• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN PERSEDIAAN DARAH DAN PERALATAN MEDIS SEKALI PAKAI PMI UNIT DONOR DARAH CABANG KOTA PADANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERENCANAAN PERSEDIAAN DARAH DAN PERALATAN MEDIS SEKALI PAKAI PMI UNIT DONOR DARAH CABANG KOTA PADANG."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN PERSEDIAAN DARAH DAN PERALATAN

MEDIS SEKALI PAKAI PMI UNIT DONOR DARAH

CABANG KOTA PADANG

TUGAS AKHIR

Oleh :

RONI HARDIAN PUTRA

0910932063

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

(2)

i

ABSTRAK

Darah merupakan cairan yang memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup manusia. Manusia memerlukan transfusi darah jika jumlah darah yang ada di dalam tubuhnya berkurang dari kondisi normal. Oleh karena itu ketersediaan darah harus dipastikan selalu ada. PMI Unit Donor Darah Cabang Kota Padang adalah satu-satunya unit pengelola ketersediaan darah untuk wilayah koya Padang. Pada saat penelitian ini dilakukan, PMI Unit Donor Darah Cabang Kota Padang mengalami masalah dalam operasionalnya yaitu kekurangan persediaan darah pada periode tertentu dan kelebihan persediaan darah pada periode lainnya. Di samping itu, permasalahan juga timbul pada persediaan peralatan medis sekali pakai yaitu kantong dan alat transfusi darah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membuat model persediaan terintegrasi antara darah dan peralatan medis sekali pakai untuk meminimasi stockout darah dan biaya persediaan peralatan medis sekali pakai.

Pemecahan masalah pada penelitian ini menggunakan dua jenis model pengembangan. Model yang digunakan untuk persediaan darah adalah model persediaan untuk material dengan usia pakai terbatas (fixed lifetime) yang dikembangkan oleh Enagbonma dan Eraikhuemen (2011), dan model persediaan bahan kemasan yang dikembangkan oleh Chen dan Chen (2004) untuk persediaan peralatan medis sekali pakai. Asumsi EPQ relevan dengan kondisi nyata karena PMI Unit Donor Darah Cabang Kota Padang dapat diibaratkan sebagai perusahaan yang memproduksi darah di dalam kemasan. Perencanaan persediaan peralatan medis sekali pakai dilakukan dengan menghitung nilai m yang merupakan bilangan integer yang menunjukkan frekuensi siklus pengadaan darah dalam sekali pemesanan peralatan medis sekali pakai.

Berdasarkan pengolahan data, panjang siklus pengadaan darah (TP) adalah 3,5 hari untuk produk darah lengkap dan sel darah merah serta 0,6 hari untuk trombosit. Siklus pengadaan darah ini diatur sedemikian rupa lebih cepat dua kali daripada siklus pemakaian darah (TD). Probabilitas terjadinya kekurangan untuk semua produk darah adalah 0,00 dengan kata lain, semua permintaan dapat dipenuhi. Dampaknya adalah tingginya jumlah produk darah yang mengalami kadaluarsa. Nilai m untuk blood bag adalah 6 dan untuk blood transfusion set adalah 10. Artinya sekali pemesanan blood bag dilakukan untuk memenuhi enam kali siklus pengadaan darah (TP) dan sekali pemesanan blood transfusion set dilakukan untuk memenuhi sepuluh kali siklus pengadaan darah.

(3)

ii

ABSTRACT

Blood is a liquid that plays an important role for human survival. Humans need a blood transfusion if the amount of blood in the body is reduced from the normal condition. Therefore, the availability of blood should always be ensured. PMI Blood Donor Unit Branch Padang is the only manager of blood availability for the city of Padang. When this research was conducted, PMI Blood Donor Unit experienced operational problems that is shortage of inventory in certain periods and excess inventory in other periods. In addition, problems also arise in the supply of disposable medical equipments namely blood bag and blood transfusion set. Therefore, this study aims to create a model of an integrated inventory between blood and disposable medical equipment to minimize blood stockout and inventory costs of disposable equipment.

The problem in this research is solved by using two kinds of development model. The model used for blood inventory is fixed lifetime inventory model developed by Enagbonma and Eraikhuemen (2011), and raw material inventory model developed by Chen and Chen (2004) for disposable medical equipments. They are modified because there are several conditions that need adaptation with the real condition of Blood Donor Unit Branch Padang of PMI. The significant thing is to modify basic principle of the model that initially based on Economic Order Quantity (EOQ) to be Economic Production Quantity (EPQ). The assumption of EPQ is relevant on real condition because Blood Donor Unit Branch Padang of PMI may be likened as a manufacturer that produces blood in packaging. The inventory planning of disposable medical equipments is conducted by calculating m’s value that is an integer number denoting number of blood procurement cycle frequencies in once order of disposable medical equipments. This becomes keypoint of integrated inventory planning between blood and disposable medical equipment of Blood Donor Unit Branch Padang of PMI.

Based on data processing, the length of blood procurement cycle (TP) is 3.5 days for each product of whole blood and packed red cell, and 0,6 days for thrombocyte. It is set two times quicker than length of blood demand cycle (TD). The probability of blood shortage to occur for all of blood products is 0.00, in other words, all demands can be met. The impact is the number of expired blood product increased. The values of m are equal to 6 and 10 for blood bag and blood transfusion set respectively. It means that once of blood bag order is conducted to meet six times blood procurement cycle time (TP) and once of blood transfusion set order is conducted to meet ten times of blood procurement cycle (TP).

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Darah merupakan cairan yang memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup manusia. Ketika manusia kekurangan dan kehilangan darah dari dalam tubuhnya dalam jumlah yang banyak, contohnya dalam kasus kecelakaan lalu lintas, hal tersebut akan membahayakan keselamatan manusia tersebut. Jika terjadi kondisi kekurangan darah, seseorang memerlukan penambahan darah ke dalam tubuhnya melalui transfusi darah dari sejumlah darah yang diberikan oleh donor. Donor darah merupakan proses pengambilan darah secara sukarela untuk disimpan di bank darah (blood bank), yang kemudian digunakan pada kegiatan transfusi darah. Bank darah (blood bank) merupakan tempat penyimpanan darah dan biasanya terdapat di rumah sakit dan Palang Merah Indonesia.

Jika berbicara mengenai penyimpanan darah, hal tersebut memiliki kaitan dengan pengelolaan persediaan. Persediaan merupakan asset fisik yang pada umumnya menjadi masalah bagi berbagai organisasi dalam hal perencanaan dan pengendaliannya. Masalah persediaan tidak hanya terbatas untuk perusahaan atau organisasi yang bertujuan kepada keuntungan, tetapi juga ditemui pada organisasi sosial dan nirlaba (Tersine, 1994). Fungsi utama dari persediaan adalah sebagai cadangan untuk mengatasi fluktuasi permintaan. Persediaan pun bisa menjadi dua sisi yang berbeda jika tidak dikelola dengan baik. Persediaan akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan jika permintaan produk sesuai dengan kuantitas persediaan yang ada. Sebaliknya, persediaan bisa menjadi sumber pengeluaran bagi perusahaan jika persediaan yang ada lebih sedikit atau lebih banyak dari permintaan yang datang.

(5)

2 ketersediaan darah di seluruh wilayah Indonesia. Secara struktural, Palang Merah Indonesia (PMI) tidak berada di bawah naungan pemerintah (Non Governmental Organization) tetapi langsung berafiliasi dengan Palang Merah Internasional. Tugas PMI ini tertera dalam Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1980 Tanggal 19 April 1980 Bab IV pasal 6 ayat 1 yang berbunyi:

Pengelolaan dan pelaksanaan usaha transfusi darah ditugaskan kepada Palang Merah Indonesia, atau Instansi lain yang ditetapkan oleh Menteri.

(PP No. 18 Tahun 1980 Bab IV Pasal 6 Ayat 1)

Untuk melaksanakan tugasnya di seluruh penjuru negeri, PMI memiliki cabang di provinsi/Daerah Tingkat I dan kabupaten/kota/Daerah Tingkat II, serta didukung secara operasional oleh Unit Donor Darah di seluruh Indonesia. Untuk kota Padang dikenal dengan PMI Unit Donor Darah (UDD) Cabang Kota Padang yang mengelola ketersediaan darah untuk kota Padang dan sekitarnya.

(6)

Gambar 1.1 Grafik Pengadaan Lengkap(

(Sumber: PMI UDD Cabang Kota Padang)

Jumlah pemakaian juga cenderung fluktuatif

bulan Januari hingga Maret 2013 jumlah pengadaan sel darah

pengadaan pada rentang bulan April hingga Mei

kadaluarsa rata-rata per bulannya mencapai 160 kantong golongan darah. PMI Unit Donor Darah Cabang Padang suatu perencananaan

dikelola dengan baik.

Gambar 1.2 Grafik Pengadaan, Darah Merah (

(Sumber: PMI UDD Cabang Kota Padang)

0

Grafik Pengadaan, Pemakaian, dan Jumlah Kadaluarsa Lengkap(Whole Blood) Januari hingga September 2013

(Sumber: PMI UDD Cabang Kota Padang)

makaian sel darah merah sama halnya dengan darah lengkap, cenderung fluktuatif. Grafik pada Gambar 1.2 menunjukkan pe

bulan Januari hingga Maret 2013 dan Juni hingga September lebih

sel darah darah. Pemakaian lebih tinggi dibandingkan dengan pengadaan pada rentang bulan April hingga Mei. Jumlah sel darah merah yang rata per bulannya mencapai 160 kantong yang mencakup semua

PMI Unit Donor Darah Cabang Padang seharusnya naan persediaan darah dengan tujuan persediaan dikelola dengan baik.

Grafik Pengadaan, Pemakaian, dan Jumlah Kadaluarsa Darah Merah (Packed Red Cell) Januari hingga September 2013

(Sumber: PMI UDD Cabang Kota Padang)

2 3 4 5 6 7 8 9 ) Januari hingga September 2013

sama halnya dengan darah lengkap, persediaan darah dapat

Kadaluarsa untuk Sel ) Januari hingga September 2013

(7)

Pola pemakaian trombosit juga bulan Februari hingga Mei tidak m waktu tersebut. Pemakaian

pertengahan tahun dan me

hingga Agustus, dan meningkat kembali

pengadaan trombosit cenderung menurun hingga pertengahan tahun, walaupun akhirnya meningkat kembali.

kadaluarsa untuk produk darah trombo 1.3.

Gambar 1.3 Grafik Pengadaan, Trombosit (

(Sumber: PMI UDD Cabang Kota Padang)

Menurut Jonrinaldi

persediaan, jenis produk atau item harus diperhatikan ketahanan produk terhadap waktu

menyebabkan kerugian dari segi biaya pengolahan darah (

0

trombosit juga berperilaku fluktuatif. Pengadaan trombosit untuk bulan Februari hingga Mei tidak mampu memenuhi pemakaian

Pemakaian dari awal tahun 2013 cenderung meningkat sampai pertengahan tahun dan menurun ketika memasuki bulan Ramadhan,

hingga Agustus, dan meningkat kembali pada bulan September

pengadaan trombosit cenderung menurun hingga pertengahan tahun, walaupun akhirnya meningkat kembali. Grafik pengadaan, pemakaian dan jumlah item yang untuk produk darah trombosit (thrombocyte) ditunjukkan oleh Gambar

Grafik Pengadaan, Pemakaian, dan Jumlah Kadaluarsa Trombosit (Thrombocyte) Januari hingga September 2013

(Sumber: PMI UDD Cabang Kota Padang)

Menurut Jonrinaldi dan Suprayogi (2006), dalam melakukan pengelolaan persediaan, jenis produk atau item harus diperhatikan dalam hal ini dilihat dari ketahanan produk terhadap waktu. Darah memiliki masa ketahanan yang terbatas dan tidak bisa digunakan lagi jika melewati masa kadaluarsa

digolongkan kepada produk yang memiliki masa pemerosotan

Masing-masing jenis produk darah memiliki usia pakai atau daya . Darah lengkap (whole blood) dan sel darah merah

) memiliki masa ketahanan yang sama yaitu 35 hari di dalam persediaan sedangkan trombosit (thrombocyte) memiliki masa ketahanan selama 3 hari di

. Pihak Unit Donor Darah akan memusnahkan

blood bank jika telah melewati waktu tersebut.

menyebabkan kerugian dari segi biaya pengolahan darah (cost of service

2 3 4 5 6 7 8 9 pemakaian dalam rentang cenderung meningkat sampai ketika memasuki bulan Ramadhan, yaitu Juli pada bulan September. Sedangkan pengadaan trombosit cenderung menurun hingga pertengahan tahun, walaupun dan jumlah item yang ) ditunjukkan oleh Gambar

Kadaluarsa untuk ) Januari hingga September 2013

melakukan pengelolaan dalam hal ini dilihat dari Darah memiliki masa ketahanan yang terbatas sehingga dapat merosotan kualitas masing jenis produk darah memiliki usia pakai atau daya sel darah merah (packed

(8)

5 dilakukan sebelumnya, termasuk secara materil terhadap peralatan medis sekali pakai yang digunakan untuk masing-masing darah.

Biaya pelayanan/pengolahan darah (cost of service) merupakan ongkos yang dikenakan kepada pihak yang meminta pasokan darah dari Unit Donor Darah untuk pengelolaan darah selama di bank darah. Biaya pelayanan/pengolahan darah ini berasal dari biaya pengolahan darah dan biaya pembelian peralatan medis sekali pakai yaitu blood bag dan blood transfusion set

yang digunakan ketika mengambil darah dari donor. Peralatan medis sekali pakai tersebut sesuai dengan namanya hanya bisa digunakan sekali pakai. Dengan kata lain, setelah digunakan harus langsung dibuang dan tidak bisa digunakan kembali. Dalam kasus darah yang kadaluarsa, biaya pembelian untuk peralatan medis sekali pakai untuk darah kadaluarsa (outdated) tersebut harus ditanggung sendiri oleh pihak Unit Donor Darah karena darah kadaluarsa tidak bisa diberikan kepada pemakai darah. Jika hal tersebut selalu terjadi, maka pihak Unit Donor Darah harus mengeluarkan dana yang lebih untuk membeli peralatan medis sekali pakai untuk periode berikutnya mengingat harganya yang cukup mahal dan harus didatangkan dari pusat. Peralatan medis sekali pakai tersebut dalam hal pembelian juga harus direncanakan dengan baik karena permintaan darah yang tidak dapat dipastikan dan cenderung fluktuatif akan menyebabkan kekurangan (shortages) dan kelebihan (overstock) peralatan yang tentu saja akan mengganggu aktivitas donor darah di Unit Donor Darah.

Biaya yang paling besar yang harus dikeluarkan adalah biaya akibat kekurangan darah. Hal ini menyangkut keselamatan seseorang jika terjadi kekurangan darah, sehingga stok persediaan darah di PMI harus selalu tersedia. Oleh karena itu, fokus utama dalam perencanaan persediaan darah di PMI adalah mengurangi kemungkinan terjadi kekurangan darah agar dapat memenuhi semua permintaan darah dari pasien.

(9)

6 pakai di PMI Unit Donor Darah Cabang Kota Padang dengan mempertimbangkan umur darah tersebut karena berdasarkan hasil diskusi dengan Wakil Direktur PMI UDD Cabang Kota Padang, belum diterapkan suatu perencanaan untuk sistem persediaan darah sehingga terjadi kekurangan stok darah dan terjadi banyak darah yang mengalami kadaluarsa. Pengelola mengalami kesulitan dalam mengatur persediaan darah yang ada di dalam blood bank. Masalah yang terjadi di PMI UDD Cabang Padang adalah masalah utama dalam penanganan persediaan darah. Masalah utama dalam penanganan darah yaitu kekurangan persediaan dan banyaknya darah yang kadaluarsa (Pierskalla et al,. 1978). Kondisi kekurangan stok darah (shortages) akan menyebabkan permintaan darah menjadi tidak terpenuhi. Hal ini jika dikaji secara kemanusiaan akan mengancam keselamatan nyawa dari resipien yang membutuhkan darah dalam waktu yang cepat. Di sisi lain, jika terjadi kelebihan persediaan darah akan menyebabkan PMI Unit Donor Darah Cabang Kota Padang menanggung kerugian akibat darah yang kadaluarsa. Tetapi dalam perencanaan persediaan darah, sasaran utama yang harus dicapai adalah memenuhi semua permintaan darah supaya karena menyangkut keselamatan orang-orang yang membutuhkannya

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana melakukan suatu perencanaan persediaan darah agar dapat meminimasi jumlah kekurangan darah terintegrasi dengan persediaan peralatan medis sekali pakai sehingga terjadi keseimbangan antara persediaan darah dan peralatan medis sekali pakai tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

(10)

7 1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian perencanaan persediaan darah dan peralatan medis sekali pakai di PMI Unit Donor Darah Cabang Kota Padang, mengingat sistem persediaan darah yang cukup luas. Berikut ini merupakan batasan masalah untuk penelitian ini:

1. Sistem persediaan darah yang dikaji, dilakukan untuk jenis komponen darah lengkap (Whole Blood), sel darah merah (Packed Red Cell/PRC), dan trombosit (Thrombocyte) karena tiga jenis komponen darah ini memiliki permintaan yang tinggi dan repetitif setiap harinya serta paling dibutuhkan untuk kegiatan transfusi darah.

2. Sistem persediaan darah yang diteliti adalah darah yang diambil secara manual dan disimpan di sistem persediaan PMI Unit Donor Darah Cabang Kota Padang.

3. Data yang digunakan pada proses pengolahan adalah data pada tahun 2013.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan penelitian ini secara umum adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan ini menjelaskan landasan awal dilakukan penelitian tentang perencanaan persediaan darah dan peralatan medis sekali pakai di PMI Unit Donor Darah (UDD) Cabang Kota Padang. Bagian pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penelitian. BAB II LANDASAN TEORI

(11)

8 terbatas dan tetap (fixed lifetime) dan model untuk persediaan bahan baku..

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bagian ini berisi mengenai penjelasan langkah-langkah dan tahapan-tahapan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam penelitian mengenai perencanaan persediaan darah di PMI Unit Donor Darah Cabang Kota Padang.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bagian ini berisi mengenai data-data yang diperlukan serta langkah-langkah yang dilakukan dalam untuk mencapai pemecahan masalah. Sehingga menjadi pedoman dalam menjawab tujuan penelitian ini. BAB V ANALISIS

Bagian ini berisi mengenai analisis pengolahan data yang telah dilakukan.

BAB VI PENUTUP

Gambar

Gambar 1.1Kadaluarsa untuk Darah Lengkap(  Grafik PengadaanGrafik Pengadaan, Pemakaian, dan Jumlah KadaluarsaLengkap((Sumber: PMI UDD Cabang Kota Padang)Whole Blood) Januari hingga September 2013(Sumber: PMI UDD Cabang Kota Padang) ) Januari hingga September 2013
Gambar 1.3 Grafik Pengadaan, Kadaluarsa untuk  Trombosit (Grafik Pengadaan, Pemakaian, dan Jumlah KadaluarsaTrombosit ((Sumber: PMI UDD Cabang Kota Padang)Thrombocyte) Januari hingga September 2013(Sumber: PMI UDD Cabang Kota Padang) ) Januari hingga September 2013

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang ingin dicapai yakni untuk mengetahui model peramalan terbaik untuk jumlah permintaan darah berdasar golongan di UDD PMI Kota Nganjuk serta hasil

Meskipun kegiatan donor darah telah dilakukan oleh PMI, namun ketersediaan stok darah di PMI sering kali tidak mencukupi kebutuhan masyarakat sehingga banyak

Penerbit: Poltekkes Kemenkes Padang , http://jurnal.poltekkespadang.ac.id/ojs/index.php/jsm 5 Motivasi lain donor darah pada pendonor sukarela yaitu dengan donor darah membuat

UTD PMI Kota Samarinda dalam melakukan kegiatan meningkatkan kesadaran masyarakat melakukan donor darah tentunya harus memikirkan strategi mengenai metode apa yang

Gambar ini merupakan gambaran dari proses pencatatan biaya penggantian pengolahan darah dan persediaan kantong darah yang sedang berjalan pada Unit Donor Darah PMI

diskusi dengan pihak UDD PMI Kota Bandung. Warna-warna tersebut dapat mempermudah pihak perusahaan untuk mengevaluasi kinerja SDM yang tidak sesuai target. Warna merah

UDD PMI Kota Yogyakarta tidak memiliki sebuah model peramalan untuk membantu menghadapi kondisi ketidakpastian pada pasokan dan permintaan darah serta memprediksi

Tugas Akhir, Program Studi Teknik Informatika S1, STIKI – MALANG, Pembimbing : Meivi Kartikasari Kata Kunci : Sistem informasi, Donor darah, PMI, Metode Waterfall PMI menjadi salah