Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PERILAKU SISWA
(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Oleh
Tita Andriani 0800105
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PERILAKU SISWA
Oleh Tita Andriani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Tita Andriani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Mei 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PERILAKU SISWA
(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Prof. Dr. Juntika Nurikhsan, M.Pd. NIP. 19660601 199103 1 005
Pembimbing II
Dra. Setiawati, M.Pd. NIP. 19621112 198610 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ABSTRAK
Tita Andriani, 0800105 (2013). Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemandirian Perilaku Siswa (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)
Penelitian dilatarbelakangi oleh pentingnya memiliki kemandirian perilaku bagi remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemandirian perilaku siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 dan gambaran program bimbingan dan konseling pribadi sosial di SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013, serta tersusunnya rancangan program hipotetik bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa yang layak menurut pakar dan praktisi. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan kepada semua siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran yang berjumlah 45 siswa. Penelitian menghasilkan: (1) gambaran kemandirian perilaku siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 (2) gambaran program bimbingan dan konseling pribadi sosial SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013, (3) rancangan program hipotetik bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa yang layak menurut pakar dan praktisi. Rekomendasi penelitian ditujukan kepada (1) guru bimbingan dan konseling agar menjadikan hasil penelitian sebagai bahan pertimbangan untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling; dan (2) peneliti selanjutnya yaitu menggunakan sampel yang lebih banyak dengan menggunakan metode eksperimen.
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ABSTRACT
Tita Andriani, 0800105 (2013). Guidance and Counseling Of Social Personal Programme to Improve Students Behavioral Autonomy (Descriptive Method in Grade XI Office Administration Major SMKPasundan 3 Bandung For The Period 2012/2013
The research is motivated by the importance of having independent behavior for adolescents. This research is aimed to find out description of students behavioral autonomy, descreption of guidance and counseling of social personal programme in SMK Pasundan 3 Bandung for the period 2012/2013, and the design guidance and counseling of social personal programme to improve students behavioral autonomy in grade XI office administration major in SMK Pasundan 3 Bandung for the period 2012/2013 according to experts and practitioners. The approach used is qualitative with descriptive method. The research was employed to 45 students of office administration major. The results are: 1) description of students behavioral autonomy, 2) descreption of guidance and counseling of social personal programme in SMK Pasundan 3 Bandung for the period 2012/2013, 3) the design of hipotetic guidance and counseling of social personal programme to improve students behavioral autonomy according to experts and practitioners. Research recommendations addressed to (1) guidance and counseling teacher in order to make the research results as a material consideration to implement guidance and counseling services, and (2) further research is using more samples and using the experimental method.
1
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang
kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan fisik, yang pada gilirannya dapat memicu terjadinya
perubahan emosional, kognitif yang memberikan pemikiran logis tentang cara
berpikir yang mendasari tingkah laku dalam pengambilan keputusan serta nilai
dalam peran sosial melalui pengasuhan orang tua dan aktivitas individu.
Kemandirian menuntut suatu kesiapan individu, baik kesiapan fisik maupun
emosional untuk mengatur, mengurus dan melakukan aktivitas atas tanggung
jawabnya sendiri tanpa banyak menggantungkan diri pada orang lain.
Mu‟tadin (2002: 1) mengemukakan, “selama masa remaja, tuntutan terhadap
kemandirian sangat besar dan jika tidak direspon secara tepat bisa saja
menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi perkembangan psikologis
remaja di masa mendatang.” Banyak remaja yang mengalami frustasi dan kemarahan kepada orang tua karena tidak mendapatkan kemandirian. Memperoleh
kebebasan (mandiri) merupakan suatu tugas bagi remaja. Dengan kemandirian
tersebut berarti remaja harus belajar dan berlatih dalam membuat rencana,
memilih alternatif, membuat keputusan, menyelesaikan masalah, bertindak sesuai
dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dilakukannya. Dengan demikian remaja akan berangsur-angsur melepaskan diri
dari ketergantungan pada orang tua atau orang dewasa lainnya dalam banyak hal.
Menurut Sunaryo (Ali & Asrori, 2009: 108-109) pengembangan
kemandirian menjadi sangat penting karena dewasa ini semakin terlihat
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
perilaku formalistik dan ritualistik serta tidak konsisten. Situasi seperti ini akan
menghambat pembentukan etos kerja dan etos kehidupan yang mapan sebagai
salah satu ciri dari kualitas sumber daya kemandirian manusia. Kedua, sikap tidak
peduli terhadap lingkungan hidup. Manusia mandiri bukanlah manusia yang lepas
dari lingkungannya, melainkan manusia yang bertransenden terhadap
lingkungannya. Ketidakpedulian terhadap lingkungan hidup merupakan gejala
perilaku impulsif yang menunjukkan bahwa kemandirian masyarakat masih
rendah. Ketiga, sikap hidup konformistik tanpa pemahaman dan kompromistik
dengan mengorbankan prinsip. Gejala mitos bahwa segala sesuatunya bisa diatur
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat merupakan petunjuk adanya
ketidakjujuran berpikir dan bertindak serta kemandirian yang masih rendah.
Gejala-gejala tersebut merupakan sebagian kendala utama dalam mempersiapkan
individu-individu yang mampu mengurangi kehidupan di masa mendatang yang
semakin kompleks dan penuh tantangan. Oleh sebab itu, perkembangan
kemandirian remaja menuju ke arah kesempurnaan menjadi sangat penting untuk
diusahakan secara serius, sistematis, dan terprogram.‟
Dadis dan Smetana (2006: 1) mengemukakan “perkembangan kemandirian telah digambarkan sebagai salah satu yang tugas perkembangan yang paling
signifikan dari remaja.” Menurut Salzman (Yusuf, 2008: 184) „masa remaja ditandai dengan (1) berkembangnya sikap dependen kepada orang tua ke arah
independen, (2) minat seksualitas, dan (3) kecenderungan untuk merenung atau
memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral.‟ Bols et al.(Garber &
Stephanie 2001: 1) mengungkapkan „masa remaja adalah saat individu mulai memisahkan diri dari orang tua mereka, mengembangkan identitas mereka sendiri,
dan mengambil tanggung jawab baru. Proses ini telah banyak disebut sebagai
individuasi, kemerdekaan, otonomi.‟
Adams et al. (2003: 177) mengemukakan “mencapai kemandirian adalah salah satu isu normatif kunci perkembangan psikososial remaja, dan semua
perspektif pada pengembangan kemandirian menekankan hasil bermasalah yang
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Selama pengembangan kemandirian remaja biasanya cepat karena perubahan fisik
dan kognitif yang cepat, memperluas hubungan sosial, dan hak-hak serta tanggung
jawab. Kemandirian pribadi dan pengambilan keputusan meningkat, dan identitas
diri bertahap secara konsolidasi, mempengaruhi, perilaku, dan kognisi. Kegagalan
dalam tugas-tugas ini dapat menimbulkan berbagai masalah perilaku secara luas
dan dapat menimbulkan kesulitan lainnya.
Yusuf, (2008: 198) mengemukakan “pada masa remaja berkembang sikap
conformity, yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti opini, pendapat,
nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain (teman sebaya).” Konformitas memberikan dampak yang negatif dan positif bagi remaja. Dampak
negatif tersebut dapat mempengaruhi kemandirian remaja. Tidak sedikit remaja
yang berperilaku konformitas terhadap teman-temannya, hal ini menandakan
bahwa remaja tidak mandiri dalam perilakunya yaitu remaja tidak menunjukan
bahwa dirinya memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai oleh
(a) tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas, (b) tidak
mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil
keputusan dan (c) memasuki kelompok sosial tanpa tekanan.
Steinberg (1993: 296) mengungkapkan indikator remaja yang memiliki kemandirian perilaku
kemandirian perilaku pada masa remaja ditandai dengan (1) memiliki kemampuan mengambil keputusan yang ditandai oleh (a) menyadari adanya resiko dari tingkah lakunya, (b) memilih alternatif pemecahan masalah didasarkan atas pertimbangan sendiri dan orang lain dan (c) bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambilnya, (2) memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai oleh (a) tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas, (b) tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan dan (c) memasuki kelompok sosial tanpa tekanan dan (3) memiliki rasa percaya diri yang ditandai oleh (a) merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan sekolah, (b) merasa mampu memenuhi tanggung jawab di rumah dan sekolah, (c) merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya, dan (d) berani mengemukakan ide.
Merujuk kepada hasil penelitian Permana (2011: 75-78) di SMPN 3
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
oleh 31 siswa (19.62%), tingkat kemandirian sedang dimiliki oleh 109 siswa
(68.99%) dan 18 siswa (11.39%) siswa memiliki tingkat kemandirian rendah. Dari
hasil penelitian tersebut diketahui 127 siswa tingkat kemandiriannya belum
optimal dan 31 siswa tingkat kemandiriannya sudah optimal. Dari hasil penelitian
tersebut juga didapatkan hasil bahwa kemandirian emosional sebesar 49.61%,
kemandirian nilai sebesar 66.52% dan kemandirian perilaku merupakan aspek
kemandirian yang paling rendah diantara ketiga aspek lainnya yaitu 35.96%. Oleh
karena itu berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti
kemandirian perilaku siswa.
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Pasundan 3 Bandung. Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) memang tidak bisa disamakan dengan Sekolah
Menengah Atas (SMA) pada umumnya. Gaya belajar, kebutuhan, dan
karakteristik siswa SMK dan SMA berbeda. Selain itu juga sistem pendidikan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
berbeda. Ali, M dan Asrori, M (2009: 118) menyatakan “sistem pendidikan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian remaja.” Jika
dilihat dari sistem pendidikannya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mendidik
siswa-siswanya lebih berorientasi pada karir dibandingkan dengan Sekolah
Menengah Atas (SMA).
Penelitian Sadiyah (2008: 57) menggambarkan tingkat kemandirian 150
siswa kelas XI SMA Negeri 1 Soreang 10% berada pada katagori sangat tinggi,
63% pada kategori tinggi dan 27% berada pada katagori sedang. Dari hasil
penelitian tersebut dapat dilihat bahwa masih ada siswa sebanyak 27% yang
kemandiriannya belum optimal.
Berdasarkan hasil dari pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru BK
di SMK Pasundan 3 Bandung, pada saat ini banyak siswa yang kemandirian
perilakunya masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa pelanggaran
kedisiplinan yang dilanggar siswa disebabkan konformitas terhadap
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sekolah, pelanggaran tata tertib sekolah, siswa yang kurang memiliki rasa percaya
diri dalam mengungkapkan pendapatnya ketika kegiatan belajar mengajar, serta
belum mandiri dalam mengerjakan dan mengumpulkan tugas.
Selain itu juga ada beberapa siswa yang masih enggan datang ke ruang BK
untuk berkonsultasi. Siswa tersebut akan datang ke ruang BK setelah dipanggil
oleh guru BK. Tingkah laku siswa tersebut dapat dikatakan kurang dalam
kemandirian perilaku karena dalam bertindak siswa tersebut masih konformitas
terhadap teman sebayanya, belum berani mengungkapkan idenya sendiri, dan
memilih alternatif pemecahan masalah berdasarkan pertimbangan diri sendiri dan
orang lain.
Kemandirian muncul dan berfungsi ketika individu menemukan diri pada
posisi yang menuntut suatu tingkat kepercayaan diri. Menurut Steinberg (Desmita,
2010: 184) „kemandirian berbeda dengan tidak tergantung karena tidak tergantung merupakan bagian untuk memperoleh kemandirian.‟ Dalam mencapai kemandirian sering kali remaja berbeda pendapat dengan orang tuanya sehingga
tidak menutup kemungkinan akan menjadi sebuah konflik yang teradi diantara
remaja dan orang tuanya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Thornburg
(Aprilia, 2011: 2) „dalam usaha mencapai kemandirian remaja kadang-kadang harus menentang, berdebat, berbeda pendapat, dan mengkritik dengan pedas
sikap-sikap orang tua.‟ Menurut Steinberg (1993: 286) “bagi remaja menegakan kemandirian sama pentingnya dengan menegakan identitasnya.” Selain itu juga
Kartadinata (1988: 78) mengemukakan “tanpa kemandirian remaja akan hidup
dengan sikap konformis, ini akan membuat remaja bertingkah laku secara negatif
jika mereka berada di lingkungan negatif.” Mengacu kepada pendapat Steinberg dan Kartadinata, kemandirian bagi remaja merupakan hal yang sangat penting.
Beranjak dari pentingnya pencapaian kemandirian pada masa remaja seperti
yang telah dikemukakan di atas, sudah seharusnya dilakukan tindakan baik berupa
preventif maupun kuratif untuk menindaklanjuti hal tersebut. Jika dibiarkan hal
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mengungkapkan „dasar penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut
konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas
perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan
moral-spiritual).‟ Layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial yang dapat mengembangkan kemandirian perilaku siswa merupakan cara yang dapat
dilakukan sekolah dalam pemberian bantuan pada siswa khususnya yang dapat
dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling. Yusuf (2008: 11) mengemukakan
bahwa “bimbingan sosial-pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi.” Upaya untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa dapat dikemas dalam suatu bentuk
kegiatan layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial yang tersusun dalam
sebuah program bimbingan dan konseling pribadi sosial.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Steinberg (1993: 286) mengemukakan “autonomy is often confused with rebellion, and becoming an independent person is often equated with breaking away from the family.” Kemandirian sering disamakan dengan pemberontakan dan menjadi seorang yang mandiri sering disamakan dengan putusnya hubungan
dengan orang tua. Steiberg (1993: 286) mengungkapkan “remaja dituntut untuk mandiri secara psikologis dan sosial serta ekonomi. Tetapi dalam mencapai
kemandirian remaja mengalami kesulitan karena belum bisa mandiri secara utuh.” Kesulitan-kesulitan tersebut disebabkan oleh masih adanya kebutuhan untuk tetap
tergantung pada orang lain, terutama kepada orang tua. Remaja mengalami dilema
yang sangat besar antara mengikuti kehendak orang tua atau mengikuti
keinginannya sendiri. Jika ia mengikuti kehendak orang tua maka segala
kebutuhannya akan dijamin oleh orang tuanya, sebaliknya jika ia tidak mengikuti
kemauan orang tua bisa jadi orang tuanya tidak mau membiayainya. Kebingungan
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kebingungan atau dilema yang dialami oleh remaja ketika ingin mencapai
kemandirian disebut juga keadaan ambivalensi, keadaan tersebut akan
menimbulkan konflik pada diri remaja.
Mu‟tadin (202: 5) mengemukakan “konflik yang terjadi dalam keadaan ambivalensi akan mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk mandiri, sehingga
sering menimbulkan hambatan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan
sekitarnya.” Konflik tersebut dapat mengakibatkan frustasi dan kemarahan kepada orang tuanya dan orang di sekitarnya. Rasa frustrasi dan kemarahan tersebut
biasanya diungkapkan dengan perilaku-perilaku yang tidak menyenangkan
terhadap orang lain dan selain itu perilaku tersebut merugikan remaja dan orang
lain di sekitarnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Thornburg (Aprilia, 2009:
2) „dalam usaha mencapai kemandirian remaja kadang-kadang harus menentang, berdebat, berbeda pendapat, dan mengkritik dengan pedas sikap-sikap orang tua.‟
Menurut Kartadinata (1988: 78) mengemukakan “tanpa kemandirian remaja
akan hidup dengan sikap konformis, ini akan membuat remaja bertingkah laku
secara negatif jika mereka berada di lingkungan negatif.” Fenomena yang terjadi
di sekolah banyak siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah seperti
pemakaian seragam sekolah yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah
dikeranakan konformitas kepada teman-temannya dan selain itu juga masih
banyak siswa yang kurang memiliki rasa percaya diri dalam mengungkapkan
pendapatnya ketika di kelas. Selain itu juga ada beberapa siswa yang masih
enggan datang ke ruang BK untuk berkonsultasi. Siswa tersebut akan datang ke
ruang BK setelah dipanggil oleh guru BK. Tingkah laku siswa tersebut dapat
dikatakan kurang dalam kemandirian perilaku karena dalam bertindak siswa
tersebut masih konformitas terhadap teman sebayanya, belum berani
mengungkapkan idenya sendiri, dan memilih alternatif pemecahan masalah
berdasarkan pertimbangan diri sendiri dan orang lain.
Perilaku yang ditunjukan oleh remaja yang sudah disebutkan di atas dapat
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tersebut masih konformitas terhadap teman sebayanya, belum berani
mengungkapkan idenya sendiri. Hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan
Steinberg (1993: 288-289)
kemandirian adalah kemampuan individu dalam mengelola atau mengatur dirinya sendiri. kemampuan dalam mengelola atau mengatur dirinya sendiri ditandai oleh kemampuan untuk tidak tergantung secara emosional terhadap orang lain terutama orang tua, mampu mengambil keputusan secara mandiri dan konsekuen terhadap keputusan tersebut, serta kemampuan menggunakan (memiliki) seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta penting dan tidak penting.
Selain itu juga perilaku yang ditunjukan siswa tidak termasuk kepada
ciri-ciri orang yang mandiri Monks et al.(1999: 279) mengatakan bahwa
orang yang mandiri akan memperlihatkan perilaku yang eksploratif, mampu mengambil keputusan, percaya diri dan kreatif. Selain itu juga mampu bertindak kritis, tidak takut berbuat sesuatu, mempunyai kepuasan dalam melakukan aktifitasnya, percaya diri, dan mampu menerima realitas serta dapat memanipulasi lingkungan, mampu berinteraksi dengan teman sebaya, percaya diri, terarah pada tujuan, dan mampu mengendalikan diri.
Dari identifikasi masalah di atas, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana gambaran kemandirian perilaku siswa kelas XI Jurusan
Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran
2012/2013?
2. Bagaimana gambaran program bimbingan dan konseling pribadi sosial di
SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013?
3. Bagaimana rancangan program hipotetik bimbingan dan konseling pribadi
sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa kelas XI Jurusan
Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian program
hipotetik bimbingan dan konseling pribadi sosial dalam upaya meningkatkan
kemandirian perilaku siswa kelas XI SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran
2012/2013. Berdasarkan tujuan umum tersebut maka tujuan khusus penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Memperoleh data empirik tentang gambaran kemandirian perilaku siswa di
kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun
Ajaran 2012/2013.
2. Memperoleh gambaran program bimbingan dan konseling pribadi sosial di
SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.
3. Menyusun rancangan program hipotetik bimbingan dan konseling pribadi
sosial untuk mengembangkan kemandirian perilaku siswa kelas XI Jurusan
Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran
2012/2013.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoretis
Penelitian ini akan memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu
bimbingan dan konseling, khususnya bimbingan dan konseling dalam aspek
pribadi sosial. Namun tidak menutup kemungkinan dapat juga memberikan
sumbangan saran dan pikiran bagi bimbingan dan konseling dalam aspek
kehidupan lainnya seperti aspek akademik dan karir. Selain itu juga dapat
memperkaya hasil penelitian yang telah ada.
2. Secara Praktis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada
berbagai pihak, diantaranya:
a. Bagi SMK Pasundan 3 Bandung, untuk memberikan masukan
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Bagi guru bimbingan dan konseling, dapat dijadikan suatu pedoman
sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan layanan bimbingan dan
konseling khusunya dalam mengembangkan kemandirian perilaku
siswa.
c. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, dapat dijadikan
sebagai masukan dan informasi bagi para civitas akademika khususnya
di Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan mengenai profil dan
perkembangan kemandirian perilaku siswa.
E. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan
yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan penganalisaan data hasil penelitian
secara eksak dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik (analisis
statistik). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
metode deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan kemandirian
perilaku siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3
Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Metode deskriptif ini digunakan untuk
menggambarkan kemandirian perilaku siswa SMK sebagai dasar merumuskan
program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian
perilaku siswa.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan instrumen berupa
angket,wawancara dan observasi yang mengungkap kemandirian perilaku siswa
dan program BK pribadi sosial di SMK Pasundan 3 Bandung. Teknik analisis data
mnggunakan statistika deskriptif untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
kemandirian perilaku siswa. Analisis data dilakukan setelah data terkumpul, dari
hasil angket, wawancara dan observasi. Data yang terkumpul terdiri dari data
kuantitatif mengenai gambaran kemandirian perilaku siswa dan data kualitatif
mengenai program BK pribadi sosial SMK Pasundan 3 Bandung. Hasil
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku
siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung
Thun Ajaran 2012/2013.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu: Bab I
memaparkan pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, identifikasi dan
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodelogi penelitian dan
struktur organisasi skripsi. Bab II berisi konseptualisasi kemandirian perilaku dan
program bimbingan dan konseling pribadi sosial. Bab III memaparkan metode
penelitian. Bab IV akan menyajikan hasil penelitian dan pembahasannya.
Terakhir, Bab V berisi kesimpulan penelitian dan rekomendasi dari hasil
39
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi dan Populasi/Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Pasundan 3
Bandung, yang ditujukan kepada siswa kelas XI. Arikunto (2010: 173)
menyatakan “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.” Populasi dan sampel
penelitian adalah seluruh siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran Sekolah
Menengah Kejuruan Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.
Pertimbangan dalam pemilihan populasi terhadap Kelas XI Jurusan
Administrasi Perkantoran adalah
1. Siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran secara umum berada
pada rentang usia remaja, dimana pada masa remaja berkembang sikap
tergantung ke arah kemandirian.
2. Siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran memasuki
pertengahan masa sekolah sehingga dianggap telah banyak melakukan
interaksi dan membina hubungan dengan teman di sekolah.
3. Belum ada yang meneliti kemandirian perilaku siswa di SMK dalam
aspek pribadi sosial.
B.Metode dan Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yaitu
pendekatan yang data penelitiannya berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statisktik. Purwanto (2007: 164) bahwa “penelitian kuantitatif
merupakan sebuah paradigma dalam penelitian yang memandang kebenaran
sebagai sesuatu yang tunggal, objektif, universal dan dapat diverifikasi.” Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis metode deskriptif
yang bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan mengambil suatu
generalisasi keadaan kemandirian perilaku siswa kelas XI Jurusan Administrasi
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dijadikan dasar untuk mengembangkan program bimbingan dan konseling pribadi
sosial untuk meningkatkan perilaku kemandirian perilaku siswa. Purwanto (2007:
177) menyatakan “penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya melibatkan
satu variabel pada satu kelompok, tanpa menghubungkan dengan variabel lain
atau membandingkannya.
Tujuan akhir dari penelitian ini adalah tersusunnya program hipotetik
bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku
siswa. Berdasarkan tujuan akhir penelitian maka pelaksanaan penelitian
dilaksanakan sampai tersusunnya program hipotetik bimbingan dan konseling
pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa. Berdasarkan
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Bagan 3.1
Desain Penelitian dan Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemandirian Perilaku Siswa
Tahap I adalah melakukan identifikasi masalah yang muncul yang berkaitan
dengan kemandirian perilaku remaja. Tahap II yaitu melakukan studi pustaka Identifikasi masalah
Studi pustaka
Judgement ke pakar
Penyusunan instrumen
Pengambilan data Uji validitas
Rancangan program BK pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa
Penyempurnaan program BK pribadi sosial untuk
meningkatkan
kemandirian perilaku siswa
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mengenai konsep kemandirian perilaku dan program bimbingan dan konseling
pribadi sosial. Tahap III yaitu menyusun instrumen penelitian sebagai alat
pengumpul data. Dalam penyusunan instrumen kemandirian perilaku dilakukan
judgement ke pakar setelah itu dilaksanakan uji validitas.
Tahap IV yaitu pengambilan data dengan cara penyebaran instrumen yang
mengungkap kemandirian perilaku siswa. Tahap V yaitu menyusun rancangan
program hipotetik bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan
kemandirian perilaku siswa. program tersebut disusun berdasarkan dari hasil
pengolahan data.
Tahap VI yaitu pengujian program hipotetik secara rasional oleh pakar
bimbingan dan konseling dan guru bimbingan dan konseling. Tahap VII yaitu
penyempurnaan program hipotetik. Penyempurnaan program dilaksanakan
berdasarkan dari hasil diskusi dengan dosen dan konselor sekolah. Dengan begitu
program yang sudah dirancang layak untuk dilaksanakan.
C.Definisi Operasional Variabel
1. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial
Program bimbingan dan konseling pribadi sosial merupakan bagian dari
program bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Suherman (2007: 59)
mengemukakan “program bimbingan dan konseling sekolah merupakan serangkaian rencana aktivitas layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang
selanjutnya akan menjadi pedoman bagi setiap personel dalam pelaksanaan dan
pertanggungjawabannya.” Secara lebih singkat Winkel (2007: 119)
mengemukakan “program bimbingan adalah suatu kegiatan bimbingan yang
terencana, terorganisasi dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu misalnya
satu tahun ajaran.”
Program bimbingan dan konseling pribadi sosial yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah serangkaian rencana layanan bimbingan dan konseling
pribadi sosial di sekolah yang tersusun dan terorganisasi dalam kurun watu
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku
siswa terdiri atas: (a) rasional, (b) visi dan misi, (c) kompetensi yang
dikembangkan, (d) tujuan, (e) komponen program, (f) personel program, (g)
rencana operasional, dan (h) evaluasi.
2. Kemandirian Perilaku
Steinberg (1993: 286) mengemukakan “autonomy yaitu kemandirian untuk
bertindak, tidak tergantung pada orang lain. Individu yang otonomous adalah
pribadi yang mandiri.menurutnya remaja yang otonom adalah remaja yang
mampu mengelola atau mengatur dirinya sendiri (self governing person).”
Mandiri dalam tingkah laku berarti bebas untuk bertindak/berbuat sendiri tanpa
terlalu bergantung pada bimbingan/pertolongan dari orang lain, tetapi bukan
berarti tidak memerlukan pendapat orang lain.
Menurut Steinberg (1993 : 297) ada tiga domain kemandirian perilaku yang
berkembang pada masa remaja, diantaranya:
a. Kemampuan mengambil keputusan yang ditandai oleh :
1) Menyadari adanya resiko dari tingkah lakunya.
2) Memilih alternatif pemecahan masalah didasarkan atas pertimbangan
sendiri dan orang lain.
3) Bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambilnya.
b. Memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai oleh :
1) Tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas.
2) Tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam
mengambil keputusan.
3) Memasuki kelompok sosial tanpa tekanan.
c. Rasa percaya diri (self relliance) yang ditandai oleh :
1) Merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan sekolah.
2) Merasa mampu memenuhi tanggung jawab di rumah dan sekolah.
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4) Berani mengemukakan ide.
Secara operasional kemandirian perilaku dalam penelitian ini adalah
kemampuan mengambil keputusan yang ditandai oleh 1) menyadari adanya resiko
dari tingkah lakunya, 2) memilih alternatif pemecahan masalah didasarkan atas
pertimbangan sendiri dan orang lain, 3) bertanggung jawab atas konsekuensi dari
keputusan yang diambilnya. Memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain
yang ditandai oleh 1) tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut
konformitas, 2) tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua
dalam mengambil keputusan, 3) memasuki kelompok sosial tanpa tekanan.
Memiliki rasa percaya diri (self relliance) yang ditandai oleh 1) merasa mampu
memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan sekolah, 2) merasa mampu
memenuhi tanggung jawab di rumah dan sekolah, 3) merasa mampu mengatasi
sendiri masalahnya, dan 4) berani mengemukakan ide.
D.Instrumen Penelitian 1. Angket
Untuk memperoleh data primer mengenai gambaran kemandirian perilaku
siswa dilakukan melalui penyebaran angket atau kuesioner yang mengungkap
kemandirian perilaku siswa. Mengacu kepada pendapat Sugiyono (2007: 162)
“kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden.” Selain itu juga dilihat dari kelebihan dan kekurangan dengan
menggunakan angket (Arikunto, 2011: 168-169)
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup,
yaitu responden diberi sejumlah pernyataan yang menggambarkan hal-hal yang
ingin diungkapkan dari variabel-variabel yang ada disertai dengan alternatif
jawaban. Dalam angket tertutup, jawaban sudah disediakan sehingga responden
tinggal memilih jawaban dengan memberikan tanda checklist (√) pada kolom
yang telah disediakan.
a. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen
Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap tingkat kemandirian perilaku siswa
dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Kisi-kisi instrumen
pengungkap data yang digunakan dikembangkan dari teori Steinberg. Dengan
pola jawaban jawaban sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai (KS), tidak
sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Kisi-kisi instrumen penelitian
disajikan dalam tabel berikut:
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Aspek Indikator No. Butir Soal
Data yang ditetapkan untuk diolah kemudian diberi skor sesuai dengan yang
ditetapkan. Instrumen pengumpul data menggunakan skala Likert yang
menyediakan empat alternatif jawaban. Adapun kriteria penyekoran untuk
mendapatkan skor angket kemandirian perilaku siswa dilihat pada tabel dibawah
ini:
Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1 - 5 dengan bobot
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1) Untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 1 pada
pernyataan positif dan skor 5 pada pernyataan negatif.
2) Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 2 pada pernyataan
positif dan skor 4 pada pernyataan negatif.
3) Untuk pilihan jawaban kurang sesuai (KS) memiliki skor 3 pada pernyataan
positif dan 3 pada pernyataan negatif.
4) Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 4 pada pernyataan positif dan
skor 2 pada pernyataan negatif.
5) Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 5 pada pernyataan
positif dan skor 1 pada pernyataan negatif.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada guru BK. Wawancara dilakukan untuk
mengetahui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program bimbingan dan
konseling. Hasil dari wawancara diproses dan ditafsirkan menjadi analisis data
untuk dijadikan pertimbangan dalam membuat program bimbingan dan konseling
pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
SMK Pasundan 3 Bandung
Pelaksanaan evaluasi dan tindak lanjut
Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Aspek Indikator
Kemandirian Perilaku Gambaran program bimbingan
Potensi keterlibatan partisipasi sekolah
3. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana
pendukung dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Tabel 3.4
Kisi-kisi Pedoman Observasi Sarana dan Prasarana Bimbingan dan Konseling
Aspek Jenis Sarana dan Prasarana
Ruang Bimbingan
Ruang Konseling
Ruang Bimbingan Kelompok Ruang kerja pembimbing Ruang dokumentasi Ruang kelas
Ruang aula
Ketersediaan jam kelas bagi BK
Alat Pengumpul Data
Angket siswa ITP
DCM
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Aspek Jenis Sarana dan Prasarana
Alat Penyimpan Data
Buku catatan home visit
Buku tamu
Buku-buku Pedoman Kurikulum BK
Buku-buku sebagai sumber layanan
Instrumen kemandirian perilaku siswa yang telah disusun terlebih dahulu
dilakukan uji kelayakan instrumen. Uji kelayakan instrumen dilakukan dengan
cara menimbang (judgement) pada setiap butir pernyataan yang telah dibuat
dengan melihat kesesuaian konten setiap butir pernyataan berdasarkan definisi
operasional dan ketepatan dan kesesuaian bahasa untuk subjek yang akan
memberikan respon. Penimbangan dilakukan oleh Dosen PPB FIP UPI. Adapun
hasil judgement instrument oleh dosen ahli, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.5
Hasil Judgement instrumen
Kesimpulan No item Jumlah
Dibuang 38 dan 46 2
Direvisi 1,2,3,11,13,15,16,35,39,41,47,55,57,58,59,60,62,63,64, 65,
20
Adapaun kisi-kisi instrumen setelah uji kelayakan instrumen dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Aspek Indikator No. Butir Soal
(+) (-) Jml
Jumlah 65
2. Uji Keterbacaan
Sebelum instrument kemandirian perilaku diuji validitas terlebih dahulu
dilaksanakan uji keterbacaan. Uji keterbacaan bertujuan untuk mengukur sejauh
mana instrument tersebut dapat dipahami oleh subjek penelitian. Setelah uji
keterbacaan pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai
dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh siswa Kelas XI Administrasi
Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung.
Uji keterbacaan dilaksanakan pada siswa kelas XI Administrasi
Perkantoran 2 SMK Pasundan 1 Bandung. Setelah dilaksanakann uji keterbacaan
secara umum, seluruh pernyataan pada item dapat dimengerti. Dengan demikian
instrumen dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.
3. Uji Validitas
Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian melibatkan seluruh
item yang terdapat dalam angket pengungkap kemandirian perilaku siswa.
Arikunto (2008: 65) mengungkapkan “sebuah tes dikatakan valid apabila item
tersebut mengukur apa yang hendak diukur.” Semakin tinggi nilai validasi maka
menunjukan semakin valid instrumen yang akan digunakan. Pengujian validitas
yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan dengan menggunakan rumus
Pearson Product Moment, yaitu:
= Koefisien korelasi yang dicari
∑X = Jumlah skor item
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
n = Jumlah responden
(Riduwan, 2008: 98)
Selanjutnya dihitung dengan uji-t dengan rumus
Keterangan :
t = harga untuk tingkat signifikansi
r = koefisien korelasi hasil r hitung
n = jumlah responden
(Riduwan, 2008: 98)
Uji validitas dilaksanakan di kelas XI Administrasi Perkantoran 2 di SMK
Pasundan 1 Bandung. Hasil validitas terhadap 65 item pernyataan yang diuji coba
dengan jumlah subjek 41 siswa, data tersebut dijadikan tolak ukur uji validitas
item, untuk kemudian item yang valid digunakan dan yang tidak valid dibuang.
Setelah itu, kemudian mencari nilai t-hitung untuk setiap butir pernyataan dengan
rumus uji-t yang telah di paparkan. Setelah diperoleh langkah selanjutnya
adalah membandingkannya dengan . Untuk mengetahui tingkat
signifikansinya dengan ketentuan dengan tingkat kepercayaan 90%
). Kaidah keputusan : Jika berarti butir pernyataan valid, sebaliknya jika berarti butir pernyataan tidak valid. Nilai t-tabel untuk = 0,10 dengan derajat kebebasan (dk = 41-2) adalah 1,303. Berikut
disajikan item-item pernyataan yang tidak valid dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas
Kesimpulan No item Jumlah
Valid 1,4,6,9,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24, 25,29,31,32,33,34,40,41,42,44,45,46,47,48,50,51,52, 53,54,57,58,59,60,61,63,64,65,
45
Tidak Valid 2,3,5,7,8,10,26,27,28,30,35,36,37,38,39,43,49,55,56, 20
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
62
Jumlah 65
Adapun kisi-kisi instrumen penelitian setelah dilaksanakan uji coba dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.8
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No. Aspek Indikator No. Butir Soal
(+) (-) Jml
jawab di rumah dan sekolah.
c. Merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya.
36,37 38,39 4
d. Berani
mengemukakan ide.
40 41,42,43 4
Jumlah 45
4. Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen menunjukkan sejauh mana instrumen yang digunakan
tersebut dapat dipercaya atau derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh
oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda.
Arikunto (2008: 86) mengungkapkan “reliabilitas berhubungan dengan masalah
kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi
jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.” Metode yang digunakan
dalam uji reliabilitas adalah metode alpha, dengan rumus:
Keterangan:
= Nilai reliabilitas
∑ = Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians total
k = Jumlah item (Riduwan, 2008: 115)
Dari pengujian realibilitas instrumen diperoleh hasil reliabilitas tes sebesar
0,886. Titik tolak ukur koefisien reliabilitas yang digunakan adalah pedoman
interpretasi koefisien korelasi yang disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.9
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 0,20-0,399
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,000
Sedang Tinggi Sangat Tinggi
(Furqon, 2008: 75)
Merujuk pada tabel di atas, reliabilitas instrumen dinyatakan sangat tinggi
karena 0,886 berada diantara 0,80-1,00 artinya instrumen yang digunakan baik
dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dimaksudkan sebagai cara dan alat yang
digunakan dalam mengumpulkan informasi atau keterangan mengenai subjek
penelitian. Data yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu data mengenai
kemandirian perilaku siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK
Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Pengumpulan data dilakukan
dengan penyebaran angket yang digunakan untuk mengungkap kemandirian
perilaku siswa. Angket yang digunakan adalah angket tertutup. Responden hanya
perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif respon yang telah
disediakan dengan alternatif jawaban sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai
(KS), kolom tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS) dengan skor berkisar
antara 1 sampai dengan 5.
G. Analisis Data
Pada peneltian dirumuskan tiga pertanyaan penelitian. Secara berurutan,
masing-masing pertanyaan penelitian akan dijawab dengan cara sebagai berikut.
1. Pertanyaan penelitian mengenai gambaran umum kemandirian perilaku siswa
Kelas XI jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung
dijawab dengan cara mengelompokkan kemandirian perilaku siswa ke dalam
3 kategori yaitu tinggi (T), sedang (S), dan rendah (R). Untuk menentukan
panjang kelas, sebelumnya terlebih dahulu perlu diketahui rentang (R) antara
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pada instrumen ini mengungkap kemandirian perilaku siswa yang telah
disebarkan, diketahui bahwa skor terbesar ideal adalah 225 dan skor terkecil ideal
adalah 45, sehingga dapat diketahui bahwa skor rentang, yaitu 180. Setelah
menghitung skor rentang dapat diketahui panjang kelas yaitu 60 dengan banyak
kelas sebanyak 3. Secara terperinci kualifikasi kemandirian perilaku siswa dapat
dilihat pada di bawah ini:
Tabel 3. 10
Kategori Tingkat Kemandirian Perilaku Siswa
Rentang
Skor Kategori Deskripsi
167-225 tinggi
Siswa pada kategori tinggi telah mencapai tingkat kemandirian perilaku yang tinggi pada setiap aspeknya, yaitu memiliki kemampuan mengambil keputusan, memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain dan rasa percaya diri (self relliance). Tingkat pencapaian kemandirian perilaku pada kualifikasi tinggi ialah 67 sampai 100%.
106-166 Sedang
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Rentang
Skor Kategori Deskripsi
45-105 Rendah
Siswa pada kategori rendah belum mampu dalam mencapai aspek kemandirian perilaku, yaitu belum mampu mengambil keputusan, tidak memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain dan tidak memiliki rasa percaya diri (self relliance). Secara presentase, tingkat pencapaian kemandirian perilaku pada kualifikasi tinggi ialah 0 sampai 33%.
Setelah dilakukan kategorisasi tingkat kemandirian perilaku, kemudian
dilakukan perhitungan pencapaian aspek dan indikator kemandirian perilaku
dengan menggunakan rumus
(Sugiyono, 2010: 246) Keterangan:
Skor total : jumlah skor yang diperoleh
Skor ideal : skor maksimal x jumlah item x jumlah siswa
2. Pertanyaan penelitian kedua mengenai gambaran program Bimbingan dan
Konseling pribadi sosial di XI jurusan Administrasi Perkantoran SMK
Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 dijawab dengan cara
melakukan wawancara dengan koordinator guru BK dan observasi di SMK
Pasundan 3 Bandung.
3. Pertanyaan penelitian ketiga mengenai rancangan program Bimbingan dan
Konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian perilaku.
Rancangan program disusun berdasarkan gambaran kemandirian perilaku
siswa.
117
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas XI
Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3 Bandung tahun ajaran
2012/2013 mengenai kemandirian perilaku, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Secara umum, siswa kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK
Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 memiliki tingkat
kemandirian perilaku berada pada kategori sedang yaitu sebesar 62% dan
tinggi sebesar 38%. Pada setiap aspek juga menunjukan hal yang sama
yaitu aspek kemampuan mengambil keputusan 56%, aspek memiliki
kekuatan terhadap pengaruh pihak lain 87% dan aspek memiliki rasa
percaya diri (self reliance) 60%. Artinya siswa pada kualifiasi sedang
masih memerlukan bimbingan dari orang lain, atau belum menunjukan
konsistensi atau keajegan perilaku dalam menunjukan aspek-aspek
kemandirian perilaku.
2. Program bimbingan dan konseling pribadi sosial merupakan bagian dari
program bimbingan dan konseling SMK Pasundan 3 Bandung. Need
assesment pada program bimbingan dan konseling di SMK Pasundan 3
Bandung dilakukan dengan menggunakan sosiometri dan observasi guru
BK terhadap permasalahan yang sering muncul pada siswa serta
tugas-tugas perkembangan. Sosialisasi dilaksanakan pada rapat pembagian tugas-tugas.
Layanan yang paling diutamakan adalah layanan bimbingan karir.
Evaluasi program dilaksanakan setiap akhir semester.
3. Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan
kemandirian perilaku siswa yang disusun diarahkan pada pendekatan
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
meningkatkan kemandirian perilaku siswa. Secara keseluruhan setiap
aspek dan indikator kemandirian perilaku dijadikan landasan
pengembangan program, namun yang menjadi prioritas adalah indikator
tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas, tidak
mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil
keputusan, dan berani mengemukakan ide.
B. Rekomendasi
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian, berikut dikemukakan
rekomendasi hasil penelitian bagi pihak terkait.
1. Guru bimbingan dan konseling (Konselor)
a. Guru bimbingan dan Konseling menjadikan hasil penelitian sebagai
bahan pertimbangan untuk melaksanakan layanan bimbingan dan
konseling.
b. Guru bimbingan dan konseling hendaknya memverifikasi secara
menyeluruh program bimbingan dan konseling pribadi sosial yang
merupakan hasil dari penelitian kemandirian perilaku siswa.
c. Layanan bimbingan dan konseling yang akan diberikan kepada siswa
dapat dilaksanakan dengan mengikuti tahapan kegiatan pada program
yang telah disusun.
2. Peneliti Selanjutnya
a. Populasi hanya pada satu jenjang kelas dan satu jurusan yaitu siswa
kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 3
Bandung. Sehingga pada peneliti selanjutnya dapat menggunakan
populasi yang lebih banyak yaitu dengan menambah jenjang tingkatan
kelas dan jurusan.
b. Mengembangkan dan melaksanakan uji coba program bimbingan dan
konseling untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa Kelas
119 Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Adams, G & Berzonsky, M (2003). Blackwell Handbook of Adolescence. USA: Blackwell Publishing.
Ali, M & Asrori, M. (2009). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Aprilia, D. I. (2009). Pengembangan Kemandirian Remaja Tunarungu. [Online]. Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/197 004171994022-IMAS_DIANA_APRILIA/ARTIKEL_1.pdf (5 September 2011)
Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.
_________. (2011). Penilaian & Penelitian Bidang Bimbingan dan Konseling.
Aditya Media: Yogyakarta.
Benard, B. (1996). Fostering Resilience in Children. [Online]. Tersedia: http://www.ericdigests.org/1996-2/fostering.html (10 Agustus 2012)
Budiman, N. (2006). Memahami Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar.
Jakarta: DEPDIKNAS.
Chaplin, J. (2004). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Dadis, C dan Smetana, J. (2006). “Middle-Class African American Families’ Expectations for Adolescent Behavioural Autonomy”. International Journal of Behavioral Development. 29 (5), 371–381
DEPDIKNAS. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: DEPDIKNAS.
Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD,SMP, DAN SMA.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Garber, J & Stephanie, A. (2001). “Emotinal Autonomy and Adolescent Adjusment”. Journal of Adolescent Research, Vol. 16 No. 4, July 2001 355-371
Hilmi, A. 2010. Pengertian Percaya Diri [online] Tersedia: http://miklotof.wordpress.com/2010/06/23/pengertian-percaya-diri/ (6 Oktober 2012)
Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Kartadinata, S. (1988). Profil Kemandirian dan Orientasi Timbangan Sosial Mahasiswa serta Kaitannya dengan Perilaku Empatik dan Orientasi Nilai Rujukan. Disertasi pada FPPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.
Ma’ruf, H. (2010). Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua. [Online].
Tersedia:http:/hidayah-illaya.blogspot.com/2010/02/pengaruh-gaya-pengasuhan-orang tua.html (3 September 2011)
Masbow. 2009. Percaya Diri dalam psikologi [online] tersedia di http://www.masbow.com/2009/08/percaya-diri-dalam-psikologi.html (6 Oktober 2012)
Maulani, N. (2010). Program Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Kemandirian Perilaku Siswa dalam Membuat Keputusan Karir. Skiripsi S1 pada FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Monks, F. J., et al. 1999. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Muna, N Faizul et al. (2009) Hubungan Antra Kemandirian dengan Motif Berprestasi pada Siswa Kelas VII Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.
[Online]. Tersedia:
http://eprints.undip.ac.id/24809/1/SRL_dan_Kemandirian.pdf (3 September 2011)
Mu’tadin, Z. (2002). Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologis pada Remaja.
[Online]. Trsedia:
http://daffodilmuslimah.multiply.com/journal/item/162/Kemandirian_Sebag ai_Kebutuhan_Psikologis_Pada_Remaja_ (3 September 2011)
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Permana, M. (2011). Program BK untuk Meningkatkan Kemandirian Siswa (Penelitian Pra-eksperimen terhadap Siswa kelas IX SMPN 3 Margahayu Tahun Ajaran 2010/2011). Skiripsi S1 pada FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Purwanto. (2007). Metodologi penelitian kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Riduwan. (2008). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Alfabeta: Bandung.
Sadiyah, E. (2008). Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 1 Soreang Tahun Ajaran2007/2008). Skiripsi S1 pada FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Santrock, J. W. (2002). Remaja. Jakarta: Erlangga.
Steinberg, L. (1993). Adolescence. USA: McGraw-Hill.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Bandung
_______. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta: Bandung.
Suherman, U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.
Sukaesih. (2010). Hubungan antara Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kemandirian Remaja (Studi Deskriptif terhadap siswa kelas X SMAN 1 Soreang Tahun Ajaran 2009/2010). Skiripsi S1 pada FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Sukmadinata, N. S. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek Mengembangkan Potensi dan Kepribadian Siswa. Bandung: Maestro.
UNPAD. (2012). Undang-undang RI No 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. [Online]: tersedia: http://www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf (8 Agustus 2012)
Tita Andriani, 2013
Program Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemandirian Prilaku Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
http://setiabudi.ac.id/jurnalpsikologi/images/files/JURNAL%202.pdf (3 September 2011)
Winkel, W.S dan Hastuti, S. (2007). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Yusuf, S & Nurihsan. A.J. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Yusuf, S. (2008). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
_______. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.
Zainal, M. Z (2010). Perkembangan Bahasa Remaja. [Online]. Tersedia: