• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN KEPEDULIAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN DI SEKOLAH MENENGAH UMUM : Studi Kasus Melalui Mata Pelajaran PPKN, Pendidikan Agama IPA dan IPS di SMUN 12 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINAAN KEPEDULIAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN DI SEKOLAH MENENGAH UMUM : Studi Kasus Melalui Mata Pelajaran PPKN, Pendidikan Agama IPA dan IPS di SMUN 12 Bandung."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN KEPEDULIAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN DI SEKOLAH MENENGAH UMUM

(Studi Kasus Melalui Mata Pelajaran PPKN, Pendidikan Agama IPA dan IPS di SMUN 12 Bandung)

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Perolehan Gelar Magister Pendidikan

Bidang Studi Pendidikan Umura

Oleh:

ASEP HILMAN

949695

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG

(2)

DISETUJUIDAN DISYAHKAN OLEH

PROF.DR.H.DJAMART

PEMBIMBING I

PROF. DR. H. NURSID SUMAATMAD.T4

(3)

T>an jiviga.nlah ka/mi berhuat. kemmkan di (nuika) burnt, sesungguhnya Allah tidak menyukal orang-orangycng berbuat kerusakan."

(Al-Qashash : 77).

'Tigahalyangmenyerukpandang, yaitu :

Menyaksikan pandangan padayang hijau

(Asri), pada airyang tnengalirjernih, dan

wqjali rupawan"

(H.R. Ahmad)

Buat tiga insan yang kukasih

Isteri tercinta Yuli Nurhayati,

serta kedua andku ;

(4)

ABSTKAK

Judul: Pembmaan KepeduHan Siswa Terhadap Lingkungan Di Sekolah

Menengab U„. (St„di KaSWS Melafui Mat,

Lzj!Z

PPKN Pen

did.kan Agama, IPA dan IPS di SMUN 12 Bandung) '

Asep Hilraan, 1998. "

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknolnoi fmrxrvs u .

secararevolutifmemasukiabad^ iXhlk i , noI,°SI ^PT^) yang berJangsung u, -~uv v , memfuki afad 21> ly»ah berdampak pada naiknva kualitas dan kuantita*

3

^S": S3nSal drrVRani,S13 *n8» ^ ^alennya teiah^ ad

S ^ r peramP°k aJam »'"l*«ngannya sendiri. Oleh karena it« neningkatan

I"7 ' M""h;"^V;* ma»»s»« y«»S meiniliki kepeduiian tinggi dan btTJanLnJawJ"

s ^ ^ ^ s ^ -^ «** -*-»*» "-« -ssffru

«il«m P™f'^J'" ^aya untuk mengidenfifikasi penanaman ailai dan penibah-n

R«Snn?r 5 f daya <khusus»ya 3'a«g dilaknkan warga SMU Newri P

2^^^,^berD8?,l,,,:i ke^han pendidikaji Hn8kun^ vang z i

p"JklT fntl tn

aSa' "'I Pelajaran HaS,i Penellt,an lm mimiadi airaban^an

p-mikiran untuk proses pengembangan dan pembmaan siswa terhadap fcroduihn

Fepala S ' T meruPaka" « ka^ yang menggunakan pendekatan kualitatif

Kepaia sekolah dan guru-guru Pendidikan Agaraa, PFKn IPA dan TP<n ,bk,

djkim^lkBn deogan tehnik wawancara, observas, dan dokumental

fZZ

penelS

dilaknkan dengan memadukan proses eraic dan etik peneiitian

Hasil penelitian menunjukkaji baliwa dalam proses pembinaan keoedulian

Jingkungan, kuahta pribadi dan kompetensi komponen pLidHLtat beC

P^hnya terhadap pernbahan s,kaP komponen terd'd.k.

KuJ^7lP^Z

tIt1 uTQU

PeUdldlk ,tU

"»»**&*

slkaP ««*»». kateladaoan, disiplin Zato

mums, fisik dan penggunaan sumberdaya alam sebagai saranapembelajaran

(5)

badaya <disipli„ kc'dafanaar, k^fciZ tl,<» ",e"8h",darl N;»rfiihan> dan secara

-nnya !t„ia M.dakS™ K | S ^ S r ^ 1"p--i™ Bera*™'

ditamtai dcno,,, ucanan ^hl <T * berimlrangan den,™ orang lain

yar.i-i,,;8k,ra„ „u ;srt,^d^™^-s:;:::^^k:i^:!;-,,k-;*', ^*»™

dilaknkan komponen pendidik g P^iibnraaii yang

d,riTsrz^^-irsss tr? -if ;tark™

(6)

DAFTAR IS I

ABSTKAK

KATA PENGANTAR *'

UCAPAN TERIMAKASIH »v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR 'x

BAB 1 PENDAHULUAN ( '

A. Latar Belakang Masalah

B. Masalah Peneiitian —

C. Tujuan Peneiitian

9

D. Manfaat P e ne 1itian

E. Asurnsi Peneiitian '

F. Defmisi Operasional 10

BAB n PEMBINAAN KEPEDULIAN LINGKUNGAN DI SEKOLAH

MENENGAHUMUM 15

A. Manusiadan Lingkungaitnya 15

B. Pembinaan Mental dan Moral Sebagai Basian dari Pembinaan

Siswa Terhadap Kepedulian Lingkungan 18

C. Kepedulian Lingkungan dan Pendidikan Umum 23

D. Pendidikan Lingkungan Sebagai Ikhtiar Membina Niiai

Kepedulian Lingkungan 27

E. Sihiasi dan Strategi Pembinaan Kepedulian Lingkungai di

(7)

BAB HI

Sekolah Menengali (Juitmi 32

F. AnalisaMateri PLH dalam Kiuikulum SMU 35

PROSEDUR PENELiTIAN 44

A Metode Peneiitian

44

B. Subjek Peneiitian .?

C. Teknik Pengumpulan Daja

48

D. Instrumen Peneiitian

51

E. Pengumpulan Data Peneiitian ~

F. Analisis Data Peneiitian ^

AB IV T

LAPORAN HASIL PENELITIAN 54

A. Gambaian Umum Data Peneiitian 54

B. Gambaran Lokasi Peneiitian 55

C. Deskripsi dan Analisis 6<)

1. Pembinaan Kepedulian Siswa Terhadap Lingkungan yang

di-lakukan Oleh Komponen Pendidik 5ff

a. Komponen Kepala Sekolali 61

b. Komponen Guru Pendidikan Agama Islam 63

c. Komponen Guru IPA 66

d. Komponen Guru PPKN 68

e. Komponen Guru IPS 7j

(8)

2. Pembinaan Kepedulian Siswa Teiiiadap Lingkungan

Di-iihal Dari Komponen Terdidik 73

a Kondisi Siswa Yang Belum Terbina Kepedulian

Ling-kungannya ?3

b. Kondisi Siswa yang Telah Terbina Kepedulian

lingkungannya 77

D. Pembahasan 82

E. Temuan Peneiitian 88

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 91

A. Kesirnpulan 91

B. Implikasi 92

C. Rekomendasi 94

DAFTAR PUSTAKA 97

LAMPIRAN-LAMPIRAN 100

(9)

DAFTAR GAMBAR

1- Kerangka Pemikiran Peneiitian

(10)

BAB I

PENDABULIJAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat di awal abad

21 mi menyebabkan fragmen-fragmen kehidupan di masyarakat menjadi semakin bervariasi dengan kuantitas dan kualitas yang semakin meningkat. Melalui hasil

kemajuan IPTEK ini, proses, gejala dan masalah kehidupan dapat kita saksikan dengan

sangat mudah. Keadaan yang demikian pada akhirnya menyebabkan kehidupan manusia di pemmkaan bumi, baik yang menyangkut aspek fisik maupun sosial budaya senantiasa

mengalami perubahan. Pada saat itu timbulah dampak yang tidak diinginkan berapa

penurunan kualitas lingkungan, baik lingkungan alam (natural environment), lingkungan

sosial (social environment) maupun lingkungan budaya (cultural environment).

Masalah penurunan kualitas lingkungan alam, pada umumnya berkisar pada

persoalan banjir, erosi, kekurangan air/kekeringan dsb, yang selama ini dianggap sebagai

bencana alam (Soeriatmadja, 1981:76) padahal bila ditelit. secara lebih seksama, semua

masalah itu ternyata lebih disebabkan oleh tindakan dan tingkah laku manusia yang tidak

bijak dan tidak rasional memperlakukan lingkungan alam sekitarnya, manusia telah

menjadi perampok dan mengeksploitasi sumber daya alamnya sendiri (Kaligis, 1994.5).

Dalam konteks lingkungan sosial, saat ini kita semakin dihadapkan pada

berbagai persoalan yang cenderung destniktif, ketimpangan sosial dalam bentuk

kenakalan remaja. penyalahgunaan obat-obatan keras (ecstasy), peningkatan kualitas

krimmalitas, merosotnya kewibawaan dan semakin rendahnya rasa tanggungjawab

(11)

merupakan sebagian kecil dan derd panjang masalah sosial yang sedang ki!a hadapi.

Begitu juga dengan permasalahan yang terjad, dalam iapangan lingkungan budaya.

menunjukkan keadaan yang menuntut kita senantiasa bersikap hati-hati. Globalise yang

melanda duma dengan

tidak

ada kecualmya telah memmbulkan pergeseran-pergeseran

dalam sistim nilai yang dianut masvarakat, baik yang bersifat positif maupun yang

bersifat negatif

Bagi bangsa Indonesia langkah preventif mengantisipasi gejala perubahan

kualitas- lingkungan tersebut, dilakukan melalni peningkatan kualitas sumber daya

manusm (SDM). Untuk mengetahu, tolok ukur kualitas sumber daya manusia, salah satu

landasannyatercermin pada kualitas pendidikan yang dicapai masyarakat selaku bangsa

dan warga negara Oleh karena itu pendidikan dalam art, yang luas menjadi fiktor dasar

dan mendasar pembangunan kualitas sumber daya manusia Indonesia (Sumaatmadja,

1994:15). Proses pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia haruslah dalam spektrum

tujuan pendidikan yang bersifat nasional seperti yang diamanatkan dalam GBHN 1993 sebagai berikut:

Pendidikan Nasional berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan nntuk

memngkatkan ketaqwaan terhauap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan

keterampuan mempertinggi bndi pekerti, memperknat semangat' kebangsaan dan cinta tanah air agar dapat menumbuhkan

manusia-inanus.a pembangunan yang dapat membangnn dirinya sendiri serta

bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsanya.

Berdasarkan rumusan tujuan pendidikan nasional di atas, terungkap balnva

essensi tujuan pendidikan nasional itu menyangkut pengembangan kawasan afektif

(12)

menyangkut pengembangan kawasan psikomotor yaitu membangun manusia Indonesia

yang terampil.

Integrasi secarautuh ketiga aspek yang menjadi inti tujuan pendidikan nasional

di atas. seyogianya juga melandasi proses pembinaan kepedulian siswa terhadap

lingkungan. Proses demikian memiliki dua sisi pembinaan yang saling melengkapi,

pertama membina rasa memiliki dan tanggungjawab siswa terhadap tempat mereka

menuntut ilmu; kedua, mengasah kepekaan siswa terhadap permasalahan lingkungan

fisik, sosial maupun budaya serta upaya-upaya pemecahannya, khususnya yang

berlangsung di lingkungan sekolah.

Pemerintah menempatkan kepedulian terhadap lingkungan sebagai tuntutan

kondusifbagi upayapelestarian lingkungan hidup termasuk di dalamnyapelestarian nilai-nilai luhur budaya yang harus ditumbuhkembangkan di kalangan generasi muda Pada

jenjang pendidikan menengah umum, Pendidikan lingkungan disampaikan secara

•ntegratif melalui berbagai mata peiajaran. Perlunya pendidikan lingkungan hidup

diberikan kepada siswa memiliki cukup alasan untuk menggiring proses pendidikan ke

arah terciptanya iklim yang kondusifbagi perkembangan kepribadian siswa agar menjadi

manusia-manusia yang memiliki kesadaran dan tanggungjawab terbadap lingkungan

dengan segala permasalahannya

Berbagai hasil peneiitian membuktikan bahwa sekolah memberikan konstribusi yang cukup berarti dalam membentuk kepribadian siswanya, namun demikian masih

banyak persoalan yang harus dibenahi agar pembinaan kepedulian siswa terhadap

(13)

Sebagai contoh, Aloius A.Nugroho (1996), menunjuk bahwa proses pendidikan di

lingkungan sekolali lebih mengutaniakan perolehan "Inteligence Quotient dan kurang

menonjolkan aspek "Emotional Quotient", sehingga pendidikan yang berlangsung di sekolah terkesan hanya sebagai proses alih pengetahuan saja. Pemaknaan kepedulian terhadap lingkungan dalam pendidikan persekolahan masih memiliki kelemahan dalam aspek metodologi dan substansinya

Walaupun materi PLH sebagai bagian dari upaya pembinaan kepedulian

lingkungan dipesankan harus disajikan secara terpadu, agar siswa memiliki wawasan

yang lebih luas dan lebih inklusif terhadap geosfera (alam crotaan Tuhan) dan hubungannya dengan kehidupan manusia yang bukan saja bersifat kategoris, tetapi juga

harus bersifat normatif (Djaman, 1994), metodologi yang ditawarkan masih bersifat

parsial, kurang menampakkan jalinan yang erat antara pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi. humaniora serta ekologL sehingga jarang menampilkan sejumlah alternatif

konsep kepedulian lingkungan yang langsung berhubungan dengan gerak perilaku siswa

dalam berbagai konteks lingkungan. Sedangkan substansi kepedulian lingkungan

senngkaii dijabarkan dalam pengertian-pengertian yang sempit sebatas lingkungan fisik

saja, sehingga kurang menunjukkan keutuhan, baik dalam pencapaian potensi-potensi

manusianya maupun dalam bidang kajiannya

Kurikulum sebagai salah satu aspek yang menjamm terlaksananya proses

pendidikan di sekolah secara terprogram dan terencana, juga masih menunjukkan

dominasi aspek kognitifitasnya, seperti yang dikemukakan oleh Sanusi (1990:131):

Kiuikulum yang sentralistis-uniformistis-diktatorial memiliki kelemahan bahwa selain penyakit kognitifismenya, juga membentuk sikap ketergantungan guru

dan siswa yang cukup kuat pada informasi yang disiapkan saja. Kemudian ke

(14)

5

serba linier ntau konvergen, tidak ada inulti-Iinieritas dan divergensi.

Akibat dari pola kurikulum yang berorientasi pada perolehan target kognitif sonata, saat ini bangsa Indonesia dihadapkan pada berbagai persoalan yang dapat

dikategonkan sebagai dehumanisasi, arogansi. dan sikap agresif eksploitatif terhadap

lingkungan, sehingga ketimpangan yang terjadi dalam proses pendidikan ini pada

akhimya akan membentuk moralitas dan ahlak bangsa tercerabut dari akar aslinya,

kepedulian terhadap lingkungan berupa transformasi nilai-nilai menjadi sesuatu yang

bersifat utopis.

Permasalahan d, atas menunjuk pada kondisi rumitnya pembentukan

kepribadian siswa sebagai bagian dari pembinaan kepedulian siswa terhadap lingkungan

bila banya mengacu kepada pola kurikulum yang dipergunakan. Nilai-nilai kepedulian

seperti disiplin, tanggungjawab, cinta kebereihan dan ketertiban dsb, tidak dapat

dilaknkan secara parsial atau pragmental yang bersifat kasuistik melainkan harus dalam

kondisi dan situasi yang utuh dan berkesinabungan. Dalam konteks demikiar. penman

guru sangat diharapkan memberikan wama bagi tumbuhkembangnya kesadaran dan

tanggungjawab siswa dalam mengelola lingkungannya.

Peranan yang dijalankan seorang guru dalam proses pembinaan kepedulian siswa terhadap lingkungannya menyangkut konsep nilai, moral dan norma serta keyakinan akan mampu mendukung keberhasilan siswanya bila gumnya sendiri memiliki komitmen yang kuat untuk meiaksanakaiinya Kondisi ini memberikan makna baliwa

proyeksi pendidikan nilai yang membina kepedulian siswa terhadap lingkungan di

sekolali harus beriangsung demikian. Peran komponen pendidik di lingkungan

(15)

kepedulian siswa terhadap lingkungan apabila didukung oleh lingkungan sekitarnya yang

menggiring pada situasi dan kondisi yang kondusif bagi pengembangan kesadaran dan

tanggungjawab pengelolaan lingkungan bagi para siswa

Situasi dan kondisi yang kondusif itu meliputi kurikulum tersembunyi dan kurikulum tertulis. Kurikulum tersembunyi mendeskripsikan fakta baliwa sekolali dengan

komponen pendidiknya disertakan dalam pendidikan nilai yang membina kepedulian

lingkungan dengan tidak mempernwsalahkan tujuan dan metodenya secara eksplisit dan

filosofis, sedangkan kurikulum tertulis merujuk pada pedoman kurikulum formal yang

tujuan dan metodenya direncanakan secaia sistimatis dan filosofis sesuai dengan

bidang-bidang kajian (Sullivan dalam Rohmat Mulyana,1996:9).

Tetapi dalam prakteknya harus diakui bahwa masih banyak gum yang kurang

memberikan konstribusi dalam upaya menanamkan kepedulian lingkungan terhadap anak

didiknya Sementara dikalangan siswa sendiri terdapat kecenderungao baliwa belajar yang mereka alami lebih terkesan sebagai proses alih pengetahuan, alih keterampilan dan

alih teknologi saja Garapan untuk membentuk pribadi manusia yang sadar dan

bertanggungjawab terhadap persoalan lingkungan menjadi tidak jelas dan tidak pasti

stapa yang harus bertanggungjawab menanganinya, karena proses pembelajaran

cenderung terpola pada target kurikulum yang sifatnya statis serta lebih mengarah pada

perolehan keunggulan aspek kognitif

Sehubungan dengan masalah tersebut di atas, penulis beranggapan perlunya diadakan peneiitian terhadap masalah tentang : « Pembinaan Kepedulian Siswa

(16)

B. Masalah Peneiitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas. antara tataran aksiologis

rne.ngenai tujuan Pendidikan Nasional dengan tataran praksis mengenai pelaksanaan

pembinaan kepedulian siswa terhadap lingkungan yang seharusnya dilaksanakan secara

integratif melalui berbagai mata pelajaran masih terdapat kesenjangan, belum memiliki pola baku, belum terencana. dan berkesinabungan. Sementara sekolali dipertimbangkan

sebagai jalur strategis yang memberikan harapan untuk menunjang upaya pembinaan

kepedulian siswa terhadap lingkungan merupakan bagian tak terpisabkan dari ihtiar pendidikan secara umum un.uk meningkatkan kesadaran, tanggungjawab dan penlaku

yang berwawasan lingkungan.

Sebagai upaya mengatasi masalah di atas, perlu dicankan pola pembinaan yang

tepat melalui peneiitian dan pengkajian terhadap praktek pembinaan kepedulian siswa terhadap lingkungan yang dianggap sudah baik. Dengan demikian fokus peneiitian

masalah mi adalah: - Apakah Pendidikan Lingkungan Hidup yang dilaksanakan

melalui berbagai mata pelajaran secara terpisah dapat membina kepedulian

lingkungan secara utuh?".

Peneiitian ini diarahkan untuk menjawab sejumlah pertanyaaa sebagai berikut: 1. Bagaimanakah strategi belajar mengajar yang dilaknkan guru dalam menunjang pem

binaan kepedulian siswa terhadap lingkungan?

2. Bagaimana guru menata situasi fisik sekolali yang menunjang pembinaan ke

pedulian siswa terhadap lingkungan?

(17)

terhadap lingkungan ?

4. Perubahan sikap bagaimanakah yang dialami siswa setelah mengalami pembinaan kepedulian terhadap lingkungan?

C.Tujuan Peneiitian

Secara umum peneiitian ini bermjuan untuk mengetahui pola pembinaan

kepedulian lingkungan bagi para siswa Sekolah Menengah Umum (SMU) yang dilakukan

oleh warga SMU Negeri 12 di Bandung.

Sedangkan secara khusus peneiitian ini berupaya untuk mengidentifikasi:

1. Proses pembinaan kepedulian siswa terhadap lingkungan di sekolah, proses ini

meliputi proses pengembangan materi kurikulum, penataan fisik lingkungan sekolah,

pendekatan yang dilakukan dan penanaman nilai-nilai.

2 Komitmen kepedulian siswa terhadap lingkungannya, baik lingkungan fisik, sosial maupun budaya. Komitmen kepedulian ini adalah komitmen menurut kapasitas dan kemampuan siswa SMU yang dapat diamati dari gejala-gejala dalam perilaku siswa

baik tindakan, ucapan maupun pikirannya dalam kehidupan sekolah.

Masukan Instrumental;

"KURIKULUM:

a Masukan:

Siswa yang belum Terbina kepedulian

lingkungannya - ^

PROSES: Pendidikan dan

pem-Binaan kepedulian

lingkungan - ^

Keluaran: Siswa yang memiliki sikap positip dalam kepedulian lingkunsjan - ^ Dampak : Keterampilan siswa terhadap pengelolaan lingkungan / \

Masukan Instrumental :

[image:17.595.56.491.277.682.2]

"GURU"

(18)

D. Manfaat Peneiitian

Dari hasil peneiitian ini, manfaat yang diharapkan berupa :

1. Memberikan sumbangan pemikiran untuk pembinaan kepedulian siswatertadap

lingkungan secarautuh sesuai dengan kondisi SMU.

2. Berbagai makna esensial dari temuan peneiitian ini dapat memberikan konstribusi

untuk pengembangan dan pembinaan kepedulian siswa terhadap lingkungan secara

utuh kepada guru dan kepala sekolah.

3. Menjadikan hasil temuan peneiitian ini sebagai masukan bagi pengembangan pen

didikan lingkungan hidup sebagai pendidikan umum ke dalam praktek pendidikan

formal, informal dan non formal.

4. Membantu pemerintah (sekolah) dan masyarakat menemukan pola pendidikan

lingkungan yang bersifat praktis bagi pengembangan keterampilan yang

di-butuhkan dalam mengelola dan menjaga kelestarian fungsi-fungsi lingkungan.

5. Memperoleh asumsi-asumsi baru untuk keperluan teori atau sebagai verifikasi

atas teori yang sudah ada

E. Asumsi Peneiitian

Asumsi yang menjadi dasar dalam peneiitian ini adalah sebagai berikut :

Kepedulian manusia terhadap lingkungan telah ada sejak manusia menghuni

Planet burnt ini. Secara historis manusia senantiasa bergantung, menyesuaikan diri,

(19)

10

untuk pengembanganjenisnya Dengan demikian sejarah manusia sebenarnya merupakan

sejarah tanggapan manusia terhadap tantangan lingkungan.

Kepedulian terhadap lingkungan sejalan dengan pandangan agama (Islam) yang

fidak membenarkan sikap tidak peduli atau acuh tak acuh terhadap masalah lingkungan,

seperti tersirat dalam surat Yusufayat 105 yang berbunyi :

Begitu banyak tanda-tanda yang mereka saksikan, baik yang ada di Ian** dan van*

adadi burnt namun merekamengingkarinya (tidak mempSLnyl?

^

Selanjutnya dalam surat Ali Imran 190-191, dikemukakan :

1^!3^

siang, terdapat tanda-tanda untuk mereka vane bernikir vaifnnra„~

malam dengan

kan tentag pencptaan Jangit dan bumi. Kemudian mereka berdo*^a??„h£

F. Deiinisi Operasional

Untuk memperjelas dan mempertegas arah penelihan, terikut ini dikemukakan

definisi optional (batasan istilall) ^

iipKgaakn Mem

^.^ ._. ^^

berikut :

1. Pembinaan Kepedulian

Dalam konteks peneiitian ini, pembinaan diartikan sebagai segala upaya berupa

tindakan, ucapan dan p.kiran yang dilakukan oleh warga sekolah (kepala sekolah, guru,

siswa dan karyawan) dalam mensta sihJasi sekolah secara fisik dan secara psikis melalui

kegiatan sekolah baik berupaproses kegiatau belajar mengajar (imra kurikuU-r) maupun

melalui kegiafan-kegiataa eksuu kurikuler yang dilaksanakan secara langsung „,„„„„

Mak langsung agar siswa menjadi peduli terhadap lingkungan dengan segala

(20)

11

Sejalan dengan pengertian di atas, Kukuh S.Dewobroto (1995), mengartikan

pembinaan sebagai bentuk kegiatan penyuluhan, bimbingan, pendidikan dan peneiitian

kemasyarakatan dalam rangka menyadarkan masyarakat agar mau melaksanakan dan

mengamankan upaya konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta

menerapkan cara-cara dan teknologi baru yang sesuai dengan konservasi dalam rangka

meningkatkan pendapatan masyarakat(natur lover management).

Pembinaan mengandung makna realisasi dari hak dan kewajiban seseorang atas

lingkungannya, hal ini sejalan dengan penegasan Undang undang Nomor 4 Tahun 1982

pasal 6ayat (1) yang berbunyi : "Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk

berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup". Penjelasan dari pasal ini

menyatakan bahwa: "Hak dan kewajiban setiap orang sebagai anggota masyarakat untuk berperan serta dalam kegiatan pengelolaan lingkungan hidup, mencakup baik tahap

perencanaan maupun tahap-tahap pelaksanaan dan penilaian" Dengan adanyaperan serta tersebut, anggota masyarakat mempunyai motivasi kuat untuk bersama-sama mengatasi masalah lingkungan hidup dan mengusahakan berhasilnya kegiatan pengelolaan

lingkungan hidup.

Sedangkan yang diroaksud kepedulian adalah segala bentuk perilaku warga

sekolah yang dimotivasi oleh keyakinannya akan nilai-nilai agama (religius) dan

tanggungjawab moralnya terhadap kelestarian fungsi-fongsi lingkungan untuk masa kini dan akan datang, dilakukan sesuai dengan tingkat kemampuannya serta dapat

diamati dari fenomena kehidupannya dilingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

(21)

12

particular issue or task » atau perpaduan dari perasaan, keasyikan, pemikiran dan

pertimbangan yang diberikan seseorang terbadap suatu pokok masalah atau tugas.

Kepedulian seseorang terhadap sesuatu pada umumnya berbeda dengan kepedulian orang lam, hal ini tergantung pada latar belakang pribadi, pengetahuan dan

pengalaman orang tersebut tentang sesuatu itu. Untuk mempertegas tingkat kepedulian

siswa terhadap persoalan lingkungan, diidentifikasi dengan hasil penemuan Gene E.Ha!l

(1979:6-7) yang membagi tujuh tahap pembaharuan sebagai salah satu unsur kepedulian

yang dimulai dari "tahap 0", yaitu tahap seseorang memiliki kepedulian sangat kecil,

sampai "tahap 6» yaitu tahapan pada saat orang itu telah berusaha mengembangkan

gagasan baru.

DaJam konsep Pendidikan Umum (General Education), kepedulian tersebut

merupakan bagian dari pembentukan karakter moral (moral character), manusia utuh

(complete man), warga negara yang baik (good citizen), serta keluarga yang bahagia

(happy familly), oleh karenanya kepedulian tersebut harus menyangkut pertimbangan

nilai, norma dan moral (Nelson B.Henry:1952). Sejalan dengan pernyataan itu maka

pendidikan lingkunngan merupakan salah satu wujud kepedulian lingkungan. Pernyataan

dalam Undang undang

Nomor 4 Tahun 1982 pasal 9, mengatur hal

sebagai berikut : "Pemerintah berkewajiban menumbuhkan dan

mengembangkan kesadaran masyarakat akan tanggungjawabnya dalam

pengelolaan

lingkungan

hidup

melalui

penyuluhan,

bimbingan,

pendidikan dan peneiitian tentang lingkungan hidup", selanjutnya dalam bagian

penjelasan Undang undang ini disebutkan bahwa "pendidikan untuk menumbuhkan dan

(22)

13

formal mulai dari taman kanak-kanak/sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, maupun melalui jalur pendidikan non formal. Peneiitian tentang lingkungan hidup

meliputi antara lain pengembangan konsep tentang lingkungan hidup, studi keadaan

lingkungan yang ada serta kecenderungan perubahan lingkungan.

Dengan demikianpmgertianpembinaan kepedulian adalah usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk meningkatkan

kesadaran, tanggungjawab, perasaan, keasyikan, pemikiran dan pertimbangan (menyangkut nilai, moral dan norma) terhadap suatu pokok masalah atau kegiatan.

2. Lingkungan Hidup

Yang dimaksud dengan lingkungan hidup dalam peneiitian ini adalah suatu rangkuman benda, kondisi, keadaan dan pengaruh ruang. Dalam kategorinya lingkungan hidup terbagi menjadi tiga bagian meliputi; (1) lingkungan fisik, yaitu segala sesuatu di

sekitar kita berupa benda mati, seperti kendaraan, gunung, air dan sebagainya; (2) lingkungan biologis, yaitu segala sesuatu di sekitar kita yang tergolong organisme hidup

seperti tumbuhan dan hewan; (3) lingkungan sosial , yaitu manusia (masyarakat ) yang ada di sekitarnya seperti tetangga, ieman dan sebagainya yang dalam proses interaksinya

menimbulkan kebudayaan.

Menurut Undang undang Nomor 4tahun 1982 pasal 1, yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah : "Kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan dan

mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi

(23)

M

Selanjutnya nimusan tentang lingkungan hidup menurut IUCN (International United for Concervation ofNature and Natural) adalah :

"Values and clarifying concepts in order to develop the skills and attitudes that are neccesary to understand and apreciate the interrelation among man his culture, and his biophisycal suroundings. Environmental education also entails

practise in decision making, and the self-formulation of code of behaviour

about the issues concerning environmental quality".

3. Utuh

Yang dimaksud utuh dalam pembahasan ini adalah perpaduan secara sempurna dan seimbang antara kemampuan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan

keterampilan (psikomotor) atau dengan pengertian lain utuh yang dimaksud adalah

kxtffdh yakni keserasian antara niat, ucap, pikir, perilaku dan tujuannya dalam

menanggapi dan mengelola lingkungan sebagai amanah Allah SWT.

4. Siswa

Siswa disebut juga peserta didik, adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis

pendidikan tertentu.

5.Sekolah Menengah Umum

Sekolali Menengah Umum, selanjutnya di sebut SMU adalah satuan pendidikan

yang menyelenggarakan pendidikan menengah yang mengutamakan perluasan

pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke

(24)

BAB 111

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menerapkan metode deskriptif analitis, karena masalah yang

ditelifi rnempakan sesuatu yang sedang berlangsung dalam kehidupan masyarakat. Oleh

karena itu fakta, karakteristik atau bidang-bidang tertentu, khususnya yang menyangkut

proses Tembinaan Siswa Terhadap Kepedulian Lingkungan di Sekolah Menengah

Umum", akan dilukiskan secara sitimatis, faktual dan cermat.

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha memaparkan penstiwa atau situasi apa

adanya, dengan menitikberatkan pada kemampuan melakukan observasi dan menangkap

suasana alamiah (natural setting), cara demikian sejalan dengan penelitian survai (Isaac

dan Michael, 1981:46) serta penelitian observational yang dikemukakan oleh Wood

(1977).

Sifat metode deskriptif adalah "heuristic" bukan "venfikatif, peneliti bertmdak

sebagai pengamat, dan dengan suasana alamiah (natural setting) peneliti terjun ke

lapangan tanpa dibebani atau diarahkan oleh teori. Oleh karena itu penelitian ini disebut juga penelitian yang "insightstimulating" seperti yang dikemukakan oleh Seltiz,

Wrightsman dan Cook (Rakhmat, 1991:26). Selain itu peneliti tidak bermaksud menguji

feori, sehingga perspektifnya tidak tersaring. Peneliti bebas mengamati objeknya,

menjelajah dan menemukan wawasan-wawasan baru serta terus menerus mengalami

reformulasi dan redireksi ketika informasi-informasi bam ditemukan. Dengan demikian

(25)

45

maha penelitian deskriptif berluj.ian unhik : (I) inei.gmupiilkan informasi aktuaj secara nnci yang melukiskan gejala yang ada: (2) mengidentifikast masalah atau memeriksa koudisi dan praktek-praktek yang berlaku; (3) membuat perbandingan atau evaluasi; (4)

menentukan apa yang dilakukan orang Iain dalam menghadapi masalah yang sama dan

be!ajar dari pengaiaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu

yang akan datang (Rakhmat, 1991:25, Melly G.Tan, 1981:45, Surachmad, 1970:132).

Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam metode deskriptif ini didasarkan pada tujuan perolehan hasil databerupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau

perilaku yang diamati. Hadibaroto (1982) mengatakan baiiw* data yang dikumpulkan melalui penelitian kualitatif, lebih berupa kata-kata daripada angka-angka. Sedangkan

meniirut Robert C.Bogdan dan Sari Knop Biklen (1982:27-29). karakteristik vang

dijumpai dalam pendekatan kualitatif, meliputi : (1) hakekat penelitian adalah

mempeioieh data langsung dari sumbemya peneliti sebagai instrument inti. peneliti langsung mengikuti kehidupan di lokasi penelitian; (2) penelitian adalah deskriptif, data

yang dikumpulkan melalui transkrifinterviu, foto, catatan lapangan, video tape, dokumen dan catatan lain; (3) lebih menekankan proses daripada hasil; (4) cenderung menganalisis

data secara induktif (5) makna adalah esensi penelitian kualitatif Dengan demikian penelitian kualitatif dalam pandangan Nasution (dalam Azizah Husen, 1994:68) pada hakekai.nya adalah mengamati orang dalam lingkungannya, berinteraksi dengan mereka, benisaha meniahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnva.

Melalui metode dan pendekatan tersebut, penelitian ini diarahkan pula pada indjvidu dan yang melatarinya secara uluh (holistik). tidak mencisolasi indtvidu atau

(26)

46

*»»<•» keuluhaiK mendasarkan diri pada lata,- alamiah atau kouteks snahi kvntiihan.

Mental Lincoln dan Cuba (1985), keutuhan tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari

konteksnya.

Mempertegas pernyataan di atas, Moleong (1994) menguraikan tiga asumsi yang

harus diperhatikan menyangkut pengamatan, penafsiran dan penyimpulan terhadap suatu konteks perisfiwa secara utuh, yaitu menyangkut: (1) tindakan pengamatan mempengarnhi apa yang diiihal, hubungan penelitian harus mengambii tempat pada

keutuhan dalam konteks untuk keperluan pemahaman; (2) konteks sangat menentukan

untuk menetapkan apakah Puafii penemuan memp-im,. nrti ba-i konteks iamnya: (3)

sebagian struktur nilai kontekstualbersilal administratifterhadap apa yang dicari.

Langkah dan tahap-tahap penelitian yang dilakukan di lapangan dalam penelitian tentang "Pembinaan Siswa Terhadap Kepedulian Lingkungan di Sekolah Menengah

Umum" i„i mengacu pada tigatahap penelitian kualitatifyang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba sebagai berikut: (1) tahap "oriental yaitu tahap untuk memperoleh informasi yang dipandang penting untuk ditindaklanjuti; (?) taliap "ekspiorasi", yaitu taliap untuk

memperoleh informasi secara mendalam mengenai elemen-elemen yang telah ditentukan

untuk dicari keabsahannya dan: (3) tahap "member check", yaitu tahap untuk mengkonfnn.a.ikan bahwa laporan yang diperoleh dari subjek penelitian sesuai dengan

data yang ditampilkan subjek, dengan cara mengoreksi, merubah dan memperluas data leisebui sehingga menampilkan kasus terpercaya.

Ketiga (ahapan penelitian kualitatif di atas membantu jenis penelitian deskriptif

(27)

47

xubjek penelitian, yakni rfudi tentang pembinaau siswa terhadap kepedulian lingkungan

di SMU Negcri 12 Bandung.

B. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek pokok penelitian ini, meliputi :

1 Subjek yang sifatnya menyeluruh, yaitu seluruh sivitas akademik SMU Negeri 12 Ban

dung.

2 Subjek yang ditertufcai. melalui observasi awal untuk kebutuhan memperoleh infor

masi melalui wawancara.

Subjek penelitian yang ditentukan untuk memperoleh data melalui wawancara,

selanjutnya disebut sumber primer, meliputi ;

a. Kepala Sekolah, dalam kapasitasnya sebagai penanggungjawab kegiatan akademik

ma-upun administratifdi lingkungan sekolali. Berdasarkan struktur organisasi Sekolali

Menengah Umum, kepala sekolah dalam menjalaukan tugasnya dibantu oleh empat orang wakil kepala sekolali yang nienangani bidang kurikulum, kesiswaan, sarana dan humas, kelompok in, selanjutnya disebut staf pimpinan yangjuga dijadikan sebagai

subjek penelitian.

b. Guru-guru SMU Neg,ri 12 Bandung, meliputi guru-guru yang memberikan bahan

ka-jian dan pelajaran Pendidikan Agama (Islam), PPKn, IPS (Geografi, Sosiologi), IPA

(Fisika, Bioiogi). Berdasarkan observasi pendahuluan dan hasil wawancara silang ser

ta niasukan dan SJU-.i.n dari kepala sekolah, ditentukan enam orang guru sebagai

(28)

4H

c Siswa. ditentukan sebanyak enam orang yang dudnk dalam jenjang kelas yang ber:

beda, yaitu tiga orang kelas 1yang dianggap belum cukup memperoleh pembinaan

kepedulian lingkungan secara mantap, terdiri dan dua orang iaki-laki dan seorang

pe-rempuan. Tiga orang lagi siswa kelas HI, terdiri dari dua orang laki-laki dan seorang

perempuan yang dianggap telali cukup mengaiami pembinaan kepedulian lingkungan

di sekolali.

Sedangkan sumber data pelengkap diperoleh dan alumni dan pesunih sekolah

yang bertugas melaksanakan kebersihan linekunean Sumber daia mi digunakan sebagai

data pendukung yang diperoleh dan sumber prune, Wawancara yang dilakukan terhadap

kelompok ini berhubungan dengan usaba-usaha yang dilakukan oleh guru dan kepala

sekolali mentransformasikan kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar yang membina kepedulian lingkungan.

C. Tehnik Pengmnpuian Data

Tehnik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi;

1. Tehnik Observasi

Tehnik observasi ini digunakan untuk menggali data yang berhubungan dengan

usaha warga sekolah SMU Negen 12 Bandung dalam melaksanakan pembinaan siswa

terhadap kepedulian lingkungan, mengamati perilaku yang nampak padapara siswa yang

dimungkinkan adahubungannya dengan proses pembinaan kepedulian lingkungan yang

(29)

49

Perlimbangan lain pe„gg„naan Mmik ini adalah adanya perolehao mmdaa,

**ara optimalsesuai dengan masalah yang ditel.ti. Untuk mendukimg perolehan maniaat

di atas, jenis observasi yang digunakan adalal, observasi non sistematis yang tidak

memerlukan pedoman bakn tentang datlar aktivitas warga sekolah tetapi dilakukan secara

spontan melalui pengamatan apa adanya terhadap proses pembinaan kepedulian

lingkungan yang dilakukan warga sekolah. Pengamatan dilaksanakan dalam setiap

aktivMas, baik yang bersilat intra kunkuler maupun ekstra knrikuler. Sedangkan bentuk

aklivitas yang dituju dalam observasi ini adalah proses pembinaan siswa terhadap

K-i-iuban lingkungan berupa penggalian (eksplorasi, mti hnbungan antar warga sekolah

s«1a usaha-usaha yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolali menstransformasikan

kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar yang membina kepedulian lingkungan.

2. Tehnik Wawancara

Tehnik wawancara digunakan untuk mengumpuJkan data utama baik verbal

berupa ucapan maupun non verbal seperti pik.ran, perasaan maupun tindakan. Melalui

tehnik wawancara terkandung maksud untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiran dan

perasaan responden. Tehnik pendekatan yang digunakan peneliti adalah tehnik

pendekatan yang digunakan Nasution (1992:74), meliputi :(1) dalam bentuk percakapan

informal yang mengandung spontanitas, kesantaian, tanpa pola arah yang ditentufc

sebelumnya; (2) menggnnakan lembaran bens, gans besar pokok-pokok, topik at*

masalah yang dijadikan pegangandalam pembicaraan: (3) menggunakan date

pertanyaan yang lebih terinci namun bersilat terbuka sesuai dengan situasi yang

berkembang di lapangan.

a n

atau

(30)

5(1

'M„,ik wawancara i„i d,g,„wka„ ter„<am„ „nl„k I„,,„g„1,gl,,p „„,„ ((,„taJ,g

W*1* Sik3p *" kel™'P"» J«W «»W*. kepada kapedulian li„gk„„gan J

•a™---™, SMU Nogci ,2 Bandung, Wk vaug Mu,„ maup„„ yailg sudall

menlj^

pentoaa,, KepeduHan l,„?k„„gim Tehnjk „„ ,uga d,gunakan ^

^ ^ ^

toohng proses tepedul.an iiugfcungan di SMU Negeri 12 Bandung vang di!***, „|eh

*tf Pimpin. sek„lah beserta gur„.gOT n^g,,,,,,,^,,,^ ^ ^ ^

kegi atan be1aj ar-rnengajarnya

Pelaksanaan wawancara ,m dilakukan di berbagai lingkungan, baik di sekolali,

rumah atau tempat lain yang dipandang tepat untuk menggali data near se«„,., dengan

konteksnya. Proses pencatatan dan perekaman terhadap pandangan dan Pemikiran

responden sebagai data penelitian dilakukan dengan persetujuan responden.

S- Tehnik Dokumentasi

Tehnik dokumentas, d.lala.kan dengan mempelajari berbagai dokumen yang

meodukung penelitian ,ni, ditujukan untuk memperoleh data yang bersita! dokumenter

yang terdapat di lapangan. Data tersebut bempa surat-surat tugas yang menyangkut

kegiatan pembinaan lingkungan, tulisan-tulisan benipa artikel dan pendapat warga

sekolali baik dalam buletin sekolali maupun dalam majalah dinding, foto-foto: piagam,

Piala dan penghargaan keikutsertaan dalam keg,atan-kegiatan yang berhubungan dengan

pembinaan lingkungan.

Data-data dokumenter ini merupakanbahan bag, peneliti untuk menanyakan

(31)

51

dilaksanakan sehingga dokumen-dokumen itu mempnnyai arti sebagai data kuat dalam

penelitian ini.

1). Instrumen Penelitian

Yang menjadi instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dengan melibatkan din langsung sebagai instrumen, data yang diperoleh akan lebih bermakna

Menurut Nasution (1992:9), peneliti merupakan

"key instrument",

artinya peneliti

sebagai alal penelitian utama. Sedangkan menurut Lincoln dan Cuba (1985:9), peneliti

sebagai instrumen meimliki kelebihan sebagai berikut: « that all instruments

interact with respondents and objects but that only the human instrument is capable in

grasping and evaluating the meaning of that differential interaction" Kelebihan lain dari

peranan peneliti sebagai instrumen dikemukakan oleh Moleong (1994:121), yaitu: (1)

peneliti akan bersikap rresponsif terhadap lingkungan dan pribadi-pribadi yang

mencptakan lingkungan; (2) peneliti dapat menyesuaikan din dengan keadaan dan situasi lapangan penelitian terutama jika ada kenyataan ganda; (3) peneliti mampu melihat

persoalan sebagai satu keutuhan dalam konteks suasana, keadaan dan perasaan; (4)

peneliti mainpu memproses data secepalnyasetelah diperolehnya, menyusunnya kembali, mengnbah arah inquri, merubali hipotesis sewaktu berada di lapangan dan mengetes

hipotesis tersebut pada responden. Dengan demikian peranan peneliti sebagai instrumen memuirut pengenalan din sendiri sebagai bagian penting dari persiapan peneliti agar

(32)

E. Pengumpulan Data Penelitian

Pengumpulan data penelitian dilakukan secara bertahap dalam empat taliap

kegiatan sebagai berikut: (1) tahap orientasi, meliputi persiapan sural ijin penelitian.

pengamatan pendahuluan dalam bentuk survai di lokasi penelitian, yaitu di SMU Negeri

12 Bandung, serta pencaiian informasi yang bersifat umum untuk penentuan focus penelitian; (2) taliap eksplorasi, yaitu menggali data dari lapangan dengan menggunakan

tehnik observasi , wawancara dan studi dokumentasi; (3) taliap member check (pengecekan sejawat), yaitu tahap uji kritis terhadap data sementara yang diperoleh di

lapangan: (4) tahap tiiangulasi, yaitu suatu tehnik yang ditempuh untuk menemukan data

lain sebagaipembanding. Empat tahap pengumpulan data ini, diakhiri dengan pelaporan

(menyusun draft hasil penelitian).

F. Analisis Data Penelitian

Analisis data dilakukan bereamaan dengan proses pengumpulan data sejak awal hingga akhir penelitian. Analisis secara mduktif yang dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menarik suatu kesimpulan yang umum atas dasar pengetahuan

tentang hal-hal yang khusus (Poespoprodjo, 1989). Sedangkan dasar pertimbangan penggunaan analisis ini mengacu kepadapendapat Moleong (1994:5) yaitu: (1) proses ini lebih banyak menemukan kenyataan-kenyataan ganda yang terdapat dalam data; (2)

analisis ini lebih dapat membuat hubungan peneliti responden rnenjadi lebih eksplisit,

dapat dikenai dan akontabel; (3) analisis ini lebih dapat menguraikan latar secara penuh

(33)

53

lain; (4) analisis ini lebih dapat menemukan pengaruh bersama, menghitung nilai-nilai

secaraekplisit sebagai bagianstruktur analitik.

Selanjutnya interpretasi data, dilakukan dengan pernaknaan dengan melandaskan

padapandangan"etic" dan"emk" yang diianjutkan dengan penyirapulan atau verifikasi.

Analisis isi (content analysis) merupakan langkah selanjutnya yang dilakukan penulis

dalam kaitannya dengan teon-teori pendidikan, khususnya dalam pandangan-pandangan

filosoiis, kaitannya dengan esensi pendidikan umum, maupun tugas-tugas perkembangan

(34)

BAB V

KESIMPULAJV IMI'UKASI DA NRKKOMERDASf

A. Kesimpulan

Menyimak ha.s,l penelitian yang dikemukakan dalam Bab {V mengenai proses

pembinaan si.wa terhadap kepedulian lingkungan di Sekolah Menengah Umum,

diperoleh beberapa kesimpuian sebagai berikut:

Pertama. komitmen dan keteladan komponen pendidik baik kepala sekolali

maupun guru dalam pengembangan materi kurikulum dan penyusunan strategi belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama (Islam), PPKn. IPA dan IPS yang dalam

prosesnya dihubungkan dengan alam ciptaan Tuhan (Geosfera) dan di landasi oleh nilai dasar religius berupa krimanan dan ketaqwaan , telah menunjang proses pembinaan

kepedulian lingkungan dalam hal peningkatan rasa setia kawan (kepedulian sosial),

peningkatan disiplin dan ketertiban (kepedulian budaya) serta peningkatan rasa

tanggungjawab dan kepekaan memelihara kebersihan dan keindahan (kepedulian terhadap lingkungan alam/fisik).

Kedua, penataan situasi fisik sekolah yang dilakukan secara -bottom up" oleh

komponen terdidik, setelah mengalami proses pembinaan kepedulian lingkunngan, secara

fenomenologis merupakan hasil "pertemuan intension*" komponen pendidik dan

komponen terdidik yang memunculkan kesadaian rasa memiliki yang perwujudannya

berupa keterampilan menangani masalah sampah dan memanfaatkan niang terbuka hijau

serta penataan kebersihan kelas (pelaburan kelas).

(35)

92

Ketioa, proses pembinaan terhadap kepedulian lingkungan yang dilakukan oleh komponen pendidik, secara umum mempertahankan nilai dasar religius berupa keimanan

dan ketaqwaan yang penjabarannya menyangkut nilai instrumental kesetiakawanan, ketertiban. disiplin. tanggungjawab. kebersihan dan keindahan. Kualitas kompetensi guru

dalam mempertahankan nilai instrumental esensial ini sangat mempengaruhi sikap dan keterampilan siswa dalarn menjalin hubungan sosial dengan orang lam, meiabur kelas

dan nienangani masalah sampah serta mematuhi dan mempraktekan aturan sekolali (nilai

instrumental operasional).

Keempat, Perubahan sikap dan perilaku siswa dalam mengelola lingkungan,

turut dibentuk oleh sikap dan perilaku komponen pendidik berupa keteladanan dalam ucapan, tindakan dan pikiran, baik dalam mengembangkan materi kurikulum dan strategi

belajar mengajarnya, maupun ketikaterjadi relasi sosial.

B. Implikasi Terhadap Pendidikan Lingkungan Hidup

Pada jenjang pendidikan manapun, Pendidikan Lingkungan Hidup memiliki

peranan yang sangat penting dalam rangka penanaman nilai-nilai kepedulian lingkungan.

Sebagai pendidikan nilai, maka pendidikan lingkungan hidup tidak sejajar dan tidak

komparabel dengan "mata pelajaran" karena dua alasan, yaitu alasan subaanst dan

metodologi.

1. Alasan Substansi

Nilai-nilai kepedulian lingkungan berada pada semua mata pelajaran yang

(36)

93

dengan kepedulian lingkungan, iiainuu secara substansifmerupakan suatu jnfegrasi antar

materi pelajaran yang berkaitan langsung dengan nilai-nilai praktisnya Oleh karena nilai

praktis yang dipentingkan, pendidikan lingkungan hidup bukan sekedar sebuah pesan

yang dititipkan kepada berbagai mata pelajaran. tetapi harus merupakan suatu program pendidikan nilai yang membina kepedulian lingkungan dengan sasaran pengembangan

kemampuan naiar siswa yang dilandasi oleh nilai religius keimanan dan ketaqwaan.

2. Alasan Metodologt

Proses pendidikan lingkungan hidup tidak hanya dilaksanakan deng;;n metode ceramah, pemberian teori atau hapalan, melainkan juga berupa kegiatan-kegiatan siswa

yang terprogram dan terbimbing secara terarali, sehingga tujuan penanaman nilai ini

dapat tercapai. Kegiatan-kegiatan siswa seperti menjaga kebersihan, menata ruang

terbuka hijau, membudayakan kesopanan, kesetiakawanan, menegakkan disiplin,

membina dan meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dsb, adalah contoh-contoh nilai yang secaia praktis dapat ditanamkan melalui pendidikan lingkungan

hidup. Kegiatannya bukan "Classroom instruction", tetapi suatu kegiatan siswa secara

terencana, terprogram dan terorganisir untuk membentuk sikap-sikap dan nilai tertentu

(37)

94

C. Rekomendasi

Berdasarkan dua alasan tersebut, penelitian ini merekomendasikan beberapa hal

sebagai berikut:

Pertama, Pendidikan Lingkungan Hidup harus dipertahankan bukan sebagai mata pelajaran, melamkan sebagai program pendidikan yang sama-sama merupakan

kegiatan kurikuler. Pendidikan lingkungan hidup dapat disejajarkan dengan Bimbingan

dan Fenyuluhan (BP) tetapi lebih dikaitkan dengan pembentukan dan penanaman nilai

yang membina kepedulian lingkungan, bukan terapi seperti halnva Bimbingan dan

Penyuluhan.

Kedua, Pendidikan Lingkungan Hidup sebagai suatu program pendidikan,

dilaksanakan baik melalui kegiatan kelas (Classroom teaching) dengan tetap

mempertahankan pendekatan teipadu (integratif), maupun kegiatan-kegiatan terpogram di

luar kelas (outdoor study) yang diarahkan sebagai suatu kegiatan studi proyek,

Konsekuensinya, komponen pendidik harus terus meningkatkan kemampuan mengembangkan materi kurikulum dan menyusun strateg, pembelajarannya yang

beronentasi pada peningkatan kualitas kepedulian lingkungan.

Ketiga, Model pengjaran terpadu yang dilakukan hendaknya

menginfegrasikan pokok-pokok bahasan PLH yang bersifat umum kedalam mata

pelajaran yang bersifat normatif dan adaptif pola pengembangan program pengajaran dapat menggunakan model Jaringan labah-labah (Topical Web) maupun model

iormal/matnk dengan menjadikan lingkungan sebagai sumber belajar. Sedangkan untuk

(38)

95

penilaian yang berhuidaskan banyak aspek (portofolio) yang dilakukan secaia konlinyu,

kumulatif dan terbuka.

Keempat, karena praktek pendidikan lingkungan hidup, merupakan

tanggungjawab semua pihak, perhi diciptakan hubungan baik yang koordinatif antara

pihak-pihak yang kompeten dan peduli terhadap permasalahan lingkungan yang berada di

luar lingkungan sekolah, baik Pemerintah maupun Swasta atau Lembaga Swadaya

Masyarakat Pihak luar ke lingkungan persekolahan atau sebaliknya akan memberikan akurasi dan keakuratan informasi kepada siswa

Kelima, penelitian tentang kepedulian lingkungan ini sangat penting dan

bermakna strategis, oleh karena itu rekomendasi untuk penelitian selanjutnya berupa;

a Perlunya penelitian ini diperdalam dengan memperbanyak sumber input data dan

dilengkapi dengan tinjauan dari berbagai segi secara detail.

b. Hasil penelitian ini belum optimal mengungkap aspek lain yang menjadi pendorong

timbulnya kepedulian lingkungan dari komponen pendidik maupun dari komponen

terdidik, untuk itu penelitian yang intensif mengungkap latar belakang yang menjadi

pendorong timbulnya kepedulian lingkungan akan merupakan kelanjutan dan

penelitian ini.

c. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menambah jumiah lokasi penelitian, baik

sekolali menengah umum maupun sekolah menengah kejuruan, sehingga dapat

ditemukan persamaan dan perbedaan mengenai struktur dasar, pola pembinaan dan

nasi Inya

d. Penelitian ini dapat dikembangkan juga ke arah penelitian yang secara khusus

(39)

96

belajar mengajamya dalam menghubungkan muafan nilai yang membina kepedulian

lingkungan dengan berbagai mata pelajaran yang diterima siswa Penelitian demikian

penting artinya untuk menemukan cara media, metode atau pendekatan strategi

belajar mengajar yang baik dan tepat dalam menerapkan nilai kepedulian lingkungan

(40)

DA.FTAR PUSTAKA

Adi ^^;l997.PenmgkatanKuam(isMmia/DaJamMengaiaMMasaJahLingkungan,

Jakarta: Korapas

Agus Timan 1997,

Aspek-aspek Penanda Kepala Sekolah Yang Efektif

Maiang-JurusanAdpen 1KIP Malans.

Allen dan Keagan, 1980 Ho* To Save The World: Strategy For World Conservation

New York: Unesco

Aloius A.Nugroho,

1996, Menanamkan SensivitasLingkungan Pada Anak-anak,

Jakarta: Rompas.

Arthur M.Cohen 1988, General Education And The Communis College, Lo<

Angeles: Eric Digest.

Aiisah Husen, 1994,Proses Pembelajaran Kewiraswastaan Dalam Sistim Pendidik

an Daaruttaukid, Tesis: PPS IKIP Bandung.

Barbara Ward and Rene Dubois, 1974,

Only One World.

London: John WiBey

And Sons. J

Bogdan C.Robert ABiklea, Knopp Sari, 1992, Qualitative Research For Education

An Introduction to Inreory andMethod,Boston: AHyu and Bacon.

Blumberg Aft Greenfield W.D, 1986, 77,,Effective Principal (TA ed),Newton

MA-Allyn and Bacon.

Brameld, Theodore, 1965,Education as Ponder,New York: Holt, Rinehart and Wins

l on Inc.

Claris,Harwy F, 1980, Tward Positive Classroom Discipline,New York: John

Adley and Sous.

Cole H.S.D. et al, 1973 Thinking About The Future, London: Chato and Windns

For Sussex University Press.

David Ausubel, 1977, JV«,Trends in Biology Teaching, New York: Unesco.

Djamari, 1985,NUai-nUai Agama dan Budayayang MelandasiInteraksi Soda/ di

Pondok Pesantren Cikadueun Banten,Disertasi: PPS IKIP Bandun* •"J* Ag^na Dalmn Perspektif Sosiologi, Jakarta: Departemen

Pen-didikan dan Kebudayaan.

,I994t PendtoVtan Geografi Yang Berwawasan Keimanan dan Ketaqwaan

(41)

Pidato Pengtikuhan Jaoatan Guru Besar DaJan, Urau Pendidikan Geo

grafi Pada FPIPS IKIP Bandung, Bandung: IKIP.

Gene. E. Hall, 1978,Implementation For Planned Dissemination,Austin: Universi ty of Texas.

Good and Brooby, 1974,Looking in Classroom,New York: Hilper and Row

Puhli-sher.

Gro Harlem Bruntland, 1988,Our Common Future, New York: The World Commi sion on Environment and Development.

Henry B. Nelson, 1952, The Fifty-Fir* Yearbook ofTheNational Society For The

Study ofEducation: Part One General Education.Chicago: The

Urn-varsity of Chicago Prsss.

Ibrahim Bafadal, 1997,Pemberian Model Sebagai Pendekatan Pembelajaran

Ke-terampuan Manajemen Pendidikan, Malang: Jur.Aduen IKIP.

International United For Conservation of Nature and Natural.

Jalaluddin Rakhmat, 199$, Metode Penelitian A'omunikasi,Bandung: CVJtosda Karya.

Kaligis, 1993/1994,Materi Pokok Pendidikan Lingkungan Hidup,Jakarta:

Dir-jen Dikdasmen Depdikbnd.

Kosasih Djahiri, 1985,Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-MoraJ VCT dan Games

Dalam VCT, PMPKN IKIP Bandung.

'1992'Menelusuri Dunia Afektif-Nilai Moral dan Pendidikan

Nilai Moral,Lah.Pengajaran PMPKN IKIP Bandung.

*1995>Landasa* OperadonaJisasi Kurikulum Pendidikan Panca

sUa den Kewarganegaraan Persekoiafian,Laboratorhim Pengajaran

PMPKN IKIP Bandung. b J

Kusnadi Hardjasumantri, 1985,Aspek Hukum Peran SertaMasyarakat Dalam

Pengelolaan Lingkungan Hidup,Yogyakarta: UGM.

Kukuh S. Dewobroto, 1988,KamusIstiiah Konservasi,Jakarta: Ghalia

Lexy J.Moleong. 1994, Metodologi Penelitian QualitMif Bandung: Rosda Karya.

Lincoln, S. Yvona and Guba, GJEgon, 1984,NaturalisticInquiry,London; Sage

Publication Bevery Hills.

(42)

Moetojib, 1996, Dampak Giohaiisasi Terhadap 7annas,Jakarta: Kompas.

Nasution, 1988,Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif Bandung: Tarsito.

Nursid Sumaatmadja, 1981, Penganiar Studi Sosial, Bandung; Alumni

5 1991t Makna Pendidikan Dalam Membina Kesadaran Lingkungan Hidup, Bandung: ITA.

""' 1991'Peranan Pendidikan Untuk Mevmjudkan Peran Masyarakat

Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bandung; Lembaga

Sludi Hukum Kanaka.

>1996, Manusia Dalam Dimensi Soda!, Budaya dan Lingkungan

Bandung; Alfabeta.

Otto Sumarwoto. 1991,Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Bandung:

Djambatan.

Philip fLPhenix, 1964, The Realm OfMeaning: APhilosophy of The Curriculum For General Education, New York: Mc Graw Hill Book Company.

Shalihuddin Djaial Tandjung, 1984,Relevansi Teknologi Tepat Guna Bagi Per

kembanganMasyarakat Islam, Jakarta: Lihvathan.

Silalahi M.Daud, 1994,Perangkat Hukum Nasional, Regional dan Intemadonal

Dalam Pembangunan Yang Berkelanjutan, Jakarta ; ICEL-IMDI. Soelaeman M.I, 1977,Pmghampiran Fenomenologis Terhadap Pendidikati,

Bandung; IKIP.

Soeriatmadfr, R.E, 1991, Ilmu Lingkungan, Bandung; ITB.

Surna T. Djajadiningrat, 1994, Pembangunan Berkelanjutan dan Berw<masan

Lingkungan, Jakarta: ICEL-EMDI.

TAP MPR NO.II Tahun. 1993 Tentang GBHN

Tisnaamidjaja, 1986,Membangun ProfesionalismeMenuju Masyarakat Cendekia YangMandiri, Jakarta; LhVathan.

UU No.4 Tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan, Jakarta:

Setneg RL

Winkel W.S, 1985, Pdkologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia

Gambar

Gambar 1: Keranfka pemikiran peneiitian

Referensi

Dokumen terkait

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Penerapan Hasil Belajar Longtorso pada Pembuatan Pola Wedding Gown di LPK Quenta Busana ?”.

PENGARUH JUMLAH ELEMEN ARRAY TERHADAP SPEED OF CONVERGENCE ADAPTIVE BEAMFORMING PADA SMART ANTENNA.. Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-89/PJ/2009 tentang Tata Cara Penanganan Wajib Pajak Non Efektif. *) saat ini sudah tidak lagi mempunyai kegiatan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis...

Borland Delphi 7.0 adalah sebuah bahasa pemrograman komputer yang berasal dari bahasa pemrograman Pascal. Dengan bahasa Pemrograman Delphi kita dapat membuat program-program

diinisiakan jika kuat sinyal yang diterima pada base station (BS) yang akan dituju lebih kuat berdasarkan nilai histeresisnya daripada kuat sinyal dari BS yang sedang

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. ©