• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN SEKS UNTUK ORANGTUA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN SEKS UNTUK ORANGTUA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PROGRAM BIMBINGAN SEKS UNTUK ORANGTUA

PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Oleh: Wiwit Wiriawan

1104493

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Program Bimbingan Seks untuk Orangtua

pada Anak Tunagrahita Ringan

Oleh

Wiwit Wiriawan, S.Pd

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

© Wiwit Wiriawan 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis. LEMBAR PENGESAHAN

PROGRAM BIMBINGAN SEKS UNTUK ORANGTUA

PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

Disetujui dan disahkan oleh

Pembimbing I

PERMANARIAN SOMAD, DR, M.PD

195404081981032001

Pembimbing II

JUANG SUNANTO, DR, MA

196105151987031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesiaa

(4)

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(5)

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v ABSTRAK

PROGRAM BIMBINGAN SEKS UNTUK ORANGTUA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

Oleh Wiwit Wiriawan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS

(6)

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi ABSTRACT

SEX GUIDANCE PROGRAM FOR PARENTS ON CHILD WITH MILD MENTALLY RETARDED

By Wiwit Wiriawan

SPECIAL NEEDS EDUCATION DEPARTEMENT

(7)

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vii DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ………. i

Halaman Pernyataan ……….. ii

Kata Pengantar ………... iii

Ucapan Terima Kasih ……… iv

Abstrak ………..…… v

C. Pertanyaan Penelitian ………... 4

D. Tujuan Penelitian ………..………... 5

E. Manfaat Penelitian ………... 6

F. Struktur Organisasi Tesis ………. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bimbingan Seks ……….…….. 8

1. Definisi ………... 8

2. Tujuan Bimbingan Seks ………. 10

B. Anak Tunagrahita ……… 12

1. Pengertian Anak Tunagrahita ………. 12

2. Klasifikasi Anak Tunagrahita ………. 12

3. Pendidikan Anak Tunagrahita Ringan ……… 14

4. Seksualitas Anak Tunagrahita Ringan ….…………... 15

C. Program Bimbingan Seks oleh Orangtua pada Anak Tunagrahita Ringan ……… 18

1. Teori Belajar yang Mendasari Program Bimbingan Seks ………. 19

2. Desain Penerapan Program ……….. 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 23

B. Desain Penelitian ... 25

C. Metode Penelitian ... 30

D. Definisi Konsep …... 32

E. Instrumen Penelitian ... 33

(8)

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ………. 43

B. Pembahasan ……….. 72

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ………... 81

B. Rekomendasi ……… 82

(9)

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix Daftar tabel

Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen wawancara terhadap orangtua mengenai kondisi objektif anak tunagrahita ringan

dalam perilaku seks di rumah pada saat ini ……….. 34

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen wawancara terhadap guru mengenai kondisi objektif anak tunagrahita ringan dalam perilaku seks di sekolah pada saat ini ………... 35

Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen wawancara terhadap orangtua mengenai upaya bimbingan seks oleh orangtua di rumah pada anak tunagrahita ringan yang dilakukan pada saat ini … 35 Tabel 3.4 Kisi-kisi instrumen wawancara terhadap guru mengenai upaya bimbingan seks oleh guru di sekolah pada anak tunagrahita ringan yang dilakukan pada saat ini … 36 Tabel 3.5 Kisi-kisi instrumen observasi terhadap perilaku seks Anak tunagrahita ringan di sekolah ………. 37

Tabel 3.6 Kisi-kisi instrumen studi dokumentasi terhadap perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru ……… 37

Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Wawancara terhadap Orangtua ………… 40

Tabel 3.8 Kisi-kisi Instrumen Wawancara terhadap Guru ……….. 41

Tabel 4.1 Data Studi Dokumentasi ……….. 51

Tabel 4.2 Analisis Upaya Bimbingan Seks Orangtua Pj ………. 52

Tabel 4.3 Masukan Hasil Validasi ……….. 53

Tabel 4.4 Hasil pre-test materi I ……….. 63

Tabel 4.5 Hasil post-test materi I ……… 65

Tabel 4.6 Hasil pre-test materi II ………. 66

Tabel 4.7 Hasil post-test materi II ………... 67

Tabel 4.8 Analisis perilaku dan target intervensi ……….... 69

(10)

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

x

Daftar Gambar

Gambar 3.1. Tahap-tahap Penelitian ……… 26

Gambar 3.2. Prosedur Penyusunan Program ……… 29

Gambar 3.3. Format Validasi Draft Program Bimbingan Seks ……… 38 Gambar 3.4. Grafik pencatatan perilaku …...………. 40

Gambar 4.1. Grafik hasil tes materi I dan II ………. 68

(11)

1

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus tidak hanya pada aspek akademik dalam hal ini membaca, menulis, dan berhitung. Pendidikan non akademik seperti keterampilan hidup bermasyarakat diperlukan karena anak berkebutuhan khusus sebagai bagian dari masyarakat perlu memahami norma-norma yang berlaku agar mereka dapat diterima di masyarakat. Salah satunya adalah pendidikan pubertas terutama bagi anak berkebutuhan khusus dalam hal ini anak tunagrahita ringan yang telah berusia remaja.

Anak tunagrahita ringan usia remaja mengalami perubahan baik secara fisik maupun hormonal sama seperti yang dialami remaja pada umumnya. Pada usia ini, anak tunagrahita ringan mengalami masa puber yang ditandai oleh ciri-ciri baik fisik maupun perilaku seperti menstruasi bagi anak perempuan dan mimpi basah pada laki-laki serta tertarik pada hal-hal yang berbau seksualitas.

(12)

2

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong remaja untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seksualitas dalam bentuk yang sesuai norma. Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, artinya pendidikan seks itu juga harus berkaitan dengan pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Tujuan akhirnya adalah menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. Dengan demikian Pendidikan seks adalah pendidikan mengenai anatomi dan biologi dari alat reproduksi tentang seksualitas manusia yang memberikan informasi tentang seks secara tepat kepada anak yang diharapkan dapat menjadi bekal hidup yang berguna, agar kelak setelah dewasa memiliki tingkah laku seksual yang bertanggung jawab. Dengan kata lain, anak tahu apa yang harus dilakukan, apa akibatnya setelah menikah bagi pasangannya, bagi dirinya sendiri dan bagi lingkungan.

(13)

3

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

juga pada anak tunagrahita yang memasuki masa remaja. Bimbingan terhadap mereka sangat diperlukan agar perilaku menyimpang dalam hal seksual tidak terjadi.

Orangtua merupakan pihak yang paling dekat dan banyak waktunya bersama anak. Bagi orangtua yang memiliki anak tunagrahita ringan remaja, pemahaman terhadap kondisi dan kebutuhan anak usia remaja harus dimiliki. Salah satunya pemahaman terhadap tahapan perkembangan seksual anak. Apabila memiliki pemahaman tersebut, maka orang tua akan tahu kebutuhan anak dalam mengisi nilai-nilai dalam proses perkembangan seksnya.

(14)

4

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini didasari oleh prinsip-prinsip teori belajar behavioristik. Uraian penjelasan mengenai prinsip-prinsip tersebut di atas diuraikan dalam bab selanjutnya.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka identifikasi masalah penelitian ini disusun sebagai berikut:

1. Perilaku seks anak tunagrahita ringan yang tidak sesuai dengan norma-norma dan melanggar etika sosial yang berlaku di masyarakat sering ditemukan di sekolah dan informasi dari beberapa orang tua tunagrahita ringan.

2. Orangtua dan guru mengalami kesulitan dalam mengatasi perilaku seks anak tunagrahita ringan yang tidak sesuai norma dan etika

3. Pemahaman orangtua dan guru mengenai bimbingan seksual belum optimal sesuai dengan kondisi anak

4. Orangtua memiliki waktu yang lebih banyak dengan anak, sehingga bimbingan seks yang dilakukan orangtua di rumah diduga akan memberikan pengaruh pada perubahan perilaku seks anak tunagrahita ringan yang lebih baik.

(15)

5

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap sesuai dengan tahapan penelitian dengan rincian sebagai berikut.

Tahap I

Pertanyaan penelitian pada tahap I adalah sebagai berikut;

1. Bagaimana gambaran kondisi objektif perilaku seks anak tunagrahita ringan di rumah dan di sekolah pada saat ini?

2. Apakah upaya bimbingan seks oleh orangtua di rumah dan guru di sekolah pada anak tunagrahita ringan yang dilakukan pada saat ini?

Tahap II

Pertanyaan penelitian pada tahap II adalah sebagai berikut.

3. Bagaimana program bimbingan seks oleh orangtua pada anak tunagrahita ringan?

Tahap III

Pertanyaan penelitian pada tahap III adalah sebagai berikut.

4. Bagaimana penerapan program bimbingan seks oleh orangtua pada anak tunagrahita ringan?

D. Tujuan Penelitian

(16)

6

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gambaran yang jelas dan nyata sebagai jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah disusun oleh peneliti. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi perilaku seks anak tunagrahita ringan yang tidak sesuai dengan norma dan etika dan memperoleh program bimbingan seks untuk orangtua dalam mengatasi perilaku seks anak tunagrahita ringan yang tidak sesuai dengan norma dan etika.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung kepada pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan pendidikan khususnya pendidikan bagi anak tunagrahita ringan yang memasuki usia remaja. Adapun manfaat dari penelitian ini di antaranya sebagai berikut ini:

1. Manfaat teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam konsep bimbingan bagi anak tunagrahita ringan khususnya pada perilaku seks yang tidak sesuai dengan norma dan etika.

(17)

7

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam layanan pendidikan seks bagi anak tunagrahita ringan.

F. Struktur Organisasi Tesis

Penulisan tesis tentang Program Bimbingan Seks untuk Orang Tua pada Anak Tunagrahita Ringan ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut.

(18)

8

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(19)

23

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan sesuai tahap penelitian. Pada penelitian tahap I, lokasi penelitian dilakukan di rumah anak tunagrahita ringan 1, rumah anak tunagrahita ringan 2, dan sekolah. Penelitian tahap II penelitian dilakukan di rumah anak tunagrahita ringan 1. Sementara penelitian tahap III, penelitian dilakukan di rumah anak tunagrahita ringan 1 dan sekolah.

Lokasi rumah anak tunagrahita ringan 1 beralamat di Desa Leuwiliang Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Lokasi rumah anak tunagrahita ringan 2 beralamat di Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor.

Lokasi SLB Tunas Kasih 1 beralamat di Jalan Raya Karehkel No. 9 Leuwiliang Kabupaten Bandung. SLB Tunas Kasih 1 berstatus swasta yang berada di bawah naungan Yayasan Tunas Kasih. Saat ini SLB Tunas Kasih 1 memiliki tenaga pendidik sebanyak 4 guru berstatus Pegawai Negeri Sipil dan 4 berstatus honorer Yayasan serta tenaga kependidikan 1 orang. Siswa yang sekarang bersekolah berjumlah 45 orang dengan jenis kelainan tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, dan hiperaktif yang terbagi ke tiga jenjang pendidikan SDLB, SMPLB dan SMALB.

(20)

24

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan norma dan etika. Selain itu ada juga orang tua yang telah berhasil memberikan bimbingan seks pada anaknya yang tunagrahita sehingga perilaku seks yang ditunjukkan sesuai dengan norma dan etika.

Subjek dalam penelitian ini adalah orangtua anak tunagrahita ringan sebanyak dua orang, dua anak tunagrahita ringan kelas X SMLB, dan satu orang guru. Subjek penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

1. Orangtua 1

Nama In. Usia 52 tahun. Pendidikan terakhir SMP. Pekerjaan Ibu rumah tangga. Pemilihan orangtua 1 sebagai subjek penelitian dikarenakan In merupakan Ibu dari anak tunagrahita ringan yang berperilaku seks tidak sesuai dengan norma dan etika. Selain itu In memiliki waktu yang paling banyak dengan anak di rumah karena tidak bekerja. Sementara ayahnya berangkat kerja dari jam 06.30 - 19.30 WIB sehingga waktu dengan anak lebih sedikit.

2. Orangtua 2

(21)

25

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Anak tunagrahita ringan 1

Nama Wn. Usia 18 tahun. Kelas X SMALB. Pemilihan Wn sebagai subjek penelitian dikarenakan anak tersebut selama ini berperilaku seks tidak sesuai dengan norma dan etika yang berlaku di masyarakat.

4. Anak tunagrahita ringan 2

Nama Pj. Usia 18 tahun. Kelas X SMALB. Pemilihan Pj sebagai subjek penelitian dikarenakan anak tersebut selama ini berperilaku seks telah sesuai dengan norma dan etika yang berlaku di masyarakat.

5. Guru

Nama Hj. Usia 42 tahun. Pendidikan terakhir Sarjana dengan memiliki masa kerja 22 tahun. Guru Hj dipilih sebagai subjek penelitian karena Hj merupakan guru kelas dari subjek penelitian anak tunagrahita ringan 1 (Wn) dan anak tunagrahita ringan 2 (Pj).

B. Desain Penelitian

(22)

26

Wiwit Wiriawan, 2013

(23)

27

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.Penelitian Tahap I

Penelitian tahap I yang dilakukan adalah menggali kondisi objektif perilaku seks anak tunagrahita ringan di rumah dan di sekolah pada saat ini dan upaya bimbingan seks oleh orangtua di rumah dan guru di sekolah pada anak tunagrahita ringan yang dilakukan pada saat ini.

Peneliti menggali informasi kepada orangtua Wn dan Pj berkaitan dengan perilaku seks anak tunagrahita ringan di rumah. Hal yang diungkap adalah perilaku seksual anak tunagrahita ringan yang terlihat oleh orangtua ketika di rumah, Tempat kejadian perilaku seksual yang anak lakukan di rumah, Cara anak berperilaku seksual di rumah, Pergaulan anak di lingkungan rumah, dan bahaya tidaknya perilaku seksual yang dilakukan anak. Tempat penelitian dilakukan di rumah Wn dan Pj.

(24)

28

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya peneliti menggali informasi pada orang tua Wn dan orangtua Pj berkaitan upaya bimbingan seks oleh orangtua di rumah pada anak tunagrahita ringan yang dilakukan pada saat ini. Hal yang diungkap adalah pemahaman orang tua mengenai makna seksual, pemahaman orang tua mengenai anak tunagrahita ringan, apa yang dilakukan orang tua untuk membimbing perilaku seksual anak di rumah, cara orang tua memberikan bimbingan seks pada anak, sikap anak ketika menerima bimbingan seks dari orang tua, hambatan yang dialami orang tua dalam memberikan bimbingan seks, dan bimbingan seks yang dilakukan ahli.

Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti pada tahap I adalah menggali informasi pada guru mengenai upaya bimbingan seks yang dilakukan guru di sekolah pada anak tunagrahita ringan pada saat ini. Hal yang diungkap adalah pemahaman guru mengenai makna seksual, pemahaman guru mengenai anak tunagrahita ringan, hal yang dilakukan guru untuk membimbing perilaku seks anak di sekolah, cara guru memberikan bimbingan seks pada anak, ketersediaan materi bimbingan seks dalam program pengajaran, hambatan yang dialami guru dalam memberikan bimbingan seks, dan bimbingan seks yang dilakukan ahli lain.

2.Penelitian Tahap II

(25)

29

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bimbingan seks ini berdasarkan analisis upaya bimbingan seks yang dilakukan oleh orangtua Pj dan rujukan dari pendapat El-Qudsy (2012). Sementara langkah-langkah penerapan bimbingannya mengacu pada teori belajar behavioristik.

Draft program yang disusun oleh peneliti selanjutnya divalidasi oleh 1 (satu) orang guru di salah satu SLB yang bernama Sy dan 1 (satu) orang pemuka Agama Islam. Pemilihan Sy sebagai validator dikarenakan beliau memiliki pengalaman mengajar anak tunagrahita ringan. Hasil validasi yang dilakukan oleh validator selanjutnya dijadikan sebagai masukan untuk menyempurnakan draft program yang disusun peneliti.

Gambar 3.2. Prosedur Penyusunan Program 3.Penelitian Tahap III

Penelitian tahap III ini, peneliti berupaya memperoleh gambaran bagaimana penerapan program bimbingan seks oleh orangtua pada anak

(26)

30

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tunagrahita ringan. Hal yang diungkap adalah bagaimana peningkatan pemahaman orangtua terhadap konsep bimbingan seks, peningkatan pemahaman orangtua mengenai konsep anak tunagrahita, peningkatan keterampilan orang tua dalam mengajarkan perilaku seksual pada anak tunagrahita, dan perubahan perilaku seksual di rumah setelah mendapatkan bimbingan seks.

(27)

31

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan sebuah cara bagaimana tujuan penelitian tersebut dapat tercapai. Seperti yang dikemukakan oleh Surakhmad (1995:131) bahwa metode penelitian adalah sebagai berikut:

suatu alat utama yang digunakan dalam mencapai tujuan, menguji serangkaian hipotesis dengan teknik serta alat tertentu, cara ini diperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi Penyelidikan.

Sementara itu Sugiyono (2006:2), mengemukakan bahwa “Metode

penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode campuran (kualitatif dan kuantitatif) atau Mix

Method Reseach Design. Pada tahap I bertujuan untuk memperoleh data

kondisi objektif perilaku seks anak tunagrahita ringan di rumah dan di sekolah pada saat ini dan upaya bimbingan seks oleh orangtua di rumah dan guru di sekolah pada anak tunagrahita ringan yang dilakukan pada saat ini secara rinci, maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pengertian metode deskriptif diungkapkan oleh Ali (1990) adalah:

metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa sekarang dan dapat dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi data, analisis/laporan dengan tujuan utama membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi.

(28)

32

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terlihat pada saat sekarang yang terjadi di rumah dan di sekolah, upaya orangtua dalam memberikan bimbingan seks pada anak tunagrahita ringan di rumah dan upaya guru dalam memberikan bimbingan seks pada anak tunagrahita ringan di sekolah secara rinci. Peneliti bermaksud untuk menggali peristiwa-peristiwa yang alami apa adanya dengan tidak mengubah keadaan atau melakukan intervensi terhadap penelitian. Selain itu data yang dikumpulkan bersifat deskriptif yaitu berupa kata-kata dan tindakan-tindakan informan yang diwawancarai dan diamati serta peneliti berinteraksi langsung dengan informan dalam pengumpulan data.

Sementara itu metode yang digunakan dalam menerapkan program bimbingan seks pada anak tunagrahita ringan oleh orangtua pada tahap III adalah menggunakan pendekatan kuantitatif dengan disain eksperimen kasus

tunggal, dengan disain pengulangan A-B-A-B, yaitu dilakukan

berulang-ulang dengan periode waktu tertentu.

D. Definisi Konsep

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap pokok-pokok masalah yang diteliti maka disampaikan beberapa konsep sebagai berikut:

(29)

33

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ringan yang dianggap berhasil dalam perilaku seks pada anak tunagrahita ringan yang sesuai dengan norma dan etika serta perilaku seksual yang bertanggung jawab. Prinsip-prinsip teori belajar behavioristik yang dipergunakan dalam program bimbingan seks ini antara lain pembiasaan bimbingan terhadap perilaku yang diharapkan dengan cara diulang-ulang di mana pembiasaan dalam bimbingan ini adalah perilaku melakukan onani di tempat yang telah ditentukan oleh orangtua dengan menggunakan bahan yang telah disediakan dan membersihkan diri setelah selesai onani. Prinsip teori belajar behavioral yang lainnya adalah adanya reward yang diberikan terhadap anak apabila melakukan perilaku sesuai dengan target perilaku.

2. Orangtua adalah ibu dari anak tunagrahita bernama Wn. Penelitian ini subjek orang tua diwakili oleh Ibu karena memiliki waktu lebih banyak dengan anak di rumah di bandingkan dengan ayahnya.

(30)

34

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Instrumen Penelitian

1. Penelitian Tahap I

Penelitian pada tahap I bertujuan untuk menggali kondisi objektif perilaku seks anak tunagrahita ringan di rumah pada saat ini dan upaya bimbingan seks oleh orangtua di rumah pada anak tunagrahita ringan yang dilakukan pada saat ini. Adapun instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut.

a. Wawancara

Menurut Stainback (dalam Sugiyono, 2005:72) wawancara diuraikan sebagai berikut: “interviewing provide the researcher a

means to gain a deeper understanding of how the participant interpret

a situation or phenomenon than can be gained through observation

alone”. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal

yang lebih mendalam tentang partisipan (informan) dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

(31)

35

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Kisi-kisi instrumen wawancara terhadap orangtua mengenai kondisi objektif anak tunagrahita ringan dalam perilaku seks di rumah pada saat ini

Aspek Sub Aspek

Perilaku seksual anak tunagrahita ringan di rumah

Perilaku seksual anak tunagrahita ringan yang terlihat oleh orangtua ketika di rumah

Tempat kejadian perilaku seksual yang anak lakukan di rumah

Cara anak berperilaku seksual di rumah Pergaulan anak di lingkungan rumah Bahaya tidaknya perilaku seksual yang dilakukan anak

Wawancara yang dilakukan kepada guru adalah untuk menggali kondisi objektif anak tunagrahita ringan dalam perilaku seks di sekolah pada saat ini. Adapun kisi-kisi instrumen wawancara terhadap guru untuk menggali informasi mengenai kondisi objektif anak tunagrahita ringan dalam perilaku seks di sekolah pada saat ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kisi-kisi instrumen wawancara terhadap guru mengenai kondisi objektif anak tunagrahita ringan dalam perilaku seks di sekolah pada saat ini

Aspek Sub Aspek

Perilaku seksual anak tunagrahita ringan di sekolah

Perilaku seksual anak tunagrahita ringan yang terlihat oleh orangtua ketika di sekolah

Tempat kejadian perilaku seksual yang anak lakukan di sekolah

Bagaimana cara anak berperilaku seksual di sekolah

Pergaulan anak di sekolah

Bahaya tidaknya perilaku seksual yang dilakukan anak

(32)

36

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rumah pada anak tunagrahita ringan yang dilakukan pada saat ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kisi-kisi instrumen wawancara terhadap orangtua mengenai upaya bimbingan seks oleh orangtua di rumah pada anak tunagrahita ringan

yang dilakukan pada saat ini

Aspek Sub Aspek

Apa yang dilakukan orangtua untuk

membimbing perilaku seksual anak di rumah Cara orangtua memberikan bimbingan seks pada anak

Sikap anak ketika menerima bimbingan seks dari orangtua

Hambatan yang dialami orangtua dalam memberikan bimbingan seks

Bimbingan seks yang dilakukan oleh ahli lain

Sementara itu kisi-kisi instrumen wawancara terhadap guru untuk menggali informasi mengenai upaya bimbingan seks oleh guru di sekolah pada anak tunagrahita ringan yang dilakukan pada saat ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kisi-kisi instrumen wawancara terhadap guru mengenai upaya bimbingan seks oleh guru di sekolah pada anak tunagrahita ringan

yang dilakukan pada saat ini

Aspek Pertanyaan

Upaya bimbingan seks yang dilakukan oleh guru

Pemahaman guru mengenai makna seksual Pemahaman guru mengenai anak tunagrahita Apa yang dilakukan guru untuk membimbing perilaku seksual anak di sekolah

Cara guru memberikan bimbingan seks pada anak

(33)

37

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

program pengajaran

Hambatan yang dialami guru dalam memberikan bimbingan seks

Bimbingan seks yang dilakukan oleh ahli lain

b. Observasi

Selain wawancara, peneliti melakukan observasi terhadap anak tunagrahita ringan berkaitan dengaan perilaku seks anak tunagrahita ringan di sekolah. Data atau informasi yang diperoleh melalui observasi diharapkan tidak hanya dapat mendukung data atau informasi yang diperoleh melalui wawancara, tetapi juga dapat melengkapi data atau informasi yang belum terungkap melalui wawancara. Adapun kisi-kisi instrumen observasi terhadap perilaku seks anak tunagrahita ringan di sekolah adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kisi-kisi instrumen observasi terhadap perilaku seks Anak tunagrahita ringan di sekolah

Aspek Sub Aspek

Perilaku seksual anak tunagrahita ringan di sekolah

Perilaku seksual anak tunagrahita ringan yang terlihat ketika di sekolah

Tempat kejadian perilaku seksual yang anak lakukan di sekolah

Bagaimana cara anak berperilaku seksual di sekolah

(34)

38

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Studi dokumentasi dilakukan terhadap perangkat pembelajaran dalam hal ini silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan bahan ajar yang dibuat oleh guru berkaitan dengan program pembelajaran yang fokus pada bimbingan seks terhadap anak tunagrahita ringan. Adapun kisi-kisi instrumennya sebagai berikut.

Tabel 3.6

Kisi-kisi instrumen studi dokumentasi terhadap perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru

Aspek Sub Aspek

Upaya bimbingan seks yang dilakukan oleh guru

Program pembelajaran yang memuat materi bimbingan seks dalam silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan bahan ajar

b.Penelitian Tahap II

Pada Tahap II, peneliti menyusun draft program bimbingan untuk orangtua anak tunagrahita ringan. Draft materi dalam program bimbingan seks ini berdasarkan pada tahapan pendidikan seks berdasarkan usia dan upaya bimbingan seks yang dilakukan oleh orangtua Pj. Sementara langkah-langkah penerapan bimbingannya mengacu pada teori belajar behavioristik.

Draft program bimbingan tersebut kemudian divalidasi oleh satu orang guru SLB yang bernama Sy dan satu orang Pemuka Agama Islam. Alasan Sy sebagai validator karena memiliki pengalaman yang cukup lama dalam mengajar anak tunagrahita ringan. Adapun alasan memilih pemuka agama menjadi validator mengingat draft program bimbingan

(35)

39

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seks yang disusun oleh peneliti memerlukan tanggapan dan masukan dari sudut pandang hukum agama (Fiqih).

Gambar 3.3. Format Validasi Draft Program Bimbingan Seks c.Penelitian Tahap III

Pada tahap III, penerapan program bimbingan seks untuk orangtua anak tunagrahita ringan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut. Peneliti melakukan pre-test dengan wawancara pada orangtua berkaitan dengan pemahaman konsep anak tunagrahita dan bimbingan seks. Hasil

(36)

40

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

materi I berkaitan dengan konsep anak tunagrahita ringan dan materi II yaitu konsep bimbingan seks. Setelah menetapkan baseline, selanjutnya peneliti memberikan intervensi kepada orangtua dengan metode ceramah dengan materi konsep anak tunagrahita ringan dan bimbingan seks. Di akhir materi, peneliti berdiskusi dengan orangtua mengenai materi yang telah disampaikan peneliti. Pada sesi diskusi ini, orangtua bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti pada konsep anak tunagrahita ringan dan konsep bimbingan seks. Setelah selesai sesi diskusi, selanjutnya peneliti melakukan post-test terhadap orangtua mengenai materi yang telah disampaikan. Apabila post-test menunjukkan skor di bawah 50%, maka hasil post-tes tersebut dijadikan sebagai baseline (A2) dan selanjutnya peneliti mengulang materi (B2) yang yang belum dimengerti oleh orangtua. Setelah materi I dan II selesai, selanjutnya peneliti memberikan bimbingan materi III yaitu keterampilan memberikan bimbingan seks pada anak tunagrahita ringan agar perilaku seks yang dilakukan sesuai dengan norma dan etika yang berlaku.

Baseline dan intervensi (treatment) dicatat ke dalam grafik berikut

(37)

41

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.4. Grafik pencatatan perilaku Keterangan:

A1 merupakan baseline (perilaku awal sebelum memperoleh perlakuan) B1 merupakan treatment (tindakan yang dilakukan terhadap A1)

A2 merupakan baseline 2 (perilaku setelah memperoleh B1) B2 merupakan treatment 2 (tindakan yang dilakukan terhadap A2)

Instrumen pengumpulan data pada tahap III yang dipergunakan peneliti adalah wawancara terhadap orangtua dan guru. Adapun instrumen wawancara untuk orangtua adalah sebagai berikut.

Tabel 3.7

Kisi-kisi Instrumen Wawancara terhadap Orangtua

Aspek Sub Aspek

Peningkatan pemahaman orangtua terhadap konsep bimbingan seks

Peningkatan pemahaman orangtua mengenai konsep anak tunagrahita

Peningkatan keterampilan orang tua dalam mengajarkaan perilaku seksual pada anak tunagrahita

Kesulitan dalam mengimplementasikan program bimbingan seks

Bagaimana perubahan perilaku seksual di rumah setelah mendapatkan bimbingan seks

Saran terhadap perbaikan program bimbingan

Sementara instrumen wawancara untuk guru adalah sebagai berikut.

Tabel 3.8

Kisi-kisi Instrumen Wawancara terhadap Guru

Aspek Sub Aspek

Perilaku seksual anak tunagrahita ringan di

(38)

42

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sekolah Perubahan perilaku seksual di rumah setelah mendapatkan bimbingan seks

F. Analisis Data

Pemeriksaan keabsahan data penelitian dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi dilakukan dengan triangulasi. Menurut Moleong (2005:330) triangulasi adalah “teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

pembanding terhadap data lain”. Triangulasi yang dilakukan peneliti adalah

melakukan pembandingan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.

(39)

43

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(40)

81

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

Perilaku seks anak tunagrahita ringan pada dasarnya merupakan bagian dari dorongan hasrat seksual yang muncul pada anak remaja pada umumnya. Namun perilaku seks seperti onani yang dilakukan anak tunagrahita ringan di tempat terbuka merupakan akibat dari dorongan seksual dalam diri anak yang tidak diimbangi dengan bimbingan seks yang tepat serta diperkuat oleh karakteristik anak tunagrahita ringan yang mengalami keterbatasan dalam perilaku adaptif. Sementara itu perilaku seks yang tidak sehat seperti onani menggunakan oli atau alat lain yang berbahaya merupakan dampak dari kurangnya bimbingan bagaimana seharusnya berperilaku seks yang sehat dan tidak membahayakan baik untuk dirinya maupun orang lain.

Upaya bimbingan seks yang dilakukan oleh orangtua pada anak tunagrahita ringan saat ini tidak memberikan pengaruh pada perubahan perilaku seks anak karena orangtua belum memahami bagaimana cara memberikan bimbingan pada anaknya.

(41)

82

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bimbingan yang dilakukan oleh orangtua anak lain yang dinilai berhasil dan teori belajar behavioristik yang sesuai diterapkan pada anak tunagrahita.

Penerapan program bimbingan seks yang dilakukan oleh orangtua cukup mengatasi perilaku seks yang tidak sesuai dengan norma dan etika pada anak tunagrahita ringan. Di samping itu adanya peningkatan keterampilan orangtua dalam membimbing anaknya dalam perilaku seks akan memberikan dampak yang sangat baik terhadap bimbingan perilaku anak selanjutnya. Selanjutnya program bimbingan seks ini dapat diterapkan pada anak lain yang karakteristiknya sama dengan Wn.

B. Rekomendasi

1. Bagi Orangtua

Keterampilan dalam prinsip-prinsip memberikan bimbingan seks pada anak yang telah dimiliki orangtua sebaiknya diterapkan dalam memberikan bimbingan pada perilaku lain yang dianggap perlu untuk diintervensi. Selain itu program bimbingan seks bagi anak tunagrahita ringan ini dapat diberikan pada orangtua yang lain. Bimbingan tersebut sebaiknya dilakukan sejak dini agar lebih mudah untuk memberikan bimbingan di usia berikutnya.

(42)

83

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dan bahan pertimbangan dalam memberikan pendidikan seks pada anak tunagrahita ringan di sekolah. Program dapat dilihat pada halaman 53 sampai 61. 3.Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah bahwa bimbingan seks bagi siswa yang memasuki usia pubertas merupakan hal yang sangat penting. Karena itu materi khusus mengenai bimbingan seks sebaiknya dicantumkan ke dalam program pembelajaran. 4.Bagi Peneliti Selanjutnya

(43)

84

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (1990) Penelitian Kependidikan. Bandung: Angkasa

Amin, Moh. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Budiyanto, A. (1993). Pendidikan Seks yang Malas-Malas. Bandung: Kairos El-Qudsy, Hasan. (2012). Ketika Anak Bertanya Tentang Seks. Solo: Tinta

Medina

Harlock, Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Helmi, Avin Fadilla dan Paramastri, Ira. (1998). “Efektivitas Pendidikan Seksual Dini dalam Meningkatkan Pengetahuan Perilaku Seksual Sehat”. Jurnal Psikologi. 2, 25-34

Moleong, L, J. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Erlangga. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, UPI : tahun 2012

Rachmawati, Fauziah. (2012). Pendidikan Seks bagi Anak Autis. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Roqib, Moh. (2008). “Pendidikan Seks pada Anak Usia Dini”. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan. 2, 271-286

Sobari, Ahadiat. (2011). Program Pembelajaran Pendidikan Seks Bagi Anak

Tunagrahita Ringan. Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan

Sukandar. (1999). Pendidikan Seks Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sunanto, Juang, dkk. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press

Surakhmad Winarno (1994), Pengantar Penelitian Ilmiah , Bandung, Tarsito Surtiretna, Nina. (1997). Bimbingan Seks bagi Remaja. Bandung: Remaja

Rosdakarya

(44)

85

Wiwit Wiriawan, 2013

Program Bimbingan Seks Untuk Orangtua Pada Anak Tunagrahita Ringan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Torsina, M. (2010). Seks Remaja Isu dan Tip. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. Yuniarti, Deby. (2012). “Pengaruh Pendidikan Seks Terhadap Sikap Mengenai

Seks Pranikah pada Remaja”. Jurnal Pendidikan Seks, 17, 1-14

Yusuf, Syamsu. (2002). Pengantar Teori Kepribadian. Diktat Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan: tidak diterbitkan

Gambar

Gambar 3.1. Tahap-tahap Penelitian …………………………………
Gambar 3.2. Prosedur Penyusunan Program
Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen wawancara terhadap orangtua mengenai kondisi
Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen wawancara terhadap orangtua mengenai upaya
+5

Referensi

Dokumen terkait

DIBERIKAN OLEH KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA OLEH : SHIRLEY LOUIS 3203006200 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI.. UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Hal ini menjadi peluang untuk bengkel J.W Motor karena dengan adanya pemberitahuan service berikutnya kepada konsumen, konsumen tidak perlu repot lagi untuk

JADWAL PELAJARAN KELAS X-1. Senin

Hasil kesalahan minor pada program manipulasi Database include menDisain Interface form database Dan program pengKoneksian ke Database dengan Tools database dalam

A Strategy for Testing Conventional Software Code Design Requirements System Engineering Unit Testing Integration Testing Validation Testing System Testing Ab str ac t t.. co nc

Persoalan dan membuat keputusan-keputusan , Fungsi yang paling dominan dalam komunikasi kelompok disinilah tempat atau sarana yang tepatd. dalam menentukan keputusan (

Menurut Norkumala (2007), masyarakat negara kita sering terdedah dengan pelbagai masalah kesihatan yang kronik dan akhirnya mengundang kepada kematian. Ia adalah kesan daripada

Produksi berat kering panen rumput laut selama 25 kali panen dengan bobot tebar rumput laut 30 kg per jalur