• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN STRATEGIK MALAM TRANSFORMASI IAIN MENJADI UIN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN STRATEGIK MALAM TRANSFORMASI IAIN MENJADI UIN."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH DAN PENGHARGAAN ... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR BAGAN... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian...

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah ... 2. Perumusan Masalah...

C. Tujuan Penelitian ...

D. Manfaat Penelitian ...

E. Struktur Organisasi ... BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Pendahuluan... B. Arah Baru Manajemen Pendidikan... C. Perguruan Tinggi dan Perubahan

1. Definisi dan Konsep Perguruan Tinggi... 2. Definisi dan Konsep Perubahan ... 3. Tujuan Perubahan ... 4. Tipologi Perubahan ... 5. Keunggulan dan Daya Saing ... 6. Perubahan sebagai Sebuah Strategi ... D. Manajemen Strategik

1. Definisi dan Konsep Manajemen Strategis... 2. Tahapan Manajemen Strategik... a. Perumusan Strategi... b. Implementasi Strategi... c. Evaluasi Strategi... 3. Implementasi Manajemen Strategik di Perguruan

Tinggi... E. Balanced Scorecard sebagai Alat Ukur Kinerja Manajemen

Strategis

1. Definisi dan Konsep Balanced Scorecard... 2. Empat Perspektif Balanced Scorecard

a. Perspektif Keuangan... b. Perspektif Pelanggan...

(2)

c. Perspektif Proses Internal... d. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran...

92 93 3. Jenis-jenis Pengukuran dalam Balanced Scorecard...

4. Penerapan Balanced Scorecard dalam Manajemen Strategis di Perguruan Tinggi... a. Perspektif Pelanggan... b. Perspektif Proses Internal... c. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan... d. Perspektif Keuangan... F. Hasil Penelitian Terdahulu... G. Kesimpulan ... H. Kerangka Pemikiran... BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... B. Desain Penelitian... C. Metode dan Pendekatan Penelitian

1. Metode Penelitian... 2. Pendekatan Penelitian ... D. Instrumen Penelitian... E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara ... 2. Observasi Partisipasitif... 3. Studi Dokumentasi... F. Analisis dan Penafsiran Data... 1. Reduksi Data... 2. Display Data... 3. Kesimpulan dan Verifikasi ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Perubahan IAIN menjadi UIN

a. Tahap-tahap Perkembangan UIN Bandung ... b. Gagasan Perubahan IAIN menjadi UIN... c. Strategi Pengembangan UIN Bandung... 2. Program Pengembangan UIN Bandung

a. Kebijakan Pengembangan UIN Bandung... b. Program Prioritas Pengembangan UIN Bandung... c. Pencapaian Sasaran Program Pengembangan ... d. Kesimpulan ... 3. Faktor Penghambat dan Strategi Penyelesaian Masalah

a. Faktor-faktor Penghambat Pengembangan

UIN Bandung ... b. Strategi Pemecahan Masalah...

(3)

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Perubahan IAIN menjadi UIN... 2. Program Pengembangan dan Pencapaian Sasaran

Perubahan ... 3. Faktor Penghambat Pengembangan UIN Bandung ... BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN STRATEGIK

DI PERGURUAN TINGGI

A. Landasan Pemikiran... B. Tujuan... C. Asumsi... D. Komponen Model Konseptual dan Saling Keterkaitannya

1. Perumusan Strategi (Strategic Planning)... 2. Penerapan Strategi (Strategic Implementation)... 3. Evaluasi Strategi (Strategic Evaluation)... 4. Indikator Kinerja dalam Balanced Scorecard...

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan... B. Rekomendasi... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN-LAMPIRAN...

239 243 271

280 282 283 286 290 292 295

(4)

DAFTAR TABEL Tabel

1.1 Jumlah Pendaftar ke IAIN Bandung dari Tahun Akademik

2000/2001 s.d. 2004/2005 ... 2 4.1 Ratio Pendaftar dan yang diterima di UIN Bandung…………. 175 4.2 Hasil Akreditasi Program Studi Tahun 2007-2008…………... 178 4.3 Peringkat PTAIN versi Webometrics………... 179 4.4 Rata-rata Uang Sumbangan Mahasiswa UIN Bandung ……… 180 4.5 Perbandingan Biaya Personal Mahasiswa di PTN

Se-kota Bandung……….... 180

4.6 Realisasi Anggaran UIN Bandung………. 181 4.7 Rata-rata Penyelesaian Studi Mahasiswa S1

UIN SGD Bandung……… 184

4.8 Rasio Jumlah yang Diterima dengan yang Mendaftar……….. 186 4.9 Program S1 dan Diploma IAIN Sunan Gunung Djati

Bandung ……… 189

4.10 Program S1 dan Diploma UIN Sunan Gunung Djati

Bandung……….. 190

4.11 Rasio Jumlah Lulusan, Rata-rata Lama Studi, dan Rata-rata SKS Mahasiswa UIN SGD Bandung………... 191 4.12 Rerata IPK Mahasiswa Jenjang S-1………... 193 4.13 Tingkat Putus Kuliah Mahasiswa UIN SGD Bandung……….. 195 4.14 Pelaksanaan Ekuivalensi Waktu Mengajar (12 SKS)

Dosen UIN Bandung……….. 199

4.15 Jumlah Penelitian Dosen UIN Bandung tahun 2004-2010…… 200 4.16 Prosentase Rata-rata Tingkat Kehadiran Dosen

UIN Bandung... 206 4.17 Terbitan Berkala Fakultas-fakultas UIN Bandung………. 211 4.18 Jumlah Penulisan Buku Dosen UIN Bandung

(5)

Tabel

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Model Keunggulan ... 42

2.2 Tahap-tahap Manajemen Strategis ………... 57

2.3 Kerangka Kerja Evaluasi Strategi ……….…... 76

2.4 Pengaruh sumber-sumber Penerimaan terhadap Pola Pengaruh Klien Organisasi……….. 78

2.5 Balanced Scorecard ………... 90

2.6 Balanced Scorecard untuk Organisasi Perguruan Tinggi….. 100

2.7 Model Umum Dalil Nilai ……….... 102

2.8 Kerangka Pikir Penelitian ...……….…... 124

3.1 Desain Penelitian ... 134

4.1 Balanced Scorecard UIN SGD Bandung ………... 172

4.2 Dalil Nilai bagi Pelanggan ……….. 245

4.3 Kerangka Ukuran Perspektif Pertumbuhan ………... 263

5.1 Model Konseptual Manajemen Strategis pada Perguruan Tinggi ……….... 286

(7)

DAFTAR BAGAN

Bagan

2.1 Integrasi Empat Perspektif Balanced Scorecard

(8)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1 4.1 4.2

Catatan Lapangan ………... Status Akreditasi Program Studi UIN Jakarta ... Akreditasi Program Studi UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta...

314 340

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pada tahun 2000-an terjadi sebuah perubahan yang cukup mendasar di lingkungan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN). Pada saat itu sejumlah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) berubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Hingga 2009, tercatat ada enam PTAIN yang telah mengubah status menjadi UIN. Salah satu diantaranya adalah IAIN Sunan Gunung Djati Bandung yang berubah menjadi UIN Sunan Gunung Djati Bandung sejak 10 Oktober 2005 (Karni, 2009: 304).

(10)

perubahan IAIN Bandung menjadi universitas, yang ditandai dengan dibukanya prodi-prodi umum, diharapkan minat masyarakat kembali meningkat.

Tabel 1.1. Jumlah Pendaftar ke IAIN Bandung dari Tahun Akademik 2000/2001 s.d. 2004/2005

No. Tahun

Akademik Pendaftar Lulus Registrasi

1 2000/2001 4.200 3.157 68% 2.730 65%

2 2001/2002 3.841 2.996 74% 2.486 65%

3 2002/2003 3.685 2.409 66% 2.116 57%

4 2003/2004 3.372 1.951 58% 1.684 50%

5 2004/2005 2.929 2.232 76% 2.088 71%

Sumber: Bagian Akademik UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Di samping itu, perubahan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan peranserta dosen dan mahasiswa serta alumni IAIN dalam kehidupan masyarakat. Diakui Natsir (2006: 17), kiprah dosen dan mahasiswa selama ini belum optimal dalam mentransformasikan ilmu pengetahuan bagi kehidupan masyarakat. Mereka cenderung memapankan pengetahuan masa lalu dan melanggengkan realitas sosial yang timpang dan tidak adil melalui justifikasi agama.

(11)

cendekiawan muslim yang profesional dan berakhlak karimah (UIN Bandung, 2008: 4).

Gagasan transformasi dan integrasi ini sebenarnya bukan merupakan isu baru. Diakui Natsir, bahwa sejak awal gagasan pendiriannya, perguruan tinggi agama Islam dimaksudkan untuk mengembangkan sistem pendidikan Islam yang tidak hanya bersifat doktriner, melainkan lebih ke arah transformasi ajaran-ajaran Islam yang secara aplikatif berfungsi sebagai model, arah, nilai, dan cara untuk menapaki kehidupan yang jauh lebih baik dan kontekstual. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya redefinisi, reposisi, reorientasi, dan reaktualisasi di lingkungan UIN.

Pertama, redefinisi mengandung arti bahwa UIN merupakan institusi

pendidikan tinggi modern yang mengkaji Islam dalam berbagai perspektif. Kenyataan ini sekaligus menempatkan UIN sebagai produsen kajian-kajian Islam kontemporer dan dapurnya para sarjana Muslim. Dengan demikian, pola pembelajaran yang dikembangkan di lingkungan UIN idealnya harus memadukan antara learning to know dengan learning to be, learning to do, dan learning to life

together.

Kedua, reposisi mengisyaratkan bahwa peran dan fungsi UIN tidak bisa

(12)

Ketiga, reorientasi dimaksudkan sebagai upaya pembenahan dan

penyempurnaan sistem pendidikan yang tidak hanya menekankan pada aspek link

and match dalam hubungannnya dengan dunia kerja an sich, melainkan juga harus

diimbangi dengan orientasi pada upaya transformasi etis dalam mencetak serta membentuk watak dan karakter Islami setiap lulusannya.

Keempat, reaktualisasi mengandung arti bahwa UIN, sebagai lembaga

pengkajian dan pendidikan, harus menjadi pioneer dalam mewujudkan cita-cita masyarakat madani melalui internalisasi, institusionalisasi, dan fungsionalisasi Islam dalam kehidupan masyarakat yang majemuk. Hal tersebut memberi pengertian, bahwa konsepsi-konsepsi Islam harus ditransformasikan secara nyata dalam kehidupan, baik sebagai faktor motivatif, edukatif, dan dinamisatif, maupun sebagai faktor selektif, preventif, dan responsif dalam mensikapi segala kemungkinan yang akan menyeret pada pemikiran, ideologi, sikap, dan perilaku yang menyimpang (UIN Bandung, 2006: vii-viii). Dengan kata lain, pengembangan UIN Bandung bertolak dari suatu paradigma bahwa pendidikan Islam adalah suatu upaya pengembangan pandangan hidup manusia yang Islami. Pengembangan pandangan hidup tersebut untuk dimanifestasikan dalam sikap dan keterampilan seorang Muslim, selaras dengan minat, bakat, kemampuan dan bidang keahlian masing-masing.

(13)

kelemahan, di antaranya minimnya pendanaan, lemahnya kemampuan sumberdaya manusia baik kualitas maupun kuantitas, belum optimalnya sarana penunjang akademik, dan belum terwujudnya kutur akademik yang memadai (UIN Bandung, 2008: 9).

Hal tersebut selaras dengan yang dikatakan Fadjar (2006) mengenai kondisi internal perguruan tinggi Islam secara umum. Menurutnya, sedikitnya terdapat lima faktor yang menjadi penghambat pengembangan perguruan tinggi Islam.

Pertama, pimpinan perguruan tinggi Islam kurang mampu melakukan

komunikasi, baik ke dalam maupun ke luar. Oleh karena itu, pengembangan UIN memerlukan peran pimpinan yang mampu menjalin komunikasi baik dengan kalangan dosen, karyawan, masyarakat, pemerintah, maupun dunia usaha untuk mengembangkan kerja sama dalam mengembangkan pendidikan yang bermutu. Besar-kecilnya sebuah perguruan tinggi akan sangat tergantung kepada pimpinannya dalam menawarkan pendidikan yang terbaik dan lembaga pendidikan yang tersehat kepada stakeholders-nya.

Kedua, perubahan IAIN menjadi UIN memerlukan dana pendidikan yang

(14)

dilakukan dengan tetap pada koridor akademik, melalui kerjasama yang kompak, berwawasan ke depan, job description yang jelas, serta menggunakan etika manajemen modern.

Ketiga, belum terwujud keterkaitan yang mantap antara kurikulum dengan

kebutuhan peserta didik, masyarakat dan dunia kerja. Karena itu diperlukan inovasi/pembaharuan kurikulum yang sesuai dengan kultur dan visi masyarakat, serta memiliki link and match dengan tuntutan lapangan kerja .

Keempat, perubahan menjadi universitas telah menambah beban tersendiri

bagi perguruan tinggi Islam. Sebab, resiko universitas memikul beban fakultas dan jurusan dengan beberapa disiplin ilmu. Sementara itu, dosen perguruan tinggi Islam yang memilki disiplin ilmu yang sesuai dengan bidang-bidang keilmuan yang dikembangkan jumlahnya sedikit. Dengan demikian, harus mendatangkan dosen-dosen dari luar dalam jumlah yang banyak.

Kelima, kendala paling berat yang dihadapi perguruan tinggi Islam adalah

(15)

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Tuntutan yang semakin besar terhadap dunia pendidikan membutuhkan adanya perubahan dalam pengelolaan pendidikan. Penerapan praktek-praktek manajemen tradisional tidak lagi memadai untuk menjawab tantangan dan tuntutan-tuntutan terhadap dunia pendidikan saat ini. Oleh karena itu, diperlukan sistem manajemen yang tidak hanya terfokus pada sumber daya – alih-alih sumber dana yang terbatas – yang dimiliki, tetapi juga mengakomodir tuntutan dan kebutuhan masyarakat guna mencapai arah perubahan yang diinginkan (Sutisna, 1993).

Di samping itu, perubahan fundamental dan menyeluruh dalam dunia pendidikan menuntut pemimpin yang cakap, tidak saja selaku pejabat eksekutif yang efisien, melainkan juga selaku pemimpin institusional yang efektif (Sutisna 1993: 8; Adman, 2001). Perubahan tersebut bukanlah sebuah proses yang sederhana. Ia adalah mengenai mengubah kinerja organisasi. Kemampuan organisasi untuk berubah ditentukan oleh seberapa berdayanya personil organisasi dalam melakukan perubahan (Wibowo, 2006; Mulyadi, 1997).

(16)

segala bidang. Perubahan tersebut memerlukan persyaratan baik akademik maupun administratif, sehingga harus dilakukan dengan perencanaan yang matang dan prosedur yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal penting yang perlu dicatat atas perubahan mendasar tersebut, menurut Rahim (2006: 100), adalah perlunya strategi dan kebijakan yang konsisten. Strategi dan kebijakan yang dijalankan diselaraskan dengan potensi yang dimiliki serta tantangan yang dihadapi pendidikan tinggi Islam dewasa ini.

(17)

Manajemen Stratergik dengan Pendekatan Balanced Scorecard di UIN Sunan Gunung Djati Bandung)”.

2. Perumusan Masalah

Kebijakan perubahan IAIN Bandung menjadi UIN merupakan sebuah langkah yang cukup mendasar. Di satu sisi, perubahan itu menuntut adanya perubahan segenap entitas organisasi agar sesuai dengan tuntutan perubahan yang terjadi. Sementara di sisi lain, kondisi internal perguruan tinggi Islam, secara umum, berpotensi menjadi kendala dalam mewujudkan cita-cita perubahan yang diinginkan. Untuk itu, diperlukan tidak sekedar pemahaman untuk berubah, tetapi juga pengelolaan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu diperlukan manajemen strategik – yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi strategi, sehingga wujud perubahan yang dicita-citakan UIN Bandung dapat dicapai.

Untuk memberikan batasan terhadap masalah-masalah yang diteliti, pertanyaan-pertanyaan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1) Melalui transformasi dari IAIN menjadi UIN, perubahan apakah yang diharapkan terjadi di lingkungan UIN Sunan Gunung Djati Bandung?

2) Program-program prioritas apa saja yang dikembangkan UIN Bandung, serta sejauh mana pelaksanaan program-program itu mencapai sasaran perubahan yang diinginkan? Pertanyaan ini dipetakan ke dalam 4 perspektif

Balanced Scorecard yang meliputi:

(18)

b. Perspektif proses internal. Sejauh mana program-program pengembangan tersebut mencapai sasaran peningkatan akses, mutu dan daya saing UIN? c. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Sejauh mana program-program pengembangan tersebut mencapai sasaran pengembangan modal dan kapasitas pengembangan UIN secara berkelanjutan?

d. Perspektif keuangan. Sejauh mana program-program pengembangan tersebut mencapai sasaran efisiensi, efektivitas, dan transparansi dalam pengelolaan keuangan?

3) Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam upaya mewujudkan sasaran pengembangan UIN Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai implementasi manajemen strategik di UIN Sunan Gunung Djati Bandung serta upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka mencapai cita-cita perubahan yang diinginkan. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:

1. Bentuk perubahan yang ingin diwujudkan melalui transformasi IAIN menjadi UIN;

2. Program-program prioritas UIN Bandung dan pencapaian sasaran perubahan yang dicita-citakan;

(19)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak dalam pengelolaan pendidikan, baik kegunaan dari sisi teoritis maupun kegunaan secara praktis.

1. Manfaat dari Segi Teori

Dari sisi teoretis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan menyangkut implementasi manajemen strategik dalam dunia pendidikan, serta memberikan sumbangan terhadap pengembangan nilai-nilai dasar (basic value) pendidikan, yaitu upaya menemukan dalil-dalil dan prinsip-prinsip manajemen strategik dengan pendekatan Balanced Scorecard untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat menginspirasi penerapan model-model manajemen strategik dalam pengelolaan perguruan tinggi sebagai upaya untuk menghasilkan pendidikan yang bermutu, selaras dengan nilai-nilai dan potensi yang dimiliki bangsa Indonesia.

2. Manfaat dari Segi Praktek

(20)

E. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi disertasi mengenai “Manajemen Strategik dalam Transformasi IAIN menjadi UIN (Studi Kasus Manajemen Stratergik dengan Pendekatan Balanced Scorecard di UIN Sunan Gunung Djati Bandung)” adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Bab ini memaparkan hal-hal yang meliputi: pertama,

latar belakang penelitian yang diawali dengan pemaparan fenomena perubahan

dari IAIN menjadi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, gejala-gejala kesenjangan

yang memunculkan permasalahan dan mendasari dilakukannya penelitian, serta

penjelasan singkat mengenai kedudukan masalah yang diteliti dalam ruang

lingkup manajemen pendidikan. Kedua, identifikasi dan perumusan masalah yang

mencakup analisis dan rumusan masalah serta pertanyaan-pertanyaan penelitian.

Ketiga, tujuan penelitian yang memaparkan hasil-hasil yang ingin dicapai atas

penelitian yang dilakukan. Keempat, manfaat penelitian yang meliputi aspek teori

dan praktek atas hasil-hasil penelitian. Kelima, struktur organisasi yang berisi

rincian urutan penulisan disertasi ke dalam bentuk bab per bab.

Bab II Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran. Bab ini menjelaskan

tentang landasan teori yang berkaitan dengan konsep dasar manajemen strategik

perguruan tinggi serta Balanced Scorecard sebagai pendekatan dalam evaluasi

manajemen strategik. Bagian ini dilengkapi dengan paparan singkat mengenai

penelitian terdahulu yang relevan. Selanjutnya diuraikan tentang premis dan

(21)

Bab III Metode Penelitian. Bab ini menjelaskan tentang dasar pemikiran

pemilihan lokasi dan penentuan sampel penelitian; paradigma, metode dan

pendekatan penelitian; langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam

melaksanakan penelitian; teknik pengumpulan serta analisis data dalam upaya

menarik kesimpulan penelitian guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan.

Bab IV Hasil penelitian dan Pembahasan. Bagian ini memaparkan tentang

data hasil penelitian lapangan, pembahasan mengenai hasil-hasil penelitian,

menarik kesimpulan pembahasan, mendiskusikan temuan penelitian dengan teori

dan implikasi hasil penelitian, dan membuat rekomendasi untuk

penelitian-penelitian yang akan datang.

Bab V Model Konseptual. Pada bab ini dikemukakan model konseptual

tentang manajemen strategik perguruan tinggi. Model ini dikembangkan

berdasarkan penyesuaian-penyesuaian teori-teori tentang manajemen strategik

pada organisasi publik dengan pengalaman praktis di lapangan. Pemuatan model

tersebut diharapkan menjadi salah satu alternatif penerapan model manajemen

strategik di perguruan tinggi untuk menghasilkan mutu pendidikan yang lebih

baik lagi.

Bab VI Kesimpulan dan Saran. Bab ini memaparkan penarikan kesimpulan

oleh peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian yang dipaparkan dalam

bentuk uraian padat. Selanjutkan dikemukakan mengenai saran atau rekomendasi

bagi para pengambil kebijakan dan para peneliti berikutnya yang berminat dalam

(22)

perguruan tinggi. Di samping itu dikemukakan keterbatasan-keterbatasan hasil

penelitian ini guna ditindaklanjuti dan disempurnakan dalam penelitian-penelitian

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini mendiskusikan tentang metodologi yang digunakan dalam menguak informasi guna memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Pembahasan dimulai dengan sebuah pembenaran atas paradigma dan metodologi yang digunakan pada penelitian ini. Kemudian dibahas mengenai pendekatan studi kasus dan metode pengumpulan data melalui teknik triangulasi yang meliputi wawancara, observasi dan studi dokumentasi selama masa penelitian berlangsung.

A.Lokasi dan Subyek Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat berlangsungnya aktivitas manajemen yang dilakukan oleh subyek penelitian. Ketiga komponen tersebut membentuk situasi sosial tertentu (Spradley dalam Sugiono, 2007: 49) yang menjadi obyek penelitian ini. Adapun alasan atau justifikasi penentuan lokasi dan subyek penelitian tersebut adalah sebagai berikut ini.

1. Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai evaluasi manajemen strategi ini dilakukan di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Jalan AH Nasution No. 105 Cibiru-Bandung, Jawa Barat. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini antara lain adalah:

(24)

tepatnya Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Kemudian pada tahun 2005, berdasarkan SK Presiden RI Nomor 57 Tahun 2005, tertanggal 10 Oktober 2005, berubah status menjadi universitas. Perubahan tersebut merupakan alasan utama dilakukannya penelitian ini.

b. Lokasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung mudah untuk dijangkau, dan secara umum sudah dikenal oleh peneliti. Dengan demikian pemilihan lokasi ini diharapkan mempermudah di dalam pencarian dan pengumpulan informasi yang diperlukan. Kemudahan dalam pengumpulan data merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam sebuah penelitian.

2. Subyek Penelitian

Pelaku yang menjadi subyek dalam penelitian ini meliputi sumber daya manusia dalam organisasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dalam hal ini, ia meliputi unsur-unsur pimpinan universitas, fakultas, dan jurusan/program studi; karyawan/dosen; dan mahasiswa. Mengingat banyak dan luasnya unsur-unsur tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan teknik penentuan sampel dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Penggunaan teknik ini terkait dengan kompetensi pelaku organisasi mengenai pengungkapan data/informasi yang diperlukan yang berhubungan dengan masalah penelitian yang dilakukan.

(25)

perspektif pelanggan, 2) perspektif proses internal, 3) perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, dan 4) perspektif keuangan.

B.Desain Penelitian

Desain penelitian ini, terkait dengan paradigma naturalistik yang digunakan peneliti, tidak dapat ditentukan sebelumnya (Sarwono, 2003). Ia baru diketahui setelah peneliti selesai (retrospektif) melakukan proses penelitian (Nasution 1996: 28). Hal itu terkait dengan sifat penelitian kualitatif yang fleksibel, emergent, serta berkembang (Satori dan Komariah, 2010; Sugiyono, 2008), antara lain mengenai tujuan, subyek, sampel dan sumber datanya.

Proses penelitian dimulai dengan mengidentifikasi kasus, membatasi sistem, dan unit analisis untuk diselidiki. Dalam setiap kasus, peneliti memilih peristiwa atau kegiatan yang akan diamati, orang-orang yang akan diwawancarai, dan dokumen yang akan dibaca. Penggunaan sampling non-probabilitas (purposive

sampling) dan snowball sampling lebih cocok dalam penelitian ini. Sebagaimana

dikatakan Honigmann (1982) dalam Sinthuvana (2009), jika pertanyaan penelitian tidak berfokus pada berapa banyak atau seberapa sering, tapi untuk menemukan jawaban dalam masalah kualitatif, maka metode sampling non-probabilitas lebih cocok untuk digunakan.

(26)

pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya sedikit, lama-kelamaan menjadi banyak untuk dapat memberikan data yang diperlukan secara lengkap.

Rencana semula mengenai fokus penelitian ini adalah implementasi kebijakan perubahan ke dalam perencanaan stratejik UIN Bandung, bukan pada evaluasi pencapaian perubahan. Sehingga penentuan sampel awal untuk dilakukan wawancara adalah Rektor UIN Bandung, sebagai emergent sampling design, yaitu orang yang dipertimbangkan dapat memberikan data yang diperlukan. Namun, sambil menunggu diterimanya surat izin penelitian, penulis melakukan observasi dan melakukan penelusuran informasi tentang UIN Bandung melalui alamat situsnya di internet.

Dari hasil penelusuran tersebut didapatkan informasi mengenai jumlah calon mahasiswa yang mendaftar di UIN Bandung terus meningkat dari tahun ke tahun seiring perubahan IAIN menjadi UIN dan dibukanya program studi-program studi umum yang menjadi salah satu daya tarik bagi calon mahasiswa. Peningkatan jumlah mahasiswa dan calon mahasiswa yang mendaftar merupakan salah satu indikator keberhasilan yang dicapai UIN dalam perspektif BSC, terutama dilihat dari perspektif pelanggan. Berdasarkan informasi itu, orientasi penelitian berubah, dari implementasi kebijakan perubahan menjadi evaluasi atas hasil-hasil pencapaian perubahan dengan menggunakan teknik pengukuran Balanced

Scorecard. Perubahan orientasi penelitian didasarkan pada keingintahuan peneliti

(27)

(performance driven). Aspek-aspek tersebut merupakan investasi bagi keberhasilan UIN Bandung secara berkesinambungan.

Berdasarkan perubahan orientasi itu, penelusuran informasi awal sebagai

emergent sampling design dilakukan dengan mendatangi Lembaga Penjaminan

Mutu (PPM) UIN Bandung. Di samping melakukan wawancara dengan Ketua LPPM dan beberapa orang yang tergabung dalam tim audit, peneliti juga melakukan studi dokumentasi terhadap hasil-hasil audit mutu yang telah dilakukan lembaga ini. Berdasarkan informasi yang diperoleh, peneliti kemudian menentukan serial selection of sample unit/snowball sampling technique, yaitu sampel lainnya yang diperkirakan dapat memberikan informasi yang lebih lengkap. Langkah ini antara lain dilakukan terhadap Biro Akademik dan Kemahasiswaan (ADAM), Lembaga Penelitian (Lemlit), Biro Kepegawaian, dan Perencanaan Anggaran. Hasil penelusuran dan penggalian informasi yang dari unit-unit tersebut antara lain meliputi informasi tentang dosen dan mahasiswa, kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmiah dosen, sumber pendanaan UIN Bandung, dan realisasi anggaran UIN Bandung pertahun.

(28)

berlangsung hingga memasuki selection to the point of redundancy, yaitu hingga data yang diperlukan mencapai titik jenuh.

Langkah-langkah penentuan sampel itu tidak selalu dilakukan secara berurutan sebagaimana paparan di atas, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan penggalian informasi yang dibutuhkan. Beberapa kali peneliti mendatangi Biro ADAM setelah mendapatkan informasi dari program studi untuk melakukan konfirmasi mengenai informasi yang didapatkan. Berulang kali peneliti mendatangi Ketua Program Studi setelah mendapatkan informasi dari dosen atau mahasiswa. Informasi dari Rektor UIN Bandung dan Dekan Fakultas pada akhirnya juga diperoleh di sela-sela waktu ketika peneliti sedang melakukan langkah-langkah penelusuran informasi dari sampel-sampel tersebut di atas. Disamping itu, pengembangan sampel juga dilakukan dengan menggali informasi dari sejumlah mahasiswa dan alumni UIN Bandung melalui media jejaring sosial

facebook, juga dari beberapa alamat situs internet yang mereka miliki.

Desain penelitian ini mengikuti proses penelitian di atas, yang berlangsung terus menerus, sehingga dinamakan desain sirkuler (Nasution, 1996). Secara sederhana, dengan memimjam uraian dari Nasution (1996), proses penelitian di atas dipaparkan sebagai berikut:

(29)

2. Merumuskan sejumlah pertanyaan pendahuluan untuk mengetahui informasi-informasi yang diperlukan dengan mempertimbangkan waktu dan kemampuan dalam melakukan penelitian.

3. Menentukan metode pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

4. Memasuki lapangan, melakukan observasi awal dan mencatat hasil pengamatan yang terkait dengan topik yang diteliti.

5. Untuk mendapatkan kepercayaan atas kebenaran informasi yang diperoleh, peneliti kemudian menentukan subyek penelitian secara purposive

sampling. Dilanjutkan dengan menggali informasi dari beberapa pihak

(triangulasi) untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.

6. Sekalipun masih tentatif dan perlu ditinjau kembali berdasarkan data berikutnya, data yang diperoleh segera diolah dan dianalisis. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari terluputnya informasi dari ingatan dan menghindari kesulitan ketika ia terus-menerus bertambah banyak. Hasil analisis itu memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru yang menjadi pegangan dalam melakukan observasi dan wawancara selanjutnya.

(30)
[image:30.595.115.514.104.639.2]

Gambar 3.1. Desain Penelitian

(Diadopsi dari Nasution, 1996: 27)

C. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode kualitatif dan kuantitatif adalah metode penelitian utama yang digunakan di berbagai bidang. Tujuan penelitian dan preferensi para peneliti adalah kriteria utama dalam memilih di antara keduanya (Hancock & Algozzine dalam Sinthunava, 2009: 61). Metode penelitian kualitatif lebih tepat untuk digunakan dalam memahami cara-cara atau pola-pola hidup masyarakat daripada metode penelitian kuantitatif. Sebagaimana ditegaskan Patton (2002) dalam Sinthuvana (2009), bahwa studi tentang perilaku manusia atau struktur organisasi harus berbeda dari studi tentang benda mati, karena objek penelitian tidak memiliki tujuan mereka sendiri dan emosi, mereka tidak dapat membuat rencana

Mengumpulkan data:

Verifikagi Laporan berdagarkan

catatan, ingatan

Analigig data: Pertanyaan baru

- Membuat catatan - Purpogive gampling - Triangulagi, verifikagi Audience

Topik umum Pertanyaan umum Informagi yang diperlukan

Menentukan metode pengumpulan data Memaguki lapangan

(31)

yang menjelaskan bahwa jika para peneliti ingin mempelajari perspektif partisipan atau membuat partisipan merefleksikan hidup mereka, penelitian kualitatif lebih tepat daripada penelitian kuantitatif. Dengan melakukan penyelidikan kualitatif, peneliti mendekati partisipan yang diteliti dan mengembangkan pemahaman tentang apa yang terjadi di lingkungan mereka.

Metode penelitian kualitatif disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Denzin (1978) dalam Sinthuvana (2009: 62), menyebutnya sebagai “penelitian yang komitmen untuk aktif memasuki dunia tempat individu berinteraksi.” Ia juga disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Satori dan Komariah, 2010; Sugiyono, 2008).

(32)

Atas dasar itu, penulis memilih metode penelitian kualitatif dalam memahami lingkungan UIN Bandung sebagai obyek penelitian. Obyek penelitian dieksplorasi dan dipahami sebagai realitas alamiah. Tidak diintervensi atau dicampurtangani oleh kehadiran peneliti. Sekalipun peneliti merupakan bagian dari civitas akademika UIN Bandung dan berpartisipasi aktif dalam proses sejarah yang berlangsung di dalamnya, namun dalam keperluan penelitian ini, peneliti berupaya sedapat mungkin untuk tetap bersikap netral dan memposisikan diri sebagai peneliti. Sekalipun bukan perkara yang mudah dalam memilah peran sebagai peneliti di satu sisi dan sebagai “orang dalam” di sisi lain, namun peran ganda itu tetap harus dijalankan dalam upaya memerikan realitas yang utuh dan apa adanya.

Aktivitas yang peneliti lakukan hanyalah semata-mata membuat pengamatan langsung mengenai fenomena yang diteliti dan berbicara langsung dengan para partisipan yang terdiri dari unsur pimpinan universitas, pimpinan fakultas/jurusan, karyawan/dosen, dan mahasiswa. Dalam melakukan aktivitas tersebut, peneliti tidak berupaya mengontrol atau memanipulasi partisipan, atau menunjukkan mana variabel atau fenomena penting dari realitas yang terjadi. Satu-satunya hal yang peneliti lakukan adalah mengamati, melakukan wawancara, merekam informasi yang didapatkan, kemudian menafsirkan dan merenungkan informasi tersebut.

(33)

untuk mengungkap data/informasi yang cukup banyak mengenai capaian-capaian perubahan yang dijalankan UIN Bandung yang terangkum dalam empat perspektif

Balanced Scorecard, yang meliputi: perspektif pelanggan, perspektif proses

internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, serta perspektif keuangan. Status sebagai bagian dari UIN Bandung memungkinkan peneliti untuk lebih nyaman dan lebih leluasa dalam menggali dan mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan secara lebih luas dan mendalam.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yaitu suatu sistem yang memiliki batas dan bagian kerja. Ia merupakan suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, di mana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak tegas, dan memanfaatkan beragam sumber bukti (Yin, 2008: 9). Stake (1995) dalam Sinthuvana (2009) menyebutnya "sistem terbatas" dan peneliti memperhatikan kasus ini sebagai sebuah objek yang mewakili fenomena yang menarik. Fungsi sebenarnya dari pendekatan ini adalah untuk menyoroti kekhasan dan keunikan. Sedangkan tujuan utama menggunakan pendekatan studi kasus adalah untuk memahami detail dan pengalaman yang terkait dengan perubahan mendasar yang terjadi di UIN Bandung.

(34)

berhubungan sepenuhnya dengan berbagai jenis bukti, yaitu dokumen, wawancara, dan observasi (Yin, 2008: 12), yang merupakan teknik-teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini.

Perubahan IAIN menjadi UIN merupakan lompatan perubahan yang sangat mendasar. Perubahan itu tidak sekedar berubahnya status dari institut menjadi universitas. Struktur, budaya dan sumberdaya akan berubah secara mendasar pula. Sekalipun UIN Sunan Gunung Djati Bandung bukan merupakan satu-satunya perguruan tinggi Islam di seluruh Indonesia yang melakukan transformasi tersebut, namun ia tentunya memiliki kebijakan dan strategi tersendiri dalam mengelola perubahan yang terjadi. Hal itu disesuaikan dengan keunikan budaya lokal dan lingkungan yang dihadapi, baik internal maupun eksternal. Komponen-komponen budaya dan lingkungan tersebut akan mempengaruhi para pengambil kebijakan UIN Bandung dalam memilih strategi-strategi perubahan yang dijalankan. Oleh karena itu pendekatan studi kasus dipilih dalam penelitian ini, karena obyek kajian dipandang memiliki kekhususan-kekhususan yang tidak bisa digeneralisasikan secara statistik.

(35)

tempat perubahan sedang berlangsung. Dengan demikian, pada prinsipnya, teori-teori tentang perubahan pada semua lingkungan akan menjadi sasaran yang hasilnya dapat digeneralisasikan.

D. Instrumen Penelitian

Konsep dasar penelitian menyatakan, bahwa pada prinsipnya meneliti adalah melakukan tindakan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Untuk itu harus ada alat ukur yang baik dan sesuai untuk mengukur variabel-variabel yang ada dalam fenomena-fenomena yang tersebut. Dalam kegiatan penelitian, alat ukur itu biasanya dinamakan instrumen penelitian.

Sugiyono (2008: 250) menyatakan bahwa terdapat dua hal yang bisa mempengaruhi kualitas hasil sebuah penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Semenarik apapun masalah yang dihadapi atau ada di tengah-tengah masyarakat tentu tidak akan ada artinya jika peneliti tidak mampu mengungkap apa yang terjadi dalam fenomena itu. Instrumen penelitian merupakan tumpahan teori dan pengetahuan yang dimiliki peneliti mengenai fenomena yang diharapkan mampu mengungkapkan informasi-informasi penting dari fenomena yang diteliti. Sedangkan efektivitas proses penggunaan instrumen itu akan sangat tergantung pada proses pengumpulan data yang nota bene menggunakan instrumen yang dibuat peneliti.

Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah orang (human

instrument), yaitu peneliti sendiri. Dengan kata lain, alat penelitian adalah peneliti

(36)

wawasan bidang yang diteliti, kesiapan untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya (Satori, 2007: 10). Hal ini dilakukan agar instrumen mampu menetapkan fokus penelitian, memilih partisipan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Dalam hal ini, peran peneliti merupakan key instrument (Sugiyono, 2008: 251) dalam proses penelitian kualitatif. Oleh karena itu, dalam hal ini peneliti berupaya seoptimal mungkin membekali diri dengan teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret serta mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti untuk memperoleh kejelasan dan kebermaknaannya.

E.Teknik Pengumpulan Data

Salim (2001) mengatakan, bahwa penelitian kualitatif secara

inheren merupakan multi-metode di dalam satu fokus, yaitu yang dikendalikan

oleh masalah yang diteliti. Penggunaan multi-metode atau yang lebih dikenal dengan triangulasi (triangulations) mencerminkan suatu upaya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai fenomena yang sedang diteliti. Triangulasi bukanlah alat atau strategi untuk pembuktian, tetapi hanyalah suatu alternatif terhadap pembuktian. Kombinasi yang dilakukan dengan multi-metode, bahan-bahan empiris, sudut pandang dan pengamatan yang teratur menjadi strategi yang lebih baik untuk menambah kekuatan, keluasan dan kedalaman suatu penelitian.

(37)

penggunaan teknik yang sama untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda. Sedangkan triangulasi teknik, yaitu penggunaan teknik yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Adapun teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi partisipasif, dan studi dokumentasi.

1. Wawancara

Nasution (1996: 69) mengemukakan pentingnya metode wawancara dalam penelitian kualitatif untuk mengetahui persepsi responden (partisipan, pen.) tentang dunia kenyataan. Kegiatan tersebut diperlukan, karena melalui observasi saja tidak cukup memadai dalam melakukan penelitian. Mengamati kegiatan dan kelakuan orang saja tidak dapat mengungkapkan apa yang diamati atau dirasakan orang lain, tanpa dilengkapi dengan wawancara. Dengan melakukan wawancara kita dapat memasuki dunia pikiran dan perasaan responden.

Wawancara digunakan untuk menggali gagasan, prakarsa dan landasan filosofis yang melatar-belakangi kebijakan perubahan, implementasi kebijakan ke dalam manajemen strategik UIN Bandung, serta evaluasi atas perubahan yang dilakukan. Di samping itu, juga untuk menggali lebih dalam tentang strategi, program pengembangan, faktor-faktor pendukung dan penghambat, serta respon dari stakeholders terkait dengan perubahan tersebut.

(38)

belakang dan pengalaman yang berbeda. Mereka telah mengembangkan gaya manajemen mereka sendiri dan banyak dari mereka tidak berbicara kepada siapa pun sebelumnya tentang pikiran mereka dan alasan untuk mengambil sebuah keputusan. Sebagaimana dikatakan Sinthuvana (2009), ada banyak alasan di balik perilaku mereka dan satu-satunya cara untuk memahami mereka adalah dengan mendengarkan perspektif mereka melalui wawancara.

Penggunaan wawancara sebagai teknik pengumpulan data dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal tertentu dari partisipan tertentu secara lebih mendalam. Seperti dikatakan Hadi (1986) dalam Sugiyono (2008: 194), metode ini digunakan karena peneliti beranggapan bahwa: a) subyek/partisipan adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, b) apa yang dikatakan partisipan kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya, dan c) interpretasi partisipan tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti adalah sama dengan yang dikehendaki peneliti.

(39)

Kendala lain yang dihadapi, tidak selamanya wawancara dapat dilakukan sesuai dengan yang dijadwalkan. Partisipan, karena kesibukan mereka yang sebagian besar memiliki tugas rangkap sebagai pejabat struktural juga sebagai tenaga fungsional dosen, juga karena hal-hal lain, sehingga jadwal wawancara yang sudah dibuat sesuai kesepakatan awal, harus diubah. Partisipasi aktif peneliti dalam proses di lapangan sedikit-banyaknya telah membantu meringankan kesulitan yang dihadapi tersebut, terutama untuk mendapatkan informasi dari para mahasiswa.

Wawancara percakapan informal dan pendekatan panduan wawancara digunakan selama melakukan wawancara dengan para partisipan. Jenis wawancara ini dinamakan wawancara semiterstruktur (semistructure interview) (Patton, 2002, dalam Sinthuvana, 2009: 67). Pertanyaan indikatif digunakan peneliti sebagai panduan wawancara. Semua wawancara dilakukan dengan tatap muka antara peneliti dan para partisipan di lingkungan UIN secara individu. Melalui pendekatan ini, peneliti lebih leluasa untuk melakukan wawancara, sementara rangkaian pertanyaan yang belum ditentukan sebelumnya dipandu berdasarkan pedoman wawancara yang disusun mencakup garis-garis besar yang digunakan untuk penyelidikan terhadap setiap orang yang diwawancarai.

Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (in

depth interview), yaitu suatu proses mendapatkan informasi untuk kepentingan

(40)

secara intensif dengan setting penelitian terutama pada keterlibatannya dalam kehidupan partisipan.

2. Observasi Partisipasif

Observasi adalah cara yang memungkinkan peneliti berhubungan secara langsung dengan subyek penelitian. Dengan hubungan langsung tersebut peneliti dapat melihat langsung apa yang terjadi di lapangan. Patton seperti yang dikutip Nasution (1996: 59) mengemukakan beberapa manfaat yang diperoleh melalui teknik observasi dalam mengumpulkan data. Dengan berada di lapangan, peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan teknik induktif, sehingga tidak dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati oleh orang lain, khususnya orang yang berada di lingkungan itu, karena telah dianggap biasa, dan karena itu tidak akan terungkap dalam wawancara. Peneliti juga dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak terungkap oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga. Selanjutnya, peneliti dapat menggunakan hal-hal di luar persepsi responden sehingga peneliti memperoleh gambaran yang komprehenshif. Di lapangan, peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi.

(41)

dalam tiga bentuk: pengetahuan verbal, non-verbal, dan yang tersembunyi. Pengetahuan tentang pola linguistik dan variasi bahasa tertentu dari individu yang diamati sangat dibutuhkan oleh peneliti guna melakukan perekaman dan interaksi dengan mereka. Pola-pola tersebut dapat mengemukakan bahasa yang sebenarnya, yang biasanya sulit atau tidak mungkin diartikulasikan oleh individu yang bersangkutan.

Observasi dilakukan melalui keterlibatan langsung peneliti dengan kegiatan sehari-hari orang-orang yang sedang diamati di lapangan. Hal tersebut sangat dimungkinkan mengingat status peneliti sendiri sebagai bagian dari UIN Bandung. Dalam hal ini peneliti dituntut semaksimal mungkin untuk dapat memisahkan kapan saatnya berada pada peran sebagai “orang dalam”, dan kapan saatnya berperan sebagai peneliti yang melihat segala fenomena secara lebih obyektif. Kendala emosional itu secara manusiawi tidak mudah untuk dihindari.

Varian observasi yang digunakan tersebut dinamakan observing

participation (Satori dan Komariah, 2010: 118). Dengan varian ini, maka data

yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai pada pengetahuan tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

3. Studi Dokumentasi

Wawancara dan observasi merupakan teknik pengumpulan data yang paling dominan dalam penelitian kualitatif. Hal itu karena data dalam penelitian naturalistik memang kebanyakan diperoleh dari sumber manusia (human

resources) (Nasution, 1996: 85). Namun demikian, salah satu sumber informasi

(42)

alasan digunakannya dokumen dalam penelitian ini, antara lain; a) merupakan sumber yang stabil, kaya dan, mendorong; b) berguna sebagai “bukti” untuk sebuah pengujian; c) sifatnya sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, yaitu alamiah, sesuai dengan konteks, nyata, dan berada dalam konteks; d) mudah diperoleh (dengan melakukan pencarian) dan relatif murah, dan e) dapat membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki (Lincoln dan Guba, 1981, dalam Moleong, 1994: 161)

Penggunaan bahan dokumen dalam penelitian ini dimaksudkan untuk komparasi data, sehingga dapat dihasilkan generalisasi-generalisasi (Kartodirdjo, S., 1991: 47). Hal itu dilakukan guna mendukung kredibilitas atau kepercayaan data yang diperoleh melalui wawancara atau observasi (Satori dan Komariah, 2010: 149). Sebagaimana dikatakan Wolff (2004) dalam Sinthuvana (2009:73), analisis dokumen diakui sebagai metode penelitian yang independen, yaitu bahwa peneliti dapat menggunakannya untuk memverifikasi informasi yang diperoleh dari sumber lain.

(43)

akhir kinerja tahunan, dan dokumen-dokumen yang memuat data tentang dosen dan mahasiswa.

F. Analisis dan Penafsiran Data

Analisis merupakan proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data, dalam hal ini, berarti menggolongkannya dalam pola, tema atau kategori tertentu untuk menghindari kekacauan data. Sedangkan penafsiran atau interpretasi data artinya memberikan makna terhadap analisis, menjelaskan pola atau kategori, serta mencari hubungan antar berbagai konsep. Penafsiran yang dilakukan oleh peneliti terhadap data yang terkumpul menggambarkan perspektif atau pandangan peneliti sendiri, bukan merupakan kebenaran atau generalisasi. Oleh karena itu, kebenaran hasil penelitian masih harus dinilai oleh orang lain dan diuji dalam berbagai situasi. Hasil penafsiran juga bukan merupakan generalisasi dalam artian kuantitatif, karena gejala sosial terlampau banyak variabelnya dan terlampau terikat oleh konteks tempat penelitian, sehingga generalisasi sulit dilakukan (Nasution, 1996: 126).

(44)

Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus (Miles dan Huberman, 1984, dalam Sugiyono, 2008: 337), bukan hanya dilakukan pada tahap akhir penelitian (Nasution, 1996: 127). Aktivitas dalam analisis data tersebut meliputi reduksi data (data reduction), display data (data display), dan menyimpulkan atau memverifikasi (conclusion

drawing/verification) (Nasution,1996; Sugiyono, 2008; Satori dan Komariah,

2010).

1. Reduksi Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh dari berbagai sumber, yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Data tersebut selanjutnya ditulis dalam bentuk uraian atau laporan terinci. Penelaahan terhadap data tersebut dilakukan sejak awal pengumpulannya. Hal itu dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan proses selanjutnya, mengingat data tersebut terus menerus bertambah. Upaya penelaahan disertai dengan mereduksi informasi-informasi yang dipandang tidak diperlukan. Selanjutnya data itu dirangkum, kemudian dipilah dan difokuskan pada hal-hal yang penting, dan dicarikan tema atau polanya. Reduksi data bermanfaat dalam pemberian kode terhadap aspek-aspek tertentu. Dengan demikian, data tersebut tersusun secara sistematis dan lebih mudah dikendalikan.

2. Display Data

(45)

sesuai tema-tema tertentu. Upaya itu dilakukan untuk dapat memilah data yang diperolah sesuai kategori tertentu, dan tidak terkacaukan dengan terlalu banyaknya detail.

Pemilahan data, antara lain dilakukan terhadap informasi-informasi yang dituliskan dalam catatan lapangan. Sekalipun pada awalnya merupakan rangkaian informasi yang penulis dapatkan dari satu sumber (misalnya melalui wawancara), namun untuk mempermudah pengelompokkannya, informasi yang meliputi beragam topik itu dipilah sesuai kategorinya. Topik-topik itu selanjutnya diberi kode, sehingga mempermudah dalam pengkalsifikasian dan pemeriksaannya kembali. Cara seperti itu memungkinkan peneliti untuk menelaah data secermat mungkin guna memperoleh kesimpulan yang tepat.

3. Kesimpulan dan Verifikasi

(46)

BAB V

MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN STRATEGIK DI PERGURUAN TINGGI

A. Landasan Pemikiran

Setelah mandiskusikan hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian di lapangan, berikut ini diajukan model konseptual Manajemen Strategik yang sekiranya sesuai untuk diterapkan di lingkungan perguruan tinggi negeri (PTN), khususnya di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Model tersebut merupakan sintesis antara teori-teori manajemen strategik yang sudah dikembangkan oleh para pakar dengan realitas implemetasinya di lapangan yang membutuhkan penyesuaian-penyesuaian.

Sejumlah penulis, sebagaimana yang dipaparkan dalam Bab II, masing-masing telah mengembangkan model-model manajemen strategik. Model-model tersebut secara umum memiliki kesamaan, namun secara khusus terdapat perbedaan antara satu model dengan yang lainnya. Oleh karena itu, seperti dikatakan David (2009: 22), bahwa dalam prakteknya, proses manajemen strategik tidak sejelas dan segamblang sebagaimana yang digambarkan oleh model. Para penyusun strategi tidak menjalankan prosesnya dalam bentuk yang sangat kaku, tetapi disesuaikan dengan kondisi yang mereka hadapi, baik lingkungan maupun sumber daya yang dimiliki organisasi.

(47)

implementasi manajemen strategik ini merupakan organisasi nirlaba, dalam hal ini perguruan tinggi negeri (PTN). Seperti dikatakan Hunger dan Wheelen (2003), sumber penerimaan terbesar yang diperoleh PTN berasal dari pemerintah, bukan dari penerima jasa layanan pendidikan tinggi. Hal itu akan mempengaruhi pengambilan keputusan strategis perguruan tinggi yang berbeda dengan organisasi/perusahaan pencari laba. Dalam perusahaan pencari laba, orientasi pasar sangat mendasari pengambilan keputusan strategisnya karena sumber penerimaan mereka sangat tergantung pada keuntungan penjualan produk barang atau jasa terhadap pelanggan. Sedangkan bagi PTN, kepuasan dan keinginan pemerintah lebih didahulukan daripada penerima jasa layanan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan-keputusan strategisnya. Karakteristik tersebut menjadi salah masalah yang mempengaruhi dan membatasi penggunaan manajemen strategik di perguruan tinggi negeri.

Namun demikian, dengan adanya sifat-sifat yang membedakan antara PTN dengan perusahaan pencari laba tersebut tidak berarti bahwa manajemen strategik tidak dapat diterapkan. Analisis SWOT dan analisis stakeholders, sebagaimana diterapkan pada perusahaan pencari laba merupakan teknik-teknik manajemen strategik yang relevan untuk dikembangkan di perguruan tinggi tersebut (Hunger dan Wheelen, 2003: 537).

(48)

SWOT dijalankan dengan baik dari awal hingga akhir, maka ia akan berguna sebagai salah satu alat dalam manajemen strategik yang dapat membantu organisasi sektor publik dalam mewujudkan good governance (Bawono, 2011).

Hal lain yang melandasi pemikiran perlunya PTN menerapkan manajemen strategik adalah situasi saat ini yang sedang berubah. Sebagaimana dikatakan Indrajit dan Djokopranoto (2006), perguruan tinggi saat ini lebih berorientasi pasar dalam pengambilan keputusan strategisnya. Seiring proses globalisasi yang juga melanda dunia pendidikan, masing-masing perguruan tinggi, dihadapkan pada tantangan untuk bersaing dengan perguruan tinggi lain dalam memasarkan produk jasa layanan pendidikan tinggi. Persaingan itu meliputi bidang mutu, harga, dan layanan yang memungkinkan perguruan tinggi tersebut dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pengelolaan semua itu memerlukan pengetahuan dan keterampilan tersendiri dalam memanajemeni perguruan tinggi.

B. Tujuan

Tujuan pengembangan model manajemen strategik dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu upaya perbaikan. Perbaikan tersebut diupayakan melalui penyelarasan antara penerapan manajemen perguruan tinggi yang selama ini dilakukan UIN Bandung dengan tuntutan perubahan yang meniscayakan adanya pengembangan pola-pola tradisional ke arah pengelolaan lembaga pendidikan tinggi yang lebih profesional.

(49)

perguruan tinggi dalam memasuki era kompetitif saat ini. Ia merupakan pendekatan yang digunakan dalam memahami realitas. Dalam prosesnya, dikonsepsikan pula nilai-nilai intergritas UIN Bandung sebagai perguruan tinggi Islam sebagai ciri khas (distinct), yang merupakan salah satu modal utama dalam mencapai keunggulan bersaing.

C. Asumsi

Asumsi atau anggapan dasar yang menjadi pertimbangan dalam pengajuan model konseptual ini adalah sebagai berikut:

Pertama, era globalisasi, yang tidak hanya membuka sejumlah peluang

(50)

Kedua, kenyataan bahwa masih lembahnya manajemen pendidikan kita

menunjukkan sistem pendidikan nasional masih belum efisien. Dengan demikian, pengembangan sistem pendidikan nasional bukan hanya memerlukan konsep-konsep manajemen pendidikan yang mantap, tetapi juga memerlukan pengetahuan dan pengalaman manajemen pendidikan secara sistematis yang dikembangkan dan diterapkan dalam situasi dan kondisi sosial ekonomi negara yang sedang berubah. Oleh karena itu, menjadi sebuah tuntutan bagi para pemimpin perguruan tinggi untuk lebih memperhatikan faktor-faktor pendorong kinerja, terutama modal intelektual sumberdaya manusia. Dengan kekuatan yang didasarkan pada modal utama di era persaingan tersebut, memungkinkan perguruan tinggi dapat melakukan perubahan dan pembaharuan terus-menerus (continuous improving), sehingga menjadi lembaga yang dapat diandalkan dalam mengarahkan masyarakat menuju perubahan yang diinginkan.

Ketiga, tujuan paling mendasar dari perubahan yang dilakukan UIN

Bandung adalah terkait dengan “permintaan pasar” dan kelangsungan hidup pergururan tinggi agama Islam tersebut. Kemampuan UIN Bandung untuk bertahan hidup (survive) sangat ditentukan oleh kemampuannya untuk berubah, menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan yang dihadapi atau menyesuaikan misi pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat guna melayani kebutuhan yang berubah, dengan tetap mempertahankan dan komitmen terhadap nilai-nilai Islam sebagai nilai dasarnya. Pengembangan UIN Bandung didasarkan atas lima prinsip pokok sebagai berikut: (1) regional

(51)

pembangunan pendidikan tinggi yang berbasis desentralisasi; (2) keunikan, yakni pemilihan core competence untuk menjadikan UIN Bandung sebagai perguruan tinggi dengan daya tarik khusus; (3) national cohessiveness, yakni prinsip yang mencerminkan bahwa keunikan UIN Bandung bersifat komplementer terhadap perguruan tinggi lain dalam lingkungannya; (4) market oriented, yakni misi yang diemban UIN Bandung dalam menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat; dan (5) managed professionally, yakni pengelolaan UIN Bandung secara profesional sebagai salah satu perguruan tinggi modern (Natsir, 2011: 5).

D. Komponen Model Konseptual dan Saling Keterkaitannya

Berangkat dari dasar pemikiran dan asumsi di atas, serta didasarkan pada temuan hasil penelitian, model konseptual manajemen strategik di perguruan tinggi yang ditawarkan berikut ini meliputi segenap komponen tahapan dan langkah-langkah manajemen strategik perguruan tinggi serta teknik Balanced

Scorecard yang digunakan sebagai management tools dan management

measurement. Tahapan-tahapan tersebut adalah: a. perumusan strategi; b.

penerapan strategi; dan c. evaluasi strategi yang menyertakan di dalamnya teknik evaluasi sebagai alat ukur kinerja manajemen yang komprehensif.

(52)

1. Perumusan Strategi (Strategic Planning)

Model perumusan strategi (strategic planning) diadaptasi dari Bryson (1991) dan diselaraskan dengan hasil penelitian di lapangan. Model ini dipandang lebih sesuai untuk diterapkan pada perguruan tinggi. Secara umum, proses perumusan strategi meliputi kebijakan umum dan penentuan arah, penilaian lingkungan internal dan eksternal, perhatian pada stakeholders utama, identifikasi masalah-masalah/isu-isu strategis, pemilihan strategi alternatif, pengambilan

BABANCED SCORECARD Pelanggan

Proses Internal Pertumbuhan Keuangan

[image:52.595.116.508.134.602.2]

Dipetakan Diterjemahkan Kekuatan/Trend: Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi Pemerintah/ Masyarakat/ Industri Kompetitor/ Mitrakerja Audit Eksternal Kesempatan/ Ancaman Audit Internal Sumber Daya: Manusia, Kompetensi Keuangan, Informasi Strategi: Universitas/ Unit Kerja Kinerja: Hasil & Pengalaman Kekuatan/ Kelemahan VISI UIN BANDUNG Pilihan Strategi Membuat Kesepakatan Mandat Misi/Nilai Isu-isu Strategi Program Prosedur Anggaran Kaji Ulang Koreksi Pengukuran

Gambar 5.1. Model Konseptual Manajemen Strategis Perguruan Tinggi Perumusan Strategi Implementasi

(53)

keputusan, tindakan, dan pemantauan hasil secara terus menerus (Bryson, 1991: 48). Adapun langkah-langkah perumusan strategi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Membuat Kesepakatan, yaitu upaya untuk memperoleh dukungan dan

komitmen para pengambil keputusan atau pemimpin kunci internal (dan mungkin eksternal) dengan cara menegosiasikan kesepakatan tentang upaya keseluruhan rencana-rencana strategis dan langkah-langkah kunci dalam pengembangan UIN Bandung

b. Memperjelas Mandat Organisasi, yaitu upaya untuk mengidentifikasi dan

memperjelas mandat yang diberikan oleh pemerintah dan atau masyarakat terhadap UIN Bandung. Salah satu manfaat dari langkah ini adalah untuk menemukan kejelasan tentang apa yang diamanatkan. Hal itu akan meningkatkan kemungkinan bahwa mandat tersebut benar-benar akan dijalankan.

c. Memperjelas Misi dan Nilai Organisasi, yaitu upaya untuk mengidentifikasi kebutuhan stakeholders UIN Bandung dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misi UIN Bandung, seiring dengan mandat yang diterimanya, menunjukkan pembenaran sosial atas keberadaannya. Pernyataan misi merupakan pernyataan tujuan yang secara jelas membedakan UIN Bandung dengan organisasi lain yang sejenis.

d. Analisis Lingkungan Eksternal, yaitu upaya untuk mengidentifikasi

(54)

lingkungan tugas. Lingkungan sosial meliputi kekuatan politik, ekonomi, sosial, dan teknologi (PEST). Sedangkan lingkungan tugas mencakup berbagai kelompok stakeholder yang meliputi pemerintah, pelanggan, pesaing, atau mitrakerja. Lingkungan pemerintah misalnya terkait dengan adanya aturan perundang-undangan yang baru. Sedangkan pesaing misalnya pengenalan produk baru atau penerapan teknologi baru oleh pesaing.

e. Analisis Lingkungan Internal, yaitu upaya untuk mengidentifikasi

kekuatan dan kelemahan internal UIN Bandung. Upaya itu dilakukan dengan cara memantau sumber daya (input), strategi yang dilakukan (proses), dan kinerja (output) UIN Bandung saat ini. Idealnya, langkah ini mendorong dilakukannya pengembangan sistem informasi manajemen (SIM) yang efektif, yang mencakup ketiga hal di atas. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2006), sebuah SIM yang efektif tidak harus terlalu birokratis atau berbelit-belit, tetapi hal yang paling penting adalah adanya diskusi serius antara para pembuat keputusan kunci dalam mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman organisasi.

f. Mengidentifikasi Isu-isu Strategis, yaitu upaya mengidentifikasi

(55)

bahwa isu-isu strategis harus ditangani dengan cepat dan efektif jika organisasi ingin bertahan hidup dan sejahtera.

g. Merumuskan Visi Organisasi. Sejalan dengan arah perubahan UIN

Bandung, tahap akhir dari proses perumusan strategi adalah mengembangkan gambaran tentang apa yang seharusnya terlihat seandainya ia berhasil menerapkan strategi dan mencapai potensi penuh. Isu-isu strategis ditekankan pada upaya bagaimana UIN Bandung harus bergerak dari cara saat ini untuk membentuk diri dan berperilaku sesuai dengan visinya. Rumusan visi UIN Bandung hendaknya dibuat dengan jelas dan strategis. Sehingga mudah diartikulasikan, mudah dipahami, dan diterima semua pihak dalam organisasi. Ia harus dapat diterjemahkan ke dalam terminologi operasional yang memungkinkan semua pihak dapat dengan mudah memahami dan selanjutnya melaksanakannya. Ia menguraikan secara jelas apa yang ingin dicita-citakan, terukur, secara rasional dapat dicapai, dan menetapkan waktu/pentahapan pencapaian sasaran.

h. Merumuskan Strategi, yaitu suatu pola tentang tujuan, kebijakan, program,

tindakan, keputusan, atau alokasi sumber daya yang menentukan keberadaan UIN Bandung, apa yang harus dilakukannya, dan mengapa melakukannya. Sebuah strategi yang efektif harus memenuhi beberapa kriteria. Ia secara teknis harus dapat dilaksanakan, secara politik diterima

(56)

Bandung. Di samping itu, ia juga harus selaras dengan isu-isu strategis yang menjadi alasan atas dilakukannya strategi tersebut.

2. Penerapan Strategi (Strategic Implementation)

Model implementasi yang dikembangkan dalam pembahasan ini diadaptasi dari Hunger dan Wheelen (2003). Implementasi strategi, menurut mereka, adalah totalitas aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan suatu perencanaan strategi. Ia menerjemahkan berbagai strategi dan kebijakan ke dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Implementasi strategi yang sempurna, tidak hanya mengakibatkan terwujudnya sebuah perencanaan strategi yang baik, tetapi juga dapat menyelamatkan sebuah perencanaan yang pada awalnya meragukan. Sebaliknya, implementasi yang buruk dapat menggagalkan terwujudnya perencanaan strategi yang telah disusun secara baik.

(57)

a. Penyusunan program, yaitu upaya menerjemahkan strategi ke dalam

aktivitas nyata. Program perlu dibuat dalam jangka panjang (5 tahun atau lebih), jangka menengah (2 sampai 4 tahun), dan jangka pendek (1 tahun). Program jangka panjang adalah program untuk menyelesaikan strategi jangka panjang. Sedangkan program jangka menengah dan jangka pendek merupakan program untuk menjembatani dan menunjang pelaksanaan program jangka panjang ((Indrajit dan Djokopranoto, 2006: 73). Penetapan tujuan tahunan merupakan sebuah aktivitas terdesentralisasi yang secara langsung melibatkan seluruh pimpinan UIN Bandung untuk dapat menghasilkan penerimaan dan komitmen. Penetapan tujuan tahunan penting, karena: (a) merupakan landasan untuk alokasi sumber daya; (b) merupakan mekanisme utama untuk mengevaluasi kinerja manajer/pimpinan; (c) merupakan instrumen utama untuk memonitor kemajuan ke arah pencapaian tujuan jangka panjang; dan (d) menetapkan prioritas universitas, fakultas dan program studi (David, 2009: 389).

b. Penyusunan anggaran, yaitu penerjemahan program dalam bentuk uang

(58)

c. Pembuatan prosedur, yaitu membuat aturan atau teknik pelaksanaan

sistem secara langkah demi langkah untuk melaksanakan atau menyelesaikan sebuah program tertentu. Prosedur atau seringkali disebut

standard operating procedures (SOP) dibuat, misalnya, untuk rekruitmen,

pengiriman dosen untuk studi lanjut, penggantian biaya kuliah dosen, dan sebagainya (Indrajit dan Djokopranoto, 2006: 76).

Program, anggaran dan prosedur hanyalah bentuk rencana yang disusun secara lebih rinci, yang pada akhirnya mengarahkan kepada implementasi strategi yang telah dibuat. Namun demikian, proses strategis secara keseluruhan mencakup beberapa jenis aktivitas krusial yang berorientasi pada tindakan. Aktivitas-aktivitas tersebut antara lain: pengorganisasian, penyusunan staf, pengarahan, dan pengawasan. Sebelum rencana-rencana yang telah dibuat membawa kepada kinerja yang sesungguhnya, pimpinan perguruan tinggi harus memastikan bahwa institusinya telah diorganisasi dengan baik, program-program mendapatkan staf yang memadai, dan kegiatan-kegiatan diarahkan kepada hasil-hasil yang diinginkan (Hunger dan Wheelen, 2003: 304).

3. Evaluasi Strategi (Strategic Evaluation)

Komponen evaluasi strategi yang mendasari model konseptual ini dirujuk dari David (2009). Ia merumuskan aktivitas-aktivitas evaluasi strategi ke dalam tiga kerangka kerja evaluasi, yaitu: (1) Mengkaji ulang landasan strategi; (2) Mengukur kinerja organisasi; dan (3) Mengambil tindakan korektif.

(59)

demikian, orang dapat mengevaluasinya untuk menemukan berbagai kekurangan yang penting. Tindakan evaluasi strategi didasarkan atas kriteria-kriteria tertentu. Richard Rumelt, seperti dikutif David (2009: 501), mengemukakan empat kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu strategi, yaitu: konsistensi, kesesuaian, kelayakan, dan keunggulan.

Konsistensi (consistency) mengandung arti bahwa sebuah strategi tidak

boleh menunjukkan tujuan dan kebijakan yang tidak konsisten. Konflik organisasi dan pertikaian antardepartemen bisa menjadi sebuah tanda bahwa strategi yang dijalankan tidak konsisten.

Kesesuaian (consonance) mengacu kepada perlunya penyususn strategi

untuk mencermati serangkaian kecenderungan (trends). Sebuah strategi harus mewakili respons adaptif terhadap lingkungan eksternal dan terhadap perubahan penting yang terjadi di dalamnya.

Kelayakan (feasibility) maksudnya adalah bahwa strategi tidak boleh

menguras seluruh sumber daya atau melahirkan persoalan-persoalan baru yang tidak terpecahkan. Uji terakhir dari strategi adalah kelayakannya; dalam hal ini, bisakah strategi diupayakan dalam sumberdaya fisik, sumberdaya manusia, dan sumberdaya keuangan yang dimiliki organisasi?

Keunggulan (advantage) mengandung arti bahwa strategi harus

(60)

Adapun aktivitas-aktivitas evaluasi str

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 4.22
Gambar
Tabel 1.1. Jumlah Pendaftar ke IAIN Bandung  dari Tahun Akademik 2000/2001 s.d. 2004/2005
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitan ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mutia Arda (2017) dimana dari hasil uji peneltian bahwa disiplin kerja berpengaruh signifikan

Seterusnya, Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon bahwa prodi ekonomi Syariah berada pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Syariah, bahwa penerpana kurikulum prodi

Tabel 4.19 Rekapitulasi Hasil Tanggapan Responden Terhadap Service Recovery yang Dirasakan ( Perceived ) di Hyatt Regency Yogyakarta

Adapun yang menjadi saran penulis kepada Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir khususnya Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan selaku leading sector

Pada pembelajaran ilmu pengetahuan alam dalam materi menentukan benda yang mudah bergerak dan benda yang sulit bergerak dengan menggunakan penerapan STAD tersebut peneliti belum

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk reaksi stoikiometri dengan Karbonat sebagai bahan dasar, penambahan Cr 2 O 3 sebanyak 0.2% mol merupakan komposisi optimum

Berdasarkan kesimpulan dan tindak lanjut penelitian di atas, maka peneliti dapat menyarankan hal-hal sebagai berikut: 1) Bagi guru, guru bahasa Indonesia SMP Negeri 4

Untuk menunjang kegiatan penelitian tersebut pusat riset perikanan memiliki perpustakaan sebagai media untuk menyediakan bahan literasi dan referensi serta sebagai tempat