HUBUNGAN SELF ESTEEM DENGAN KERJASAMA TIM PADA ATLET SEPAK BOLA
(Studi Deskriptif Pada Atlet KU 17 Tahun PSBUM Universitas Pendidikan Indonesia)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Oleh
Ubay Sohibi 0801432
JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
LEMBAR PENGESAHAN
NAMA : UBAY SOHIBI
NIM : 0801432
JUDUL : HUBUNGAN SELF ESTEEM DENGAN KERJASAMA TIM PADA ATLET SEPAK BOLA (Studi Deskriptif Pada Atlet KU 17 Tahun PSBUM Universitas Pendidikan
Indonesia)
Disetujui dan Disahkan Oleh :
Pembimbing I
Dr. Hj. Nina Sutresna NIP. 196412151989012001
Pembimbing II
Dr. Komarudin, M.Pd NIP. 195611281986031004
Mengetahui
Jurusan Pendidikan Kepelatihan
Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Ketua,
HUBUNGAN SELF ESTEEM DENGAN KERJASAMA TIM PADA ATLET SEPAK BOLA
(Studi Deskriptif Pada Atlet KU 17 Tahun PSBUM Universitas Pendidikan Indonesia)
Oleh Ubay Sohibi
Sebuah skripsi yang DibuatUntuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
© Ubay Sohibi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
HUBUNGAN SELF- ESTEEM DENGAN KERJASAMA TIM PADA ATLET SEPAK BOLA
(Studi Deskriptif Pada Atlet KU 17 Tahun PSBUM Universitas Pendidikan Indonesia)
Pembimbing I : Dr. Hj. Nina Sutresna. Pembimbing II: Dr. Komarudin, M.Pd.
Ubay Sohibi* 0801432
Penelitianini membahas mengenai hubungan self-esteem dengan kerjasama tim pada atlet sepak bola PSBUM UPI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikansi hubungan self-esteem dengan kerjasama tim pada atlet sepak bola PSBUM UPI. Untuk mengetahui tingkat signifikansinya, maka dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif korelasional determinan dengan sampel atlet sepak bola PSBUM UPI sebanyak 30 orang dengan menggunakan instrument berupa angket. Berdasarkan hasil pengolahan data, disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan kerjasama tim, dengan koefisien korelasi sebesar 0,958 dan tingkat signifikasi 17,67. Self-esteem sebagai salah satu teknik dalam pelatihan mental memiliki hubungan yang signifikan dengan kerjasama tim atlet PSBUM UPI, yaitu sebesar 91,77%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis memberikan saran bahwa, self-esteem perlu diberikan kepada atlet,karena self-esteem dapat membangun kerjasama tim, sehingga berdampak positif pada keutuhan dan keharmonisan tim terhadap pencapaian prestasi maksimal.
DAFTAR ISI
1. Karakteristik Permainan ... 9
2. Karakteristik Lapangan ... 9
3. Karakteristik Gerakan ... 10
4. Karakteristik Keterampilan ... 11
5. Kemampuan Teknik dan Kerjasama Dalam Olahraga Sepak Bola ... 12
B.Hakikat Self Esteem ... 13
1. Karakteristik Self Esteem ... 16
3. Aspek-aspek Self Esteem ... 19
4. Komponen Self Esteem ... 20
C.Hakekat Kerjasama ... 25
1. Karakteristik Kerjasama ... 27
2. Manfaat Kerjasama ... 28
3. Membangun Sebuah Kerjasama ... 4. Tahap Pembentukan Kelompok ... 28 29 BAB III METODE PENELITIAN A.Lokasi, Populasi dan sampel Penelitian ... 32
B.Desain Penelitian dan Variabel Penelitian ... 33
C.Alat Pengumpul Data ... 35
D.Ujicoba Angket ... 39
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 45
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A.Hasil Pengolahan ... 48
1. Hasil Perhitungan Rata-rata dan Simpangan Baku ... 48
2. Hasil Uji Normalitas ... 49
3. Pengujian Hipotesis ... 49
a. Penghitungan Korelasi Tunggal ... 49
b. Uji Signifikansi Korelasi tunggal ... 50
c. Pengujian Koefisien Determinasi ... 51
B.Diskusi Penemuan ... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 55
B.Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
DAFTAR GAMBAR Gambar
DAFTAR TABEL Tabel
3.1. Kisi-kisi Angket Self Esteem ... 36
3.2. Kisi-kisi Angket Kerjasama ... 37
3.3. Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban ... 38
3.4. Hasil Uji Validitas Variabel Self Esteem ... 42
3.5. Hasil Uji Validitas Variabel Kerjasama ... 43
4.1. Hasil Penghitungan Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku ... 48
4.2. Hasil Penghitungan Uji Normalitas Lilliefors ... 49
4.3. Hasil Penghitungan Koefisien Korelasi Tunggal ... 50
4.4. Kategori Koefisien Korelasi ... 50
4.5. Hasil Penghitungan Uji Signifikansi Korelasi ... 51
DAFTAR BAGAN Bagan
3.1 Desain Penelitian ...
3.2 Langkah-langkah Penelitian ...
34
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
1. Uji Coba Angket ... 58
2. Data Hasil Uji Validitas Self Esteem ... 63
3. Data Hasil Uji Validitas Kerjasama ... 65
4. Data Hasil Uji Reliabilitas Self Esteem ... 67
5. Data Hasil Uji Reliabilitas Kerjasama ... 69
6. Instrumen Penelitian ... 71
7. Uji Normalitas Lilliefors ... 77
8. Perhitungan Koefisien Korelasi Tunggal ... 79
9. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Tunggal ... 81
10. Uji Determinasi ...
11. Dokumentasi Penelitian ...
12. Surat Penelitian ...
13. Surat Balasan Penelitian ... 82
83
84
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepakbola adalah olahraga yang dimainkan secara beregu dan terdiri dari
dua kesebelasan. Sepak bola moderen mulai berkembang di Inggris dan mulai
digemari di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri sepak bola sudah dikenal cukup
lama yaitu sejak zaman penjajahan. Sepak bola sangat digemari oleh masyarakat,
baik itu pria maupun wanita. Karena cabang permainan ini dapat dilakukan oleh
semua kalangan dari mulai anak-anak, remaja, dewasa, bahkan orang tua.
Olahraga bola besar ini dapat dimainkan di beberapa tempat, tidak harus selalu di
lapang bola, terutama lebih memperhatikan diri untuk tujuan rekreasi atau
mendidik. Ditegaskan oleh Wilett (2013) menjelaskan bahwa sepak bola juga
dapat meningkatkan harga diri. Kemampuan untuk bekerja sebagai anggota dari
sebuah tim adalah penting tidak hanya dalam olahraga tetapi juga dalam dunia
kerja. Kerjasama diperlukan untuk sukses dalam sepak bola, dan bekerjasama
dengan baik dengan rekan tim dapat membantu menyadari harga diri dan
meningkatkan harga diri. Rekan kerja akan menghargai usaha, dan pengakuan
yang dapat membantu seorang atlet merasa lebih baik tentang dirinya dan berhasil
dalam situasi lain.
Permaianan sepak bola melibatkan dua kesebelasan atau tim yang saling
bertanding dengan tujuan untuk berusaha memasukan bola sebanyak-banyaknya
ke gawang lawan, setiap tim terdiri dari 11 pemain yang salah satunya merupakan
penjaga gawang, tim yang berhasil menciptakan atau memasukan bola lebih
banyak ke gawang lawan, berarti tim tersebut dinyatakan sebagai pemenang
dalam sebuah pertandingan.Sajian pertandingan sepak bola kerap kali
mendatangkan antusiasme dari masyarakat, tidak sedikit orang rela menyisihkan
waktunya untuk menyaksikan pertandingan ini. Antusiasme peserta baik
penonton, pelatih ataupun pemain sering terlihat di lapangan sepak bola mulai dari
peserta sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, hal tersebut dibuktikan
2
dampak negatif yang muncul dari motivasi yang berlebihan. Persib yang terkenal
dengan bobotohnya sampai saat ini masih memiliki masalah yang cukup rumit
dengan persija yang di sebut the jack mania. Di kalangan Perguruan Tinggi
umumnya di Bandung suatu pertandingan yang sering kali mengundang antusias
penonton adalah antara UPI Bandung melawan STKIP Cimahi. Menariknya suatu
pertandingan biasanya dilihat dari tingkat persaingan yang cukup tinggi dan dapat
memberikan ketegangan tersendiri.
Sepak Bola sebagai salah satu cabang olahraga beregu memerlukan
dukungan sikap dan perilaku dari pemain, agar tujuan tim untuk meraih
kemenangan dapat tercapai. Dari sekian banyak sikap dan perilaku pemain
mendukung kepada perilaku sosialnya.Sesuatu yang bisa berpengaruh cukup
signifikan terhadap kurangnya kerjasama tim dalam cabang olahraga ini adalah
kurangnya self esteem yang dimiliki oleh pemain.
Harga diri merupakan aspek kepribadian yang padadasarnya dapat
berkembang. Kurangnya harga diri pada mahasiswa dapat mengakibatkan masalah
akademik, olahraga, dan penampilansosial. Pada pertandingan sepak bola
seringkali terlihat para atlet memperjuangkan harga dirinya untuk memenangkan
suatu pertandingan, baik itu untuk memperjuangkan harga diri tim maupun harga
dirinya sendiri. Menurut teori Coopersmith (2012) menjelaskan self esteem
merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasan memandang dirinya
terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan indikasi besarnya
kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian, kesuksesan dan
keberhargaan.
Kutipan tersebut mengindikasikan bahwa individu berperilaku dalam
upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing
orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau
berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang
sudah dimiliki dan sebagainya,tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan
untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua
3
juga dapatmenerima diri sendiri. Hal ini ditegaskan oleh Lutan (2003:10-11)
sebagai berikut :
Self-esteem bagi seseorang ibarat fondasi sebuah bangunan rumah.
Self-esteem merupakan sebuah struktur penting bagi perkembangan kemampuan
yang lainnya. Di atas self-esteemlah akan terbangun prestasi. Bila self-esteem
dan penilaian diri rendah maka apapun yang kita bangun di atasnya niscaya akan mudah retak. Itulah sebabnya self-esteem harus dibangun sekokoh mungkin agar kita dapat mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Atlet yang memiliki self esteem tinggi atau self esteem yang sehat pada
umumnya memiliki kerjasama yang tinggi untuk dapat melakukan tugas gerak
yang diinstruksikan guru. Mereka biasanya bersungguh-sungguh dalam
melakukan aktivitas jasmani dan selalu berupaya memperbaiki kekurangan dan
terus berlatih meningkatkan kemampuannya. Ciri ini akan sangat berbeda dengan
atlet yang rendah self esteem. Umumnya mereka enggan atau bermalas-malasan
melakukan tugas gerak karena merasa khawatir atau tidak percaya terhadap
kemampuan yang dimilikinya, tidak bekerja keras memperbaiki kekurangannya
dan merasa cukup dengan apa yang sudah dilakukannya.
Kerjasama yang baik antar pemain sepak bola dalam memasukkan bola
kegawang lawan adalah satu pelajaran yang dapat dipetik dari sekian banyak
pelajaran dari permainan sepak bola yang diambil dan diterapkan dalam
mewujudkan terlaksananya pendidikan karakter dibumi pertiwi ini.
Proses terjadinya kebersamaan atau kerjasama sebenarnya apabila diurut
lebih kecil (mikro) terutama dilihat dari pandangan keilmuan dipengaruhi oleh
ilmu sosiologi. Dalam pengertian kerjasama terkandung tiga unsur pokok yang
melekat pada suatu kerangka kerjasama, yaitu unsur dua pihak atau lebih, unsur
interaksi dan unsur tujuan bersama. Seperti yang dijelaskan Kusnadi (2012)
bahwa: Kerjasama merupakan dua orang atau lebih untuk melakukan aktivitas
bersama yang dilakukan secara terpadu yang diarahkan kepada suatu target atau
tujuan tertentu.
Dalam pengertian kerjasama terkandung tiga unsur pokok yang melekat
pada suatu kerangka kerjasama, yaitu unsur dua pihak atau lebih, unsur interaksi
4
pertandingan sepak bola, dimana terdapat suatu tim yang bertabur bintang dengan
kemampuan individu yang tinggi kalah oleh sebuah tim yang berisikan pemain
dengan kemampuan individu yang tidak begitu menonjol. Apa yang menyebabkan
tim tersebut dapat menang? Komunikasi yang baik dan saling pengertian
antarpemain dalam tim tersebutlah yang menyebabkan tim yang diisi oleh pemain
yang memiliki kemampuan rata-rata dapat berubah menjadi tim yang hebat dan
menakutkan. Hal ini telah diakui oleh pelatih sepak bola manapun di dunia ini.
Mereka mengakui bahwa kemampuan individu merupakan hal yang penting,
tetapi ada hal yang lebih penting dalam suatu tim sepak bola; yaitu kerjasama tim,
kesadaran akan tugasnya masing-masing dan saling pengertian antar pemain tim
tersebut. Ditegaskan oleh Sears, dkk dalam Andryanto (1999) menjelaskan bahwa
sebagai perasaan berharga dan berkemampuan dalam diri individu. Perwujudan
harga diri tinggi dapat memunculkan konsekuensi yang positif bagi individu,
termasuk dalam kehidupan berkelompok. Individu dengan harga diri yang tinggi
akan dapat diterima secara sosial dan mengoptimalkan kemampuannya sehingga
dapat turut adil dalam pencapaian tujuan kelompok yang dikatakan dapat
mewujudkan kohesivitas kelompok.
Mengacu kepada beberapa pendapat terkait dengan self esteem yang
dimiliki seorang atlet sebagai anggota tim dalam cabang olahraga sepak bola,
mempunyai lanjutan untuk memenuhi tujuan dalam olahraga permainan ini, maka
penulis tertarik untuk mengkaji tentang hubungan self esteem dengankerjasama
tim pada atlet sepak bola PSBUM UPI.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, penulis merumuskan
masalah penelitian adalah “Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara self
esteem dengan kerjasamatim pada atlet sepak bola PSBUM UPI?”.
C. Tujuan Penelitian
Adapun maksud dari tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara self esteem dengan kerjasama tim pada atlet sepak bola PSBUM
5
D. Manfaat Penelitian
Dalam setiap penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai tabungan
ilmu atau informasi khusunya bagi para atlet sepak bola dan umumnya bagi para
pengamat atau peneliti olahraga. Penulis berharap dari hasil penelitian ini dapat
berguna sebagai berikut :
a. Secara teoritis
1. Penelitian dapat dijadikan sebagai informasi serta masukan bagi para
pelatih maupun pembina dan pihak yang berkompeten terhadap
pembinaan atlet khususnya atlet sepak bola.
2. Keberhasilan untuk memenangkan sebuah pertandingan sepak bola
perlu didukung oleh aspek mental yang baik diantaranya self esteem
dan kerjasama.
b. Secara praktis
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi para pelatih, bahwa saat
melakukan latihan, harus diterapkan latihan dengan memberikan
latihan untukmeningkatkan perasaan sosial bahwa mereka lebih baik
dan lebih bagus dari lawan-lawan yang akan dihadapinya dengan
memberikan kerjasamapada saat bermain yang baik.
2. Pelatih agar memperdalam tentang pelatihan mental agar diberikan
kepada atletnya sehingga mempermudah dalam proses latihan.
E. Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian agar
tidak terjadi perluasan makna dan pada pelaksanaannya lebih terarah pada sasaran
serta tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian. Adapun pembatasan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ruang lingkup penelitian hanya ditujukan pada hubungan self esteem
dengan kerjasama tim pada atlet sepak bola PSBUM UPI.
2. Penelitian ini hanya dilakukan dengan mengambil populasi dan sampel
penelitian yaitu atlet sepak bola yang tergabung pada sepak bola
6
3. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif.
4. Instrument yang digunakan adalah berupa pemberian angket atau
kuisioner.
F. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa istilah sebagai
kegunaan konsep penelitian. Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan
istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dalam penelitian ini
dikemukakan beberapa istilah yang dibatasi oleh penulis yang berkaitan erat
dengan permasalahan penelitian, antara lain :
1. Self esteem. Menurut Lutan (2003:10-11) “Self esteem bagi seseorang ibarat
fondasi sebuah bangunan rumah. Self esteem merupakan sebuah struktur
penting bagi perkembangan kemampuan yang lainnya. Di atas self esteemlah
akan terbangun prestasi. Bila self esteem dan penilaian diri rendah maka
apapun yang kita bangun di atasnya niscaya akan mudah retak. Itulah sebabnya
self esteem harus dibangun sekokoh mungkin agar kita dapat mencapai kualitas
hidup yang lebih baik”.
2. Kerjasama. Menurut Kusnadi (2012) “Kerjasama merupakan dua orang atau
lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara terpadu yang
diarahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu”.
3. Sepak bola. Menurut Sucipto dkk (2000:7) “Permainan sepak bola merupakan
permainan beregu yang terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya adalah
penjaga gawang”.
G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar merupakan suatu pendapat yang telah diyakini
kebenarannya dan telah dijadikan titik tolak penelitian dalam memecahkan masalah. Menurut Arikunto (2006:65) menjelaskan bahwa : “anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh
7
Dalam penelitian ini, pebulis ingin mengemukakan hubungan self esteem
terhadap kerjasama tim pada atlet sepak bola PSBUM UPI. Karena penulis
beranggapan bahwa ada kaitan yang erat antara self esteem yang tinggi mau pun
rendah terhadap kerjasama tim pada saat dilapangan.
Self esteem atau yang lebih dikenal dengan istilah harga diri merupakan
suatu sikap terhadap diri sendiri. Sikap disini merupakan evaluasi diri yang dibuat
oleh setiap individu. Sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rentang
dimensi positif atau negatif. Self esteem sangat penting dimiliki oleh seorang atlet,
karena dengan memiliki self esteem sangat berpengaruh terhadap penampilan atlet
dilapangan.
Atlet yang memiliki self esteem tinggi atau self esteem yang sehat pada
umumnya memiliki kepercayaan diri dan keyakinan yang tinggi pula untuk dapat
melakukan tugas gerak yang diinstruksikan guru. Mereka biasanya
bersungguh-sungguh dalam melakukan aktivitas jasmani dan selalu berupaya memperbaiki
kekurangan dan terus berlatih meningkatkan kemampuannya. Ciri ini akan sangat
berbeda dengan atlet yang rendah self esteemnya atau yang tidak memiliki self
esteem. Umumnya mereka enggan atau bermalas-malasan melakukan tugas gerak
karena merasa khawatir atau tidak percaya terhadap kemampuan yang
dimilikinya, tidak bekerja keras memperbaiki kekurangannya dan merasa cukup
dengan apa yang sudah dilakukannya.
Pendapat tersebut memperkuat bahwa ada hubungan yang signifikan
antara self esteem terhadap kerjasama tim pada saat dilapangan. Kedua aspek
tersebut dapat dikatakan sebagai penunjang akan tercapainya prestasi atlet. Tanpa
adanya kerjasama seorang atlet tidak akan mampu meraih sebuah prestasi, seperti
yang dijelaskan Wilett (2013) bahwa sepak bola juga dapat meningkatkan harga
diri. Kemampuan untuk bekerja sebagai anggota dari sebuah tim adalah penting
tidak hanya dalam olahraga tetapi juga dalam dunia kerja. Kerjasama diperlukan
untuk sukses dalam sepak bola, dan bekerjasama dengan baik dengan rekan tim
dapat membantu menyadari harga diri dan meningkatkan harga diri. Rekan kerja
akan menghargai usaha, dan pengakuan yang dapat membantu seorang atlet
8
H.Hipotesis
Hipotesis menurut Arikunto (2006:25) “Merupakan kebenaran sementara yang ditemukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan, dites, atau diuji kebenarannya”. Berdasarkan anggapan dasar yang diuraikan maka hipotesis yang penulis ajukan adalah “Terdapat hubungan yang signifikan antaraself esteem
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di Stadion Sepak Bola Olahraga Universitas
Pendidikan Indonesiadan atau gedung Fakultas Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan (FPOK).
2. Populasi Penelitian
Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau obyek
yang merupakan sifat-sifat umum. Arikunto (2010:173) menjelaskan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (2009:90) populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Maka dari penjelasan para ahli tersebut, penulis menetapkan populasi dalam penelitian ini
adalah atlet sepak bola KU 17 tahun PSBUM UPI.
3. Sampel Penelitian
Penarikan atau pembuatan sampel dari populasi untuk mewakili populasi
disebabkan untuk mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku
bagi populasi. Arikunto (2010:174) mengatakan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Selanjutnya menurut Sugiyono (2009:91) sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dengan menggunakan
33
“teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Artinya setiap subjek yang diambil dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan tujuan dan
pertimbangan tertentu. Tujuan dan pertimbangan pengambilan subjek/sampel
penelitian ini adalah sampel tersebut menguasai keterampilan dalam permainan
sepak bola serta sampel tersebut telah mengikuti pertandingan sepak bola
sebelumnya. Berdasarkan penjelasan tersebut dalam penelitian ini jumlah sampel
yang digunakan sebanyak 30 (tiga puluh) orang atlet sepak bola PSBUM UPI.
.
B. Desain Penelitian
Dalam suatu penelitian perlu adanya suatu desain penelitian yang sesuai
dengan variabel-variabel yang terkandung dalam tujuan dan hipotesis penelitian
untuk diuji kebenarannya. Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara
menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan sesuai dengan
tujuan penelitian.
Adapun langkah-langkah yang disusun adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan populasi dan sampel penelitian.
b. Uji coba alat ukur.
c. Mengumpulkan data dan pelaksanaan tes.
d. Mengolah data.
e. Menganalisis data.
f. Menetapkan kesimpulan.
Adapun desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Variabel bebas : Self Esteem (X)
2. Variabel terikat : Kerjasama (Y)
Adapun rancangan atau disain dalam penelitian ini dapat kita lihat pada
bagan berikut :
Self Esteem Kerjasama
Bagan 3.1
Desain Penelitian (korelasi Tunggal)
Sumber : Modul Mata Kuliah Statistika Nurhasan, et all. (2008:68)
34
Keterangan :
X = Variabel hubungan self esteem
Y = Variabel kerjasama
Berdasarkan disain penelitian yang digunakan, maka langkah-langkah
dalam penelitian ini yaitu, sebagai berikut:
Bagan 3.2
Langkah-langkah Penelitian (Sumber : Arikunto, 2002:125) C.Alat Pengumpul Data
Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian diperlukan alat yang
disebut instrumen. Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket sebagai alat
pengumpul datanya. Sehubungan angket atau kuesioner dijelaskan oleh Arikunto (2002:124) bahwa: “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
Populasi
Sampel
Metode Penelitian Angket Tentang
Self Esteem
Angket Tentang Kerjasama
Instrumen Penelitian
Pengolahan dan Analisa Data
35
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”. Angket dalam penelitian ini terdiri dari
tiga bagian yang dijabarkan melalui variabel, komponen dan indikator butir
pertanyaan yang dibuat merupakan gambaran mengenai hubungan self esteem
dengan kerjasama tim pada atlet sepak bola PSBUM UPI. Bentuk angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup.
Untuk memudahkan dalam penyusunan butiran-butiran pertanyaan
angket serta alternatif jawaban yang tersedia, maka responden hanya
diperkenankan untuk menjawab salah satu alternatif jawaban. Jawaban yang
dikemukakan oleh responden didasarkan pada pendapatnya sendiri atau
berdasarkan apa yang dialami oleh responden itu sendiri. Pembahasan dalam
penelitian ini difokuskan pada persepsi tentang hubungan self esteem dengan
kerjasama tim pada atlet sepak bola PSBUM UPI. Adapun yang menjadi
pembahasan dalam indikator dalam penelitian ini terdiri dari penilaian terhadap
diri sendiri, problem interpersonal (keluarga, teman dan lingkungan), penerimaan
dari orang lain, kemampuan pada diri sendiri, keinginan untuk berprestasi,
mendapatkan kepuasan, mendapatkan penghargaan dan mendapatkan dukungan.
Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut:
1. Melakukan spesifikasi data.
Maksudnya untuk menjabarkan luang lingkup masalah yang akan diukur
secara terperinci. Untuk lebih jelas dan memudahkan penyusunan spesifikasi data
tersebut, maka penulis tuangkan dalam bentuk kisi-kisi yang tampak pada Tabel
36
Table 3.1
Kisi-kisi Angket Self Esteem Stanley Coopersmith (1967)
Sub
Variabel Indikator Sub Indikator
Item Soal
+ -
Self Esteem 1. Kekuasaan
(power)
orang tua (keluarga) 5,19,47 26,54
3. penerimaan dari
teman 4,46 49
4. Popularitas diri 18
37
Variabel Indikator Sub Indikator
Item Soal
1. Pengujian terhadap anggota lainnya
41 5,20
2.Hubungan antarperorangan 3,10,12
,24 35
3.Mencoba beberapa perilaku tertentu untuk mendapatkan reaksi dari anggota
1.Mulai terjadinya konflik dalam kelompok
1.Semakin terbukanya setiap anggota kelompok
3.Pengembangan keakraban 2,33,38
4.Dan terciptanya peranan baru
13,27 11
4.Tahap
1.Setiap anggota mempunyai
38
Berprestasi (performing)
membantu
2.Setiap anggota berusaha melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik
9,30
2. Penyusunan angket
Indikator-indikator yang telah dirumuskan ke dalam bentuk kisi-kisi
tersebut diatas selanjutnya dijadikan bahan penyusunan butir-butir pertanyaan
atau soal dalam angket. Butiran-butiran pertanyaan atau soal tersebut dibuat dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan dengan kemungkinan jawaban yang tersedia.
Mengenai atlternatif jawaban dalam angket, penulis menggunakan skala sikap
yakni Likert. Ibrahim dan sudjana (2004:107) menjelaskan:
Skala Likert dinyatakan dalam bentuk pertanyaan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolak, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu pernyataan yang diajukan ada dua katagori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala sikap yang sering digunakan dalam penelitian pendidikan adalah skala Likert. Dalam skala
Likert, pertanyaan-pertanyaan yang diajukaan baik pernyataan positif maupun negatif dinilai subyek sangat setuju, setuju, tidak punya pilihan, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Berdasarkan uraian tentang alternatif jawab dalam angket, penulis
menetapkan katagori penyekoran sebagai berikut : Katagori untuk setiap butir
pernyataan positif, yaitu Sangat setuju = 5, Setuju = 4, Ragu-ragu = 3, Tidak
Setuju = 2 dan Sangat Tidak Setuju = 1. Katagori untuk setiap butir pernyataan
negatif, yaitu Sangat Setuju = 1, Setuju = 2, Ragu-ragu = 3, Tidak Setuju = 4, dan
39
Tabel 3.3
Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban
Alternatif jawaban
Perlu dijelaskan bahwa dalam menyusun pernyataan-pernyataan agar
responden dapat menjawab salah satu alternatif jawaban tersebut, maka
pernyataan-pernyataan itu disusun dengan berpediman pada penjelasan
Surakhmad (1998:184) sebagai berikut:
1. Rumusan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya. 2. Mengajukan pernyatan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh
responden, pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif. 3. Sifat pernyataan harus netral dan obyektif.
4. Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain.
5. Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi.
D.Uji coba Angket
Angket yang telah disusun diuji untuk mengukur tingkat validitasnya dan
reliabilitas dari setiap butir pernyataan-pernyataan. Dari uji coba angket akan
diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai
40
Juni 2013. Angket tersebut diuji cobakan pada sampel sebanyak 30 orang.
Sebelum para sampel mengisi angket tersebut, penulis memberikan penjelasan
mengenai cara-cara pengisiannya.
1. Menentukan Validitas Instrumen
Langkah-langkah dalam mengolah data untuk menentukan validitas
instrumen tersebut adalah sebagai berikut:
a. Data yang diperoleh dari hasil uji coba dikumpulkan dan dipisahkan antara
skor tertinggi dan terendah.
b. Menentukan 50% responden yang memperoleh skor tinggi dan 50% yang
memperoleh skor rendah.
c. Kelompok yang terdiri dari responden yang memperoleh skor tinggi disebut
kelompok atas. Sedangkan kelompok yang terdiri dari responden yang
memperoleh skor rendah disebut kelompok bawah.
d. Mencari nilai rata-rata ̅ dari setiap kelompok data dengan rumus:
̅ = ∑
Arti tanda-tanda rumus di atas adalah:
̅ = nilai rata-rata yang dicari
x = skor mentah
n = jumlah sampel ∑ = jumlah dari
e. Mencari simpangan baku dari setiap kelompok data dengan menggunakan
rumus:
S = √∑ ̅
Arti tanda-tanda rumus di atas adalah:
S = simpangan baku yang dicari
∑ = jumlah dari X = nilai data mentah
41
f. Mencari variansi gabungan (S2) untuk setiap butir pernyataan kelompok atas
dan kelompok bawah menurut Sudjana (1986:232) dengan rumus sebagai
berikut:
g.
Keterangan:
S2 : Varians gabungan
S1: Simpangan baku kelompok satu
S2: Simpangan baku kelompok dua
n : Sampel
g. Mencari nilai thitung untuk setiap pernyataan dari Sudjana (1986:233) dengan
rumus sebagai berikut:
t = ̅ ̅
√
Keterangan :
S : Simpangan Baku
n : Jumlah Sampel
̅1 : Rata- rata Kelompok atas
̅2 : Rata- rata Kelompok bawah
Dalam menentukan valid tidaknya sebuah butir pernyataan tes dilakukan
pendekatan signifikan, yaitu jika thitung(0,95)dengan α = 0.05 dan derajat kebebasan
(dk = 30 – 2 = 28) = 1.61, maka dinyatakan pernyataan tersebut dapat digunakan
sebagai alat pengumpul data, tetapi jika sebaliknya thitung lebih kecil dari ttabel
maka pernyataan tersebut tidak signifikan, dengan kata lain pernyataan tersebut
tidak dapat dijadikan alat pengumpulan data. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil
penghitungan validitas dapat dilihat dari Tabel 3.4. dan Tabel 3.5. (n1-1) Si2 + (n2-1) S22
42
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Variabel Self Esteem No
Soal t-hitung keterangan
No
Soal t-hitung keterangan
43
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Variabel Kerjasama Tim No
Soal t-hitung Keterangan
No
Soal t-hitung keterangan
1 2,23 Valid 22 3 valid
Dalam menentukan valid tidaknya sebuah butir pernyataan tes dilakukan
pendekatan signifikansi, yaitu juka thitung lebih besar atau sama dengan ttabel maka
dinyatakan pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpul data,
tetapi jika sebaliknya, yaitu thitung lebih kecil darittabel maka pernyataan tersebut
tidak signifikan, dengan kata lain pernyataan tersebut tidak dapat dijadikan alat
pengumpul data.
Berdasarkan Tabel 3.4 menunjukkan bahwa 50 butir soal dijadikan sebagai
alat pengumpul data, sedangkan pada Tabel 3.5 menunjukkan 35 butir soal
44
2. Uji Reliabilitas Soal
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrument, penulis
melakukan pendekatan sebagai berikut:
a. Membagi butir pernyataan menjadi dua bagian yang bernomor genap dan
bernomor ganjil.
b. Skor dari butir pernyataan yang bernomor genap dikelompokkan menjadi
variabel x dan skor dari butir pernyataan yang bernomor ganjil dijadikan
variabel y.
c. Mengkorelasikan antara skor butir-butir pernyataan yang bernomor genap dan
butir-butir pernyataan yang bernomor ganjil dengan menggunakan rumus
Korelasi Person Product Moment sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan :
rxy : koefisien korelasi yang dicari
XY : jumlah perkalian skor X dan skor Y ƩX : Jumlah skor X
ƩY : Jumlah skor Y n : jumlah banyaknya soal
d. Mencari reliabilitas seluruh perangkat butir dengan menggunakan rumus
Spearman Brown sebagai berikut:
Keterangan:
rii : koefisien yang dicari
2. rxy : dua kali koefisien korelasi
1+rxy : satu tambah koefisien korelasi
45
√
√ Keterangan:
t : nilai thitung yang dicari
r : koefisien seluruh tes
n-2 : jumlah pasangan xy dikurangi dua
Dari hasil penghitungan teknik Korelasi Pearson Product Moment
dimasukkan ke dalam rumus spearman brown, kemudian untuk menentukan nilai
t-hitung, nilai seluruh item tes yang dihasilkan dimasukan ke dalam rumus yang
dikembangkan oleh Sudjana (2001). Dari hasil penghitungan tersebut diperoleh rxy
untuk angket tentang self esteem sebesar 0,872 dan rii sebesar 0,932, sedangkan
r-tabel product moment untuk n=30 dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 0.361.
dengan demikian rii instrumen self esteem lebih besar dari r-tabel atau dapat
dipercaya.
Untuk instrumen kerjasama tim rxy nya sebesar 0,835, sedangkan rii nya
adalah 0,910, sedangkan r-tabel product moment untuk n=30 dengan tingkat
kepercayaan 95% adalah 0.361. Dengan demikian rii lebih besar daripada r-tabel,
maka instrumen motivasi bertanding dapat dinyatakan reliabel atau dapat
dipercaya.
4. Pelaksanaan Penyebaran Angket
Setelah menguji validitas butir soal dan telah diketahui validitasnya maka
butir soal yang valid dapat dijadikan sebagai alat pengumpul data. Kemudian
penulis sebarkan kepada sampel penelitian yang merupakan sumber data untuk
penelitian ini.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Berkenaan dengan masalah penelitian ini yaitu hubungan self esteem
dengan kerjasama tim pada atlet sepak bola PSBUM UPI, maka teknik yang
46
menjelaskan, “untuk judul penelitian yang terdiri atas satu variabel independen dan satu variabel dependen dapat digunakan teknik statistik dengan menghitung besarnya koefisien determinasi.” Lebih lanjut Nurhasan (1990:17) menjelaskan, “Korelasi adalah hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain, yang besar kecilnya ditentukan oleh koefisien korelasi.” Dalam hal ini variabel yang diteliti adalah hubungan self esteem dengan kerjasama tim pada atlet sepak bola
PSBUM UPI. Dan untuk memperkuat hasil dari pengolahan data koefesien
korelasi, penulis menggunakan metode statistika yaitu persamaan regresi.
Pengolahan data dilakukan setelah data hasil penelitian diperoleh.
Pengolahan data dilakukan berdasarkan metode statistika agar diperoleh suatu
akhir atau kesimpulan yang benar. Adapun rumus-rumus statistika yang digunakan untuk mengolah data hasil tes dikutip dari buku “Statistika untuk Penelitian” (2010) yang disusun oleh Sugiyono. Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan data ini adalah sebagai berikut:
1. Mencari rata-rata dari setiap kelompok data, yaitu dengan rumus:
̅ ∑
Keterangan:
̅ : mean atau rata-rata yang dicari ƩXi : jumlah seluruh skor
n : jumlah sampel
2. Menghitung simpangan baku, menurut Sugiyono (2010: 57) dari kelompok data
atau variabel-variabel yaitu dengan menggunakan rumus:
√∑ ̅̅̅
Keterangan :
S: simpangan baku yang dicari
X: skor mentah
̅ : rata-rata dari skor mentah
47
3. Menguji normalitas data menggunakan uji Kenormalan Lilliefors. Prosedur
yang digunakan menurut Sugiyono (2010:77) adalah:
a. pengamatan X1, X2, ....Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ....Zn dengan
menggunakan rumus:
(̅dan S merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel)
b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
dihitung peluang (F(Z1)) – P(Z.Z1).
c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2,... Zn ƩZ1. Jika proporsi ini dinyatakan
S(Z1),maka:
∑
d. Menghitung selisih F(Z1) – S(Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya.
e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.
Untuk menolak atau menerima hipotesis, kita bandingkan L0 dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang dipilih. Kriterianya adalah: tolak hipotesis nol jika L0 yang diperoleh dari data pengamatan
melebihi L dari daftar tabel. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima.
4. Menghitung koefisien korelasi dengan cara mengkorelasikan data variabel X
dengan variabel Y menggunakan rumus korelasi Person Product Moment
sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
5. Menguji signifikansi korelasi menggunakan rumus sebagai berikut:
√
√
Kriteria: terima H0 jika hasil t-hitung lebih kecil dari t-tabel dengan dk (n-2) dan taraf nyata α = 0,05.
6. Menghitung besarnya presentase pengaruh variabel x dengan variabel y
menggunakan rumus determinan yaitu:
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang sudah peneliti
lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara self esteem dengan kerjasama tim pada atlet sepak bola PSBUM UPI.
B. Saran
1. Bagi pembina SSB, agar dapat memperhatikan aspek psikologi khususnya
tentang self esteem yang sehat dan kerjasama tim yang kuat, agar atlet
berkembang dengan baik.
2. Bagi para pelatih, sebagai bahan acuan untuk membimbing, mendidik,dan
mengarahkan para atletnya untuk memiliki self esteem yang sehat
dankerjasama tim yang kuat serta mengingat betapa pentingnya pelatihan
mental, untuk tidak mengabaikan permberian pelatihan mental kepada atlet
yang dibinanya.
3. Bagi atlet agar meningkatkan self esteem untuk dapat meningkatkanrasa
yang positif khususnya kerjasama dalam tim sehingga dapat menunjang
terhadap prestasi yang akan dicapai.
4. Penelitian ini perlu diperdalam lagi untuk melihat seberapa besar
ABSTRAK
HUBUNGAN SELF- ESTEEM DENGAN KERJASAMA TIM PADA ATLET SEPAK BOLA
(Studi Deskriptif Pada Atlet KU 17 Tahun PSBUM Universitas Pendidikan Indonesia)
Pembimbing I : Dr. Hj. Nina Sutresna. Pembimbing II: Dr. Komarudin, M.Pd.
Ubay Sohibi* 0801432
Penelitianini membahas mengenai hubungan self-esteem dengan kerjasama tim pada atlet sepak bola PSBUM UPI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikansi hubungan self-esteem dengan kerjasama tim pada atlet sepak bola PSBUM UPI. Untuk mengetahui tingkat signifikansinya, maka dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif korelasional determinan dengan sampel atlet sepak bola PSBUM UPI sebanyak 30 orang dengan menggunakan instrument berupa angket. Berdasarkan hasil pengolahan data, disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan kerjasama tim, dengan koefisien korelasi sebesar 0,958 dan tingkat signifikasi 17,67. Self-esteem sebagai salah satu teknik dalam pelatihan mental memiliki hubungan yang signifikan dengan kerjasama tim atlet PSBUM UPI, yaitu sebesar 91,77%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis memberikan saran bahwa, self-esteem perlu diberikan kepada atlet,karena self-esteem dapat membangun kerjasama tim, sehingga berdampak positif pada keutuhan dan keharmonisan tim terhadap pencapaian prestasi maksimal.