i
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
NUR EVA ZAKIAH NIM. 1201292
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF
DAN MATHEMATICAL HABITS OF MIND SISWA SMP
Oleh
NUR EVA ZAKIAH
S.Pd. UIN Sunan Gunung Djati Bandung. 2008
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan
Matematika
© Nur Eva Zakiah 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
viii Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ………... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Definisi Operasional ... 10
BAB II PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF DAN MATHEMATICAL HABITS OF MIND SISWA SMP A. Kajian Pustaka ... 12
1. Kemampuan Metakognitif ... 12
2. Mathematical Habits of Mind ... 17
3. Pendekatan Open-Ended ... 21
4. Kemampuan Metakognitif dalam Pendekatan Open Ended ... 28
ix Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Teori Belajar yang Mendukung ... 33
C. Penelitian yang Relevan ... 37
D. Kerangka Berpikir ... 40
E. Hipotesis Penelitian ... 42
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 44
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 45
C. Kemampuan Awal Matematis (KAM) ... 46
D. Variabel Penelitian ... 47
E. Instrumen Penelitian... 47
F. Teknik Analisis Data ... 58
G. Jadwal Penelitian ... 61
H. Prosedur Penelitian... 62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 64
1. Kemampuan Metakognitif ... 64
a. Deskripsi Kemampuan Metakognitif ... 64
b. Pengujian Hasil Pretes Kemampuan Metakognitif ... 69
c. Pengujian Hasil Postes Kemampuan Metakognitif ... 70
d. Pengujian Peningkatan Kemampuan Metakognitif berdasarkan Pembelajaran ... 72
e. Pengujian Peningkatan Kemampuan Metakognitif berdasarkan Kategori KAM ... 74
f. Uji Interaksi antara Pembelajaran dan KAM terhadap Peningkatan Kemampuan Metakognitif ... 76
2. Mathematical Habits of Mind ... 78
x Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Pengujian Skala Awal Mathematical Habits of Mind 82
c. Pengujian Skala Akhir Mathematical Habits of Mind 83
d. Pengujian Peningkatan Mathematical Habits of
Mind berdasarkan Pembelajaran ... 85
e. Pengujian Peningkatan Mathematical Habits of Mind berdasarkan Kategori KAM ... 87
f. Uji Interaksi antara Pembelajaran dan KAM terhadap Peningkatan Mathematical Habits of Mind ... 89
3. Korelasi antara Kemampuan Metakognitif dengan Mathematical Habits of Mind Siswa setelah Pembelajaran dengan Pendekatan Open-ended ... 91
B. Pembahasan ... 93
1. Kemampuan Metakognitif berdasarkan Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematis ... 93
2. Mathematical Habits of Mind berdasarkan Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematis ... 98
3. Korelasi antara Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits of Mind Siswa dalam Matematika 100 4. Kelayakan Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended ... 101
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 103
B. Implikasi ... 104
C. Rekomendasi ... 106
DAFTAR PUSTAKA ... 107
xi Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Pedoman Pemberian Skor Tugas Open-Ended ... 25
Tabel 2.2 Aktivitas-aktivitas Komponen Metakognitif ... 31
Tabel 3.1 Keterkaitan antara Kemampuan Metakognitif, MHOM, Pembelajaran, dan KAM ... 45
Tabel 3.2 Kriteria Penempatan Level KAM ... 47
Tabel 3.3 Banyaknya Siswa berdasarkan Kategori KAM ... 47
Tabel 3.4 Deskripsi Indikator Kemampuan Metakognitif ... 48
Tabel 3.5 Penskoran untuk Tes Kemampuan Metakognitif ... 49
Tabel 36 Hasil Uji Validitas Butir Soal ... 51
Tabel 3.7 Klasifikasi Interpretasi Koefisien Reliabilitas ... 52
Tabel 3.8 Reliabilitas Tes Kemampuan Metakognitif ... 52
Tabel 3.9 Klasifikasi Daya Pembeda ... 53
Tabel 3.10 Daya Pembeda Tes Kemampuan Metakognitif ... 53
Tabel 3.11 Kriteria Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 54
Tabel 3.12 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Metakognitif ... 54
Tabel 3.13 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Metakognitif ... 55
Tabel 3.14 Hasil Uji Validitas Item Pernyataan Skala MHOM ... 56
Tabel 3.15 Koefisien Reliabilitas Skala MHOM ... 57
Tabel 3.16 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ... 59
Tabel 3.17 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi rxy ... 61
Tabel 3.18 Jadwal Penelitian ... 61
Tabel 4.1 Deskripsi Kemampuan Metakognitif ... 65
xii Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Metakognitif ... 69
Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Rerata Skor Pretes Kemampuan Metakognitif ... 70
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Metakognitif .... 71
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Skor Postes Kemampuan Metakognitif 71
Tabel 4.7 Uji Perbedaan Rerata Postes Kemampuan Metakognitif ... 72
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan Metakognitif .. 73
Tabel 4.9 Hasil Uji Perbedaan Skor N-Gain Kemampuan Metakognitif .. 74
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain berdasarkan KAM ... 74
Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain berdasarkan KAM ... 75
Tabel 4.12 Perbedaan Peningkatan Kemampuan Metakognitif berdasarkan KAM dan Pembelajaran ... 76
Tabel 4.13 Hasil Uji Interaksi KAM dan Pembelajaran pada Peningkatan Kemampuan Metakognitif ... 77
Tabel 4.14 Deskripsi Skala Awal MHOM ... 78
Tabel 4.15 Deskripsi Skala Akhir MHOM ... 79
Tabel 4.16 Deskripsi Peningkatan MHOM ... 80
Tabel 4.17 Peningkatan MHOM Siswa pada Setiap Indikator ... 81
Tabel 4.18 Hasil Uji Normalitas Skala Awal MHOM ... 82
Tabel 4.19 Hasil Uji Homogenitas Skala Awal MHOM ... 83
Tabel 4.20 Hasil Uji Kesamaan Rerata Skala Awal MHOM ... 83
Tabel 4.21 Hasil Uji Normalitas Skala Akhir MHOM ... 84
Tabel 4.22 Hasil Uji Perbedaan Rerata Skala Akhir MHOM ... 85
Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas N-Gain Skala MHOM ... 85
Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas N-Gain Skala MHOM ... 86
Tabel 4.25 Hasil Uji Peningkatan MHOM berdasarkan Pembelajaran ... 87
Tabel 4.26 Uji Normalitas N-Gain Skala MHOM berdasarkan KAM ... 87
xiii Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.29 Hasil Uji Interaksi KAM dan Pembelajaran pada
Peningkatan MHOM ... 90
Tabel 4.30 Hasil Uji Korelasi Kemampuan Metakognitif dan MHOM ... 92
Tabel 4.31 Korelasi Rerata N-Gain antara Kemampuan Metakognitif
dan MHOM ... 92
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Kurikulum Matematika Singapura ... 2
Gambar 2.1 Komponen Metakognitif ... 16
Gambar 2.2 Klasifikasi Masalah Matematis ... 24
Gambar 2.3 Kerangka Teoritik Kemampuan Metakognitif Siswa
dalam Open-Ended ... 30
Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 63
Gambar 4.1 Rerata Skor Pretes Kemampuan Metakognitif menurut
Kelompok Pembelajaran, Kemampuan Awal Matematis,
dan Data Gabungan ... 65
Gambar 4.2 Rerata Skor Postes Kemampuan Metakognitif menurut
Kelompok Pembelajaran, Kemampuan Awal Matematis,
dan Data Gabungan ... 66
Gambar 4.3 Rerata Peningkatan Kemampuan Metakognitif menurut
Kelompok Pembelajaran, Kemampuan Awal Matematis,
dan Data Gabungan ... 67
Gambar 4.4 Interaksi antara Pembelajaran dan Kemampuan Awal
Matematis pada Peningkatan Kemampuan Metakognitif ... 77
Gambar 4.5 Rerata Skala Awal MHOM menurut Kelompok Pembelajaran,
Kemampuan Awal Matematis, dan Data Gabungan ... 79
Gambar 4.6 Rerata Skala Akhir MHOM menurut Kelompok Pembelajaran,
Kemampuan Awal Matematis, dan Data Gabungan ... 80
xiv Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pembelajaran, Kemampuan Awal Matematis, dan
Data Gabungan ... 82
Gambar 4.8 Interaksi antara Pembelajaran dan Kemampuan Awal
Matematis dalam Peningkatan MHOM ... 90
Gambar 4.9 Hasil Jawaban Siswa Nomor 3 ... 97
Gambar 4.10 Hasil Jawaban Siswa Nomor 4 ... 98
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN
Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 114
Lampiran A.2 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 168
Lampiran A.3 Kisi-kisi Soal Kemampuan Metakognitif . 202
Lampiran A.4 Soal Kemampuan Metakognitif ... 205
Lampiran A.5 Kisi-kisi Skala Mathematical Habits
of Mind ... 207
Lampiran A.6 Skala Mathematical Habits of Mind ... 208
Lampiran A.7 Lembar Observasi ... 210
LAMPIRAN B PENGUJIAN HASIL UJI COBA
Lampiran B.1 Pengujian Hasil Uji Coba Tes
Kemampuan Metakognitif ... 212
Lampiran B.2 Pengujian Hasil Uji Coba Skala
Mathematical Habits of Mind ... 217
LAMPIRAN C PENGUJIAN DATA HASIL PENELITIAN TES
KEMAMPUAN METAKOGNITIF
Lampiran C.1 Pengolahan KAM Kelas Eksperimen ... 221
Lampiran C.2 Pengolahan KAM Kelas Kontrol ... 222
Lampiran C.3 Data Hasil Pretes, Postes dan N-Gain
xv Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kelas Eksperimen ... 223
Lampiran C.4 Data Hasil Pretes, Postes dan N-Gain
Kemampuan Metakognitif Kelas Kontrol . 224
Lampiran C.5 Uji Statistik Pretes, Postes, dan N-Gain
Kemampuan Metakognitif ... 225
Lampiran C.6 Hasil Uji Perbedaan Berdasarkan KAM ... 230
Lampiran C.7 Hasil Uji Interaksi Anova Dua Jalur ... 231
LAMPIRAN D PENGUJIAN DATA HASIL PENELITIAN SKALA
MATHEMATICAL HABITS OF MIND ...
Lampiran D.1 Data Skala Mathematical Habits of Mind
Sebelum Pembobotan ... 233
Lampiran D.2 Data Skala Mathematical Habits of Mind
Setelah Pembobotan MSI ... 237
Lampiran D.3 Hasil Olah Data Menggunakan MSI ... 241
Lampiran D.4 Pengolahan Data dan Uji Statistik
Skala Awal, Skala Akhir, dan N-Gain
Mathematical Habits of Mind ... 246
Lampiran D.5 Hasil Uji Perbedaan Berdasarkan KAM ... 253
Lampiran D.6 Hasil Uji Anova Dua Jalur ... 254
Lampiran D.7 Hasil Uji Korelasi antara Kemampuan
Metakognitif dengan Mathematical Habits
of Mind Siswa Setelah Pembelajaran dengan
Pendekatan Open-ended ... 256
LAMPIRAN E UNSUR-UNSUR PENUNJANG PENELITIAN
Lampiran E.1 Photo-photo Penelitian ... 257
Lampiran E. 2 Surat-surat ... 259
iii
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
NUR EVA ZAKIAH (2014). Pembelajaran dengan Pendekatan Open-ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits
of Mind Siswa SMP
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan metakognitif dan mathematical habits of mind (MHOM) antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended dan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa ditinjau dari keseluruhan maupun berdasarkan kategori kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah). Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol pretes-postes
non equivalent. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di
SMPN 2 Sukahaji Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat pada semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014. Penentuan kelas eksperimen dan kontrol menggunakan teknik purposive sampling. Untuk mendapatkan data hasil penelitian digunakan instrumen berupa tes kemampuan metakognitif, skala MHOM, lembar observasi aktivitas siswa dan guru, serta pedoman wawancara. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji t, uji Mann-Whitney, uji korelasi
Spearman, dan uji ANOVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
(1) peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa; (2) ditinjau dari kemampuan awal matematis (KAM) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended dan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa; (3) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan KAM terhadap peningkatan kemampuan metakognitif siswa; (4) peningkatan MHOM siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa; (5) ditinjau dari kemampuan awal matematis (KAM) terdapat perbedaan peningkatan MHOM siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended dan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa; (6) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan KAM terhadap peningkatan MHOM siswa; (7) terdapat korelasi antara kemampuan metakognitif dan MHOM siswa setelah pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended.
Kata kunci: Pendekatan Open-ended, Kemampuan Metakognitif, Mathematical
iv
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
NUR EVA ZAKIAH (2014). Teaching by Using Open-ended Approach for Enhancing the Metacognitive Ability and Mathematical Habits of Mind of Junior High School Students
This research is aimed to compare the enhancement of students’ metacognitive ability and mathematical habits of mind (MHOM) as the result of between open-ended approach and regular approach viewed from the whole students and
students’ mathematical a prior knowledge (high, medium, and low). This research is a quasi experimental design with non equivalent pretest and posttest control group design. The population of the research is all students of grade VIII in SMPN 2 Sukahaji, Majalengka Regency West Java Province, in the second semester of Academic Year 2013/2014. The process of the experimental and control groups used purposive sampling technique. Research instruments consist
of students’ metacognitive test, MHOM scale, students’ and teachers’ observation
activity sheet, and students’ and teachers’ interview sheet. The data analysis used t-test, Mann-Whitney test, Spearman corelation, and two-way Anova. The result of the research are: (1) in a whole, the students who learned under open-ended approach obtained enhancement in metacognitive ability that is significantly better than the students who obtained regular approach; (2) there is diffrence in gain score between the types of learning approach and students’ mathematical prior knowledge toward the enhancement of students’ metacognitive ability; (3) there is no interaction between the types of learning approach and students’ mathematical prior knowledge on the enhancement of students’ metacognitive ability; (4) in a whole, the students who learned under open-ended approach obtained enhancement in MHOM that is significantly better than the students who obtained regular approach; (5) there is diffrence in gain score between the types of
learning approach and students’ mathematical prior knowledge toward the enhancement of students’ MHOM; (6) there is no interaction between the types of learning approach and students’ mathematical prior knowledge on the enhancement of students’ MHOM; (7) there is a correlation between students’ metacognitive ability and their MHOM under open-ended approach.
1
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu mempunyai peranan penting
dalam mengembangkan kemampuan peserta didik termasuk kemampuan
berpikirnya. Hal ini sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan bahwa bahan
kajian matematika, antara lain: berhitung; ilmu ukur; dan aljabar dimaksudkan
untuk mengembangkan logika dan kemampuan berpikir peserta didik. Menurut
Fisher (1995) keberhasilan dalam proses berpikir ditentukan oleh tiga operasi:
(1) pemerolehan pengetahuan (input); (2) strategi penggunaan dan pemecahan
masalah (output); serta metakognisi dan pengambilan keputusan (control).
Pengembangan kemampuan berpikir dapat dilakukan melalui matematika
yang secara substansial memuat pengembangan kemampuan berpikir yang
berlandaskan pada kaidah-kaidah penalaran secara logis, kritis, sistematis dan
akurat. Kemampuan berpikir tersebut secara umum dikenal sebagai kemampuan
berpikir matematis (Suryadi, 2012). Siswa yang telah mempelajari matematika
diharapkan mempunyai kemampuan sebagaimana tercantum dalam Permendikbud
Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk setiap jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Adapun kompetensi lulusan yang diharapkan
dicapai oleh siswa yaitu memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif.
Metakognitif menjadi fokus tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat
dicapai oleh siswa setelah mempelajari matematika. Salah satu kemampuan
metakognitif yang sangat penting dalam belajar matematika adalah kemampuan
untuk menemukan strategi penyelesaian yang tepat. Melalui metakognitif
seseorang berpikir dalam rangka membangun strategi untuk memecahkan masalah
(O’Neil & Brown, 1997).
Metakognitif juga menjadi bagian dari kurikulum di beberapa negara lain
(misalnya Singapura). Pentingnya metakognitif dalam pembelajaran matematika
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 1.1 Kurikulum Matematika Singapura
Kerangka tersebut menunjukkan bahwa metakognisi merupakan salah satu
komponen utama pemecahan masalah matematis. Menurut Pressley (Riedesel,
1996) menyatakan bahwa seorang pemecah masalah yang baik dalam matematika
adalah mereka yang memiliki pengetahuan tentang berbagai strategi serta
kemampuan untuk menggunakannya secara tepat. Hal ini sejalan dengan pendapat
Sijuts (1999) bahwa keberhasilan dalam pemecahan masalah matematis dapat
diketahui melalui aktivitas metakognitif. Pengarahan proses berpikir dapat
dilakukan melalui aktivitas metakognitif meliputi perencanaan (planning),
pemantauan (monitoring) dan evaluasi (evaluation).
Berdasarkan pemaparan di atas, metakognisi merupakan bagian dari
kurikulum yang berperan dalam proses pembelajaran matematika. Keiichi (2005)
dalam penelitiannya tentang “Metakognisi dalam Pendidikan Matematika” yang menghasilkan beberapa temuan, yakni: (1) metakognisi memainkan peranan
penting dalam menyelesaikan masalah; (2) siswa lebih terampil memecahkan
masalah jika mereka memiliki pengetahuan metakognisi; (3) dalam kerangka kerja
menyelesaikan masalah, guru sering menekankan strategi khusus untuk
memecahkan masalah dan kurang memperhatikan ciri penting aktivitas
menyelesaikan masalah lainnya.
Desoete (2001) mengemukakan bahwa metakognisi memiliki tiga komponen
pada penyelesaian masalah matematika, yaitu: (a) pengetahuan metakognitif, (b)
3
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ini, perbedaan paling umum dalam metakognisi adalah memisahkan pengetahuan
metakognitif dari kemampuan metakognitif. Pengetahuan metakognitif meliputi
tentang pengetahuan tentang diri sendiri, jenis tugas yang dikerjakan, serta strategi
dan pengalaman tentang metakognisi (Flavell, 1985). Sedangkan kemampuan
metakognitif mengacu kepada kemampuan prediksi, kemampuan perencanaan,
kemampuan memonitor, dan kemampuan evaluasi (Brown & DeLoache, 1978).
Bertolak dari hal-hal yang dikemukakan di atas, maka dapat dikatakan bahwa
kemampuan metakognitif memiliki peran penting untuk mengatur dan mengontrol
proses-proses kognitif seseorang dalam belajar dan berpikir, sehingga belajar dan
berpikir yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran matematika menjadi lebih
efektif dan efisien. Diharapkan dengan mengembangkan kemampuan
metakognitif siswa melalui proses pembelajaran matematika, kelak siswa terbiasa
untuk menggunakan kemampuan metakognitifnya terutama dalam hal
pengambilan keputusan ketika menghadapi suatu masalah.
Pengembangan kemampuan berpikir khususnya yang mengarah pada
kemampuan metakognitif perlu mendapat perhatian serius, karena sejumlah hasil
studi (Henningsen & Stein, 1997; Mullis, et al, 2000) menunjukkan bahwa
pembelajaran matematika pada umumnya masih berfokus pada pengembangan
kemampuan berpikir tahap rendah yang bersifat prosedural. Mullis, et al (2000)
antara lain menjelaskan bahwa sebagian besar pembelajaran matematika belum
berfokus pada pengembangan kemampuan matematis siswa. Secara umum,
pembelajaran matematika masih terdiri atas rangkaian kegiatan yang diawali
dengan sajian masalah oleh guru, selanjutnya dilakukan demonstrasi penyelesaian
masalah tersebut, dan terakhir guru meminta siswa untuk melakukan latihan
penyelesaian soal.
Proses pembelajaran matematika semestinya membiasakan siswa untuk
melatih kemampuan metakognitifnya. Siswa harus mampu membuat prediksi,
perencanaan, pemantauan dan evaluasi pada proses penyelesaian masalah. Selain
itu siswa harus mampu memilih strategi yang tepat untuk menyelesaikan soal
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam pemecahan masalah. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki kemampuan
metakognitif rendah akan berujung pada kegagalan pemecahan masalah,
sedangkan siswa yang memiliki kemampuan metakognitif baik akan
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah non rutin (Yoong, 2002).
Pada penelitian yang dilakukan Latifah (2012) diperoleh hasil rerata skor
postes kemampuan metakognisi siswa SMP melalui pembelajaran model CORE
sebesar 48,16% dari skor ideal. Hasil penelitian Mahmudi (2010) menunjukkan
bahwa rerata skor postes kemampuan pemecahan masalah SMP yang mendapat
pembelajaran dengan strategi MHM berbasis masalah sebesar 47,72% dari skor
ideal, begitu juga hasil penelitian Alhadad (2010) menunjukkan bahwa rerata
skor postes kemampuan pemecahan masalah SMP yang mendapat pembelajaran
dengan pendekatan open-ended sebesar 42,89% dari skor ideal. Pemaparan
tersebut menunjukkan bahwa penelitian-penelitian terdahulu belum memberikan
hasil yang diharapkan. Sebagai peneliti pendidikan, guru harus terus berupaya
merancang pembelajaran yang dapat memberikan hasil yang memuaskan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di salah satu SMPN di
Kabupaten Majalengka, terlihat dari proses pembelajaran yang dilakukan siswa
cenderung kurang diberikan kesempatan untuk memberikan alternatif solusi
dalam menyelesaikan permasalahan, soal-soal yang diberikan masih close
problem yakni tipe masalah yang diberikan mempunyai cara dan jawaban yang
tunggal. Selain dari observasi kelas, data diperoleh dari hasil kerja siswa.
Kurangnya kemampuan matematis siswa dalam mengerjakan soal dikarenakan
siswa belum mampu melakukan perencanaan yang baik, memilih strategi yang
tepat untuk menyelesaikan soal, dan mengevaluasi jawaban yang sudah
diperolehnya. Hal ini menunjukkan masih lemahnya kemampuan berpikir
matematis siswa khususnya kemampuan metakognitif.
Kemampuan yang harus dikembangkan dalam pembelajaran matematika
tidak hanya mencakup kemampuan kognitif tetapi juga kemampuan afektif.
5
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
antara sikap dengan prestasi matematika. Oleh sebab itu, kemampuan afektif
merupakan kemampuan yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh setiap siswa.
Slavin (2000) mengungkapkan bahwa seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Oleh karena itu
perubahan perilaku harus dapat diamati dan diukur. Pengukuran merupakan suatu
hal yang penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa orientasi dari pembelajaran selain
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan siswa, yaitu mengembangkan
sikap. Sikap merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perilaku atau aksi
seseorang dalam menghadapi suatu tugas, termasuk tugas akademik, maka dalam
proses pembelajaran matematika faktor tersebut perlu ditumbuhkembangkan
secara optimal. Hal ini dikarenakan dalam belajar matematika dan menjalani
kehidupan sehari-hari, siswa selalu berhadapan dengan beragam persoalan. Untuk
merespon dan mencari solusi terutama masalah yang kompleks diperlukan
kemampuan dan perilaku cerdas.
Costa (2008) menamakan perilaku cerdas dengan istilah habit of mind
(kebiasaan berpikir). Habit of mind menyiratkan bahwa perilaku membutuhkan
suatu kedisiplinan pikiran yang dilatih sedemikian rupa, sehingga menjadi
kebiasaan untuk berusaha terus melakukan tindakan yang lebih bijak dan cerdas.
Selanjutnya kebiasaan berpikir dalam matematika dikenal dengan istilah
mathematical habits of mind (MHOM). Cuoco (1996) mengungkapkan bahwa
MHOM mendorong kemampuan siswa untuk membuat koneksi antara ide-ide
matematika. Hal ini berdasarkan hasil penelitian Ritchhart & Tishman (Costa,
2000) dengan objek murid-murid dari kelas dasar, menengah sampai akhir
meneliti tentang kemampuan mereka melalui pemberian berbagai tugas yang
menggunakan soal-soal cerita, menunjukkan bahwa MHOM dapat mewaspadai
penurunan kemampuan berpikir.
NCTM (2009) menyatakan bahwa “developing mathematical habits of mind in the middle grades is essential for students who are making the critical
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mathematical habits of mind dalam pembelajaran matematika sebagai transisi
berpikir yang dapat diterapkan untuk materi yang tingkatannya lebih tinggi.
Berdasarkan wawancara dengan guru dari hasil studi pendahuluan, diperoleh
informasi bahwa terdapat beberapa siswa yang tidak aktif bertanya, tidak
mengungkapkan ide/gagasan, dan kebanyakan siswa hanya menulis dan
mendengarkan penjelasan guru saja. Di dalam mempersiapkan ujian atau ulangan
matematika siswa hanya terpaku dengan contoh-contoh soal materi yang
diberikan oleh guru atau yang terdapat pada buku paket. Bila soal tersebut
dimodifikasi sedikit saja, siswa akan sulit mengerjakannya.
Permasalahan mengenai kemampuan metakognitif dan MHOM harus segera
diatasi. Karena pentingnya kemampuan metakognitif dalam mengembangkan
kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi dan MHOM yang bermanfaat
dalam kesuksesannya. Kemampuan metakognitif dan MHOM bila dikembangkan
dengan baik akan berdampak kepada peningkatan kualitas prestasi belajar siswa.
Beranjak dari kondisi tersebut, kemudian muncul pertanyaan tentang usaha
yang harus dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan metakognitif
dan MHOM siswa. Mulyana (2008) menambahkan pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran matematika, dan rekomendasi NCTM, Depdiknas,
UNESCO dan para pakar pendidikan adalah pembelajaran berbasis masalah,
seperti pembelajaran tidak langsung, pembelajaran kontekstual, pembelajaran
open-ended, pembelajaran matematik realistik. Pembelajaran tersebut semuanya
diawali dengan menghadapkan siswa dengan masalah, intervensi diberikan secara
langsung sehingga konsep dan prinsip dikonstruksi oleh siswa.
Pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat akan menunjang
pengembangan kemampuan metakognitif dan MHOM siswa. Upaya yang dapat
dilakukan oleh guru adalah melakukan variasi terhadap pendekatan dan strategi
pembelajaran. Berdasarkan Standar Proses dalam Permendiknas Nomor 65 Tahun
2013, prinsip pembelajaran yang digunakan beberapa diantaranya sebagai berikut:
7
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah.
3. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi.
4. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran
dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi.
Berdasarkan pemaparan tersebut, salah satu pendekatan yang diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan metakognitif dan MHOM siswa adalah
pendekatan open-ended. Pendekatan open-ended merupakan pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah terbuka yang dapat dijawab dengan
banyak cara/metode penyelesaian atau jawaban benar yang beragam. Dengan
keberagaman cara penyelesaian dan jawaban tersebut, maka memberikan
keleluasaan kepada siswa dalam menyelesaikan masalah. Menurut Shimada
(1997) peran guru dalam pendekatan open-ended yaitu memberikan suatu situasi
ataupun permasalahan kepada siswa yang proses penyelesaiannya ataupun
solusinya tidak ditentukan dalam satu cara.
Pembelajaran dengan menggunakan masalah atau soal open-ended dapat
memberikan siswa banyak pengalaman dalam menafsirkan masalah dan mungkin
pula membangkitkan gagasan-gagasan yang berbeda dalam menyelesaikan suatu
masalah (Silver, 1997). Hal ini tentunya akan membuka kemungkinan siswa
menggunakan berbagai strategi penyelesaian untuk mencari solusi dari masalah
yang dihadapinya. Selain itu, pembelajaran ini membantu siswa melakukan
perencanaan, penyelesaian, monitoring proses menyelesaikan masalah dan
evaluasi terhadap hasil yang telah dilakukan, sehingga melalui pembelajaran
dengan pendekatan open-ended diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
metakognitif, sekaligus diharapkan MHOM siswa juga meningkat.
Pada kegiatan pembelajaran di kelas, pembelajaran biasa juga masih baik
untuk digunakan. Pembelajaran biasa identik dengan pembelajaran yang
didominasi oleh guru, atau dengan kata lain pembelajaran yang teacher centered.
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengajaran matematika diawali dengan pemberian informasi atau ceramah. Oleh
karena itu dalam menyampaikannya digunakan metode ceramah atau ekspositori.
Dari penjelasan di atas, metode ekspositori yang merupakan pembelajaran
biasa adalah metode yang biasa dipakai dalam pengajaran matematika. Walaupun
demikian, Ruseffendi (1991) menyatakan bahwa cara ekspositori merupakan cara
mengajar paling efektif dan efisien dalam menanamkan belajar bermakna
(meaningful), jika metode ekspositori dipergunakan sebagaimana mestinya dan
sesuai dengan kondisinya maka akan menjadi metode yang paling efektif.
Dalam penelitian ini, selain dari aspek pembelajaran, aspek kemampuan awal
siswa menjadi perhatian penulis. Hal ini berdasarkan pendapat Ernest (1991)
menyatakan bahwa sebuah topik pada level tertentu didukung oleh satu atau
beberapa topik pada level yang rendah. Arends (2007) menyatakan bahwa
kemampuan awal siswa untuk mempelajari ide-ide baru bergantung kepada
pengetahuan mereka sebelumnya dan struktur kognitif yang ada. Pendapat serupa
diungkapkan Suryadi (2012) bahwa sifat matematika merupakan suatu struktur
yang terorganisasikan dengan baik, maka pengetahuan prasyarat siswa merupakan
hal penting yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran matematika.
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini informasi mengenai
pengetahuan awal matematis siswa digunakan untuk menentukan tingkat
Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa (tinggi, sedang, rendah). Tingkatan
KAM diperoleh berdasarkan kemampuan matematis siswa dari hasil ulangan
harian, hasil ulangan tengah semester dan hasil ulangan akhir semester. Tujuan
digunakan KAM yaitu untuk melihat perbedaan masing-masing kategori
kemampuan awal matematis antara kedua kelas (open-ended dan biasa).
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, penulis mengajukan
studi tentang peningkatan kemampuan metakognitif dan mathematical habits of
mind siswa yang belajar menggunakan pendekatan open-ended dan siswa yang
belajar menggunakan pembelajaran biasa.
9
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, masalah
yang akan diteliti dan dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini, yaitu:
1. Apakah peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan pendekatan open-ended lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa?
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended dan siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa berdasarkan kategori kemampuan awal
matematis (tinggi, sedang, dan rendah)?
3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal
matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan
metakognitif siswa?
4. Apakah peningkatan mathematical habits of mind siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan pendekatan open-ended lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa?
5. Apakah terdapat perbedaan peningkatan mathematical habits of mind siswa
yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended dan siswa
yang memperoleh pembelajaran biasa berdasarkan kategori kemampuan awal
matematis (tinggi, sedang, dan rendah)?
6. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal
matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan mathematical
habits of mind siswa?
7. Apakah terdapat korelasi antara kemampuan metakognitif dan mathematical
habits of mind siswa setelah memperoleh pembelajaran dengan pendekatan
open-ended?
C. TUJUAN PENELITIAN
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan pendekatan open-ended lebih baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa.
2. Perbedaan peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan pendekatan open-ended dan siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa berdasarkan kategori kemampuan awal matematis (tinggi,
sedang, dan rendah).
3. Interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematis (tinggi,
sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan metakognitif siswa.
4. Peningkatan mathematical habits of mind siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan pendekatan open-ended lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa.
5. Perbedaan peningkatan mathematical habits of mind siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan pendekatan open-ended dan siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa berdasarkan kategori kemampuan awal matematis (tinggi,
sedang, dan rendah).
6. Interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematis (tinggi,
sedang, dan rendah) terhadap peningkatan mathematical habits of mind siswa.
7. Korelasi antara kemampuan metakognitif dan mathematical habits of mind
siswa setelah memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi siswa, selama proses penelitian berlangsung dapat meningkatkan
kemampuan metakognitif, dan mathematical habits of mind siswa.
2. Bagi guru, diharapkan dengan tersusunnya deskripsi yang rinci dari proses
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended, dapat menjadi
acuan bagi guru ketika akan menerapkan pendekatan open-ended dalam
11
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran matematika yang dapat digunakannya untuk meningkatkan
kemampuan metakognitif siswa.
3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam
mengembangkan kemampuan lainnya yang terkait dengan peningkatan mutu
sekolah.
4. Bagi peneliti, menjadi sarana bagi pengembangan diri peneliti dan dapat
dijadikan sebagai acuan/referensi untuk peneliti lain (penelitian relevan) dan
referensi dalam rangka menindaklanjuti suatu pendidikan dalam ruang
lingkup yang lebih luas.
E. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap apa yang akan diteliti,
maka berikut ini dituliskan defisi operasional variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini.
1. Kemampuan metakognitif adalah kemampuan seseorang mengacu kepada
kemampuan prediksi, kemampuan perencanaan, kemampuan memonitor dan
kemampuan evaluasi. Adapun indikator kemampuan metakognitif yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: mengidentifikasi data untuk
pemecahan masalah yang meliputi unsur-unsur yang diketahui dalam soal;
memilih strategi penyelesaian yang tepat; menyelesaikan masalah serta
memadukan hubungan-hubungan antara pengetahuan sebelumnya dan
pengetahuan yang baru; mengetahui alasan penggunaan strategi yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah; dan menggunakan suatu prosedur
penyelesaian dengan benar.
2. Mathematical habits of mind adalah sikap siswa dalam menyelesaikan
tugas-tugas yang meliputi mampu mengeksplorasi ide-ide matematis;
mengidentifikasi strategi pemecahan masalah yang dapat diterapkan untuk
menyelesaikan masalah; bertanya pada diri sendiri apakah terdapat “sesuatu
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mempertanyakan dan menemukan permasalahan; menerapkan pengetahuan
masa lalu di situasi baru; dan bersedia terus belajar.
3. Pembelajaran dengan pendekatan open-ended adalah suatu pembelajaran
yang menyajikan suatu permasalahan yang sifatnya terbuka; proses yang
terbuka (memiliki banyak cara penyelesaian yang benar); dan hasil akhirnya
terbuka (memiliki banyak jawaban yang benar). Pendekatan open-ended
meliputi pemberian masalah open-ended; mengeksplorasi masalah; merekam
respon siswa; membahas respon siswa; dan menyimpulkan.
4. Pembelajaran biasa adalah pembelajaran yang menekankan pada penggunaan
metode ekspositori. Proses pembelajarannya dimulai dengan guru
menjelaskan konsep-konsep materi; guru memberi beberapa contoh soal;
siswa mengerjakan latihan soal; dan siswa diberi pekerjaan rumah.
5. Kemampuan awal matematis adalah kemampuan matematis yang dimiliki
siswa sebelum pembelajaran berlangsung. Kemampuan ini diukur dari hasil
44
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan peningkatan kemampuan
metakognitif dan mathematical habits of mind (MHOM) antara siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended dan siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah
kuasi eksperimen. Pada penelitian ini subjek tidak dikelompokkan secara acak,
tetapi keadaan subjek diterima sebagaimana adanya (Ruseffendi, 2010). Hal ini
disebabkan sulitnya peneliti untuk mengambil subjek penelitian secara langsung.
Menurut Cresswell (2010) menyatakan bahwa untuk rancangan
Quasi-Experimental dengan desain non equivalent pretest and posttest control group
design, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diseleksi tanpa prosedur
acak. Kedua kelompok tersebut sama-sama memperoleh pretes dan postes, akan
tetapi kelompok eksperimen saja yang diberikan perlakuan (treatment).
Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan pendekatan open-ended,
sedangkan pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran biasa.
Desain penelitian disajikan sebagai berikut.
Pretes Treatment Postes
Kelas Eksperimen O X O
Kelas Kontrol O O
Keterangan:
O : Pretes/postes tentang kemampuan metakognitif dan MHOM
X : Pembelajaran dengan pendekatan open-ended
: Subjek tidak dikelompokkan secara acak
Untuk melihat pengaruh penggunaan pendekatan open-ended terhadap
peningkatan kemampuan metakognitif dan MHOM siswa, dalam penelitian ini
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemampuan metakognitif, MHOM, pembelajaran (open-ended dan biasa), dan
KAM (tinggi, sedang, dan rendah) disajikan pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1
Keterkaitan antara Kemampuan Metakognitif, MHOM, Pembelajaran, dan KAM
Kelas Open-ended Biasa
KAM (B1) (C1) (B2) (C2)
Tinggi (A1) A1 B1 A1 C1 A1 B2 A1 C2 Sedang (A2) A2 B1 A2 C1 A2 B2 A2 C2 Rendah (A3) A3 B1 A3 C1 A3 B2 A3 C2
Keterangan:
A1 B1 : Kemampuan metakognitif siswa kelompok tinggi yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended.
A2 B1 : Kemampuan metakognitif siswa kelompok sedang yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended.
A3 B1 : Kemampuan metakognitif siswa kelompok rendah yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended.
A1 B2 : Kemampuan metakognitif siswa kelompok tinggi yang memperoleh pembelajaran biasa.
A2 B2 : Kemampuan metakognitif siswa kelompok sedang yang memperoleh pembelajaran biasa.
A3 B2 : Kemampuan metakognitif siswa kelompok rendah yang memperoleh pembelajaran biasa.
A1 C1 : MHOM siswa kelompok tinggi yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended
A2 C1 : MHOM siswa kelompok sedang yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended
A3 C1 : MHOM siswa kelompok rendah yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended
A1 C2 : MHOM siswa kelompok tinggi yang memperoleh pembelajaran dengan biasa
A2 C2 : MHOM siswa kelompok sedang yang memperoleh pembelajaran dengan biasa
A3 C2 : MHOM siswa kelompok rendah yang memperoleh pembelajaran dengan biasa
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMPN 2
Sukahaji Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan pada
semester II (genap) Tahun Pelajaran 2013/2014. Menurut Kasi Dikdas Dinas
46
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sedang. Peneliti memilih sekolah ini agar efektivitas penggunaan pembelajaran
dengan pendekatan open-ended untuk meningkatkan kemampuan metakognitif
dan MHM dapat terlihat dengan baik. Hal tersebut dikarenakan jika peneliti
memilih cluster tinggi maka tidak akan berpengaruh secara signifikan, karena
sekolah cluster tinggi diberi atau tidak diberi perlakuan akan tetap memiliki
kemampuan yang tinggi. Adapun untuk cluster rendah, akan terjadi bayes dalam
penelitian yaitu jika terjadi kegagalan dalam penelitian bisa disebabkan oleh
faktor siswa.
Pada saat penelitian, peneliti tidak mungkin mengambil sampel secara acak
terhadap unit-unit penelitian. Dari lima kelas yang ada dipilih dua kelas sebagai
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penentuan kelas eksperimen dan kontrol
dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu dengan pertimbangan
bahwa penyebaran siswa untuk kedua kelas tersebut merata ditinjau dari segi
kemampuan akademisnya. Dalam hal ini kepala sekolah dan guru matematika
yang mengajar sebagai penimbang. Berdasarkan teknik tersebut diperoleh sampel
sebanyak dua kelas yaitu kelas VIII B sebagai kelas eksperimen sebanyak 34
siswa dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol sebanyak 32 siswa.
C. Kemampuan Awal Matematis (KAM)
Kemampuan awal matematis adalah kemampuan atau pengetahuan yang
dimiliki siswa sebelum pembelajaran berlangsung. Arends (2007) menyatakan
bahwa kemampuan awal siswa untuk mempelajari ide-ide baru bergantung kepada
pengetahuan mereka sebelumnya dan struktur kognitif yang ada. Informasi
tentang KAM digunakan untuk penempatan siswa berdasarkan kemampuan awal
matematisnya. KAM diperoleh dari guru matematika yang mengajar berdasarkan
hasil nilai ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester
siswa.
Berdasarkan kemampuan awal matematis, siswa dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yaitu kategori tinggi, sedang dan rendah. Berikut ini adalah kriteria
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan simpangan baku (s). Adapun kriteria penempatan kategori KAM dapat dilihat
pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2
Kriteria Penempatan Kategori KAM
Kriteria Kategori
KAM + s KAM tinggi
- s + s KAM sedang
KAM - s KAM rendah
Dari perhitungan data pengetahuan awal matematis siswa untuk kedua kelas
(eksperimen dan kontrol), diperoleh = 69,15 dan s = 43,03. Hasil perhitungan
selengkapnya apa pada Lampiran C 1. Banyaknya siswa berdasarkan kategori
KAM (tinggi, sedang, dan rendah) dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3
Banyaknya Siswa berdasarkan Kategori KAM Kategori
KAM
Pembelajaran
Total
Open-ended Biasa
Tinggi 10 9 19
Sedang 14 13 27
Rendah 10 10 20
Total 34 32 66
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian ini melibatkan tiga jenis variabel yakni
variabel bebas yaitu pendekatan open-ended dan pembelajaran biasa, variabel
terikat yaitu kemampuan metakognitif dan MHOM, serta variabel kontrol yaitu
kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah).
E. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan dua jenis instrumen,
yaitu tes dan non tes. Instrumen dalam bentuk tes terdiri dari seperangkat soal tes
untuk mengukur kemampuan metakognitif. Instrumen dalam bentuk non tes yaitu
skala MHOM, lembar observasi, dan wawancara. Berikut ini merupakan uraian
dari masing-masing instrumen yang digunakan.
48
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Instrumen tes kemampuan metakognitif dikembangkan dari materi atau bahan
ajar. Agar kemampuan metakognitif siswa dapat terlihat dengan jelas, maka tes
dibuat dalam bentuk uraian. Dalam penyusunannya, soal tes kemampuan
metakognitif diawali dengan penyusunan kisi-kisi soal yang dilanjutkan dengan
menyusun soal dapat dilihat pada lampiran A.3.
Tes kemampuan metakognitif ini terdiri dari tes awal (pretes) dan tes akhir
(postes). Tes diberikan pada seluruh siswa, soal-soal pretes dan postes dibuat
ekuivalen/relatif sama. Tes awal dilakukan untuk mengetahui kesamaan
kemampuan awal siswa pada kedua kelas (open-ended dan biasa) dan digunakan
sebagai tolak ukur peningkatan kemampuan metakognitif sebelum mendapatkan
pembelajaran, sedangkan tes akhir dilakukan untuk mengetahui perolehan hasil
belajar dan ada tidaknya perubahan kemampuan metakognitif yang signifikan
setelah mendapatkan pembelajaran (open-ended dan biasa). Selanjutnya, dari hasil
pretes dan postes akan dilihat N-gain ataupun peningkatan kemampuan
metakognitif siswa.
Adapun rincian indikator kemampuan metakognitif yang akan diukur dalam
[image:30.595.113.510.472.701.2]penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4
Deskripsi Indikator Kemampuan Metakognitif
Varibel Aspek yang diukur
Metakognitif 1. Mengidentifikasi data untuk pemecahan masalah yang meliputi unsur-unsur yang diketahui dalam soal.
2. Memilih strategi penyelesaian yang tepat.
3. Menyelesaikan masalah serta memadukan hubungan-hubungan antara pengetahuan sebelumnya dan pengetahuan yang baru.
4. Mengetahui alasan penggunaan strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.
5. Menggunakan suatu prosedur penyelesaian dengan benar.
Tes kemampuan metakognitif dibuat untuk mengukur kemampuan
metakognitif siswa kelas VIII mengenai materi lingkaran yang sudah
dipelajarinya. Adapun kriteria pemberian skor untuk soal tes kemampuan
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Cai, Lane, dan Jakabesin (1996) yang kemudian diadaptasi. Pedoman penskoran
[image:31.595.104.524.176.712.2]untuk tes kemampuan metakognitif disajikan pada Tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5
Penskoran untuk Tes Kemampuan Metakognitif
Indikator Aspek yang diukur Bobot
Mengidentifikasi data untuk
pemecahan masalah yang meliputi unsur-unsur yang diketahui dalam soal
Mengidentifikasi data dengan benar dan tepat 4 Mengidentifikasi data dengan benar namun kurang
lengkap
3
Mengidentifikasi data namun tidak tepat dan lengkap 2 Tidak mampu mengidentifikasi data dari soal 1
Tidak mengerjakan sama sekali 0
Menggunakan suatu prosedur
penyelesaian dengan benar
Memilih dan menggunakan prosedur dengan benar 4 Memilih dan menggunakan prosedur namun kurang
tepat
3
Memilih dan menggunakan prosedur dengan keliru 2 Tidak memilih dan menggunakan prosedur dengan
benar dan tepat
1
Tidak mengerjakan sama sekali 0
Menyelesaikan masalah serta memadukan hubungan-hubungan antara pengetahuan sebelumnya dan pengetahuan yang baru
Menyelesaikan masalah dengan benar dan lengkap 4
Menyelesaikan masalah dengan benar namun kurang lengkap
3
Menyelesaikan masalah namun tidak tepat 2
Tidak mampu menyelesaikan masalah dengan benar 1
Tidak mengerjakan sama sekali 0
Mengetahui alasan penggunaan strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
Membuat alasan dengan benar, logis dan akurat 4 Membuat alasan namun kurang tepat, logis dan
relevan
3
Membuat alasan namun tidak tepat, logis dan relevan 2 Tidak membuat alasan dengan benar dan logis 1
Tidak mengerjakan sama sekali 0
Memilih strategi penyelesaian yang tepat
Memilih strategi penyelesaian dengan benar dan tepat
4
Memilih strategi penyelesaian dengan benar namun kurang tepat
3
Memilih strategi penyelesaian namun tidak tepat 2 Tidak mampu memilih strategi penyelesaian dari soal 1
50
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sebelum tes kemampuan metakognitif digunakan dalam penelitian, dilakukan
uji coba dengan tujuan untuk mengetahui apakah soal tersebut sudah memenuhi
persyaratan validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Soal tes
kemampuan metakognitif ini diujicobakan pada siswa kelas IX SMPN 2 Sukahaji
Kabupaten Majalengka yang telah menerima materi lingkaran. Tahapan yang
dilakukan pada uji coba tes kemampuan metakognitif sebagai berikut:
a. Pengujian Validitas Tes
Validitas merupakan salah satu syarat penting yang harus dipenuhi oleh
instrumen penelitian. Suherman dan Kusumah (1990) menyatakan bahwa suatu
instrumen dinyatakan valid (absah atau sahih) bila instrumen itu mampu
mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Validitas suatu instrumen
hendaknya dilihat dari berbagai aspek. Dalam penelitian ini, analisis validitas
yang dilakukan meliputi validitas isi dan validitas butir soal.
1) Validitas Teori
Validitas teori meliputi validitas muka dan validitas isi. Validitas muka
disebut juga validitas bentuk soal atau validitas tampilan, yaitu keabsahan susunan
kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya atau tidak
menimbulkan tafsiran lain. Validitas isi berkenaan dengan ketepatan materi yang
dievaluasikan. Dengan kata lain, materi yang dipakai sebagai alat evaluasi
merupakan sampel representatif dari pengetahuan yang harus dikuasai siswa
(Suherman dan Kusumah, 1990: 137). Validitas isi dimaksudkan untuk
membandingkan antara isi instrumen (soal) dengan indikator. Penilaian validitas
isi dilakukan oleh rekan mahasiswa Pendidikan Matematika Pascasarjana UPI
yang hasilnya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Validitas isi yang
dinilai adalah kesesuaian antara butir tes dengan kisi-kisi soal, dan kebenaran
materi atau konsep.
2) Validitas Butir Soal
Validitas butir soal adalah validitas yang ditinjau dengan kriteria tertentu.
Kriteria tersebut digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien
validitas alat evaluasi yang dibuat melalui perhitungan korelasi produk momen.
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
instrumen tes dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor item dengan skor
total butir tes dengan menggunakan rumus Koefisien Korelasi Pearson (Arikunto,
2009).
keterangan:
: koefisien korelasi antara variabel X (skor item tes) dan variabel Y (skor total tes)
: jumlah peserta tes
: skor item tes
Y : skor total tes
Dengan mengambil taraf signifikan 0,05, sehingga diperoleh kemungkinan
interpretasi sebagai berikut:
(i) Jika rhit < rtabel, maka korelasi tidak signifikan
[image:33.595.190.439.397.612.2](ii) Jika rhit > rtabel, maka korelasi signifikan
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Butir Soal
Tabel 3.6 di atas adalah hasil validitas butir soal kemampuan metakognitif.
Hasil uji coba soal serta validitas butir soal selengkapnya ada pada Lampiran B.1.
Perhitungan validitas butir soal menggunakan software Anates V.4 for Windows.
b. Pengujian Reliabilitas Tes
Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yaitu sejauh
mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten Soal Kemampuan Metakognitif
rtabel = 0,349, dk = 32, = 0,05
Nomor Soal Tafsiran
1 0,372 Valid
2 0,322 Tidak Valid
3 0,818 Valid
4 0,606 Valid
5 0,217 Tidak Valid
6 0,488 Valid
7 0.830 Valid
8 0,769 Valid
9 0,475 Valid
52
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(tidak berubah-ubah). Suatu alat ukur (instrumen) memiliki reliabilitas yang baik
bila alat ukur itu memiliki konsistensi yang handal walaupun dikerjakan oleh
siapa pun (dalam level yang sama), kapanpun dan di manapun berada. Dalam
menguji reliabilitas instrumen penelitian ini, penulis menggunakan rumus
Cronbach’s Alpha untuk tipe soal uraian (Suherman, 2003).
dengan varians item dan varians total hitung dengan rumus:
dan
keterangan:
11
r = Koefisien reliabilitas tes k = Banyak butir soal (item)
= Jumlah varians skor tiap butir soal = Varians skor total
Interpretasi koefisien reliabilitas soal menggunakan klasifikasi menurut
[image:34.595.105.509.117.380.2]Guilford (Suherman, 2003) terlihat pada Tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7
Klasifikasi Interpretasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Korelasi Interpretasi
< 0,20 Sangat Rendah 0,20 < < 0,40 Rendah 0,40 < < 0,70 Sedang 0,70 < < 0,90 Tinggi 0,90 < < 1,00 Sangat Tinggi
Hasil perhitungan reliabilitas menggunakan software Anates V.4 for Windows
terlihat pada Tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8
Reliabilitas Tes Kemampuan Metakognitif rhitung Kriteria Kategori
0,87 Reliabel Tinggi
Dari hasil analisis tersebut menunjukkan reliabilitas tes untuk kemampuan
metakognitif diperoleh koefisien korelasinya sebesar 0,87. Artinya interpretasi
tingkat reliabilitas untuk soal tes kemampuan metakognitif tergolong tinggi. Jadi
[image:34.595.195.428.427.553.2]Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Pengujian Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang lemah
(berkemampuan rendah). Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang
baik apabila memang siswa yang pandai dapat mengerjakan soal dengan baik dan
sebaliknya. Adapun untuk perhitungan daya pembeda menurut Suherman (2003)
dapat ditentukan dengan rumus berikut.
keterangan:
DP = Daya Pembeda
= Jumlah benar untuk siswa kelompok atas = Jumlah benar untuk siswa kelompok bawah = Jumlah siswa kelompok atas
Adapun klasifikasi indeks daya pembeda suatu soal menurut Suherman dan
[image:35.595.213.413.413.525.2]Sukjaya (1990) disajikan pada Tabel 3.9 berikut.
Tabel 3.9
Klasifikasi Daya Pembeda Daya Pembeda Interpretasi
DP ≤ 0,00 Sangat Rendah 0,00 < DP ≤ 0,20 Rendah 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
Adapun hasil uji daya pembeda menggunakan bantuan software Anates V.4
for Windows terlihat pada Tabel 3.10 berikut.
Tabel 3.10
Daya Pembeda Tes Kemampuan Metakognitif Nomor Soal DP Interpretasi
1 0,27 Cukup
2 0,22 Cukup
3 0,61 Baik
4 0,55 Baik
5 0,22 Cukup
6 0,33 Cukup
7 0,55 Baik
8 0,47 Baik
[image:35.595.197.429.576.744.2]54
Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10 0,16 Rendah
d. Pengujian Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di
luar jangkauannya.
Tingkat kesukaran soal adalah besaran yang digunakan untuk menyatakan
apakah suatu soal termasuk ke dalam kategori mudah, sedang, atau sukar. Rumus
yang digunakan menurut Suherman (2003) sebagai berikut.
keterangan:
IK = Indeks Kesukaran
JBA = Jumlah benar untuk siswa kelompok atas JBB = Jumlah benar untuk siswa kelompok bawah
= Jumlah siswa kelompok atas
Adapun kriteria interpretasi tingkat kesukaran menurut Suherman dan
[image:36.595.210.417.478.592.2]Sukjaya (1990) adalah sebagai berikut.
Tabel 3.11
Kriteria Interpretasi Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran Interpretasi
IK = 0,00 Sangat Sukar
0,00 < IK < 0,30 Sukar 0,30 < IK < 0,70 Sedang 0,70 < IK< 1,00 Mudah
IK = 1,00 Sangat Mudah
Hasil pengujian tingkat kesukaran dengan menggunakan bantuan software
Anates V.4 for Windows terlihat pada Tabel 3.12 berikut.
Tabel 3.12
Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Metakognitif Nomor Soal TK Interpretasi
1 0,62 Sedang
2 0,61 Sedang
3 0,23 Sukar
[image:36.595.185.446.648.745.2]Nur Eva Zakiah, 2014
Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Mathematical Habits Of Mind Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5 0,61 Sedang
6 0,61 Sedang
7 0,22 Sukar
8 0,22 Sukar
9 0,26 Sukar
10 0,62 Sedang
e. Rekapitulasi Pengujian Hasil Ujicoba Tes Kemampuan Metakognitif
Hasil perhitungan ujicoba tes kemampuan metakognitif disajikan secara
[image:37.595.197.426.113.200.2]lengkap pada Tabel 3.13 berikut.
Tabel 3.13
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Metakognitif
No Tafsiran Reliabilitas DP Kategori TK Kategori
1 0,372 Valid
0,87 (Tinggi)
0,27 Cukup 0,62 Sedang