• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pelatihan Origami Terhadap Visual-Motor Integration Anak-anak Usia 5-7 Tahun di Pos Paud "X" Cimahi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pelatihan Origami Terhadap Visual-Motor Integration Anak-anak Usia 5-7 Tahun di Pos Paud "X" Cimahi."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan visual-motor integration anak-anak usia 5-7 tahun di Kelas Kemas POS PAUD “X” Cimahi antara sebelum dan setelah mengikuti pelatihan origami. Populasi anak usia 5-7 tahun dipilih berdasarkan teori perkembangan anak (Santrock, 2002) yang menyatakan bahwa anak pada usia ini memiliki karakteristik perkembangan fisik dimana perkembangan motorik anak sudah semakin terkoordinasi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 20 orang yang kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimental dan kelompok kontrol.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian pengaruh dengan menggunakan metode quasi-eksperimental dan menggunakan interrupted time-series with a non-equivalent no-treatment comparison group design yang dimodifikasi. Alat ukur yang digunakan adalah Developmental Test of Visual Motor Integration (DVMI) yang dikembangkan oleh Keith E. Berry, Ph.D. (1989) yang terdiri dari 24 bentuk geometris yang harus ditirukan. Sedangkan treatment yang diberikan berupa pelatihan origami yang dilakukan dibawah supervisi Maya Hirai, penulis buku Fun Origami untuk Anak PAUD, TK, & SD (2012). Agar dapat memperoleh perbandingan skor, maka pengetesan dilakukan sebanyak 3 kali. Tes 1 dilakukan sebelum kelompok eksperimental mendapatkan pelatihan origami, tes 2 dilakukan setelah kelompok eksperimental mendapatkan 3 sesi pelatihan origami, dan tes 3 dilakukan setelah kelompok eksperimental mendapatkan 6 sesi pelatihan origami.

Data yang diperoleh diolah menggunakan uji Analysis of Varians (ANOVA) dengan program SPSS 20. Berdasarkan pengolahan data secara statistik, diketahui bahwa pada kelompok eksperimental terdapat perbedaan skor yang signifikan antara skor tes 1, 2, dan 3. Sedangkan pada kelompok kontrol, perbedaan skor yang signifikan hanya terjadi antara tes 2 dan 3. Terdapat pula perbedaan skor yang signifikan antara skor tes 3 antara kedua kelompok tersebut dimana rata skor tes kelompok eksperimental lebih tinggi dari rata-rata skor tes kelompok kontrol. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa pelatihan origami berpengaruh dalam peningkatan skor tes DVMI.

(2)

vi

Abstract

This study was conducted to determine whether there are significant differences between visual-motor integration abilities of children aged 5-7 years in early childhood POS " X " Cimahi between before and after training origami. The population of children aged 5-7 years were selected based on theories of child development (Santrock, 2002) which state that children at this age have the characteristics of physical development where the child's motor development is increasingly coordinated. The population in this study of 20 children were divided into 2 groups: the experimental group and the control group.

The design used in this study is the effect of study design using quasi - experimental methods and using interrupted time-series with a non - equivalent no- treatment comparison group design is modified. Measuring instrument used is the Developmental Test of Visual Motor Integration (DVMI) developed by Keith E. Berry, Ph.D. (1989) which consists of 24 geometric shapes to be imitated. The treatment is origami training conducted under the supervision of Maya Hirai, author of Fun Origami untuk Anak PAUD, TK, & SD (2012). In order to obtain comparative scores, the test was conducted 3 times. Test 1 was conducted before experimental group received origami training, test 2 was conducted after experimental group received 3 sessions of origami training, and test 3 was conducted after experimental group received 6 sessions of origami training.

The data were analyzed using Analysis of Variance test (ANOVA) used SPSS 20 program. Based on statistical data processing, it is known that in the experimental group, there were significant differences in scores between the first, second, and third test. In the control group, the significant difference scores were only between the second and the third test. There was also a significant difference in scores between the scores of third test between the two groups in which the average test scores of experimental group is higher than the average test score of the control group. Thus, the researchers concluded that origami training effect in improving scores of DVMI test.

(3)

DAFTAR ISI

Lembar Judul...i

Lembar Pengesahan...ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN……….………..iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN……….……….iv

ABSTRAK……….…………v

ABSTRACT……….………….vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR BAGAN...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Identifikasi Masalah...6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...6

1.3.1 Maksud Penelitian...6

1.3.2 Tujuan Penelitian...7

1.4 Kegunaan Penelitian...7

1.4.1 Kegunaan Teoretis...7

1.4.2 Kegunaan Praktis...7

1.5 Kerangka Pemikiran...7

(4)

x

Universitas Kristen Maranatha

1.7 Hipotesis Penelitian...13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan...14

2.1.1 Pengertian Perkembangan...14

2.1.2 Tahap Perkembangan Manusia...14

2.1.3 Perkembangan Fisik Anak Hingga Usia Prasekolah...15

2.1.3.1 Perkembangan Otak Anak Hingga Usia Prasekolah...15

2.1.3.2 Perubahan dan Pertumbuhan Fisik Anak Hingga Usia Prasekolah...21

2.1.4 Perkembangan Visual-Motor Integration Anak Hingga Usia Prasekolah...22

2.1.4.1 Perkembangan Sensasi dan Persepsi Visual Anakaaaaa Hingga Usia Prasekolah...22

2.1.4.2 Perkembangan Koordinasi Motorik Anak Hingga Usia Prasekolah...24

2.1.4.3 Perkembangan Visual-Motor Integration: Integrasi antara Persepsi Visual dan Koordinasi Motorik Anak Hingga Usia Prasekolah...31

2.1.5 Cara Mengoptimalkan Perkembangan Visual-Motorabcd Integration...37

2.1.6 Aplikasi Visual-Motor Integration Pada Aktivitas Sekolah Anak Usia Prasekolah………..……….……….38 2.1.7 Perkembangan Artistik Anak Usia Prasekolah………..…..40

(5)

2.1.7.2 Manfaat Aktivitas Seni...42

2.2 Terapi Seni (Art Therapy)...43

2.2.1 Definisi Terapi Seni...43

2.2.2 Theragami – Program Pendidikan Terapi Origami untuk Anak dan Remaja...43

2.3 Origami...44

2.3.1 Pengertian Origami...44

2.3.2 Manfaat Aktivitas Origami...44

2.3.3 Origami dalam Dunia Pendidikan dan Terapi...46

2.3.4 Origami sebagai sebuah alat pendidikan untuk siswa yang mengalami kesulitanan belajar...50

2.4 Bermain...53

2.4.1 Pengertian Bermain...53

2.4.2 Nilai Bermain Bagi Anak...54

2.4.3 Manfaat Bermain Bagi Anak...54

2.4.4 Kriteria Alat Permainan...54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian...55

3.2 Bagan Rancangan Penelitian…...55

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Penelitian...55

3.3.1 Variabel Penelitian...55

3.3.2 Definisi Konseptual...56

3.3.3 Definisi Operasional...56

(6)

xii

Universitas Kristen Maranatha

3.4.1 Alat Ukur Visual-Motor Integration...57

3.4.1.1 Deskripsi Alat Ukur Visual-Motor Integration...57

3.4.1.2 Cara Skoring Alat Ukur Visual-Motor Integration...57

3.4.2 Data Pribadi dan Data Penunjang...58

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...58

3.4.3.1 Validitas...58

3.4.3.2 Reliabilitas...58

3.5 Populasi dan teknik Penarikan Populasi...59

3.5.1 Populasi Sasaran...59

3.5.2 Karakteristik Populasi...59

3.5.3 Teknik Penarikan Populasi...59

3.6 Teknik Analisis Data...59

3.7 Hipotesa Statistik...61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...62

4.1 Gambaran Sampel Penelitian...62

4.2 Hasil Penelitian...63

4.2.1 Hasil Uji Statistik...63

4.2.2 Rekapitulasi Hasil Tes Visual-Motor Integration I, II, III...65

4.3 Pembahasan...69

4.4 Diskusi...73

BAB V SIMPULAN DAN SARAN...74

5.1 Simpulan...75

(7)

5.2.1 Saran Teoretis...75

5.2.1 Saran Praktis...75

DAFTAR PUSTAKA...76

(8)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Keterampilan Akademis dan Kognitif dalam Kegiatan Origami ……….45

Tabel 4.1 Mean Hasil Skoring...63

Tabel 4.2 Hasil Uji ANOVA (Norma Inter)...63

Tabel 4.3 Hasil Uji Norma Intra...64

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Tes Visual-Motor Integration I, II, III...68

(9)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran………..………...13

(10)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Prosedur Pelatihan Origami………L-1

Rancangan Pelatihan Origami………...……….L-2 Model Origami………...L-3

Diagram Simbol-Simbol dan Jenis Lipatan Dasar Origami……….L-15

Surat Kesediaan………L-17

Kerangka Wawancara………...L-18

Tabel Cara Pembagian Kelompok………L-19 Tabel Hasil Pembagian Kelompok………...L-20

Tabel Skor Visual-Motor Integration I, II, III………..L-21 Tabel Hasil Tes Visual-Motor Integration I……….L-22 Tabel Hasil Tes Visual-Motor Integration II………L-23

Tabel Hasil Tes Visual-Motor Integration III………..L-24 Tabel Hasil Tes Visual-Motor Integration I, II, III………..L-25

Rekapitulasi Perubahan Skor pada Setiap Bentuk Geometri pada Tes Visual-Motor Integration...L-26

Pengolahan Data Descriptive, Homogenity of Variance, ANOVA………...……L-27

Pengolahan data T-Test………...………..L-28

Pengolahan Data Intra Control Group……….L-29

Pengolahan Data Intra Experimental Group………L-31 Pengolahan Data Crosstab Control Group a, b, c………L-33 Pengolahan Data Crosstab Experimental Group a, b,c………...……….L-36

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan, setiap manusia akan melalui tahap perkembangan yang sama. Perkembangan tersebut terbagi menjadi beberapa tahap antara lain tahap pre-natal, bayi, kanak-kanak, remaja, dan dewasa. Masa kanak-kanak merupakan suatu periode kehidupan yang sangat penting dan sering disebut dengan istilah golden age karena pada masa ini anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa, baik pada aspek fisik, kognitif, maupun sosioemosional. Prinsip utama perkembangan fisik anak usia dini adalah koordinasi gerakan motorik, baik motorik kasar maupun halus (Santrock, 2002).

Pada tahap awal perkembangan anak, kedua tangan anak bekerja dan bergerak secara bilateral; melibatkan kedua belah otak/ hemisfer. Pada usia sekitar 18 bulan, satu sisi tangan menjadi lebih dominan dibandingkan dengan sisi tangan lain. Hal ini berkaitan dengan masalah kecenderungan pemilihan salah satu tangan (handedness), dan pelatihan yang dominan hanya pada salah satu tangan akan memengaruhi lateralisasi otak selanjutnya. Hal ini menyebabkan dalam proses perkembangan dan penyempurnaan fungsinya, hanya salah satu tangan, yang dikendalikan oleh hemisfer yang berlawanan, (kontrol tangan kanan dikendalikan oleh hemisfer kiri, dan kontrol tangan kiri dikendalikan oleh hemisfer kanan) yang dominan. Hemisfer yang menerima lebih banyak dorongan menjadi lebih dominan, dan sebaliknya. Padahal masing-masing hemisfer memiliki fungsinya tersendiri (Shumakova dan Shumakov, 1999 dalam www.oriland.com/oriversity/lecture.php?category=benefits&ID=03 _full).

(12)

2

imajinasi, kepekaan terhadap seni dan musik berhubungan dengan aktivasi hemisfer kanan. Aktivasi dan kemampuan yang terkait dengan belahan otak kanan dan belahan otak kiri di masa kanak-kanak (masa dimana otak memiliki plastisitas yang terbesar) akan membantu perkembangan mental anak. Pelatihan yang melibatkan gerakan jari-jari pada kedua tangan (bilateralization) benar-benar merupakan dasar untuk perkembangan kedua belah otak dan kemajuan perkembangan intelektual. Pada tingkat tertentu bilateralization dapat memberikan fleksibilitas besar pada proses kognitif. (Shumakova dan Shumakov, 1999 dalam www.oriland.com/oriversity /lecture.php?category=benefits&ID=03_full).

Dalam perkembangan gerakan tangan yang semakin halus dan semakin tepat, kondisi perkembangan gerakan refleks dengan melibatkan jari dan telapak tangan tidak hanya mencerminkan kesempurnaan fungsi motorik tangan, tetapi juga melibatkan analisis dan sintesis dari aktivitas otak anak. Penelitian yang telah dilakukan di laboratorium Koltsova menunjukkan bahwa pemberian latihan pada jari-jari anak dapat mempercepat proses kematangan fungsional otak. Analisis aspek struktural dan fungsional menunjukkan bahwa fungsi motorik berkaitan dengan semua struktur dari sistem saraf pusat. Analisis dorongan fungsi motorik terintegrasi dengan dorongan dari sistem lain pada korteks (Shumakova dan Shumakov, 1999 dalam www.oriland.com/oriversity/lecture.php?category=benefits&ID=03_ full).

(13)

3

Visual-motor integration (VMI) merupakan kemampuan mata dan tangan untuk bekerja

secara bersamaan dengan halus dan dengan pola yang efisien. Visual-motor integration melibatkan persepsi visual dan koordinasi mata-tangan. Keterampilan visual-motorik memerlukan kemampuan menerjemahkan persepsi visual menjadi pemfungsian motorik dan melibatkan pengendalian motorik, keakuratan motorik, koordinasi motorik, dan kecepatan psikomotorik (Sanghavi, 2005 dalam http://medind.nic.in/iba/t05/i2/ibat05i2 p33.pdf).

Terdapat pola perkembangan yang relatif sama antara seorang anak dengan anak lain pada usia tertentu. Pola ini dikenal sebagai tugas perkembangan. Individu yang dapat memenuhi tugas perkembangannya akan puas dan menjadi dasar bagi keberhasilan tugas-tugas perkembangan selanjutnya, sebaliknya individu yang gagal dalam memenuhi tugas perkembangannya akan tidak puas dan sulit untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan selanjutnya (Havighurst, 1961). Jika anak usia 5-7 tahun yang duduk di bangku PAUD mengalami hambatan perkembangan pada aspek visual-motor integration, besar kemungkinannya ia akan mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan belajar yang melibatkan visual-motor integration pada saat duduk di bangku SD dan jenjang pendidikan selanjutnya. Kondisi seperti ini akan menjadi sesuatu yang berkesinambungan karena untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya, anak harus berhasil melewati jenjang pendidikan sebelumnya. Jika anak mengalami hambatan pada suatu jenjang pendidikan tertentu, besar kemungkinannya ia mengalami hambatan pada jenjang pendidikan selanjutnya (Hurlock, 1956).

(14)

4

merangsang pertumbuhan otak anak dengan memberikan perhatian terhadap kesehatan anak, penyediaan gizi yang cukup, dan pelayanan pendidikan (Diktentis, 2003).

Layanan pendidikan untuk anak-anak usia dini merupakan dasar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 butir 14, pendidikan anak usia dini didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1, rentang usia anak usia dini adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan antara usia 0-8 tahun.

(15)

5

ini merupakan ibu-ibu warga sekitar yang ingin membantu dengan sukarela. Oleh karena itu pada dasarnya mereka tidak memiliki bekal pendidikan yang memadai untuk menjadi pendidik sehingga pengetahuan mereka dalam memberikan stimulasi untuk mengoptimalkan perkembangan anakpun terbatas, namun keterbatasan ini mereka minimalisasi dengan rajin mengikuti pelatihan dari diknas.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di Kelas Kemas, dengan rentang usia 5-7 tahun, ditemukan fakta bahwa 16 dari 26 anak Kelas Kemas masih mewarnai keluar garis gambar, sedangkan 13 dari 26 anak memotong gambar dengan menggunakan gunting tidak sesuai pola gambar. Lima belas dari 26 anak masih terlihat kesulitan untuk menempelkan potongan gambar sesuai dengan tempat yang telah ditandai dengan pola. Kesulitan-kesulitan yang dialami anak berdasarkan observasi peneliti, merupakan indikator adanya hambatan perkembangan pada aspek visual-motor integration dalam diri mereka yang diasumsikan bahwa pemberian stimulasi yang dilakukan oleh guru pengajar belum optimal. Salah satu alternatif kegiatan yang melibatkan aspek visual-motor integration anak ialah origami.

Origami adalah seni melipat kertas menjadi model tertentu. Origami dalam bentuk termurninya benar-benar tidak membutuhkan peralatan selain satu lembar kertas kecil. Origami bersifat aman, dapat diatur, dan dapat dinikmati oleh siapa pun. Origami melibatkan integrasi antara visual perception dan motor coordination. Untuk membuat model tertentu, anak-anak harus mengobservasi serangkaian instruksi secara bertahap yang melibatkan visual perception, kemudian mempraktikkannya pada secarik kertas dengan menggunakan kedua tangan (motor coordination). Proses melipat kertas melibatkan integrasi antara visual perception dengan

motor coordination karena anak harus menirukan cara pelipatan kertas dengan memerhatikan

(16)

6

dengan cara yang sesuai dengan contoh yang diberikan (Shalev, 2005 dalam www. theragami.com).

Penggunaan origami sebagai media pendidikan bukanlah hal yang baru. Pendidik dan juga pendiri taman kanak-kanak asal Jerman, Friedrich Froebel (1782-1852), adalah orang pertama yang memperkenalkan origami pada dunia pendidikan formal. Froebel menemukan bahwa nilai belajar bagi anak diperoleh melalui kegiatan bermain dan bereksplorasi (Shalev, 2005 dalam www. theragami.com).

Banyaknya anak Kelas Kemas yang belum mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan, yang antara lain dapat dilihat pada waktu anak melakukan aktivitas belajar sambil bermain, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pelatihan origami terhadap kemampuan visual-motor integration pada pada anak-anak usia 5-7 tahun Kelas Kemas di POS PAUD “X” Cimahi.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui kemampuan visual-motor integration sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan origami pada anak-anak usia 5-7 tahun Kelas Kemas di POS

PAUD “X” Cimahi.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Memperoleh gambaran mengenai kemampuan visual-motor integration anak usia 5-7 tahun Kelas Kemas di POS PAUD “X” Cimahi antara sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan origami.

(17)

7

Memperoleh gambaran mengenai pengaruh pemberian pelatihan origami terhadap kemampuan visual-motor integration anak usia 5-7 tahun Kelas Kemas di POS PAUD “X” Cimahi.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

 Memberikan informasi kepada peneliti lain yang tertarik untuk mengadakan

penelitian lebih lanjut mengenai visual-motor integration pada anak usia dini. Memberikan informasi mengenai visual-motor integration pada bidang ilmu

Psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan dan Psikologi Pendidikan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

 Memperkenalkan kegiatan origami sebagai salah satu akivitas bermain sambil

belajar yang melibatkan visual-motor integration kepada guru, orang tua, serta anak-anak usia 5-7 tahun Kelas Kemas di POS PAUD “X”.

1.5 Kerangka Pemikiran

Anak-anak usia 5-7 tahun Kelas Kemas di POS PAUD “X” Cimahi masih berada dalam periode golden age. Dalam periode ini mereka mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik dalam segi fisik, kognitif, maupun sosioemosional. Prinsip utama perkembangan fisiologis anak usia dini adalah koordinasi gerakan motorik, baik motorik kasar maupun halus. Pada usia 5-6 tahun kemampuan motorik tersebut berkembang pesat dan menjadi semakin terkoordinasi (Santrock, 2002).

(18)

8

dikatakan sudah optimal apabila mereka telah mampu mengoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan, yang antara lain dapat dilihat pada waktu anak-anak usia 5-7 tahun Kelas Kemas di POS PAUD “X” Cimahi menulis, menggambar, mewarnai, menggunting, dan lain-lain.

Visual-motor integration didefinisikan sebagai kemampuan anak-anak usia 5-7 tahun

kelas Kemas di POS PAUD “X” Cimahi untuk menirukan 24 bentuk geometris yang terdapat dalam Developmental Test of Visual Motor Integration (DVMI). Kemampuan ini melibatkan kemampuan anak-anak usia 5-7 tahun kelas Kemas di POS PAUD “X” Cimahi dalam mengintegrasikan proses persepsi visual dengan koordinasi gerak motorik (Beery, 1989). Kemampuan inilah yang akan diukur dalam penelitian ini.

Pemberian stimulasi dapat menunjang perkembangan visual-motor integration anak. Anak-anak usia 5-7 tahun kelas Kemas di POS PAUD “X” Cimahi yang perkembangan aspek visual-motor integration-nya belum optimal perlu mendapatkan tambahan stimulasi yang

melibatkan integrasi antara visual perception dan motor coordination mereka. Mengingat permainan atau bermain adalah kata kunci pada pendidikan anak usia dini, maka pemberian stimulasi dapat dilakukan melalui aktivitas bermain yang melibatkan integrasi antara kedua aspek tersebut.

Kegiatan bermain merupakan kegiatan yang menimbulkan kesenangan dan kepuasan bagi individu yang terlibat di dalamnya. Melalui kegiatan bermain anak-anak usia 5-7 tahun Kelas Kemas di POS PAUD “X” Cimahi dapat mengekspresikan perasaannya dengan gembira dan aman, selain itu mereka juga dapat mengoptimalkan perkembangan visual-motor integration-nya. Bermain merupakan suatu kegiatan serius bagi anak-anak usia 5-7 tahun Kelas

(19)

9

Salah satu bentuk aktivitas bermain yang melibatkan integrasi antara aspek visual perception dan motor coordination anak-anak usia 5-7 tahun adalah origami. Origami adalah

seni melipat kertas menjadi model tertentu. Origami melibatkan integrasi antara visual perception dan motor coordination. Untuk membuat model tertentu, anak-anak usia 5-7 tahun

Kelas Kemas di POS PAUD “X” Cimahi harus mengobservasi serangkaian instruksi secara bertahap, kemudian mempraktikkannya pada secarik kertas dengan menggunakan kedua tangan. Aktivitas kedua tangan yang terkoordinasi dan perhatian diperlukan dalam proses pengerjaan origami. Karena kedua tangan secara aktif terlibat dalam proses pengerjaan, ada pijatan alami pada ujung-ujung jari yang secara sehat memengaruhi keseimbangan dinamis di daerah kortikal otak. Kontrol visual pada aktivitas kedua tangan yang terkoordinasi meningkatkan aktivitas area tertentu pada korteks (Shumakova dan Shumakov, 1999 dalam www.oriland.com/oriversity/lecture.php?category=benefits&ID=03_full).

(20)

10

Origami merupakan aktivitas learning by doing. Kegiatan ini melibatkan interaksi yang berkesinambungan antara proses mental (visual perception) dan beraksi (motor coordination). Melipat kertas menyediakan pendekatan multi-sensori pada tangan anak yang secara khusus bermanfaat bagi perkembangan visual-motor integration anak-anak usia 5-7 tahun Kelas Kemas di POS PAUD “X” Cimahi. Kegiatan ini menstimulasi mereka untuk berbicara, mendengarkan, melihat, mengobservasi, menyentuh, dan melakukan. Dalam proses mempelajari sebuah model baru dan melakukan duplikasi dengan kertasnya sendiri, mereka mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan memori sekuensial visual, kemampuan mengikuti petunjuk (visual maupun audio), koordinasi mata-tangan yang tercermin dalam keterampilan motorik halus, dan persepsi spasial. Anak juga mengembangkan keterampilan berpikir asosiatif, meningkatkan kesabaran, konsentrasi, dan perhatian pada hal-hal detil (Shalev, 2005 dalam www.theragami.com).

Urutan perkembangan anak dianggap telah terprogram secara genetik, sehingga setiap anak akan melalui tahapan perkembangan dengan urutan yang sama. Aktivitas sensorik dan motorik sebenarnya telah berlangsung sejak lahir, namun berkembang menjadi semakin terkoordinasi seiring dengan kematangan fisik (otak, sistem syaraf pusat, otot, dan tulang) dan pengalaman (eksplorasi dan latihan) yang diperoleh anak. Dengan melibatkan visual guidance (panduan visual): penggunaan mata untuk memandu gerakan tangan atau anggota tubuh lain, maka gerakan yang dilakukan anak akan semakin terkoordinasi (Piaget dalam Cliffton, Muir, Ashmed, dan Clarkson dalam Papalia, 2009). Hal yang membedakan antara perkembangan seorang anak dengan anak lainnya adalah kecepatan perkembangannya. Setiap anak memiliki tingkat ketangkasan yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (Thelen, 1995 dalam Papalia, 2009).

(21)

11

Kemampuan visual-motor integration tidak seketika dapat dilakukan setelah anak-anak di POS

PAUD “X” lahir. Hal ini dikarenakan otak, sistem saraf pusat, otot, dan tulang mereka belum

matang. Proses mielinasi yang terjadi di beberapa bagian otak berperan penting dalam proses kematangan otak, yang kemudian turut memengaruhi perkembangan sistem saraf dan pertumbuhan fisik lainnya (Thelen, 1995 dalam Papalia, 2009). Sedangkan mielinasi di daerah otak yang berkaitan dengan koordinasi mata-tangan baru sempurna ketika anak berusia sekitar 4 tahun (Tanner, 1978 dalam Santrock, 2002).

Berdasarkan faktor eksternal, lingkungan memegang peranan penting dalam perkembangan visual-motor integration anak-anak usia 5-7 tahun Kelas Kemas di POS PAUD

“X” Cimahi. Dalam hal ini lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan rumah dan sekolah.

Kegiatan di rumah dan di sekolah dapat memengaruhi perkembangan visual-motor integration anak.

Untuk membangun kemampuan motorik, anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Dalam interaksi ini persepsi berhubungan erat dengan perkembangan motorik (Thelen, 1995 dalam Papalia, 2009). Perkembangan motorik dapat menggambarkan interaksi antara domain fisik dengan kognitif. Persepsi sensorik membuat anak dapat belajar tentang diri mereka sendiri dan lingkungannya, sehingga anak dapat membuat penilaian yang semakin baik mengenai bagaimana bergerak di dalam lingkungannya. Hubungan dua arah antara persepsi sensorik dan pengalaman motorik dijembatani oleh otak yang sedang berkembang, memberi informasi yang berguna mengenai diri mereka dan dunia mereka (Adolph & Eppler dalam Papalia, 2009).

(22)

12

belajar. Salah satu kegiatan bermain sambil belajar yang melibatkan aktivitas visual perception dan motor coordination adalah origami. Dengan demikian, diharapkan origami dapat menjadi alternatif kegiatan belajar sambil bermain yang dapat mengoptimalkan perkembangan visual-motor integration anak.

Melalui pemahaman tentang faktor-faktor yang dapat memengaruhi perkembangan motorik anak, khususnya dalam pengembangan visual-motor integration, akan sangat bermanfaat bagi guru untuk mengembangkan komponen-komponen pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Dengan penggunaan strategi dan media pembelajaran yang tepat, diharapkan dapat membantu anak untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan, khususnya dalam pembelajaran motorik halus. Untuk mengoptimalkan perkembangan visual-motor integration anak, guru juga dapat memberikan materi pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan minat dan bakat anak. Selanjutnya guru melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah diterapkan dan melihat sejauh mana tingkat keberhasilan anak.

(23)

13

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran

1.6 Asumsi Penelitian

Kemampuan visual-motor integration anak-anak usia 5-7 tahun Kelas Kemas di

POS PAUD “X” Cimahi dapat dioptimalkan jika anak-anak mendapatkan

kesempatan untuk melakukan eksplorasi dan latihan

Upaya mengoptimalkan perkembangan visual-motor integration dapat dilakukan

dengan pemberian kesempatan bagi anak untuk melakukan eksplorasi dan latihan yang melibatkan integrasi antara persepsi visual dan koordinasi motorik

 Kegiatan origami melibatkan kemampuan persepsi visual dan koordinasi motorik.

1.7 Hipotesis Penelitian

(24)

75

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Terdapat perbedaan yang signifikan antara skor visual-motor integration pada anak-anak usia 5-7 tahun di Kelas Kemas POS PAUD “X” Cimahi yang berada dalam kelompok

eksperimen antara sebelum dan setelah mengikuti pelatihan origami. Artinya, origami dapat menjadi salah satu alternatif kegiatan belajar sambil bermain yang dapat menstimulasi perkembangan visual-motor integration.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

Bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai visual-motor integration pada anak usia dini, disarankan untuk melibatkan ukuran sampel

yang lebih besar.

Bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai visual-motor integration pada anak usia dini, dapat melakukan penelitian mengenai pengaruh

visual-motor integration terhadap kemampuan lain.

5.2.2 Saran Praktis

Bagi guru dan orang tua yang memiliki anak usia 5-7 tahun di Kelas Kemas POS PAUD “X” Cimahi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk

(25)

76

(26)

PENGARUH PELATIHAN ORIGAMI

TERHADAPiVISUAL-MOTOR INTEGRATION ANAK-ANAK USIAi5-7 TAHUN DI

KELAS KEMAS POS PAUD “X” CIMAHI

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh :

SATWIKA RITO LESTARI

NRP: 0830165

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(27)

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : SATWIKA RITO LESTARI NRP : 0830165

Fakultas : Psikologi

Menyatakan bahwa laporan penelitian ini adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.

Apabila pada masa mendatang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala konsekuensi sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.17 Tahun 2010.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Bandung, 17 Mei 2016

(28)

iv

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : SATWIKA RITO LESTARI NRP : 0830165

Fakultas : Psikologi Menyatakan bahwa:

1. Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “Pengaruh Pelatihan Origami TerhadapiVisual-Motor Integration Anak-Anak Usiai5-7 Tahun Di Kelas Kemas POS PAUD “X” CIMAHI”.

2. Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalihmediakan/ mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), mendistribusikannya dan menampilkan/ mempublikasikannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta.

3. Saya bersedia menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hokum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, 17 Mei 2016

(29)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang karena telah menyertai, membimbing, dan mencurahkan penerangan Roh Kudus-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Karya ilmiah ini disusun untuk menempuh sidang sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung. Penelitian ini membahas mengenai perbedaan visual-motor integration pada anak usia 5-7 tahun Kelas Kemas di POS PAUD ”X” antara sebelum dan setelah mengikuti pelatihan origami.

Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti mendapatkan banyak bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, juga baik secara moril dan materiil. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Irene Prameswari, M.Psi., Psikolog, M.Pd selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha periode 2016-2020.

2. Drs. R. Sanusi Soesanto, M. Psi., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha periode 2008-2012.

3. Dra. Sianiwati S. Hidayat, M.Si., Psik selaku dosen pembimbing utama yang di tengah-tengah kesibukannya telah menyediakan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berarti bagi peneliti.

4. Efnie Indrianie, M. Psi., Psik selaku dosen pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu untuk bertukar pikiran.

5. Tery Setiawan M.Si yang telah membantu seluruh proses pengolahan data pada penelitian ini.

6. Ellen Theresia, M. Psi., Psik selaku dosen wali yang juga mendukung penelitian peneliti.

7. Jacqueline M. Tj., M. Si., Psikolog untuk waktu-waktu sharing dan merajut bersamanya, juga untuk kalimat “Yang senang ya, nak...” yang memberikan semangat bagi peneliti.

(30)

viii

9. DR. Monty P. Satiadarma, MS/AT, MCP/MFCC, DCH., Psi, art therapist di Indonesia, yang dengan rendah hati mau membagikan ilmu dan pengalamannya, serta memberikan referensi rujukan untuk topik terapi origami kepada peneliti. 10. Mrs. Hagit Shalev, social worker dan instruktur terapi origami sekaligus pendiri

website TheragamiTM (www.theragami.com), yang telah memberikan dukungan berupa informasi yang sangat berguna bagi peneliti.

11. Yatmi Winanti, S. Psi, kepala sekolah POS PAUD ”X” Cimahi serta seluruh guru di POS PAUD ”X” Cimahi yang telah mendukung dan membantu peneliti dalam proses pengambilan data.

12. Kepada adik-adik kecilku dan orang tua murid Kelas Kemas di POS PAUD ”X” yang telah mau bekerja sama dan sangat mendukung penelitian ini.

13. Rogerius Alexander Frinandi Wandria, S. Pd selaku partner, companion, lover, best friend to have and to hold, and especially for being my beloved translator

and supporter.

14. Adik perempuanku, Monica Puspita Harmoni, yang telah memberikan dukungan untuk melanjutkan penelitian ini, juga untuk kebersamaan berorigami.

Bandung, Mei 2016

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Beery, Keith E. 1989. The VMI Administration, Scoring, and Teaching Manual 3rd Revision. Toronto: Modern Curriculum Press

Coolidge, Frederick L. 2000. Statistic A Gentle Introduction. London: SAGE Publications Ltd

Depdiknas. 2003. Permainan, Bermain dan Sumber Belajar. Bandung: Depdiknas

---. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Seni di TK. Bandung: Direktorat Pembinaan TK dan SD, Ditjen MPDM

---. 2008. Pengembangan Kemampuan Motorik Halus di TK. Bandung: Direktorat Pembinaan TK dan SD, Ditjen MPDM

Graziano. Anthony M. Research Method: Process of Inquiry 4th edition. United States of America: Pearson

Papalia, Diane E. 2009. Human Development: Perkembangan Manusia. Jakarta: Salemba Humanika

Santrock, John W. 2002. Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5, Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Sumantri. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas

(32)

78

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Dally, C. J. 2003. Brief report – Relationship between visual-motor integration and handwriting skills of children in kindergarten: A modified replication study. American Journal of Occupational Therapy. (Online). (http://www.psychomot.ups-tlse.fr/kaiser2009.pdf, diakses 7 Maret 2012)

Darmaputra, Arya. 2010. Pengembangan Kreativitas Anak Melalui Pembelajaran Kelompok Bermain. (Online). (http://edupsi.wordpress.com/2010/04/03/ pengembangan-kreativitas-anak-melalui-pembelajaran-kelompok-bermain/, diakses 1 Oktober 2012) Gantini, Kory. 2011. Handwriting Menulis Tangan di Sekolah Dasar (SD). (Online).

(http://www.batararayamedia.com/page.php?menu=artikel&id=

94&title=handwriting-menulis-tangan-disekolah-dasar-sd, diakses 2 November 2012.) Hirai, Maya. 2010. Maya Hirai School Of Origami. (Online). (www.mayahirai.com, diakses

17 April 2011)

Husen, Meliana. 2010. Pengaruh Pelatihan Finger Painting terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak-Anak Usia 4-5 Tahun di Daerah ”X”. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Pembelajaran Guru. 2008. Perkembangan Motorik Kasar dan Perkembangan Motorik Halus. (Online). (http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008 /05/25/perkembangan-motorik-kasar-dan-perkembangan-motorik-halus/, diakses 27 Oktober 2012).

Ramona, Evit. 2012. Makalah Perkembangan Motorik. (Online). (http://www.scribd.com/doc/93989049/makalah-perkembangan-motorik4, diakses 27 Oktober 2012).

Satiadarma, Monty P. 2011. Art Therapy. Makalah disajikan dalam Seminar Art Therapy, Universitas Tarumanagara Jakarta, 16 April 2011

Sanghavi, Reepa. 2005. Visual-Motor Integration and Learning Disabled Children. The Indian Journal of Occupational Therapy. (Online). Vol. XXXVII, No.2, (http://www.scribd.com/doc/55859133/VMIpdf, diakses 7 Maret 2012).

Gambar

Tabel 4.5 Kesempatan Anak untuk Melakukan Eksplorasi dan Latihan...............................71
Tabel Cara Pembagian Kelompok…………………………………………………………L-19
gambar. Lima belas dari 26 anak masih terlihat kesulitan untuk menempelkan potongan gambar

Referensi

Dokumen terkait