oleh Edward Jenner untuk mencegah cacar pada manusia. Vaksin adalah olahan patogen yang mati atau yang lemah, atau produknya yang saat diperkenalkan ke dalam tubuh, merangsang produksi antibodi tanpa menyebabkan penyakit.

(9)

Vaksinasi juga disebut imunisasi aktif karena sistem kekebalan tubuh dirangsang untuk secara aktif mengembangkan kekebalannya sendiri terhadap patogen. Antigen adalah makromolekul yang menimbulkan respons kekebalan tubuh. antigen dapat berupa protein, polisakarida atau konjugasi lipid dengan protein (lipoprotein) dan polisakarida (glikolipid). Antibodi mengenali antigen dengan cara tertentu dan sistem kekebalan tubuh untuk mendapatkan memori terhadap antigen. Pertemuan pertama dengan antigen dikenal sebagai respons primer. Pertemuan kembali dengan antigen yang menyebabkan pertemuan sekunder yang lebih cepat dan kuat. Dasar dari fungsi vaksinasi COVID-19 yaitu mendorong memori limfosit untuk berkembang biak dan sel plasma yang dihasilkan menghasilkan antibodi.

Vaksinasi COVID-19 bertujuan untuk mengurangi transmisi/penularan, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19, mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd immunity) dan melindungi masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi. Kekebalan kelompok hanya dapat terbentuk apabila cakupan vaksinasi tinggi dan merata di seluruh wilayah. Upaya pencegahan melalui pemberian program vaksinasi jika dinilai dari sisi ekonomi, akan jauh lebih hemat biaya apabila dibandingkan dengan upaya pengobatan.

Evaluasi efektivitas vaksinasi COVID-19 yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI,

(10)

membuktikan bahwa vaksin mampu menurunkan risiko terinfeksi COVID-19, serta mengurangi perawatan dan kematian bagi tenaga kesehatan. Berdasarkan juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI (dr.Siti Nadia Tarmidzi, M.epid 2021) mengatakan sebanyak 5% dari tenaga kesehatan yang melakukan vaksinasi COVID-19 lengkap dilaoprkan terkonfirmasi COVID-19 pada periode April-Juni 2021 jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang terkonfirmasi COVID-19 pada periode Januari-Maret 2021 yang jumlahnya hanya 0,98%. Namun demikian jumlah tenaga kesehatan yang sudah melakukan vaksinasi COVID-19 lengkap yang harus dirawat jauh lebih rendah 0,17%

dibandingkan dengan orang yang belum melakukan vaksinasi COVID-19 0,35%. Hal ini menunjukan bahwa vaksinasi COVID-19 yang saat ini digunakan efektif terhadap mutase virus COVID-19.

Demikian pula dengan kejadian kematian akibat COVID-19 jumlah tenaga kesehatan yang belum melakukan vaksinasi COVID-19 yang meninggal relative lebih besar daripada yang sudah melukukan vaksinasi COVID-19 secara lengkap. Hal ini menunjukan bahwa vaksinasi COVID-19 berperan dalam memperlambat risiko terinfeksi COVID-19. Tenaga kesehatan yang divaksinasi lengkap relatif memiliki ketahanan yang lebih lama untuk terinfeksi COVID- 19 dibandingkan tenaga kesehatan yang belum divaksin.

Vaksinasi COVID-19 dilaksanakan dalam 4 tahapan mempertimbangkan ketersediaan, waktu kedatangan dan profil

(11)

keamanan vaksin. Kelompok prioritas vaksin adalah penduduk yang berdomisili di Indonesia yang berusia ≥18 tahun. Kelompok penduduk berusia dibawah 18 tahun dapat diberikan vaksinasi apabila telah tersedia data keamanan vaksin yang memadai dan persetujuan penggunaan pada masa darurat (emergency use authorization) atau penerbitan nomor izin edar (NIE) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Kemenkes RI, 2021).

6. Cara Kerja Vaksin COVID-19

Vaksin membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan mengaktifkan respon tubuh terhadap penyakit tertentu. Dengan vaksin, tubuh akan mengenali, melawan, dan mengingat cara melawan virus atau bakteri pembawa penyakit. Cara kerja vaksin COVID-19 tidak berbeda jauh dengan vaksin umumnya, vaksin sendiri merupakan suatu bahan atau produk yang digunakan untuk menghasilkan sistem imun dari berbagai penyakit. Setelah 15 menit Sebagian kecil orang akan memiliki reaksi alergi terhadap bahan tidak aktif dalam vaksin. Reaksi itu bisa terjadi dalam waktu sekitar 15 menit setelah menerimanya efek samping merupakan reaksi tubuh terhadap vaksin itu sendiri atau terhadap antibodi yang diproduksi oleh tubuh karena di dalam vaksin terdapat berbagai produk biologi, dan bagian dari virus atau bakteri, maupun virus atau bakteri yang sudah dilemahkan yang berguna untuk merangsang munculnya antibodi atau kekebalan tubuh.

Vaksin COVID-19 akan merangsang sistem imunitas untuk membuat zat kekebalan tubuh (antibodi) yang bertahan cukup lama. Zat ini

(12)

nantinya akan melawan antigen dari patogen (virus corona) COVID-19 masuk ke dalam tubuh. Apabila antigen penyakit COVID-19 menyerang kembali, maka akan muncul reaksi imunitas yang kuat dari tubuh, tujuannya untuk menghancurkan antigen tersebut. Menurut WHO cara kerja vaksinasi COVID-19 dibedakan menjadi dua:

a) Respons Alami Tubuh

Patogen adalah bakteri, virus, parasit, atau fungsi yang dapat menyebabkan penyakit di dalam tubuh. Masing-masing patogen terdiri dari beberapa bagian yang biasanya hanya ada pada jenis patogen tersebut dan penyakit yang diakibatkannya. Bagian patogen yang menyebabkan pembentukan antibodi disebut antigen. Antibodi yang dihasilkan untuk merespons antigen dari patogen merupakan bagian penting dalam sistem imun. Antibodi dapat dipandang sebagai prajurit dalam sistem pertahanan tubuh. Setiap antibodi dalam tubuh dilatih untuk mengenali suatu antigen tertentu karena didalam tubuh setiap manusia memiliki ribuan antibodi yang berbeda-beda. Saat tubuh manusia terpapar suatu antigen untuk pertama kalinya, sistem imun membutuhkan waktu untuk merespons dan memproduksi antibodi khusus untuk antigen tersebut.

Setelah antibodi spesifik untuk untuk antigen tersebut diproduksi, antibodi bekerja sama dengan bagian sistem imun lainnya untuk menghancurkan patogen dan menghentikan penyakit. Antibodi terhadap suatu patogen biasanya tidak memberikan perlindungan terhadap patogen lain kecuali jika kedua patogen tersebut sangat

(13)

mirip dengan satu sama lainnya. Setelah tubuh memproduksi antibodi, yang akan tetap hidup bahkan setelah patogennya dikalahkan oleh antibodi. Jika tubuh terpapar pada patogen yang sama lebih dari satu kali, respons antibodi menjadi jauh lebih cepat dan lebih efektif dibandingkan paparan yang pertama karena sel-sel pengingat sudah siap memompa keluar antibodi terhadap antigen tersebut. Hal ini berarti bahwa jika seseorang terpapar suatu patogen berbahaya di masa depan, sistem imun orang tersebut akan mampu segera merespons, sehingga memberikan perlindungan terhadap penyakit.

b) Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)

Saat seseorang divaksinasi, orang tersebut sangat mungkin terlindung dari penyakit yang disasar. Tetapi tidak semua orang bisa divaksin. Orang-orang dengan kondisi kesehatan penyerta yang memperlemah sistem imun atau yang memiliki permasalahan yang memungkinkan tidak bisa melakukan vaksinasi. Maka, orang-orang tersebut dapat dilindungi apabila berada ditengah-tengah orang yang sudah melakukan vaksinasi. Saat banyak orang yang sudah divaksin, patogen akan sulit menyebar karena sebagian besar yang dijangkitnya sudah kebal dan memiliki sistem imun yang baik. Jadi, semakin banyak orang yang sudah divaksin semakin kecil risiko orang yang tidak bisa dilindungi oleh vaksin terpapar karena patogen-patogen yang merugikan.

(14)

Kekebalan kelompok menjadi semakin penting bagi orang-orang yang selain tidak bisa divaksinasi juga lebih rentan terhadap penyakit-penyakit yang dicegah melalui vaksinasi. Karena tidak ada vaksin yang memberikan perlindungan 100% dan kekebalan kelompok tidak memberikan perlindungan penuh bagi orang yang tidak divaksinasi dengan aman. Namun, dengan kekebalan kelompok orang-orang yang tidak bisa divaksin akan mendapat perlindungan yang cukup besar, karena orang-orang yang ada di sekitarnya sudah divaksinasi.

7. Jenis-Jenis Vaksin COVID-19

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.HK.01.07/MENKES/9860/2020, Kementerian Kesehatan RI menetapkan jenis vaksin COVID-19 yang dapat digunakan untuk pelaksanaan vaksinasi di Indonesia adalah vaksin yang diproduksi oleh:

a) PT Bio Farma

Vaksinasi COVID-19 Jenis Bio Farma berasal dari bulk (bahan baku) vaksin Sinovac yang dikirimkan ke Indonesia. Secara kemasan vaksin Bio Farma memiliki skema multidosis, yaitu satu vial akan berisi 10 dosis. Dalam satu kemasan dus sekunder vaksin PT Bio Farma berisi 10 vial ukuran 5 ml. vaksin produksi Pt Bio Farma diberi nama COVID-19 Vaccine.

b) AstraZeneca

Vaksinasi COVID-19 buatan perusahaan farmasi Inggris.

AstraZeneca bekerja dengan cara membawa protein lonjakan ke

(15)

dalam sel tubuh, sehingga sel-sel bisa membacanya dan membuat Salinan protein lonjakan. Sistem kekebalan tubuh kemudian akan belajar untuk mengenali dan melawan virus SARS-CoV-2. Sama seperti Sinovac, vaksin AstraZeneca juga diberikan sebanyak dua kali penyuntikan dengan jarak waktu pemberian antara dosis yaitu 12 minggu.

c) Sinopharm

Vaksinasi COVID-19 buatan China National Pharmaceutical Group Corporation merupakan vaksin inaktivasi yang menstimulasi sistem kekebalan tubuh tanpa risiko menyebabkan penyakit. Sinopharm diberikan sebanyak dua dosis dengan interval 3-4 minggu.

d) Moderna

Vaksinasi COVID-19 buatan Moderna ini diklaim memiliki efektivitas sebesar 94,5%. Vaksin ini berbasis mRNA yang bekerja dengan cara menginstruksikan sel untuk membuat protein lonjakan, sehingga tubuh bisa menghasilkan respons kekebalan dan menyimpan infromasi tersebut.

e) Pfizer

Vaksinasi COVID-19 jenis Pfizer memiliki efektivitas 95% yang diberikan sebanyak dua kali penyuntikan dengan interval antar dosis, yaitu 21-28 hari.

(16)

f) Sinovac

Vaksinasi COVID-19 buatan Sinovac Biotech Ltd yang diberi nama CoronaVac merupakan jenis vaksin inaktivasi. Artinya vaksin berisi patogen yang sudah dimatikan, sehingga bisa merangsang terbentuknya sistem kekebalan tubuh tanpa menyebabkan penyakit. Vaksin Sinovac diberikan sebanyak dua dosis dengan jarak waktu pemberian 28 hari.

g) Novovak

Vaksinasi COVID-19 yang diproduksi di India ini menggunakan teknologi yang berbeda dengan vaksin-vaksin corona lainnya.

Novovak yang diberikan sebanyak dua dosis, berisi protein untuk membawa fragmen virus corona yang tidak berbahaya untuk menghasilkan reaksi kekebalan.

B. Pengetahuan Tentang Vaksinasi COVID-19 1) Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga atau sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan Pendidikan formal. Dengan menjalankan pendidikan yang tinggi diharapkan semakin luas pengetahuannya akan tetapi orang yang berpendidikan rendah tidak mutlak berpengatahuan rendah pula.

(17)

Peningkatan pengetahuan tidak hanya diperoleh dari Pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh dari Pendidikan non formal.

Pengetahuan akan suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2014).

Pada umumnya pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengetahuan atas suatu pola. Manakala informasi dan data sekunder berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Inilah yang disebut dengan potensi untuk menindak lanjuti dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

2) Tingkat Pengetahuan

Menurut (H.L. Bloom dalam Notoatmodjo 2010) pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mempunyai intensitas atau tindakan yang berbeda. Secara garis besar dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

a) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai recall atau memanggil memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang spesifik dan seluruh

(18)

bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Tahu disini merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur orang yang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu dapat menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

b) Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek tersebut, dan juga tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya. Orang yang telah memahami objek dan materi harus dapat menjelaskan, menyebut contoh, menarik kesimpulan, meramalkan terhadap suatu objek yang dipelajari.

c) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan ataupun mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang lain. Aplikasi juga diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, rencana program dalam siatuasi yang lain.

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan atau memisahkan, lalu kemudian mencari hubungan antara komponen- komponen dalam suatu objek atau masalah yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkatan ini adalah jika orang tersebut dapat membedakan, memisahkan,

(19)

mengelopokan, membuat bagan (diagram) terhadap pengetahuan objek tersebut.

e) Sintesis (Syntesis)

Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam merangkum atau meletakan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dengan kata lain suatu kemampuan untuk Menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada sebelumnya.

f) Evaluasi

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan diri sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

3) Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yakni:

a) Kurang : Hasil presentase <56%

b) Cukup : Hasil presentase 56%-75%

c) Baik : Hasil presentase 76%-100%

C. Sikap Tentang Vaksinasi COVID-19 1) Definisi Sikap

Sikap adalah respon seseorang terhadap adanya rangsangan, objek atau situasi tertentu. Sikap merupakan pendapat seseorang terhadap suatu keadaan atau situasi tertentu. Dalam konteks kesehatan, sikap dapat

(20)

berupa pendapat seseorang terhadap program atau upaya kesehatan yang sedang diterapkan. Ungkapan pendapat dapat berupa penyataan setuju atau tidak setuju, senang atau tidak senang, dan mau atau tidak mau.

Sikap juga merupakan kesiapan seseorang untuk berperilaku. Sikap yang positif terhadap sesuatu (setuju, senang, mau) akan memicu prilaku yang posisif pula (Notoatmodjo, 2010).

Sikap merupakan predisposisi tindakan suatu objek, dan sikap itu masih merupakan reaksi tertutup dan memiliki tiga komponen pokok yaitu kepercayaan, emosional dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (adventus dkk, 2019).

1) Tahapan Sikap

Dalam Taksonomi Bloom tahapan domain sikap adalah (Danna, Mahalia, 2019):

a) Menerima

Diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan memperhatikan dorongan atau stimulus yang diberikan.

b) Merespons

Memberikan tanggapan atau jawaban terhadap pertanyaan, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang telah diberikan merupakan suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas yang telah

(21)

diberikan, terlepas dari benar atau salah, berarti orang telah menerima ide tersebut.

c) Menghargai

Mengajak peran serta orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap suatu masalah sehingga menunjukkan nilai yang dipercayai untuk membedakan mana yang baik dan kurang baik terhadap suatu objek merupakan suatu indikasi sikap tingkat ke tiga.

d) Bertanggung Jawab

Kemampuan seseorang dalam mengelompokan serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan menerima berbagai risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Azwar (2007) dalam Danna (2019) :

a) Pengalaman Pribadi

b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting c) Pengaruh budaya

d) Media massa

e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama f) Pengaruh faktor emosional

(22)

3) Pengukuran Sikap

Menurut Azwar S (2011) ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran sikap yaitu sebagai berikut:

a) Skala Likert

Menurut Likert dalam buku Azwar S (2011), sikap dapat diukur menggunakan metode rating atau dijumlahkan. Pada Skala Likert menggunakan interval 1,2,3,4,5 interval, dari kata “sangat setuju” sampai sangat tidak setuju”.

Menurut Notoatmodjo (2014), setiap pertanyaan sikap dinilai menggunakan pengukuran skala Likert sebagai berikut:

1) Pertanyaan Positif

a. Sangat setuju (SS) : Skor 4

b. Setuju (S) : Skor 3

c. Tidak Setuju (TS) : Skor 2 d. Sangat Tidak Setuju (STS) : Skor 1 2) Pertanyaan Negatif

a. Sangat Setuju (SS) : Skor 1

b. Setuju (S) : Skor 2

c. Tidak Setuju (TS) : Skor 3 d. Sangat Tidak Setuju (STS) : Skor 4 D. Perilaku Tentang Vaksinasi COVID-19

1) Definisi Perilaku

Setiap individu memiliki perilaku yang berbeda-beda dengan individu lainnya. Menurut Lowrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007),

(23)

kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes).

Adapun faktor-faktor perilaku tersebut ditentukan dan dibentuk oleh:

a) Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) yaitu: faktor yang menjadi dasar motivasi seseorang atau niat seseorang untuk melakukan sesuatu, seperti: pengetahuan, sikap, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin, sosial budaya dan lain sebagainya.

b) Faktor Pemungkin (Enabling Factors) yaitu: faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan.

Faktor pemungkin merupakan karakteristik lingkungan misalnya berupa keterjangkauan jarak tempat pelayanan kesehatan Faktor pemungkin ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan misalnya ketersediaan Puskesmas sebagai pusat pelayanan penyedia vaksinasi COVID-19 dan sumber-sumber lainnya yang ada di masyarakat.

c) Faktor Pendorong (Reinforcing Factors) yaitu: faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong seseorang untuk berperilaku yang berasal dari orang lain misalnya: dukungan keluarga, dukungan tokoh masyarakat atau tokoh agama.

Pengetahuan dan sikap yang dimiliki seseorang merupakan faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku. Perilaku yang dimaksud dititik beratkan pada partisipasi masyarakat untuk melaksanakan vaksinasi COVID-19. Jika seseorang memiliki pengetahuan yang baik dalam menjaga kesehatan diri sendiri, diharapkan juga

(24)

memiliki sikap dan perilaku yang baik pula dalam menjaga kesehatan agar tetap sehat. Sikap merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang. Perubahan sikap secara berkelanjutan dapat mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang yang dapat meningkatkan kesadaran setiap individu.

E. Teori Partisipasi Masyarakat

Konsep partisipasi yang dibuat oleh UNICEF (1986) membedakan partisipasi menjadi dua rumpun besar berjenjang, yaitu keterlibatan (involvement) dan keberperansertaan (participation) tepat untuk dijadikan batas pengertian. Istilah partisipasi diambil dari Bahasa inggris yaitu participation. Dalam penggunaannya di Indonesia istilah “participation”

tersebut ada kalanya diserap begitu saja menjadi partisipasi, dan bisa diterjemahkan menjadi: ikut seta (keikutsertaan), peran serta (berperan serta), ambil bagian, dan terlibat (keterlibatan). Definisi partisipasi menurut Mardikanto (1994:317; dalam Theodorson, 1996: mengasumsikan gabungan istilah: partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu.

Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud bukan bersifat pasif, tetapi secara aktif yang ditunjukan oleh yang bersangkutan (masyarakat). Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang di dalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakat, diluar pekerjaan dan profesinya sendiri. Apabila keikutsertaan tidak disertai dengan ambil bagian maka bisa disimpulkan hanya sekedar ikut-ikutan saja (bersifat pasif) dan tidak disebut dengan

(25)

partisipasi. Menurut pendapat Slamet (1993) faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah faktor Umur, Pendidikan, Pekerjaan dan Penghasilan.

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Melaksanakan Vaksinasi COVID-19

Menurut Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007) perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu Faktor Predisposisi (Predisposing Factor), Faktor Pemungkin (Enabling Factor), dan Faktor Penguat/Pendorong (Reinforcing Factor).

a) Faktor Predisposisi (Predisposing Factor) 1) Pengetahuan

Dasar pengetahuan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi seluruh lingkungan dari masyarakat tersebut. Hal ini membuat masyarakat memahami ataupun tidak terhadap tahap-tahap dan bentuk dari partisipasi yang ada. Menurut Nurislaminingsih (2020) masyarakat umum biasanya mendapatkan pengetahuan mengenai COVID-19 melalui media informasi yang digunakan untuk mencari tahu suatu permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat sekarang. Informasi tidak dimaknai lagi sebagai informasi dari satu orang ke orang lain tetapi sudah menjadi kebutuhan untuk mencari penyelesaian masalah yang ada. Namun pada kenyataannya muncul masalah dalam peredaran infromasi yang cepat, beritanya tidak valid dan sumbernyapun tidak

(26)

jelas. Beredar hoaks tentang vaksinasi COVID-19 yang menimbulkan kepanikan public dalam menghadapi partisipasi untuk melaksanakan vaksin COVID-19. Apalagi ditambah dengan pemberitaan bahwasanya vaksin COVID- 19 tidak halal dan lain sebagainya. Sehingga proses produksi dan penyebaran informasi yang mudah di masyarakat mengaburkan informasi yang efektif dan dikaburkan oleh berita yang sudah di edit oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu masyarakat membutuhkan pengetahuan dan pemahaman yang efektif tentang vaksinasi COVID-19. Karena pengetahuan sangat erat kaitannya dengan Pendidikan dimana apabila seseorang dengan Pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya.

2) Sikap

Menurut Notoatmodjo (2007) sikap merupakan reaksi atau respon tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek tertentu. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan melalui perilaku yang tertutup.

Semakin banyak informasi dapat mempengaruhi dan menambah pengetahuan sehingga menimbulkan kesadaran yang pada akhirnya akan bersikap atau berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang didapat dari pembelajaran dan pengalaman (Masyudi, 2018).

(27)

Berdasarkan penelitian Fitri, dkk (2018) menunjukan bahwa semakin positif sikap seseorang terhadap vaksinasi COVID- 19 maka kemungkinan semakin tinggi minat untuk mengikuti vaksinasi COVID-19 begitu juga sebaliknya, semakin negatif sikap seseorang terhadap vaksinasi COVID-19 maka kemungkinan semakin rendah minat untuk mengikuti vaksinasi COVID-19.

3) Pekerjaan

Faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat adalah jenis pekerjaan (Slamet, 1993:114) mengatakan bahwa partisipasi pada umumnya berhubungan dengan sejumlah faktor tertentu antara lain faktor pendidikan dan faktor jenis pekerjaan. Misalnya orang yang memiliki pekerjaan sosial dan dianggap sebagian masyarakat memiliki pengaruh seperti misalnya tenaga medis yang dilatarbelakangi pendidikan kesehatan yang baik dan diharapkan dapat memberikan dorongan untuk meningkatkan kesejahteraan kesehatan masyarakat untuk ikut berpartisipasi melaksanakan vaksinasi COVID-19.

4) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan Menurut (Lestari dalam Wirawan, 2016:3) merupakan suatu kegiatan seseorang dalam mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk tingkah lakunya. Berdasarkan penelitian (Ichan Dewi Susetiyani,

(28)

2021) tingkat pendidikan mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam melaksanakan vaksinasi COVID-19.

Terdapat kecenderungan semakin rendah pendidikan semakin bersedia untuk menerima vaksinasi begitupun sebaliknya semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tidak bersedia untuk divaksinasi.

5) Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat dan fungsi biologi laki-laki dan perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka (Oakley, 2015). Dalam penelitian (Reiter dkk, 2020) yang dilakukan di Amerika menemukan bahwa laki-laki tidak bersedia melakukan vaksinasi dibandingkan dengan perempuan (Reiter, Pennell, and Katz, 2020).

6) Kepercayaan Terhadap Budaya Tertentu

Masyarakat dengan tingkat heterogenitas yang tinggi, terutama dari segi agama dan budaya akan menentukan strategi partisipasi yang digunakan serta metodologi yang digunakan. Seringkali kepercayaan yang dianut dapat bertentangan dengan konsep-konsep yang ada. Berdasarkan penelitian (Ichan Dewi Susetiyani, 2021) agama menjadi faktor kunci dari kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi melaksanakan vaksin COVID-19. Olah karena OR dari faktor agama 0,402 (0.241-0.670) ini berarti agama adalah

(29)

faktor determinan protektif kesediaan masyarakat Sulawesi Tengah untuk menerima vaksinasi COVID-19. Sedangkan penelitian (Analisis Jardine, 2020) menunjukan bahwa keragaman yang luas dalam tanggapan COVID-19 di negara-negara yang mayoritas muslim dengan indikasi yang jelas bahwa demokrasi fungsional mampu menahan epidemi secara signifikan lebih baik daripada rezim non-demokrasi.

b) Faktor Pemungkin (Enabling Factor) 1) Keterjangkauan Jarak

Keterjangkauan akses pelayanan kesehatan merupakan kemampuan setiap individu dalam mencari pelayanan kesehatan sesuai dengan yang mereka butuhkan (Damayantie, Heryani dan Muazir, 2018). Menurut penelitian Nurnaningsih (2021) menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara keterjangkauan pelayanan kesehatan dengan pelaksanaan vaksinasi COVID-19.

Keterjangkauan terhadap fasilitas kesehatan sangat dipengaruhi oleh kondisi sarana dan prasarana yang ada, baik keterjangkauan pelayanan maupun transportasi.

Kemudahan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan, terkait vaksinasi COVID-19 sangat menentukan seseorang dalam menentukan pilihan untuk mengakses suatu suatu pelayanan atau tidak. Jika akses untuk melakukan vaksinasi dirasa cukup mudah dan terjangkau baik dari sisi

(30)

transportasi maupun pelayanan, maka hal tersebut menjadi faktor pendukung seseorang untuk memenuhi vaksinasi COVID-19.

c) Faktor Penguat/Pendorong (Reinforcing Factor) 1) Dukungan Keluarga

Partisipasi masyarakat dimulai dari unit terkecil, yaitu keluarga. Sebagai lembaga sosial terkecil, keluarga merupakan miniatur masyarakat yang kompleks (Santika, 2019). Menurut penelitian Widayanti (2021) menjelaskan bahwa diperlukan dukungan penuh dari keluarga untuk mengikuti vaksinasi COVID-19 agar Indonesia segera bebas dari pandemi COVID-19. Seperti yang dilaporkan WHO (2020) menyatakan bahwa untuk meningkatkan kesediaan menerima vaksinasi, yang dapat dilakukan adalah menciptakan lingkungan yang mendukung, memanfaatkan orang yang berpengaruh positif yaitu keluarga. Berdasarkan penelitian Yuniarti, Tri (2022) menunjukan bahwa terdapat hubungan bermakna antara dukungan keluarga dalam keikutsertaan vaksin COVID-19.

2) Dukungan Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama Berdasarkan penelitian Kholidiyah, Dina dkk (2021) menunjukan bahwa keterlibatan tokoh masyarakat, tenaga kesehatan dan tokoh agama akan menjadikan masyarakat lebih memahami mengenai vaksinasi COVID-19 dan

(31)

meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja dari vaksin COVID-19 sendiri. Saat kepercayaan masyarakat terbangun, maka dapat dipastikan program vaksinasi COVID-19 akan tercapai.

(32)

39 F. Kerangka Teori

Berdasarkan judul penelitian di atas maka kerangka teori pada penelitian ini adalah :

Perilaku

Partisipasi Masyarakat Dalam Melaksanakan Vaksinasi COVID-19 di Desa Cintanagara Predisposing Factors

Enabling Factors

Reinforcing Factors

Pengetahuan Sikap Pekerjaan Pendidikan Jenis Kelamin Sosial Budaya Sarana dan

Prasarana/

Fasilitas Kesehatan Dukungan Keluarga, Tokoh

Masyarakat, Tokoh Agama

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007), UNICEF (1986)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui profitabilitas usaha persewaan kapal wisata gazebo di Karimunjawa yang merupakan hasil modifikasi dari kapal ikan tradisional

Dengan adanya Multi E-Commerce yang dibangun menggunakan Framework Codeigniter ini dapat membantu pengrajin atau penjual kerajinan gerabah untuk memperluas pemasaran

Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dikelas, tidak hanya tergantung dalam penguasaan bahan ajar atau penggunaan metode pembelajaran, tetapi proses pembelajaran yang baik

Sumber itu asli atau salinan dan sudah dirubah (Ismaun, 2005, hlm. Kritik internal atau kritik dalam, yakni untuk menilai kredibilitas sumber terhadap aspek dari dalam

Dosis konsentrasi insektisida Decis yang akan digunakan untuk perlakuan pada uji toksisitas sangat toksis terhadap ikan nila merah galur Cangkringan, maka dari data

Turbin yang bergerak karena uap dipergunakan baling baling kapal dan sisa amoniak yang dari turbin menggunakan air dingin dari kedalaman laut yang suhunya C,

Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran Guru melakukan apersepsi guna menggali konsep dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa

Tidak jarang juga pembelian konsumen di pengaruhi oleh harga promosi, dalam penelitian ini juga membahas tentang pengaruh orang yang berpemahaman agama