• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN ORANG TUA MEMBINA KETAATAN ANAK MENDIRIKAN SHOLAT: Suatu Studi Deskriptif Terhadap Keluarga Petani, Pedagang dan Nelayan di Desa Kaliwiingi Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN ORANG TUA MEMBINA KETAATAN ANAK MENDIRIKAN SHOLAT: Suatu Studi Deskriptif Terhadap Keluarga Petani, Pedagang dan Nelayan di Desa Kaliwiingi Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN ORANG TUA MEMBINA KETAATAN ANAK MENDIRIKAN SHOLAT

(Suatu Studi Deskriptif Terhadap Keluarga Petani, Pedagang dan Neiayan di Desa Kaliwiingi Kecamatan Brebes

Kabupaten Brebes)

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Universitas Pendidikan Indonesia Bandung untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Umum

OLEH:

BUNASAR NIM. 979622

**J^1+.

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul "PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBINA KETAATAN ANAK MENDIRIKAN SHOLAT (Suatu Studi Deskriptif Terhadap Keluarga Petani, Pedagang dan Neiayan di Desa Kaliwiingi Kecamatan Brebes Kabuparten Brebes)", ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan

dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam

masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung

resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan adanya

pelanggaran atas itika keilmuan dalam karya saya atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

dung, 6 Agustus 2000

Membuat Pernyataan

(3)

*WaAal anaAAa ... £Dlzi£anlaA

(S/wlat, sazaAlaA ma zaf cegaAlaA

(/any mcuigfavt dan A&zsa/tazfaA fezAadap Aencana (/asu/ menimpa

Acama; sesa/u/guAm/a f/angr

demddasi da adalaA seAagicvi

dad sefegaA-fegruA peAerjacui .

ff&S&S ml sayapersem/taAAxui, Aepadcu Otanff fajzAa, yang fozcinfa, parapendede/z, 3&z/caA^Aa£aAAu<, fiepo/iaAxutAx/, seda

(9zany-ozany yany deayan

i/Mas luud andd dalcun

(4)

PERSETUJUAN PEMBIMBING UNTUK

MENGIKUTI UJIAN TAHAP II

<Lsr^>

Prof. DR. H. Nursid Sumaatmadja Pembimbing I

(5)

ABSTRAKSI

Sholat merupakan suatu dialog antara makhluk dengan Sang Pencipta, sebagai wujud atas pengagungan dan penyerahan diri yang setulus-tulusnya kepada-Nya. Apabila dilakukan dengan khusyu' dan istiqomah maka akan menunjukan "jalan yang lurus", jalan yang dapat menghantarkan kepada pembentukan pribadi yang baik, yakni dapat

menghindarkan diri dari perbuatan keji dan munkar (Q.S. 29:45).

Lingkungan keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama kepada anak. Orang tua secara llahiah sebagai pendidik pertama,

berkewajiban untuk mendidik anak agar mempunyai pribadi yang baik.

Proses menuju kearah itu, salah satunya meningkatkan kualitas iman dan takwa, dalam bentuk membina anak taat mendirikan sholat. Karena merupakan manivestasi dari keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Orang tua yang bermatapencaharian sebagai petani, pedagang dan neiayan berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan dalam

keluarga. Kesibukan tersebut semakin sulit untuk berkomunikasi dalam keluarga. Sementara dipihak lain anak sangat membutuhkan bimbingan,

perhatian dan pengawasan dalam pembinaan taat mendirikan sholat. Fokus permasalahan penelitian ini adalah untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan orang tua dalam membina anak mendirikan sholat.

Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana keluarga yang bermatapencaharian sebagai petani, pedagang dan neiayan memainkan perannya dalam membina anak taat mendirikan sholat. Manfaat praktis dari penelitian ini ditujukan kepada masyarakat petani,

pedagang dan neiayan. Manfaat teoritis ditujukan bagi pengembangan

teori pembelajaran pendidikan dalam keluarga khususnya membina anak

taat mendirikan sholat, serta penelitian lanjutan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif atau naturalistik

dengan metode deskriptif. Adapun tehnik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan studi

dokumentasi. Sedangkan aspek-aspek yang diteliti meliputi metode yang

diterapkan, proses yang dilakukan, penataan situasi rumah dan kepribadian yang diharapkan orang tua.

Hasil penelitian adalah menunjukan adanya motivasi riya karena ingin dipuji orang tua dalam mendirikan sholat. Ada sedikit perbedaan keberhasilan dalam membina anak mendirikan sholat antara keluarga yang bermatapencaharian di darat (petani dan pedagang) dengan yang di

laut.

Kesimpulan, dari metode yang diterapkan, proses yang dilakukan suasana rumah yang kondusif dan relegius mempengaruhi psikologis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR, TABEL DAN MATRIK x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 13

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 17

D. Definisi Opeional Judul 18

BAB II PERANAN ORANG TUA MEMBINA TAAT MENDIRIKAN SHOLAT SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM DALAM KELUARGA

A. Konsep Pendidikan Umum.; 20

1. Latar Belakang Penyelenggaraan Pendidikan

Umum 20

2. Pengertian Pendidikan Umum 22

3.Tujuan Pendidikan Umum 26

4.Lingkup Kurikulum Pendidikan Umum 30

B. Pendidikan Umum dalam Keluarga 33

C. Pendidikan Agama dalam Rangka Pendidikan Umum 37

D. Peranan Orang Tua dalam Pendidikan Keluarga 40

1. Konsep Keluarga 40

2. Fungsi Keluarga 42

3. Keluarga sebagai Tempat Pendidikan 50

(7)

4. Kewajiban Orang Tua dalam Penfdidikan 57

5. Pembinaan Taat Mendirikan Sholat dalam

Keluarga 69

C. Sholat 71

1. Artidan Makna Sholat .'. 71

La.Arti Sholat 71

1.b. Makna Sholat 73

2. Pentingnya Pengalaman Sholat Wajib dalam

Islam 76

3. Kedudukan Sholat dalam Islam 82

4. Makna Sholat dalam Pembinaan Kepribadian 86

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi dan Pendekatan Penelitian 88

B. Instrumen Penelitian 89

C. Teknik Pengumpulan Data 90

D. Sumber Data Subjek Penelitian 94

E. Pengumpulan Data Penelitian 96

F. Pengolahan dan Analisis Data Penelitian 99

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Kaliwiingi 103

B. Gambaran Umum Data Penelitian

108

C. Penyajian, Analisis dan Penelusuran Makna

Esensial Data Penelitian 113

1. Keluarga Petani 114

2. Keluarga Pedagang

124

(8)

3. Keluarga Neiayan 136

4. Pembahasan 141

D. Temuan Hasil Penelitian 159

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN

A. Kesimpulan 162

B. Rekomendasi Hasil Penelitian 164

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

DAFTAR GAMBAR, TABEL DAN MATRIK

Gambar 1 Bagan Fish Bone Penelitian 12

Gambar 2 Bagan Keluarga sebagai Sistem Interaktif Educatif 57

[image:9.595.73.477.224.556.2]

Gambar 3 Peta Wilayah Kabupaten Brebes 104

Tabel 1 Perbedaan Laki-laki dan Perempuan dalam Sholat 72

Tabel 2 Tujuan Dasar P.U. dalam Sholat 76

Tabel 3 Komposisi Penduduk Desa Kaliwiingi Tahun 2000 105 Tabel 4 Keadaan Penduduk Desa Kaliwiingi Berdasarkan Latar Belakang

Pekerjaan 106

Tabel 5 Keadaan Sarana Pendidikan dan Ibadah 107

Tabel 6 Keadaan Penduduk Desa Kaliwiingi Berdasarkan Latar Belakang

Pendidikan 107

Tabel 8 Jumlah Lulusan SD Kaliwiingi I dan II Tahun 1999 yang

Melanjutkan Sekolah Lanjutan 108

Matrik 1 Proses yang Dilakukan Orang Tua dalam Membina Anak Taat

Mendirikan Sholat 156

(10)
(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia,

karena pendidikan berperan dalam membina perkembangan kepribadian

manusia secara menyeluruh baik dari aspek kognitif, sikap dan nilai-nilai,

serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang atau warga negara.

Pendidikan juga mempunyai peran dalam meningkatkan harkat dan

martabat serta memelihara dan mengembangkan nilai kebudayaannya.

Oleh karena itu selama manusia hidup di dunia, pendidikan menjadi hal

yang paling utama di antara kebutuhan hidup manusia lainnya, seperti

yang diungkapkan M.I. Soelaeman (1978:1) bahwa, "Pendidikan

merupakan bagian integral dan terjalin dengan kehidupan manusia,

merupakan kebutuhan hidupnya yang pokok, merupakan suatu

kemutlakan bagi kehidupan manusia".

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989,

juga dengan jelas mengemukakan bahwa: ,,.

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan

berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan

(12)

Dari ungkapan tujuan Pendidikan Nasional, tergambar kriteria

manusia yang diharapkan dapat dicapai melalui pelaksanaan pendidikan

nasional, yakni gambaran manusia Indonesia seutuhnya. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa inti pokok upaya pendidikan nasional

adalah pengembangan kepribadian, yakni suatu upaya terwujudnya

manusia Indonesia seutuhnya seperti yang telah digambarkan dalam

tujuan pendidikan nasional.

Manusia

seutuhnya

adalah

manusia

yang

mempunyai

keseimbangan lahir dan batin, seperti dikemukakan Soedjatmoko, dkk

(1986:111) bahwa:

Manusia Indonesia seutuhnya, merupakan perwujudan normatif

atau citra ideal manusia Indonesia, yakni pembangunan itu tidak

hanya mengejar kemajuan lahiriah atau batiniah ... melainkan

keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara keduanya ... keselarasan antara hubungan manusia dengan Tuhannya, antara sesama manusia, serta lingkungan alam sekitarnya, keserasian

antara bangsa-bangsa ... keselarasan antara cita-cita hidup di

dunia dan mengejar kehidupan di akhirat

Terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya tidak muncul dengan

sendirinya melainkan melalui kegiatan terus menerus yang melibatkan

berbagai pihak. Pembinaan manusia Indonesia seutuhnya bukan hanya

tanggiAng jawab sekolah, melainkan keluarga dan masyarakat berperan

penting dalam mendidik dan menciptakan situasi lingkungan pendidikan

yang mendukung pembinaan manusia seutuhnya. Salah satu aspek guna

membentuk manusia Indonesia seutuhnya , maka yang paling diutamakan

(13)

aspek spiritual lebih diutamakan lalu disusul dengan aspek lainnya. Salah

satunya membina taat mendirikan sholat.

Sholat merupakan sarana audiensi hamba-Nya kepada Sang Pencipta, karena di dalamnya terdapat bacaan terpenting (yang tidak

boleh ditinggalkan), yang menurut kesepakatan para ulama, dan ahli hadits, yakni surat Al-Fatihah. Dalam bacaan itu ada pujian dan doa untuk ditunjukkan kepada jalan yang lurus, jalan hidup yang benar menuju dan

mendekat sedekat mungkin kepada Allah SWT. , kebenaran mutlak. Doa

inilah yang pada akhir bacaan itu, segera sesudahnya kita aminkan. Inilah

yang dapat disebut sebagai "inti dialog" seoraog hamba kepada Tuhannya

di dalam sholat.

Situasi sholat sebagai peristiwa menghadap Tuhan diperkuat dengan anjuran untuk membaca doa Iftitah setelah takbiratul ikhram yang

artinya "Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Dia (Allah

SWT.) yang menciptakan seluruh langit dan bumi, secara hanif dan

berserah diri (muslim), dan aku tidaklah termasuk mereka yang musyrik".

"Doa pembukaan ini sesungguhnya diadopsi dari pernyataan Nabi Ibrahim

yang sering disebut sebagai Bapak Monotheisme, setelah dia melalui

"pengembaraan intelektualnya" menemukan Tuhan (Allah SWT.), seperti

yang dituturkan dalam (Q.S. Al-An'am:79).

Pengalaman kedekatan dan keakraban dengan AI-Kra^/^nQ. -:?

\

Maha Pencipta, inilah yang menjadi sumber getaran jiwa seseorang yang

•//

(14)

dibacakan menambahi mereka dengan iman, yang dapat membimbing

kepada kerinduan untuk menyandarkan diri dan mempertaruhkan seluruh

hidupnya kepada Maha Pecipta dan Maha Pelindungnya (Q.S. 8:2).

Banyak ilmuwan sosial yang mengatakan agama dalam

hubungannya dengan perbedaan profan dan sakral. Baginya, esensi

agama harus merupakan pengalaman yang luar biasa dan unik, suatu

pengalaman keagamaan (religious experience) yang memiliki dimensi

sakral yang berbeda dengna kehidupan lahiriah sehari-hari. Rudolf Otto,

(1984:91) menegaskan bahwa:

Pengalaman suci begitu unik dan seseorang tidak pernah dapat mengerti dengan jelas deskripsinya, apa yang telah dialaminya.

Sementara pengalaman suci berada di luar konsep etika dan diluar jangkauan rasional, pengalaman itu juga secara universal

menimbulkan kesadaran yang luar biasa tidak terselami dan

mengatasi segala makhluk, sesuatu yang tersembunyi, yang hanya dapat dialami dalam perasaan. Yang suci, yang mysterium

tremendum et fascinosum - sesuatu getaran misterius dan

mempesona. Sesuatu yang luar biasa yang berada di luar

jangkauan akal. Apa yang terkandung di dalamnya, mungkin

merupakan kekuasaan mutlak, unsur kemahakuasaan tertinggi, yang wujud dan sifatnya tidak terukur oleh kita, yang menimbulkan

rasa takut dan aneh.

Dalam hal ini Allah SWT. berfirman:

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah bila Allah

disebut, hati mereka bergetar, dan bila ayat-ayat-Nya dibacakan menambahi mereka dengan iman, dan mereka itu bertawakal

kepada Tuhannya" (Q.S. 8:2).

Menurut Rudolf Otto (1984:20-21), pengalaman kudus itu

menimbulkan rasa lemah diri penganut agama dihadapan-Nya, Otto

(15)

dengan perasaan kagum dan takut, seperti pernah dialami Nabi Musa a.s.

ketika menerima wahyu yang disertai sinar yang menakutkan dan

mengagumkan, (2) seseorang merasa mendapatkan limpahan kesucian

absolut yang tiada taranya, yang tidak mungkin terjangkau oleh

pengalaman lahir,(3) yang suci itu memiliki kekuasaan, kekuatan dan

energi yang luar biasa, (4) pengalaman misterius yang menakutkan itu menyebabkan timbulnya kesadaran akan keluarbiasaan dari yang suci itu,

berbeda dengan yang profan dan bersifat non empirik, (5) seseorang

merasakan pengalaman indah karena tarikan yang suci. Meskipun

menakutkan tetapi juga mengagumkan. Kemudian Edmund Rochdieu

(1954:223-235) mengemukakan bahwa yang kudus itu secara simultan

menimbulkan rasa takut dan cinta, horor dan pesona, teror dan menarik,

yang oleh Durkheim perasaan seperti itu disebut perasaan ambiguity (mendua, berganda dan samar-samar) antara sifat pengasih dan

pembenci, penolong dan membahayakan, menarik dan menakutkan dsb.

Dalam hubungan ini, Spencer dan Inkeles (1982:336) mengemukakan

pendapat Durkheim bahwa pengalaman keagamaan yang ada hubungan yang kudus atau sakral, ataupun ciri-cirinya adalah (1) yang kudus itu

sebagai suatu kekuasaan dan kekuatan yang luar biasa, (2) bersifat

ambiquous dalam arti bersifat moral dan fisikal, human dan kosmik, positif

dan negatif, menarik dan menyebalkan, penolong, tapi juga berbahaya, (3)

bersifat non utulitarian, tidak dapat dikendalikan untuk kepentingan

(16)

eksperimen secara sensual, (5) tidak termasuk pengetahuan, diluar

jangkauan logika dan nalar, (6) memperkuat atau mendorong para

pemujanya, (7) menimbulkan kewajiban moral para pemujanya.

Selanjutnya menurut Otto juga pengalaman mysterium tremendem itu

merupakan sumber dan dasar dari semua perilaku religious. Thomas F.

Odeo (dalam Keith A. Roberts, 1984:93), mengikuti pendapat Otto

mengemukakan bahwa semua bentuk religious yang luar biasa itu berasal

dari pengalaman religious yang non rasional. Selanjutnya Otto (dalam

Keith A. Roberts, 1984:93) menegaskan bahwa pengalaman numious

(kudus) itu seharusnya menjadi inti atau jantung hatinya agama. Karena

itu menurutnya, beberapa orang menjadi kurang religious, sebab mereka tidak mengalami numious sebagaimana yang dilukiskan di atas.

Pengalaman keagamaan (dalam hal ini sholat) merupakan"

"pertemuan"dengan"sesuatu"yang berada di luar jangkauan pengalaman

fisik, dengan sesuatu kekuasaan yang melampaui penampilan benda dan

peristiwa, dengan kekuasaan yang tinggi yang dianggap sebagai dasar

eksistensi, yang sakral dan menimbulkan kekaguman yang mendalam dan

daya tarik yang luar biasa. Dari pengalaman keagamaan (dalam sholat )

akan menimbulkan kepercayaan, amal dan organisasi keagamaan yang

menjawab masalah-masalah dasar melalui sistem kepercayaan dan

menyediakan sarana penyesuaian melalui hubungan dengan "sesuatu"

yang berada di luar jangkauan empirik. Maka dalam kesadaran akan

(17)

manusia menemukan hakekat dirinya. Dalam hal ini Titus H.H (1984:419)

mengemukakan bahwa pengalaman keagamaan yakni rasa kehadiran

Tuhan secara langsung, suatu pemahaman tentang kekekalan. Dalam

bentuk ini "aku" seseorang ditingkatkan menjadi kesadaran terhadap

Tuhan.

Di samping itu dalam sholat terdapat takbiratul ikhram yakni takbir

yang pertama (yang wajib diucapkan,), sebagai proses mendirikan sholat.

Takbir ini merupakan suatu pengakuan pengagungan terhadap Allah

SWT. (tiada sesuatu yang besar kecuali Allah SWT.). Maka momen sholat

menuntut seseorang agar seluruh sikap dan perhatiannya ditujukan

semata-mata kepada objek seruan, yakni Pencipta seluruh alam raya itu,

dalam sikap sebagai seorang hamba yang sedang menghadap Tuhannya.

Sikap lahir dan batin yang tidak relevan dengan sikap menghadap Tuhan

menjadi terlarang. Oleh karena itu dalam pelaksanaan sholat "seolah-olah

engkau melihat-Nya, dan kalaupun engkau tidak melihat-Nya, maka

sesungguhnya Dia melihat engkau" (HR. At-Tirmidzi). Pelaksanan sholat yang demikian diharapkan seolah-olah dirinya ada Zat yang Maha Besar,

yang setiap saat selalu mengawasi dan mengontrolnya, sehingga dalam

perjalanan hidupnya selalu berhati-hati untuk menghindari perbuatan keji

dan mungkar. (Q.S. 29:45). Kemudian ditutup dengan taslim (salam) akhir

bacaan sholat yang merupakan simbol pembukaan hubungan sesama

manusia, sesama makhluk di alam raya jagad ini. Karena mengandung

(18)

8

perbuatan baik sebagai kelanjutan logis sikap pasrah yang tulus itu dan ini

merupakan pangkal kesejahteraan (salamah, selamat) di dunia dan di

akhirat (Q.S. 31:22).

Dengan demikian sholat menjadi alat pendidikan rohani manusia

yang efektif, mampu memelihara jiwa serta memupuk kesadaran. Semakin

banyak sholat dilakukan dengan kesadaran, berarti sebanyak itu rohani

dan jasmani dilatih berhadapan dengan Zat yang Maha Suci, efeknya

membawa kepada kesucian rohani dan jasmani, membentuk pribadi

kaffah yang dipancarkan melalui sikap, perbuatan, tutur kata, daya nalar,

daya berfikir dsb. yang menuju kepada kebaikan, dan dapat menghindari

pada perbuatan keji dan mungkar.

Karena kedudukannya sebagai sarana dialog manusia dengan

Tuhannya, sehingga sholat dijadikan sebagai tiang agama, sebagai mana

yang disabdakan oleh Rasulullah saw.:

"Sholat itu adalah tiang agama, maka barang siapa mendirikan

sholat, berarti dia telah menegakkan agama. (Sebaliknya), barang siapa meninggalkan sholat, berarti dia telah meruntuhkan pondasi

agama" (Ahmad Seadie, 1996:36).

Berdasarkan hakekat dan pengalaman sholat di atas maka

hendaknya orang tua menanamkan sikap taat mendirikan sholat kepada

anak sejak usia dini, walaupun pelaksanaan sholat anak kecil (yang belum

akil baligh) belum diwajibkan, baru tahap anjuran, tapi hal itu perlu karena

untuk pembentukan kebiasaan sebagaimana yang dikemukakan oleh

Al-Ghazali, "apabila anak-anak dibiasakan untuk mengamalkan apa-apa

(19)

kebaikan tadi akibat positifnya ... ". Di samping sebagai persiapan untuk

memasuki tahap kewajiban. Karena sholat mulai diwajibkan untuk

dilaksanakan pada anak yang sudah akil baligh. Dalam hal ini Rasulullah

bersabda "Ajarkanlah sholat kepada anak-anakmu sejak umur tujuh tahun

dan pukullah mereka kalau enggan melakukannya sejak umur sepuluh

tahun" (HR. Abu Dawud dan Attirmidzi, A. Seadie, 1996:23).

Dengan demikian, maka pembinaan taat mendirikan sholat pada

hakekatnya adalah proses membina pribadi yang baik. Karena dengan

menegakkan sholat seseorang akan tercegah untuk melakukan perbuatan yang negatif. Oleh karena itu salah satu langkah guna terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya, maka terlebih dahulu membina

pribadi-pribadi yang baik yang dapat menghidari dari perbuatan cela, baik dalam

pandangan nilai agama maupun nilai budaya masyarakat. Wahana

pembinaan sholat seperti yang diuraikan di atas, harus melalui

pendidikan, salah satunya pendidikan dalam keluarga.

Keluarga telah kita kenali sebagai salah satu wahana yang sangat

penting dalam pelaksanaan pendidikan pada anak. Karena keluarga

merupakan pusat terjadinya penyemaian pertama bagi perkembangan anak, baik dalam segi fisik maupun psikis. Dalam hal ini Duval (1964:29)

menyebutkan; "Family are the nurturing center for human personality".

Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional

dinyatakan bahwa keluarga merupakan salah satu penanggungjawab

(20)

10

bahwa keluarga merupakan tempat pendidikan yang memberikan

pendidikan dasar yang berkenaan dengan keagamaan, dengan demikian

keluarga dipandang sebagi peletak dasar pembinaan taat mendirikan

sholat. Kedudukan keluarga sebagai tempat pendidikan sangat vital, bagi

kelangsungan pendidikan generasi muda maupun bagi pembinaan

bangsa pada umumnya.

Sesuai dengan tujuan pendidikan sebagaimana yang telah

diuraikan di atas, maka lingkungan keluarga sangat penting artinya dalam membina aspek spiritual pada anak (taat mendirikan sholat) yang

merupakan kewajiban seorang muslim. Karena lingkungan keluarga yang

pertama-tama dikenal oleh anak dan keluargalah yang pertama-tama

memberikan pendidikan kepada anak.

Anak-anak Desa Kaliwiingi Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, pada umumnya dalam kebiasaan melakukan sholat wajib lima waktu

termasuk dalam kategori cukup baik terutama pada anak usia SD kelas

tiga ke atas, sedangkan pada anak usia Taman Kanak-Kanak (BALITA)

dapat dikatakan agak kurang. Maka dalam penelitian ini ingin mengetahui langkah-langkah apa yang dilakukan orang tua dalam proses pembinaan

anak taat mendirikan sholat.

Pembinaan taat mendirikan sholat di sini diartikan anak

(21)

11

diharapkan nantinya kewajiban mendirikan sholat akan menjadi suatu

kebiasaan anak dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk jelasnya dalam penelitian ini, dapat dilihat pada gambar di

(22)

Objek

1. Televisi 1. Radio

2. Hiasan dinding

Kaligrafi Al-Qur'an

1. Situasi rumah relatif

(ada/kurang) mendukung 2. Tempat sholat keluarga

(tersedia/tidak tersedia)

3. Perangkat shc'at

(tasbih, peci, sajadah)

4. Nasehat

5. Teladan dan pembiasaan

Keluarga 1. Keluarga Petani 2. Keluarga

Pedagang

[image:22.842.92.766.109.523.2]

3. Keluarga Neiayan

Gambar 1

Bagan Fish Bone Penelitian

1. Buku metode Iqro 2. Buku tata cara sholat

.2

Ada perbedaan keberhasilan

dalam pembinaan

(23)

13

B. Identifikasi Masalah

Manusia diciptakan Allah SWT. dalam struktur yang terbaik di

antara makhluk yang lainnya, yang terdiri atas unsur jasmaniah dan

rohaniah yang juga dilengkapi dengan akal pikiran. Dalam struktur

tersebut Allah SWT. memberikan seperangkat kemampuan dasar yang

dapat berkembang, yang dalam psikologi disebut potensi sedangkan

dalam agama Islam disebut fitrah. Fitrah ialah potensi laten atau kekuatan

terpendam yang ada dalam diri manusia yang dibawanya sejak lahir.

Adapun jumlah fitrah yang ada pada diri manusia itu cukup banyak salah

satunya fitrah agama.

Fitrah agama yang dimaksud adalah kecenderungan kepada yang

baik (hanif)

yang berkembang menjadi keimanan. Sebagaimana yang

dikemukakan H.M. Arifin (1993:26):

Adapun kemampuan dasar yang menyebabkan manusia menjadi

makhluk berketuhanan atau beragama itu adalah karena di dalam jiwa manusia terdapat suatu instink religious atau naturaliter atau gharizah diniyyah.

Dengan demikian anak pada dasamya sejak dilahirkan telah

membawa fitrah agama, yakni kecenderungan jiwa untuk menerima

kepercayaan tauhid serta mengakuinya. Salah satu wujud dari

kepercayaan yakni taat mendirikan sholat. Namun, manusia tidak selalu

setia pada fitrahnya karena di dalam diri manusia terdapat sifat

kelemahan. Sebagaimana yang dikemukakan Nurcholish Madjid

(24)

14

Kelemahan itu bukan kejahatan an sich, tetapi menjadi pintu masuknya

kejahatan pada manusia. Karena kelemahan itu manusia tidak selalu setia

pada fitrahnya sendiri".

Oleh karena itu, fitrah agama yang dibawa anak sejak lahir harus

dikembangkan dengan memberikan pendidikan agama sedini mungkin

dengan berdasarkan pada perkembangan perasaan ke-Tuhanan yang

ada pada diri anak. Dalam hal ini Abdurrahman S.Abdullah (1991:56)

mengemukakan "ada satu penafsiran yang menyatakan bahwa fitrah itu

berarti bentuk yang diberikan kepada manusia pada saat penciptaannya,

dan manusia harus mengerahkan fitrah itu kepada iman billah". Proses

untuk mengerahkan fitrah itu kepada iman billah salah satunya pembinaan

taat melaksanakan sholat.

Dengan demikian anak setelah dilahirkan tidak sekaligus dijadikan

Allah SWT. untuk beriman kepada-Nya, akan tetapi melalui proses di

mana lingkungan keluarga sangat mempengaruhinya.

Masa anak adalah masa yang sangat ideal untuk pembentukkan

pembiasaan yang baik karena jiwa mereka sedang tumbuh dan

memerlukan pembinaan. Dalam hal ini al-Ghazali dalam Zainuddin

(1991:106) mengemukakan:

Apabila anak itu dibiasakan untuk mengamalkan apa-apa yang

baik, diberikan pendidikan ke arah itu pastilah ia akan tumbuh di

atas kebaikan tadi akibat positifnya ... sebaliknya jika anak sejak kecil sudah dibiasakan mengerjakan keburukan dan dibiarkan saja tanpa dihiraukan pendidikan dan pengajarannya, yakni sebagaimana halnya seorang yang memelihara binatang, maka

(25)

15

Selanjutnya M. Athiyah al-Abrasyi (1990:116) juga mengemukakan:

Masa anak-anak merupakan masa terekamnya segala sesuatu

perbuatan dan ucapan yang baik dan buruk. Karena sifat

pembawaan dari anak-anak itu ialah bisa menerima yang baik dan

bisa pula yang buruk sekaligus. Oleh karena itu, anak akan tumbuh

dan berkembang menjadi merah atau putih tergantung dari dasar pendidikan yang diberikan keluarga dalam hal ini orang tua kepada

anaknya.

Agar anak selalu setia dengan fitrah agamanya (taat mendirikan

sholat) maka anak perlu mendapatkan didikan dan pembinaan dengan

cara keteladanan dan pembiasaan yang sesuai dengan perkembangan

jiwanya. Karena keteladanan dan pembiasaan tersebut akan membentuk

sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap tersebut akan menjadi

bagian dari kepribadiannya.

Mengembangkan fitrah agama (taat mendirikan sholat) pada diri

anak pertama kali harus diawali dari orang tua. Karena mendidik anak,

bagi orang tua pada dasamya salah satu tanggung jawab llahiah. Oleh

karena itu, bagaimana pun sibuknya, orang tua berkewajiban meluangkan

waktunya untuk mendidik anaknya dalam hal taat melaksanakan sholat.

Al-Ghazali dalam Thoha Abdul Baqir Surur (1988:189) mengemukakan;

"Anak-anak adalah amanah di tangan ibu bapaknya, jiwanya yang suci

adalah seumpama mutiara amat bemilai belum terukir dan berbentuk,

mutiara itu dapat menerima segala ukuran dan bentuk dan dapat pula

dibawa ke arah yang ia suka".

Kemudian dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Muslim,

(26)

16

"Dari Abu Hurairah, sesungguhnya ia berkata; Rasulullah saw.

bersabda;"Tiap-tiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua ibu bapaknya yang meyahudikan, atau menasranikan, atau

memajusikannya".

Dengan demikian, maka orang tua mempunyai peranan yang

sangat dominan dalam mengarahkan anak menjadi seorang muslim.

Salah satunya yakni membina ketaatan anak dalam mendirikan sholat.

Karena sholat merupakan manivestasi dari keimanan dan ketakwaan

seseorang kepada Allah SWT.

Anak yang dijadikan sebagai obyek pembinaan yakni mereka yang

masih berusia BALITA sampai usia Sekolah Dasar, karena perkembangan

agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman

yang dilaluinya, terutama pada masa pertumbuhan yang pertama (masa

anak) dari umur nol - dua belas tahun, (Zakiah Daradjat, 1973:58). Masa

itu juga amat baik dalam upaya pembentukan pembiasaan, seperti

pepatah mengatakan "belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu,

belajar di waktu besar bagai mengukir di atas air".

Orang tua yang mata pencahariannya petani, pedagang dan

neiayan berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan dalam keluarga.

Dalam hal ini pembinaan taat mendirikan sholat . Orang tua yang mata

pencahariannya sebagai petani berangkat kerja dari pagi hari sampai sore

hah, dan orang tua yang mata pencahariannya neiayan berangkat kerja

dari malam hari sampai siang hari, dan orang tua yang mata

pencahariannya pedagang berangkat kerja dari pagi hari sampai siang

(27)

17

dalam keluarga. Sementara di pihak lain anak masih sangat

membutuhkan bantuan bimbingan, perhatian dan pengawasan dalam taat

mendirikan sholat.

Oleh karena itu muncul pertanyaan pokok dalam penelitian ini, apa

saja yang dilakukan orang tua dalam membina anak taat mendirikan

sholat.

Untuk sampai pada fokus permasalahan tersebut di atas maka

penelusurannya perlu dipandu dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut:

1. Metode apakah yang diterapkan orang tua dalam membina

anak taat mendirikan sholat ?

2. Bagaimanakah proses yang dilakukan orang tua dalam

membina anak taat mendirikan sholat ?

3. Bagaimanakah penataan situasi rumah yang dapat menunjang

proses pembinaan anak taat mendirikan sholat ?

4. Bagaimanakah kepribadian yang diharapkan orang tua dari

anak taat mendirikan sholat ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan menyingkap peranan orang tua dalam

membina anak taat mendirikan sholat, secara operasional tujuan

(28)

18

taat mendirikan sholat dalam empat keluarga yang mempunyai

mata pencaharian yang berbeda yaitu petani, pedagang dan

neiayan.

b. Untuk mengetahui perbedaan peranan orang tua yang mempunyai

mata pencaharian yang berbeda yaitu petani, pedagang dan

neiayan dalam upaya membina anak taat mendirikan sholat.

2. Kegunaan Penelitian

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukkan bagi orang tua dalam

mendidik anaknya di lingkungan keluarga yang berorientasi pada

pembinaan ketaatan anak dalam mendirikan sholat.

b. Dapat dijadikan masukkan bagi masyarakat khususnya masyarakat

neiayan, petani dan pedagang dalam upaya membina anak taat

mendirikan sholat.

c. Dapat dijadikan masukkan bagi Pendidikan Umum dalam

menyusun berbagai jenis, bentuk kegiatan pendidikan dalam

keluarga khususnya dalam mengembangkan keimanan dan

ketakwaan kepada Allah SWT. yang merupakan salah satu

terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya.

D. Definisi Operasional Judul

1. Peranan orang tua membina anak taat mendirikan sholat yang

dimaksud dalam pengertian disini adalah upaya orang tua yang

(29)

19

membiasakan anak agar selalu mendirikan sholat baik sholat wajib

maupun sholat sunnah. Sehingga diharapkan kewajiban

melaksanakan sholat akan menjadi bagian dalam kehidupan

sehari-hari.

2. Taat mendirikan sholat yang dimaksud disini ialah selalu mendirikan sholat tepat pada waktunya.

3. Sholat yang dimaksud disini ialah sholat wajib lima waktu

Penelitian disini difokuskan kepada anak usia BALITA sampai usia

Sekolah Dasar, karena peneliti beranggapan bahwa masa tersebut

adalah sangat tepat dalam upaya pembentukan pembiasaan,

seperti yang telah dikemukakan oleh Zakiah Daradjat di atas. Tapi

anggapan ini bukan berarti menafidkan bahwa pembinaan sholat

pada anak remaja (yang sudah akil baligh) kurang tepat. Namun

alangkah lebih tepatnya apabila pembiasaan taat mendirikan sholat

dimulai sejak anak usia dini, seperti pepatah mengatakan "belajar di

waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar di waktu besar bagai mengukir di atas air". Begitu juga sabda Rasulullah saw.

."Ajarkanlah sholat sejak anak umur tujuh tahun. Pukullah mereka

kalau enggan melakukannya sejak umur sepuluh tahun (HR. Abu

(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dengan menggunakan pendekatan naturalistik. Metode ini dipilih

karena masalah yang dikaji adalah menyangkut hal-hal yang sedang

berlangsung dalam masyarakat, khususnya dalam keluarga. Dengan

harapan dapat dikumpulkan sebanyak mungkin, dengan tetap

memperhatikan segi kualitias data.

Pendekatan naturalistik dipilih dengan alasan data tentang

gejala-gejala yang akan diperoleh dari lapangan lebih banyak menyangkut

perbuatan dan kata-kata dari responden yang sedapat mungkin tidak

dipengaruhi dari luar, sehingga bersifat alami, apa adanya. Subino

Hadisubroto (1988:2) berpendapat bahwa "data yang dikumpulkan melalui

penelitian kualitatif, lebih berupa kata-kata daripada angka-angka".

Meskipun demikian, peneliti jelas tidak mengabaikan data yang bersifat

dokumen, sepanjang data tersebut memang menunjang pencapaian

tujuan penelitian.

(31)

89

B. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti langsung melibatkan

diri sebagai instrumen. Keterlibatan peneliti secara langsung

memungkinkan data yang diperoleh akan lebih bermakna (Uus Ruswandi,

2000:55). Menurut S. Nasution (1988:6) mengemukakan bahwa peneliti

merupakan "key instrument" artinya peneliti sebagai alat penelitian utama,

walaupun menggunakan rekaman atau kamera, peneliti tetap memiliki

peranan utama. la tidak menggunakan alat-alat seperti test atau angket

seperti lazim digunakan dalam penelitian kuantitatif. Hanya manusia

sebagai instrumen dapat memahami makna interaksi antar manusia,

membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung

dalam ucapan atau perbuatan responden.

Keterlibatan langsung peneliti dilapangan sangat menentukan hasil

penelitian, karena dalam penelitian kualitatif data-data yang sifatnya

primer harus langsung didapatkan oleh peneliti sendiri tidak boleh

diwakilkan kepada orang lain. Hal ini sangat penting artinya, karena

hal-hal yang berkenan dengan pengamatan dan suasana yang terjadi

dilapangan akan sulit dianalisis secara mendalam oleh peneliti bila

data-data pokok penelitiannya diperoleh dari tangan kedua atau ketiga.

Dalam menjaring data, peneliti harus berpedoman pada

prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:

(32)

90

b) Peneliti memperhatikan setiap situasi secara totalitas, respon yang

spontan dari objek penelitian dapat mempertinggi tingkat kredibilitas

penelitian.

c) Peneliti harus peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari

lingkungan.

d) Peneliti berusaha memahami dan menyelami objek penelitian.

C. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

a. Observasi

Tehnik observasi secara intensif digunakan untuk memperoleh data

tentang pelaksanaan pendidikan dalam keluarga khususnya upaya

orang tua dalam pembinaan anak taat melaksanakan sholat.

Jenis obsevasi yang digunakan adalah observasi non sistematis, yakni

tidak menggunakan pedoman yang berisi sebuah daftar kegiatan yang

dilakukan orang tua terhadap anak, tetapi pengamatan dilakukan

secara spontanitas, menangkap apa saja yang terjadi pada saat orang

_"i

tua melaksanakan pendidikan dalam keluarga upaya pembinaan taat

melaksanakan sholat.

Dengan diharapkan peneliti lebih dapat memahami apa-apa yang

mereka telah lakukan dan apa-apa yang sedang dikerjakan serta

(33)

91

yang diperoleh memiliki makna setiap informasi dikaitkan dengan

konteksnya.

Menurut M. Q. Patton (S. Nasution, 1988:59-60) manfaat pengamatan

secara langsung adalah:

a) Dengan berada dilapangan peneliti mampu memahami konteks

data dalam keseluruhan situasi, dapat memperoleh pandangan

holistik.

b) Pengalaman

langsung

memungkinkan

peneliti menggunakan

pendekatan induktif, dan membuka kemungkinan melakukan

discovery.

c) Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak diamati

orang, khususnya orang berada dalam lingkungan itu, dan yang

tidak akan terungkapkan dalam wawancara.

d) Peneliti memperoleh gambaran yang lebih konprehensif.

e) Memperoleh kesan-kesan pribadi.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaaan dan yang

diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan. Wawancara dilakukan dengan cara yang tidak terstruktur,

dimana responden mendapat kebebasan dan kesempatan untuk

mengeluarkan buah pikiran, pandangan dan perasaannya tanpa diatur

(34)

92

keterangan peneliti mengadakan wawancara yang lebih terstruktur dan

disusun berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh subjek

penelitian, dengan kata lain data pertama mengandung non directive,

yaitu menurut pikiran dan perasaan subjek penelitian. Sedangkan

dalam kegiatan selanjutnya data bersifat directive yaitu ditinjau dari

pandangan peneliti. Pada akhirnya wawancara beralih dari tidak

terstruktur menjadi lebih terstruktur.

S. Nasution (1988) mengemukakan dalam melaksanakan wawancara

setidak-tidaknya dihadapkan kepada dua hal. Pertama kita harus

secara mengadakan interaksi dengan subjek penelitian. Kedua, kita

menghadapi kenyataan, adanya pandangan orang lain yang mungkin

berbeda dengan pandangan kita.

Dalam melaksanakan wawancara peneliti dapat melakukan tiga

macam pendekatan, sebagaimana yang dikemukan S. Nasution

(1988:74) yakni:

a) Dalam bentuk percakapan informal, mengandung unsur

spontanitas, kesantaian, tanpa pola atau arah yang ditentukan.

b) Menggunakan lembaran berisi garis besar pokok-pokok, topik atau

masalah yang dijadikan pegangan dalam pembicaraan.

c) Menggunakan daftar pertanyaan yang lebih terinci, namun bersifat

terbuka yang telah dipersiapkan lebih dahulu dan akan diajukan

(35)

93

Penggunaan tehnik wawancara yang dilakukan kepada orang tua

atau anak, tentu berbeda dalam pelaksanaannya. Kepada orang

tua dilakukan secara terang-terangan dengan alasan (1) antara

peneliti dengan subjek penelitian telah terbina kepercayaan tentang

kerahasiaan informasi, di samping telah dipahami fungsi dan

pentingnya data penelitian ini, (2) karena pada akhirnya peneliti

harus mengadakan cek ulang untuk mempertanggungjawabkan

secara moral terhadap mereka tentang kebenaran informasi dan

untuk melengkapi hal-hal yang kurang lengkap dan kurang sesuai.

Terhadap anak wawancara dilakukan secara tersamar. Hal ini

dilakukan untuk menghindari sifat kepura-puraan atau bermain

sandiwara atau dapat mengaburkan data yang diharapkan.

C. Studi Dokumentasi

Dalam penelitian dokumen ini, misalnya kartu pribadi dan laporan

kemajuan pendidikan anak di sekolah yang dijadikan bahan triangulasi

untuk mengecek kesesuaian data yang memperjelas keadaan subjek

penelitian.

a) Peneliti berusaha mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

b) Peneliti berusaha untuk memperhatikan setiap peristiwa secara

keseluruhan.

c) Peneliti berusaha mengkaitkan keadaan dan lingkungan sekitar subjek

(36)

94

d) Agar data yang diperoleh adalah data yang valid, maka peneliti

berusaha memahami segala sesuatunya secara teliti.

Catatan-catatan lapangan sangat diperlukan dalam menjaring data

kualitatif, seperti dikemukakan Bogdan dan Biklen(1982) bahwa catatan

lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat,

dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data refleksi terhadap

data kualitatif.

D. Sumber Data dan Subjek Penelitian 1. Subjek Data

Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data

primer dan sekunder. Sumber data primer ialah sumber data yang paling

utama yang diperoleh dari subjek penelitian. Sedangkan sumber data

sekunder yakni sumber data yang diambil dari hasil penelitian orang lain.

Data yang diperoleh dari sumber primer yaitu dari orang tua dan

anak yang menjadi objek penelitian. Yang dimaksud orang tua disini

adalah ayah dan ibu kandung dalam kondisi lengkap. Sedangkan anak

yang dimaksud ialah anak kandung yang hidup dengan orang tua sejak

dilahirkan sampai usia Taman Kanak-kanak (BALITA) dan usia Sekolah

Dasar pada saat penelitian ini berlangsung. Alasan dijadikannya orang tua

menjadi sumber data primer, karena orang tua merupakan pihak yang

mempunyai kedudukan tinggi dan terhormat, juga bertanggungjawab

(37)

95

pembinaan taat melaksanakan sholat. Anak dan orang tua dijadikan data

primer karena alasan pelaksanaan pembinaan taat melaksanakan sholat

terjadi jalinan komunikasi antara orang tua dengan anak.

Sedangkan dari sumber data sekunder antara lain (1) catatan

mengenai prestasi belajar dan pengembangan kepribadiannya di sekolah

Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar yang dianggap penting dalam

penelitian ini dan memiliki arti bagi kehidupannya, (2) catatan tidak resmi

seperti buku harian orang tua yang dianggap penting dan ada

hubungannnya dengan tujuan penelitian ini.

2. Subjek Penelitian

Selanjutnya keluarga yang dijadikan subjek penelitian adalah keluarga yang mempunyai kriteria sebagai berikut:

a) Memiliki anak laki-laki usia Taman Kanak-kanak (BALITA) dan usia

Sekolah Dasar sampai kelas enam. Alasan dijadikannya objek

penelitian usia di atas karena pada usia tersebut merupakan masa

pertumbuhan pertama yang masih sangat membutuhkan bimbingan

langsung dari orang tua, sebagaimana dikemukakan Zakiah Daradjat

(1993:58-59):

Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa-masa pertumbuhan yang pertama (masa-masa anak) dari umur 0-12

tahun. Seorang anak yang pada masa itu tidak mendapatkan didikan agama dan tidak pula mempunyai pengalaman keagamaan,

maka ia nanti setelah dewasa akan cenderung kepada sikap

(38)

96

Dalam penelitian disini difokuskan kepada anak laki-laki, karena

dalam aplikasi pembinaan tahap pelaksanaan sholat antara anak laki-laki

dengan perempuan ada perbedaan (walaupun tidak terlalu signifikan) hal

ini agar penelitian lebih jelas dan sesuai dengan sasaran studi.

b) Yang mata pencahariannya sebagai petani, pedagang dan neiayan.

Dengan demikian maka-keluarga yang dijadikan subjek penelitian

adalah:

(a) Keluarga yang mata pencahariannya sebagai petani dan dalam kondisi

lengkap yakni ada ayah, ibu dan anak. Sedangkan anak yang

dimaksud ialah anak laki-laki yang masih berusia Taman Kanak-kanak

(BALITA) dan berusia Sekolah Dasar.

(b) Keluarga yang mata pencahariannya sebagai pedagang dan dalam

kondisi lengkap yakni ada ayah, ibu dan anak laki-laki yang masih

berusia Taman Kanak-kanak (BALITA) dan berusia Sekolah Dasar.

(c) Keluarga yang mata pencahariannya sebagai neiayan dan dalam kondisi lengkap yakni ada ayah, ibu dan anak laki-laki yang masih berusia Taman Kanak-kanak (BALITA) dan berusia Sekolah Dasar.

E. Pengumpulan Data Penelitian

Rangkaian kegiatan pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam

beberapa tahapan, yaitu tahap perencanaan awal, tahap orientasi, tahap

member check dan tahap triangulasi.

(39)

97

Tahap ini dilakukan dalam bentuk diskusi dengan teman-teman satu

angkatan dan beberapa dosen PPS UPI Bandung dan selanjutnya

dikonsultasikan dengan dosen pembina mata kuliah Studi Individual

dan kemudian dituangkan dalam bentuk desain penelititan.

2. Tahap Orientasi

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap orientasi ini antara lain sebagai

berikut:

a. Mencari informasi tentang kondisi Desa Kaliwiingi Kecamatan

Brebes Kabupaten Brebes dan masyarakatnya secara umum

dengan survey dan wawancara dengan kepala desa dan tokoh masyarakat setempat.

b. Mencari informasi yang bersifat umum guna memperoleh fokus

penelitian yang telah peneliti mulai sejak survey pendahuluan.

c. Melakukan survey ke lokasi penelitian khususnya lingkungan

keluarga.

3. Tahap Eksplorasi

Tahap ini merupakan kegiatan penggalian data secara mendalam,

dengan mengenal lebih dekat kepada subjek penelitian, mengadakan

pengamatan permulaan terhadap lingkungan keluarga subjek

penelitan. Kegiatan-kegiatan dan interaksi antara orang tua dan anak,

baik interaksi dengan kata-kata maupun interaksi dengan perilaku,

kemudian diadakan kegiatan partisipasi bersama subjek penelitian

(40)

98

dengan anak. Juga kegiatan yang lebih mendalam dilakukan dalam

tahap ini adalah:

a. Menyusun instrumen, pedoman wawancara yang berkembang

pada waktu dilapangan merupakan instrumen pembantu peneliti

dan mengenal lebih dekat dengan subjek penelitian.

b. Memilih sumber data yang sesuai dengan kriteria dan fokus

penelitian.

c. Mencari data yang sesuai dengan permasalahan penelitian.

d. Menetapkan data yang diperlukan sesuai dengan permasalahan

yang sedang dikaji dalam penelitian ini.

e. Melakukan kegiatan penyusunan hasil laporan yang meliputi

kegiatan

mendiskripsikan,

menganalisis,

menafsirkan

data

penelitian, secara terus-menerus sampai diperkirakan mencapai

gejala ketuntasan.

4. Tahap Member Check

Yang dilakukan dalam tahap ini adalah:

a. Menyusun laporan penelitian yang diperoleh pada tahap eksplorasi

yang terjadi dalam keluarga.

b. Meminta tanggapan informan guna mencek tentang kebenaran

data yang telah disusun.

c. Mengoreksi dan melengkapi hal-hal yang dirasa masih kurang atau

(41)

99

5. Tahap Triangulasi

Pada tahap ini dilakukan pengecekan, pemeriksaan dari data yang

telah diperoleh dari lapangan terutama untuk memperoleh keabsahan

data. Hal ini sebagaimana dikemukakan Moleong "merupakan tahap

pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh yang memanfaatkan

sesuatu yang lain untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu".

Pada tahap ini dilakukan cara-cara sebagai berikut:

a. Membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara dengan

orang tua.

b. Membandingkan informasi dari orang tua dengan informasi dari anak atas masalah yang sama.

c. Membandingkan wawancara ketika subjek penelitian sendirian

dengan ketika ada orang lain.

d. Membandingkan situasi dan kondisi subjek penelitian dengan

situasi dan kondisi orang luar lainnya.

e. Membandingkan data yang diperoleh dan pendekatan yang sama

dalam rentang waktu yang berbeda.

F. Pengolahan dan Analisis Data Penelitian

Soft data atau data lunak adalah merupakan data yang telah

terkumpul dari lapangan, berupa uraian-uraian yang penuh deskripsi

(42)

100

lainnya yang berkaitan dan diperoleh melalui observasi, wawancara dan

studi dokumentasi. Kegiatan menganalisis merupakan kegiatan yang

sangat penting dalam penelitian terutama untuk memberikan makna

terhadap data yang dikumpulkan.

Untuk mengatur, mengolah data, mengorganisasikan data

diperlukan ketekunan dengan penuh kesungguhan dalam memberikan

makna, sekaitan dengan analisis data, Patton (1990) menjelaskan bahwa

"analisis data adalah proses mengatur data, mengorganisasikan ke dalam

suatu pola, katagori dan satu uraian dasar". la membedakan dengan

penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis,

menjelaskan pola urutan, dan mencari hubungan di antara

dimensi-dimensi uraian. S. Nasution (1988:126) mengemukakan bahwa "analisis

data adalah sebagai proses yang merinci upaya secara formal untuk

menemukan thema dan merumuskan hipotesis (ide) sebagai yang

disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada

thema dan hipotesis itu". Dari ketiga rumusan tersebut, Lexy J. Moleong

(1988:88) mengemukakan bahwa "analisis data adalah proses

pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, katagori dan

satuan uraian dasar sedemikian rupa sehingga dapat ditemukan thema

dan dapat dirumuskan hipotesis kerja sebagai yang dirasakan data".

Dalam penelitian kualitatif tidak ada ketentuan untuk mengikuti satu

pola baku yang dijadikan pijakan dalam menganalisis data, sehingga

(43)

101

masalah penelitiannya sesuai dengan pendapat tersebut, Subino

Hadisubroto (1988:20) mengemukakan sebagai berikut:

... dalam analisis data kuantitatif itu metodenya sudah jelas dan

pasti, sedangkan dalam analisis data kualitatif metode seperti itu

belum tersedia. Penelitilah yang berkewajiban menciptakannya sendiri. Oelh sebab itu ketajaman dan ketepatan analisis data

kualitatif ini sangat tergantung kepada ketajaman melihat data oleh

peneliti serta kekayaan pengalaman dan pengetahuan yang telah

dimiliki peneliti.

Penelitian kualitatif dilakukan dengan menggunakan berfikir induktif.

Poespoprodjo (1986:17) mengemukakan bahwa: "suatu jalan pikiran

disebut induksi manakala berupa penarikan kesimpulan yang umum

(berlaku untuk semua/banyak) atas dasar pengetahuan tentang hal-hal

yang khusus (beberapa/sedikit).

Dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam kehidupan

berkeluarga

banyak

terdapat

peristiwa

induksi.

Hal

ini

seperti

dikemukakan oleh Pranjoto Soetjoatmojo (1988:18) "bahwa banyak

contoh peristiwa induksi, baik dari peristiwa ilmu maupun kehidupan

sehari-hari". Untuk mendapatkan gambaran tekniknya ditelaah melalui

tahap sebagai berikut: mencari hubungan antar data yang diperoleh,

i-nereduksi data, mendisplay data, menyusun draf dan sub judul,

selanjutnya diperhalus dengan langkah-langkah (a) mengolah data, (b)

memilah data primer dan sekunder dan lain-lainnya, (c) memilah data

yang tingkat keterhandalannya rendah, dan (d) mencari data pendukung

bagi data yang ditingkat kerterhandalannya rendah. Kegiatan yang

(44)

102

selanjutnya dimaknakan dengan bahasa yang baik dan benar kemudian

disimpulkan.

S. Nasution (1988) dalam menganalisis data penelitian kualitatif

dapat dilakukan dengan langkah-langkah (a) reduksi data, (b) display

(45)
(46)

BABV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan temuan penelitian pada bab sebelumnya, dapat

diketengahkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Sholat yang dilakukan oleh orang tua dari keempat keluarga (petani,

pedagang dan neiayan) membawa kepada sikap hidup yang pasrah

kepada Allah melalui optimismenya menghadapi realita kehidupan,

sopan santun dalam bertindak, bertutur kata, mempunyai

kepedulian terhadap pendidikan anak (khususnya mendidik anak

taat mendirikan sholat), mengerti akan hak dan kewajiban sebagai

orang tua dalam keluarga, semangat mencari ilmu (terutama ilmu

agama), dapat hidup bermasyarakat dengan baik serta mempunyai

kepedulian terhadap kebersihan lingkungan terutama lingkungan

rumah.

2. Peranan orang tua membina anak taat mendirikan sholat melalui

metode keteladanan, pembiasaan dan penciptaan situasi rumah

yang religius menjadikan anak tertarik mendirikan sholat.

3. Proses yang dilakukan orang tua dalam membina anak taat

mendirikan sholat melalui pertama kali dari keteladanan orang tua

taat mendirikan sholat, memberikan nasehat, ajakan kemudian

untuk belajar baca Al-Quran dititipkannya kepada guru ngaji dan

(47)

163

untuk meningkatkan pengetahuan agama disekolahkan di

Madrasah Diniyah. Dari proses ini menjadikan termotivasi

mendirikan sholat.

4. Suasana rumah yang kondusif dan bernuansa relegius menjadikan

tersugesti melakukan sholat.

5. Taatnya anak mendirikan sholat menjadikan dia patuh kepada

kedua orang tua, kakak dan menyayangi adiknya, suka membantu

pekerjaan orang tua dan bersikap sopan santun.

6. Dari perbedaan mata pencaharian, berimplikasi pada perbedaan

dalam keberhasilan pembinaan anak taat mendirikan sholat. Orang

tua(ayah dan ibu) yang pekerjaannya di darat (pedagang dan

petani) mempunyai kesempatan yang luas dalam pembinaan

tersebut. Hal ini menjadikan lebih berhasil dalam pembinaan bila

dibandingkan dengan orang tua yang mata pencahariannya melaut.

B. Rekomendasi Hasil Penelitian

Bertolak dari temuan dan kesimpulan hasil penelitian maka peneliti

kemukakan beberapa rekomendasi hasil penelitian:

1. Bagi Orang Tua

a. Untuk pelaksanaan pendidikan dalam keluarga, bagaimana pun

diperlukan keterpaduan antara ayah dan ibu secara bersama.

(48)

164

melakukan kerja sama dan pengertian antara keduanya,

sehingga tidak ada salah satu yang dominan dalam membina

anak taat melaksanakan sholat. Dengan demikian kurang tepat

bila pelaksanaan pendidikan dalam keluarga diserahkan kepada

ibu atau ayah saja.

b. Mengingat pembinaan anak taat mendirikan sholat bersumber

kepada Kitab Al-Qur'an dan Al-Hadist, yakni "Dirikanlah sholat,

sesungguhnya sholat dapat mencegah perbuatan keji dan

munkar" (Q.S. 29:45) dan Al-Hadits yakni "Sholat adalah tiang

agama, barang siapa yang mengerjakannya berarti ia

menegakkan agama (Sebaliknya) dan barang siapa

meninggalkan (tidak mengerjakannya) berarti ia meruntuhkan

agama" (HR. Baihaqy), maka keduanya harus menjadi acuan

dalam pembinaan tersebut.

c. Mengingat pendidikan keluarga memiliki peranan yang sangat

menentukan, maka diperlukan usaha yang maksimal dalam

membina anak taat mendirikan sholat.

d. Mengingat status orang tua akan dialami semua orang maka

dipandang wajar persoalan pendidikan dalam keluarga juga

dipelajari oleh semua orang.

2. Bagi Sekolah

a. Mengingat hasil pendidikan dalam keluarga berlangsung jauh

(49)

165

agama di sekolah, maka pada dasamya anak telah memiliki

pola dalam menerima pendidikan agama. Oleh karena itu

sekolah dapat memanfaatkan pola tersebut sebagai dasar untuk

memberikan pendidikan agama terhadap anak didik di sekolah.

b. Perlunya kerja sama dan keterpaduan yang baik antara sekolah,

orang tua dengan masyarakat dalam membina anak taat

mendirikan sholat, agar tidak terjadi saling menyalahkan jika

ada anak menyimpang dari yang diharapkan.

3. Bagi Penelitian Lanjutan

Mengingat penelitian ini hanya memfokuskan pada tahap

pembentukan pembiasaan pada anak untuk mendirikan sholat,

maka tentu masalah yang berkaitan dengan tataran makna sholat dalam sikap hidup dan kehidupan tidak mendapatkan perhatian

sewajamya. Oleh karena itu untuk memperkaya dan melengkapi

(50)
(51)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'an

Abdurrahman S. Abdullah, 1991, Landasan dan Tujuan Pendidikan

Menurut Al-Qur'an Serta Implementasinya, CV. Diponegoro,

Bandung

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 1991, Ilmu Pendidikan, Rineke Cipta, Jakarta

Adiwikarta, Sudarja, 1988, Sosiologi Pendidikan; Isyu dan Hipotesis Tentang Hubungan dengan Masyarakat, Depdikbud, Dirjen, Jakarta

Ahmad Seadie, 1996, Penuntun Sholat Lengkap, Rineke Cipta, Jakarta

Agus Sujanto, 1987, Psikologi Perkembangan, Rosda Karya, Bandung

Alberty and Alberty, 1965, Reorganizing The High Seolc Curriculum, New York : The Macmillan Company

Ali Ahmad (tt), Antara Filsafat dan Pendidikan Pengantar Filsafat

Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya

Ali Saefullah, 1989, Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, Usaha

Nasional, Surabaya

Ardhana, Wayan, 1986, Dasar Kependidikan, FIP-IKIP Malang

Arifin, H.M., 1993, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan

Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Bumi Aksara,

Jakarta

Athiyah al-Abrasyi, M, (Alih bahasa Prof. H. Bustami A. Gani dan Djohar

Hahry L.I.S.), Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang,

Jakarta

Bogdan Bikler, 1982, Qualitatif Research for Education an Introduction to Theory and Method, Boston allyn and bacan

Bukhari, 1981, So/7/7?Bukhari, Beirut Darul Fikri

Daradjat, Zakiah, 1973, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta

(52)

Duval, 1962, Family Development, JB. Leppin Cott Company,

Philodelphia, New York

Edmund, R.1954, Affective Dynamism and Religious Sentiment, Cross Current, Spring-Summer

Faridah, 1992, Konsep-Konsep Dasar Pendidikan Umum dan Mata Kuliah

Dasar Umum (MKDU) Serta Kedudukan MKDU Dalam Pengembangan Program Pendidikan Umum di Perguruan Tinggi,

Tesis IKIP Bandung

Hadisubroto, Subino, 1988, Pokok-Pokok Pengumpulan Data, Penafsiran

Data dan Rekomendasi dalam Penelitian Kualitatif, IKIP Bandung

Hasan Langgulung, 1995, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa

Psikologi dan Pendidikan, Al Husna, Jakarta

Hasby ash Siddieqy, 1966, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur'an, Bulan Bintang, Jakarta

Harsojo, 1977, Pengantar Antropologi,Aksara Baru, Bandung

Harvard Comitte, 1950, General Education in Free Society, New York, Mcgraw hill book company

Henry, Nelson B., 1952, The Fifty-Fifty Year Book of National Society For

Studi of Education, Chicago, The University of Chicago Pers

Henry, Nelson B., 1952, General Education, Chicago Illinois, University of Chicago Press

International Dictionary of Education, 1973, Mc Graw Hill Book Company

Keith A. Roberts, 1957, Religion of Sociological Perspective, The Dorsey

Press

Madjid, Nurcholish, 1993, Islam Doktrin dan Peradaban Sebuah Telaah Kritis Tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan,

Paramadhina, Jakarta

M.D. Dahlan, 1991, Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut Al-Qur'an dan Implementasinya, Diponegoro, Bandung

(53)

M.I. Soelaeman, 1978, Pendidikan Dasar Keluarga, IKIP Bandung

_, 1991, Prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam

Keluarga di Sekolah dan di Masyarakat (Ed. 1), Diponegoro,

Bandung

, 1992, Peranan Pendidikan Keluarga dalam Upaya Pencapaian Tujuan Pendidikan (Mimbar Pendidikan) No. 2, Bandung

, Universitas LH. CV. Al-Fabeta

_, 1994, Suatu Telaah Tentang Manusia Religi Pendidikan, P2LPTK, Dirjen Dikti Depdikbud, Jakarta

Moleong, Lexy, J., 1988, Metodologi Penelitian Kualitatif, P3T, Depdikbud,

Jakarta

Muhaimin dan Abd. Mujib, 1993, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofik dan Kerangka Dasar Operasional, Trigenda Karya,

Bandung

Muhaimin, Syahminan, 1991, Konsep Pendidikan Islam Sebuah Telaah Komponen Dasar Kurikulum, Ramdhoni, Solo

Muhammad Quthb, 1993, Konsepsi Pendidikan Islam, Alma'arif, Bandung

Mulyana, Rohmat, 1999, Cakrawala Pendidikan Umum Suatu Upaya

Mempertegas Body Knowledge, IMA-PU, UPI Bandung

Muslich Shabir, 1990, Bimbingan Sholat Lengkap, Mujahidin, Semarang

Nasarudin Razak,1993, Dienul Islam,Alma'arif, Bandung

Harris, C.W.,1960, Encyclopedia of Educational Research, The Macmillan Company, New York

Nasution, S.,1988, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung

Noor Syam, M.,1986, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan

Pancasila, Usaha Nasional, Surabaya

Nursyid Sumaatmadja, 1989, Studi Lingkungan Hidup, Alumni Bandung

Phenix, Philip H.,1962, Ralms of Meaning, New York Mc. Graw-Hill Book

(54)

Poespoprodjo, 1986,

Filsafat Moral, Kesusilaan dalam Teori dan Praktek,

Remaja Karya, Bandung

Pranjoto Soejatmoko, 1988,

Filsafat llmu Pendidikan,

PPLPTK, IKIP

Bandung

Purwanto, Ngalim, 1993, llmu Pendidikan Teoritis dan Prakter, Remaja

Karya Bandung

Roland Robertso, ed.,1997, Agama; Dalam Analisa dan Interpretasi

Sosiologi, Rajagrafindo Persada, Jakarta

Rudolf Otto, 1923, The Idea the Holy Trans, by John W. Hervey, Oxford

University Press, London

Slameto, 1988, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Bina

Aksara, Jakarta

Soejatmoko, dkk., 1986,

Masalah Sosial Budaya Tahun 2000,

Tiara

Wacana, Yogyakarta

Soejono Soekamto, 1985,

Sosiologi Pengantar,

Rajawali Pers, Jakarta

Spencer dan Inkeles, 1982,

Foundations of Modern Sociologi,

Prentice-Hall, inc., Englewood Cliffs, New Jersey

Syahminan, Zaini, 1978,

Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam,

Usaha Nasional, Surabaya

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989,

Sinar

Grafika, Jakarta

Uus Ruswandi, 2000, Pembinaan Akhlak Remaja, Tesis UPI Bandung

Thoha Abdul Surur, 1988, Pendidikan Anak Dalam Islam, Tarsito,

Bandung

Tim Depag Rl., 1988,

Islam Untuk Disiplin llmu Antropologi,

P3T, Dirjen

Dikti Depdikbud, Jakarta

Titus, H.H., dkk.,1984, Persoalan-Persoalan Filsafat, Terjemahan Prof.

H.M. Rasyidi, Bulan Bintang, Jakarta

(55)

Vembriarto, ST.,1988, Pengantar Perencanaan Pendidikan, Andi Offset,

Jakarta

Gambar

Tabel 1 Perbedaan Laki-laki dan Perempuan dalam Sholat
Gambar 1Bagan Fish Bone Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

itu, perlu kiranya dilakukan pembuktian terhadap sampel tanah yang berasal dari kotak ekskavasi khususnya pada tanah yang berasal dari tempayan kubur yang terdapat di Situs

bersangkutan baaru dapat dilakukan setelah dilakukan pembayaran ganti kerugian yang jumlahnya ditetapkan dalam surat keputusan tersebut serta diselenggarakannya

Orang yang beriman adalah orang yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah ia tidak henti-henti mentaati perintah-Nya, baik pada waktu bahagia maupun pada

Penerbitan buku hasil inventarisasi kain tradisional tersebut, salah satunya adalah penerbitan hasil inventarisasi kain tradisional Kofo di Sangihe, kegiatan ini merupakan salah

Berangkat dari permasalahan tersebut, bahwa aktivitas sosial keagamaan di Dusun Ploso Santren dan Peterongan sangat penting dilaksanakan sebagai upaya dalam

Penyerapan Logam Tembaga (µg) oleh Pektin Kulit Buah Pisang Berdasarkan Kombinasi Perlakuan Tiga Varietas dan Waktu Kontak Terbaik pada Fraksi Tidak Terlarut ... Penyerapan

[r]

Variabel Moderating dari penelitian ini adalah Ketidakpastian Lingkungan Pengukuran variabel ini menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Outley, (2980)..