SKRIPSI
PENGARUH PENGGUNAAN
METHIL SALICYLATE 10% PATCH
TERHADAP TINGKAT NYERI PADA INJEKSI ANTIBIOTIK DI
IRNA BEDAH RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
TAHUN 2014
Penelitian Keperawatan Medikal Bedah
RAHFIMA WELLY
1010323029
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
vi
PENGARUH PENGGUNAAN METHYL SALICYLATE 10 %PATCH TERHADAP TINGKAT NYERI PADA INJEKSI ANTIBIOTIK
DI IRNA BEDAH RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2014
ABSTRAK
Proses pengobatan dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya adalah dengan injeksi antibiotik. Injeksi antibiotik menyebabkan nyeri ringan hingga nyeri sedang. Hal ini karena reaksi obat masuk ke dalam sirkulasi darah secara langsung yang dapat mengiritasi dinding pembuluh darah sehingga menimbulkan rasa nyeri. Penatalaksanaan nyeri secara non farmakologi yaitu dengan penggunaan methyl salicylate 10% patch. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan methyl salicylate 10% patch terhadap tingkat nyeri pada injeksi antibiotik. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experimental dengan post test only with equivalen control group. Penelitian dilakukan di Ruangan Irna Bedah Pria Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 27 Juni sampai 16 Juli 2014. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang responden. Prosedur dalam penelitian ini yaitu 10 menit sebelum diinjeksi antibiotik methyl salycilate 10% patch ditempelkan di atas proksimal 10cm dari penusukan infus. Setelah diinjeksi antibiotik tunggu 15 menit kemudian methyl salycilate 10% patch dilepas dengan arah dari atas kebawah. Analisa bivariat dalam penelitian ini yaitu uji wilcoxon.Hasil dari penelitian ini yaitu tingkat nyeri pada pasien yang diinjeksi antibiotik tanpa penggunaan methyl salicylate 10% patch didapatkan mean yaitu 4,37. Tingkat nyeri pada pasien yang diinjeksi antibiotik dengan penggunaan methyl salicylate 10% patch didapatkan mean yaitu 1,60. Jadi terdapat pengaruh penggunaan methyl salicylate 10% patch terhadap tingkat nyeri pada pasien yang diinjeksi antibiotik. Disarankan kepada perawat untuk dapat menggunakan methyl salicylate 10% patch sebagai penatalaksanaan nyeri pada pasien yang diinjeksi antibiotik.
vii
Influence of Methyl Salicylate 10% Pain Patches On The Level At
Injection Antibiotics In Irna Bedah RSUP Dr.M.Djamil
Padang 2014
ABSTRACT
The treatment process can be done in several ways one of which is the injection of antibiotics. Antibiotic injection causes pain mild to moderate pain. This case because the reaction of the drug into the blood circulation directly which can irritate the walls of blood vessels, causing pain. The non pharmacological management of pain with the use of methyl salicylate 10% patch. The purpose of the study was to determine the effect of the use of methyl salicylate 10% patch on the level of pain on injection of antibiotics. The research design is quasi-experimental with post-test only with equivalent control group. The study was conducted at room Irna Bedah Pria Dr.M.Djamil Padang on June 27 until July 16, 2014 sample in this study was 30 respondents. The procedure in this study is 10 minutes before the injection of antibiotic methyl salycilate 10% patch taped over 10cm of the proximal insertion of the infusion. Once injected antibiotics wait 15 minutes and then 10% methyl salycilate patch released with the direction from the top down. Bivariate analysis in this study is the Wilcoxon test. The results from this research that the level of pain in patients injected with antibiotics without the use of methyl salicylate 10% obtained a mean of 4.37 patch. The level of pain in patients who injected antibiotics with the use of methyl salicylate 10% obtained the mean is 1.60 patch.Decrease in the mean between pain in patients who injected antibiotics without the use of methyl salicylate 10% patch with pain in patients who injected antibiotics with the use of methyl salicylate 10% patch is 2.77. Suggested to the nurse to be able to use methyl salicylate 10% patch as pain management in patients who injected antibiotics.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan yang bersifat sangat
individual dan tidak dapat dibagi dengan orang lain. Tamsuri (2007)
mendefenisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi sesorang atau
eksistensinya diketahui bila sesorang pernah mengalaminya. Sementara Prasetyo
(2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan
suatu mekanisme proteksi bagi tubuh yang timbul ketika jaringan sedang rusak
dan merupakan suatu pengalaman pribadi yang di pengaruhi oleh budaya. Jadi
nyeri adalah suatu pengalaman yang tidak menyenangkan baik secara sensori
maupun emosional.
Dasar-dasar neurologis dijelaskan dalam beberapa teori. Melzack dan
wall dalam Andarmoyo (2013) mengemukakan bahwa teori pengontrolan nyeri
(Gate Control Theory) merupakan salah satu diantaranya yang menjelaskan
bahwa impuls nyeri dihantarkan saat pertahanan dibuka dan dihambat saat
pertahanan tertutup. Hal inilah yang menjadi dasar teori dalam menghilangkan
nyeri.
Nyeri akan hilang dengan melalui beberapa proses. Mekanisme yang
2
mentransmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Apabila masukan yang
dominan berasal sari serabut beta-A, akan menutup mekanisme pertahanan.
Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C maka
akan membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri.
Bahkan, jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih
tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiate
endogen, seperti endorphine dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang
berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan
menghambat pelepasan subtansi P (Potter & Perry, 2005).
Respon nyeri yang dirasakan setiap orang berbeda-beda. Dalam
Andarmoyo (2013) dijelaskan respon nyeri terbagi atas fisiologis dan perilaku.
Respon nyeri secara fisiologis merupakan pengganti untuk laporan verbal dari
nyeri pada pasien yang tidak sadar. Sedangkan respon perilaku yang dialami oleh
pasien sangat beragam seperti mengaduh, meringis, mengernyitkan dahi menutup
mata atau mulut dengan rapat.
Respon nyeri baik itu secara fisiologis maupun perilaku dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Berman (2009) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
nyeri diantaranya adalah usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri,
perhatian, ansietas, keletihan, pengalaman sebelumnya, gaya koping, dukungan
keluarga dan sosial. Sebagai tenaga kesehatan perlu memahami faktor-faktor
tersebut agar dapat memberikan pendekatan yang tepat dalam pengkajian dan
3
Kerusakan jaringan dapat terjadi karena proses penyakit dan juga karena
proses pengobatan seperti pemberian obat secara injeksi. Injeksi adalah sediaan
steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral, suntikan
dengan cara menembus, atau merobek jaringan kedalam atau melalui kulit atau
selaput lender (Lukas, 2011). Menurut Mutholib (2008 ) pemberian obat melalui
injeksi akan bereaksi dengan cepat karena obat masuk ke dalam sirkulasi klien
secara langsung. Bila terjadi efek samping juga timbul lebih cepat. Selain itu
dapat mengiritasi dinding pembuluh darah sehingga timbul rasa nyeri. Pemberian
obat melalui injeksi salah satunya adalah pemberian antibiotik.
Antibiotik merupakan golongan obat yang banyak digunakan di dunia
berhubungan dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Lebih dari seperempat
anggaran rumah sakit dikeluarkan untuk biaya penggunaan antibiotik. Antibiotik
pertama kali ditemukan oleh Paul Ehlrisch pada 1910, sampai saat ini masih
menjadi obat andalan dalam penanganan kasus-kasus penyakit infeksi. Di negara
yang sudah maju 13-37% dari seluruh penderita yang di rawat di rumah sakit
mendapatkan antibiotik secara tunggal maupun kombinasi, sedangkan di Negara
berkembang 30-80% penderita yang di rawat di rumah sakit mendapat antibiotik
(Lestari, 2011).
Injeksi antibiotik akan menimbulkan nyeri karena terjadi iritasi pada
pembuluh darah, mekanisme nyeri akan melewati beberapa tahapan yaitu dengan
4
perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari
beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam masa abu-abu di medulla
spinalis. Pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah
stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditranmisi tanpa hambatan ke
korteks serabral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak
menginterprestasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman
dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya
mempersepsikan nyeri (Potter & Perry, 2005).
Dalam pelayanan kesehatan pasien yang mengeluhkan nyeri, dapat
diberikan penatalaksanaan nyeri oleh tenaga kesehatan termasuk perawat. Upaya
yang dilakukan bisa secara non farmakologis dan farmakologis. Manajemen
nyeri secara non farmakologis, misalnya kompres hangat, masase, distraksi,
relaksasi. Sedangkan manajemen nyeri secara farmakologis yang paling umum
digunakan untuk mengatasi nyeri adalah dengan pemakaian analgesik. Ada tiga
jenis analgesik yaitu non-narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID),
analgesik narkotik atau opiat dan obat tambahan (adjuvan) (Berman, 2009).
Salah satu analgesic non-narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid
(NSAID) adalah methyl salicylate 10% patch golongan over the counter yang
tidak perlu resep jika tidak memiliki kondisi tertentu. Berdasarkan peneliti
sebelumnya methyl salicylate 10% patch telah banyak digunakan untuk
5
nyeri atau sakit kepala, nyeri pada leher (UKPAR Salonpas Pain Relief Patch,
Medicated Plaster, 2011).
Methyl salicylate 10% kenyamanan dan keefektifanny telah dibuktikan
pada nyeri otot oleh Higashi (2010). Methyl salicylate 10% patch dapat
digunakan selama 8 jam dan efektif untuk menurunkan nyeri otot ringan dan
sedang.
RSUP Dr.M Djamil merupakan salah satu rumah sakit terbesar di pulau
Sumatra yang terletak di Provinsi Sumatra Barat dan merupakan rumah sakit
rujukan. Di RSUP Dr.Mdjamil hampir semua ruang rawat memberikan injeksi
antibiotik. Ruang bedah adalah salah satu ruangan yang sering memberikan
antibiotik karena spectrumnya luas, pemberian antibiotik seragam dan untuk
mencegah terjadinya infeksi. Di RSUP Dr.Mdjamil terdapat beberapa pembagian
ruangan bedah yaitu ruangan bedah pria, ruangan bedah wanita, ruangan bedah
umum dan ruangan trauma center. Setelah dilakukan studi pendahuluan jumlah
pasien yang dirawat di ruang bedah pria merupakan jumlah pasien yang paling
banyak setiap bulannya, pada bulan Januari adalah sebanyak 100 orang pasien,
pada bulan Februari 80 orang pasien, dan pada bulan Maret 90 orang pasien. Jadi
rata-rata jumlah pasien setiap bulan di rungan bedah pria adalah 90 orang pasien.
Setelah dilakukan observasi pada tanggal 12 April 2014 di ruangan bedah
pria didapatkan data 20 orang pasien yang di rawat, 17 orang pasien diantaranya
menerima terapi injeksi antibiotik. Di rungan bedah wanita ada 18 orang pasien
6
bedah umum ada 16 orang dan 8 orang pasien diantaranya menerima terapi
injeksi antibiotik. Di ruangan trauma center ada 25 orang dan 20 orang pasien
diantaranya menerima terapi injeksi antibiotik. Antibiotik yang digunakan antara
lain ceftriakson, rentolin, gentamisin. Ceftriakson merupakan antibiotik yang
sering digunakan. Antibiotik tersebut diinjeksikan kepada pasien 1 atau 2 kali
sehari. Durasi dalam menginjeksi antibiotik tersebut selama 5-7 detik. Setelah
dilakukan wawancara dengan 9 orang pasien yang diinjeksi antibiotik pasien
mengatakan bahwa pasien merasa nyeri pada saat diinjeksi antibiotik dan dalam
skala 6. Sementara 8 orang pasien lainnya mengeluhkan nyeri dalam skala 3.
Alat ukur yang digunakan yaitu skala numeric. 10 pasien dari 17 orang pasien
mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan mengikuti aliran darah pada pembuluh
darah yang diinjeksi antibiotik.
Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk meneliti suatu tindakan
farmakologis yaitu pemberian methyl salicylate 10% patch dalam menurunkan
tingkat nyeri pada injeksi antibiotik. Pemilihan methyl salicylate 10% patch
disebabkan karena tindakan pengurangan rasa nyeri dengan pemberian methyl
salicylate 10% patch mudah dilakukan sehingga memungkinkan diaplikasikan di
masyarakat. Dari pertimbangan di atas peneliti termotivasi untuk mengetahui
pengaruh penggunaan pemberian methyl salicylate 10% patch terhadap tingkat
nyeri pada pasien yang diinjeksi antibiotik di RSUP Dr.M Djamil Padang tahun
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan
masalah penelitiannya adalah apakah ada pengaruh penggunaan methyl salicylate
10% patch terhadap tingkat nyeri pada injeksi antibiotik pada pasien di RSUP
Dr.M Djamil Padang tahun 2014.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan methyl salycilate 10% patch
terhadap tingkat nyeri pada pasien yang di injeksi antibiotik di RSUP
Dr.MDjamil Padang tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat nyeri injeksi antibiotik pada pasien yang tanpa
diberikan methyl salycilate 10% patch di RSUP Dr.Mjamil Padang
tahun 2014.
b. Mengetahui tingkat nyeri injeksi antibiotik pada pasien dengan
diberikan methyl salycilate 10% patch di RSUP Dr.Mjamil Padang
tahun 2014.
c. Mengetahui pengaruh penggunaan methyl salycilate 10% patch
terhadap tingkat nyeri injeksi antibiotik dengan di RSUP Dr.Mjamil
8
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti
mengenai pengaruh methyl salycilate 10% patch terhadap tingkat nyeri pada
injeksi antibiotic di RSUP Dr. M.Djamil Padang.
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai
pengaruh methyl salycilate 10% patch terhadap tingkat nyeri pada pasien
yang di injeksi antibiotik agar dapat menurunkan tingkat nyeri.
3. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi mengenai
pengaruh penggunaan methyl salycilate 10% patch terhadap injeksi antibiotik
agar dapat menurunkan tingkat nyeri.
4. Bagi Penelitian selanjutnya
Dapat melanjutkan penelitian dengan penggunaan methyl salycilate 10%
patch pada nyeri yang lainnya. Dan menambah pengetahuan tentang
bagaimana melakukan penelitian dan dapat mengetahui pengaruh salonpas
penggunaan methyl salycilate 10% patch dalam menangani masalah nyeri