• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan persediaan di Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia (UDD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan persediaan di Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia (UDD"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketidakpastian pasokan dan permintaan darah menjadi problematika serius dalam pengelolaan persediaan di Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia (UDD PMI) Kota Yogyakarta. Pasokan darah yang tidak konsisten mengakibatkan permintaan tidak terpenuhi seutuhnya. Data Operasional UDD PMI Kota Yogyakarta (2014) menunjukkan rasio pasokan darah UDD PMI Kota Yogyakarta pada tahun 2013 hanya mampu memenuhi 94% permintaan darah. Pada tahun 2014 rasio pasokan darah meningkat menjadi 95% dari total jumlah permintaan darah. Hal ini mengindikasikan kualitas pelayanan UDD PMI Kota Yogyakarta yang belum baik karena tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan darah masyarakat. Problematika ketidakpastian serta selisih pasokan dan permintaan darah menjadi latar belakang penelitian dilakukannya penelitian ini. Bab ini juga memaparkan rumusan masalah, tujuan, manfaat, serta pengorganisasian laporan penelitian.

UDD PMI Kota Yogyakarta memiliki kendala terkait penentuan jumlah pasokan dan permintaan darah bagi masyarakat. Ketidakpastian jumlah dan waktu pasokan darah yang dapat diterima oleh UDD PMI Kota Yogyakarta bersifat tidak reguler. Disamping itu, segi permintaan darah juga memiliki kendala yang sama. UDD PMI Kota Yogyakarta tidak dapat memastikan kapan dan berapa banyak

(2)

2 kantong darah yang harus dikeluarkan dari persediaan untuk memenuhi kebutuhan darah masyarakat.

Isu ketidakpastian pasokan dan permintaan darah merupakan hal yang penting untuk diselesaikan oleh UDD PMI Kota Yogyakarta karena kondisi ketidakpastian mampu menjadi akar permasalahan operasional yang dihadapi UDD PMI Kota Yogyakarta setiap harinya. Kekurangan persediaan (stockout), kelebihan persediaan (overstock), serta biaya pengelolaan operasional (operational cost) yang tinggi merupakan dampak dari ketidakpastian dalam persediaan kantong darah. Produk komponen darah merupakan jenis persediaan yang memiliki karakteristik tidak tahan lama (perishable inventory). Pengelolaan persediaan yang tidak tahan lama adalah pertaruhan antara kekurangan persediaan (stockout) dengan kelebihan persediaan (overstock) (Stanger et al., 2012).

Ketidakpastian pasokan dan permintaan darah tidak hanya berdampak pada sistem pengelolaan persediaan UDD PMI Kota Yogyakarta. Kondisi ketidakpastian juga menimbulkan dampak tidak berwujud (intangible) seperti biaya sosial dan biaya lingkungan. Biaya sosial terjadi apabila UDD PMI Kota Yogyakarta tidak dapat dengan cepat merespon kebutuhan darah masyarakat sehingga menimbulkan kematian pada pasien. Biaya lingkungan timbul apabila persediaan darah UDD PMI Kota Yogyakarta yang berlebih tidak dapat digunakan lagi sehingga akan dihancurkan dan berpotensi mencemari lingkungan khususnya air dan tanah.

Pada sisi pasokan, UDD PMI Kota Yogyakarta terkendala dalam memastikan jumlah kantong darah yang akan diterima dari pendonor. Waktu dan jumlah

(3)

3 penerimaan darah dari pendonor bersifat tidak konsisten. UDD PMI Kota Yogyakarta dapat menerima donasi darah yang mencukupi pada suatu waktu. Namun untuk waktu berikutnya UDD PMI Kota Yogyakarta menderita kekurangan persediaan sehingga harus mengupayakan pengadaan darah melalui sumber lain selain pendonor sukarela. Apabila pasokan darah di persediaan milik UDD PMI Kota Yogyakarta tidak mencukupi kebutuhan darah yang diminta, sumber lain seperti pendonor sukarela atau meminta persediaan darah UDD PMI regional lain. Upaya ini dilakukan untuk menyelamatkan nyawa pasien yang membutuhkan darah. UDD PMI Kota Yogyakarta selalu berupaya memenuhi kebutuhan darah yang diminta oleh masyarakat meskipun bukan dari persediaan yang dimiliki.

Pada tahun 2013, rasio pasokan darah UDD PMI Kota Yogyakarta hanya mampu memenuhi 94% permintaan darah. Rasio pasokan darah UDD PMI Kota Yogyakarta meningkat menjadi 95% pada tahun 2014 (UDD PMI Kota Yogyakarta, 2014). Kekurangan pasokan darah yang timbul ditanggulangi dengan menggunakan persediaan di luar milik UDD PMI Kota Yogyakarta. Apabila kekurangan persediaan tidak ditanggulangi maka UDD PMI Kota Yogyakarta akan menanggung biaya sosial kepada masyarakat. Kondisi kekurangan persediaan menimbulkan biaya sosial yang tinggi karena dapat memicu kematian pasien yang membutuhkan darah.

Kekurangan persediaan darah juga menurunkan tingkat kualitas pelayanan UDD PMI Kota Yogyakarta dalam memberikan layanan kesehatan pada masyarakat. Kualitas pelayanan didefiniskan sebagai seberapa baik layanan yang diberikan sesuai dengan harapan konsumen. Kualitas pelayanan diperhatikan sebagai upaya

(4)

4 meningkatkan pelayanan, mengindentifikasi kebutuhan konsumen, dan menilai kepuasan konsumen. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pelayanan Darah mengamanatkan UDD PMI Kota Yogyakarta untuk bertanggungjawab memberikan kualitas pelayanan yang maksimal kepada masyarakat terkait kebutuhan darah nasional.

UDD PMI Kota Yogyakarta memiliki langkah preventif untuk mengurangi terjadinya kekurangan pada persediaan produk darah. SMS Center yang terintegrasi dengan basis data pendonor secara berkala mengirimkan pesan mengajak berdonor darah . PMI Kota Yogyakarta juga aktif menggalang kegiatan donor darah melalui kerjasama dengan beberapa instansi untuk menyelenggarakan kegiatan donor darah massal (PMI Kota Yogyakarta, 2014). Langkah preventif yang telah dilakukan merupakan tindakan proaktif tetapi belum didukung oleh metode perencanaan pengelolaan persediaan yang baik dan akurat.

Perbedaan antara ketersediaan dan penggunaan darah menjadi tantangan terbesar dalam sistem pengelolaan persediaan darah (Prostacos, 1984). Sistem pencatatan pasokan dan permintaan yang telah didukung oleh sistem informasi terintegrasi belum menghasilkan informasi yang dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan persediaan darah milik UDD PMI Kota Yogyakarta. Sehingga penentuan mengenai kebutuhan pasokan darah dan permintaan darah di masa yang akan datang menjadi kurang akurat.

Analisis ketidakpastian dalam pasokan dan permintaan darah pada UDD PMI Kota Yogyakarta juga belum didukung metode peramalan untuk memprediksi

(5)

5 pasokan dan permintaan darah dari masyarakat. Peramalan pasokan dan permintaan yang akurat merupakan bagian penting dalam proses pengambilan keputusan terkait pengelolaan darah. Ketersediaan darah memiliki faktor ketidakpastian yang tinggi sehingga perlu dikembangkan metode peramalan untuk memaksimalkan keputusan tingkat ketersediaan darah (Filho, 2010).

Mengantisipasi ketidakpastian dengan peramalan pasokan dan permintaan darah mampu memperbaiki sistem pengelolaan logistik UDD PMI Kota Yogyakarta. Peramalan pasokan dan permintaan darah juga dapat menentukan desain ideal rantai pasokan darah baik secara strategik maupun teknis operasional. Dalam lingkup strategik sistem rantai pasokan darah akan menjawab isu terkait fungsi performa dan lokasi bank darah; jumlah komunitas pusat darah (bank darah) dan persebaran lokasinya; penjadwalan logistik donor darah; donor area yang perlu ditangani bank darah; dan koordinasi antara pasokan dan permintaan (Pierskalla, 2004). Pada level teknis operasional, Pierskalla (2004) menyebutkan rantai pasokan darah menjawab isu terkait pengumpulan darah dari masyarakat; produksi berbagai produk darah; pengelolaan tingkat persediaan optimal; sistem alokasi darah ke rumah sakit mitra; pengiriman darah ke beberapa lokasi baik rumah sakit maupun bencana; dan keputusan pemberian darah ke masyarakat yang telah lolos uji laboratorium. Penentuan pada parameter persediaan darah akan mengarahkan pada strategi operasional pengelolaan persediaan darah yang ideal.

Kajian untuk menganalisis segi persediaan dan permintaan darah perlu dilakukan di tengah isu ketidakpastian yang dihadapi oleh UDD PMI Kota

(6)

6 Yogyakarta. Upaya mengantisipasi ketidakpastian akan lebih baik bila didukung dengan prediksi pasokan dan kebutuhan darah pada periode-periode yang akan datang. Dengan memiliki suatu model khusus untuk memprediksi pola pasokan dan permintaan darah, UDD PMI Kota Yogyakarta dapat merencanakan dan mempersiapkan persediaan darah dengan lebih akurat. Upaya sistem donor darah perlu didukung oleh perhitungan target rata-rata ketersediaan donor darah dan sistem peramalan untuk memprediksi kuantitas pasokan atau permintaan darah (Prostacos, 1984).

1.2. Rumusan Masalah

UDD PMI Kota Yogyakarta menghadapi risiko ketidakpastian rantai pasokan dalam kegiatan operasional harian. UDD PMI Kota Yogyakarta tidak memiliki sebuah model peramalan untuk membantu menghadapi kondisi ketidakpastian pada pasokan dan permintaan darah serta memprediksi kondisi yang akan dihadapi di periode-periode mendatang.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, pertanyaan penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apa faktor penyebab ketidakpastian pasokan dan permintaan darah pada UDD PMI Kota Yogyakarta?

(7)

7 2. Bagaimana peramalan pasokan dan permintaan darah mendeskripsikan kondisi ketidakpastian yang akan dihadapi UDD PMI Kota Yogyakarta pada tahun 2015? 3. Bagaimana menerapkan hasil peramalan sebagai rekomendasi untuk mengatasi

risiko ketidakpastian pada UDD PMI Kota Yogyakarta?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian pengelolaan persediaan dan peramalan permintaan darah pada Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia Kota Yogyakarta ini adalah :

1. Mengidentifikasi penyebab ketidakpastian pasokan dan permintaan darah milik UDD PMI Kota Yogyakarta.

2. Memprediksi pasokan dan permintaan darah pada UDD PMI Kota Yogyakarta. 3. Merekomendasikan upaya terkait pengelolaan persediaan darah dalam mengatasi

risiko ketidakpastian pada UDD PMI Kota Yogyakarta.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Terkait (PMI)

Penelitian diharapkan mampu membantu PMI untuk mendapatkan solusi dari permasalahan persediaan darah yang terjadi. Metode yang digunakan diharapkan dapat digunakan PMI sebagai acuan untuk menentukan sistem persediaan darah di Kota Yogyakarta dan memprediksi permintaan darah pada beberapa periode mendatang.

(8)

8 2. Bagi Pemerintah

Pemerintah diharapkan mampu mendukung PMI dalam aktivitas penyediaan dan pendistribusian darah baik dalam bentuk legal formal maupun informal. Dukungan pemerintah merupakan hal yang penting karena fasilitas pelayanan kesehatan termasuk penyediaan darah bagi masyarakat merupakan tanggung jawab pemerintah.

3. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam dunia akademis terkait pengelolaan persediaan dan peramalan permintaan. Khususnya implementasi teori dan konsep pada barang dengan pasokan dan permintaannya yang sulit untuk diprediksi waktu dan kuantitasnya seperti darah.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi dan membantu bagi penulisan penelitian terkait di masa yang akan datang

1.6 Kerangka Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi ke dalam lima bab yang terdiri dari pendahuluan, landasan teori, metoda penelitian, analisis dan pembahasan, dan diakhiri dengan penutup. Secara garis besar kerangka penulisan skripsi adalah sebagai berikut :

(9)

9 1. BAB I : Pendahuluan

Penulisan skripsi ini diawali dengan penjabaran latar belakang yang menjadi alasan penulisan skripsi ini. Penulis kemudian merumuskan masalah yang akan diuji, tujuan penelitian, manfaat yang diperoleh melalui penelitian, dan penjabaran kerangka penulisan hasil penelitian. Penulis menggambarkan fakta bahwa selama ini UDD PMI Kota Yogyakarta memiliki kendala ketidakpastian dalam pasokan dan permintaan darah dari masyarakat. Penulis merumuskan tiga permasalahan utama yang akan diangkat terkait pengelolaan persediaan dan peramalan permintaan darah. Setelah itu penulis menegaskan tujuan dari penelitian dan menjabarkan manfaat dari hasil penelitian yang dilakukan.

2. BAB II : Rerangka Literatur

Bab rerangka literatur menguraikan mengenai konsep, teori, dan penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi penulisan penelitian. Bab ini diawali dengan penjelasan mengenai pengertiaan ketidakpastian, faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ketidakpastian dalam pengelolaan persediaan, dan metode untuk meminimalisir ketidakpastian tersebut. Bab ini kemudian menjelaskan mengenai konsep dan teori tentang peramalan permintaan dan model peramalan permintaan dengan metode time-series forecasting ARIMA.

3. BAB III : Metoda Penelitian

Bab ini akan menjelaskan mengenai rancangan penelitian, jenis penelitian, subjek penelitian, dan metode pengumpulan data yang digunakan. Bab ini juga

(10)

10 menjelaskan mengenai metode peramalan runtut waktu kuantitatif yang digunakan dalam mengolah data penelitian.

4. BAB IV : Analisis Hasil dan Pembahasan

Bab ini menguraikan identifikasi penyebab ketidakpastian pada pasokan dan permintaan darah milik UDD PMI Kota Yogyakarta dan analisis hasil peramalan yang telah diuraikan dalam Bab III. Bab ini juga memaparkan rekomendasi yang dapat diberikan kepada UDD PMI Kota Yogyakarta untuk mengatasi masalah ketidakpastian rantai pasokan darah.

5. BAB V : Simpulan dan Implikasi

Bab terakhir akan menuliskan mengenai simpulan penelitian yang diperoleh dari hasil analisis data dan pembahasan. Pada Bab V juga dituliskan mengenai keterbatasan penelitian, saran bagi penelitian selanjutnya, dan implikasi teoritis dan praktis yang dihasilkan dari penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan atas PP NO 7 tahun 2011 tentang pelayanan darah pasal 4 yang dimaksud dengan pelayanan darah yang aman harus memenuhi prinsip darah berasal

Proyek akhir ini dibuat dengan tujuan untuk membuat aplikasi yang dapat: a) Mengelola administrasi donor darah KSR PMI Unit IT Telkom. b) Menampilkan informasi kegiatan donor

Metodologi Perancangan Data Warehouse Unit Donor Darah PMI Kota Bandung Terdapat tahapan-tahapan dalam perancangan data warehouse pada Unit Donor darah Pmi Kota

Karakteristik penerimaan atau donasi darah yang ada di UTD PMI Kota Pekanbaru sebenarnya tidak berbeda jauh dengan karakteristik permintaannya. Banyaknya permintaan darah yang

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Palang Merah Indonesia (PMI) Pematangsiantar dapat melakukan permintaan darah perbulannya kurang lebih adalah 380

Dalam penelitian ini dikembangkan model untuk menjelaskan fenomena niat donor darah di Indonesia khususnya di Klaten, dengan menggunakan variabel persepsi resiko insentif,

PMI UTDC Kota Depok akan melakukan pengambilan darah sesuai dengan kuantitas optimumnya yaitu sebanyak 44 kantong darah, ketika darah untuk golongan darah A di persediaan

KESIMPULAN Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan strategi komunikasi publik UTD PMI Kota Makassar dalam pelestarian donor darah: UTD PMI Kota