PENGARUH EKSTRAK BIJI KOROBENGUK HASIL SOXHLETASI TERHADAP GEJALA PENYAKIT PARKINSON
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Kimia
Oleh: Millati Hanifah
0800448
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Pengaruh Ekstrak Biji Korobenguk
Hasil Soxhletasi Terhadap Gejala
Penyakit Parkinson
Oleh
Millati Hanifah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Millati Hanifah 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
MILLATI HANIFAH
PENGARUH EKSTRAK BIJI KOROBENGUK HASIL SOXHLETASI TERHADAP GEJALA PENYAKIT PARKINSON
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I:
Dr. Ratnaningsih Eko Sardjono, M.Si. NIP. 196904191992032002
Pembimbing II:
Prof. Dr. Asep Kadarohman, M.Si. NIP. 196305091987031002
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji pengaruh ekstrak biji korobenguk (Mucuna pruriens) hasil
soxhletasi terhadap gejala penyakit parkinson berupa katalepsi dan penurunan
daya ingat. Ekstraksi biji korobenguk dilakukan dengan metode soxhletasi
menggunakan etanol. Penentuan kadar L-Dopa pada ekstrak dilakukan
menggunakan HPLC dengan indikator UV, kolom C18, laju alir 1 mL/menit, suhu
27oC, dan fasa gerak berupa larutan H2O, Metanol, dan H3PO4 (97:20:1) dengan
pH 2,5. Uji katalepsi dan daya ingat dilakukan pada mencit usia 2 bulan dengan
berat 25-30 mg yang diinduksi haloperidol pada dosis ekstrak korobenguk 100,
200, dan 300 mg/kg berat badan. Hasil penelitian menunjukkan kadar L-dopa biji
korobenguk yang diperoleh sebesar 1,74%. Uji katalepsi dan daya ingat
menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan pada pemberian ekstrak biji
korobenguk dosis 200 dan 300 mg/kg berat badan terhadap penurunan katalepsi
dan peningkatan daya ingat mencit yang diinduksi haloperidol.
Kata kunci: Ektrak biji korobenguk, Daya ingat, Katalepsi.
ABSTRACT
The experiment analyzes the effect of seed extract korobenguk (Mucuna pruriens)
soxhlet result against Parkinson's disease symptoms such as catalepsy and
memory loss. Korobenguk seed extraction was conducted in soxhlet by using
ethanol. Determination of L-dopa levels in extracts made using HPLC with UV
indicator, C18 column, flow rate of 1 mL / min, temperature of 27oC, and a
mobile phase solution of H2O, Methanol, and H3PO4 (97:20:1) at pH 2.5.
Catalepsy and memory test performed at 2 months of age mice weighing 25-30 mg
haloperidol induced korobenguk extract at doses of 100, 200, and 300 mg / kg
body weight. The results showed levels of L-dopa korobenguk seeds obtained at
1.74%. Catalepsy and memory test showed a significant difference in korobenguk’s seed extract dose of 200 and 300 mg / kg body weight to decrease catalepsy and increase memory haloperidol-induced mice.
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
C. Batasan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Parkinson... Error! Bookmark not defined.
B. Tumbuhan Korobenguk (Mucuna pruriens)Error! Bookmark not
defined.
C. Senyawa L-dopa... Error! Bookmark not defined.
D. Haloperidol ... Error! Bookmark not defined.
E. Hewan uji Mencit ... Error! Bookmark not defined.
BAB 3 METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Alur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
C. Alat dan Bahan ... Error! Bookmark not defined.
D. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1. Tahap Persiapan ... Error! Bookmark not defined.
3. Tahap Aplikasi ... Error! Bookmark not defined.
4. Tahap Analisis Data Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB 4 HASIL PENELITIAN
A. Ekstraksi Biji Korobenguk ... Error! Bookmark not defined.
B. Identifikasi Kadar L-dopa Menggunakan Instrumen HPLC ... Error!
Bookmark not defined.
C. Pengujian Pengaruh Ekstrak Korobenguk Terhadap Katalepsi dan Daya
Ingat pada Mencit ... Error! Bookmark not defined.
D. Uji Statistik Data Hasil Pengujian Pengaruh Ekstrak Korobenguk
Terhadap Katalepsi dan Daya Ingat pada MencitError! Bookmark not
defined.
1. Uji Normalitas Data Pengujian Pengaruh Ekstrak Korobenguk Terhadap
Katalepsi dan Daya Ingat Mencit ... Error! Bookmark not defined.
2. Uji ANOVA One way Data Pengujian Pengaruh Ekstrak Korobenguk
Terhadap Katalepsi dan Daya Ingat pada MencitError! Bookmark not
defined.
3. Uji t (Independent test) Data Pengujian Pengaruh Ekstrak Korobenguk
terhadap Katalepsi dan Daya Ingat pada MencitError! Bookmark not
defined.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.
B. Saran ... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.
1 BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Penyakit parkinson merupakan gangguan neurodegeneratif terbanyak ke-dua
yang diderita manusia setelah penyakit Alzheimer. (Iskandar, 2002). Penyakit
tersebut menyerang penduduk dari berbagai etnis dan status sosial ekonomi.
Penyakit parkinson diperkirakan menyerang 876.665 orang Indonesia dari total
jumlah penduduk sebesar 238.452.952. Total kasus kematian akibat penyakit
parkinson di Indonesia menempati peringkat ke-12 di dunia atau peringkat ke-5 di
Asia dengan prevalensi mencapai 1100 kematian pada tahun 2002 (Noviani,
2010).
Penyakit parkinson menyebabkan penderitanya mengalami beberapa gejala
diantaranya gangguan intelek dan tingkah laku, demensia, penurunan daya ingat,
kelemahan otot, katalepsi (gerakan jadi lambat dan kaku) dan tremor (Iskandar,
2002). Katalepsi adalah kekakuan otot yang ditandai jika lengan bawah ditekuk
atau diluruskan oleh orang lain maka akan terasa kaku. Demensia adalah
menurunnya fungsi otak yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak.
Penderita parkinson juga akan mengalami tremor, yaitu suatu gerakan gemetar
yang berirama dan tidak terkendali, yang terjadi karena otot berkontraksi dan
berelaksasi secara berulang-ulang.
Penyakit parkinson disebabkan karena bagian otak bernama Ganglia
basalis mengalami kelonggaran akibat produksi dopamin berkurang, sehingga
menyebabkan hubungan antar sel saraf dengan sel otot pun berkurang. Ganglia
basalis berfungsi sebagai penghalus gerakan tubuh dan menyampaikan
sinyal-sinyal dari otak ke talamus. Hingga saat ini, pengobatan yang dilakukan terhadap
2
gejala penderita penyakit parkinson adalah dengan memberikan asupan L-dopa a
2
melenturkan otot-otot sehingga mengurangi katalepsi dan berbagai gejala penyakit
parkinson lainnya (Setiyani, 2012).
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Salah
satu tumbuhan yang telah diteliti mengandung senyawa L-dopa adalah biji
Mucuna pruriens, atau dalam istilah Jawa disebut biji korobenguk dan di daerah
Sunda biji ini disebut kacang kowas. Masyarakat Jawa memanfaatkan biji
korobenguk ini untuk membuat tempe benguk.
Penyakit parkinson diketahui merupakan penyakit dengan biaya pengobatan
termahal di Amerika. Biaya pembuatan obat yang mahal dan proses perawatan
yang lama membuat penyakit ini menjadi salah satu penyakit dengan biaya
pengobatan termahal dari berbagai penyakit lainnya.(Hanifah, 2012). Oleh karena
itu, penelitian untuk memperoleh cara pengobatan yang lebih murah dan aman
sangat diperlukan. Sejalan dengan gerakan back to nature yang dicanangkan
WHO, pengobatan herbal merupakan salah satu pilihan untuk memperoleh
pengobatan yang terjangkau dan aman.
Penelitian mengenai metoda ekstraksi biji korobenguk dan penentuan
besarnya kandungan senyawa L-dopa dalam biji korobenguk ini telah banyak
dilakukan.Winarni (2011), menemukan kandungan L-dopa dalam ekstrak biji
korobenguk menggunakan metoda maserasi adalah 3,6% hingga 4,6%. Ramdhani
(2011), memisahkan daging dan kulit biji karabenguk, kemudian mengekstraknya
dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol dan menentukan kadar
L-dopa yang terkandung dalam ekstrak daging biji korobenguk asal Bantul
Yogyakarta adalah sebesar 7,56% sedangkan L-dopa yang terkandung dalam
kulit biji korobenguk sebesar 3,89%. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh
Dhanasekaran S.,et al., (2010) ekstrak biji korobenguk asal india diekstraksi
menggunakan metode soxhletasi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
persentase ekstrak etanolik biji korobenguk yang diperoleh adalah sebesar 18,7%.
3
L-dopa dalam ekstrak etanolik biji korobenguk hasil ekstraksi dengan
metode soxhletasi tersebut.
Selain untuk mengetahui kadar L-dopa dalam ekstrak etanol biji korobenguk
asal Indonesia, juga perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh
pemberian ekstrak biji korobenguk terhadap beberapa gejala penyakit parkinson,
yaitu katalepsi dan penurunan daya ingat sebagai upaya untuk memperoleh
pengobatan herbal penyakit parkinson. Selain itu, pencarian dosis ekstrak biji
korobenguk yang tepat dalam menurunkan katalepsi serta meningkatkan
kemampuan daya ingat juga diperlukan.
Dengan demikian, penelitian mengenai pengaruh ekstrak biji korobenguk
(Mucuna pruriens) asal indonesia hasil ekstraksi menggunakan metode soxhletasi
terhadap gejala parkinson berupa katalepsi dan penurunan daya ingat pada mencit
perlu dilakukan. Diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan salah satu solusi
pengobatan penyakit parkinson.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Rumusan masalah umum pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah
pengaruh ekstrak biji korobenguk (Mucuna pruriens) asal Bantul, Yogyakarta
hasil soxhletasi terhadap gejala penyakit parkinson berupa Katalepsi dan
penurunan daya ingat mencit”. Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan
dalam beberapa masalah khusus sebagai berikut:
1. Berapa kandungan L-dopa yang terdapat dalam ekstrak biji korobenguk asal
Bantul Yogyakarta hasil soxhletasi?
2. Adakah pengaruh pemberian ekstrak biji korobenguk asal Bantul Yogyakarta
terhadap katalepsi mencit yang diinduksi haloperidol?
3. Adakah pengaruh pemberian ekstrak biji korobenguk asal Bantul Yogyakarta
terhadap daya ingat mencit yang diinduksi haloperidol?
C. Batasan Masalah Penelitian
Untuk memfokuskan masalah penelitian, maka peneliti membatasi penelitian
4
1. Biji korobenguk yang digunakan dalam penelitian ini merupakan biji
korobenguk yang telah kering dan utuh (tidak dipisahkan daging dan kulit
bijinya) yang berasal dari daerah Bantul Yogyakarta.
2. Gejala parkinson yang diuji pada penelitian ini adalah katalepsi dan
penurunan daya ingat.
3. Hewan uji yang digunakan adalah mencit galur Swiss Webster berumur 2
bulan dengan berat badan sekitar 25-30 gram.
4. Sampel yang diberikan merupakan ekstrak biji korobenguk yang telah
diekstraksi menggunakan metode soxhletasi dengan pelarut etanol 96%.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui kadar L-dopa dalam ekstrak biji korobenguk hasil ekstraksi
menggunakan metode soxhletasi.
2. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji korobenguk (Mucuna pruriens)
terhadap penurunan katalepsi mencit yang telah diinduksi haloperidol.
3. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji korobenguk (Mucuna pruriens)
terhadap peningkatan daya ingat mencit yang telah diinduksi haloperidol.
E. Manfaat Penelitian
Dengan ditemukannya suatu zat organik yang dapat dijadikan obat bagi
penderita penyakit parkinson dengan memanfaatkan kekayaan hayati Indonesia
berupa tumbuhan penghasil biji korobenguk (Mucuna pruriens) yang akan
membantu proses pengobatan dan penyembuhan penyakit Parkinson dengan obat
14 BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan subjek sampel penelitian
Pelaksanaan penelitian dimulai sejak bulan Agustus 2012 hingga Maret 2013
di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan
Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia.
Sampel yang digunakan adalah biji korobenguk utuh yang berasal dari kota
Bantul Yogyakarta. Biji korobenguk yang digunakan pada penelitian dalam
kondisi yang telah kering, berwarna putih dengan bitik-bintik hitam, berukuran
sekitar 1 cm sampai 1,5 cm dengan ketebalan ± 5 mm.
B. Alur penelitian
Gambar 3. 1. Diagram alir penelitian Ekstraksi biji korobenguk
dengan metode soxhletasi
Pengeringan larutan ekstrak korobenguk
menjadi ekstrak kering menggunakan
evaporator dan freeze -drier
Uji antiparkinson praklinis
(katalepsi dan daya ingat) pada
mencit dan analisis statistik Penentuan kadar L-dopa pada
ekstrak kering biji korobenguk
15
C. Alat dan bahan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini terdapat di Laboratorium Riset
dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Universitas Pendidikan Indonesia
Kota Bandung.
Berikut adalah alat-alat yang digunakan selama proses penelitian. Pada proses
penyiapan sampel di gunakan alat penghalus biji korobenguk berupa lumpang alu
dan Blender. Kemudian pada proses soxhletasi digunakan alat-alat seperti badan
soxhlet, labu dasar bulat 500 ml, dan kondensor spiral yang di pasang dua selang
air berbahan plastik, kemudian alat-alat tersebut diset diatas pemanas listrik
dengan penyangga berupa statif dan klem seperti yang dapat dilihat pada
Gambar.2.4. Untuk pengujian kadar L-dopa dalam sampel dilakukan pembuatan
larutan L-dopa menggunakan alat HPLC. Pada tahap aplikasi digunakan beberapa
alat yaitu badan suntik, sonde, jarum suntik, kandang mencit beserta tempat
minum mencit, labirin, dan tempat uji katalepsi.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bii korobenguk
yang telah dihaluskan, pelarut etanol 96%, pakan mencit, dan air mineral untuk
minum mencit. sedangkan dalam proses penentuan kadar L-dopa dalam ekstrak
menggunakan HPLC membutuhkan beberapa bahan seperti aqua bides, aquades,
metanol, dan asam fosfat.
D. Prosedur penelitian
Prosedur penelitian ini meliputi tahapan persiapan, dan tahapan penelitian.
Pemaparannya adalah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
a. Preparasi sampel biji korobenguk
Biji korobenguk (Mucuna pruriens) yang telah kering, dicuci menggunakan
air mengalir untuk dibersihkan dari debu dan kotoran. Kemudian biji korobenguk
di keringkan dengan cara diangin-angin hingga benar-benar kering. Biji
16
lumpang alu, kemudian dihaluskan menggunakan blender hingga benar-benar
halus.
Biji korobenguk yang telah halus berwarna putih keabuan diekstraksi
menggunakan metoda soxhletasi. Biji yang telah halus tersebut sebelumnya
ditimbang sebanyak ± 25-30 gram kemudian dibungkus menggunakan kertas
saring dan diikat dengan tali kasur kemudian dimasukkan kedalam badan soxhlet.
Hal tersebut dilakukan agar pada saat ekstraksi, padatan sampel tidak terbawa
aliran pelarut. Labu dasar bulat, badan soxhlet, kondensor spiral dan selang
dipasangkan pada statif dan klem, kemudian diset beserta electric heater and
stirrer dan wadah penangas menjadi satu set alat soxhlet, dimana tiap penghubung
alat-alat gelas yang digunakan diberi olesan vaseline tipis-tipis, hal tersebut
dilakukan agar setiap penghubungnya dapat terhubung dengan kuat dan tidak
mengalami kebocoran pada saat ekstraksi berlangsung. Biji magnet dan pelarut
berupa etanol 96% sebanyak ±150ml dimasukkan ke dalam labu dasar bulat
500ml, kemudian sampel yang telah ditimbang dan dibungkus, di masukkan ke
dalam badan soxhlet, kemudian electric heater and stirrer dinyalakan pada suhu
± 150 0C menggunakan penangas air. Soxhletasi dihentikan pada saat pelarut yang
bercampur dengan ekstrak biji korobenguk yang berwarna kuning bening pada
badan soxhlet kembali tidak berwarna.
b. Pembuatan kandang hewan uji mencit
Kandang mencit merupakan suatu bak plastik berukuran 26 cm x 30 cm x 12
cm dimana tiap baknya dilengkapi dengan medium tempat hidup berupa serutan
kayu dan satu buah tempat minum. Bagian atas kandang ditutup ram kawat yang
berfungsi mencegah mencit keluar dari kandang (Utami, 2010).
c. Pembuatan larutan PGA 1% dan larutan Haloperidol
Dilakukan pembuatan larutan PGA1% sebanyak 300 ml dengan melarutkan
sebanyak 3 gram padatan serbuk PGA yang ditimbang menggunakan neraca
analitik, kemudian dilarutkan dalam aquades sebanyak 300 ml secara kuantitatif
kemudian larutan diaduk menggunakan batang pengaduk hingga menjadi cairan
17
Dilakukan pembuatan larutan haloperidol dengan dosis 5 mg/kg berat
badan/ekor sebanyak 50 ml. Padatan haloperidol sebanyak 15 mg dilarutkan ke
dalam 50 ml larutan PGA 1% yang telah dipersiapkan sebelumya kemudian
diaduk dengan batang pengaduk hingga padatan haloperidol benar-benar larut
menjadi larutan putih sedikit keruh.
d. Pembuatan larutan dosis ekstrak biji korobenguk
Dilakukan pengeringan larutan ektrak biji Mucuna pruriens hasil soxhletasi
dari pelarutnya berupa etanol 96% dengan menggunakan evaporator dan Freeze
drier untuk menghilangkan kadar airnya. Setelah dikeringkan, ekstrak biji
Mucuna pruriens memiliki bentuk fisik padatan berwarna hitam sedikit
berminyak (wax). Padatan ekstrak kemudian disimpan dalam lemari es dan
digunakan sebagai sampel untuk tahapan penelitian selanjutnya.
Untuk masing-masing dosis, dilakukan pengenceran ekstrak dalam pelarut
PGA 1% sebagai berikut:
1) 0 mg/kg berat badan, (kontrol negatif) merupakan laruta PGA 1% tanpa
ditambah ekstrak biji korobenguk.
2) Dosis 100 mg/kg berat badan, dibuat dengan melarutkan 120 mg ekstrak biji
korobenguk dalam 20 ml pelarut PGA 1%
3) Dosis 200 mg/kg berat badan, dibuat dengan melarutkan 240 mg ekstrak biji
korobenguk dilarutkan dalam 20 ml pelarut PGA 1%
4) Dosis 300 mg/kg berat badan, dibuat dengan melarutkan 360 mg ekstrak
dalam 20 ml pelarut PGA 1% .
Dosis lazim maksimal L-dopa adalah 800mg/hari/oral, atau jika
dikonversikan ke mencit menjadi 2,08mg/hari (Winarni, 2011)
2. Tahap penelitian
a. Penentuan kadar L-dopa menggunakan HPLC
Untuk mengetahui kadar L-dopa yang terdapat dalam ekstrak korobenguk
hasil ekstraksi dengan metode soxhletasi dilakukan pengukuran dengan
18
larutan standar L-dopa dengan melarutkan padatan L-dopa murni dalam larutan
fasa gerak berupa aqua bides yang ditambahkan asam fosfat hingga mencapai pH
2,5. Kemudian ekstrak biji korobenguk dilarutkan dalam fasa gerak yang telah
dibuat sebelumnya. Luas area L-dopa pada waktu retensi tertentu dihitung
konsentrasinya menggunakan persamaan kurva kalibrasi standar L-dopa.
Pengukuran deret standar dan sampel dilakukan dengan alat HPLC Shimadzu dengan parameter pengujian yaitu λ = 280 nm, laju alir 1 mL/menit dan perbandingan pelarut H2O:Metanol:H3PO4 yaitu 97:20:1 (Teixera, et al., 2003)
b. Pemeliharaan hewan uji mencit
Hewan uji mencit di pelihara diruang terkondisikan selama tujuh hari pada
suhu ruang antar 230-290 C dengan tujuan agar hewan dapat beradaptasi dengan
lingkungan yang akan ditempati selama percobaan. Mencit disimpan dalam
kandang berukuran 26 cm x 21 cm x 9 cm. Berdasarkan jenis perlakuan maka
masing-masing kandang diisi oleh tiga ekor mencit.
3. Tahap aplikasi
a. Induksi haloperidol dan pemberian dosis ekstrak biji korobenguk pada mencit
Larutan haloperidol sebanyak 0,5 ml diberikan dengan cara disuntikan
menggunakan jarum suntik ke dalam rongga perut mencit kemudian dilanjutkan
dengan pemberian ekstrak biji korobenguk yang sudah di larutkan dalam pelarut
PGA1% dalam berbagai dosis tertentu, diberikan kepada mencit dengan cara
peroral disonde sebanyak 0,5 ml/ ekor.
b. Pengujian katalepsi dan daya ingat mencit
Pengujian katalepsi mencit dilakukan setelah 24 jam semenjak dilakukan
pemberian haloperidol dan larutan ekstrak korobenguk. Pengujian dilakukan
dalam sebuah kotak kardus berukuran 13cm x12cm x10cm yang dipasang kawat
besi berdiameter 2 mm secara melintang. Kawat tersebut berfungsi sebagai tempat
menggantungnya kaki depan mencit. Kaki depan mencit digantungkan pada kawat
yang telah dipasang kemudian dihitung waktu yang diperlukan untuk mencit dari
19
lepas dari kawat. Pengujian tersebut dilakukan terhadap semua mencit. Waktu
yang diperoleh kemudian dicatat sebagai data penelitian.
Untuk menguji daya ingat mencit, disiapkan labirin berukuran 30 cm x 20 cm
x 15 cm. Labirin terdiri dari enam pintu dalam dan satu pintu masuk dan satu
pintu keluar yang bisa dibuka dan ditutup dengan bagian atas labirin terbuka.
Dilakukan perhitungan waktu mencit pada saat proses adaptasi dalam labirin.
Proses adaptasi dan pengujian mencit terhadap labirin dimulai dari ujung pintu
masuk hingga mencapai ujung pintu keluar labirin. Di pintu keluar labirin,
disimpan sejumlah pakan mencit dengan tujuan agar mencit mau menyusuri
labirin dari pintu masuk hingga pintu keluar. Waktu yang diperlukan oleh mencit
untuk menyusuri labirin dari pintu masuk hingga pintu keluar baik pada saat
adaptasi ataupun pada saat pengujian dihitung menggunakan stopwatch kemudian
dicatat waktuya sebagai data penelitian.
4. Tahap Analisis Data Penelitian
Dilakukan uji normalitas dan uji hipotesis data penelitian secara statistik
parametik yaitu analisis varian (ANOVA one-way) dan t-indepentdent test
36 BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kadar L-dopa yang terkandung dalam ekstrak biji korobenguk hasil
soxhletasi adalah 1,74%.
2. Dosis ekstrak biji korobenguk yang berpengaruh secara signifikan terhadap
penurunan katalepsi mencit yang telah diinduksi haloperidol, yaitu pada dosis
200mg/kg dan 300mg/kg berat badan.
3. Dosis ekstrak biji korobenguk yang berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan daya ingat mencit yang telah diinduksi haloperidol, yaitu pada
dosis 200mg/kg berat badan dan 300mg/kg berat badan.
B. Saran
Penelitian ini merupakan penelitian yang masih memerlukan penyempurnaan
melalui penelitian-penelitian selanjutnya. Terdapat beberapa hal yang disarankan
untuk penelitian-penelitian selanjutnya:
1. Dilakukan pengujian berbagai metode ekstraksi korobenguk yang mampu
mengekstrak lebih banyak dengan kadar L-dopa yang lebih tinggi.
2. Dilakukan pengujian pengaruh ekstrak korobenguk terhadap mencit dalam
jangka waktu yang lebih panjang, untuk mengetahui jumlah waktu yang
efektif untuk penyembuhan gejala penyakit parkinson.
3. Dilakukan pengujian pengaruh ekstrak korobenguk terhadap jenis gejala
37
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, R. (2012). Ekstraksi Tanaman Obat. [Online].
http://ekstraksitanamanobat.blogspot.com/
Almazini, P. (2008). Haloperidol, Antipsikotik untuk Berbagai Usia. [online]. http://myhealing.wordpress.com/2008/05/24/haloperidol-antipsikotik untuk-berbagai-usia/.
Aryadi, (2012). Obat herbal untuk penyakit parkinson. [0nline]. http://wordpress.com/2012/Obat Herbal dan penyakit kronis.html. [13 mei 2013]
Hanifah, (2012). jenis-jenis penyakit dengan pengobatan termahal didunia. [online] http://forum.kompas.com/kesehatan/84055-jenis-jenis-penyakit-dengan-pengobatan-termahal-di-dunia.html. [9 mei 2012]
Japardi I, (2002). Penyakit Degeneratif pada Medula Spinalis. [online]. Tersedia: http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi39.pdf. [9 April 2013]
Ningsih, R., Erna, H. (2010). “Karakterisasi Ekstrak Teh Hitam Dan Tinta Cumi-Cumi Sebagai Fotosensitiser pada Sel Surya Berbasis Pewarna Tersensitisasi”. e-journal UIN MALANG. 1-56.
\
Noviani, E. (2010). “Hubungan Antara Merokok Dengan Penyakit Parkinson di
RSUD Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto”. Mandala of Health. 4,
(2), 81-86.
Prasetya, H. (2012). Peluang Jitu Beternak Tikus Putih. Sleman: Pustaka Baru Press.
Ramdhani, R.P. (2011). Profil Fisikokimia Daging Dan Kulit Kacang Karabenguk (Mucuna pruriens var. utilis) Asal Bantul Yogyakarta. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan
Retnaningsih, C.H. (2008). Potensi Fraksi Aktif Antioksidan, Anti Kolesterol Kacang Koro (Mucuna Pruriens Dalam Pencegahan Aterosklerosis.
Laporan penelitian Hibah Bersaing DIKTI 2008/2009 UKS Semarang.
38
Setiyani, R. (tanpa tahun). Apa Itu Penyakit Parkinson. [online]. Tersedia : http://macammacampenyakit.com/apa-itu-penyakit-parkinson/ . [25 April 2013]
Sihombing. (2011). “Perubahan Nilai Hematologi, Biokimia Darah, Bobot Organ dan Bobot Badan Tikus Putih pada Umur Berbeda”. Jurnal Veteriner. 12, (1), 58-64.
Sivaraman, D., et al. (2010). “Effect of Ethanolic Seed Extract of Mucuna Pruriens (L.) DC.Var.Utilis on Haloperidol Induced Tardive Dyskinesia in
Rats”. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and
Research. 3,106-113.
Susetyo budi. (2012). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT. Rafika Aditama.
Suzery, M. (2001). Potensi Fraksi Aktif Antioksidan, Anti Kolesterol Kacang Koro (Mucuna Pruriens Dalam Pencegahan Aterosklerosis. Laporan penelitian Hibah Bersaing DIKTI 2008/2009 UKS Semarang.
Teixeira1,A.A., E.C. Rich1 and N.J. Szabo. (2003). “Water Extraction Of L-dopa From Mucun Bean”. Tropical and Subtropical Agroecosystems. 1 (2): 159
– 171.
Yuniastuti, A. (2008). Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.