BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Peppermint
Tanaman peppermint (Mentha piperita) merupakan tanaman herbal aromatic yang dibudidayakan di sebagian besar dunia. Daun mint telah digunakan sebagai obat di kalangan masyarakat (Paramila et al, 2012).
Gambar 2. Tanaman Peppermint Sumber: Kompas.com
Klasifikasi tanaman peppermint adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliaphyta Kelas : Magnoliapsida Ordo : Lamiales Famili : Lamiaceae Genus : Mentha
Spesies : Mentha piperita L.
Sumber: Plantamor (2016)
2.2 Morfologi Tanaman Peppermint 2.2.1. Akar
Akar tanaman mint memiliki akar rhizome merambat dan berwarna putih (Badan POM RI, 2008).
Gambar 2. Akar peppermint Sumber: Solopos.com
2.2.2. Batang
Peppermint merupakan tanaman herbal yang memiliki batang tegak atau sedikit menjalar, tingginya berkisar 20-90 cm. Peppermint mempunyai percabangan simpodial (batang pokok dengan batang cabang sulit dibedakan), berbentuk segi empat, tekstur permukaan licin
dan sedikit berbulu serta berwarna hijau keunguan (Hadipoentyanti, 2010).
Gambar 3. Batang Peppermint Sumber: Kompas.com
2.2.3. Daun
Daun peppermint memiliki panjang 4-9 cm dan lebar antara 1,5- 4 cm, berwarna hijau gelap dengan pembuluh daun berwarna kemerah- merahan, ujung daun tajam serta tepi daun kasar bergerigi, letak daun berseling berhadapan (USDA, 2012).
Gambar 4. Daun Peppermint Sumber: Liputan6.com
2.2.4. Bunga
Bunga daun mint majemuk bergerombol, berbentuk karangan melingkar di ketiak daun, berwarna putih, putih keunguan sampai ungu dengan panjang 6-8 mm. Kelopak bunga berbentuk tabung atau lonceng bergerigi pendek dan runcing. Bunga muncul pada pertengahan akhir musim panas (USDA, 2009).
Gambar 5. Bunga Peppermint Sumber: IStock
2.2.5. Biji
Biji tanaman mint dihasilkan dari penyerbukan yang diikuti dengan pembuahan. Bakal buah tumbuh menjadi buah dan bakal biji tumbuh menjadi biji, ukuran bijinya kecil dan berwarna hitam.
Gambar 6. Biji Peppermint Sumber: Kompas.com
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Peppermint
Daun mint dapat tumbuh didaerah lembab dengan ketinggian 150-900 mdpl. Daun mint membutuhkan tanah yang gembur, subur dan berdrainase baik dengan pH 5,5-7. Iklim yang tepat untuk daun mint berbunga dan produksi maksimum yaitu dengan curah hujan 2000-4000 mm/tahun. Bulan basah lebih dari tujuh bulan dan bulan kering tidak lebih dari 3 bulan. Kelembaban yang cocok adalah 70-80% dengan intensitas cahaya penuh serta suhu 20-30o C.
Tanaman mint yang dibudidayakan secara hidroponik cocok dengan pH air 5,5- 6 dengan kepekatan nutrisi 1400-1680 ppm (Farmee, 2020).
2.4 Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)
Wick system atau sistem sumbu adalah sistem yang paling sederhana dalam sistem hidroponik karena tidak memiliki bagian yang bergerak sehingga tidak membutuhkan pompa ataupun listrik. Sistem sumbu disebut sistem pasif dalam hidroponik karena akar tidak bersentuhan langsung dengan air.
Dinamakan sistem sumbu karena dalam pemberian asupan nutrisi untuk tanaman disalurkan dengan media yang disebut sumbu.
Sistem sumbu menggunakan prinsip kapilaritas, yaitu menggunakan sumbu sebagai jembatan atau penyambung pengalir air nutrisi dari bak penampung air menuju akar tanaman (Dasar-dasar Bertanam Hidroponik, 2019).
2.5 Media Tanam Hidroponik
Media tanam memiliki fungsi sebagai tempat melekatnya akar, penyokong bagi tanaman, dan perantara larutan nutrisi (Ainina dan Aini, 2018).
Salah satu media tanam hidroponik yang sering digunakan adalah rockwool.
Media tanam rockwool merupakan gabungan dari batu bara, batu kapur dan batu basalt yang diproses melalui pemansan suhu tinggi sehingga membentuk serat-serat. Proses pembuatannya yang melibatkan suhu tinggi membuat
rockwool steril dari mikroorganisme pathogen, hama ataupun benih gulma. Air mudah terlepas dari serat-serat rockwool sehingga struktur rockwool memberikan rasio air dan udara yang optimum untuk pertumbuhan tanaman (Bussell & Mc Kennie, 2019).
2.6 Jenis Sumbu Hidroponik
Sumbu sistem wick yang biasa digunakan adalah sabut kelapa yang bisa menyuplai nutrisi ke tanaman. Keunggulan sabut kelapa yaitu dapat menyerap air dengan baik serta mudah didapatkan. Prefensi lain yang bisa dipakai ialah sumbu kompor, sumbu ini dapat menyerap nutrisi dengan baik, harga relative murah serta mudah didapatkan (Ansar, dkk., 2019).
2.7 Larutan Nutrisi AB Mix
Dalam budidaya hidroponik nutrisi diberikan dalam bentuk larutan yang mengandung unsur makro dan mikro (Susilo, 2009). Unsur makro yaitu nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Unsur mikro yaitu mangan (Mn), cuprum (Cu), molibdin (Mo), zincum (Zn) dan besi (Fe) (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Pengukuran kepekatan larutan nutrisi dalam hidroponik harus disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi pada fase pertumbuhan tanaman.
Penambahan atau peningkatan ppm (part per million adalah satuan untuk mengukur kepekatan suatu larutan cair) nutrisi disesuaikan dengan unsur
tanaman, semakin tua unsur tanaman maka semakin tinggi ppm yang dibutuhkan (Susilawati, 2019).