• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI JARINGAN TUMBUHAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI JARINGAN TUMBUHAN."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Judul Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Batasan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian... 7

E. Manfaat penelitian... 7

F. Asumsi... 8

G. Hipotesis... 9

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER, PENGUASAAN KONSEP, BERPIKIR KRITIS DAN KONSEP SISTEM GERAK TUMBUHAN ... 9

A. Model Pembelajaran Numbered Head Together... 9

a. Tahapan Pelaksanaan Model Pembelajaran Numbered Head Together... 12

B. Kemampuan Berfikir Kritis... 13

C. Penguasaan Konsep... 17

1. Konsep... 17

2. Penguasaan Konsep... 18

(2)

BAB III METODE PENELITIAN... 28

A. Defenisi Operasional... 28

B. Metode Penelitian... 29

C. Desain Penelitian... 30

D. Populasi Sampel dan Lokasi Penelitian... 30

E. Instrumen Penelitian... 31

F. Teknik Pengumpulan Data... 32

G. Prosedur Penelitian... 33

H. Uji Coba Instrumen... 35

I. Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian... 38

J. Alur Penelitian... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 42

A. Hasil Penelitian... 42

1. Data penguaaan Konsep... 42

2. Data Kemampuan Berpikir Kritis... 47

B. Pembahasan... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 81

A. Kesimpulan... 81

B. Saran... 82

DAFTAR PUSTAKA... 84

LAMPIRAN... 87

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Tahap Pelaksanaan Numbered Head Together... 12

2.2. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis... 14

2.3 Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal... 19

3.1. Desain Penelitian... 30

3.2. Kisi-kisi Respon Siswa... 32

3.3. Interpretasi Indeks Validitas... 35

3.4. Klasifikasi Indeks Kesukaran... 36

3.5.Klasifikasi Nilai Daya Pembeda... 37

3.6. Rekapitulasi Hasil Uji Insrumen Penguaaan Konsep... 38

3.7. Rekapitulasi Hasil Uji Intrumen Berpikir Kritis... 39

3.8. Kategori Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis... 40

3.9. Kategori Gain Dinormalisasi... 41

4.1. Rekapitulasi statistik Penguasaan Konsep... 43

4.2 Data N-gain ketercapaian tiap indikator penguasaan konsep... 46

4.3 Rekapitulasi statistik Kemampuan Berpikir Kritis... 49

4.4 Rata-rata Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Indikator Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 50

4.5 Data Rata-rata N-gain Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Indikator... 58

4.6 Hasil Wawancara Guru... 63

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1. Alur Penelitian... 41

4.1. Perbandingan Nilai rata-rata Pretest, Posttest dan N Gain Penguasaan Konsep pada Kelas Eksperimen dan Kontrol... 46

4.2. Perbandingan Nilai rata-rata Pretest, Posttest dan N Gain Berpikir Kritis pada Kelas Eksperimen dan Kontrol... 50

4.3. Persentase Pretest kemampuan Berpikir Kritis Tiap indikator... 52

4.4. Persentase Posttest kemampuan Berpikir Kritis Tiap indikator... 53

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Perangkat Pembelajaran ... 85

B. Instrumen Penelitian... 104

C. Analisis Uji Coba Instrumen ...153

D. Pengolahan Data...155

E. Perizinan ...171

(6)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan sains dan teknologi, banyak

perubahan-perubahan yang terjadi dan munculnya berbagai permasalahan dalam kehidupan.

Salah satunya tidak terlepas dari peran mutu pendidikan dalam mewujudkan

sumber daya manusia yang berkualitas. Rendahnya mutu pendidikan akan

memberikan dampak dalam mewujudkan lulusan yang kompeten dan kritis yang

sangat diperlukan saat ini.

Mutu pendidikan yang rendah, khususnya dalam bidang sains dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: cara guru mengajar yang kurang

menarik sehingga menimbulkan rasa bosan pada siswa, guru kurang menguasai

materi yang diajarkan, guru kurang memberikan kesempatan bertanya kepada

siswa, dan evaluasi hasil belajar siswa tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran

(Sardiman, 2004 dalam Garnita, 2005:2).

Cara yang dapat dilakukan dalam bidang pendidikan untuk menghasilkan

seseorang yang peka dan siap menghadapi berbagai permasalahan yang ada

adalah dengan mengembangkan dan melatih cara-cara berpikir tingkat tinggi.

Johnson dan Johnson (Hanawasti, 2000:4) menyatakan bahwa untuk

mempersiapkan generasi yang siap menghadapi tantangan zaman, sudah saatnya

disusun pembelajaran yang dapat melatih berpikir siswa.

Salah satu kemampuan yang harus dimiliki adalah kemampuan berpikir kritis.

(7)

diharapkan dapat dilatih secara kontinyu sehingga menghasilkan siswa yang

terampil berpikir kritis, karena dengan kemampuan berpikir kritis, seseorang akan

mudah untuk menganalisis dan menangani informasi yang ditemukan (Hastami,

2007:1).

Menurut Scriven (1996) kemampuan berpikir kritis merupakan suatu

kemampuan bersifat analitif, evaluatif, dan reflektif. Seseorang yang berpikir

kritis akan menilai tepat atau tidak tepat informasi/data yang diperoleh. Dalam

menganalisis, seorang pemikir kritis akan mencari data-data dan argumen yang

kuat dalam mendukung analisis yang telah dibuat. Menurut Wilson (Hastami,

2007) seorang pemikir kritis akan mencari data-data pendukung dalam pemecahan

masalah yang dihadapi.

Kemampuan berpikir kritis siswa harus ditingkatkan demi menciptakan

sumber daya manusia yang terampil berpikir kritis. Seseorang lebih dapat

menerima pendapat dari orang lain dan dengan cepat mengatasi permasalahan

yang ada setelah melalui beberapa pertimbangan logis. Menurut Zohar (1994)

kemampuan berpikir kritis dapat ditingkatkan melalui metode eksperimen dan

diskusi atau studi kasus, begitu juga dengan pemahaman konsepnya (Khoirunnisa,

2006:46).

Pengajaran di sekolah selama ini lebih banyak memberi ceramah dan latihan

mengerjakan soal-soal dengan cepat tanpa memahami konsep secara mendalam.

Hal ini menyebabkan siswa kurang terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya

(8)

telah dipelajari dalam kehidupan nyata sehingga keterampilan berpikir kritis siswa

kurang dapat berkembang dengan baik.

Kemampuan berpikir kritis siswa dapat berkembang dengan baik dan

penguasaan konsep siswa dapat meningkat, diperlukan model pembelajaran yang

tepat. Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan agar kemampuan siswa

dapat berkembang adalah model pembelajaran yang berbasis kepada keaktifan dan

kreativitas siswa, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan

motivator. Situasi tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan dan

mengaplikasikan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995 dalam Rusman, 2011:205)

dinyatakan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial,

menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain. Pembelajaran

kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan

masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.

Pembelajaran kooperatif digunakan oleh para pendidik dalam suatu

pembelajaran di dalam kelas dengan menciptakan situasi atau kondisi bagi

kelompok untuk mencapai tujuan masing-masing anggota kelompok atau tujuan

masing-masing kelompok tergantung pada kerjasama yang kompak dan serasi

dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif sangat berguna untuk

membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis, dan

(9)

Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu bentuk pembelajaran

kooperatif. Menurut Kagan (2007 dalam Lie, 2008) model NHT ini secara tidak

langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan

cermat, serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif

dalam pembelajaran. Pembelajaran tipe NHT mengutamakan kerja kelompok dari

pada individual sehingga siswa bekerja dalam suasana gotong royong dan

mempunyai banyak kesempatan untuk menyalurkan informasi dan meningkatkan

kemampuan berkomunikasi.

Model pembelajaran NHT ada saling ketergantungan positif antar siswa, ada

tanggung jawab perseorangan, serta ada komunikasi antar anggota kelompok.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki beberapa kelebihan, yakni

setiap siswa menjadi siap semua, dapat melakukan diskusi dengan

sungguh-sungguh, dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

(Hamsa, 2009).

Sistem gerak tumbuhan merupakan pokok bahasan yang harus dibelajarkan

dalam biologi. Materi sistem gerak tumbuhan adalah materi yang memerlukan

pengelolaan yang baik dalam penyajiannya, sebab materi ini merupakan salah satu

pokok bahasan penting dan bersifat abstrak. Materi sistem gerak tumbuhan dipilih

karena materi ini memerlukan pemahaman yang cukup mendalam, maka siswa

dirangsang untuk lebih aktif berpikir serta dalam materi ini banyak

permasalahan-permasalahan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari.

Penelitian mengenai model pembelajaran Numbered Head Together

(10)

Model Pembelajaran Numbered Head Together Terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Sistem Hormon”. Dalam penelitian

tersebut mengemukakan bahwa model Numbered Head Together dapat

meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam pembentukan dan hasil belajar

serta kemampuan berpikir kritis.

Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di atas, maka perlu dilakukan

penelitian tentang pengaruh model pembelajaran NHT terhadap penguasaan

konsep dan berpikir kritis siswa pada konsep sistem gerak pada tumbuhan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, maka rumusan masalah

dari penelitian yang telah dilakukan adalah: "Bagaimanakah pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap penguasaan konsep dan berpikir kritis

siswa pada konsep sistem gerak tumbuhan?"

Perumusan masalah tersebut dapat diturunkan ke dalam pertanyaan

penelitian berikut ini:

1. Bagaimanakah penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa sebelum dan

setelah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Head Together)?

2. Bagaimanakah penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa sebelum dan

setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

(11)

3. Bagaimanakah perbedaan penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa

dengan menggunakan model NHT (Numbered Head Together) dan

konvensional?

4. Bagaimanakah respon siswa dan guru terhadap penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT pada konsep sistem gerak tumbuhan?

C. Batasan Masalah

Agar lebih terfokus dan terarah maka dilakukan pembatasan dalam beberapa

hal sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mencakup 5

subindikator menurut Ennis (1985), yaitu memfokuskan pertanyaan

(mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan dan mengidentifikasi/

merumuskan kriteria untuk menentukan jawaban yang mungkin),

menganalisis argumen (mengidentifikasi suatu kesimpulan), menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi (menggeneralisasikan tabel)

mengidentifikasi asumsi (memerlukan asumsi, membangun argumen).

2. Penguasaan konsep yang akan diukur adalah aspek kognitif siswa menurut

taksonomi Bloom C1-C6 yang sudah direvisi.

3. Model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol dengan menggunakan

metode diskusi.

4. Materi yang digunakan pada kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini

(12)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menganalisis pengaruh

model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadappenguasaan konsep dan

kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep sistem gerak pada tumbuhan.

Tujuan umum tersebut dijabarkan dalam beberapa tujuan khusus berikut ini:

1. Menganalisis penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa sebelum dan setelah

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered

Head Together).

2. Menganalisis penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa sebelum dan setelah

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional/diskusi.

3. Menganalisis perbandingan pembelajaran dengan menggunakan model NHT

(Numbered Head Together) dan konvensional.

4. Menganalisis respon siswa dan guru terhadap penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT pada konsep sistem gerak tumbuhan.

E.Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu:

1. Bagi siswa

a. Dapat memberikan motivasi untuk mengembangkan kemampuan berpikir

kritisnya.

(13)

2. Bagi guru

a. Memberikan informasi tentang penguasaan konsep dan kemampuan berpikir

kritis siswa pada konsep sistem gerak pada tumbuhan melalui model

pembelajaran kooperatif tipe NHT.

b. Memberikan alternatif model pembelajaran untuk mengembangkan

penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa.

c. Menjadi rujukan dalam meningkatkan minat, motivasi, dan semangat belajar

siswa dalam proses pembelajaran.

3. Bagi peneliti lain

Dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau masukan untuk meneliti

masalah yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan berpikir kritis dan

penguasaan konsep.

F. Asumsi

Dalam mengajukan suatu hipotesis tentunya diperlukan beberapa asumsi.

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran kooperatif sangat berguna untuk membantu siswa

menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis, dan kemampuan

membantu teman (Lie,2008).

2. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang

dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur

kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional

(14)

G. Hipotesis

Berdasarkan asumsi di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

H1: Terdapat perbedaan yang signifikan pada penguasaan konsep dan berpikir

kritis siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Head Together dengan kelas yang menggunakan metode

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Definisi Operasional

Beberapa definisi operasional dalam menghindari berbagai penafsiran

terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan

beberapa definisi operasional sebagai berikut:

a. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together yaitu,

pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan cara mengelompokkan siswa

ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 5-6 orang siswa yang

heterogen dimana setiap siswanya diberi nomor. Siswa diminta duduk

bersama dengan teman sekelompoknya, kemudian guru memberikan

pertanyaan untuk setiap anggota kelompok yang akan didiskusikan dengan

kelompoknya, kemudian guru memanggil nomor anggota secara acak untuk

menjawab pertanyaan yang telah didiskusikan dengan teman sekelompoknya.

Pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol adalah model pembelajaran

konvensional, yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi,

siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari

lima sampai enam orang siswa, kemudian keenam kelompok tersebut

melakukan diskusi bersama teman sekelompoknya masing-masing

(Lampiran A1).

b.Kemampuan berpikir kritis yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam

(16)

kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mencakup 5

subindikator menurut Ennis (1985), yaitu memfokuskan pertanyaan

(mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan dan mengidentifikasi/

merumuskan kriteria untuk menentukan jawaban yang mungkin),

menganalisis argumen (mengidentifikasi suatu kesimpulan), menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi (menggeneralisasikan tabel)

mengidentifikasi asumsi (memerlukan asumsi, membangun argumen).

c. Penguasaan konsep siswa yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh siswa

setelah proses pembelajaran. Hasil belajar yang diukur adalah aspek kognitif

siswa menurut taksonomi Bloom yang sudah direvisi. Hasil belajar siswa

diukur melalui instrumen tes tertulis berupa soal pilihan ganda jenjang C1-C6.

B.Metode Dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode penelitian Quasi

Eksperimen atau eksperimen semu (Arikunto, 2006). Metode ini digunakan

karena banyak faktor dari subjek penelitian yang tidak dapat dikontrol atau

dikendalikan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

kooperatif tipe NHT, sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah

kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa.

2. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalan Non

equivalent Control Group Design (Sugiyono, 2010:116). Terdapat satu kelas

(17)

NHT dan satu kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

pembelaran konvensional (metode diskusi). Masing-masing kelas diberikan tes

awal untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, dan setelah selesai kegiatan

pembelajaran kedua kelas di berikan tes akhir. Desain penelitian ini digambarkan

dengan rancangan sebagai berikut.

Tabel 3.1 Non Equivalent Control Group Design

Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 Y O4

Keterangan:

O1,O3 : Pre Test

X : Penerapan Model Numbered Head Together (NHT) O2,O4 : Post Test

Y : Penerapan Metode Diskusi

3. Populasi dan sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 3 Lembang kelas

VIII.

b. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak dua kelas yaitu kelas

VIII H dan kelas VIII I. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara acak

karena karakteristik kelas yang beragam. Sampel kelas yang dipilih yaitu kelas

yang memiliki karakteristik siswa yang aktif dalam setiap pembelajarannya. Dari

dua kelas penelitian ditetapkan kelas VIII I sebagai kelas eksperimen dan kelas

(18)

4. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Lembang Jl. Holtitikura No. 24 Lembang

Bandung Barat. Dari tanggal 3 Agustus sampai 10 Agustus 2012.

C.Instrumen penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Soal Penguasaan Konsep

Soal hasil belajar berbentuk pilihan ganda C1-C6 sebanyak 20 butir soal

berdasarkan taksonomi Bloom yang sudah direvisi untuk mengetahui hasil belajar

kognitif siswa. Tes tertulis pilihan ganda ditujukan untuk melihat aspek kognitif

siswa yang akan menggambarkan hasil belajar siswa setelah kegiatan

pembelajaran selesai dilaksanakan. Tes pilihan ganda yang berjumlah 20 butir

soal ini, diberikan saat pretest dan posttest dengan tujuan untuk mengukur aspek

kognitif siswa sebelum dan setelah diberikan perlakuan (Lampiran B1).

2. Soal kemampuan berpikir kritis

Soal kemampuan berpikir kritis yang digunakan berupa soal uraian

sebanyak 10 butir soal yang memuat indikator kemampuan berpikir kritis yang

dimodifikasi dari fungsi kemampuan berpikir kritis menurut Paul dan Elder

(Inch et al., 2006:6). Dan Kemampuan berpikir kritis siswa diukur dengan

menggunakan rublik penilaian (Lampiran C1).

3. Angket

Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model

(19)

pembelajaran selesai. Adapun kisi-kisi angket yang digunakan adalah sebagai

berikut (Lampiran C2).

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket

4. Wawancara Guru

Wawancara digunakan untuk mengetahui respon guru terhadap model

pembelajaran kooperatif tipe NHT. Wawancara guru dilakukan setelah proses

pembelajaran selesai. Instrumen wawancara yang digunakan berbentuk uraian

yang diberikan kepada guru mata pelajaran biologi (Lampiran C2).

D.Teknik Pengumpulan Data

Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1.Menyusun instrumen penelitian. Untuk pengukuran hasil belajar, soal-soal

disusun berdasarkan tingkatan taksonomi Bloom C1-C6.

2.Melakukan validasi soal melalui proses judgment dan pengujian.

3.Merumuskan dan menyusun angket untuk mengetahui respon siswa terhadap

soal-soal penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa.

4.Menentukan subjek penelitian kemudian melakukan pemilihan kelas sampel.

5.Seluruh subjek penelitian melaksanakan tes pengukuran penguasaan konsep

dan kemampuan berpijkir kritis siswa baik pretest maupun posttest.

No Aspek yang Ditanyakan No. Pertanyaan Jumlah Pertanyaan

1 Kesulitan 2,3,13 3

2 Pemahaman terhadap konsep 8,14 2

3 Ketertarikan 1,5,6,9,15 5

4 Keaktifan 4,7,10 3

5 Berpikir kritis 11,12 2

(20)

6.Seluruh subjek mengisi angket yang bertujuan untuk mengetahui respon

siswa terhadap model pembelajaran Numbered Head Together.

7.Melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran biologi mengenai

penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together.

8.Hasil tes dianalisis dan diinterpretasikan.

E.Prosedur penelitian

Secara garis besar penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu tahap

persiapan, pelaksanaan, pengolahan data dan penarikan kesimpulan.

1. Tahap persiapan

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan tahap persiapan. Tahap

persiapan ini meliputi:

a. Membuat rencana pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi,

kompetensi dasar, dan indikator sebagai pedoman yang akan digunakan pada

proses belajar mengajar berikut dengan alat evaluasinya (Lampiran A1).

b. Membuat instrumen penelitian (Lampiran B1.2 dan B2.2).

c. Judgement instrumen penelitian (Lampiran B1.1 dan B2.1)

d. Analisis hasil uji coba instrumen untuk memperoleh tingkat kesukaran, daya

pembeda, validitas, dan realibilitas soal, serta distraktor (Lampiran E.1).

2. Tahap Perencanaan Penelitian

Dalam perencanaan penelitian, dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:

a) Penentuan sampel penelitian

(21)

c) Analisis instrumen

d) Revisi instrumen.

3. Tahapan pelaksanaan

Dalam pelaksanaan penelitian, dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:

a. Membentuk kelompok siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol secara

heterogen berdasarkan aspek kognitf siswa sebelumnya.

b. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang tiap

kelompok.

c. Melakukan tes awal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Pelaksanaan proses belajar mengajar pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Pembelajaran dikelas eksperimen dilakukan dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT, sedangkan pembelajaran di kelas

kontrol dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional

(metode diskusi). Proses belajar mengajar dilaksanakan sesuai dengan

skenario pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

telah dibuat.

4. Tahap pengolahan data dan analisis data

Dalam pengolahan data dan analisis data , dilakukan beberapa langkah

sebagai berikut:

a) Mengolah data hasil penelitian

b) Menganalisis data hasil penelitian

(22)

F.Analisis Uji Coba Instrumen

1. Analisis Tes Penguasaan Konsep

Uji butir soal tes objektif untuk mengukur penguasaan konsep siswa:

a. Uji Validitas Soal

Menurut Arikunto (2008) validitas butir soal dihitung dengan menggunakan

rumus Product Moment dengan angka besar atau kasar yaitu:

  

Arikunto (2008:75) memberikan interpretasi mengenai besarnya koefisien

korelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Interpretasi Indeks Validitas Koefisien Korelasi Keterangan

Reabilitas merupakan konsistensi soal dalam memberikan hasil

pengukuran. Menurut Arikunto (2008) Reliabilitas soal dihitung untuk

seluruh soal, dengan rumus korelasi :

(23)

Keterangan :

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

pq

 = jumlah hasil perkalian antara p dan q N = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

c. Tingkat kesukaran

Menurut Arikunto (2008) rumus uji tingkat kesukaran adalah:

JS B

P

Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi indeks kesukaran soal penguasaan konsep dan kemampuan

berpikir kritis siswa adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Keterangan

0,0 – 0,3 Sukar 0,3 – 0,7 Sedang 0,7 – 1,0 Mudah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara

siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang

berkemampuan rendah (Arikunto:2008).

(24)

Ja = banyaknya peserta kelompok atas Jb = banyaknya peserta kelompok bawah

Ba= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar Bb= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar Pa = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

Pb = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Menurut Arikunto (2008:218) klasifikasi nilai daya pembeda adalah sebagai berikut :

Tabel 3.5 Klasifikasi Nilai Daya Pembeda

Daya Pembeda Keterangan

0,0 – 0,2 Jelek

0,2 – 0,4 Cukup

0,4 – 0,7 Baik

0,7 – 1,0 Baik sekali

Negatif Tidak baik (sebaiknya dibuang)

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Ujicoba Instrumen Penguasan Konsep

Realiabilitas = 0,67 (Tinggi)

No.

Soal Daya Pembeda Daya Pembeda

(25)

Realiabilitas = 0,67 (Tinggi)

No.

Soal Daya Pembeda Daya Pembeda

(26)

Berdasarkan hasil uji coba instrumen terhadap 30 soal pilihan ganda,

diperoleh soal yang valid sebanyak 27 soal yang valid, tetapi yang diambil hanya

20 soal yang dipakai sebagai instrumen penelitian penguasaan konsep.

Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Ujicoba Instrumen Berpikir Kritis Realiabilitas = 0,70 (tinggi)

No.

Soal Daya Pembeda Daya Pembeda

Validitas Soal

Berdasarkan hasil uji coba instrumen terhadap 15 soal berpikir kritis,

diperoleh soal yang valid sebanyak 14 soal, tetapi yang diambil hanya 10 soal

yang dipakai sebagai instrumen penelitian.

2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Dari hasil pretest dan postest kemampuan berpikir kritis siswa baik pada

kelas eksperimen maupun kelas kontrol, data yang telah diperoleh dianalisis

melalui tahap berikut:

(27)

2. Menentukan kategori tingkat kemampuan berpikir kritis siswa yang didapat

dengan menghitung persentase dari tiap indikator dengan menggunakan aturan

sebagai berikut (Arikunto,2008) :

Tabel 3.9 Kategori tingkat kemampuan berpikir kritis siswa

Presentase Klasifikasi

90% ≤ A < 100% Sangat baik

75% ≤ B < 100% Baik

55% ≤ C < 100% Cukup

40% ≤ D < 100% Kurang

0% ≤ E < 100% Jelek

Rumus yang digunakan untuk kategori tingkat kemampuan berpikir kritis

siswa adalah :

Kemampuan

Tingkat perolehan gain ternormalisasikan dikategorikan sebagai berikut

Arikunto (2008).

Tabel 3.9 Kategori Gain Dinormalisasi

NG > 0,70 Tinggi

0,30 < NG > 0,70 Sedang

(28)

I. Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Pra persiapan

 Penyusunan proposal  Studi pendahuluan

Persiapan: Kajian teoritis tantang model pembelajaran NHT, kurikulu

Instrumen penelitian kemampuan berpikirkritis

Uji coba Intrumen

Revisi instrument

Rencana Pembelajaran

(RPP)

Pelaksanaan Pretest

Kelas eksperimen dengan model NHT Kelas kontrol dengan

model pembelajaran konvensional

Pelaksanaan posttest

Hasil Penelitian

Analisis dan pengolahan data

(29)
(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, penguasaan konsep

siswa dikelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Numbered

Head Together (NHT) menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan

dengan siswa dikelas kontrol yang menggunakan metode diskusi kelas. Hal

tersebut dapat terlihat pada peningkatan rata-rata nilai penguasaan konsep saat

pretest dan posttest kedua kelas.

Kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen juga menunjukkan

peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal tersebut

dapat terlihat pada peningkatan rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis siswa

saat pretest dan posttest kedua kelas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berpengaruh dalam meningkatkan

penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep sistem

gerak tumbuhan.

Respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe NHT secara

keseluruhan memberikan respon positif, baik dari respon terhadap pelajaran

biologi, respon terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan minat siswa setelah melaksanakan

(31)

secara keseluruhan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT

cocok untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

A. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan mengenai model

pembelajaran kooperatif tipe NHT, maka dapat disarankan beberapa hal berikut

ini:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memerlukan waktu yang relatif

lama dalam proses pembelajarannya, terutama pada tahap heads together

dan answering, sehingga diperlukan perencanaan dan persiapan yang

matang sebelum diterapkan di kelas agar proses pembelajaran dapat berjalan

sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

2. Indikator asumsi yang dibutuhkan untuk membangun argument dan

mengidentifikasi kesimpulan pada penelitian ini masih banyak kekurangan,

maka dari itu perlu kegiatan khusus untuk melatihkan siswa agar dapat

mencapai indikator Asumsi yang dibutuhkan untuk membangun argument.

3. Penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran Numbered Head

Together terhadap kemampuan berpikir kritis siswa masih dapat

dikembangkan lebih luas lagi. Hal ini dikarenakan pada penelitian ini hanya

dibatasi pada sepuluh indikator dari dua belas indikator kemampuan berpikir

kritis menurut Ennis (1985: 54-56).

4. Untuk setiap indikator sebaiknya dilakukan observasi agar terlihat

kemampuan orisinil siswa dalam memunculkan indikator-indikator

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Afgani, D. (2005). Hubungan antara persepsi siswa terhadap strategi pembelajaran ‘logbook’ dengan hasil belajar pada sub konsep organ

tumbuhan. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT

Rineka Cipta

Aryawan,Bambang,M.M.(2009).Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) untuk Membangun Pengetahuan Siswa. Tersedia:

http://riyadi.purworejo.asia/2009/07/pembelajaran-kooperatif-cooperative.html. [Online: 8 Maret 2012].

Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Mitchel, L.G. (2000). Biologi Edisi 5: Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Dahar. (1989). Teori-Teori Belajar. Cetakan kedua. Bandung: Erlangga Ennis, R. W. (1985). Critical Thinking. New Jersey: Prentice-hall. Firdaus, M. (2010). Model-model Pembelajaran. [online]. Tersedia:

http://www.muhfida.com/astramatika.html.[23 Januari 2010].

Hamsa. (2009). Numbered Heads Together. (Online). Tersedia: http://aliefhamsa. blogspot.com/2009/05/numbered-heads-together-nht.html. (05

Februari 2011)

Hanawasti. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Pencemaran Air untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah melalui Belajar Kooperatif. Tesis PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hastami, W.A. (2007). Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Kemampuan Berkomunikasi Siswa pada Subkonsep Pencemaran Air. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Ibrahim, M. & Nur, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press.

Inch, Warnick, Endres. (2006). Critical Thinking and Communication U.S.A: Pearson

(33)

Johnson. (2000). Cooperatif Learning U.S.A: Pearsonal. Kagan. (2008). Numbered Heads Together. (Online). Tersedia:

http://www.kaganonline.com/catalog/ENH/NumberedHeadsTogether_Use rs_Manual.pdf. (05 Februari 2011)

Karlina, I. (2012). Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sebagai Salah Satu startegi Membangun Pengetahuan Siswa. Tersedia: http://www.sd-binatalenta.com/arsipartikel/artikel_ina.pdf. [Online: 8 Maret 2012].

Khoirunnisa, A. (2006). Kajian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Negeri Bandung sebagai Dampak Implementasi Lesson Study pada Subkonsep Pencemaran Air. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Lie, A. (2008). Cooperative Learning Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang – Ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia

Mulyadiana, T.S. (2000). Kemampuan Komunikasi Siswa Madrasah Aliyah Melalui Pembelajaran Kooperatif Pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia. Tesis PPS: tidak diterbitkan.

Mursell, J.L. (1954). Succesful Teaching. New York: Mc. Graw Hill Book Company.

Nuryanti, B.L. (2009). 99 Model Pembelajaran. Bandung : Bina Tugas Mandiri

Paul, R. (2004). Critical Thinking. (Online). Tersedia: http://www.criticalthinking.org. (25 Maret 2011)

Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rodiusri, Y. (2007). Pengaruh Model Numbered Head Together Terhadap Berpikir Kritis Siswa Dan Penguasaan Konsep Pada Sistem Hormon. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Rustaman, N. Dirdjooemarto, S. Yudianto, S.A Achmad, Y. Subekti, R. Rochintaniawati, D. K, Mimin, N. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: UPI

(34)

Sardiman. (2004). Pendidkan dan Evaluasi. Jakarta: Graha Pustaka.

Scriven. (1996). Critical Thinking. (Online). Tersedia:

http://www.criticalthinking.org/University/univlibrary/library.nk. (29 November 2010)

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudargo, Fransisca. (2010). Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep

BiologiSecaraKonstruktivistik. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/19510726 1978032-FRANSISCA_SUDARGO/PROP_hibah_kompetitif10.pdf [Online: 10 Maret 2012].

Sudjana. (2001). Kegiatan Belajar Di Sekolah. Bandung: Erlangga.

Sugiyono. (2010). Metode Pembelajaran Kualitatif Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suhardi, R. (2011). Sistem Gerak Tumbuhan. Tersedia: Rizalsuhardieksakta.blogspot.com. [Online: 25 september 2012, 15.00 WIB].

Tryana. (2008). Kelebihan Model Numbered Head Together. Jakarta: Inter Plus.

Widodo, A. (2006). Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Buletin Puspendik. 3, (2), 18-29.

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket
Tabel 3.3 Interpretasi Indeks Validitas Koefisien Korelasi Keterangan
+4

Referensi

Dokumen terkait

diangkat dalam tesis ini berkaitan tentang ”Bagaimana Upaya Penerapan Model Blended Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sejarah ?”. Fokus

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PICTORIAL RIDDLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMPPADA MATERI HAMA DAN PENYAKIT PADA TUMBUHAN.. Oleh

Jadi, dapat disimpulkan bahwa penerapan Problem Based Learning (PBL) dengan strategi Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penerapan model pembelajaran guided inquiry dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMA pada

Penerapan Model Pembelajaran Kimia Berbasis Etnosains (MPKBE) dapat mening- katkan kemampuan kognitif dan berpikir kritis karena model pembelajaran mengaitkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dilengkapi Catatan Terbimbing dapat meningkatkan kemampuan berpikir

Kesimpulan dari penelitian ini adalah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMK yang memperoleh pembelajaran menggunakan model Discovery Learning

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan rata-rata skor kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas eksperimen yang belajar menggunakan model pembelajaran inquiry