PERBEDAAN CINTA STERNBERG (INTIMACY, PASSION, COMMITMENT) BERDASARKAN JARAK TEMPAT TINGGAL
PADA WANITA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Krisentia Indah Permatasari NIM : 089114129
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
”Di mana ada cinta kasih, di situ ada Allah Tritunggal:
Pecinta, yang dicinta, dan sumber cinta kasih”
(St. Agustinus)
“Darkness cannot drive out darkness: only light can do that.
Hate cannot drive out hate: only love can do that”
(Martin Luther King Jr.)
“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.”
(Sapardi Djoko Damono)
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini aku persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang dengan setianya selalu menemani di setiap
langkah-langkahku baik dalam suka maupun duka,
Bunda Maria yang selalu menjadi tempat berkeluh kesahku,
Mbahku “Alm. Bpk & Ibu Wignyosuharjo; Alm. Bpk & Ibu Parto Miharjo”
Kedua orang tuaku, Bapak dan Ibu Andreas Indra Wiyanta yang dengan
sabar dan setianya selalu menyemangati dan mengerti segala sikonku
dalam pembuatan skripsiku ini,
Adikku tersayang Rio,
Sahabat-sahabatku,
dan semua orang yang kusayangi yang membuat hidupku semakin
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 2 Agustus 2013 Penulis
Krisentia Indah Permatasari
PERBEDAAN CINTA STERNBERG (INTIMACY, PASSION, COMMITMENT) BERDASARKAN JARAK TEMPAT TINGGAL
PADA WANITA Krisentia Indah Permatasari
ABSTRAK
Penelitian komparatif ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hubungan cinta jarak dekat/face to face dan jarak jauh/LDR dilihat menurut komponen cinta Sternberg (1997). Variabel pertama dalam penelitian ini adalah jarak (tempat) dalam hubungan cinta yaitu jarak dekat/face to face dan jarak jauh/LDR, sedangkan variabel kedua adalah komponen cinta Sternberg (intimacy,
passion, dan commitment). Hipotesis dalam penelitian ini mengatakan ada perbedaan yang
signifikan dalam komponen cinta Sternberg (intimacy, passion, dan commitment) pada hubungan cinta jarak dekat/face to face dan jarak jauh/LDR. Subjek penelitian adalah 50 mahasiswi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang terdiri dari 25 mahasiswi yang menjalin hubungan jarak dekat/face to face dan 25 mahasiswi yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian skala STLS/Sternberg’s Triangular Love Scale. Uji validitas dan reliabilitas skala STLS menghasilkan 45 aitem valid dengan koefisien reliabilitas secara keseluruhan sebesar 0,945. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan independent sample t-test. Hasil analisis data komponen intimacy menunjukkan nilai t hitung sebesar 0.817, komponen passion sebesar 0.777, dan komponen commitment sebesar 0.897. Semua nilai t hitung tersebut lebih kecil daripada nilai t tabel sebesar 1,68 (t hitung < 1,68). Dengan demikian ketiga hipotesis dalam penelitian ini ditolak.
THE DIFFERENCE OF STERNBERG LOVE (INTIMACY, PASSION, COMMITMENT) BASED ON THE DISTANCE
AMONG WOMEN Krisentia Indah Permatasari
ABSTRACT
This comparative research aims to find out the difference between face to face relationship and long distance relationship based on Sternberg’s love components (1997). The first variable of this research is the distance consisting of face to face distance and long distance. The second variable is Sternberg’s love components (intimacy, passion, and commitment). Hypothesis of this research states that there is significant difference in Sternberg’s love components (intimacy, passion, and commitment) between face to face relationship and long distance relationship. The research subjects were 50 females who studied in Sanata Dharma University. Twenty five of them had face to face relationship and twenty five of them had long distance relationship. Data were collected by filling Stenberg’s Triangular Love scale (STLS). Validity and reliability of test produced 45 valid items with the whole coefficient reliability of 0.945. Data analysis method in this research uses independent sample t-test. The t-test of the data shows 0.817 for intimacy, 0.777 for passion, and 0.897 for commitment. They do not exited the critical t of 1.68. Therefore three hypothesis research are rejected.
Keywords : intimacy, passion, commitment, LDR relationship, face to face relationship.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Krisentia Indah Permatasari
NIM : 089114129
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PERBEDAAN CINTA STERNBERG (INTIMACY, PASSION, COMMITMENT) BERDASARKAN JARAK TEMPAT TINGGAL
PADA WANITA
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa harus meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 2 Agustus 2013
Yang menyatakan,
(Krisentia Indah Permatasari)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di surga karena kasih setianya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi yang berjudul “Perbedaan Cinta Sternberg (Intimacy, Passion, Commitment) Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal Pada Wanita” disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah berperan serta dalam meluangkan waktu, pikiran, tenaga serta memberikan dukungan baik secara moril maupun materiil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, dan pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Bunda Maria yang dengan setianya selalu mendengarkan keluh kesahku selama pengerjaan skripsi ini.
3. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik atas kepedulian yang besar terhadap anak-anak bimbingan akademiknya.
5. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
6. Dr. A. Priyono Marwan, S.J. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar mendampingi dan membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih juga karena telah mengajarkan banyak hal tentang kehidupan, masukan dan sharing yang luar biasa, kebersamaan yang singkat, serta terima kasih telah mengajarkan untuk selalu tersenyum.
7. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas pengalaman dan ilmunya yang telah diberikan kepada penulis selama mengemban studi di Universitas Sanata Dharma.
8. Mas Doni, Mas Gandung, Pak Gie, Mas Muji, dan Bu Nanik atas bantuan, keramahan, dan senyumannya yang diberikan selama ini.
9. Kedua orang tuaku tersayang, Bapak Andreas Indra Wiyanta dan Ibu Anastasia Endang Suyatmi yang telah membesarkan, menyayangi, mendidik, mendukung, mendampingi, dan mendoakanku tak henti-hentinya selama proses penulisan skripsi ini. Semoga karya kecilku ini dapat membuat bapak dan mama bangga.
10. Adikku tersayang, Marselinus Satrio Wicaksono atas kasih sayang, ledekan-ledekan, kebawelan, kebandelan, dan berantemnya selama ini.
11. Mbah-mbahku di surga, khususnya Bapak Parto Miharjo “Aku sudah menepati janjiku mbah jadi seorang sarjana seperti yang mbah inginkan.” 12. Om-omku, om Mul dan om Padi. Terima kasih telah merawatku dari kecil
dan menjadi temanku selama ini.
14. Teman-teman seperjuangaku Dewi, Jeje, Mengty, dan Sinto yang selalu menyemangati demi memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi).
15. Teman-temanku SMA Egi, Finne, Frengky, Frisilia, Momon, Nindy, Tere yang selalu memotivasiku untuk cepat lulus. Terima kasih atas kegilaan kalian setiap kali kita reuni.
16. Anak-anak kost 99999 Asti, Dian, Ela, Laurin, Mbak Iin, Oli, Putu, Yana, dan Yani. Terima kasih telah berbagi canda, tawa, suka dan duka selama tinggal satu atap dengan kalian.
17. Teman-teman P2TKP Pak Adi, Anju, Ayu, Bella, Dewi, Efrem, Heimbach, Mbak Jes, Mila, Mbak Nenis, Mbak Putri, Mbak Rani, Pak Tony, Mbak We, dll. Terima kasih atas kebersamaannya selama berdinamika dengan kalian. 18. Agung, Damar, Juli, dan Puput. Terima kasih telah diberi kesempatan untuk
lebih mengenal kalian dan segala hal yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurna sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 2 Agustus 2013 Penulis
Krisentia Indah Permatasari
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ..i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian... 7
1. Manfaat Praktis ... 7
2. Manfaat Teoritis ... 7
BAB II. LANDASAN TEORI ... 8
A. Cinta ... 8
1. Definisi Cinta secara Umum ... 8
2. Definisi dari Cinta Strenberg ... 9
3. Komponen Cinta ... 10
4. Jenis – jenis Cinta ... 12
5. Geometri Segitiga Cinta Sternberg ... 15
6. Faktor – faktor Penyebab Cinta ... 16
B. Hubungan Jarak Jauh dan Jarak Dekat ... 17
1. Pengertian Hubungan Jarak Jauh dan Jarak Dekat ... 17
2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Jarak ... 18
3. Dampak dari Hubungan Jarak Jauh dan Jarak Dekat ... 19
4. Perbedaan Hubungan Jarak Jauh dan Jarak Dekat ... 19
C. Masa Dewasa Awal ... 20
1. Definisi Masa Dewasa Awal ... 21
2. Perkembangan Psikososial Masa Dewasa Awal ... 21
3. Wanita dalam Hubungan Romantis ... 22
D. Perbedaan Cinta Sternberg (Intimacy, Passion, Commitment) berdasarkan Jarak Tempat Tinggal ... 23
E. Skema ... 26
F. Hipotesis Penelitian ... 27
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 28
B. Variabel Penelitian ... 28
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 28
D. Subjek Penelitian ... 29
E. Metode Pengumpulan Data ... 30
F. Alat Pengumpulan Data ... 31
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 32
1. Uji Validitas ... 32
2. Seleksi Aitem ... 33
3. Uji Reliabilitas ... 35
H. Metode Analisis Data ... 37
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Pelaksanaan Penelitian ... 38
B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 38
C. Hasil Penelitian ... 40
1. Uji Asumsi ... 40
2. Uji Hipotesis ... 43
D. Pembahasan ... 45
BAB V. PENUTUP ... 48
A. Kesimpulan ... 48
B. Saran ... 48
1. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 48
2. Bagi Subjek Penelitian ... 49
C. Keterbatasan Penelitian ... 49 DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN ... 53
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue Print Sternberg’s Triangular Love Scale/STLS ... 32
Tabel 2. Blue Print Sternberg’s Triangular Love Scale/STLS setelah Seleksi Aitem ... 35
Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas secara Keseluruhan ... 36
Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas pada Komponen Intimacy ... 36
Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas pada Komponen Passion ... 36
Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas pada Komponen Commitment ... 36
Tabel 7. Deskripsi Subjek Penelitian berdasarkan Jenis Hubungan ... 39
Tabel 8. Deskripsi Subjek Penelitian berdasarkan Usia... 39
Tabel 9. Deskripsi Subjek Penelitian berdasarkan Program Studi ... 39
Tabel 10. Hasil Uji Normalitas pada Intimacy ... 40
Tabel 11. Hasil Uji Normalitas pada Passion ... 40
Tabel 12. Hasil Uji Normalitas pada Commitment ... 40
Tabel 13. Hasil Uji Homogenitas untuk Komponen Intimacy ... 42
Tabel 14. Hasil Uji Homogenitas untuk Komponen Passion ... 42
Tabel 15. Hasil Uji Homogenitas untuk Komponen Commitment ... 42
Tabel 16. Hasil Uji Hipotesis ... 44
Tabel 17. Hasil Uji-t Tiap Komponen Cinta Sternberg ... 44
Tabel 18. Hasil Jawaban Subjek berdasarkan Cacah Subjek dan Cacah Aitem ... 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Skala Penelitian ... 53
Lampiran B. Uji Reliabilitas ... 62
Lampiran C. Uji Normalitas ... 66
Lampiran D. Uji Homogenitas ... 69
Lampiran E Uji Hipotesis ... 71
BAB I
PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Berbicara mengenai cinta tentu tidak akan ada habisnya. Cinta bersifat
sangat subjektif bagi sebagian besar orang dan hanya manusialah yang dapat
merasakan apa itu cinta. Mengenai cinta dalam sejarah psikologi, Sternberg
(1997) membaginya menjadi dua bidang ilmu, yaitu bidang klinis dan sosial.
Sternberg (1997) dari bidang sosial memperkenalkan teori cinta dengan nama
The Triangular Theory of Love. Sternberg (2000) mendefinisikan cinta adalah
sebuah kisah dan para kekasih adalah kreator dari kisah cinta mereka. Kisah
tersebut dapat berasal dari gambaran cerita romantis yang didapat dari sebuah
pertunjukkan film, siaran televise dan buku roman. Sternberg (1997) juga
memperkenalkan konsep cintanya melalui sebuah segitiga cinta. Segitiga cinta
ini dapat membantu kita untuk lebih memahami cinta yang mencakup tiga
2
kepada orang lain, disertai dengan gairah psikologis. Kemudian commitment/komitmen merupakan usaha seseorang untuk mempertahankan cintanya melalui suatu komitmen dalam suatu hubungan (Sternberg, 1997).
Hubungan cinta banyak terjadi di kalangan mahasiswa. Banyak penelitian mengenai cinta yang dilakukan di kalangan mahasiswa (dalam
Saragaih & Irmawati, 2005). Hubungan jarak jauh/LDR menurut Bebee, Bebee, & Redmond (2011) merupakan suatu hubungan yang tidak memungkinkan mereka untuk bertemu secara face to face karena terpisah oleh jarak dalam jangka waktu tertentu.
Stafford (dalam Mays, 2011) mengatakan bahwa hubungan cinta di
kalangan mahasiswa sudah biasa terjadi, termasuk hubungan cinta jarak jauh.
Penelitian Dellmann-Jenkins, Bernard-Paolucci, dan Rushing (dalam Dansie, 2012) bahkan mengatakan 75% dari mahasiswa berada dalam hubungan cinta jarak jauh. Dellmann-Jenkins, Bernard-Paolucci, dkk (dalam Skinner, 2005) juga mengatakan 20% - 40% mahasiswa terlibat dalam hubungan LDR. Penelitian lain yang dilakukan Aylor (2003) mengatakan bahwa sepertiga dari
mahasiswa mengalami hubungan cinta jarak jauh. Selain itu, setengah dari
mahasiswa di tahun pertama perkuliahan mengalami hubungan cinta jarak jauh.
Hasil survei yang dilakukan oleh Danastri dkk (2013) di Indonesia khususnya
di Yogyakarta terhadap 167 mahasiswa yang sedang menjalin hubungan
pacaran menghasilkan sebanyak 30% mahasiswa ternyata menjalin hubungan
jarak jauh. Menurut Yudistriana dkk (2010), salah satu alasan mahasiswa
sekolah di luar kota atau di luar negeri. Hasil prosentase ini menujukkan bahwa
semakin tahun hubungan jarak jauh/LDR mengalami penurunan.
Tidak selamanya hubungan jarak jauh/LDR selalu berjalan dengan mulus seperti yang diharapkan. Menurut Cameron dan Ross (dalam Mays,
2011), pasangan yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR berpotensi mengalami berbagai resiko interpersonal dalam hubungan mereka. Resiko
interpersonal tersebut meliputi puasan, amanan,
ketidak-percayaan, ketidak-stabilan, dan stress dalam suatu hubungan. Selain itu,
Yudistriana dkk (2010) mengatakan situasi emosi antara individu yang
menjalin hubungan jarak jauh sangat berbeda dengan individu yang menjalin
hubungan jarak dekat. Pada individu yang menjalin hubungan jarak jauh,
mereka sering dilanda rasa cemburu dan curiga terhadap pasangannya apabila
tidak memberikan kabar dibandingkan dengan mereka yang menjalin hubungan
jarak dekat yang memberi kabar. Hal inilah yang menyebabkan hubungan jarak
jauhtidak dapat bertahan lama.
Berbeda dengan hubungan jarak jauh/LDR, hubungan jarak dekat/face to face merupakan suatu hubungan yang memungkinkan pasangan dapat
4
permasalah meskipun waktu bertemu mereka hampir setiap hari. Pistol et al. (dalam Mays, 2011) menyatakan bahwa pasangan yang terlibat dalam hubungan jarak dekat/face to face memiliki kemauan yang sedikit untuk menghabiskan waktu bersama pasangannya. Hal ini dikarenakan individu yang menjalin hubungan jarak dekat telah mengetahui bahwa mereka dapat bertemu dengan pasangannya sesering mungkin.
Apabila ingin membandingkan antara hubungan jarak dekat dan jarak jauh, individu yang menjalin hubungan jarak jauh cenderung dihadapkan pada perasaan kecewa dan kesepian karena ketidak-hadiran pasangan di samping mereka (Stafford, 2010). Selain itu, individu yang menjalin hubungan percintaan jarak jauh juga akan mengalami berbagai macam konflik dalam
pemenuhan hubungan mereka dibandingkan dengan individu yang menjalin
hubungan jarak dekat. Di samping itu karena keterpisahan jarak, komponen
cinta dalam suatu hubungan mengalami perubahan. Ditinjau dari komponen
intimacy/keintimannya, pasangan yang menjalin hubungan jarak jauhmemiliki keintiman yang kurang dibanding dengan individu yang menjalin hubungan
jarak dekat. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Scott, Mottarella, dan Lavooy (2006) bahwa individu yang terlibat dalam hubungan romantis
tidak memungkinkan untuk melakukan kontak secara fisik satu sama lain. Komponen selanjutnya yaitu komitmen/commitment. Dalam hubungan cinta jarak jauh/LDR, komitmen juga menimbulkan masalah. Pasangan menjadi sulit untuk berkomitmen terhadap hubungan mereka karena satu sama lain saling berjauhan dan tidak dapat mendiskusikan keputusan yang diambil secara bersama-sama.
Berbeda dari penelitian Yudistriana dkk (2010), fakta mencengangkan tentang commitment dalam hubungan jarak jauh ditemukan olehpeneliti dalam penelitian Laura Stafford dan James Reske (1990). Ia menyatakan bahwa pasangan yang memiliki hubungan jarak jauh/LDR ternyata mengalami kepuasan hubungan yang lebih besar dan lebih mampu mempertahankan komitmen mereka meskipun waktu untuk bertemu tatap muka lebih sedikit dan komunikasi yang dilakukan sangat jarang daripada pasangan yang memiliki hubungan jarak dekat/face to face.
6
jauh, wanita mengalami distress yang tinggi karena terpisah dari pasangan untuk jangka waktu yang tak pasti.
Berdasarkan semua latar belakang di atas, peneliti memiliki ketertarikan pada teori Sternberg (1997) mengenai cinta yang terdiri dari tiga komponen. Ketiga komponen tersebut menyempurnakan sekaligus menantang relasi orang-orang yang saling mencintai (Sternberg, 1997). Selanjutnya, peneliti juga tertarik meneliti teori Sternberg (1997) dalam hubungannya dengan cinta jarak dekat dan jarak jauh yang terjadi di kalangan mahasiswa sebagai individu dewasa awal. Subjek dipilih mahasiwa karena mahasiswa termasuk dalam individu dewasa awal yang memiliki tugas perkembangan yaitu menjalin hubungan intim dengan individu lain. Selain itu, peneliti ingin mengetahui perbedaan antara cinta jarak jauh dan jarak dekat. Cinta jarak jauh di kalangan mahasiswa mempunyai jumlah yang signifikan sekalipun semakin tahun semakin menurun.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas dengan membatasi diri di antara para mahasiswi rumusan masalah adalah apakah ada perbedaan hubungan cinta jarak dekat/face to face dan jarak jauh/LDR dilihat menurut komponen cinta Sternberg (1997).
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan hubungan cinta jarak dekat/face to face dan jarak jauh/LDR
berdasarkan komponen cinta Sternberg (1997).
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi pada individu khusunya wanita yang menjalin hubungan cinta jarak dekat dan jarak jauh untuk terus meningkatkan hubungan cinta mereka berdasarkan komponen cinta Sternberg (1997).
2. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan literatur di bidang psikologi sosial mengenai perbedaan antara hubungan cinta jarak dekat dan jarak jauh berdasarkan komponen cinta Sternberg (1997).
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada landasan teori ini, penulis menguraikan penjelasan mengenai cinta, hubungan interpersonal, dan perbedaan hubungan cinta jarak dekat dan jarak jauh dilihat menurut komponen cinta Sternberg (1997).
A. CINTA
1. Definisi Cinta secara Umum
dengan menyukai. Berscheid dan Walster (dalam Dwyer, 2000) mendefinisikan liking/menyukai adalah suatu perasaan kasih sayang seseorang kepada seorang teman. Definisi cinta menurut Susan dan Clyde Hendrick (dalam Rathus, Nevid, & Rathus, 2008) adalah emosi positif yang timbul dari perasaan kegembiraan yang dapat memberikan keyakinan dan kesejahteraan psikologis terhadap masa depan. Selain itu, Davis (dalam Sternberg, 1986) mengatakan di dalam hubungan cinta terdapat dua kluster tambahan yaitu kluster daya tarik fisik dan kluster peduli. Definisi cinta menurut Hasan dan Shaver (dalam Dwyer, 2000) adalah suatu kelekatan pada orang lain dimana kelekatan yang terbentuk pada masa bayi dapat mempengaruhi gaya mencintai kita pada orang lain.
Berdasarkan pada pengenalan atas aneka macam cinta tersebut, peneliti memilih teori cinta menurut Sternberg (1997) sebagai landasan teori karena teori Sternberg (1997) berdasarkan pada teori Hasan dan Shaver (dalam Dwyer, 2000) dan Davis (dalam Sternberg, 1986) yang masing-masing menjelaskan cinta dalam tiga komponen. Sternberg (1997) ingin menjelaskan teori segitiga cinta lebih rinci lagi.
Di bawah ini dijelaskan definisi dari cinta Sternberg (2000), komponen-komponen cinta, jenis-jenis cinta, dan geometri segitiga cinta menurut model segitiga cinta Sternberg (1997).
2. Definisi dari Cinta Sternberg
10
cinta kita. Kisah tersebut terbentuk saat kita dilahirkan dan berasal dari pengalaman serta pengamatan kita terhadap sekitar yang selanjutnya dapat mempengaruhi kepribadian kita. Selain itu, kisah tersebut berasal dari film, siaran televisi, dan buku roman.
3. Komponen Cinta
Sternberg (1997) menyimpulkan cinta dengan suatu segitiga yang mencakup 3 komponen yaitu intimacy, passion, dan commitment.
a. Intimacy
Intimacy/keintiman merupakan pengalaman seseorang yang timbul dari perasaan kedekatan, keterikatan, dan keterhubungan seseorang dengan orang lain yang melibatkan keinginan untuk memberi dan menerima serta membagi suatu pikiran terdalam seseorang kepada orang lain.
menerima dukungan emosional dari orang yang dicintai, (8) memberikan dukungan emosional kepada orang yang dicintai, (9) menjaga komunikasi yang intim dengan orang yang dicintai, dan (10) menghargai orang yang dicintai dalam kehidupannya.
b. Passion
Passion/gairah merupakan keinginan yang romantis yang mencakup hasrat seksual seseorang yang intens kepada orang lain, disertai dengan gairah psikologis (Sternberg, 1997). Sternberg (1997) mengatakan daya tarik fisik juga merupakan bagian dari passion.
Passion/gairah dapat dimanifestasi dalam beberapa bentuk tindakan seperti bercinta, menatap, menyentuh, dan sebagainya. Tidak hanya kebutuhan seks saja yang mendominasi, namun juga kebutuhan lain yang dapat menyebabkan gairah/passion itu terjadi, seperti: self-esteem
(harga diri), kebutuhan afiliasi, dominansi, succorance, nurturance,
aktualisasi diri, dan kepatuhan. Dalam Rathus, Nevid, dan Rathus (2008) terdapat dua jenis cinta di dalam passion sendiri yaitu romantic love dan
consummate love. c. Commitment
12
terhadap pasangan, dan lain sebagianya (Sternberg, 1997). Berdasarkan penjelasan ini, Sternberg (1997) membedakan komitmen menjadi dua jenis yaitu:
1) Komitmen jangka panjang
Komitmen jangka panjang merupakan usaha seseorang untuk mempertahankan hubungan cintanya.
2) Komitmen jangka pendek
Komitmen jangka pendek merupakan keputusan seseorang untuk mencintai orang yang dicintainya.
Berdasarkan konsep dari segitiga cinta Sternberg (Triangular Theory of Love; 1997) di atas, cinta dapat dikatakan serasi bila cinta tersebut memiliki semua komponen segitiga cinta yaitu keintiman (intimacy), gairah (passion), dan komitmen (commitment).
4. Jenis-jenis Cinta
Dari model segitiga cinta, Sternberg (1986) mengembangkannya menjadi delapan jenis cinta. Delapan jenis cinta tersebut adalah:
a. Non Love
Non love adalah sebuah hubungan yang tidak mencakup ketiga komponen dari cinta. Menurut Sternberg (1986), sebagian besar hubungan pribadi kita merupakan jenis hubungan yang tidak melibatkan unsur cinta.
b. Liking
Liking merupakan pengalaman kita dengan orang lain sebagai seorang sahabat. Liking mempunyai komponen cinta yang kuat yaitu keintiman (intimacy), namun tidak memiliki komponen gairah (passion) dan komitmen (commitment).
c. Infatuation
Infatuation adalah “cinta pada pandangan pertama” ketika seseorang mengalami suatu gairah kerinduan terhadap orang lain.
Infatuation ini hanya memiliki komponen gairah (passion), akan tetapi tidak memiliki komponen keintiman (intimacy) dan komitmen (commitment).
d. Empty love
Empty love merupakan cinta yang ditandai hanya dengan komitmen (commitment) untuk mempertahankan hubungan tetapi tidak mempunyai komponen gairah (passion) dan keintiman (intimacy).
Empty love bisa menjadi hubungan yang stagnan apabila tidak melibatkan keintiman emosional dan ketertarikan fisik. Salah satu contoh empty love yaituperjodohan dalam sebuah pernikahan di mana masing-masing pasangan mencoba untuk saling mencintai.
e. Romantic love
14
hanya tertarik secara fisik saja tetapi telah terikat secara emosional satu sama lain.
f. Companionate love
Companionate love merupakan kombinasi dari keintiman (intimacy) dan komitmen (commitment). Companionate love sering terjadi pada hubungan jangka panjang yang gairah ketertarikan telah berkurang dan digantikan dengan komitmen persahabatan.
g. Fatuous love
Fatuous love merupakan salah satu tipe cinta Sternberg (1986) yang dapat diasosiasikan seperti badai angin asmara yang dapat menimbulkan pernikahan kilat. Fatuous love adalah suatu hubungan yang memiliki komponen cinta berupa komitmen (commitment) dan gairah (passion), tetapi tidak memiliki komponen keintiman (intimacy). Komitmen yang dibuat pada hubungan ini berdasarkan pada gairah saja tanpa melibatkan keintiman sehingga dapat menyebabkan perceraian dalam suatu pernikahan.
h. Consummate love
Consummate love adalah cinta yang lengkap dan kuat karena cinta ini terdiri dari keintiman (intimacy), gairah (passion), dan komitmen (commitment). Kebanyakan pasangan berusaha keras untuk mewujudkan jenis cinta ini untuk menghasilkan suatu hubungan yang ideal.
Kedelapan jenis cinta dan komponennya disajikan pada skema segitiga cintaSternberg (dalam Rathus, Nevid, & Rathus, 2008) berikut ini:
Liking (Intimacy)
Romantic love Companionate love (intimacy+passion) (intimacy+decision/commitmen)
Infatuation Empty love
(Passion) Fatuous love (Decision/commitment) Consummate love
(intimacy+passion+de cision/commitment)
(passion+decision/commitment)
5. Geometri Segitiga Cinta Sternberg
Sternberg (1997) menegaskan bahwa geometri segitiga cinta terdiri atas dua faktor yaitu:
a. Jumlah cinta
Jumlah cinta dapat dilihat melalui besarnya area segitiga cinta. Semakin besar jumlah cinta maka area dari segitiga semakin besar. Selain itu, perbedaan ukuran ketiga komponen cinta dapat diwakili dalam bentuk segitiga yang berbeda.
16
Intimacy
Passion Commitment
b. Keseimbangan cinta
Cinta yang seimbang diwakili oleh sebuah segitiga sama sisi, dengan jumlah setiap komponen cinta kurang lebih sama.
Intimacy
Passion Commitment
6. Faktor-faktor Penyebab Cinta
Sternberg (2000) mengatakan ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya cinta yaitu:
a. Daya tarik fisik
Daya tarik fisik merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pasangan tertarik satu sama lain. Seseorang mulai tertarik satu sama lain dari penampilan fisik saat pertama kali bertemu.
b. Kesamaan
pandangan, kisah percintaan, dan kebutuhan dalam suatu hubungan. Sternberg (1998) mengatakan bahwa orang cenderung jatuh cinta dengan orang lain yang memiliki cerita yang sama dengan dirinya.
B. HUBUNGAN JARAK JAUH DAN JARAK DEKAT
Pada bagian ini dijelaskan definisi dari hubungan jarak jauh dan jarak dekat serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jarak menurut Bebee, Bebee, dan Redmond (2011). Selanjutnya dijelaskan pula dampak dari hubungan jarak jauh dan jarak dekat dan juga perbedaan antara hubungan jarak dekat dan jarak jauh.
1. Pengertian Hubungan Jarak Jauh dan Jarak Dekat
18
geographically close relationship, dan non-long distance. Peneliti memilih istilah face to face relationship karena berdasarkan literatur yang dikemukakan oleh Scott, Mottarella, dan Lavooy (2006). Hubungan jarak dekat/face to face menurut Guldner (dalam Skinner, 2005) berarti hubungan yang memungkinkan pasangan untuk bertemu secara face to face
hampir setiap hari karena dekat secara geografis. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jarak
Bebee, Bebee, dan Redmond (2011) mengatakan ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi jarak dalam suatu hubungan yaitu:
a. Komunikasi
Komunikasi merupakan faktor penentu dalam memelihara suatu hubungan sekali pun dipisahkan oleh jarak. Setiap pasangan diharapkan dapat saling terbuka dan jujur satu sama lain.
b. Interaksi Tatap Muka
Hubungan jarak jauh membuat interaksi face to face di antara pasangan lebih sedikit daripada hubungan jarak dekat. Meskipun kesempatan berinteraksi tatap muka lebih sedikit, pasangan yang berada dalam hubungan jarak jauh selalu berusaha untuk menunjukkan perilaku-perilaku positif mereka kepada pasangan ketika bertemu sehingga membuat kepuasan dalam suatu hubungan lebih besar.
c. Biaya
membutuhkan biaya yang lebih besar daripada hubungan jarak dekat. Pasangan akan mengeluarkan biaya tersendiri seperti biaya telpon jarak jauh, biaya tiket pesawat, bensin, atau makan untuk dapat berkomunikasi atau bertemu dengan pasangannya di tempat yang berbeda dengannya.
3. Dampak dari Hubungan Jarak Jauh dan Jarak Dekat
Cameron dan Ross (dalam Mays, 2011) mengatakan bahwa individu yang berada dalam hubungan jarak jauh akan mengalami berbagai resiko interpersonal seperti stress, puasan, amanan, ketidak-percayaan, dan ketidak-stabilan dalam hubungan mereka. Mereka juga harus merasa aman dan percaya dengan pasangan agar hubungan mereka tetap terjaga. Pada hubungan jarak dekat, Pistol et al. (dalam Mays, 2011) mengatakan bahwa karena intensitas bertemu tatap muka bisa sesering mungkin mengakibatkan individu yang menjalin hubungan jarak dekat kurang mau menghabiskan waktu bersama dengan pasangannya.
4. Perbedaan Hubungan Jarak Jauh dan Jarak Dekat
Stafford (2010) mengatakan hubungan jarak jauh dan jarak dekat dapat dibedakan berdasarkan:
a. Frekuensi tatap muka/face to face
20
interaksi face to face lebih banyak. Menurut Kelley dan Thibaut (dalam Stafford, 2010), meskipun waktu berinteraksi face to face relativ lebih sedikit, hal tersebut membuat pasangan tidak saling tergantung satu sama lain.
b. Isi Komunikasi
Pada individu yang menjalin hubungan jarak jauh, ketika berkomunikasi dengan pasangan cenderung menghindari pembicaraan yang dapat menimbulkan konflik dalam hubungan mereka. Selain itu, mereka juga menyesuaikan topik pembicaraan ke arah yang lebih positif sehingga dapat meningkatkan keintiman (Stafford, 2010). Stephen (dalam Stafford, 2010) juga mengatakan bahwa pasangan yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR akan memfokuskan pembicaraan mereka pada keintiman, cinta, dan masalah yang berkaitan dengan hubungan mereka. Selain itu juga, Stephen (dalam Lin & Knee, 2006) mengatakan bahwa individu yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR cenderung membahas hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharan hubungan mereka dibandingkan dengan individu yang menjalin hubungan jarak dekat/face to face yang membahas hal-hal yang tidak berkaitan dengan hubungan mereka.
C. MASA DEWASA AWAL
Feldman (2008). Selain itu akan dijelaskan pula wanita dalam hubungan romantis.
1. Definisi Masa Dewasa Awal
Papalia, Olds, dan Feldman (2008) mendefinisikan masa dewasa awal sebagai tahap perkembangan ketika seseorang mulai memasuki rentang usia antara 20-40 tahun.
2. Perkembangan Psikososial Masa Dewasa Awal
Erikson (dalam Papalia, Old, & Feldman, 2008) menegaskan masa dewasa awal sebagai masa terpenting bagi individu untuk menjalankan tugas perkembangannya yaitu membentuk suatu hubungan yang intim dengan individu lain. Papalia, Old, dan Feldman (2008) menjelaskan hubungan yang intim terbentuk atas dasar hubungan pertemanan, cinta, dan seksualitas yang diperoleh dari teman sebaya atau pasangannya.
22
Sikap terbuka mengenai diri pada orang lain, adanya rasa saling menerima dan saling menghormati/mutual acceptance, dan peka terhadap kebutuhan orang lain dapat membuat hubungan menjadi lebih intim (Harvey & Omarzu, 1997; Reis & Patrick dalam Papalia, Old, & Feldman, 2008). Seperti halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Harvey dan Omarzu (1997) yang mengatakan bahwa sikap saling terbuka dapat terjadi saat kita mengurus pasangan kita. Mengurus pasangan merupakan suatu proses yang melibatkan pikiran, perasaan, dan perilaku di mana dapat membuat satu sama lain saling berbagi informasi tentang diri mereka.
3. Wanita dalam Hubungan Romantis
Kinney (dalam Dansie, 2012) mengatakan bahwa wanita cenderung mengalami stress ketika mengalami hubungan jarak jauh karena terpisah dari pasangan untuk waktu yang tak pasti.
D. PERBEDAAN CINTA STERNBERG (INTIMACY, PASSION,
COMMITMENT) BERDASARKAN JARAK TEMPAT TINGGAL
Bebee, Bebee, dan Redmond (2011) mengatakan suatu hubungan dapat dilakukan secara jarak dekat dan jarak jauh. Hubungan jarak dekat/face to face
menurut Guldner (dalam Skinner, 2005) berarti hubungan yang memungkinkan pasangan untuk bertemu secara face to face hampir setiap hari karena dekat secara geografis. Sedangkan hubungan jarak jauh/LDR merupakan suatu hubungan yang tidak memungkinkan pasangan untuk bertemu secara face to face karena terpisah oleh jarak dalam jangka waktu tertentu (Bebee, Bebee, & Redmond, 2011). Biasanya mereka terpisah 500 mil jauhnya atau sekitar 5 jam perjalanan.
24
jarak dekat dapat langsung bertemu dengan pasangannya meskipun penggunaan media komunikasi sangat minim. Kemudian Cameron dan Ross (dalam Mays, 2011) mengatakan mereka yang terlibat dalam hubungan jarak jauh/LDR sangat rentan mengalami berbagai resiko interpersonal seperti stress, ketidak-puasan, ketidak-amanan, ketidak-percayaan, dan ketidak-stabilan dalam hubungan mereka. Selain itu juga, karena keterpisahan fisik dan jarak mengakibatkan komponen cinta Sternberg (1997) yang terdiri dari intimacy, passion, dan commitment juga mengalami perubahan.
Sternberg (1997) mengatakan keintiman merupakan pengalaman seseorang yang timbul dari perasaan kedekatan, keterikatan, dan keterhubungan seseorang dengan yang orang lain. Gairah/passion merupakan keinginan yang romantis yang mencakup hasrat seksual seseorang yang intens pada orang lain disertai dengan gairah psikologis. Sedangkan komitmen/commitment adalah usaha seseorang untuk mempertahankan cintanya melalui suatu komitmen dalam suatu hubungan, baik komitmen jangka pendek maupun jangka panjang.
langsung dan menggunakan media komunikasi elektronik sebagai perantaranya. Hal ini disebabkan keintiman dapat berkembang ketika individu menjalin hubungan secara emosional dengan individu lain melalui hubungan
face to face tanpa melihat media komunikasi yang digunakan. Hal ini didukung oleh pendapat Yudistriana dkk (2010) yang mengatakan keterpisahan secara fisik membuat keintiman pada individu yang menjalin hubungan LDR
berkurang.
Yudistriana dkk (2010) juga berasumsi bahwa individu yang menjalin hubungan LDR tidak dapat melakukan kontak fisik dengan pasangannya karena mengalami keterpisahan secara fisik. Dansie (2012) dalam penelitiannya mengatakan bahwa seorang wanita Hal ini mengakibatkan passion dalam hubungan LDR berkurang.
Meskipun keintiman jauh lebih besar pada hubungan face to face, penelitian yang dilakukan oleh Laura Stanfford dan James Reske (1990) menemukan bahwa pasangan yang memiliki hubungan jarak jauh/LDR
26
daripada laki-laki untuk hubungan jarak jauh. Mereka lebih berusaha untuk mempertahankan hubungan mereka daripada laki-laki.
E. SKEMA
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan hubungan cinta jarak dekat dan jarak jauh menurut komponen cinta Sternberg (1997). Skema penelitian ini dapat ditunjukan sebagai berikut:
Face to
F. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Intimacy individu yang menjalin hubungan jarak dekat/face to face lebih besar daripada individu yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR.
2. Passion individu yang menjalin hubungan jarak dekat/face to face lebih besar daripada individu yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR.
3. Commitment individu yang menjalin hubungan jarak dekat/face to face
lebih kecil daripada individu yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan jenis penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, alat pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas alat ukur, dan metode analisis data.
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif yang bertujuan untuk mengetahui dan membedakan hubungan cinta jarak dekat dan jarak jauh yang dilihat menurut komponen cinta Sternberg (1997).
B. VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel pertama dalam penelitian ini adalah adalah jarak (tempat) dalam hubungan cinta yaitu jarak dekat/face to face dan jarak jauh/LDR.
2. Variabel kedua dalam penelitian ini adalah komponen cinta Sternberg (1997) yaitu intimacy, passion, dan commitment.
C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
Definisi operasional merupakan berbagai macam bukti empiris yang ditemukan di lapangan yang dapat menggambarkan secara tepat konsep yang dimaksud oleh peneliti sehingga konsep tersebut dapat diukur dan diamati (Purwanto & Sulistyastuti, 2007).
Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hubungan jarak dekat/face to face adalah hubungan yang memungkinkan pasangan bertemu face to face hampir setiap harinya karena dekat secara geografis. Sedangkan hubungan jarak jauh/LDR adalah hubungan yang dipisahkan baik secara jarak (tempat) maupun fisik sehingga tidak memungkinkan untuk bertemu secara face to face setiap harinya. Biasanya mereka tidak berada dalam satu kota yang sama, hidup terpisah sekitar 500 mil jauhnya atau sekitar 5 jam perjalanan, dan membutuhkan media komunikasi lain untuk menghubungkan keduanya. Waktu bertemu tatap muka antara keduanya relatif lebih sedikit yaitu maksimal satu kali dalam seminggu.
2. Teori Cinta menurut Sternberg
Definisi operasional dari Teori Cinta menurut Sternberg adalah sebuah kisah yang dimiliki oleh setiap orang dan berasal dari gambaran cerita romantis yang didapat dari pertunjukkan film, siaran televis, dan buku roman. Ubahan ini diukur melalui skala Sternberg’s Triangular Love Scale (STLS; 1988). Skala ini mengukur tiga komponen cinta yaitu
intimacy/keintiman, passion/gairah, dan commitment/komitmen.
D. SUBJEK PENELITIAN
30
yang tersedia yang dianggap sesuai dengan tujuan penelitian (Narimawati & Munandar, 2008). Penelitian ini melibatkan 50 subjek perempuan dan memenuhi kriteria penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti. Kriteria subjek yang menjadi pertimbangan untuk penelitian adalah:
1. Berstatus sebagai mahasiswi (perempuan) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Berada dalam rentang usia dewasa awal yaitu 20-40 tahun.
3. Sedang menjalin hubungan pacaran baik jarak dekat maupun jarak jauh. E. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei yang dilakukan dengan cara penyebaran skala yang selanjutnya diisi oleh subjek penelitian. Skala yang digunakan adalah
Sternberg’s Triangular Love Scale (STLS; 1988) yang telah diadaptasikan oleh peneliti. Di dalam Sternberg’s Triangular Love Scale (STLS) (1988) terdapat aitem-aitem yang disusun berdasarkan tiga komponen segitiga cinta Sternberg yang meliputi: (1) keintiman/intimacy, (2) gairah/passion, dan (3) komitmen/commitment. Jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji coba terpakai pada skala
STLS/Sternberg’s Triangular Love Scale (1988). Uji coba terpakai merupakan uji coba yang hasilnya sekaligus dapat digunakan sebagai data penelitian. Peneliti menggunakan uji coba terpakai karena keterbatasan jumlah subjek penelitian (Hadi, 2005).
F. ALAT PENGUMPULAN DATA
Sternberg’s Triangular Love Scale/STLS (1988) berisi 45 aitem yang didesain untuk mengukur tiga komponen cinta dalam relasi hubungan dekat seseorang. Ketiga komponen cinta tersebut antara lain: (1) keintiman/intimacy, (2) gairah/passion, dan (3) komitmen/commitment. Masing-masing komponen berisikan 15 aitem yang bersifat favorable.
32
Tabel 1.
Blue print Sternberg’s Triangular Love Scale/STLS
KOMPONEN AITEM JUMLAH AITEM
Keintiman/intimacy 1, 4, 7, 10, 13, 16, 19, 22, 25, 28, 31, 34, 37,
40, 43
15
Gairah/passion 2, 5, 8, 11, 14, 17, 20, 23, 26, 29, 32, 35, 38,
41, 44
15
Komitmen/commitment 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36, 39,
42, 45
15
Jumlah 45
G. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR 1. Uji Validitas
untuk memberikan jawaban dengan serius atau tidak. Validitas isi adalah validitas yang pengujiannya dapat dilakukan dengan menggunakan evaluasi nalar dan akal sehat. Penilaiannya tidak dapat didasarkan hanya pada keputusan penulis saja tetapi juga berdasarkan keputusan dari professional judgment atau penilai yang ahli dalam bidang tersebut (Azwar, 2012). Uji validitas tampang skala STLS/ Sternberg’s Triangular Love Scale adalah sebagai berikut:
a. Aitem-aitem Sternberg’s Triangular Love Scale yang diadaptasi dari
The Triangle of Love oleh Robert J. Sternberg (1988) kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
b. Setelah diterjemahkan, peneliti memberikan skala tersebut kepada 3 mahasiswa dan 3 mahasiswi Universitas Sanata Dharma dengan prodi yang berbeda-beda dengan tujuan apakah aitem-aitem sudah dapat dipahami oleh mereka atau belum. Uji validitas tampang ini dilakukan karena yang akan mengerjakan skala ini nantinya adalah subjek (mahasiswi).
Uji validitas isi dilakukan oleh peneliti bersama dengan professional judgment yaitu dosen pembimbing skripsi.
2. Seleksi Aitem
34
mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan menghitung koefisien antara distribusi skor aitem dengan distribusi skor skala sehingga menghasilkan koefisien korelasi aitem total (rxi). Besar koefisien korelasi aitem total (rxi) bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 dengan tanda positif atau negatif. Semakin baik daya diskrimiasi aitem, maka koefisien korelasi aitem total (rxi) mendekati 1,00. Aitem yang memiliki nilai rix minimal 0,30 dianggap memuaskan. Jika jumlah aitem yang lolos masih belum mencukupi jumlah yang diinginkan maka dapat menurunkan batas kriterianya menjadi 0,25 (Azwar, 2012). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan standard 0,25 dalam penyeleksian aitem skala penelitian.
Seleksi aitem pada skala STLS/ Sternberg’s Triangular Love Scale
(1988) 45 aitem yang sahih dari 45 aitem. Aitem-aitem yang sahih meliputi 15 aitem untuk komponen intimacy, 15 aitem untuk komponen passion, dan 15 aitem untuk komponen commitment. Hasil seleksi aitem ini dapat disimpulkan semua aitem tidak ada yang gugur sehingga 45 aitem yang sahih ini dapat langsung digunakan untuk menganalisis hasil penelitian lebih lanjut.
Berikut ini dapat dilihat tabel blueprint skala STLS/Sternberg’s Triangular Love Scale (1988) setelah dilakukan seleksi item.
Tabel 2.
Blue print Sternberg’s Triangular Love Scale/STLS setelah Seleksi Aitem
KOMPONEN AITEM JUMLAH AITEM
Keintiman/intimacy 1, 4, 7, 10, 13, 16, 19, 22, 25, 28, 31, 34, 37,
40, 43
15
Gairah/passion 2, 5, 8, 11, 14, 17, 20, 23, 26, 29, 32, 35, 38,
41, 44
15
Komitmen/commitment 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36, 39,
42, 45
15
Jumlah 45
3. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil dari pengukuran dapat dipercaya. Koefisien reliabilitas berkisar dari angka 0 sampai dengan 1,00. Semakin angka koefisien reliabilitas mendekati 1,00 maka pengukuran semakin reliabel, akan tetapi sangat sulit dijumpai suatu pengukuran dengan angka koefisien reliabilitasnya mencapai 1,00.
36
kompnen passion/gairah sebesar 0,891; dan untuk komponen
commitment/komitmen sebesar 0,883. Ini berarti skala STLS reliabel/dapat dipercaya.
Tabel 3.
Hasil Uji Reliabilitassecara Keseluruhan
Nilai Alpha Cronbach Jumlah Aitem yang Reliabel
0,945 45
Tabel 4.
Hasil Uji Reliabilitas pada Komponen Intimacy
Nilai Alpha Cronbach Jumlah Aitem yang Reliabel
0,854 15
Tabel 5.
Hasil Uji Reliabilitas pada Komponen Passion
Nilai Alpha Cronbach Jumlah Aitem yang Reliabel
0,891 15
Tabel 6.
Hasil Uji Reliabilitas pada Komponen Commitment
Nilai Alpha Cronbach Jumlah Aitem yang Reliabel
H. METODE ANALISIS DATA
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
independent sample t-test yang bertujuan untuk melihat perbedaan mengenai hubungan cinta jarak dekat/face to face dan jarak jauh/LDR dilihat menurut komponen cinta Sternberg. Proses analisis data menggunakan program SPSS 16.0 for Windows.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang pelaksanaan penelitian, deskripsi subjek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan.
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian dilaksanaan pada tanggal 5 – 8 Mei 2013 dengan menyebarkan 50 eksemplar skala. Teknik penyebaran skala dilakukan oleh peneliti sendiri dengan cara mendatangi subjek penelitian langsung ke kostnya atau yang sedang berada di lingkungan kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Informasi mengenai subjek penelitian diperoleh dari teman-teman. Pada saat pengisian skala, peneliti menunggui subjek penelitian untuk memastikan yang mengisi skala adalah subjek sendiri dan bila terjadi kesulitan dalam pengisian, subjek dapat langsung menanyakan pada peneliti.
B. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN
Tabel 7.
Deskripsi Subjek Penelitian berdasarkan Jenis Hubungan
Jenis Kelamin
Jenis Hubungan Total
Subjek Jarak Dekat/face to face Jarak Jauh/ LDR
Perempuan 25 orang 25 orang 50 orang
Tabel 8.
Deskripsi Subjek Penelitian berdasarkan Usia
Usia Jenis Hubungan Total
Subjek Jarak Dekat Jarak Jauh
20 tahun 9 orang 10 orang 19
Deskripsi Subjek Penelitian berdasarkan Program Studi
Program Studi Jenis Hubungan Total
Subjek Jarak Dekat Jarak Jauh
40
C. HASIL PENELITIAN 1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian berasal dari populasi yang bersifat normal atau tidak (Santoso, 2010). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows dengan teknik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
Tabel 10.
Hasil Uji Normalitas pada Intimacy
Jenis
Hasil Uji Normalitas pada Passion
Jenis
Hasil Uji Normalitas pada Commitment
Asumsi untuk uji normalitas adalah jika nilai Asymp Sig.(2 tailed)
atau p > 0,1 adalah hipotesis nol gagal ditolak atau dapat dikatakan sebaran data yang dimiliki normal. Apabila nilai p < 0,1 maka sebaran data yang dimiliki dinyatakan tidak normal. “Asymp Sig. (2 tailed)
merupakan nilai p yang dihasilkan dari uji hipotesis nol yang berbunyi tidak ada perbedaan antara distribusi data yang diuji dengan distribusi data normal” (Santoso, 2010).
42
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang memiliki varian yang sama. Asumsi untuk uji homogenitas adalah jika p > 0,05 maka sampel penelitian memiliki varians yang sama. Jika p < 0,05 maka sampel penelitian memiliki varians yang berbeda (Santoso, 2012).
Tabel 13.
Hasil Uji Homogenitas untuk Komponen Intimacy
Levene’s Test for Equality of Variances
F Sig. Equal variances assumed .109 .743
Tabel 14.
Hasil Uji Homogenitas untuk Komponen Passion
Levene’s Test for Equality of Variances
F Sig. Equal variances assumed 1.737 .194
Tabel 15.
Hasil Uji Homogenitas untuk Komponen Commitment
Levene’s Test for Equality of Variances
F Sig. Equal variances assumed .357 .553
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa semua komponen cinta pada Teori Segitiga Cinta Sternberg memiliki nilai signifikansi p > 0,05 yaitu pada komponen intimacy sebesar 0,743 (p > 0,05), passion sebesar 0,194 (p > 0,05), dan commitment sebesar 0,553 (p > 0,05) yang berarti sampel penelitian memiliki varians yang sama. 2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik Independent-Samples T-test yang terdapat pada program SPSS 16.0 for Windows. Pada penelitian ini terdapat tiga hipotesis yaitu:
a. Intimacy individu yang menjalin hubungan jarak dekat/face to face lebih besar daripada individu yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR.
b. Passion individu yang menjalin hubungan jarak dekat/face to face lebih besar daripada individu yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR.
c. Commitment individu yang menjalin hubungan jarak dekat/face to face
44
25 307.48 4.080 0.381 0.3525
LDR 25 311.56
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa diperoleh nilai t sebesar 0.381 dengan nilai probabilitas/nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,705. Dalam hal ini hipotesis yang digunakan satu arah/one tailed, maka nilai probabilitas sig. (2-tailed) dibagi dua sehingga diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.3525 (p > 0,05) dan nilai t tabel sebesar 1,68 (Myres & Hansen, 2002) yang berarti H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan di antara mahasiswi yang menjalin hubungan jarak dekat/non LDR/face to face maupun jarak jauh/LDR.
Tabel 17.
Hasil Uji-t Tiap Komponen Cinta Sternberg
Komponen Jenis
hitung pada komponen intimacy sebesar 0,817 dan nilai t tabel sebesar 1,68 (t hitung < t tabel) dengan nilai probabilitas sig.(1-tailed) pada face to face dan LDR sebesar 0,209 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis tidak terbukti adanya perbedaan di antara mahasiswi yang menjalin hubungan
face to face maupun LDR.
Nilai t hitung pada komponen passion sebesar 0.777 dan nilai t tabel sebesar 1,68 (t hitung < t tabel) dengan nilai probabilitas sig.(1-tailed) pada face to face dan LDR sebesar 0,2205 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pada penelitian ini tidak terbukti ada perbedaan di antara mahasiswi yang menjalin hubungan face to face maupun LDR yang dilihat pada komponen passion.
Nilai t pada komponen commitment sebesar 0,897 dan nilai t tabel sebesar 1,68 (t hitung < t tabel) dengan nilai probabilitas sig.(1-tailed) pada face to face dan LDR sebesar 0,187 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini tidak terbukti ada perbedaan di antara mahasiswi yang menjalin hubungan face to face maupun LDR yang dilihat pada komponen commitment pada Teori Segitiga Cinta Sternberg.
D. PEMBAHASAN
46
Tidak adanya perbedaan di antara hubungan cinta jarak dekat dan jarak jauh diduga disebabkan oleh beberapa hal.
Hal pertama mengenai pandangan atas jarak dalam hubungan interpersonal. Hipotesis penelitian ini beranggapan bahwa jarak akan menjadi penghalang dalam hubungan interpersonal. Ternyata pandangan atas jarak dalam hubungan interpersonal tersebut tidak berlaku dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan hambatan berkomunikasi karena jarak untuk saat ini bisa dijembatani dengan berbagai media komunikasi yang cerdas.
Hal kedua terkait dengan alat ukur penelitian. Pada skala penelitian, rentang pilihan jawaban terlalu panjang sehingga membuat subjek mengalami kebingungan pada waktu menjawab. Hal tersebut tampak ketika subjek mengucapkan secara verbal saat memberikan jawaban. Selain itu, Azwar (2012) mengatakan rentang yang terlalu panjang/lebih dari tujuh pilihan jawaban dapat membuat subjek menjadi tidak cukup peka dengan pilihan jawaban tersebut. Hal ini dapat mengaburkan perbedaan yang ada pada setiap jawaban yang dimaksud. Kemudian atribut pada skala penelitian ini juga cenderung mengarahkan subjek ke jawaban setuju.
Hal ketiga mengenai jawaban subjek. Rata-rata subjek menjawab pada rentang jawaban di tengah dan atas sehingga diduga subjek menjawab apa yang sebaiknya/apa yang diinginkannya bukan apa yang sebenarnya subjek alami. Hal ini memungkinkan terjadinya social desirability. Hal tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Tabel 18.
Hasil Jawaban Subjek berdasarkan Cacah Subjek dan Cacah Aitem
Jenis Hubungan
Subjek
Rentang Jawaban Subjek (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hal keempat mengenai subjek. Agaknya semua subjek dalam penelitian banyak menggunakan dan memiliki alat komunikasi yang memudahkan mereka berkomunikasi dengan pasangan sekali pun dibatasi oleh jarak yaitu sebanyak 38 subjek dari 50 total subjek atau sekitar 76 %. Hal tersebut yang menyebabkan tidak terdapat perbedaan di antara hubungan jarak dekat dan jarak jauh.
BAB V
PENUTUP
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan peneliti maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hubungan cinta baik jarak dekat/face to face maupun jarak jauh/LDR dilihat berdasarkan komponen segitiga cinta Sternberg (1997).
B. SARAN
1. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian selanjutnya yang berminat pada tema komponen segitiga cinta Sternberg (1997) disarankan untuk:
a. Memperhatikan kembali rentangan jawaban dalam skala. Sebaiknya rentangan jawaban perlu disederhanakan menjadi empat pilihan jawaban saja.
b. Tidak diberi angka pada rentang jawaban agar subjek tidak terpengaruh pada skor yang akan diperolehnya.
c. Membuat atribut pada skala lebih netral.
d. Mencari subjek baik yang tak beralat komunikasi maupun beralat komunikasi.
2. Bagi Subjek Penelitian
a. Bagi mereka yang menjalin hubungan face to face untuk lebih proaktiv dalam hubungan untuk meningkatkan passion di antara pasangan.
C. KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki keterbatasan terkait dengan subjek penelitian. Subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini hanya wanita yang berada di sekitar kampus III Universitas Sanata Dharma tanpa mempertimbangkan subjek laki-laki.
DAFTAR PUSTAKA
Aylor, B. A. (2003). Maintaining long-distance relationships. In D. J. Canary & M. Dainton (Eds.), Maintaining relationships through communication: Relational, contextual, and cultural variations (pp. 127-139). Mahawh, NJ: Erlbaum.
Azwar, Saifuddin. (2012). Penyusunan skala psikologi (ed. ke-2). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Bebee, Steven A., Bebee, Susan J., & Redmond, Mark V. (2011). Interpersonal communication relating to others (6th ed). Boston: Pearson Education, Inc. Danastri, Beatrich Rani., Permatasari, Jane Ginza Ayu., Vinasti Lisabetha Elok
Reno., Prawitasari, Stenny., & Nugrahaeni, Ni Nyoman Laksmi. (2013).
Hubungan kelekatan dewasa dengan kepuasan berelasi pada mahasiswi yang menjalin relasi pacaran jarak jauh di yogyakarta. Pra Penelitian Tentang Attachment. Yogyakarta. Tidak diterbitkan.
Dansie, Loni. (2012). Long-distance dating relationships among college students: The benefits and drawbacks of using technology. Thesis magister. University of Missouri.
Dwyer, Diana. (2000). Interpersonal relationships. London: Taylor & Francis Inc. Hadi, Sutrisno. (2005). Aplikasi ilmu statistika di fakultas psikologi. Anima,
Indonesian Psychological Journal, 20(3), 203-229.
Harvey, John H., & Omarzu, Julia. (1997). Minding the close relationship.
Personality and Psychology Review, 1, 224-240.
Kobayashi, Futoshi. (2008). Looking at lee’s love theory through abraham maslow’s eyes: Factor analyzing four different models. Comparative Culture, 14, 51-60.
Lin, Hellen Lee., & Knee, C. Raymond. (2006). So far and yet so close: Predictors of closeness in local and long-distance relationships. Psi Chi Journal of Undergraduate Research, 11(3), 127-135.
Mays, Aleia. (2011). Geographic distance and its influence on romantic relationships: Comparing long distance and geographically close relationships. Xavier University of Louisiana’s Undergraduate Research Journal, 9(1), 37-46.
Myres, Anne., & Hansen, Christine H. (2002). Experimental psychology (5th ed). California: Wadswort.
Narimawati, U., & Munandar, D. (2008). Teknik sampling: Teori dan praktik dengan menggunakan SPSS 15. Yogyakarta: Gava Media.
Papalia, Diane E., Olds, Sally Wendkos., & Feldman, Ruth Duskin. (2008).
Human development (ed. Ke-9). Jakarta: Kencana. Penerjemah: A. K. Anwar.
Papalia, Diane E., Olds, Sally Wendkos., & Feldman, Ruth Duskin. (2009).
Human development (ed. Ke-10). Jakarta: Salemba Humanika. Penerjemah: Brian Marwensdy.
Purwanto, Erwan Agus., & Sulistyastuti, Dyah Ratih. (2007). Metode penelitian kuantitatif untuk administrasi publik dan masalah-masalah sosial. Yogyakarta: Gava Media.
Rathus, Spencer A., Nevid, Jeffrey S., & Rathus, Lois Fichner. (2008). Human sexuality in a world of diversity. Boston: Pearson Education, Inc.
Reber, Jeffrey S., & Beyers, Marissa S. (2000). Love is not an evolutionarily derived mechanism. Issue 5. Dipungut 18 April, 2013, dari http://tompkinsclass.weebly.com/uploads/8/6/3/9/8639873/graded_discussi on_-_love_and_evolution_-_no.pdf
Sacher, Jennifer A., & Fine, Mark A. (1996). Predicting relationship status and satisfaction after six months among dating couples. Jorunal of Marriage and the Family, 58(1), 21-32.
Santoso, Agung. (2010). Statistik untuk psikologi dari blog menjadi buku. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Santoso, Singgih. (2012). Panduan lengkap SPSS versi 20. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Santrock, John W. (2002). Life-span development (ed. Ke-5). Jakarta: Erlangga. Penerjemah: Juda Damanik, Achmad Chusairi.
Saragih, Juliana Irmayanti., & Irmawati. (2005). Fenomena jatuh cinta pada mahasiswa. Psikologia, 1(1).
Scott, Veronica M., Mottarella, Karen E., & Lavooy, Maria J. (2006). Does virtual intimacy exist? A brief exploration into reported levels of intimacy in online relationships. Cyber Psychology & Behavior, 9 (6).
Skinner, Breeana. (2005). Perceptions of college students in long distance relationship. UW-L Journal of Undergraduate Research VIII.
52
Stafford, Laura. (2010). Geographic distance and communication during courtship. Communication Research, 37(2), 275-297.
Sternberg, Robert J. (1986). A triangular theory of love. Psychological Review 93(2), 119-135.
Sternberg, Robert J. (1988). Sternberg’s triangular model of love. Dipungut 17
November, 2012, dari http://www.lavc.edu/myweb/RASKOFSA/HS_Worksheets/HS_Sternberg.
Sternberg, Robert J. (1997). Construct validation of a triangular love scale.
European Journal of Social Psychology, 27, 313-335.
Sternberg, Robert J. (1998). Cupid’s arrow: The course of love through time. New York: Cambridge University Press.
Sternberg, Robert J. (1998). Love is a story: A new theory of relationships. New York: Oxford University Press.
Sternberg, Robert J. (2000). What’s Your Love Story? Psychology Today, 33(4),
52.
Supratiknya, A. (2007). Merujuk sumber acuan dalam penulisan karya ilmiah. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Trihendradi, Cornelius. (2005). SPSS 13: Step by step analisis data statistik (ed. Ke-1). Yogyakarta: Andi.
Yudistriana, Kiki., Basuki, A. M. Heru., & Harsanti, Intaglia. (2010). Intimasi pada pria dewasa awal yang berpacaran jarak jauh beda kota. Jurnal Psikologi, 3(2).
LAMPIRAN A
54
SKALA PENELITIAN
Krisentia Indah Permatasari
NIM : 089114129
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Teman-teman yang baik,
Saya memohon kesediaan teman-teman untuk mengisi angket penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan jawaban yang cocok dengan keadaan diri teman-teman. Teman-teman diharapkan menjawab pernyataan-pernyataan sesuai dengan keadaan, pikiran dan perasaan teman-teman sebenarnya. Tidak ada jawaban yang benar atau salah selama jawaban yang teman-teman pilih merupakan keadaan sebenarnya dari diri teman-teman-teman-teman. Jangan sampai ada pernyataan yang terlewati untuk dijawab. Semua identitas dan jawaban teman-teman, akan dijamin kerahasiaannya.
Terimakasih atas waktu, partisipasi dan kerjasamanya dalam pengisian angket ini.
Krisentia Indah P.
56
Pernyataan Kesediaan
Saya menyatakan bahwa saya mengisi skala berikut untuk membantu pelaksanaan penelitian dengan sukarela dan tidak di bawah paksaan atau tekanan dari pihak tertentu.
Semua jawaban yang saya berikan merupakan keadaan sebenarnya dari diri saya, bukan berdasarkan pandangan masyarakat pada umumnya. Saya mengijinkan jawaban saya digunakan sebagai data untuk penelitian ilmiah ini.
Menyetujui
( Paraf )