! " # $ DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR ... ... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi dan Rumusan Masalah... 8 C. Tujuan Penelitian... 9 D. Manfaat Penelitian... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 11 A. Kajian Pustaka... 11
1. Kemampuan Metakognitif... 11
! " # $
3. Motivasi Belajar... 34
4. Pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)... 42
B. Penelitian Terdahulu... 44
C. Kerangka Pemikiran... 46
D. Hipotesis Penelitian... 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 51
A. Metode Penelitian... 51 B. Lokasi dan Subjek Penelitian... 52
C. Populasi dan Sampel... 52 D. Operasional Variabel... 55 E. Instrumen Penelitian... 63 F. Analisis Instrumen... 64 G. Teknik Pengujian Data... 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 70
A. Gambaran
Umum Lokasi Penelitian...
70
! " # $
Demografi Responden...
C. Analisis
Deskriptif Variabel Penelitian...
77
D. Uji
Hipotesis...
99
E. Pembahasan
Hasil Penelitian...
108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 127
A. Kesimpulan
...
127
B. Saran
...
129
DAFTAR PUSTAKA ... ... 132
! " # $ DAFTAR TABEL
No. Tabel
2.1. Kemampuan Pelajar Menurut David Kolb ...
Halaman
24
2.2. Karakteristik Gaya Belajar Honey&Mumford ... 28
2.3 Aktivitas yang Mendukung Gaya Belajar Honey&Mumford. ... 30
3.1 Jumlah Siswa Kelas X SMKN Kota .Bandung Kelompok BISMEN Tahun Akademik 2011/2012 ... 53 3.2 Sebaran Sampel Penelitian ... 55
3.3 Operasonalisasi Variabel ... 61
3.4 Ringkasan HasilUjicoba Realibilitas Instrumen Honey&Mumford’s Learning Style ... 65 3.5 Ringkasan HasilUjicoba Realibilitas Instrumen Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) ... 65 3.6 Ringkasan HasilUjicoba Realibilitas Instrumen Metacognitive Awareness Inventory (MAI) ... 66 3.7 Uji Multikolinearitas... 68
4.1 Deskripsi Demografi Responden... 74
4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian... 77
4.3 Korelasi Silang... 78
4.4 Demografi Responden Berdasarkan Tipe Gaya Belajar ... 80
! " # $
4.6 Distribusi Frekuensi Skor Gaya Belajar Tipe Reflector ... 84
4.7 Distribusi Frekuensi Skor Gaya Belajar Tipe Theorist. ... 85
4.8 Distribusi Frekuensi Skor Gaya Belajar Tipe Pragmatist... 86
4.9 Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar ... 87
4.10 Skor Rata-Rata Sub Variabel Motivasi Belajar Siswa ... 89
4.11 Demografi Responden Berdasarkan Motivasi Belajar. ... 91
4.12 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Metakognitif. ... 93
4.13 Skor Rata-Rata Sub Variabel Kemampuan Metakognitif Siswa. ... 94
4.14 Demografi Responden Berdasarkan Kemampuan Metakognitif ... 96
4.15 Uji Koefisien Regresi Secara bersama-sama (Uji F). ... 100
4.16 Uji Regresi Ganda ... 101
! " # $ DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
2.1. Gaya Belajar Kolb ...
Halaman
25
2.2. Kerangka berpikir... 49
3.1. Hubungan Korelasional Antara Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen ... 56 3.2 Hasil Uji Normalitas... 67
4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Gaya Belajar ... 79
4.2 Rata-Rata Motivasi Belajar ... 90
4.3 Motivasi Belajar Berdasarkan Sekolah... 92
4.4 Rata-Rata Kemampuan Metakognitif ... 95
4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Metakognitif Pada
Masing-Masing SMK...
! " # $ DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
1. ...
Instrumen Penelitian...
Halaman
136
2. ...
Uji Validitas dan Realibilitas...
144
3. ...
Output Multiple Linear Regresion...
! " # $ BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan sains dan teknologi yang begitu cepat di abad ke 21 tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Hal ini tanpa disadari telah
mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia, termasuk dalam dunia
pendidikan. Berbagai informasi yang terjadi di berbagai belahan dunia kini dapat
langsung diakses berkat kemajuan teknologi. Perubahan global merupakan
tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan.
Dalam menjawab tantangan global diperlukan upaya untuk meningkatan
kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan keterampilan yang tinggi,
kreatif, kritis dan mampu bekerjasama dengan orang lain. Kemampuan tersebut
diperlukan siswa dalam menerima, menyerap, memproses, mengelola dan
memanfaatkan informasi agar dapat beradaptasi pada situasi yang selalu berubah,
tidak pasti dan penuh persaingan. Berkaitan dengan hal ini, tujuan pembelajaran
di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang dikemukakan oleh Depdiknas
(2004:9) yaitu
Untuk membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja, serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Mata pelajaran yang diberikan pada SMK mengikuti program keahlian
! " # $
praktik diharapkan agar siswa memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan
setelah lulus SMK dan mencari pekerjaan. Siswa SMK diharapkan mampu,
terampil dan dapat diandalkan untuk memasuki dunia kerja maupun dalam proses
belajar mengajar di sekolah.
SMK merupakan suatu lembaga pendidikan formal setingkat SMA. Salah
satu upaya mewujudkan tujuan pendidikan terutama di tingkat SMK telah
dikembangkan dan dilaksanakan pelajaran IPS sebagai mata pelajaran yang
termasuk pada kurikulum nasional untuk jenjang pendidikan menengah kejuruan.
Mata pelajaran IPS di SMK/MAK memuat materi pelajaran Geografi,
Sejarah, Ekonomi, Sosiologi, dan Antropologi. Mata pelajaran IPS bertujuan
untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
terhadap kondisi sosial masyarakat. Kemampuan ini diperlukan dalam memasuki
kehidupan masyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara
sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju
kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat (BNSP, 2006:167).
Zarkasyi (2011-A157) menyatakan bahwa “kelulusan siswa SMK di Jawa
Barat pada tahun 2011 mencapai 99,69 persen. Yang dinyatakan lulus sebanyak
173.511 siswa dan 538 siswa atau sekitar 0,31 persen dinyatakan tidak lulus”.
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan siswa. Berkaitan
dengan hal ini, Garrett (2007:2) mengemukakan mengenai siswa yang gagal
umumnya memiliki beberapa kesamaan:
! " # $
2. mereka menghabiskan banyak waktu untuk meninjau materi yang mereka kuasai dan tidak cukup waktu untuk mempelajari informasi yang mereka belum ketahui, dan
3. mereka tidak tahu strategi belajar mereka.
Berdasarkan pernyataan di atas, kualitas pembelajaran di SMK masih
harus ditingkatkan, salah satunya dengan memberdayakan kemampuan
metakognitif siswa. Bransford (Corbin, 2008:80) mendeskripsikan bahwa
“metacognition as a learner's ability to predict his or her performance on various
learnings tasks and to monitor or evaluate his or her current levels of mastery and
understanding”. Metakognitif sebagai kemampuan siswa untuk memprediksi
kinerjanya dalam memantau atau mengevaluasi tingkat penguasaan dan
pemahamannya pada berbagai tugas pembelajaran. Proses pembelajaran dapat
dikatakan berkualitas apabila siswa secara sadar mampu mengontrol proses
kognitifnya secara berkesinambungan dan berdampak pada peningkatan
kemampuan metakognitif.
Masalah pembelajaran selama ini umumnya menekankan pada
penghafalan bukan pada pemahaman terhadap materi pelajaran, sehingga proses
pembelajaran masih dirasakan belum memberdayakan siswa memiliki
kemampuan metakognitif. Siswa yang tidak memiliki kemampuan metakognitif
yang memadai menurut Garrett (2007:3) ditandai dengan “siswa tidak tahu
bagaimana mengidentifikasi informasi yang relevan dan siswa tidak bisa
menggunakan panduan belajar untuk mengidentifikasi informasi yang relevan”.
Oleh karena itu, peningkatan kemampuan metakognitif merupakan efek yang
! " # $
karena itu perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang berpotensi untuk
mengungkap kemampuan metakognitif.
Kemampuan metakognitif ini diperlukan untuk memonitor prestasi siswa
sendiri dengan menggunakan strategi yang berbeda, seperti yang diungkapkan
Djiwandono (2002:168) bahwa
Kemampuan metakognitif untuk mengidentifikasi ide-ide penting, mengecek untuk menentukan apakah siswa mengerti, mengubah strategi jika yang satu tidak bekerja, merencanakan, meramalkan hasil, memutuskan bagaimana menggunakan waktu dan melatih kembali informasi, menggunakan mnemonik dan mengatur bahan-bahan baru, dan membuat bahan itu lebih mudah untuk diingat.
Berdasarkan pernyataan di atas, kemampuan metakognitif bermanfaat
untuk menjadikan siswa berkembang menjadi pebelajar yang mandiri, karena
mendorong siswa menjadi manajer kelas atas dirinya sendiri. Kemampuan
metakognitif terkait dengan kemampuan berpikir tentang proses berpikir yang
melibatkan berpikir tingkat tinggi. Seseorang dengan kemampuan metakognitif
akan menjadikan orang tersebut pemikir yang lebih berhasil.
Flavell (Perfect dan Schwartz, 2002:224) menyatakan bahwa
“metacognition was defined as any knowledge or cognitive activity that takes as
its cognitive object, or that regulates, any aspect of any cognitive activity”
Metakognisi sebagai pengetahuan (knowledge) dan regulasi (regulation) pada
suatu aktivitas kognitif seseorang dalam proses belajarnya. Pengetahuan
metakognitif menurut Brown, Jacob dan Paris (Schraw dan Moshman,
1995:352), “mengetahui apa yang seseorang ketahui dan bagaimana seseorang
! " # $
pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, dan
pengetahuan kondisional. Peraturan metakognitif mengacu pada kegiatan
metakognitif yang dapat membantu seseorang mengontrol pemikiran atau
aktivitas belajar seseorang. Peraturan metakognitif terdiri dari lima komponen
yaitu perencanaan (planning), manajemen informasi (information management),
pengawasan (monitoring), perbaikan (debugging), dan evaluasi (evaluation)
(Schraw dan Moshman, 1995:354).
Flavell (Garrett, 2007:4) mengidentifikasikan tiga variabel yang
mempengaruhi metakognisi, yaitu variabel peserta didik (diri), variabel tugas,
dan variabel strategi. Dari variabel peserta didik (diri), Garrett (2007:4)
mengungkapkan bahwa peningkatan metakognitif dipengaruhi oleh perbedaan
individu. Variabel yang kedua atau variabel tugas mengacu pada kesulitan yang
ditemui dalam mengerjakan tugas pembelajaran. Terakhir variabel strategi,
metakognisi tergantung pada strategi-strategi yang diterapkan dalam belajar.
Berdasarkan perbedaan antar peserta didik (variabel diri), yang
mempengaruhi kemampuan metakognitif seperti gaya belajar dan motivasi
belajar. Gaya belajar atau learning style menurut James dan Blank (1993:47)
“defined learning styleas the complex method in which learners most efficiently
and most effectively perceive process, store and recall what they are trying to
learn”. Gaya belajar adalah suatu metode kompleks dimana siswa merasa paling
efisien dan efektif dalam menerima, memproses, menyimpan dan mengeluarkan
sesuatu yang dipelajari. Adapun gaya belajar menurut Honey dan Mumford
! " # $
menunjukkan cara belajar seseorang yang paling disukai”. Gaya belajar yang
digunakan dalam penelitian ini adalah gaya belajar menurut Peter Honey dan
Alan Mumford yang lebih dikenal dengan Honey&Mumford’s Learning Style.
Terdapat 4 jenis gaya belajar Honey dan Mumford yaitu gaya belajar
aktivis, teoris, pragmatis dan reflektor. Hutapea dan Thoha, (2008:112)
menambahkan ciri gaya belajar Honey dan Mumford, sebagai berikut:
a.Activists, yaitu gaya belajar orang yang bersifat terbuka, terfokus, antusias, menyukai tantangan, mudah mengambil keputusan dan berjiwa sosial. b.Theorists, yaitu gaya belajar orang yang logis, rasional, sistematis,
konseptual dan analitis logis.
c.Pragmatists, yaitu gaya belajar orang yang lebih suka memecahkan masalah, menyukai ide baru, senang bekerja dengan orang lain
d.Reflectors, yaitu gaya belajar orang yang lebih banyak pertimbangan, hati-hati, teliti, senang berada di bangku dan rendah diri.
Penelitian Carns dan Carrns (1991:346) menunjukkan bahwa gaya belajar
dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan metakognitif. Dari 118 siswa
kelas 4 yang didiagnosis gaya belajarnya, diperoleh hasil ujian yang
menunjukkan adanya peningkatan skor/nilai.
Gaya belajar Honey & Mumford menurut Coffield et al. (2004:145) pada
awalnya dikembangkan untuk digunakan dalam dunia bisnis. Di dalam suatu
organisasi, gaya belajar ini disesuaikan dengan pengalaman manajerial untuk
pengambilan keputusan atau pemecahan masalah dan diperuntukan bagi pelatihan
dan pengembangan staf. Dalam perkembangannya, sekolah maupun perguruan
tinggi telah menggunakan gaya belajar Honey & Mumford untuk membantu
siswa memahami bagaimana mereka belajar dan untuk mendorong siswa untuk
! " # $
dipilih subjek penelitian yang berasal dari siswa SMK program keahlian Bisnis
dan Manajemen (BISMEN).
Dari segi motivasi belajar, Davidson dan Sternberg (Garrett, 2007:4)
bahwa siswa lebih mudah untuk memantau pemahaman mereka tentang informasi
yang menarik bila terdapat motivasi bagi mereka. Motivasi sangat diperlukan
dalam pelaksanaan aktivitas manusia karena motivasi merupakan hal yang dapat
menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau
bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal (Hasibuan,
2001:141). Dorongan atau motivasi belajar tersebut bisa dirangsang dari luar
individu (ekstrinsik) maupun dari dalam individu (instrinsik). Guru perlu
mendorong siswa menerapkan strategi metakognisi, ini menjadi salah satu
implikasi diskusi, dan menyediakan peluang bagi siswa menerapkan apa yang
telah mereka pelajari di luar konteks pengajaran. Siswa juga perlu umpan balik
tentang seberapa baik mereka menerapkan sebuah strategi dan bagaimana
pemanfaatan strategi meningkatkan kinerja mereka.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa gaya dan motivasi
belajar dapat dijadikan panduan untuk menyokong dan membimbing siswa dalam
meningkatkan kemampuan metakognitifnya. Dari berbagai pemikiran di atas,
maka yang akan diteliti mengenai pengaruh gaya dan motivasi belajar terhadap
kemampuan metakognitif siswa dalam pembelajaran IPS di SMKN kelompok
! " # $
B. IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH
Permasalahan dalam penelitian adalah : Bagaimana Pengaruh Gaya Belajar
dan Motivasi Belajar terhadap Kemampuan Metakognitif Siswa?. Gaya belajar
dalam penelitian ini adalah gaya belajar model Honey&Mumford, yang terdiri
dari gaya belajar tipe activist, reflector, theorist dan pragmatist. Rumusan
masalah tersebut dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai
berikut :
1. Apakah gaya belajar activist berpengaruh terhadap kemampuan
metakognitif siswa?
2. Apakah gaya belajar reflector berpengaruh terhadap kemampuan
metakognitif siswa?
3. Apakah gaya belajar theorist berpengaruh terhadap kemampuan
metakognitif siswa?
4. Apakah gaya belajar pragmatist berpengaruh terhadap kemampuan
metakognitif siswa?
5. Apakah motivasi belajar berpengaruh terhadap kemampuan
metakognitif siswa?
6. Apakah keempat gaya belajar tipe activist, reflector, theorist,
pragmatist dan motivasi belajar berpengaruh terhadap kemampuan
! " # $
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh gaya belajar activist terhadap
kemampuan metakognitif siswa.
2. Untuk menganalisis pengaruh gaya belajar reflector terhadap
kemampuan metakognitif siswa.
3. Untuk menganalisis pengaruh gaya belajar theorist terhadap
kemampuan metakognitif siswa.
4. Untuk menganalisis pengaruh gaya belajar pragmatist terhadap
kemampuan metakognitif siswa.
5. Untuk menganalisis pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan
metakognitif siswa.
6. Untuk menganalisis pengaruh keempat gaya belajar tipe activist,
reflector, theorist dan pragmatist serta motivasi belajar terhadap
kemampuan metakognitif siswa.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini berusaha mengkaji pengaruh gaya dan motivasi belajar
terhadap kemampuan metakognitif siswa SMKN Se-Kota Bandung setelah
proses pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan siswa sebagai
persiapan memasuki dunia kerja dan menghadapi kehidupan yang
! " # $
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1) Diharapkan memberi sumbangan yang baik khususnya bagi sekolah
dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan kemampuan metakognitif siswa yang akan berdampak
pada keberhasilan proses belajar mengajar melalui identifikasi gaya
dan motivasi belajar siswa.
2) Dengan memiliki kemampuan metakognitif diharapkan alumni SMKN
! " # $ BAB III
METODE PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survey explanatory, yaitu penelitian
yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan instrumen
penelitian (angket) sebagai alat pengumpul data yang pokok, yang ditujukan
untuk menjelaskan pengaruh gaya belajar dan motivasi belajar terhadap
kemampuan metakognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas X di beberapa
SMKN Se-kota Bandung dengan unit analisa adalah siswa SMKN kelompok
Bisnis dan Manajemen.
Adapun analisis yang digunakan yaitu menggunakan analisis regresi dan
korelasi. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya kaitan
antara variabel yang telah ditentukan. Kemudian analisis regresi digunakan untuk
mengetahui apakah suatu variabel dapat dipergunakan untuk memprediksi
variabel-variabel lain.
Metode ini digunakan karena beberapa alasan di antaranya : 1) tidak semua
anggota populasi dijadikan sampel, 2) unit yang dianalisis bersifat individual,
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Mengingat masalah
yang diteliti adalah gejala sosial, maka dilakukan pendekatan analisis kuantitatif
yang didasarkan pada data statistik dan pendekatan analisis kualitatif yang
! " # $
diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan yang dapat diangkat ke taraf
generalisasi berdasarkan hasil-hasil pengolahan dan analisis data yang dilakukan.
B. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN
Penelitian akan dilaksanakan di beberapa SMKN Kelompok Bisnis dan
Manajemen (BISMEN) se-kota Bandung, terdiri dari SMKN 1 Bandung, SMKN 3
Bandung dan SMKN 11 Bandung. Ada beberapa alasan pemilihan subjek
penelitian, yaitu :
1. Sangat jarang penelitian pelajaran IPS di sekolah kejuruan, padahal pelajaran
IPS merupakan pelajaran Adaptif yang memegang peranan penting dalam
aplikasi di lapangan pekerjaan.
2. Dipilihnya siswa kelas X, karena mereka dinilai sudah cukup matang serta
memungkinkan siswa untuk berpikir abstrak yaitu salah satunya kemampuan
metakognitif pada mata pelajaran IPS.
C. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMKN di kota
Bandung kelompok Bisnis dan Manajemen tahun pelajaran 2011-2012 yang telah
! " # $ Tabel 3.1
Jumlah Siswa Kelas X SMKN Kota Bandung Kelompok Bisnis Dan Manajemen
Tahun Akademik 2011/2012
No. Nama
Sekolah
Kompetensi Keahlian Jumlah
Administrasi Perkantoran
Akuntansi Pemasaran
1. SMKN 1
BANDUNG
144 178 140 462
2. SMKN 3
BANDUNG
200 137 203 540
3 SMKN 11
BANDUNG
151 150 114 415
Jumlah Populasi 495 465 457 1417
Sumber: Data masing-masing sekolah
2. Sampel
Setiap anggota dari populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
terpilih menjadi anggota sampel, yaitu seluruh siswa kelas X SMKN kota
Bandung kelas X kelompok BISMEN yang telah memperoleh mata pelajaran IPS
dengan jumlah 1.417 orang. Untuk pengambilan sampel dari populasi agar
diperoleh sampel yang refresentatif dan mewakili, maka diupayakan setiap subjek
dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sugiyono,
(2002:73) yang dimaksud dengan sampel adalah ’bagian dari jumlah karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tertentu’.
Dalam suatu penelitian tidak mungkin semua populasi diteliti, dalam hal
ini disebabkan beberapa faktor, diantaranya keterbatasan biaya, tenaga dan waktu
yang tersedia. Oleh karena itu, peneliti diperkenankan mengambil sebagian dari
objek populasi yang ditentukan, dengan catatan bagian yang diambil tersebut
mewakili bagian lain yang tidak diteliti. Hal ini sejalan dengan pendapat
! " # $
Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dan, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu, sampel dari populasi harus benar-benar mewakili.
Dengan demikian sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari
populasi penelitian, yaitu sebagian siswa kelas X SMKN kota Bandung kelompok
BISMEN. Untuk menjawab berapa banyak ukuran sampel yang dibutuhkan dalam
penelitian ini, dilakukan teknik sampling. Salah satu teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling, yaitu memilih
sampel secara acak dari populasi sehingga semua unit analisis mendapat peluang
yang sama untuk dipilih, dengan alasan bahwa populasi siswa SMKN kota
Bandung kelompok BISMEN itu bersifat homogen. Untuk mendapatkan distribusi
normal dari kondisi penelitian yang sebenarnya maka peneliti mengambil 400
sampel dari keseluruhan populasi sebesar 1.417 orang.
Dari jumlah sampel 400 orang tersebut kemudian ditentukan jumlah
masing-masing sampel menurut sub bagian secara proportional random sampling
dengan rumus :
Dimana : ni = jumlah sampel stratum
n = Jumlah sampel seluruhnya
Ni = Jumlah populasi menurut stratum
N = Jumlah populasi seluruhnya
! " # $ Maka jumlah sampel untuk tiap-tiap SMK, sebagai berikut:
1. SMKN 1 Bandung = x 400= 131 orang
2. SMKN 3 Bandung = x400= 152 orang
3. SMKN 11 Bandung = x400= 117 orang
Berdasarkan perhitungan di atas, disajikan sebaran sampel penelitian pada
setiap program keahlian sebagai berikut.
Tabel 3.2
Sebaran Sampel Penelitian
No Nama
Sekolah
Kompetensi Keahlian Jumlah
Administrasi Perkantoran
Akuntansi Pemasaran
1. SMKN 1 BANDUNG
41 50 40 131 orang
2 SMKN 3 BANDUNG
56 39 57 152 orang
3 SMKN 11 BANDUNG
43 42 32 117 orang
Jumlah 140 131 129 400 orang
D. OPERASIONAL VARIABEL
Variabel menjadi sangat penting dalam kegiatan penelitian, variabel ini
merupakan alat dan sarana dalam melakukan pengukuran. Oleh sebab itu, untuk
setiap kegiatan penelitian menentukan variabel penelitian menjadi kunci
keberhasilan dalam suatu penelitian.Variabel penelitian merupakan segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
! " # $
Variabel bebas dalam penelitian ini diangkat berdasarkan pemikiran bahwa
variabel tersebut akan besar pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel
independen yang sering disebut dengan variabel bebas, stimulus, prediktor adalah
variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah gaya
belajar yang terdiri dari gaya belajar activist (X1.1), gaya belajar reflector (X1.2),
gaya belajar theorist (X1.3) dan gaya belajar pragmatist (X1.4) serta motivasi
belajar (X2). Variabel dependen sering juga disebut variabel terikat, kriteria,
konsekuen, merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena
adanya variabel independen, variabel dependen dalam penelitian ini adalah
kemampuan metakognitif.
Gambar 3.1
Hubungan Korelasional Antara Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
X1.1
Y
X2 X1.2
X1.3
! " # $ Keterangan :
X1.1 = Gaya Belajar Activist
X1.2 = Gaya Belajar Reflector
X1.3 = Gaya Belajar Theorist
X1.4 = Gaya Belajar Pragmatist
X2= Motivasi Belajar
Y = Kemampuan Metakognitif
Untuk memahami lebuh lanjut penelitian ini, perlu mengidentifikasikan
variabel secara operasional. Adapun definisi operasional yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Gaya Belajar merupakan sikap dan tingkah laku yang menunjukkan cara
belajar seseorang yang paling disukai (Honey dan Mumford, 1992:1). Gaya
belajar dalam penelitian ini yaitu model Honey dan Mumford :
a.Activist adalah pebelajar yang fleksibel, bosan dengan konsolidasi,
berpikiran terbuka, optimis terhadap perubahan, bertindak tanpa
persiapan, cepat mengambil keputusan, mengambil risiko yang tidak
perlu, tidak menolak/terbuka terhadap perubahan, menyukai tantangan,
berjiwa, bekerja sama dengan orang lain dan ‘siap menghadapi kesulitan
yang menantang’.
b.Reflector yaitu orang yang belajar dengan hati-hati, teliti, lebih banyak
pertimbangan, pendengar yang baik, bagian dari partisipasi, metodis,
tidak melompat ke kesimpulan, lambat untuk memutuskan, menyeluruh
! " # $
c.Theorist, yaitu orang yang lebih suka memahami teori terlebih dahulu,
berdisiplin, tidak toleran terhadap subjektif, logis, tidak suka
ketidakpastian dan ambiguitas, perfeksionis, rasional, sistematis,
konseptual, dibatasi dalam pemikiran yang lateral, analitis logis.
d.Pragmatist, yaitu tipe pembelajar yang biasanya lebih tertarik cara
menerapkan ide ke dalam praktis, tidak sabar dengan diskusi yang terlalu
lama dan teori yang terlalu banyak, praktis, realistis, menyukai ide baru,
tolak ide tanpa aplikasi yang jelas, suka memecahkan masalah dengan
solusi yang paling jelas, tugas dan teknik terfokus, senang bekerja
dengan orang lain.
2. Motivasi Belajar merupakan dasar penggerak yang mendorong aktivitas
belajar, terdiri dari 3 komponen menurut Pintrich dan Schunk (Smart,
2002:87) yang terdiri dari :
a.Komponen nilai (value component) yaitu keyakinan tentang pentingnya
nilai (kegunaan) dari tugas belajar.
1) Intrinsic goal orientation menyatakan sejauh mana siswa merasakan
dirinya untuk berpartisipasi dalam tugas belajar untuk alasan seperti
tantangan, rasa ingin tahu, penguasaan.
2) Extrinsic goal orientation menyatakan sejauh mana siswa merasakan
dirinya untuk berpartisipasi dalam tugas untuk alasan seperti nilai,
! " # $
3) Nilai (kegunaan) tugas (task value) mengacu pada evaluasi siswa dari
seberapa menarik, seberapa penting, dan bagaimana kegunaan tugas
belajar.
b.Komponen harapan (expectancy component) yaitu keyakinan seseorang
tentang kemampuan atau keterampilan untuk mengerjakan tugas.
1) Kontrol keyakinan belajar (control of learning beliefs) mengacu pada
keyakinan siswa bahwa dengan belajar akan menghasilkan hasil yang
positif.
2) Efikasi diri untuk belajar dan kinerja mengacu pada keyakinan
individu tentang kemampuan kinerjanya dalam menguasai tugas
belajar.
c.Komponen afektif (affective component) yaitu perasaan tentang diri, atau
reaksi emosional dalam melaksanakan tugas belajar.
3. Kemampuan Metakognitif menurut Ridley et al. (1992:294) merupakan
kemampuan seseorang dalam mengontrol proses belajarnya, mulai dari
tahap perencanaan, memilih strategi yang tepat sesuai masalah yang
dihadapi, kemudian memonitor kemajuan dalam belajar dan secara
bersamaan mengoreksi jika ada kesalahan yang terjadi selama memahami
konsep, menganalisis keefektifan dari strategi yang dipilih. Kemampuan
metakognitif menurut Schraw dan Moshman (1995) yang terdiri dari
! " # $
a. Metacognitive knowledge adalah mengetahui apa yang orang ketahui
dan bagaimana orang belajar serta mengingat. Metacognitive knowledge
terdiri dari tiga elemen yaitu
1) pengetahuan deklaratif (declarative knowledge), menunjukkan
seberapa besar pengetahuan siswa tentang ketrampilannya,
kemampuan intelektualnya, dan kecakapannya sebagai seorang
pembelajar.
2) Pengetahuan prosedural (procedural knowledge) menunjukkan
seberapa besar pengetahuan mahasiswa tentang bagaimana
mengimplementasikan prosedur belajar (strategi belajar).
3) Pengetahuan kondisonal (conditional knowledge) mengacu pada
mengetahui kenapa dan kapan menggunakan strategi belajar.
b. Metacognitive regulation merupakan aktivitas-aktivitas seseorang untuk
mengontrol fungsi kognitif seseorang. Metacognitive regulation terdiri
dari lima elemen yaitu :
1) Perencanaan (planning) menunjukkan seberapa baik perencanaan,
penetapan tujuan, dan pengalokasian sumber daya sebelum belajar.
2) Manajemen informasi (information management) menunjukkan
seberapa baik keterampilan dan urutan strategi yang digunakan
siswa untuk memproses informasi secara efisien (misalnya
pengorganisasian, penjabaran, peringkasan, pemfokusan).
3) Pengawasan (monitoring) menunjukkan seberapa baik siswa
! " # $
4) Perbaikan (debugging) menunjukkan seberapa baik strategi-strategi
yang digunakan siswa untuk memperbaiki kesalahan pemahaman
dan performa belajar.
5) Evaluasi (evaluation) menunjukkan seberapa baik siswa
menganalisa atau mengevalusi keberhasilan dan efektifitas strategi
belajar mereka setelah serangkaian proses belajar.
Operasional masing-masing variabel diuraikan sebagai berikut:
Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel
No. Variabel Dimensi Indikator No. Soal
1. Gaya Belajar
1. Activist Fleksibel, bosan dengan konsolidasi, berpikiran terbuka, optimis terhadap perubahan, bertindak tanpa persiapan, cepat mengambil tindakan yang jelas (cepat mengambil keputusan), mengambil risiko yang tidak perlu, tidak menolak/terbuka terhadap perubahan, menyukai tantangan, berjiwa sosial
1, 2, 9, 10, 17, 18, 25, 26, 33, 34, 41, 42, 49, 50, 57, 58, 65, 66, 73, 74
2. Reflector Hati-hati, teliti, lebih banyak pertimbangan, pendengar yang baik, bagian dari partisipasi, metodis, tidak melompat ke kesimpulan, lambat untuk memutuskan, menyeluruh dan bijaksana, senang berada di bangku dan rendah diri
3, 4, 11 12, 19, 20, 27, 28, 35, 36, 43, 44, 51 52, 59, 60, 67, 68, 75, 76
3. Theorist Berdisiplin, tidak toleran terhadap subjektif, ide intuitif ; logis, tidak suka ketidakpastian dan ambiguitas, perfeksionis, rasional, sistematis, konseptual, dibatasi dalam pemikiran yang lateral, analitis logis
5, 6, 13, 14, 21, 22, 29, 30, 37, 38, 45, 46, 53 54, 61, 62, 69, 70, 77, 78,
4. Pragmatist Tidak sabar dengan diskusi yang terlalu lama dan teori yang terlalu banyak, tertarik menguji hal-hal dalam praktik, praktis, realistis, menyukai ide baru, tolak ide tanpa aplikasi yang jelas, suka memecahkan masalah dengan solusi yang paling jelas, tugas dan teknik terfokus, senang bekerjasama
! " # $ 2. Motivasi
Belajar
1.Komponen Nilai (Value Component)
a) Orientasi Tujuan Intrinsik: sejauh mana siswa merasakan dirinya untuk berpartisipasi dalam tugas untuk alasan seperti tantangan, rasa ingin tahu, penguasaan.
b) Orientasi Tujuan Ektrinsik: berpartisipasi dalam tugas untuk alasan seperti nilai, penghargaan, kinerja, evaluasi oleh orang lain dan persaingan. c) Nilai Tugas: mengacu pada evaluasi
siswa tentang seberapa menarik, seberapa penting, dan bagaimana kegunaan dari tugas belajar
1, 16, 22, 24
7, 11, 13, 30
4, 10, 17, 23, 26, 27
2.Komponen Harapan (Expectancy Components)
a) Kontrol Keyakinan Belajar
b) Efikasi Diri dalam Belajar dan Kinerja: keyakinan dan kepercayaan diri siswa tentang kemampuan kinerjanya dalam menguasai tugas belajar.
2, 9, 18, 25 5, 6, 12, 15, 20, 21, 29, 31
3.Komponen Afektif (Affective Component)
a) Tes Kecemasan: meliputi reaksi emosional siswa dalam melakukan tugas dan kinerja mereka (yaitu, kecemasan, kebanggaan, rasa malu) dan komponen emosional mereka akan kebutuhan dalam hal harga diri, aktualisasi diri.
3, 8, 14, 19, 28
3. Kemamp uan Metakog nitif
1. Pengetahuan Metakognisi
a) Pengetahuan deklaratif
b) Pengetahuan prosedural
c) Pengetahuan Kondisional
5, 10, 12, 16, 17, 20, 32, dan 46
3, 14, 27, dan 33
15, 18, 26, 29, 35
2. Regulasi metakognisi
a) Perencanaan (planning)
b) Manajemen informasi (information management)
c) Pengawasan (monitoring)
d) Perbaikan (debugging)
e) Evaluasi (evaluation)
4, 6, 8, 22, 23, 42, dan 45
9, 13, 30, 31, 37, 39, 41, 43, 47, dan 48
1, 2, 11, 21, 28, 34, dan 49
! " # $
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data dalam
menjawab pertanyaan dan hipotesis penelitian. Instumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tes Gaya Belajar menggunakan Learning Styles Questionnaire (LSQ)
yang dikembangkan oleh Peter Honey dan Alan Mumford. Terdiri dari 80
pertanyaan tentang gaya belajar activist, reflector, theorist, dan pragmatist.
2. Kuesioner tentang motivasi belajar yaitu MSLQ (Motivated Strategies for
Learning Questionaire) yang dikembangkan oleh Paul R. Pintrich, David
A.F. Smith, Teresa Garcia dan Wilbert J. McKeachie yang terdiri
pertanyaan untuk motivasi belajar dan strategi belajar sebanyak 81
pertanyaan. Pada penelitian ini, hanya menggunakan instrumen untuk
motivasi belajar saja sebanyak 31 pertanyaan yang memuat pertanyaan
mengenai komponen motivasi belajar (value components, expectancy
components dan affective components).
3. Tes kemampuan metakognitif menggunakan Metacognitive Awareness
Inventory (MAI) yang telah banyak digunakan dalam penelitian-penelitian
sebelumnya tentang metakognitif, dan telah dialih bahasakan ke dalam
Bahasa Indonesia. MAI dirancang oleh Schraw dan Dennison pada tahun
1994, terdiri dari 52 item pertanyaan yang memasukkan delapan
komponen metakognitif yang diklasifikasikan ke dalam dua kategori besar
! " # $
a. Pengetahuan kognisi (Knowledge of cognition/ Metacognitive
knowledge) terdiri dari: pengetahuan deklaratif (declarative
knowledge), pengetahuan prosedural (procedural knowledge),
pengetahuan kondisional (conditional knowledge).
b. Peraturan kognisi (Regulation of cognition/Metaregulation), terdiri
dari: perencanaan (planning), manajemen informasi (information
management), pengawasan (monitoring), perbaikan (debugging),
evaluasi (evaluation).
F. ANALISIS INSTRUMEN
Sebelum instrumen digunakan dalam kegiatan penelitian, terlebih dahulu
dilakukan uji instrumen terhadap kelompok siswa dari populasi yang bukan
merupakan bagian dari sampel penelitian. Uji instrumen dilakukan dengan
menggunakan SPSS versi 18 for window. Hasil uji coba instrumen pada penelitian
ini disajikan pada tabel di bawah ini.
1. Validitas Tes
Uji validitas dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 18 for
windows. Kriteria pengujian item instrumen dianggap valid jika nilai r lebih besar
dari 0,3. Berdasarkan hasil perhitungan SPSS yang terdapat dalam lampiran,
diketahui bahwa semua item soal yang terdapat pada angket gaya belajar, motivasi
belajar dan kemampuan metakognitif dinyatakan valid. Dengan demikian semua
! " # $ 2. ReliabilitasTes
a. Honey & Mumford’s Leaning Style Questionnaire (LSQ) :
Reliabilitas tes dilakukan dengan bantuan software SPSS Versi 18 for
Windows. Berdasarkan hasil uji coba instrumen Honey & Mumford’s Leaning
Style Questionnaire (LSQ) pada 150 responden diperoleh ringkasan sebagai
[image:32.595.100.527.226.771.2]berikut :
Tabel 3.4
Ringkasan Hasil Ujicoba Realibilitas InstrumenHoney & Mumford’s Leaning Style
Scale LSQ Manual
Cronbach alpha α=0,878
Hasil Uji Cronbach alpha
α= 0,961
1. Activist 0,683 0,843
2. Reflector 0,721 0,840
3. Theorist 0,712 0,851
4. Pragmatist 0,691 0,848
Sumber: Honey&Mumford (Efe et al, 2011:203) Hasil Perhitungan SPSS
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa instrumen ini valid dan reliabel
dan masing-masing item sebanyak 80 butir pun semuanya reliabel di atas 0,6.
Untuk lebih jelasnya mengenai hasil uji reliabilitas dapat dilihat di lampiran.
b. Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ)-Paul Pintrich
Tabel 3.5
Hasil Ujicoba Realibilitas Instrumen Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ)
Scale MSLQ Manual
(α)
Hasil Uji α=0,914 1. Intrinsic Goal
Orientation
0,74 0,671
2. Extrinsic Goal Orientation
0,62 0,616
! " # $ 4. Control of Learning
Beliefs
0,68 0,651
5. Self-Efficacy for Learning & Performance
0,93 0,784
6. Test Anxiety 0,80 0,744
Sumber: Pintrich et al (1991:9-15) Hasil Perhitungan SPSS
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa masing-masing item
yang terdapat dalam instrumen Motivated Strategies for Learning Questionnaire
(MSLQ) sebanyak 31 butir diketahui semuanya reliabel di atas 0,6. Untuk lebih
jelasnya mengenai hasil uji reliabilitas dapat dilihat di lampiran.
[image:33.595.100.527.240.678.2]c. Metacognitive Awareness Inventory (MAI)
Tabel 3.6
Hasil Ujicoba Realibilitas Instrumen Metacognitive Awareness Inventory (MAI)
Scale MAI Manual
α = 0,90
Hasil Uji α =0,930 1. Declarative
knowledge
PENGETAHUAN METAKOGNISI α =0,88
REGULASI METAKOGNISI α = 0,81
2. Procedural knowledge 3. Conditional
knowledge
4. Planning REGULASI METAKOGNISI
α = 0,91
α = 0,90
5. Information management strategies 6. Comprehension
monitoring
7.Debugging strategies
8. Evaluation
Sumber: Schraw and Dennison (1994:460) Hasil Perhitungan SPSS
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa masing-masing item
! " # $
sebanyak 52 item semuanya reliabel di atas 0,6. Untuk lebih jelasnya mengenai
hasil uji reliabilitas dapat dilihat di lampiran.
3. Uji Normalitas
[image:34.595.119.508.240.618.2]Hasil uji normalitas variabel dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3.2
Hasil Uji Normalitas Variabel
Berdasarkan gambar hasil uji normalitas di atas, terlihat bahwa semua
butir instrumen dalam penelitian ini terletak digaris/mendekati garis diagonal,
sehingga dapat diartikan bahwa distribusi data butir instrumen penelitian ini
adalah berdistribusi normal.
4. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dapat diketahui dari nilai VIF (Variance Inflation
Factor) untuk masing-masing prediktor. Persayaratan dikatakan terbebas dari
permasalahan multikolinearitas, apabila nilai VIF prediktor tidak melebihi nilai 5.
Dengan bantuan software SPSS versi 18,0 for windows, didapat tabel sebagai
! " # $ Tabel 3.7
Uji Multikolineritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Gaya Belajar Activist 0,88 1,13
Gaya Belajar Reflector 0,85 1,17
Gaya Belajar Theorist 0,74 1,34
Gaya Belajar Pragmatist 0,75 1,33
Motivasi Belajar 0,96 1,04
a. Dependent Variable: Kemampuan Metakognitif
Sumber: Hasil Perhitungan SPSS
Berdasarkan tabel di atas, nilai VIF (Variance Inflation Factor) untuk
masing-masing prediktor tidak melebihi nilai 5. Dengan demikian, dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak terjadi permasalahan multikolinearitas.
G. TEKNIK PENGUJIAN DATA
Untuk menghasilkan kesimpulan akhir dari hasil penelitian, data yang
dihasilkan selanjutnya dianalisis dan diinterpretasikan. Untuk keperluan analisis
dan pengujian hipotesis, jika ada data yang bersifat ordinal diubah terlebih dahulu
ditransformasikan menjadi skala interval sehingga data dapat segera dianalisis.
Teknik pengolahan data selain menggunakan SPSS, juga dilakukan dengan
manual baik dalam pemberian skor, mentabulasi data maupun
perhitungan-perhitungan seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian dan juga
perhitungan ukuran statistik seperti rata-rata, simpangan baku serta varians. Jenis
statistik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian ini adalah statistik
! " # $ 1. Analisis Regresi Linier Ganda (Multiple Regression)
Teknik pengujian data yang digunakan dalam penelitian adalah metode
analisis regresi berganda (Multiple Regression). Analisis regresi linier ganda
adalah satu analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas (X) atau
lebih terhadap variabel terikat (Y) untuk membuktikan ada atau tidaknya
hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih. Teknik pengujian data
dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 18.
2. Uji Hipotesis
Sebelum menguji hipotesis dilakukan uji normalitas dengan
mengunakan statistik dengan bantuan SPSS versi 18 for windows. Dilakukan
uji multikolonearitas atau kondisi dimana terdapat hubungan linear di antara
variabel gaya belajar dan motivasi belajar.
Menguji hipotesis digunakan teknik statistik bantuan SPSS versi 18 for
windows. Untuk melihat hipotesis yang diajukan terbukti/diterima atau tidak
terbukti/ditolak, maka menggunakan uji t. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Apabila > , maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
artinya hipotesis terbukti.
2) Apabila < maka Ho diterima dan Ha ditolak yang
artinya hipotesis tidak terbukti
Dan pengujian signifikasi koefisien korelasi ganda dengan
membandingkan nilai Freg yang diperoleh dari perhitungan dengan nilai Freg
dari tabel, apabila Freg hasil perhitungan > F reg tabel, maka hipotesis nol
! " # $ BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh gaya
belajar dan motivasi belajar dalam mata pelajaran IPS yang telah dilakukan di
SMKN Kelompok BISMEN se-kota Bandung dengan sampel siswa dari tiga
sekolah kelas X, maka diperoleh rangkuman sebagai berikut:
1. Gaya belajar yang terdiri dari gaya belajar activist, reflector, theorist dan
pragmatist serta motivasi belajar secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh signifikan terhadap kemampuan metakognitif siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat gaya belajar dan motivasi belajar dalam
pembelajaran IPS mempengaruhi tingkat kemampuan metakognitif siswa.
2. Gaya belajar activist tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan
metakognitif. Artinya gaya belajar activist tidak akan meningkatkan
kemampuan metakognitif siswa.
3. Gaya belajar reflector berpengaruh signifikan terhadap kemampuan
metakognitif siswa. Hal ini menunjukkan semakin tinggi gaya belajar
reflector akan meningkatkan kemampuan metakognitif siswa.
4. Gaya belajar theorist berpengaruh signifikan terhadap kemampuan
metakognitif siswa. Hal ini menunjukkan semakin tinggi gaya belajar theorist
! " # $
5. Gaya belajar pragmatist berpengaruh signifikan terhadap kemampuan
metakognitif siswa. Hal ini menunjukkan semakin tinggi gaya belajar
pragmatist akan meningkatkan kemampuan metakognitif siswa.
6. Motivasi belajar berpengaruh signifikan terhadap kemampuan metakognitif
siswa. Hal ini menunjukkan semakin tinggi motivasi belajar akan
meningkatkan kemampuan metakognitif siswa.
Berdasarkan rangkuman di atas, maka kesimpulan penelitian sebagai
berikut:
Kemampuan metakognitif merupakan kemampuan siswa dalam
mengontrol proses belajarnya, mulai dari tahap perencanaan, memilih strategi
yang tepat sesuai masalah yang dihadapi, kemudian memonitor kemajuan dalam
belajar dan secara bersamaan mengoreksi jika ada kesalahan yang terjadi selama
memahami konsep, menganalisis keefektifan dari strategi yang dipilih.
Kemampuan metakognitif siswa SMKN kelompok BISMEN di Kota Bandung
berada pada kategori sedang. Berdasarkan karakteristik demografi responden
menunjukkan tidak ada perbedaan skor kemampuan metakognitif karena
mempunyai rerata yang setara, hal ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan
metakognitif tidak bergantung pada jenis kelamin, asal sekolah, program keahlian,
asal SMP, maupun latarbelakang orang tua.
Dilihat gaya belajar, kemampuan metakognitif siswa SMKN kelompok
BISMEN kota Bandung lebih besar dipengaruhi oleh gaya belajar tipe theorist
dibandingkan gaya belajar tipe reflector dan pragmatist. Pebelajar tipe theorist
! " # $
metakognitifnya. Pada gaya belajar activist tidak memberikan kontribusi terhadap
kemampuan metakognitif, hal ini dikarenakan karakteristik pebelajar tipe activist
yang senang bertindak tanpa persiapan (sembrono), bosan dengan konsolidasi,
suka mengambil risiko yang tidak penting, cepat mengambil keputusan tidak
sejalan dengan kemampuan metakogninitif yang penuh dengan perencanaan,
pengorganisasian strategi belajar, pemonitoran kemajuan belajar dan analisa
keefektifan strategi belajar, hal ini menyebabkan kemampuan metakognitif tidak
menunjukkan adanya suatu perubahan bagi pebelajar activist.
Berdasarkan fakta di lapangan motivasi belajar IPS berada pada kategori
tinggi namun memberikan pengaruh yang paling rendah terhadap kemampuan
metakognitif, hal ini dikarenakan motivasi belajar hanya sebagai penggerak dalam
memudahkan siswa memantau pemahamannya tentang informasi yang menarik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan metakognitif siswa tidak terlatih
dengan baik melalui motivasi belajar IPS. Motivasi belajar hanya mendorong
siswa untuk meningkatkan hasil belajar.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan sebagaimana diuraikan di atas, maka dapat
dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Diharapkan siswa dapat menilai kemampuannya masing-masing dalam
belajar. Peran guru sangatlah penting dalam menginformasikan rencana
pembelajaran kepada siswa, memberikan arahan, bimbingan dengan
! " # $
materi yang sedang dipelajari dengan memperhatikan kebutuhan siswa sesuai
dengan gaya belajarnya dan senantiasa memberikan motivasi untuk belajar.
2. Diharapkan pebelajar tipe activist terlibat dalam merencanakan, memantau
dan mengevaluasi apa yang telah mereka pelajari untuk meningkatkan
kemampuan metakognitif.
3. Siswa yang menyukai gaya belajar reflector lebih banyak waktu untuk
mengamati sebelum mereka bereaksi. Diharapkan guru berperan dalam
mengakomodasi gaya belajar siswa sebagai penyedia informasi serta
memberikan fakta-fakta bagi mereka.
4. Dalam penelitian ini, pembelajar yang memiliki gaya tipe theorist walaupun
mampu mengintegrasikan teori-teori yang kompleks ke dalam pengamatan
secara logis namun kurang optimal dalam mengingat informasi. Oleh karena
itu, tugas guru sebagai motivator berperan dalam merumuskan alasan dan
memberikan rasional belajar yang terkait dengan kehidupan belajar mereka
dan relevansinya.
5. Diharapkan pebelajar tipe pragmatist yang menyukai kegunaan dan
penerapan praktis dalam belajar lebih mengembangkan kemampuannya
melalui uji coba, seperti eksperimen dan pemecahan masalah. Oleh karena
itu, tugas guru sebagai fasilitator lebih mendorong mereka dalam melakukan
eksperimen.
6. Motivasi belajar IPS siswa SMKN berada pada kategori tinggi namun
memberikan pengaruh paling rendah terhadap kemampuan metakognitif.
! " # $
memberikan motivasi dalam belajar guna mengembangkan kemampuan
metakognitif siswa agar siswa dapat mencapai keberhasilan dalam belajar.
7. Bagi perusahaan dapat menggunakan alat ukur gaya belajar, motivasi belajar
serta kemampuan metakognitif untuk mencari lulusan SMK yang cerdas,
mempunyai motivasi yang tinggi dan memiliki gaya belajar sesuai dengan
kebutuhan perusahaan.
8. Penelitian ini hanya mengetahui sampai seberapa besar pengaruh gaya dan
motivasi belajar terhadap kemampuan metakognitif siswa. Hal ini disebabkan
oleh keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka diharapkan kepada peneliti
! " # $ DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (2009). Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Carns, A.W. & Carns, M.R. (1991). Teaching Study Skills, Cognitive Strategiesand School Metacognitive Skills through Self-Diagnosed Learning Styles. Counselor. 38(5): 341– 346.
Coffield, F., et al. (2004). Learning Style and Pedagogy in post-16 Learning A Systematic and Critical Review. London:Cromwell Press Ltd.
Corbin, B. (2008). Unleashing the Potential of the Teenage Brain: 10 Powerful Ideas. United States of America: Cowrin Press.
Costa, A.L. (2001). Develovment Mind: A Resoursce Book or Teaching Thinking. Alexandria:ASCD.
Darsono, M. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang:CV.IKIP Semarang Press.
Depdiknas. (2004). Pedoman Akademik. Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia.
DePorter, B. dan Hernacki, M. (2003). Quantum Learning. Bandung:Kaifa.
Djiwandono, S. E. W. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo.
Efe, R. et.al. (2011). Science Student Teacher’s Preferences for Ways Learnings:Differences and Similiarities. Educational Research and Reviews Vol. 6(2), pp. 201-207. Turkey.
Garrett, J. (2007). Assessing Students' Metacognitive Skills. Am J Pharm Educ vol 71(1). America: American Association of Colleges of Pharmacy.
Hasibuan, M. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: BumiAksara.
Honey, P. & Mumford, A. (1992). The Manual of Learning Styles (3rd ed.). Maidenhead, UK: Peters Honey.
Honey, P. & Mumford, A. (2006). Learning Styles Questionnaire: 80 Item Version. London: Peter Honey. Publications.
! " # $
James, W. B., & Blank, W. E. (1993). Review and critique of available learningstyle instruments for adults. In D. Flannery (Ed.), Applying cognitive learning styles. San Francisco: Jossey-Bass.
Jarwaty, J. (2010). Kontribusi Gaya Belajar Mahasiswa Dan Kinerja Mengajar Dosen Terhadap Efektivitas Pembelajaran (Studi Analitik Deskriptif Pada Mahasiswa Jurusan Kebidanan Karawang Poltekkes Kemenkes Bandung). Tesis UPI. Bandung:Tidak Diterbitkan.
Lestari, Malida P. A. (2010). Pengaruh Motivasi, Minat, dan Kebiasaan Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi di SMAN Se-Kota Cirebon. Skripsi. UPI:Tidak Diterbitkan.
Molloy, A. (2007). Sukses Bukan Mimpi. Bogor:Raih Asa Sukses.
Nasution. (2003). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:Bui Aksara.
NCSS. (1992). Curriculum Standards for Social Studies. Washington:United States of America.
Nindisari, H. (2004). Pembelajaran Metakognitif untuk Meningkatkan Pemahaman dan Koneksi Matematika Siswa SMU Ditinjau dari Perkembangan Kognisi Siswa. Tesis UPI Bandung:Tidak Dipublikasikan.
Numan, S. M. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Nurdin. 2007. Model Pembelajaran Matematika yang Menumbuhkan Kemampuan Metakognitif untuk Menguasai Bahan Ajar. Disertasi. Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.Tidak diterbitkan
Ormrod, J.E. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Perfect, Timothy J. & Schwartz, Bennett L. (2002). Applied Metacognition. United Kingdom: The Press Syndicate of the University of Cambrige.
Pheiffer, G., Holley, D. & Andrew, D. (2005). Developing Thoughtful Students:Using Learning Styles in an HE Context. Education and Training. 47(6): 422– 431.
Pintrich, P. et al. (1991). A Manual for the Use of The Motivated Strategies for Learning Queationaire (MSLQ). Michigan: The Regents of The University of Michigan.
! " # $
Ridley, D.S. et al. (1992). Self-Regulated Learning: The Interactive Influence Of Metacognitive Awareness And Goal-Setting. Journal of Experimental Education 60 (4), 293-306.
Sardiman, A.M. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Samuels, S. J. et al. (2005). Role of Automaticity in Metacognition Literacy Instruction. Handbook. New Jersey:University of Minnesota Twin Cities. Page 41-49.
Schraw, G. & Moshman, D. (1995). Metacognitive Theories. Educational Psychology Review 7:4 , pp. 351-371. Linclon :University Nebraska.
Schraw, G. dan Dennison, R. S.. (1994). Assessing metacognitive awareness. Contemporary Educational Psychology 19: 460-475. Linclon :University Nebraska.
Schraw, G. (1994). The effect of metacognitive knowledge on local and global monitoring. Contemporary Educational Psychology 19: 143-154. Linclon:University Nebraska.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Smart, John C. (2002). Higher Education: Handbook Of Theory And Research.Volume XVII. New York: Agathon Press.
Sugiyono. (2002). Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Angkasa.
Susilo, J. (2009). Sukses dengan Gaya Belajar. Yogyakarta : Pinus.
Sutikno, M. S. S. (2009). Menuju Pendidikan Bermutu. Mataram: NTP Press.
Suzana, Y. (2003). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Mateatika Siswa SMU melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif. Tesis UPI Bandung:Tidak Diterbitkan.
Syamsuddin, M. A. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung:PT Remaja Rosda Karya.
! " # $
Zaki, M. (2009). Pengaruh Strategi Metakognitif Melalui Pemahaman Awal Terhadap Hasil Ketuntasan Belajar Ekonomi Siswa Kelas X Man Pemalang. Skripsi Universitas Negeri Malang: Tidak Dipublikasikan.
Sumber Internet:
AEC. (2002). Kuesioner Gaya Belajar. Dalam Catatan Peserta Modul 1. Bride Project. [Online], Tersedia:http://www.scribd.com/doc/16648679/12-115-Learning-Styles-Question-Are-Ind. [21 Januari 2012].
BNSP. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMK/MAK. [Online], Tersedia: http://litbang.kemdikbud.go.id/content/ BUKUST~1(5).pdf. [Diakses 30 Januari 2012].
Fuady, A. (2011). Gaya Belajar. [Online]. Tersedia:
http://airkonsultan.blogspot.com/ 2011/06/gaya-belajar.html. [21 Januari 2012].
Huitt, W.G. (1997). Metacognition. [Online], Tersedia: http://Chiron.valdosa.edu/whuitt/.col/cogsys/metacogn.html. [5 Oktober 2011].
Livingston, J. A. (1997). Metacognition:An Overview. [Online]. Tersedia: http://gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/metacog.htm. [21 Januari 2012].
Penger, S. dan Tekavcic, M. (2009). Testing Dunn & Dunn’s And Honey & Mumford’s Learning Style Theories: The Case Of The Slovenian Higher Education System. Management, Vol. 14, 2009, 2, pp. 1-20. [Online], Tersedia: http://www.efst.hr/management/Vol14No2-2009/1-Penger_Tekavcic.pdf. [3 Maret 2012].