• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GAYA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMKN KELOMPOK BISNIS DAN MANAJEMEN SE-KOTA BANDUNGIPS DI SMKN KELOMPOK BISNIS DAN MANAJEMEN SE-KOTA BANDUNGPENGARUH GAYA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH GAYA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMKN KELOMPOK BISNIS DAN MANAJEMEN SE-KOTA BANDUNGIPS DI SMKN KELOMPOK BISNIS DAN MANAJEMEN SE-KOTA BANDUNGPENGARUH GAYA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAM"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

! " # $ DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi dan Rumusan Masalah... 8 C. Tujuan Penelitian... 9 D. Manfaat Penelitian... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 11 A. Kajian Pustaka... 11

1. Kemampuan Metakognitif... 11

(2)

! " # $

3. Motivasi Belajar... 34

4. Pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)... 42

B. Penelitian Terdahulu... 44

C. Kerangka Pemikiran... 46

D. Hipotesis Penelitian... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 51

A. Metode Penelitian... 51 B. Lokasi dan Subjek Penelitian... 52

C. Populasi dan Sampel... 52 D. Operasional Variabel... 55 E. Instrumen Penelitian... 63 F. Analisis Instrumen... 64 G. Teknik Pengujian Data... 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 70

A. Gambaran

Umum Lokasi Penelitian...

70

(3)

! " # $

Demografi Responden...

C. Analisis

Deskriptif Variabel Penelitian...

77

D. Uji

Hipotesis...

99

E. Pembahasan

Hasil Penelitian...

108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 127

A. Kesimpulan

...

127

B. Saran

...

129

DAFTAR PUSTAKA ... ... 132

(4)

! " # $ DAFTAR TABEL

No. Tabel

2.1. Kemampuan Pelajar Menurut David Kolb ...

Halaman

24

2.2. Karakteristik Gaya Belajar Honey&Mumford ... 28

2.3 Aktivitas yang Mendukung Gaya Belajar Honey&Mumford. ... 30

3.1 Jumlah Siswa Kelas X SMKN Kota .Bandung Kelompok BISMEN Tahun Akademik 2011/2012 ... 53 3.2 Sebaran Sampel Penelitian ... 55

3.3 Operasonalisasi Variabel ... 61

3.4 Ringkasan HasilUjicoba Realibilitas Instrumen Honey&Mumford’s Learning Style ... 65 3.5 Ringkasan HasilUjicoba Realibilitas Instrumen Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) ... 65 3.6 Ringkasan HasilUjicoba Realibilitas Instrumen Metacognitive Awareness Inventory (MAI) ... 66 3.7 Uji Multikolinearitas... 68

4.1 Deskripsi Demografi Responden... 74

4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian... 77

4.3 Korelasi Silang... 78

4.4 Demografi Responden Berdasarkan Tipe Gaya Belajar ... 80

(5)

! " # $

4.6 Distribusi Frekuensi Skor Gaya Belajar Tipe Reflector ... 84

4.7 Distribusi Frekuensi Skor Gaya Belajar Tipe Theorist. ... 85

4.8 Distribusi Frekuensi Skor Gaya Belajar Tipe Pragmatist... 86

4.9 Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar ... 87

4.10 Skor Rata-Rata Sub Variabel Motivasi Belajar Siswa ... 89

4.11 Demografi Responden Berdasarkan Motivasi Belajar. ... 91

4.12 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Metakognitif. ... 93

4.13 Skor Rata-Rata Sub Variabel Kemampuan Metakognitif Siswa. ... 94

4.14 Demografi Responden Berdasarkan Kemampuan Metakognitif ... 96

4.15 Uji Koefisien Regresi Secara bersama-sama (Uji F). ... 100

4.16 Uji Regresi Ganda ... 101

(6)

! " # $ DAFTAR GAMBAR

No. Gambar

2.1. Gaya Belajar Kolb ...

Halaman

25

2.2. Kerangka berpikir... 49

3.1. Hubungan Korelasional Antara Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen ... 56 3.2 Hasil Uji Normalitas... 67

4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Gaya Belajar ... 79

4.2 Rata-Rata Motivasi Belajar ... 90

4.3 Motivasi Belajar Berdasarkan Sekolah... 92

4.4 Rata-Rata Kemampuan Metakognitif ... 95

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Metakognitif Pada

Masing-Masing SMK...

(7)

! " # $ DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

1. ...

Instrumen Penelitian...

Halaman

136

2. ...

Uji Validitas dan Realibilitas...

144

3. ...

Output Multiple Linear Regresion...

(8)

! " # $ BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan sains dan teknologi yang begitu cepat di abad ke 21 tidak

dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Hal ini tanpa disadari telah

mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia, termasuk dalam dunia

pendidikan. Berbagai informasi yang terjadi di berbagai belahan dunia kini dapat

langsung diakses berkat kemajuan teknologi. Perubahan global merupakan

tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan.

Dalam menjawab tantangan global diperlukan upaya untuk meningkatan

kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan keterampilan yang tinggi,

kreatif, kritis dan mampu bekerjasama dengan orang lain. Kemampuan tersebut

diperlukan siswa dalam menerima, menyerap, memproses, mengelola dan

memanfaatkan informasi agar dapat beradaptasi pada situasi yang selalu berubah,

tidak pasti dan penuh persaingan. Berkaitan dengan hal ini, tujuan pembelajaran

di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang dikemukakan oleh Depdiknas

(2004:9) yaitu

Untuk membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja, serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Mata pelajaran yang diberikan pada SMK mengikuti program keahlian

(9)

! " # $

praktik diharapkan agar siswa memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan

setelah lulus SMK dan mencari pekerjaan. Siswa SMK diharapkan mampu,

terampil dan dapat diandalkan untuk memasuki dunia kerja maupun dalam proses

belajar mengajar di sekolah.

SMK merupakan suatu lembaga pendidikan formal setingkat SMA. Salah

satu upaya mewujudkan tujuan pendidikan terutama di tingkat SMK telah

dikembangkan dan dilaksanakan pelajaran IPS sebagai mata pelajaran yang

termasuk pada kurikulum nasional untuk jenjang pendidikan menengah kejuruan.

Mata pelajaran IPS di SMK/MAK memuat materi pelajaran Geografi,

Sejarah, Ekonomi, Sosiologi, dan Antropologi. Mata pelajaran IPS bertujuan

untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis

terhadap kondisi sosial masyarakat. Kemampuan ini diperlukan dalam memasuki

kehidupan masyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara

sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju

kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat (BNSP, 2006:167).

Zarkasyi (2011-A157) menyatakan bahwa “kelulusan siswa SMK di Jawa

Barat pada tahun 2011 mencapai 99,69 persen. Yang dinyatakan lulus sebanyak

173.511 siswa dan 538 siswa atau sekitar 0,31 persen dinyatakan tidak lulus”.

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan siswa. Berkaitan

dengan hal ini, Garrett (2007:2) mengemukakan mengenai siswa yang gagal

umumnya memiliki beberapa kesamaan:

(10)

! " # $

2. mereka menghabiskan banyak waktu untuk meninjau materi yang mereka kuasai dan tidak cukup waktu untuk mempelajari informasi yang mereka belum ketahui, dan

3. mereka tidak tahu strategi belajar mereka.

Berdasarkan pernyataan di atas, kualitas pembelajaran di SMK masih

harus ditingkatkan, salah satunya dengan memberdayakan kemampuan

metakognitif siswa. Bransford (Corbin, 2008:80) mendeskripsikan bahwa

“metacognition as a learner's ability to predict his or her performance on various

learnings tasks and to monitor or evaluate his or her current levels of mastery and

understanding”. Metakognitif sebagai kemampuan siswa untuk memprediksi

kinerjanya dalam memantau atau mengevaluasi tingkat penguasaan dan

pemahamannya pada berbagai tugas pembelajaran. Proses pembelajaran dapat

dikatakan berkualitas apabila siswa secara sadar mampu mengontrol proses

kognitifnya secara berkesinambungan dan berdampak pada peningkatan

kemampuan metakognitif.

Masalah pembelajaran selama ini umumnya menekankan pada

penghafalan bukan pada pemahaman terhadap materi pelajaran, sehingga proses

pembelajaran masih dirasakan belum memberdayakan siswa memiliki

kemampuan metakognitif. Siswa yang tidak memiliki kemampuan metakognitif

yang memadai menurut Garrett (2007:3) ditandai dengan “siswa tidak tahu

bagaimana mengidentifikasi informasi yang relevan dan siswa tidak bisa

menggunakan panduan belajar untuk mengidentifikasi informasi yang relevan”.

Oleh karena itu, peningkatan kemampuan metakognitif merupakan efek yang

(11)

! " # $

karena itu perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang berpotensi untuk

mengungkap kemampuan metakognitif.

Kemampuan metakognitif ini diperlukan untuk memonitor prestasi siswa

sendiri dengan menggunakan strategi yang berbeda, seperti yang diungkapkan

Djiwandono (2002:168) bahwa

Kemampuan metakognitif untuk mengidentifikasi ide-ide penting, mengecek untuk menentukan apakah siswa mengerti, mengubah strategi jika yang satu tidak bekerja, merencanakan, meramalkan hasil, memutuskan bagaimana menggunakan waktu dan melatih kembali informasi, menggunakan mnemonik dan mengatur bahan-bahan baru, dan membuat bahan itu lebih mudah untuk diingat.

Berdasarkan pernyataan di atas, kemampuan metakognitif bermanfaat

untuk menjadikan siswa berkembang menjadi pebelajar yang mandiri, karena

mendorong siswa menjadi manajer kelas atas dirinya sendiri. Kemampuan

metakognitif terkait dengan kemampuan berpikir tentang proses berpikir yang

melibatkan berpikir tingkat tinggi. Seseorang dengan kemampuan metakognitif

akan menjadikan orang tersebut pemikir yang lebih berhasil.

Flavell (Perfect dan Schwartz, 2002:224) menyatakan bahwa

“metacognition was defined as any knowledge or cognitive activity that takes as

its cognitive object, or that regulates, any aspect of any cognitive activity”

Metakognisi sebagai pengetahuan (knowledge) dan regulasi (regulation) pada

suatu aktivitas kognitif seseorang dalam proses belajarnya. Pengetahuan

metakognitif menurut Brown, Jacob dan Paris (Schraw dan Moshman,

1995:352), “mengetahui apa yang seseorang ketahui dan bagaimana seseorang

(12)

! " # $

pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, dan

pengetahuan kondisional. Peraturan metakognitif mengacu pada kegiatan

metakognitif yang dapat membantu seseorang mengontrol pemikiran atau

aktivitas belajar seseorang. Peraturan metakognitif terdiri dari lima komponen

yaitu perencanaan (planning), manajemen informasi (information management),

pengawasan (monitoring), perbaikan (debugging), dan evaluasi (evaluation)

(Schraw dan Moshman, 1995:354).

Flavell (Garrett, 2007:4) mengidentifikasikan tiga variabel yang

mempengaruhi metakognisi, yaitu variabel peserta didik (diri), variabel tugas,

dan variabel strategi. Dari variabel peserta didik (diri), Garrett (2007:4)

mengungkapkan bahwa peningkatan metakognitif dipengaruhi oleh perbedaan

individu. Variabel yang kedua atau variabel tugas mengacu pada kesulitan yang

ditemui dalam mengerjakan tugas pembelajaran. Terakhir variabel strategi,

metakognisi tergantung pada strategi-strategi yang diterapkan dalam belajar.

Berdasarkan perbedaan antar peserta didik (variabel diri), yang

mempengaruhi kemampuan metakognitif seperti gaya belajar dan motivasi

belajar. Gaya belajar atau learning style menurut James dan Blank (1993:47)

“defined learning styleas the complex method in which learners most efficiently

and most effectively perceive process, store and recall what they are trying to

learn”. Gaya belajar adalah suatu metode kompleks dimana siswa merasa paling

efisien dan efektif dalam menerima, memproses, menyimpan dan mengeluarkan

sesuatu yang dipelajari. Adapun gaya belajar menurut Honey dan Mumford

(13)

! " # $

menunjukkan cara belajar seseorang yang paling disukai”. Gaya belajar yang

digunakan dalam penelitian ini adalah gaya belajar menurut Peter Honey dan

Alan Mumford yang lebih dikenal dengan Honey&Mumford’s Learning Style.

Terdapat 4 jenis gaya belajar Honey dan Mumford yaitu gaya belajar

aktivis, teoris, pragmatis dan reflektor. Hutapea dan Thoha, (2008:112)

menambahkan ciri gaya belajar Honey dan Mumford, sebagai berikut:

a.Activists, yaitu gaya belajar orang yang bersifat terbuka, terfokus, antusias, menyukai tantangan, mudah mengambil keputusan dan berjiwa sosial. b.Theorists, yaitu gaya belajar orang yang logis, rasional, sistematis,

konseptual dan analitis logis.

c.Pragmatists, yaitu gaya belajar orang yang lebih suka memecahkan masalah, menyukai ide baru, senang bekerja dengan orang lain

d.Reflectors, yaitu gaya belajar orang yang lebih banyak pertimbangan, hati-hati, teliti, senang berada di bangku dan rendah diri.

Penelitian Carns dan Carrns (1991:346) menunjukkan bahwa gaya belajar

dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan metakognitif. Dari 118 siswa

kelas 4 yang didiagnosis gaya belajarnya, diperoleh hasil ujian yang

menunjukkan adanya peningkatan skor/nilai.

Gaya belajar Honey & Mumford menurut Coffield et al. (2004:145) pada

awalnya dikembangkan untuk digunakan dalam dunia bisnis. Di dalam suatu

organisasi, gaya belajar ini disesuaikan dengan pengalaman manajerial untuk

pengambilan keputusan atau pemecahan masalah dan diperuntukan bagi pelatihan

dan pengembangan staf. Dalam perkembangannya, sekolah maupun perguruan

tinggi telah menggunakan gaya belajar Honey & Mumford untuk membantu

siswa memahami bagaimana mereka belajar dan untuk mendorong siswa untuk

(14)

! " # $

dipilih subjek penelitian yang berasal dari siswa SMK program keahlian Bisnis

dan Manajemen (BISMEN).

Dari segi motivasi belajar, Davidson dan Sternberg (Garrett, 2007:4)

bahwa siswa lebih mudah untuk memantau pemahaman mereka tentang informasi

yang menarik bila terdapat motivasi bagi mereka. Motivasi sangat diperlukan

dalam pelaksanaan aktivitas manusia karena motivasi merupakan hal yang dapat

menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau

bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal (Hasibuan,

2001:141). Dorongan atau motivasi belajar tersebut bisa dirangsang dari luar

individu (ekstrinsik) maupun dari dalam individu (instrinsik). Guru perlu

mendorong siswa menerapkan strategi metakognisi, ini menjadi salah satu

implikasi diskusi, dan menyediakan peluang bagi siswa menerapkan apa yang

telah mereka pelajari di luar konteks pengajaran. Siswa juga perlu umpan balik

tentang seberapa baik mereka menerapkan sebuah strategi dan bagaimana

pemanfaatan strategi meningkatkan kinerja mereka.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa gaya dan motivasi

belajar dapat dijadikan panduan untuk menyokong dan membimbing siswa dalam

meningkatkan kemampuan metakognitifnya. Dari berbagai pemikiran di atas,

maka yang akan diteliti mengenai pengaruh gaya dan motivasi belajar terhadap

kemampuan metakognitif siswa dalam pembelajaran IPS di SMKN kelompok

(15)

! " # $

B. IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH

Permasalahan dalam penelitian adalah : Bagaimana Pengaruh Gaya Belajar

dan Motivasi Belajar terhadap Kemampuan Metakognitif Siswa?. Gaya belajar

dalam penelitian ini adalah gaya belajar model Honey&Mumford, yang terdiri

dari gaya belajar tipe activist, reflector, theorist dan pragmatist. Rumusan

masalah tersebut dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai

berikut :

1. Apakah gaya belajar activist berpengaruh terhadap kemampuan

metakognitif siswa?

2. Apakah gaya belajar reflector berpengaruh terhadap kemampuan

metakognitif siswa?

3. Apakah gaya belajar theorist berpengaruh terhadap kemampuan

metakognitif siswa?

4. Apakah gaya belajar pragmatist berpengaruh terhadap kemampuan

metakognitif siswa?

5. Apakah motivasi belajar berpengaruh terhadap kemampuan

metakognitif siswa?

6. Apakah keempat gaya belajar tipe activist, reflector, theorist,

pragmatist dan motivasi belajar berpengaruh terhadap kemampuan

(16)

! " # $

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh gaya belajar activist terhadap

kemampuan metakognitif siswa.

2. Untuk menganalisis pengaruh gaya belajar reflector terhadap

kemampuan metakognitif siswa.

3. Untuk menganalisis pengaruh gaya belajar theorist terhadap

kemampuan metakognitif siswa.

4. Untuk menganalisis pengaruh gaya belajar pragmatist terhadap

kemampuan metakognitif siswa.

5. Untuk menganalisis pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan

metakognitif siswa.

6. Untuk menganalisis pengaruh keempat gaya belajar tipe activist,

reflector, theorist dan pragmatist serta motivasi belajar terhadap

kemampuan metakognitif siswa.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini berusaha mengkaji pengaruh gaya dan motivasi belajar

terhadap kemampuan metakognitif siswa SMKN Se-Kota Bandung setelah

proses pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan siswa sebagai

persiapan memasuki dunia kerja dan menghadapi kehidupan yang

(17)

! " # $

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1) Diharapkan memberi sumbangan yang baik khususnya bagi sekolah

dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan kemampuan metakognitif siswa yang akan berdampak

pada keberhasilan proses belajar mengajar melalui identifikasi gaya

dan motivasi belajar siswa.

2) Dengan memiliki kemampuan metakognitif diharapkan alumni SMKN

(18)

! " # $ BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survey explanatory, yaitu penelitian

yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan instrumen

penelitian (angket) sebagai alat pengumpul data yang pokok, yang ditujukan

untuk menjelaskan pengaruh gaya belajar dan motivasi belajar terhadap

kemampuan metakognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas X di beberapa

SMKN Se-kota Bandung dengan unit analisa adalah siswa SMKN kelompok

Bisnis dan Manajemen.

Adapun analisis yang digunakan yaitu menggunakan analisis regresi dan

korelasi. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya kaitan

antara variabel yang telah ditentukan. Kemudian analisis regresi digunakan untuk

mengetahui apakah suatu variabel dapat dipergunakan untuk memprediksi

variabel-variabel lain.

Metode ini digunakan karena beberapa alasan di antaranya : 1) tidak semua

anggota populasi dijadikan sampel, 2) unit yang dianalisis bersifat individual,

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Mengingat masalah

yang diteliti adalah gejala sosial, maka dilakukan pendekatan analisis kuantitatif

yang didasarkan pada data statistik dan pendekatan analisis kualitatif yang

(19)

! " # $

diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan yang dapat diangkat ke taraf

generalisasi berdasarkan hasil-hasil pengolahan dan analisis data yang dilakukan.

B. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

Penelitian akan dilaksanakan di beberapa SMKN Kelompok Bisnis dan

Manajemen (BISMEN) se-kota Bandung, terdiri dari SMKN 1 Bandung, SMKN 3

Bandung dan SMKN 11 Bandung. Ada beberapa alasan pemilihan subjek

penelitian, yaitu :

1. Sangat jarang penelitian pelajaran IPS di sekolah kejuruan, padahal pelajaran

IPS merupakan pelajaran Adaptif yang memegang peranan penting dalam

aplikasi di lapangan pekerjaan.

2. Dipilihnya siswa kelas X, karena mereka dinilai sudah cukup matang serta

memungkinkan siswa untuk berpikir abstrak yaitu salah satunya kemampuan

metakognitif pada mata pelajaran IPS.

C. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMKN di kota

Bandung kelompok Bisnis dan Manajemen tahun pelajaran 2011-2012 yang telah

(20)

! " # $ Tabel 3.1

Jumlah Siswa Kelas X SMKN Kota Bandung Kelompok Bisnis Dan Manajemen

Tahun Akademik 2011/2012

No. Nama

Sekolah

Kompetensi Keahlian Jumlah

Administrasi Perkantoran

Akuntansi Pemasaran

1. SMKN 1

BANDUNG

144 178 140 462

2. SMKN 3

BANDUNG

200 137 203 540

3 SMKN 11

BANDUNG

151 150 114 415

Jumlah Populasi 495 465 457 1417

Sumber: Data masing-masing sekolah

2. Sampel

Setiap anggota dari populasi memiliki kesempatan yang sama untuk

terpilih menjadi anggota sampel, yaitu seluruh siswa kelas X SMKN kota

Bandung kelas X kelompok BISMEN yang telah memperoleh mata pelajaran IPS

dengan jumlah 1.417 orang. Untuk pengambilan sampel dari populasi agar

diperoleh sampel yang refresentatif dan mewakili, maka diupayakan setiap subjek

dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sugiyono,

(2002:73) yang dimaksud dengan sampel adalah ’bagian dari jumlah karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tertentu’.

Dalam suatu penelitian tidak mungkin semua populasi diteliti, dalam hal

ini disebabkan beberapa faktor, diantaranya keterbatasan biaya, tenaga dan waktu

yang tersedia. Oleh karena itu, peneliti diperkenankan mengambil sebagian dari

objek populasi yang ditentukan, dengan catatan bagian yang diambil tersebut

mewakili bagian lain yang tidak diteliti. Hal ini sejalan dengan pendapat

(21)

! " # $

Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dan, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu, sampel dari populasi harus benar-benar mewakili.

Dengan demikian sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari

populasi penelitian, yaitu sebagian siswa kelas X SMKN kota Bandung kelompok

BISMEN. Untuk menjawab berapa banyak ukuran sampel yang dibutuhkan dalam

penelitian ini, dilakukan teknik sampling. Salah satu teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling, yaitu memilih

sampel secara acak dari populasi sehingga semua unit analisis mendapat peluang

yang sama untuk dipilih, dengan alasan bahwa populasi siswa SMKN kota

Bandung kelompok BISMEN itu bersifat homogen. Untuk mendapatkan distribusi

normal dari kondisi penelitian yang sebenarnya maka peneliti mengambil 400

sampel dari keseluruhan populasi sebesar 1.417 orang.

Dari jumlah sampel 400 orang tersebut kemudian ditentukan jumlah

masing-masing sampel menurut sub bagian secara proportional random sampling

dengan rumus :

Dimana : ni = jumlah sampel stratum

n = Jumlah sampel seluruhnya

Ni = Jumlah populasi menurut stratum

N = Jumlah populasi seluruhnya

(22)

! " # $ Maka jumlah sampel untuk tiap-tiap SMK, sebagai berikut:

1. SMKN 1 Bandung = x 400= 131 orang

2. SMKN 3 Bandung = x400= 152 orang

3. SMKN 11 Bandung = x400= 117 orang

Berdasarkan perhitungan di atas, disajikan sebaran sampel penelitian pada

setiap program keahlian sebagai berikut.

Tabel 3.2

Sebaran Sampel Penelitian

No Nama

Sekolah

Kompetensi Keahlian Jumlah

Administrasi Perkantoran

Akuntansi Pemasaran

1. SMKN 1 BANDUNG

41 50 40 131 orang

2 SMKN 3 BANDUNG

56 39 57 152 orang

3 SMKN 11 BANDUNG

43 42 32 117 orang

Jumlah 140 131 129 400 orang

D. OPERASIONAL VARIABEL

Variabel menjadi sangat penting dalam kegiatan penelitian, variabel ini

merupakan alat dan sarana dalam melakukan pengukuran. Oleh sebab itu, untuk

setiap kegiatan penelitian menentukan variabel penelitian menjadi kunci

keberhasilan dalam suatu penelitian.Variabel penelitian merupakan segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

(23)

! " # $

Variabel bebas dalam penelitian ini diangkat berdasarkan pemikiran bahwa

variabel tersebut akan besar pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel

independen yang sering disebut dengan variabel bebas, stimulus, prediktor adalah

variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah gaya

belajar yang terdiri dari gaya belajar activist (X1.1), gaya belajar reflector (X1.2),

gaya belajar theorist (X1.3) dan gaya belajar pragmatist (X1.4) serta motivasi

belajar (X2). Variabel dependen sering juga disebut variabel terikat, kriteria,

konsekuen, merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena

adanya variabel independen, variabel dependen dalam penelitian ini adalah

kemampuan metakognitif.

Gambar 3.1

Hubungan Korelasional Antara Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

X1.1

Y

X2 X1.2

X1.3

(24)

! " # $ Keterangan :

X1.1 = Gaya Belajar Activist

X1.2 = Gaya Belajar Reflector

X1.3 = Gaya Belajar Theorist

X1.4 = Gaya Belajar Pragmatist

X2= Motivasi Belajar

Y = Kemampuan Metakognitif

Untuk memahami lebuh lanjut penelitian ini, perlu mengidentifikasikan

variabel secara operasional. Adapun definisi operasional yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Gaya Belajar merupakan sikap dan tingkah laku yang menunjukkan cara

belajar seseorang yang paling disukai (Honey dan Mumford, 1992:1). Gaya

belajar dalam penelitian ini yaitu model Honey dan Mumford :

a.Activist adalah pebelajar yang fleksibel, bosan dengan konsolidasi,

berpikiran terbuka, optimis terhadap perubahan, bertindak tanpa

persiapan, cepat mengambil keputusan, mengambil risiko yang tidak

perlu, tidak menolak/terbuka terhadap perubahan, menyukai tantangan,

berjiwa, bekerja sama dengan orang lain dan ‘siap menghadapi kesulitan

yang menantang’.

b.Reflector yaitu orang yang belajar dengan hati-hati, teliti, lebih banyak

pertimbangan, pendengar yang baik, bagian dari partisipasi, metodis,

tidak melompat ke kesimpulan, lambat untuk memutuskan, menyeluruh

(25)

! " # $

c.Theorist, yaitu orang yang lebih suka memahami teori terlebih dahulu,

berdisiplin, tidak toleran terhadap subjektif, logis, tidak suka

ketidakpastian dan ambiguitas, perfeksionis, rasional, sistematis,

konseptual, dibatasi dalam pemikiran yang lateral, analitis logis.

d.Pragmatist, yaitu tipe pembelajar yang biasanya lebih tertarik cara

menerapkan ide ke dalam praktis, tidak sabar dengan diskusi yang terlalu

lama dan teori yang terlalu banyak, praktis, realistis, menyukai ide baru,

tolak ide tanpa aplikasi yang jelas, suka memecahkan masalah dengan

solusi yang paling jelas, tugas dan teknik terfokus, senang bekerja

dengan orang lain.

2. Motivasi Belajar merupakan dasar penggerak yang mendorong aktivitas

belajar, terdiri dari 3 komponen menurut Pintrich dan Schunk (Smart,

2002:87) yang terdiri dari :

a.Komponen nilai (value component) yaitu keyakinan tentang pentingnya

nilai (kegunaan) dari tugas belajar.

1) Intrinsic goal orientation menyatakan sejauh mana siswa merasakan

dirinya untuk berpartisipasi dalam tugas belajar untuk alasan seperti

tantangan, rasa ingin tahu, penguasaan.

2) Extrinsic goal orientation menyatakan sejauh mana siswa merasakan

dirinya untuk berpartisipasi dalam tugas untuk alasan seperti nilai,

(26)

! " # $

3) Nilai (kegunaan) tugas (task value) mengacu pada evaluasi siswa dari

seberapa menarik, seberapa penting, dan bagaimana kegunaan tugas

belajar.

b.Komponen harapan (expectancy component) yaitu keyakinan seseorang

tentang kemampuan atau keterampilan untuk mengerjakan tugas.

1) Kontrol keyakinan belajar (control of learning beliefs) mengacu pada

keyakinan siswa bahwa dengan belajar akan menghasilkan hasil yang

positif.

2) Efikasi diri untuk belajar dan kinerja mengacu pada keyakinan

individu tentang kemampuan kinerjanya dalam menguasai tugas

belajar.

c.Komponen afektif (affective component) yaitu perasaan tentang diri, atau

reaksi emosional dalam melaksanakan tugas belajar.

3. Kemampuan Metakognitif menurut Ridley et al. (1992:294) merupakan

kemampuan seseorang dalam mengontrol proses belajarnya, mulai dari

tahap perencanaan, memilih strategi yang tepat sesuai masalah yang

dihadapi, kemudian memonitor kemajuan dalam belajar dan secara

bersamaan mengoreksi jika ada kesalahan yang terjadi selama memahami

konsep, menganalisis keefektifan dari strategi yang dipilih. Kemampuan

metakognitif menurut Schraw dan Moshman (1995) yang terdiri dari

(27)

! " # $

a. Metacognitive knowledge adalah mengetahui apa yang orang ketahui

dan bagaimana orang belajar serta mengingat. Metacognitive knowledge

terdiri dari tiga elemen yaitu

1) pengetahuan deklaratif (declarative knowledge), menunjukkan

seberapa besar pengetahuan siswa tentang ketrampilannya,

kemampuan intelektualnya, dan kecakapannya sebagai seorang

pembelajar.

2) Pengetahuan prosedural (procedural knowledge) menunjukkan

seberapa besar pengetahuan mahasiswa tentang bagaimana

mengimplementasikan prosedur belajar (strategi belajar).

3) Pengetahuan kondisonal (conditional knowledge) mengacu pada

mengetahui kenapa dan kapan menggunakan strategi belajar.

b. Metacognitive regulation merupakan aktivitas-aktivitas seseorang untuk

mengontrol fungsi kognitif seseorang. Metacognitive regulation terdiri

dari lima elemen yaitu :

1) Perencanaan (planning) menunjukkan seberapa baik perencanaan,

penetapan tujuan, dan pengalokasian sumber daya sebelum belajar.

2) Manajemen informasi (information management) menunjukkan

seberapa baik keterampilan dan urutan strategi yang digunakan

siswa untuk memproses informasi secara efisien (misalnya

pengorganisasian, penjabaran, peringkasan, pemfokusan).

3) Pengawasan (monitoring) menunjukkan seberapa baik siswa

(28)

! " # $

4) Perbaikan (debugging) menunjukkan seberapa baik strategi-strategi

yang digunakan siswa untuk memperbaiki kesalahan pemahaman

dan performa belajar.

5) Evaluasi (evaluation) menunjukkan seberapa baik siswa

menganalisa atau mengevalusi keberhasilan dan efektifitas strategi

belajar mereka setelah serangkaian proses belajar.

Operasional masing-masing variabel diuraikan sebagai berikut:

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel

No. Variabel Dimensi Indikator No. Soal

1. Gaya Belajar

1. Activist Fleksibel, bosan dengan konsolidasi, berpikiran terbuka, optimis terhadap perubahan, bertindak tanpa persiapan, cepat mengambil tindakan yang jelas (cepat mengambil keputusan), mengambil risiko yang tidak perlu, tidak menolak/terbuka terhadap perubahan, menyukai tantangan, berjiwa sosial

1, 2, 9, 10, 17, 18, 25, 26, 33, 34, 41, 42, 49, 50, 57, 58, 65, 66, 73, 74

2. Reflector Hati-hati, teliti, lebih banyak pertimbangan, pendengar yang baik, bagian dari partisipasi, metodis, tidak melompat ke kesimpulan, lambat untuk memutuskan, menyeluruh dan bijaksana, senang berada di bangku dan rendah diri

3, 4, 11 12, 19, 20, 27, 28, 35, 36, 43, 44, 51 52, 59, 60, 67, 68, 75, 76

3. Theorist Berdisiplin, tidak toleran terhadap subjektif, ide intuitif ; logis, tidak suka ketidakpastian dan ambiguitas, perfeksionis, rasional, sistematis, konseptual, dibatasi dalam pemikiran yang lateral, analitis logis

5, 6, 13, 14, 21, 22, 29, 30, 37, 38, 45, 46, 53 54, 61, 62, 69, 70, 77, 78,

4. Pragmatist Tidak sabar dengan diskusi yang terlalu lama dan teori yang terlalu banyak, tertarik menguji hal-hal dalam praktik, praktis, realistis, menyukai ide baru, tolak ide tanpa aplikasi yang jelas, suka memecahkan masalah dengan solusi yang paling jelas, tugas dan teknik terfokus, senang bekerjasama

(29)

! " # $ 2. Motivasi

Belajar

1.Komponen Nilai (Value Component)

a) Orientasi Tujuan Intrinsik: sejauh mana siswa merasakan dirinya untuk berpartisipasi dalam tugas untuk alasan seperti tantangan, rasa ingin tahu, penguasaan.

b) Orientasi Tujuan Ektrinsik: berpartisipasi dalam tugas untuk alasan seperti nilai, penghargaan, kinerja, evaluasi oleh orang lain dan persaingan. c) Nilai Tugas: mengacu pada evaluasi

siswa tentang seberapa menarik, seberapa penting, dan bagaimana kegunaan dari tugas belajar

1, 16, 22, 24

7, 11, 13, 30

4, 10, 17, 23, 26, 27

2.Komponen Harapan (Expectancy Components)

a) Kontrol Keyakinan Belajar

b) Efikasi Diri dalam Belajar dan Kinerja: keyakinan dan kepercayaan diri siswa tentang kemampuan kinerjanya dalam menguasai tugas belajar.

2, 9, 18, 25 5, 6, 12, 15, 20, 21, 29, 31

3.Komponen Afektif (Affective Component)

a) Tes Kecemasan: meliputi reaksi emosional siswa dalam melakukan tugas dan kinerja mereka (yaitu, kecemasan, kebanggaan, rasa malu) dan komponen emosional mereka akan kebutuhan dalam hal harga diri, aktualisasi diri.

3, 8, 14, 19, 28

3. Kemamp uan Metakog nitif

1. Pengetahuan Metakognisi

a) Pengetahuan deklaratif

b) Pengetahuan prosedural

c) Pengetahuan Kondisional

5, 10, 12, 16, 17, 20, 32, dan 46

3, 14, 27, dan 33

15, 18, 26, 29, 35

2. Regulasi metakognisi

a) Perencanaan (planning)

b) Manajemen informasi (information management)

c) Pengawasan (monitoring)

d) Perbaikan (debugging)

e) Evaluasi (evaluation)

4, 6, 8, 22, 23, 42, dan 45

9, 13, 30, 31, 37, 39, 41, 43, 47, dan 48

1, 2, 11, 21, 28, 34, dan 49

(30)

! " # $

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data dalam

menjawab pertanyaan dan hipotesis penelitian. Instumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tes Gaya Belajar menggunakan Learning Styles Questionnaire (LSQ)

yang dikembangkan oleh Peter Honey dan Alan Mumford. Terdiri dari 80

pertanyaan tentang gaya belajar activist, reflector, theorist, dan pragmatist.

2. Kuesioner tentang motivasi belajar yaitu MSLQ (Motivated Strategies for

Learning Questionaire) yang dikembangkan oleh Paul R. Pintrich, David

A.F. Smith, Teresa Garcia dan Wilbert J. McKeachie yang terdiri

pertanyaan untuk motivasi belajar dan strategi belajar sebanyak 81

pertanyaan. Pada penelitian ini, hanya menggunakan instrumen untuk

motivasi belajar saja sebanyak 31 pertanyaan yang memuat pertanyaan

mengenai komponen motivasi belajar (value components, expectancy

components dan affective components).

3. Tes kemampuan metakognitif menggunakan Metacognitive Awareness

Inventory (MAI) yang telah banyak digunakan dalam penelitian-penelitian

sebelumnya tentang metakognitif, dan telah dialih bahasakan ke dalam

Bahasa Indonesia. MAI dirancang oleh Schraw dan Dennison pada tahun

1994, terdiri dari 52 item pertanyaan yang memasukkan delapan

komponen metakognitif yang diklasifikasikan ke dalam dua kategori besar

(31)

! " # $

a. Pengetahuan kognisi (Knowledge of cognition/ Metacognitive

knowledge) terdiri dari: pengetahuan deklaratif (declarative

knowledge), pengetahuan prosedural (procedural knowledge),

pengetahuan kondisional (conditional knowledge).

b. Peraturan kognisi (Regulation of cognition/Metaregulation), terdiri

dari: perencanaan (planning), manajemen informasi (information

management), pengawasan (monitoring), perbaikan (debugging),

evaluasi (evaluation).

F. ANALISIS INSTRUMEN

Sebelum instrumen digunakan dalam kegiatan penelitian, terlebih dahulu

dilakukan uji instrumen terhadap kelompok siswa dari populasi yang bukan

merupakan bagian dari sampel penelitian. Uji instrumen dilakukan dengan

menggunakan SPSS versi 18 for window. Hasil uji coba instrumen pada penelitian

ini disajikan pada tabel di bawah ini.

1. Validitas Tes

Uji validitas dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 18 for

windows. Kriteria pengujian item instrumen dianggap valid jika nilai r lebih besar

dari 0,3. Berdasarkan hasil perhitungan SPSS yang terdapat dalam lampiran,

diketahui bahwa semua item soal yang terdapat pada angket gaya belajar, motivasi

belajar dan kemampuan metakognitif dinyatakan valid. Dengan demikian semua

(32)

! " # $ 2. ReliabilitasTes

a. Honey & Mumford’s Leaning Style Questionnaire (LSQ) :

Reliabilitas tes dilakukan dengan bantuan software SPSS Versi 18 for

Windows. Berdasarkan hasil uji coba instrumen Honey & Mumford’s Leaning

Style Questionnaire (LSQ) pada 150 responden diperoleh ringkasan sebagai

[image:32.595.100.527.226.771.2]

berikut :

Tabel 3.4

Ringkasan Hasil Ujicoba Realibilitas InstrumenHoney & Mumford’s Leaning Style

Scale LSQ Manual

Cronbach alpha α=0,878

Hasil Uji Cronbach alpha

α= 0,961

1. Activist 0,683 0,843

2. Reflector 0,721 0,840

3. Theorist 0,712 0,851

4. Pragmatist 0,691 0,848

Sumber: Honey&Mumford (Efe et al, 2011:203) Hasil Perhitungan SPSS

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa instrumen ini valid dan reliabel

dan masing-masing item sebanyak 80 butir pun semuanya reliabel di atas 0,6.

Untuk lebih jelasnya mengenai hasil uji reliabilitas dapat dilihat di lampiran.

b. Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ)-Paul Pintrich

Tabel 3.5

Hasil Ujicoba Realibilitas Instrumen Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ)

Scale MSLQ Manual

)

Hasil Uji α=0,914 1. Intrinsic Goal

Orientation

0,74 0,671

2. Extrinsic Goal Orientation

0,62 0,616

(33)

! " # $ 4. Control of Learning

Beliefs

0,68 0,651

5. Self-Efficacy for Learning & Performance

0,93 0,784

6. Test Anxiety 0,80 0,744

Sumber: Pintrich et al (1991:9-15) Hasil Perhitungan SPSS

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa masing-masing item

yang terdapat dalam instrumen Motivated Strategies for Learning Questionnaire

(MSLQ) sebanyak 31 butir diketahui semuanya reliabel di atas 0,6. Untuk lebih

jelasnya mengenai hasil uji reliabilitas dapat dilihat di lampiran.

[image:33.595.100.527.240.678.2]

c. Metacognitive Awareness Inventory (MAI)

Tabel 3.6

Hasil Ujicoba Realibilitas Instrumen Metacognitive Awareness Inventory (MAI)

Scale MAI Manual

α = 0,90

Hasil Uji α =0,930 1. Declarative

knowledge

PENGETAHUAN METAKOGNISI α =0,88

REGULASI METAKOGNISI α = 0,81

2. Procedural knowledge 3. Conditional

knowledge

4. Planning REGULASI METAKOGNISI

α = 0,91

α = 0,90

5. Information management strategies 6. Comprehension

monitoring

7.Debugging strategies

8. Evaluation

Sumber: Schraw and Dennison (1994:460) Hasil Perhitungan SPSS

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa masing-masing item

(34)

! " # $

sebanyak 52 item semuanya reliabel di atas 0,6. Untuk lebih jelasnya mengenai

hasil uji reliabilitas dapat dilihat di lampiran.

3. Uji Normalitas

[image:34.595.119.508.240.618.2]

Hasil uji normalitas variabel dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.2

Hasil Uji Normalitas Variabel

Berdasarkan gambar hasil uji normalitas di atas, terlihat bahwa semua

butir instrumen dalam penelitian ini terletak digaris/mendekati garis diagonal,

sehingga dapat diartikan bahwa distribusi data butir instrumen penelitian ini

adalah berdistribusi normal.

4. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dapat diketahui dari nilai VIF (Variance Inflation

Factor) untuk masing-masing prediktor. Persayaratan dikatakan terbebas dari

permasalahan multikolinearitas, apabila nilai VIF prediktor tidak melebihi nilai 5.

Dengan bantuan software SPSS versi 18,0 for windows, didapat tabel sebagai

(35)
[image:35.595.117.512.105.488.2]

! " # $ Tabel 3.7

Uji Multikolineritas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 Gaya Belajar Activist 0,88 1,13

Gaya Belajar Reflector 0,85 1,17

Gaya Belajar Theorist 0,74 1,34

Gaya Belajar Pragmatist 0,75 1,33

Motivasi Belajar 0,96 1,04

a. Dependent Variable: Kemampuan Metakognitif

Sumber: Hasil Perhitungan SPSS

Berdasarkan tabel di atas, nilai VIF (Variance Inflation Factor) untuk

masing-masing prediktor tidak melebihi nilai 5. Dengan demikian, dapat ditarik

kesimpulan bahwa tidak terjadi permasalahan multikolinearitas.

G. TEKNIK PENGUJIAN DATA

Untuk menghasilkan kesimpulan akhir dari hasil penelitian, data yang

dihasilkan selanjutnya dianalisis dan diinterpretasikan. Untuk keperluan analisis

dan pengujian hipotesis, jika ada data yang bersifat ordinal diubah terlebih dahulu

ditransformasikan menjadi skala interval sehingga data dapat segera dianalisis.

Teknik pengolahan data selain menggunakan SPSS, juga dilakukan dengan

manual baik dalam pemberian skor, mentabulasi data maupun

perhitungan-perhitungan seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian dan juga

perhitungan ukuran statistik seperti rata-rata, simpangan baku serta varians. Jenis

statistik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian ini adalah statistik

(36)

! " # $ 1. Analisis Regresi Linier Ganda (Multiple Regression)

Teknik pengujian data yang digunakan dalam penelitian adalah metode

analisis regresi berganda (Multiple Regression). Analisis regresi linier ganda

adalah satu analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas (X) atau

lebih terhadap variabel terikat (Y) untuk membuktikan ada atau tidaknya

hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih. Teknik pengujian data

dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 18.

2. Uji Hipotesis

Sebelum menguji hipotesis dilakukan uji normalitas dengan

mengunakan statistik dengan bantuan SPSS versi 18 for windows. Dilakukan

uji multikolonearitas atau kondisi dimana terdapat hubungan linear di antara

variabel gaya belajar dan motivasi belajar.

Menguji hipotesis digunakan teknik statistik bantuan SPSS versi 18 for

windows. Untuk melihat hipotesis yang diajukan terbukti/diterima atau tidak

terbukti/ditolak, maka menggunakan uji t. Dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Apabila > , maka Ho ditolak dan Ha diterima yang

artinya hipotesis terbukti.

2) Apabila < maka Ho diterima dan Ha ditolak yang

artinya hipotesis tidak terbukti

Dan pengujian signifikasi koefisien korelasi ganda dengan

membandingkan nilai Freg yang diperoleh dari perhitungan dengan nilai Freg

dari tabel, apabila Freg hasil perhitungan > F reg tabel, maka hipotesis nol

(37)

! " # $ BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh gaya

belajar dan motivasi belajar dalam mata pelajaran IPS yang telah dilakukan di

SMKN Kelompok BISMEN se-kota Bandung dengan sampel siswa dari tiga

sekolah kelas X, maka diperoleh rangkuman sebagai berikut:

1. Gaya belajar yang terdiri dari gaya belajar activist, reflector, theorist dan

pragmatist serta motivasi belajar secara bersama-sama (simultan)

berpengaruh signifikan terhadap kemampuan metakognitif siswa. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat gaya belajar dan motivasi belajar dalam

pembelajaran IPS mempengaruhi tingkat kemampuan metakognitif siswa.

2. Gaya belajar activist tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan

metakognitif. Artinya gaya belajar activist tidak akan meningkatkan

kemampuan metakognitif siswa.

3. Gaya belajar reflector berpengaruh signifikan terhadap kemampuan

metakognitif siswa. Hal ini menunjukkan semakin tinggi gaya belajar

reflector akan meningkatkan kemampuan metakognitif siswa.

4. Gaya belajar theorist berpengaruh signifikan terhadap kemampuan

metakognitif siswa. Hal ini menunjukkan semakin tinggi gaya belajar theorist

(38)

! " # $

5. Gaya belajar pragmatist berpengaruh signifikan terhadap kemampuan

metakognitif siswa. Hal ini menunjukkan semakin tinggi gaya belajar

pragmatist akan meningkatkan kemampuan metakognitif siswa.

6. Motivasi belajar berpengaruh signifikan terhadap kemampuan metakognitif

siswa. Hal ini menunjukkan semakin tinggi motivasi belajar akan

meningkatkan kemampuan metakognitif siswa.

Berdasarkan rangkuman di atas, maka kesimpulan penelitian sebagai

berikut:

Kemampuan metakognitif merupakan kemampuan siswa dalam

mengontrol proses belajarnya, mulai dari tahap perencanaan, memilih strategi

yang tepat sesuai masalah yang dihadapi, kemudian memonitor kemajuan dalam

belajar dan secara bersamaan mengoreksi jika ada kesalahan yang terjadi selama

memahami konsep, menganalisis keefektifan dari strategi yang dipilih.

Kemampuan metakognitif siswa SMKN kelompok BISMEN di Kota Bandung

berada pada kategori sedang. Berdasarkan karakteristik demografi responden

menunjukkan tidak ada perbedaan skor kemampuan metakognitif karena

mempunyai rerata yang setara, hal ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan

metakognitif tidak bergantung pada jenis kelamin, asal sekolah, program keahlian,

asal SMP, maupun latarbelakang orang tua.

Dilihat gaya belajar, kemampuan metakognitif siswa SMKN kelompok

BISMEN kota Bandung lebih besar dipengaruhi oleh gaya belajar tipe theorist

dibandingkan gaya belajar tipe reflector dan pragmatist. Pebelajar tipe theorist

(39)

! " # $

metakognitifnya. Pada gaya belajar activist tidak memberikan kontribusi terhadap

kemampuan metakognitif, hal ini dikarenakan karakteristik pebelajar tipe activist

yang senang bertindak tanpa persiapan (sembrono), bosan dengan konsolidasi,

suka mengambil risiko yang tidak penting, cepat mengambil keputusan tidak

sejalan dengan kemampuan metakogninitif yang penuh dengan perencanaan,

pengorganisasian strategi belajar, pemonitoran kemajuan belajar dan analisa

keefektifan strategi belajar, hal ini menyebabkan kemampuan metakognitif tidak

menunjukkan adanya suatu perubahan bagi pebelajar activist.

Berdasarkan fakta di lapangan motivasi belajar IPS berada pada kategori

tinggi namun memberikan pengaruh yang paling rendah terhadap kemampuan

metakognitif, hal ini dikarenakan motivasi belajar hanya sebagai penggerak dalam

memudahkan siswa memantau pemahamannya tentang informasi yang menarik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan metakognitif siswa tidak terlatih

dengan baik melalui motivasi belajar IPS. Motivasi belajar hanya mendorong

siswa untuk meningkatkan hasil belajar.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan sebagaimana diuraikan di atas, maka dapat

dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Diharapkan siswa dapat menilai kemampuannya masing-masing dalam

belajar. Peran guru sangatlah penting dalam menginformasikan rencana

pembelajaran kepada siswa, memberikan arahan, bimbingan dengan

(40)

! " # $

materi yang sedang dipelajari dengan memperhatikan kebutuhan siswa sesuai

dengan gaya belajarnya dan senantiasa memberikan motivasi untuk belajar.

2. Diharapkan pebelajar tipe activist terlibat dalam merencanakan, memantau

dan mengevaluasi apa yang telah mereka pelajari untuk meningkatkan

kemampuan metakognitif.

3. Siswa yang menyukai gaya belajar reflector lebih banyak waktu untuk

mengamati sebelum mereka bereaksi. Diharapkan guru berperan dalam

mengakomodasi gaya belajar siswa sebagai penyedia informasi serta

memberikan fakta-fakta bagi mereka.

4. Dalam penelitian ini, pembelajar yang memiliki gaya tipe theorist walaupun

mampu mengintegrasikan teori-teori yang kompleks ke dalam pengamatan

secara logis namun kurang optimal dalam mengingat informasi. Oleh karena

itu, tugas guru sebagai motivator berperan dalam merumuskan alasan dan

memberikan rasional belajar yang terkait dengan kehidupan belajar mereka

dan relevansinya.

5. Diharapkan pebelajar tipe pragmatist yang menyukai kegunaan dan

penerapan praktis dalam belajar lebih mengembangkan kemampuannya

melalui uji coba, seperti eksperimen dan pemecahan masalah. Oleh karena

itu, tugas guru sebagai fasilitator lebih mendorong mereka dalam melakukan

eksperimen.

6. Motivasi belajar IPS siswa SMKN berada pada kategori tinggi namun

memberikan pengaruh paling rendah terhadap kemampuan metakognitif.

(41)

! " # $

memberikan motivasi dalam belajar guna mengembangkan kemampuan

metakognitif siswa agar siswa dapat mencapai keberhasilan dalam belajar.

7. Bagi perusahaan dapat menggunakan alat ukur gaya belajar, motivasi belajar

serta kemampuan metakognitif untuk mencari lulusan SMK yang cerdas,

mempunyai motivasi yang tinggi dan memiliki gaya belajar sesuai dengan

kebutuhan perusahaan.

8. Penelitian ini hanya mengetahui sampai seberapa besar pengaruh gaya dan

motivasi belajar terhadap kemampuan metakognitif siswa. Hal ini disebabkan

oleh keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka diharapkan kepada peneliti

(42)

! " # $ DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (2009). Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Carns, A.W. & Carns, M.R. (1991). Teaching Study Skills, Cognitive Strategiesand School Metacognitive Skills through Self-Diagnosed Learning Styles. Counselor. 38(5): 341– 346.

Coffield, F., et al. (2004). Learning Style and Pedagogy in post-16 Learning A Systematic and Critical Review. London:Cromwell Press Ltd.

Corbin, B. (2008). Unleashing the Potential of the Teenage Brain: 10 Powerful Ideas. United States of America: Cowrin Press.

Costa, A.L. (2001). Develovment Mind: A Resoursce Book or Teaching Thinking. Alexandria:ASCD.

Darsono, M. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang:CV.IKIP Semarang Press.

Depdiknas. (2004). Pedoman Akademik. Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia.

DePorter, B. dan Hernacki, M. (2003). Quantum Learning. Bandung:Kaifa.

Djiwandono, S. E. W. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo.

Efe, R. et.al. (2011). Science Student Teacher’s Preferences for Ways Learnings:Differences and Similiarities. Educational Research and Reviews Vol. 6(2), pp. 201-207. Turkey.

Garrett, J. (2007). Assessing Students' Metacognitive Skills. Am J Pharm Educ vol 71(1). America: American Association of Colleges of Pharmacy.

Hasibuan, M. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: BumiAksara.

Honey, P. & Mumford, A. (1992). The Manual of Learning Styles (3rd ed.). Maidenhead, UK: Peters Honey.

Honey, P. & Mumford, A. (2006). Learning Styles Questionnaire: 80 Item Version. London: Peter Honey. Publications.

(43)

! " # $

James, W. B., & Blank, W. E. (1993). Review and critique of available learningstyle instruments for adults. In D. Flannery (Ed.), Applying cognitive learning styles. San Francisco: Jossey-Bass.

Jarwaty, J. (2010). Kontribusi Gaya Belajar Mahasiswa Dan Kinerja Mengajar Dosen Terhadap Efektivitas Pembelajaran (Studi Analitik Deskriptif Pada Mahasiswa Jurusan Kebidanan Karawang Poltekkes Kemenkes Bandung). Tesis UPI. Bandung:Tidak Diterbitkan.

Lestari, Malida P. A. (2010). Pengaruh Motivasi, Minat, dan Kebiasaan Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi di SMAN Se-Kota Cirebon. Skripsi. UPI:Tidak Diterbitkan.

Molloy, A. (2007). Sukses Bukan Mimpi. Bogor:Raih Asa Sukses.

Nasution. (2003). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:Bui Aksara.

NCSS. (1992). Curriculum Standards for Social Studies. Washington:United States of America.

Nindisari, H. (2004). Pembelajaran Metakognitif untuk Meningkatkan Pemahaman dan Koneksi Matematika Siswa SMU Ditinjau dari Perkembangan Kognisi Siswa. Tesis UPI Bandung:Tidak Dipublikasikan.

Numan, S. M. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Nurdin. 2007. Model Pembelajaran Matematika yang Menumbuhkan Kemampuan Metakognitif untuk Menguasai Bahan Ajar. Disertasi. Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.Tidak diterbitkan

Ormrod, J.E. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Perfect, Timothy J. & Schwartz, Bennett L. (2002). Applied Metacognition. United Kingdom: The Press Syndicate of the University of Cambrige.

Pheiffer, G., Holley, D. & Andrew, D. (2005). Developing Thoughtful Students:Using Learning Styles in an HE Context. Education and Training. 47(6): 422– 431.

Pintrich, P. et al. (1991). A Manual for the Use of The Motivated Strategies for Learning Queationaire (MSLQ). Michigan: The Regents of The University of Michigan.

(44)

! " # $

Ridley, D.S. et al. (1992). Self-Regulated Learning: The Interactive Influence Of Metacognitive Awareness And Goal-Setting. Journal of Experimental Education 60 (4), 293-306.

Sardiman, A.M. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Samuels, S. J. et al. (2005). Role of Automaticity in Metacognition Literacy Instruction. Handbook. New Jersey:University of Minnesota Twin Cities. Page 41-49.

Schraw, G. & Moshman, D. (1995). Metacognitive Theories. Educational Psychology Review 7:4 , pp. 351-371. Linclon :University Nebraska.

Schraw, G. dan Dennison, R. S.. (1994). Assessing metacognitive awareness. Contemporary Educational Psychology 19: 460-475. Linclon :University Nebraska.

Schraw, G. (1994). The effect of metacognitive knowledge on local and global monitoring. Contemporary Educational Psychology 19: 143-154. Linclon:University Nebraska.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Smart, John C. (2002). Higher Education: Handbook Of Theory And Research.Volume XVII. New York: Agathon Press.

Sugiyono. (2002). Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Angkasa.

Susilo, J. (2009). Sukses dengan Gaya Belajar. Yogyakarta : Pinus.

Sutikno, M. S. S. (2009). Menuju Pendidikan Bermutu. Mataram: NTP Press.

Suzana, Y. (2003). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Mateatika Siswa SMU melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif. Tesis UPI Bandung:Tidak Diterbitkan.

Syamsuddin, M. A. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung:PT Remaja Rosda Karya.

(45)

! " # $

Zaki, M. (2009). Pengaruh Strategi Metakognitif Melalui Pemahaman Awal Terhadap Hasil Ketuntasan Belajar Ekonomi Siswa Kelas X Man Pemalang. Skripsi Universitas Negeri Malang: Tidak Dipublikasikan.

Sumber Internet:

AEC. (2002). Kuesioner Gaya Belajar. Dalam Catatan Peserta Modul 1. Bride Project. [Online], Tersedia:http://www.scribd.com/doc/16648679/12-115-Learning-Styles-Question-Are-Ind. [21 Januari 2012].

BNSP. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMK/MAK. [Online], Tersedia: http://litbang.kemdikbud.go.id/content/ BUKUST~1(5).pdf. [Diakses 30 Januari 2012].

Fuady, A. (2011). Gaya Belajar. [Online]. Tersedia:

http://airkonsultan.blogspot.com/ 2011/06/gaya-belajar.html. [21 Januari 2012].

Huitt, W.G. (1997). Metacognition. [Online], Tersedia: http://Chiron.valdosa.edu/whuitt/.col/cogsys/metacogn.html. [5 Oktober 2011].

Livingston, J. A. (1997). Metacognition:An Overview. [Online]. Tersedia: http://gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/metacog.htm. [21 Januari 2012].

Penger, S. dan Tekavcic, M. (2009). Testing Dunn & Dunn’s And Honey & Mumford’s Learning Style Theories: The Case Of The Slovenian Higher Education System. Management, Vol. 14, 2009, 2, pp. 1-20. [Online], Tersedia: http://www.efst.hr/management/Vol14No2-2009/1-Penger_Tekavcic.pdf. [3 Maret 2012].

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas X SMKN Kota Bandung
Sebaran Sampel PenelitianTabel 3.2
Gambar 3.1  Hubungan Korelasional Antara Variabel Independen
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini disebabkan populasi jamur Trichoderma virens pada dosis tersebut lebih banyak yaitu 7,5 x 10 8 , sehingga kolonisasinya pada akar tanaman akan lebih luas

salep eksim obat eksim mujarab obat eksim menahun dokter umum obat untuk eksim pada kaki obat eksim tradisional obat eksim basah obat eksim kering di apotik penyebab eksim obat untuk

6) Stop kontak biasa yang dipakai adalah stop kontak satu phasa, rating 250 volt, 13 ampere, untuk pemasangan rata dinding. Stop kontak yang dipasang di dekat kran air harus

Cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui terjadinya peradangan pada ambing dengan cepat adalah menggunakan California Mastitis Test (CMT), yang dapat mendeteksi sel-sel

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: 1) Interaksi antara jumlah daun dan konsentrasi Rootone-F berbeda nyata terhadap diameter tunas, tetapi

Pupuk harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) atau yang ditetapkan Menteri Pertanian RI (terdaftar) dan bersumber dari penyalur atau distributor yang

Penerapan levels of inquiry dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi IPBA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

[r]