• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMAN 1 LUBUK PAKAM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMAN 1 LUBUK PAKAM."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN

MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMAN 1 LUBUKPAKAM

Oleh: Sabariah Sitepu dan Hasruddin

(Guru Biologi SMA N 1 Lubukpakam & Dosen Biologi Unimed)

Abstract. This study aims to know: (1) The influence problem based-learning on

(2)

2

Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Berpikir Kritis, Motivasi, Hasil Belajar.

Pendahuluan

Ilmu Biologi mencakup produk dan proses, oleh karena itu dalam pembelajaran biologi di Sekolah Menengah Atas harus memperhatikan produk dan proses. Namun kenyataannya pembelajaran biologi sebagian besar hanya memperhatikan produk saja dan mengabaikan proses. Dalam proses pembelajaran, guru kebanyakan belum menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa untuk melakukan proses berpikir kritis. Hal ini terlihat dari kegiatan guru dan siswa pada saat kegiatan belajar-mengajar. Siswa cenderung menghafalkan konsep biologi seperti apa yang tertuang dalam buku mereka, sehingga kemampuan siswa dalam hal menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi (berpikir kritis) atas kumpulan-kumpulan fakta dan konsep biologi sangat rendah, hal ini dibuktikan ketika guru meminta siswa memberikan contoh simbiosis mutualisme selain yang tertera dalam buku mereka, siswa tidak bisa menjawabnya. Berdasarkan kondisi kegiatan pembelajaran tersebut, siswa tidak terlatih berpikir kritis, yang menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah.

(3)

3

belajar menjadi kurang interaktif dan menimbulkan sifat pasif dan apatis pada siswa yang akhirnya dapat mengakibatkan terhambatnya kemampuan berpikir kritis siswa terhadap berbagai informasi yang datang padanya. Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa hasil pembelajaran di sekolah dasar dan menengah di Indonesia menunjukkan ketidakmampuan anak-anak menghubungkan antara apa yang dipelajari dan bagaimana pengetahuan itu dimanfaatkan untuk memecahkan permasalahan sehari-hari. Hal senada disampaikan oleh Sudarman (2005:68) yang menjelaskan bahwa salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi. Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar teoritis tetapi mereka miskin aplikasi. Pendidikan di sekolah terlalu menjejali otak anak dengan berbagai bahan ajar yang harus dihafal. Pendidikan tidak diarahkan untuk mengembangkan dan membangun karakter serta potensi yang dimiliki. Dengan kata lain, proses pendidikan tidak diarahkan membentuk manusia cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, serta tidak diarahkan untuk membentuk manusia kreatif dan inovatif.

(4)

4

yang diajarkannya sudah dipahami siswa atau belum; (2) guru tidak berusaha meningkatkan kemampuan berfikir siswa, guru menganggap bahwa bagi siswa menguasai materi pelajaran lebih penting dibandingkan dengan mengembangkan kemampuan berfikir; (3) guru tidak berusaha mencari umpan balik mengapa siswa tidak mau mendengarkan penjelasannya; dan (4) guru menganggap bahwa guru adalah orang yang paling mampu dan mengusai pembelajaran dibandingkan dengan siswa.

(5)

5

pasif pada siswa yang akhirnya dapat mengakibatkan terhambatnya kemampuan berpikir kritis siswa terhadap berbagai informasi yang datang padanya.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran biologi yang dilakukan lebih dominan kepada aspek pengetahuan dan pemahaman konsep. Akibatnya, keterampilan berpikir kritis di kalangan siswa tidak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan. Banyak siswa yang mengalami kesulitan mempelajari biologi. Kesulitan belajar ini berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap minat dan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran biologi. Guru mengalami banyak kesulitan untuk memusatkan perhatian siswa dalam proses pembelajaran karena minat dan motivasi siswa untuk mempelajari ilmu biologi rendah yang berakibat kepada rendahnya kualitas proses dan hasil belajar siswa. Keadaan tersebut mengakibatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar biologi siswa masih rendah.

Rendahnya kemampuan siswa dalam mata pelajaran biologi juga terjadi di SMA 1 Lubukpakam. Konsep-konsep biologi yang disampaikan masih kurang dipahami oleh siswa, hal ini terlihat dari nilai ulangan harian siswa pada pokok bahasan “Sistem Gerak Manusia” memperoleh nilai rata-rata sebesar 54,65 pada tahun ajaran 2009/2010. Dari nilai ulangan harian ini hanya 11 orang siswa dari 33 orang siswa yang tuntas, yakni yang mencapai nilai ≥ 70 secara klasikal.

(6)

6

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pembelajaran biologi yang sesuai dengan karakteristik ilmu biologi yaitu: (1) pembelajaran biologi harus menarik; (2) mengikuti hirarki peningkatan konsep dengan contoh sehari-hari agar persyaratan prior knowledge pada konstruktivisme dipenuhi; (3) dapat digunakan untuk memahami berita-berita mutakhir tentang IPTEK dengan biologi dalam media massa; (4) melibatkan siswa secara aktif selama pembelajaran sehingga menyeimbangkan antara proses dan content, (5) merangsang rasa ingin tahu untuk mencari dan belajar sendiri; (6) menekankan pada pengertian dan bukan ingatan atau hafalan; (7) harus terpadu, seperti biokimia, biogeokimia, dan biometri; (8) materi ajar biologi harus lengkap, ekstensif, dan menyeluruh, dan (9) bentuk asesmen disesuaikan dengan bahan ajar dan lebih berorientasi pada pemecahan masalah terpadu (Depdiknas, 2003:50).

Belajar biologi bukan hanya berhadapan dengan teori dan konsep saja, melainkan harus melakukan sesuatu, mengetahui, dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan pembelajaran biologi. Hal ini dapat diperoleh dari strategi pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Menurut Kunandar (2008:354) pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

(7)

7

peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik tidak lagi diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada pembelajaran konvensional. Dengan strategi ini, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan mereka secara mandiri. Karakteristik pembelajaran berbasis masalah lebih mengacu kepada aliran pendidikan konstruktivisme, dimana belajar merupakan proses aktif dari pebelajar untuk membangun pengetahuannya. Proses aktif yang dimaksud tidak hanya bersifat secara mental tetapi juga keaktifan secara fisik. Artinya, melalui aktivitas secara fisik pengetahuan siswa secara aktif dibangun berdasarkan proses asimilasi pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki pebelajar dan ini berlangsung secara mental. Teori ini menyatakan bahwa cara terbaik bagi seseorang untuk memulai belajar konsep dan prinsip dalam biologi adalah dengan mengkonstruksi sendiri konsep dan prinsip yang dipelajari itu. Dari uraian ini dapat dikatakan bahwa dalam belajar sebenarnya siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya berdasarkan informasi dan pengalaman baru yang diperolehnya. Dengan demikian, guru sebagai pengajar tidak semestinya menganggap siswa sebagai kumpulan kertas yang kosong.

(8)

8

berpikir secara ilmiah yang dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu dengan menggunakan metode ilmiah, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas. Dalam menerapkan Pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran biologi diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dan sekaligus siswa dapat menerapkan proses sains dalam kehidupan nyata, sehingga timbul kesadaran dalam diri siswa bahwa konsep-konsep biologi dapat diaplikasikan dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Tujuan pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, memecahkan masalah, dan keterampilan intelektual.

Selain pemilihan strategi pembelajaran yang tepat, perolehan hasil belajar suatu kegiatan belajar mengajar juga dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengenal dan memahami karakteristik siswa termasuk tingkat motivasi. Seseorang guru yang mampu mengetahui karakteristik siswa akan dapat membantu terselenggaranya proses pembelajaran secara efektif. Seorang guru harus memahami karakteristik siswa, sebab pemahaman yang baik terhadap karakteristik siswa akan sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar siswa.

(9)

9

tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya. Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar. Siswa melakukan aktivitas belajar dengan senang karena didorong motivasi.

Kajian dalam penelitian ini terbatas pada tingkat tinggi rendahnya motivasi belajar siswa yang terlihat dari perilaku subjek seperti harapan untuk sukses belajar, upaya yang keras untuk belajar, kekhawatiran akan gagal, dan keinginan untuk berkompetisi. Motivasi belajar merupakan dorongan dalam diri untuk berbuat guna mencapai hasil belajar yang tinggi. Dengan demikian kelompok subjek yang memiliki motivasi tinggi akan memiliki hasil belajar biologi yang berbeda dengan kelompok subjek yang bermotivasi rendah. Begitu juga penerapan strategi pembelajaran yang berbeda akan memberi pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar biologi siswa.

Berdasarkan hal tersebut maka dianggap penting untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh pembelajaran berbasis masalah dan motivasi belajar terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar biologi siswa SMA Negeri 1 Lubukpakam. Sebagai pembanding dari strategi pembelajaran berbasis masalah tersebut dilihat pengaruh strategi pembelajaran konvensional yang dilakukan secara bersama pada siswa kelas XI IPA.

(10)

10

Populasi penelitian adalah seluruh kelas XI IPA SMA Negeri 1 Lubukpakam tahun ajaran 2010/2011, berjumlah 192 orang yang berasal dari 6 kelas yaitu kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4, XI IPA 5, XI IPA 6. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling, yaitu cara undian dengan menuliskan nama kelas pada kertas yang digulung dan kelas yang terpilih yaitu, dua kelas eksperimen dibelajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah dan dua kelas yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Kemudian berdasarkan motivasi belajar, kelas dibedakan antara kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Dari populasi penelitian sampel diambil secara acak yang terdiri dari 4 kelas yaitu kelas XI IPA 3, XI IPA 4, XI IPA 5, XI IPA 6, dengan jumlah sampel 124 orang. Dari empat kelas yang telah terpilih sebagai sampel penelitian, selanjutnya melalui pengundian maka kelas XI IPA 5 dan XI IPA 6 terpilih sebagai kelas yang diberi perlakuan dengan strategi pembelajaran berbasis masalah dan kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 terpilih sebagai kelas yang diberi perlakuan dengan strategi pembelajaran konvensional.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen semu (quasi eksperimental research), dengan melakukan eksperimen di dalam kelas yang

(11)

11

kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Pada masing-masing kelas terdapat siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah.

Tabel 3.1. Desain Eksperimen

Strategi pembelajaran Motivasi belajar

Berbasis masalah (A1) Konvensional (A2)

Tinggi (B1) A1B1 A2B1

Rendah (B2) A1B2 A2B2

Pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama, yaitu mengumpulkan data tentang motivasi belajar siswa dan tahap kedua mengumpulkan data tentang kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah berbentuk angket dan tes. Angket digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa dan tes digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Soal tes berisi butir-butir soal yang bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis setelah implementasi pembelajaran (postes), dan hasil belajar siswa sebelum implementasi pembelajaran (pretes) maupun setelah implementasi pembelajaran (postes).

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data berupa analisis deskriptif dan analisis inferensial. Teknik analisis deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan data penelitian meliputi mean, median, standard deviasi dan kecenderungan data. Data-data yang telah diperoleh selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan histogram.

(12)

12

taraf signifikan α = 5 %. Apabila hasil analisis F hitung menunjukkan perbedaan

yang signifikan, maka dilakukan analisis lanjut (post hoc) dengan uji Scheefe. Untuk menggunakan ANAVA dua jalur perlu dipenuhi beberapa syarat yaitu: (1) data yang digunakan harus berdistribusi normal, dan (2) data harus memiliki varians populasi homogen. Untuk menguji normalitas data digunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada taraf signifikansi 0,05. Uji homogenitas varians data menggunakan Levene pada taraf signifikansi 0,05. Data dianalisis dengan menggunakan software SPSS 17.0.

Hasil Penelitian

(13)

13

Gambar 4.1. Pengaruh Strategi Pembelajaran Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Gerak SMA Negeri 1 Lubukpakam Tahun Pelajaran 2010/2011, (F hitung = 218,084, P = 0,000). Huruf yang Berbeda di Atas Digram Batang (a - b) Berarti Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berbeda pada Kelompok Siswa yang Dibelajarkan dengan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dan Konvensional.

(14)

14

dengan motivasi tinggi (26,60±0,53) secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa dengan motivasi rendah (22,98±0,64). Pengaruh motivasi terhadap kemampuan berpikir kritis siswa disajikan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Pengaruh Motivasi Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Gerak SMA Negeri 1 Lubukpakam Tahun Pelajaran 2010/2011, (F hitung = 158,649, P = 0,000). Huruf yang Berbeda di Atas Digram Batang (a - b) Berarti Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berbeda pada Kelompok Siswa yang Memiliki Motivasi Tinggi dan Rendah.

(15)

15

strategi pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan berpikir kritis diterima.

(16)

16

Gambar 4.3. Pengaruh Interaksi Strategi Pembelajaran dan Motivasi Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pokok Bahasan Sistem Gerak SMA Negeri 1 Lubukpakam Tahun Pelajaran 2010/2011, (F hitung = F=4.857, P=0,029). Huruf yang Berbeda di Atas Digram Batang (a - b) Berarti Kemampuan Berpikir Kritis Berbeda pada Kelompok Siswa yang Memiliki Motivasi Tinggi Karena Faktor Strategi Pembelajaran

(17)

17

berbasis masalah lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar biologi siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional diterima. Hasil belajar biologi yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran berbasis masalah, 28,82±0,36 secara signifikan lebih tinggi dibanding dengan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional, 21,77±0,44 (Gambar 4.4).

Gambar 4.4: Pengaruh Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Gerak SMA Negeri 1 Lubukpakam Tahun Pelajaran 2010/2011, (F hitung = 158.649, P=0,000). Huruf yang Berbeda di Atas Digram Batang (a - b) Berarti Hasil Belajar Berbeda pada Kelompok Siswa yang Dibelajarkan dengan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dan Konvensional.

(18)

18

hasil belajar biologi siswa dengan motivasi tinggi lebih rendah atau sama dengan hasil belajar biologi siswa dengan motivasi rendah ditolak dan hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa hasil belajar biologi siswa dengan motivasi tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar biologi siswa dengan motivasi rendah diterima. Pengaruh motivasi terhadap hasil belajar biologi siswa disajikan pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5: Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Gerak SMA Negeri 1 Lubukpakam Tahun Pelajaran 2010/2011, (F hitung = 6.046, P= 0,015). Huruf yang Berbeda di Atas Digram Batang (a - b) Berarti Hasil Belajar Berbeda pada Kelompok Siswa yang Memiliki Motivasi Tinggi dan Rendah

(19)

19

menyatakan bahwa terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi dalam mempengaruhi hasil belajar biologi diterima.

(20)

20

Gambar 4.6. Pengaruh Interaksi Strategi Pembelajaran dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Gerak SMA Negeri 1 Lubukpakam Tahun Pelajaran 2010/2011, (F hitung = 4,152; p =0,044). Garis di Atas Diagram Batang Berarti Kedua Diagram Batang Tidak Berbeda Signifikan Berdasarkan Uji Scheefe. Huruf yang Berbeda di Atas Digram Batang (a - b) Berarti Hasil Belajar Berbeda pada Kelompok Siswa yang Memiliki Motivasi Tinggi Karena Faktor Strategi Pembelajaran.

Pembahasan

1. Perbedaan kemampuan berpikir kritis Siswa yang Dibelajarkan dengan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Pembelajaran Konvensional

(21)

21

lebih tinggi (28,60) daripada skor rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran berbasis konvensional (21,05). Ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah lebih baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran berbasis masalah yang terbanyak terdapat pada skor 28, sedangkan kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional yang terbanyak terdapat pada skor 20.

Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan pemecahan masalah. Kemampuan berpikir sudah dimiliki siswa sejak lahir. Makin sering orang berhadapan dengan sesuatu yang menuntutnya untuk berpikir makin berkembang dan makin meningkat kemampuan berpikirnya. Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa harus selalu berpikir untuk memecahkan masalah atau mencari jawaban atas masalah yang dihadapi. Melalui pembelajaran berbasis masalah siswa terlatih untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengevaluasi permasalahan dengan cermat sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Ini sejalan dengan Tyler (1949, dalam Redhana 2003:21) yang berpendapat bahwa pengalaman atau pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh keterampilan dalam pemecahan masalah yang dapat merangsang keterampilan berpikir kritis siswa.

(22)

22

mengamati, dan mengalami suatu aktivitas belajar. Dalam proses pembelajaran tersebut siswa menggunakan seluruh kemampuan yang dimilikinya dan yang dimiliki lingkungannya, guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam mengembangkan kreativitas siswa. Siswa diberikan ruang bebas untuk mewujudkan potensi dan menampilkan karakteristiknya masing-masing. Strategi pembelajaran berbasis masalah dapat mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan menemukan gagasan. Pembelajaran berdasarkan masalah juga meningkatkan kemampuan menjawab pertanyaan terbuka dengan banyak alternatif jawaban benar dan pada akhirnya mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afcariono (2008:67) yang menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Temuan dalam penelitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sahara dkk (2009:6) yang menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran fisika. Sesuai dengan pendapat Corebima (2006:10) salah satu strategi pembelajaran yang dapat memberdayakan kemampuan berpikir kritis adalah pembelajaran berbasis masalah, karena dengan menggalakkan beragam pertanyaan yang dapat memicu proses berpikir siswa.

2. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa yang Dibelajarkan dengan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Pembelajaran Konvensional

(23)

23

konvensional, dimana skor rata-rata hasil belajar biologi siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi (28,82) daripada skor rata-rata hasil belajar biologi siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional (21,77). Ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa hasil belajar biologi siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran berbasis masalah yang terbanyak terdapat pada skor 28, sedangkan hasil belajar biologi siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional yang terbanyak terdapat pada skor 23.

(24)

24

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2008) yang menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi. Temuan dalam penelitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suci (2008) dalam penelitiannya terhadap mahasiswa jurusan ekonomi Undiksha yang menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah teori akuntansi. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Araz dan Sungur (2007) yang menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan prestasi akademik.

3. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi dengan Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi memperoleh skor rata-rata kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi (26,60) dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah (22,98). Ini menunjukkan bahwa motivasi belajar berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang yang memiliki motivasi belajar tinggi yang terbanyak terdapat pada skor 28, sedangkan kemampuan berpikir kritis siswa yang memiliki motivasi belajar rendah yang terbanyak terdapat pada skor 18.

(25)

25

dengan baik, sehingga melalui strategi pembelajaran berbasis masalah siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung lebih baik dalam menyelesaikan masalah dan melalui pemecahan masalah-masalah tersebut siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2010:75) bahwa dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya pengerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

4. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi dengan Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi memperoleh rata-rata hasil belajar biologi yang lebih tinggi (26,25) dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah (24,31). Ini menunjukkan bahwa motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa. Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa hasil belajar biologi siswa yang yang memiliki motivasi belajar tinggi yang terbanyak terdapat pada skor 28, sedangkan hasil belajar biologi siswa yang memiliki motivasi belajar rendah yang terbanyak terdapat pada skor 27.

(26)

26

penelitian yang dilakukan oleh Widiyanto (2007:93) yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan dari motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. Temuan dalam penelitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Budiman (2008:2) dalam penelitiannya pada mahasiswa di Universitas Gunadarma Fakultas Ekonomi yang menyimpulkan bahwa motivasi belajar berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaian prestasi belajar mahasiswa. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Purnomowati (2006:90) yang menyimpulkan bahwa secara simultan disiplin dan motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Hasil analisis tersebut sesuai dengan landasan teori yang ada yaitu bahwa Motivasi adalah sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif yaitu pada saat-saat tertentu bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak (Sardiman 2003:73). Teori ini mengandung arti bahwa setiap orang atau siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan mendapatkan prestasi belajar yang tinggi pula.

5. Interaksi antara Strategi Pembelajaran dan Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

(27)

27

tinggi kemampuan berpikir kritisnya dibandingkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini mengindikasikan adanya interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

Melalui strategi pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya memperoleh pemecahan terbaik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi adalah siswa yang kondisi psikologis untuk belajarnya tinggi, dan jika dibelajarkan dengan strategi pembelajaran berbasis masalah akan lebih meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya. Demikian pula siswa yang memiliki motivasi belajar rendah yang dibelajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah mempunyai kesempatan untuk lebih mengembangkan kemampuan berpikirnya sehingga kemampuan berpikir kritisnya lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

6. Interaksi antara Strategi Pembelajaran dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa

(28)

28

Demikian pula siswa yang memiliki motivasi belajar rendah yang dibelajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi hasil belajarnya dibandingkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini mengindikasikan adanya interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar biologi siswa.

Strategi pembelajaran berbasis masalah berfokus pada keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Dengan strategi pembelajaran berbasis masalah, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan mereka secara mandiri. Karakteristik pembelajaran berbasis masalah lebih mengacu kepada aliran pendidikan konstruktivisme, dimana belajar merupakan proses aktif dari pebelajar untuk membangun pengetahuannya. Proses aktif yang dimaksud tidak hanya bersifat secara mental tetapi juga keaktifan secara fisik. Artinya, melalui aktivitas secara fisik pengetahuan siswa secara aktif dibangun berdasarkan proses asimilasi pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki pebelajar dan ini berlangsung secara mental. Teori ini menyatakan bahwa cara terbaik bagi seseorang untuk memulai belajar konsep dan prinsip dalam biologi adalah dengan mengkonstruksi sendiri konsep dan prinsip yang dipelajari itu.

(29)

29

dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Terdapat pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Dimana kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibanding dengan kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional; (2) Terdapat pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar biologi siswa. Dimana hasil belajar biologi siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibanding dengan hasil belajar biologi siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional; (3) Terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Dimana siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih tinggi kemampuan berpikir kritisnya dibanding dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah; (4) Terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar biologi siswa. Dimana siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih tinggi hasil belajar biologinya dibanding dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah; (5) Terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan berpikir kritis siswa; dan (6) Terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar biologi siswa.

Daftar Rujukan

(30)

30

Negeri 1 Banjar Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan Kerta Mandala, (Online), Volume 1, Nomor 001, (http://putradnyana-ptk, diakses tanggal 19 Oktober 2010).

Afcariono, Muhammad. 2008. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran Biologi. Jurnal Pendidikan Inovatif, (Online), Volume 3, Nomor 2,

(http://jurnaljpi.files.wordpress.com, diakses tanggal 19 Oktober 2010).

Anni, Chatarina Tri. 2002. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press. Araz, G., dan Semra, S. 2007. Effectiveness of Problem-Based Learning on Academic Performance in Genetics. Biochemistry And Molecular Biology Education, (Online), 35(6), (http://Onlinelibrary.Wiley.Com, diakses 19

Oktober 2010).

Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach Seventh Edition: Belajar untuk Mengajar Edisi Ketujuh. Terjemahan oleh Helly PrajitnoSoetjipto. 2008. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Budiman, Yohanes. 2008. Pengaruh Motivasi Belajar dan Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa, (Online), (http://library.gunadarma.ac.id, diakses 19 Oktober 2010).

Cheaney, James and Thomas S. Ingebritsen. 2005. Problem-Based Learning in an Online Course: A case study. International Review of Research in Open and Distance Learning Volume 6, Number 3. Iowa State University, USA. Chin, Christine dan Chia Li-Gek. 2008. Implementing Problem-Based Learning in

Biology, Singapore: Nanyang Technological University.

Corebima. 2006. Review on: Learning strategies having bigger potency To empower thinking skill and concept Gaining of lower academic students. Universitas Negeri Malang.

Depdiknas. 2003. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Hamalik, O. (2001). Proses Belajar mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

(31)

31

Ilustrasi dan Latihan. Terjemahan Bambang Suryadi. 2007. Bandung: Nuansa.

Kunandar. 2008. Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Liliasari. 2009. Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sains Kimia Menuju Profesionaliatas Guru, (Online), (http://file.upi.edu/Direktori, diakses 19 Oktober 2010).

Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan awal dalam kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.

Purnomowati Riris. 2006. Pengaruh Disiplin dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMK Teuku Umar Semarang Tahun Ajaran 2005/2006. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Redhana, I.W. 2003. Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui

Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi Pemecahan Masalah. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran XXXVI. II: 11-21.

Sahara, L., Setiawan, A. dan Hamidah, I. 2009. Using Problem Based Learning Model to Increase Critical Thinking Skill at Heat Concept. Kendari: FKIP Universitas Haluoleo Kendari.

Sanjaya,W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santyasa, I Wayan. 2005. Model-Model Pembelajaran Inovatif Jurusan Pendidikan Fisika, (Online), (http://file.upi.edu, diakses 19 Oktober 2010). Sardiman, A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:

Grafindo.

Setiawan I.G.A.N. 2008. Penerapan Pengajaran Kontekstual Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X

2 SMA

Laboratorium Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Undiksha, (Online), (http://www.freewebs.com, diakses tanggal 19 0ktober 2010).

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suci Ni Made. 2008. Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi

(32)

32

Sudarman. 2005. “Problem Based Learning Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah”. Samarinda: FKIP Universitas Mulawarman Samarinda.

Sudaryanto. 2008. Pembelajaran Kemampuan Berpikir Kritis, (Online), (http://www.fk.undip.ac.id, diakses 19 Oktober 2010).

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Bandung: Raja Grafindo Persada.

Surapranata, S. 2004. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interprestasi Hasil Tes. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Uno, Hamzah B. 2009. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Widiyanto. 2007. Pengaruh Iklim Belajar, Motivasi Belajar Siswa Dan Semangat Kerja Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas III SMK Pembaharuan Purworejo Tahun Pelajaran 2006/2007. Purwokerto:

Universitas Jenderal Sudirman.

Yasa, P. 2002. “Belajar Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) Dengan Pendekatan Kelompok Kooperatif Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Siswa Kelas III SLTP Negeri 2 Singaraja”. Tesis. Bali: FPMIPA IKIP Negeri Singaraja.

Gambar

Gambar 4.1. Pengaruh Strategi Pembelajaran Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa  pada Pokok Bahasan Sistem Gerak SMA Negeri 1 Lubukpakam Tahun Pelajaran 2010/2011, (F hitung = 218,084,  P = 0,000)
Gambar 4.2. Pengaruh Motivasi Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Gerak SMA Negeri 1 Lubukpakam Tahun Pelajaran
Gambar 4.3. Pengaruh Interaksi Strategi Pembelajaran dan Motivasi Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pokok Bahasan Sistem Gerak SMA Negeri 1 Lubukpakam Tahun Pelajaran 2010/2011, (F hitung = F=4.857, P=0,029)
Gambar 4.4: Pengaruh Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Gerak SMA Negeri 1 Lubukpakam Tahun Pelajaran 2010/2011, (F hitung = 158.649, P=0,000)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa dapat memahami proses pemisahan dengan membran dan dapat mengaplikasikan metode pemisahan ini pada pemisahan?. analit

Siswa mampu menyebutkan usia Nabi Muhammad saw ketika menerima wahyu yang

Bahwa Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik mengamanatkan bahwa gugatan ke pengadilan terhadap putusan ajudikasi Komisi Informasi dapat

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pada Pembelajaran IPA Pokok Bahasan Gaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Universitas

Peneliti akan melakukan survei pola konsumsi pangan di Desa Selotong, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat untuk mengetahui situasi pangan penduduk yang akan

Norma social yang terbentuk antar pedagang merupakan norma-norma yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan diantara pedagang asongan juga terdapat nilai-nilai resiprositas yang

Tesis berjudul “PENGARUH DERAJAT DEASETILASI KITOSAN DARI CANGKANG BELANGKAS (Tachypleus gigas) YANG DIIKAT SILANG DENGAN MODIFIKASI GENIPIN” ini dibuat sebagai salah satu syarat

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN (ONSLAG VAN VALLE RECHT VEVOLGING) DALAM TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN