DAFTAR ISI
Judul Halaman
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... ... 1
B. Rumusan Masalah... 5
C. Batasan Masalah... 6
D. Tujuan Penelitian... 7
E. Manfaat penelitian... 7
F. Asumsi... 8
G. Hipotesis... 9
BAB II MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER, PENGUASAAN KONSEP, BERPIKIR KRITIS DAN KONSEP SISTEM GERAK TUMBUHAN ... 9
A. Model Pembelajaran Numbered Head Together... 9
a. Tahapan Pelaksanaan Model Pembelajaran Numbered Head Together... 12
B. Kemampuan Berfikir Kritis... 13
C. Penguasaan Konsep... 17
1. Konsep... 17
2. Penguasaan Konsep... 18
BAB III METODE PENELITIAN... 28
A. Defenisi Operasional... 28
B. Metode Penelitian... 29
C. Desain Penelitian... 30
D. Populasi Sampel dan Lokasi Penelitian... 30
E. Instrumen Penelitian... 31
F. Teknik Pengumpulan Data... 32
G. Prosedur Penelitian... 33
H. Uji Coba Instrumen... 35
I. Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian... 38
J. Alur Penelitian... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 42
A. Hasil Penelitian... 42
1. Data penguaaan Konsep... 42
2. Data Kemampuan Berpikir Kritis... 47
B. Pembahasan... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 81
A. Kesimpulan... 81
B. Saran... 82
DAFTAR PUSTAKA... 84
LAMPIRAN... 87
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Tahap Pelaksanaan Numbered Head Together... 12
2.2. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis... 14
2.3 Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal... 19
3.1. Desain Penelitian... 30
3.2. Kisi-kisi Respon Siswa... 32
3.3. Interpretasi Indeks Validitas... 35
3.4. Klasifikasi Indeks Kesukaran... 36
3.5.Klasifikasi Nilai Daya Pembeda... 37
3.6. Rekapitulasi Hasil Uji Insrumen Penguaaan Konsep... 38
3.7. Rekapitulasi Hasil Uji Intrumen Berpikir Kritis... 39
3.8. Kategori Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis... 40
3.9. Kategori Gain Dinormalisasi... 41
4.1. Rekapitulasi statistik Penguasaan Konsep... 43
4.2 Data N-gain ketercapaian tiap indikator penguasaan konsep... 46
4.3 Rekapitulasi statistik Kemampuan Berpikir Kritis... 49
4.4 Rata-rata Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Indikator Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 50
4.5 Data Rata-rata N-gain Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Indikator... 58
4.6 Hasil Wawancara Guru... 63
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1. Alur Penelitian... 41
4.1. Perbandingan Nilai rata-rata Pretest, Posttest dan N Gain Penguasaan Konsep pada Kelas Eksperimen dan Kontrol... 46
4.2. Perbandingan Nilai rata-rata Pretest, Posttest dan N Gain Berpikir Kritis pada Kelas Eksperimen dan Kontrol... 50
4.3. Persentase Pretest kemampuan Berpikir Kritis Tiap indikator... 52
4.4. Persentase Posttest kemampuan Berpikir Kritis Tiap indikator... 53
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. Perangkat Pembelajaran ... 85
B. Instrumen Penelitian... 104
C. Analisis Uji Coba Instrumen ...153
D. Pengolahan Data...155
E. Perizinan ...171
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan sains dan teknologi, banyak
perubahan-perubahan yang terjadi dan munculnya berbagai permasalahan dalam kehidupan.
Salah satunya tidak terlepas dari peran mutu pendidikan dalam mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Rendahnya mutu pendidikan akan
memberikan dampak dalam mewujudkan lulusan yang kompeten dan kritis yang
sangat diperlukan saat ini.
Mutu pendidikan yang rendah, khususnya dalam bidang sains dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: cara guru mengajar yang kurang
menarik sehingga menimbulkan rasa bosan pada siswa, guru kurang menguasai
materi yang diajarkan, guru kurang memberikan kesempatan bertanya kepada
siswa, dan evaluasi hasil belajar siswa tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran
(Sardiman, 2004 dalam Garnita, 2005:2).
Cara yang dapat dilakukan dalam bidang pendidikan untuk menghasilkan
seseorang yang peka dan siap menghadapi berbagai permasalahan yang ada
adalah dengan mengembangkan dan melatih cara-cara berpikir tingkat tinggi.
Johnson dan Johnson (Hanawasti, 2000:4) menyatakan bahwa untuk
mempersiapkan generasi yang siap menghadapi tantangan zaman, sudah saatnya
disusun pembelajaran yang dapat melatih berpikir siswa.
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki adalah kemampuan berpikir kritis.
diharapkan dapat dilatih secara kontinyu sehingga menghasilkan siswa yang
terampil berpikir kritis, karena dengan kemampuan berpikir kritis, seseorang akan
mudah untuk menganalisis dan menangani informasi yang ditemukan (Hastami,
2007:1).
Menurut Scriven (1996) kemampuan berpikir kritis merupakan suatu
kemampuan bersifat analitif, evaluatif, dan reflektif. Seseorang yang berpikir
kritis akan menilai tepat atau tidak tepat informasi/data yang diperoleh. Dalam
menganalisis, seorang pemikir kritis akan mencari data-data dan argumen yang
kuat dalam mendukung analisis yang telah dibuat. Menurut Wilson (Hastami,
2007) seorang pemikir kritis akan mencari data-data pendukung dalam pemecahan
masalah yang dihadapi.
Kemampuan berpikir kritis siswa harus ditingkatkan demi menciptakan
sumber daya manusia yang terampil berpikir kritis. Seseorang lebih dapat
menerima pendapat dari orang lain dan dengan cepat mengatasi permasalahan
yang ada setelah melalui beberapa pertimbangan logis. Menurut Zohar (1994)
kemampuan berpikir kritis dapat ditingkatkan melalui metode eksperimen dan
diskusi atau studi kasus, begitu juga dengan pemahaman konsepnya (Khoirunnisa,
2006:46).
Pengajaran di sekolah selama ini lebih banyak memberi ceramah dan latihan
mengerjakan soal-soal dengan cepat tanpa memahami konsep secara mendalam.
Hal ini menyebabkan siswa kurang terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya
telah dipelajari dalam kehidupan nyata sehingga keterampilan berpikir kritis siswa
kurang dapat berkembang dengan baik.
Kemampuan berpikir kritis siswa dapat berkembang dengan baik dan
penguasaan konsep siswa dapat meningkat, diperlukan model pembelajaran yang
tepat. Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan agar kemampuan siswa
dapat berkembang adalah model pembelajaran yang berbasis kepada keaktifan dan
kreativitas siswa, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan
motivator. Situasi tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan dan
mengaplikasikan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995 dalam Rusman, 2011:205)
dinyatakan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial,
menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain. Pembelajaran
kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan
masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.
Pembelajaran kooperatif digunakan oleh para pendidik dalam suatu
pembelajaran di dalam kelas dengan menciptakan situasi atau kondisi bagi
kelompok untuk mencapai tujuan masing-masing anggota kelompok atau tujuan
masing-masing kelompok tergantung pada kerjasama yang kompak dan serasi
dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif sangat berguna untuk
membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis, dan
Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu bentuk pembelajaran
kooperatif. Menurut Kagan (2007 dalam Lie, 2008) model NHT ini secara tidak
langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan
cermat, serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif
dalam pembelajaran. Pembelajaran tipe NHT mengutamakan kerja kelompok dari
pada individual sehingga siswa bekerja dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk menyalurkan informasi dan meningkatkan
kemampuan berkomunikasi.
Model pembelajaran NHT ada saling ketergantungan positif antar siswa, ada
tanggung jawab perseorangan, serta ada komunikasi antar anggota kelompok.
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki beberapa kelebihan, yakni
setiap siswa menjadi siap semua, dapat melakukan diskusi dengan
sungguh-sungguh, dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
(Hamsa, 2009).
Sistem gerak tumbuhan merupakan pokok bahasan yang harus dibelajarkan
dalam biologi. Materi sistem gerak tumbuhan adalah materi yang memerlukan
pengelolaan yang baik dalam penyajiannya, sebab materi ini merupakan salah satu
pokok bahasan penting dan bersifat abstrak. Materi sistem gerak tumbuhan dipilih
karena materi ini memerlukan pemahaman yang cukup mendalam, maka siswa
dirangsang untuk lebih aktif berpikir serta dalam materi ini banyak
permasalahan-permasalahan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari.
Penelitian mengenai model pembelajaran Numbered Head Together
Model Pembelajaran Numbered Head Together Terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Sistem Hormon”. Dalam penelitian
tersebut mengemukakan bahwa model Numbered Head Together dapat
meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam pembentukan dan hasil belajar
serta kemampuan berpikir kritis.
Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di atas, maka perlu dilakukan
penelitian tentang pengaruh model pembelajaran NHT terhadap penguasaan
konsep dan berpikir kritis siswa pada konsep sistem gerak pada tumbuhan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, maka rumusan masalah
dari penelitian yang telah dilakukan adalah: "Bagaimanakah pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap penguasaan konsep dan berpikir kritis
siswa pada konsep sistem gerak tumbuhan?"
Perumusan masalah tersebut dapat diturunkan ke dalam pertanyaan
penelitian berikut ini:
1. Bagaimanakah penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa sebelum dan
setelah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered Head Together)?
2. Bagaimanakah penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa sebelum dan
setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
3. Bagaimanakah perbedaan penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa
dengan menggunakan model NHT (Numbered Head Together) dan
konvensional?
4. Bagaimanakah respon siswa dan guru terhadap penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada konsep sistem gerak tumbuhan?
C. Batasan Masalah
Agar lebih terfokus dan terarah maka dilakukan pembatasan dalam beberapa
hal sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mencakup 5
subindikator menurut Ennis (1985), yaitu memfokuskan pertanyaan
(mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan dan mengidentifikasi/
merumuskan kriteria untuk menentukan jawaban yang mungkin),
menganalisis argumen (mengidentifikasi suatu kesimpulan), menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi (menggeneralisasikan tabel)
mengidentifikasi asumsi (memerlukan asumsi, membangun argumen).
2. Penguasaan konsep yang akan diukur adalah aspek kognitif siswa menurut
taksonomi Bloom C1-C6 yang sudah direvisi.
3. Model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol dengan menggunakan
metode diskusi.
4. Materi yang digunakan pada kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini
D. Tujuan Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menganalisis pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadappenguasaan konsep dan
kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep sistem gerak pada tumbuhan.
Tujuan umum tersebut dijabarkan dalam beberapa tujuan khusus berikut ini:
1. Menganalisis penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa sebelum dan setelah
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered
Head Together).
2. Menganalisis penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa sebelum dan setelah
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional/diskusi.
3. Menganalisis perbandingan pembelajaran dengan menggunakan model NHT
(Numbered Head Together) dan konvensional.
4. Menganalisis respon siswa dan guru terhadap penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT pada konsep sistem gerak tumbuhan.
E.Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu:
1. Bagi siswa
a. Dapat memberikan motivasi untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kritisnya.
2. Bagi guru
a. Memberikan informasi tentang penguasaan konsep dan kemampuan berpikir
kritis siswa pada konsep sistem gerak pada tumbuhan melalui model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
b. Memberikan alternatif model pembelajaran untuk mengembangkan
penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa.
c. Menjadi rujukan dalam meningkatkan minat, motivasi, dan semangat belajar
siswa dalam proses pembelajaran.
3. Bagi peneliti lain
Dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau masukan untuk meneliti
masalah yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan berpikir kritis dan
penguasaan konsep.
F. Asumsi
Dalam mengajukan suatu hipotesis tentunya diperlukan beberapa asumsi.
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran kooperatif sangat berguna untuk membantu siswa
menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis, dan kemampuan
membantu teman (Lie,2008).
2. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang
dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur
kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional
G. Hipotesis
Berdasarkan asumsi di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
H1: Terdapat perbedaan yang signifikan pada penguasaan konsep dan berpikir
kritis siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together dengan kelas yang menggunakan metode
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Definisi Operasional
Beberapa definisi operasional dalam menghindari berbagai penafsiran
terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan
beberapa definisi operasional sebagai berikut:
a. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together yaitu,
pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan cara mengelompokkan siswa
ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 5-6 orang siswa yang
heterogen dimana setiap siswanya diberi nomor. Siswa diminta duduk
bersama dengan teman sekelompoknya, kemudian guru memberikan
pertanyaan untuk setiap anggota kelompok yang akan didiskusikan dengan
kelompoknya, kemudian guru memanggil nomor anggota secara acak untuk
menjawab pertanyaan yang telah didiskusikan dengan teman sekelompoknya.
Pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol adalah model pembelajaran
konvensional, yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi,
siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari
lima sampai enam orang siswa, kemudian keenam kelompok tersebut
melakukan diskusi bersama teman sekelompoknya masing-masing
(Lampiran A1).
b.Kemampuan berpikir kritis yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam
kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mencakup 5
subindikator menurut Ennis (1985), yaitu memfokuskan pertanyaan
(mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan dan mengidentifikasi/
merumuskan kriteria untuk menentukan jawaban yang mungkin),
menganalisis argumen (mengidentifikasi suatu kesimpulan), menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi (menggeneralisasikan tabel)
mengidentifikasi asumsi (memerlukan asumsi, membangun argumen).
c. Penguasaan konsep siswa yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh siswa
setelah proses pembelajaran. Hasil belajar yang diukur adalah aspek kognitif
siswa menurut taksonomi Bloom yang sudah direvisi. Hasil belajar siswa
diukur melalui instrumen tes tertulis berupa soal pilihan ganda jenjang C1-C6.
B.Metode Dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode penelitian Quasi
Eksperimen atau eksperimen semu (Arikunto, 2006). Metode ini digunakan
karena banyak faktor dari subjek penelitian yang tidak dapat dikontrol atau
dikendalikan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
kooperatif tipe NHT, sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah
kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa.
2. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalan Non
equivalent Control Group Design (Sugiyono, 2010:116). Terdapat satu kelas
NHT dan satu kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
pembelaran konvensional (metode diskusi). Masing-masing kelas diberikan tes
awal untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, dan setelah selesai kegiatan
pembelajaran kedua kelas di berikan tes akhir. Desain penelitian ini digambarkan
dengan rancangan sebagai berikut.
Tabel 3.1 Non Equivalent Control Group Design
Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 Y O4
Keterangan:
O1,O3 : Pre Test
X : Penerapan Model Numbered Head Together (NHT) O2,O4 : Post Test
Y : Penerapan Metode Diskusi
3. Populasi dan sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 3 Lembang kelas
VIII.
b. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak dua kelas yaitu kelas
VIII H dan kelas VIII I. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara acak
karena karakteristik kelas yang beragam. Sampel kelas yang dipilih yaitu kelas
yang memiliki karakteristik siswa yang aktif dalam setiap pembelajarannya. Dari
dua kelas penelitian ditetapkan kelas VIII I sebagai kelas eksperimen dan kelas
4. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Lembang Jl. Holtitikura No. 24 Lembang
Bandung Barat. Dari tanggal 3 Agustus sampai 10 Agustus 2012.
C.Instrumen penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Soal Penguasaan Konsep
Soal hasil belajar berbentuk pilihan ganda C1-C6 sebanyak 20 butir soal
berdasarkan taksonomi Bloom yang sudah direvisi untuk mengetahui hasil belajar
kognitif siswa. Tes tertulis pilihan ganda ditujukan untuk melihat aspek kognitif
siswa yang akan menggambarkan hasil belajar siswa setelah kegiatan
pembelajaran selesai dilaksanakan. Tes pilihan ganda yang berjumlah 20 butir
soal ini, diberikan saat pretest dan posttest dengan tujuan untuk mengukur aspek
kognitif siswa sebelum dan setelah diberikan perlakuan (Lampiran B1).
2. Soal kemampuan berpikir kritis
Soal kemampuan berpikir kritis yang digunakan berupa soal uraian
sebanyak 10 butir soal yang memuat indikator kemampuan berpikir kritis yang
dimodifikasi dari fungsi kemampuan berpikir kritis menurut Paul dan Elder
(Inch et al., 2006:6). Dan Kemampuan berpikir kritis siswa diukur dengan
menggunakan rublik penilaian (Lampiran C1).
3. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model
pembelajaran selesai. Adapun kisi-kisi angket yang digunakan adalah sebagai
berikut (Lampiran C2).
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket
4. Wawancara Guru
Wawancara digunakan untuk mengetahui respon guru terhadap model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Wawancara guru dilakukan setelah proses
pembelajaran selesai. Instrumen wawancara yang digunakan berbentuk uraian
yang diberikan kepada guru mata pelajaran biologi (Lampiran C2).
D.Teknik Pengumpulan Data
Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1.Menyusun instrumen penelitian. Untuk pengukuran hasil belajar, soal-soal
disusun berdasarkan tingkatan taksonomi Bloom C1-C6.
2.Melakukan validasi soal melalui proses judgment dan pengujian.
3.Merumuskan dan menyusun angket untuk mengetahui respon siswa terhadap
soal-soal penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa.
4.Menentukan subjek penelitian kemudian melakukan pemilihan kelas sampel.
5.Seluruh subjek penelitian melaksanakan tes pengukuran penguasaan konsep
dan kemampuan berpijkir kritis siswa baik pretest maupun posttest.
No Aspek yang Ditanyakan No. Pertanyaan Jumlah Pertanyaan
1 Kesulitan 2,3,13 3
2 Pemahaman terhadap konsep 8,14 2
3 Ketertarikan 1,5,6,9,15 5
4 Keaktifan 4,7,10 3
5 Berpikir kritis 11,12 2
6.Seluruh subjek mengisi angket yang bertujuan untuk mengetahui respon
siswa terhadap model pembelajaran Numbered Head Together.
7.Melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran biologi mengenai
penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together.
8.Hasil tes dianalisis dan diinterpretasikan.
E.Prosedur penelitian
Secara garis besar penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu tahap
persiapan, pelaksanaan, pengolahan data dan penarikan kesimpulan.
1. Tahap persiapan
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan tahap persiapan. Tahap
persiapan ini meliputi:
a. Membuat rencana pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator sebagai pedoman yang akan digunakan pada
proses belajar mengajar berikut dengan alat evaluasinya (Lampiran A1).
b. Membuat instrumen penelitian (Lampiran B1.2 dan B2.2).
c. Judgement instrumen penelitian (Lampiran B1.1 dan B2.1)
d. Analisis hasil uji coba instrumen untuk memperoleh tingkat kesukaran, daya
pembeda, validitas, dan realibilitas soal, serta distraktor (Lampiran E.1).
2. Tahap Perencanaan Penelitian
Dalam perencanaan penelitian, dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:
a) Penentuan sampel penelitian
c) Analisis instrumen
d) Revisi instrumen.
3. Tahapan pelaksanaan
Dalam pelaksanaan penelitian, dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:
a. Membentuk kelompok siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol secara
heterogen berdasarkan aspek kognitf siswa sebelumnya.
b. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang tiap
kelompok.
c. Melakukan tes awal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
d. Pelaksanaan proses belajar mengajar pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Pembelajaran dikelas eksperimen dilakukan dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT, sedangkan pembelajaran di kelas
kontrol dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional
(metode diskusi). Proses belajar mengajar dilaksanakan sesuai dengan
skenario pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
telah dibuat.
4. Tahap pengolahan data dan analisis data
Dalam pengolahan data dan analisis data , dilakukan beberapa langkah
sebagai berikut:
a) Mengolah data hasil penelitian
b) Menganalisis data hasil penelitian
F.Analisis Uji Coba Instrumen
1. Analisis Tes Penguasaan Konsep
Uji butir soal tes objektif untuk mengukur penguasaan konsep siswa:
a. Uji Validitas Soal
Menurut Arikunto (2008) validitas butir soal dihitung dengan menggunakan
rumus Product Moment dengan angka besar atau kasar yaitu:
Arikunto (2008:75) memberikan interpretasi mengenai besarnya koefisien
korelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Interpretasi Indeks Validitas Koefisien Korelasi Keterangan
Reabilitas merupakan konsistensi soal dalam memberikan hasil
pengukuran. Menurut Arikunto (2008) Reliabilitas soal dihitung untuk
seluruh soal, dengan rumus korelasi :
Keterangan :
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
pq
= jumlah hasil perkalian antara p dan q N = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
c. Tingkat kesukaran
Menurut Arikunto (2008) rumus uji tingkat kesukaran adalah:
JS B
P
Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran soal penguasaan konsep dan kemampuan
berpikir kritis siswa adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Keterangan
0,0 – 0,3 Sukar 0,3 – 0,7 Sedang 0,7 – 1,0 Mudah
d. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
berkemampuan rendah (Arikunto:2008).
Ja = banyaknya peserta kelompok atas Jb = banyaknya peserta kelompok bawah
Ba= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar Bb= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar Pa = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
Pb = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Menurut Arikunto (2008:218) klasifikasi nilai daya pembeda adalah sebagai berikut :
Tabel 3.5 Klasifikasi Nilai Daya Pembeda
Daya Pembeda Keterangan
0,0 – 0,2 Jelek
0,2 – 0,4 Cukup
0,4 – 0,7 Baik
0,7 – 1,0 Baik sekali
Negatif Tidak baik (sebaiknya dibuang)
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Ujicoba Instrumen Penguasan Konsep
Realiabilitas = 0,67 (Tinggi)
No.
Soal Daya Pembeda Daya Pembeda
Realiabilitas = 0,67 (Tinggi)
No.
Soal Daya Pembeda Daya Pembeda
Berdasarkan hasil uji coba instrumen terhadap 30 soal pilihan ganda,
diperoleh soal yang valid sebanyak 27 soal yang valid, tetapi yang diambil hanya
20 soal yang dipakai sebagai instrumen penelitian penguasaan konsep.
Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Ujicoba Instrumen Berpikir Kritis Realiabilitas = 0,70 (tinggi)
No.
Soal Daya Pembeda Daya Pembeda
Validitas Soal
Berdasarkan hasil uji coba instrumen terhadap 15 soal berpikir kritis,
diperoleh soal yang valid sebanyak 14 soal, tetapi yang diambil hanya 10 soal
yang dipakai sebagai instrumen penelitian.
2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Dari hasil pretest dan postest kemampuan berpikir kritis siswa baik pada
kelas eksperimen maupun kelas kontrol, data yang telah diperoleh dianalisis
melalui tahap berikut:
2. Menentukan kategori tingkat kemampuan berpikir kritis siswa yang didapat
dengan menghitung persentase dari tiap indikator dengan menggunakan aturan
sebagai berikut (Arikunto,2008) :
Tabel 3.9 Kategori tingkat kemampuan berpikir kritis siswa
Presentase Klasifikasi
90% ≤ A < 100% Sangat baik
75% ≤ B < 100% Baik
55% ≤ C < 100% Cukup
40% ≤ D < 100% Kurang
0% ≤ E < 100% Jelek
Rumus yang digunakan untuk kategori tingkat kemampuan berpikir kritis
siswa adalah :
Kemampuan
Tingkat perolehan gain ternormalisasikan dikategorikan sebagai berikut
Arikunto (2008).
Tabel 3.9 Kategori Gain Dinormalisasi
NG > 0,70 Tinggi
0,30 < NG > 0,70 Sedang
I. Alur Penelitian
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Pra persiapan
Penyusunan proposal Studi pendahuluan
Persiapan: Kajian teoritis tantang model pembelajaran NHT, kurikulu
Instrumen penelitian kemampuan berpikirkritis
Uji coba Intrumen
Revisi instrument
Rencana Pembelajaran
(RPP)
Pelaksanaan Pretest
Kelas eksperimen dengan model NHT Kelas kontrol dengan
model pembelajaran konvensional
Pelaksanaan posttest
Hasil Penelitian
Analisis dan pengolahan data
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, penguasaan konsep
siswa dikelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Numbered
Head Together (NHT) menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan
dengan siswa dikelas kontrol yang menggunakan metode diskusi kelas. Hal
tersebut dapat terlihat pada peningkatan rata-rata nilai penguasaan konsep saat
pretest dan posttest kedua kelas.
Kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen juga menunjukkan
peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal tersebut
dapat terlihat pada peningkatan rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis siswa
saat pretest dan posttest kedua kelas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berpengaruh dalam meningkatkan
penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep sistem
gerak tumbuhan.
Respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe NHT secara
keseluruhan memberikan respon positif, baik dari respon terhadap pelajaran
biologi, respon terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan minat siswa setelah melaksanakan
secara keseluruhan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT
cocok untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
A. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan mengenai model
pembelajaran kooperatif tipe NHT, maka dapat disarankan beberapa hal berikut
ini:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memerlukan waktu yang relatif
lama dalam proses pembelajarannya, terutama pada tahap heads together
dan answering, sehingga diperlukan perencanaan dan persiapan yang
matang sebelum diterapkan di kelas agar proses pembelajaran dapat berjalan
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
2. Indikator asumsi yang dibutuhkan untuk membangun argument dan
mengidentifikasi kesimpulan pada penelitian ini masih banyak kekurangan,
maka dari itu perlu kegiatan khusus untuk melatihkan siswa agar dapat
mencapai indikator Asumsi yang dibutuhkan untuk membangun argument.
3. Penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran Numbered Head
Together terhadap kemampuan berpikir kritis siswa masih dapat
dikembangkan lebih luas lagi. Hal ini dikarenakan pada penelitian ini hanya
dibatasi pada sepuluh indikator dari dua belas indikator kemampuan berpikir
kritis menurut Ennis (1985: 54-56).
4. Untuk setiap indikator sebaiknya dilakukan observasi agar terlihat
kemampuan orisinil siswa dalam memunculkan indikator-indikator
DAFTAR PUSTAKA
Afgani, D. (2005). Hubungan antara persepsi siswa terhadap strategi pembelajaran ‘logbook’ dengan hasil belajar pada sub konsep organ
tumbuhan. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Aryawan,Bambang,M.M.(2009).Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) untuk Membangun Pengetahuan Siswa. Tersedia:
http://riyadi.purworejo.asia/2009/07/pembelajaran-kooperatif-cooperative.html. [Online: 8 Maret 2012].
Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Mitchel, L.G. (2000). Biologi Edisi 5: Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Dahar. (1989). Teori-Teori Belajar. Cetakan kedua. Bandung: Erlangga Ennis, R. W. (1985). Critical Thinking. New Jersey: Prentice-hall. Firdaus, M. (2010). Model-model Pembelajaran. [online]. Tersedia:
http://www.muhfida.com/astramatika.html.[23 Januari 2010].
Hamsa. (2009). Numbered Heads Together. (Online). Tersedia: http://aliefhamsa. blogspot.com/2009/05/numbered-heads-together-nht.html. (05
Februari 2011)
Hanawasti. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Pencemaran Air untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah melalui Belajar Kooperatif. Tesis PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Hastami, W.A. (2007). Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Kemampuan Berkomunikasi Siswa pada Subkonsep Pencemaran Air. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.
Ibrahim, M. & Nur, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press.
Inch, Warnick, Endres. (2006). Critical Thinking and Communication U.S.A: Pearson
Johnson. (2000). Cooperatif Learning U.S.A: Pearsonal. Kagan. (2008). Numbered Heads Together. (Online). Tersedia:
http://www.kaganonline.com/catalog/ENH/NumberedHeadsTogether_Use rs_Manual.pdf. (05 Februari 2011)
Karlina, I. (2012). Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sebagai Salah Satu startegi Membangun Pengetahuan Siswa. Tersedia: http://www.sd-binatalenta.com/arsipartikel/artikel_ina.pdf. [Online: 8 Maret 2012].
Khoirunnisa, A. (2006). Kajian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Negeri Bandung sebagai Dampak Implementasi Lesson Study pada Subkonsep Pencemaran Air. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.
Lie, A. (2008). Cooperative Learning Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang – Ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia
Mulyadiana, T.S. (2000). Kemampuan Komunikasi Siswa Madrasah Aliyah Melalui Pembelajaran Kooperatif Pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia. Tesis PPS: tidak diterbitkan.
Mursell, J.L. (1954). Succesful Teaching. New York: Mc. Graw Hill Book Company.
Nuryanti, B.L. (2009). 99 Model Pembelajaran. Bandung : Bina Tugas Mandiri
Paul, R. (2004). Critical Thinking. (Online). Tersedia: http://www.criticalthinking.org. (25 Maret 2011)
Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rodiusri, Y. (2007). Pengaruh Model Numbered Head Together Terhadap Berpikir Kritis Siswa Dan Penguasaan Konsep Pada Sistem Hormon. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Rustaman, N. Dirdjooemarto, S. Yudianto, S.A Achmad, Y. Subekti, R. Rochintaniawati, D. K, Mimin, N. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: UPI
Sardiman. (2004). Pendidkan dan Evaluasi. Jakarta: Graha Pustaka.
Scriven. (1996). Critical Thinking. (Online). Tersedia:
http://www.criticalthinking.org/University/univlibrary/library.nk. (29 November 2010)
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sudargo, Fransisca. (2010). Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep
BiologiSecaraKonstruktivistik. Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/19510726 1978032-FRANSISCA_SUDARGO/PROP_hibah_kompetitif10.pdf [Online: 10 Maret 2012].
Sudjana. (2001). Kegiatan Belajar Di Sekolah. Bandung: Erlangga.
Sugiyono. (2010). Metode Pembelajaran Kualitatif Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suhardi, R. (2011). Sistem Gerak Tumbuhan. Tersedia: Rizalsuhardieksakta.blogspot.com. [Online: 25 september 2012, 15.00 WIB].
Tryana. (2008). Kelebihan Model Numbered Head Together. Jakarta: Inter Plus.
Widodo, A. (2006). Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Buletin Puspendik. 3, (2), 18-29.