• Tidak ada hasil yang ditemukan

GALERI BATIK “SERU ALAMI LULUT” DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GALERI BATIK “SERU ALAMI LULUT” DI SURABAYA."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

GALERI BATIK “SERU ALAMI LULUT”

DI SURABAYA

Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Tugas Akhir S-1 (Strata-1)

Diajukan oleh:

Rizki Septia Mahar ani

0851010088

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

(2)

PROPOSAL TUGAS AKHIR

GALERI BATIK “SERU ALAMI LULUT”

DI SURABAYA

Disusn Oleh :

RIZKI SEPTIA MAHARANI

0851010088

Telah Dipertahankan DiDepan Tim Penguji Pada Tanggal : 14 Agustus 2012

Tugas Akhir telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperolah gelar Sarjana Teknik (S-1)

Tanggal: 17 September 2012

Dekan Fakultas Teknik Sipil dan perencanaan

Ir.Naniek Ratni Jar,M.Kes. NIP. 19590729 198603 2 001 Pembimbing II :

Lily Syahrial.ST.MT NIP. 19550908 199103 1 00 1

Pembimbing I :

Dr.Ir. Pancawati Dewi.MT NPT. 3 6750 94 00331

Penguji II:

Ir. Niniek Anggriani, MTP. NIP. 19580124 198703 2 001

Penguji I:

Ir. Sri Suryani Y. W., MT. NIP. 19670722 199303 2 002

Penguji III:

(3)

GALERI BATIK “SERU ALAMI LULUT”

Indonesia menyebar luas tidak hanya penghuni kerajaan saja. Batik Indonesia sudah memiliki motif yang sangat banyak dari berbagai provinsi dan daerah serta tidak terlihat kuno seperti dulu. Batik khas Surabaya yang dimiliki oleh Ibu Lulut bermotif batik pesisir yang bahan utama pewarnanya dari daun dan batang pohon mangrove yang sudah jatuh. Fakta yang ada sekarang hanya tersedia rumah produksi yang minim fasilitas dan belum tersedia galeri batik sebagai galeri yang mempromosikan dan memperdagangkan batik mangrove.

Galeri Batik Seru Alami Lulut ini akan memberikan fasilitas yang belum ada pada galeri-galeri di Surabaya. Adanya fasilitas yang menunjang di Galeri Batik Seru Alami Lulut ini seperti adanya ruang pamer, ruang membatik, dan ruang lainnya yang dapat membedakan galeri ini dengan galeri lainnya yang ada di kota Surabaya. Perletakan galeri yang berada di kawasan wisata yaitu kawasan wisata hutan mangrove dapat memberikan suasana yang berbeda karena adanya hubungan antara batik mangrove dengan lingkungannya. Adapun tema rancangan Galeri Batik Seru Alami Lulut ini adalah Nature of Art Lulut. Makna dari tema tersebut adalah mangrove itu

Nature, dan Nature itu pantai jadi, batik mangrove yang dimiliki oleh ibu Lulut ini tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan pantai yang ditumbuhi oleh tumbuhan mangrove.

Konsep bangunan pada galeri batik ini dari segi bentuk bangunan yang mengambil bentuk dari bangunan pesisir yang tidak banyak menggunakan variasi bentuk, lebih banyak penggunaan bentuk persegi dengan atap miring. Tetapi pada aplikasi bangunan galeri ini adanya penambahan bentuk lengkung, supaya bentuk bangunan tidak terlihaat kaku. Penggunaan massa banyak, dengan tatanan massa yang dapat menggabungkan kawasan wisata kedalam pemilihan view pada bangunan dan pada perletakan bangunan. Fasilitas yang ada mempengaruhi suasana kawasan wisata dan area bangunan, menyatukan suasana yang ada yaitu memberikan fasilitas dengan suasana santai missal ruang membatik yang terbuka sehingga menyatukan pengunjung dan pengrajin batik dengan lingkungan.

(4)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT, atas karunia dan kuasaNya sehingga penyusunan Proposal Tugas Akhir yang berjudul Galeri Batikl“Seru Alami Lulut” Di Surabaya ini dapat terselesaikan dengan baik.

Saya ucapkan terima kasih kepada :

• Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya dalam menyelesaikan Tugas Akhir. Alhamdulillah.

• Kedua orang tua saya Ayah dan mama yang telah mendukung serta mendoakan kelancaran pendidikan yang saya tempuh.

• Ibu Ir. Naniek Ratni JAR, M kes, selaku dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “veteran” Jawa Timur.

• Dr.Ir. Pancawati Dewi, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Arsitektur fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan dan selaku dosen pembumbing I yang telah bersedia memberikan waktu, tenaga dan ilmu untuk menyusun laporan Tugas Akhir ini.

• Lily Syahrial, ST. MT. selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia memberikan waktu, tenaga dan ilmu untuk menyusun laporan Tugas Akhir ini.

• Ir. Erwin Djuni W., MT. selaku dosen wali yang bersedia meluangkan waktu sharing mata kuliah yang akan diambil.

• Ir. Niniek Anggriani, MTP. Selaku dosen penguji

• Ir. Sri Suryani Y.W., MT. selaku dosen penguji

• Ibu Dyan Agustin, ST.MT selaku coordinator LAB Tugas Akhir.

• Buat kakakku Ika Ayu yang memberikan doa dan semangat.

• My Buu yang sudah membantu, menyemangati dan memberikan doa dari semester awal sampai akhir terima kasih Mas Ricky.

(5)

• Teman-teman Arsitektur 2008, Ekak, Ravles, Abdul, Kur, Umar, Sragen, Syahvitri, Ariani dan yang lainnya, terimakasih buat dukungan dan perjuangannya sampai di Tugas Akhir

• Teman-teman Arsitektur 2005, mas Haris, mas Andirian, mas Arif Amreta, mas Yudha, dan yang lainnya.

• Teman-teman Arsitektur 2006, 2007, 2009, 2010.

• Buat aa’ Gondring Bandung yang sudah membantu dalam pembuatan maket.

• Teman- teman yang selalu ada di hima dari jurusan Arsitek, DKV, Sipil, Lingkungan dan tak lupa Papi dan Mami kantin.

• Pihak- pihak lain yang telah memberikan bantuan, penghargaan dan dukungannya.

Pembelajaran berawal dari kesalahan yang diperbaiki, karenanya saran dan masukan akan menambah kelengkapan dan peningkaatan kualitas penulisan pada masa yang akan datang. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Surabaya, Desember 2012

(6)

DAFTAR ISI

BAB II. TINJAUAN OBYEK PERANCANGAN ... 7

(7)

2. 2. 3. Aktifitas dan Kebutuhan Ruang ... 33

2. 2. 4. Perhitungan Luasan Ruang ... 35

2. 2. 5. Program Ruang ... 42

BAB III. TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN ... 44

3. 1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi... 44

3. 2. Penetapan Lokasi ... 48

3. 3. Kondisi Fisik Lokasi ... 48

3. 3. 1. Existing Site ... 48

3. 3. 2. Aksesbilitas ... 49

3. 3. 3. Potensi Lingkungan ... 50

3. 3. 4. Infrastruktur Kota ... 50

3. 3. 5. Peraturan Bangunan Sekitar ... 51

BAB IV. ANALISA PERANCANGAN... 53

4. 1. Analisa Site ... 53

4. 1. 1. Aksesbilitas ... 53

4. 1. 2. Analisa Iklim ... 55

4. 1. 3. Analisa Lingkungan Sekitar... 57

4. 1. 4. Analisa Zoning ... 59

4. 2. Analisa Ruang ... 60

4. 2. 1. Organisasi Ruang ... 60

4. 2. 2. Hubungan Ruang dan Sirkulasi... 62

4. 2. 3. Diagram Abstrak ... 63

(8)

4. 3. 1. Analisa Bentuk ... .. 64

4. 3. 2. Analisa Tampilan ... 65

BAB V. KONSEP RANCANGAN ... . 68

5.1. Pendekatan Terhadap Fakta dan Isu ... 68

5.1.1. Penentuan Tema Rancangan ... 69

5.2. Konsep Rancangan ... 69

5.2.1. Nature ... 69

5.2.2. Konsep Tatanan Massa Bangunan dan Sirkulasi ... 70

5.2.3. Konsep Tampilan ... 73

5.2.4. Konsep Ruang Luar ... 74

5.2.5. Konsep Ruang Dalam ... 74

5.2.6. Konsep Struktur dan Material ... . 76

5.2.7. Konsep Utilitas ... 77

5.2.7.1. Konsep Penyediaan Air Bersih ... 77

5.2.7.2. Konsep Pembuangan Air Kotor dan Limbah ... 77

5.2.7.3. Konsep Pembuangan Air Hujan ... 77

5.2.7.4. Konsep Pembuangan Sampah ... 77

5.2.8. Konsep Mekanikal Elektrikal ... 78

5.2.8.1. Konsep Penghawaan ... 78

5.2.8.2. Konsep Pencahayaan ... 78

5.2.8.3. Konsep Pencegahan Bahaya Kebakaran ... .. 78

(9)

BAB V. APLIKASI PERANCANGAN ... 80

6.1. Aplikasi Bentuk ... 80

6.2. Aplikasi Tampilan ... 81

6.3. Aplikasi Sirkulasi ... 83

6.4. Aplikasi Ruang Luar ... 84

6.5. Aplikasi Ruang Dalam Bangunan ... 85

PENUTUP ... 87

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Contoh pencahayaan alami ……….. 9

Gambar 2. 2. Perletakan benda koleksi pada naungan dan pembayangan ……. 10

Gambar 2. 3. Contoh Artificial Lighting ... 10

Gambar 2. 4. Sudut pandang dan jarak pandang manusia terhadap objek pamer 11 Gambar 2. 5. Ukuran tinggi dan jarak untuk daerah pandangan ... 11

Gambar 2. 6. Area Penjualan ritail posisi tinggi ... 11

Gambar 2. 7. Area penjualan retail posisi berdiri ... 12

Gambar 2. 8. Area penjualan retail posisi bergantung ... 12

Gambar 2. 9. Area penjualan retail posisi bergantung ... 13

Gambar 2. 10. Sirkulasi menyebar ……….. 13

Gambar 2. 11. Sirkulasi menerus ……… 14

Gambar 2. 12. Skema hubungan ruang sebagai bentuk pendekatan terhadap obyek rancang……….. 16

Gambar 2. 13. Sirkulasi pada ruang pamer kecil ………. 17

Gambar 2. 14. Sirkulasi pada ruang pamer sedang ………. 17

Gambar 2. 15. Sirkulasi pada ruang pamer sedang 2 ……….. 18

Gambar 2. 16. Sirkulasi pada ruang pamer besar ……… 18

Gambar 2. 17. Batik Belanda ……….. 21

Gambar 2. 18. Batik Cina ……… 21

(11)

Gambar 2. 20. Batik Danar Hadi ………. 21

Gambar 2. 21. Batik Indonesia ……… 22

Gambar 2. 22. Batik Souvenir ……….. 22

Gambar 2. 23. Ruang Penjualan ………. 22

Gambar 2. 24. Dalem Waryuningratan ……… 23

Gambar 2. 25. Sasana Mangunsuka ………. 24

Gambar 2. 26. Interior Souvenir Shop dan Longue……….. 24

Gambar 2. 27. Interior Showroom Batik Danar Hadi ……… 25

Gambar 2. 28. Showroom Batik Danar Hadi ………. 25

Gambar 2. 29. Tampak galeri batik kuno Danar Hadi……… 26

Gambar 2. 30. Ruang dalam galeri batik kuno danar hadi ………. 26

Gambar 2. 31. Ruang Luar ………. 27

Gambar 2. 32. Penataan produk batik ……… 29

Gambar 2. 33. Tampak galeri barong gung ……… 30

Gambar 2. 34. Ruang Dalam galeri batik Barong gung ………. 30

Gambar 3. 1. Lokasi site Jl. Tunjungan ……….. 45

Gambar 3. 2. Lokasi site Jl. Embong Malang ………. 45

Gambar 3. 3. Lokasi site Kawasan Wisata Hutan Mangrove Wonorejo .……… 46

Gambar 3. 4. Existing site ………... 49

Gambar 3. 5. Aksesbilitas site ………. 50

Gambar 4. 1. Lokasi perencanaan site ………. 53

(12)

Gambar 4. 3. Pergerakan Matahari ……….. 55

Gambar 4. 4. Arah Angin ………. 56

Gambar 4. 5. Pembayangan ……….. 57

Gambar 4. 6. Analisa lingkungan sekitar ………. 57

Gambar 4. 7. Analisa view keluar ……….... 58

Gambar 4. 8. Analisa kebisingan ……….. 59

Gambar 4. 9. Analisa Zoning ……… 59

Gambar 4. 10. Diagram organisasi ruang ………. 61

Gambar 4. 11. Diagram Hubungan Ruang ………... 62

Gambar 4. 12. Alur sirkulasi ruang ……….. 63

Gambar 4. 13. Diagram abstrak lantai 1 ……… 64

Gambar 4. 14. Diagram abstrak lantai 2 ……… 64

Gambar 4. 15. Proses gubahan bentuk ……….. 65

Gambar 4. 16. Analisa bentuk tampilan ……… 66

Gambar 4. 17. Tampilan bangunan bertema nature ……….. 66

Gambar 5.1. Tatanan Massa ………..………… 71

Gambar 5.2. Sirkulasi Ruang Luar ………. 72

Gambar 5.3. Sirkulasi Ruang Dalam ……….. 72

Gambar 5.4. 3D ……….. 73

Gambar 5.5. Tampak Bangunan Utama ………. 73

Gambar 5.6. Konsep Ruang Luar ………..……… 74

(13)

Gambar 5.8. Sketsa Interior ……… 75

Gambar 5.9. Sketsa Perabot ……… 75

Gambar 5.10. Struktur Rangka Beraturan Grid Rata Satu Arah ……….………... 76

Gambar 5.11. Struktur Rangka Beraturan Grid Rata Dua Arah ………..………... 76

Gambar 6.1. Tampak Atas Galeri Batik Seru Alami Lulut di Surabaya ... 81

Gambar 6.2. Tampak Mata Burung Galeri Batik Seru Alami Lulut di Surabaya . 82 Gambar 6.3. Tampak Depan ………... 82

Gambar 6.4. Aplikasi Sirkulasi ……….. 83

Gambar 6.5. Aplikasi Ruang Luar ………. 84

Gambar 6.6. Interior Ruang Pamer ……… 85

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pembagian 8 Ruang Utama Galeri Batik Kuno Danar Hadi ... 20

Tabel 2.2 Perbandingan Objek Kasus ... 31

Tabel 2.3 Aktifitas dan Kebutuhan Ruang ... 33

Tabel 2.4 Perhitungan Luasan Ruang ... 35

Tabel 3.1 Hasil Penilaian Pada 3 Pilihan Lokasi Tapak di Surabaya ... 47

(15)

BERITA ACARA UJ IAN LISAN

Nama Mahasisw : Rizki Septia Maharani

NPM : 0851010088

Jurusan : Teknik Arsitektur

Hari/ Tanggal : Selasa, 14 Agustus 2012

Jam : 10.00 – 12.00

Tempat : Ruang Sidang

Moderator : Lily Syahrial, ST, MT.

Penguji 1 : Ir. Sri Suryani Y. W., MT.

Penguji 2 : Ir. Niniek Anggriani, MTP.

Penguji 3 : Erwin Djuni Winarto, MT.

Notulen : Rahmad Ramadhan

Ir. Niniek Anggriani, MTP.

D : Maksud nama judul proyek ini bagaimana? M : Itu dari nama pembuatnya bu.

D : Ini sudah ada?

M : Sudah bu, Cuma masih bentuk rumah produksi yang terdiri dari tempat membatik, dan penjualan .

D : Berarti ini jadi satu? M : Ya bu.

(16)

M : Yang itu salah bu, yang benaryang ± 10.169 m². D : Aturan setempat berapa untuk KDB nya?

M : 60% bu. D : Ini flat semua ?

M : iya bu, cuma 1 lantai semua. D : Kenapa?

M : Karena sudah cukup memenuhi aktivitasnya bu. D : Kaitkan dengan aturannya!

M : KLB nya 1-3 lantai bu. D : Luas site berapa? M : ± 2 Ha bu.

D : Dari manaitu, trus KDB nya berapa? M : 60% bu.

D : Dapat dari mana site 2 ha itu? M : Dari ruang luar.

D : Dari bentuk site, itu sudah menghitungnya? M : Sudah bu.

D : Penerapan dari KDB, kebesaran site anda kenapa harus disediakan Galeri Batik ini? M : Pengaruh dari lingkungannya bu,karena ini adalah batik mangrove bu.

D : Kenapa alternatif sitenya ada di Tunjungan dan Embong Malang? M : Karena diliat dari segi komersilnya bu.

D : Apa yang kamu lakukan dengan kondisi lingkungannya? M : Hutan Mangrovenya bu.

(17)

M : Lahan Kosong ditumbuhi rumput-rumput (menunjuk gambar). D : Istimewanya galeri ini apa?

M : Ruang membatik terbuka. D : Kenapa?

M : Pada studi kasus hanya ada galeri tanpa ada ruang membatik bu jadi hanya seperti took yang menjual produk batik.

D : Cuma ruang membatik? M : iya bu.

D : Bagaimana urutannya?

M : Setelah proses membatik selesai lalu proses pencelupan bu. D : Kenapa tidak satu kesatuan?

M : Supaya kelihatan view mangrovenya bu.

D : Padahal itu satu kesatuan kan? Sehingga tidak bisa dipisahkan!

Kamu menentukan ruang hanya melalui pendapat kamu tanpa ada studi, kenapa? Sekarang kan harus ada satu kesatuan dengan lokasi wisata sekitarnya!

Dari mana kamu menentukan peek hour nya? M : Dari asumsi bu.

D : Kan harus ada studinya, bisa dari road map kunjungan wisatawan! Besaran ruang dari mana?

M : Dari besaran perabotnya bu.

D : Pada interiornya? Bagaimana aplikasi batiknya?

M : Ini bu ( menunjuk gambar), ada yang digantung ada juga yang diaplikasikan ke dinding.

D : Beda ruang Pamer kolektor sama umum bagaimana?

M : Pada ruang pamer kolektor kain batik dipajang secara digantung bu, kalau yang ruang pamer umum kain batik dipajang di lemari display.

(18)

M : Batik yang spesifik bu dengan harga yang mahal.

D : Berarti batik yang langka/ kenapa dibedakan dengan umum? M : Iya bu, karena yang umum hanya melihat tanpa meneliti bu. D : Proses pembatikan kan panjang, untuk limbahnya bagaimana? M : Ini menggunakan bahan alami bu, jadi tidak merusak lingkungan. D : Saluran pembuangannya dimana?

M : Ada bu ( menunjuk gambar). D : Dimana ngambil bahannya? M : Disini bu ( menunjuk gambar)

Ir. Sri Sur yani Y. W., MT.

D : Kalau dari judul galeri batik, berarti lebih galerinya, tp ada juga prosesnya. Untuk orang awam yang inginbelajar membatik bagaimana?

M : Langsung melihat dan belajar bu, lewat pedestrian. D : Posisi dari mana agar orang tau ada tempat membatik? M : Pada galeri, ada petanya bu.

D : Kalau belum jadi bagaimana?

M : Untuk pengunjung galeri diberitahu bu. D : Berarti bukan penyelesaian arsitektur? M : Ada pedestrian sebagai pengarah bu.

D : Tapi itu pedestrian ada plaza besar, malah bukan mengarah langsung ke tempat itu. Perhitungan kebutuhan ruang sudah sesuai antara laporan sama gambar? Pada laporan galeri 700 m², pada gambar 600 m² kenapa?

M : Iya maaf bu.

(19)

Hubungan antara fasilitas tidak dihubungkan dalam selasar yang tertutup, bagaimana kalau hujan?

Ruang membuat pola dimana?

Untuk proses malam kenaa tertutup? Kanitu pake api? Proses membatiknya kurang sempurna dalam desain kamu. Mestinya tidak berjauhan

Pada pengertian judul ada rumah batik jadi mana yang benar? M :Untuk laporan saya yang salah bu, saya lupa menggantinya bu. D : Sitenya berapa luasnya?

M : 2 Ha.

D : Dari gambarnya kurang dari 50%, bagaimana?

M : Dari site ini adanya bangunan ini bu (menunjuk gambar)

D : Harusnya ada yang dirubah, agar singkron. Agar saling melengkapi. M : Iya bu.

Erwin Djuni Winar to, MT. D : Pemilik batik ini siapa? M : Ibu Lulut pak.

D : Persamaan pemilik sama arsitek sama? Tau proses membatik, bedanya apa? M : Standart galerinya, tatanan massa, peraturan pencahayaan.

D : Jangan dianggap pemilik tidak tau galeri, kalau arsitek mengerti tatanannya. Konsep tatanan bagaimana?

M : Adanya drop off areayang menghubungkan butik dengan galeri.

D : Itu bukan konsep mbak, kalau teori tatanan massanya bagaimana? Cara meletakkan massa itu bagaimana?

(20)

D : Bukan itu, konsep anda menatanya bagaimana berdasarkan teori yang ada? Konsep bentuk bagaimana?

M ; Bentuk persegi yang dimaju mundurkan agar tidak monoton. D : Hubungannya dengan tema?

M : Karena site yang berada di pesisir, jadi bentuk bangunannya persegi dengan atap miring.

D : Konsep tampilan tropis yang seperti apa?

M : Atap miring yang digabungkan dengan bentuk lengkung. D : Hanya itu?

M : Adanya bukaan sebagai penghawaan alami. D : ini penghawaan alami atau buatan?

M : Alami dan buatan pak. D : Selain itu?

M : Adanya Kanopi sebagai penghalang tampias hujan. D : Kenapa tropis atapnya harus mirin?

M : Karena curah hujan pak.

D : Bisakah bangunan anda mengalirkan air? M : Bisa pak.

D : Pada galeri adanya pertemuan-pertemuan atap yang dapat menampung air, sama pada ruang servicenya itu bagaimana?

M : Adanya pengunaan talang pak (menunjuk gambar)

D : Pada gambar galeri ada terdapat gambar yang pada tampaknya ada pintu namun pada denahnya tidak ada?

Pada interior menunjukkan ruang apa?

M : Yang atas ini interior butik pak (menunjuk gambar) D : Untuk apa ada meja itu?

(21)

D : Kenapa warna ungu?

M : Karena warnanya cerah pak. D : Warna batik apa?

M : Perpaduan warna soft pak. D : Kalau yang bawah interior apa? M : Interior ruang pamer pak. D : Bentuk fractal itu apa? M : Bentuk yang bebas pak.

D : Ada yang bentuk fractal dalam bangunan? M : Tidak ada pak.

D : Kenapa ada bentuk atap yang bertumpuk-tumpuk? M : Dari display batik yang dtumpuk-tumpuk pak.

D : Kenapa tidak bentuk atap tumpuk yang sudah ada sebelumnya, seperti Bali atau joglo, kan itu ada fungsinya? Kalau punya anda hanya seperti ditumpuk-tumpuk. Untuk penghawaan alami yang mana?

M : Hanya untuk ruang proses membatik pak, selain itu penghawaan buatan pak. D : Berapa AC yang digunakan untuk galeri?

M : 5 outdoor dan 5 indoor pak.

D : Bagaimana perletakan indoor nya? M : Pada setengah tinggi lantai pak. D : Bagaimana penyelesaiannya?

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Perancangan

Saat ini seni batik di Indonesia semakin tumbuh. Seni batik diminati oleh berbagai kalangan mulai dari yang muda sampai yang tua. Pada zaman dahulu memang batik hanya diperuntukkan untuk penghuni kerajaan dengan motif kuno. Tetapi sekarang pemakai batik di Indonesia menyebar luas tidak hanya penghuni kerajaan saja. Karena Batik Indonesia sudah memiliki motif yang sangat banyak dari berbagai provinsi maupun daerahnya. Sehingga tidak terlihat kuno seperti dulu.

Di provinsi Jawa Timur meliputi: Madura, Tuban, Pacitan, Ponorogo, Pasuruan, Bondowoso, Lumajang, Madiun, Ngawi, Jombang, Sidoarjo, Tulungagung, Trenggalek, Banyuwangi, Mojokerto dan Surabaya, memiliki batik dengan kekhasan masing-masing. Antara lain Batik gedog dari Tuban, Batik Maesan dari Bondowoso, Batik Buah Mojo dari Mojokerto, Batik Mangrove dari Surabaya, dsb. Berbeda dengan batik Jawa Tengah yang sangat kaku karena terpaku oleh pengaruh budaya keraton, sedangkan batik Jawa Timur sangat bervariasi.

(23)

pendekatan ke Dinas Tenaga Kerja Surabaya untuk memulai realisasi pelatihan batik di kawasan rungkut.

Seorang koordinator batik Mangrove yang berada di kecamatan Rungkut mengkoordinir pengrajin yang berasal dari Kecamatan Rungkut itu sendiri. Salah satu usaha mempromosikan batik Mangrove yaitu mengikuti pameran diberbagai tempat misal, di Java Paragon, di JCC Jakarta, di Balai Pemuda Surabaya. Dari situlah Batik Mangrove dikenal di dalam negeri maupun diluar negeri. Penjualan batik mangrove sudah tersebar ke seluruh Indonesia. Bahkan ada pembeli yang berasal dari Amerika Serikat, Jepang, Singapura dan Australia. Dari penjualan kain batik mangrove, omset antara Rp 25 juta hingga Rp 30 juta per bulan.

Di Wisma Kedung Asem Indah di Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut yaitu rumah produksi yang digunakan untuk pusat perkumpulan pengrajin batik mangrove yang diberi nama Griya Karya Tiara Kusuma.

Fasilitas yang ada di rumah produksi hanya memanfaatkan ruangan yang ada seperti rumah untuk hunian bukan sebuah galeri yang dikhususkan sebagai wadah kegiatan. Teras rumah yang digunakan untuk proses membatik dan tempat lemari display untuk sebagian hasil pembatikan. Ruang tamu untuk ruang penerima tamu sekaligus untuk tempat rak-rak yang berfungsi memamerkan kain batik yang sudah jadi.Rumah Batik Seru memiliki kapasitas produksi hingga 150 helai batik tulis dan 50 lembar batik kombinasi per bulan.

(24)

1.2 Tujuan dan Sasaran Perancangan

Dengan dirancangnya “ Galeri Batik Seru Alami Lulut” bertujuan untuk:

• Sebagai tempat yang memperdagangkan hasil karya batik Mangrove.

• Menjadi ajang tempat pengenalan kebudayaan dan sejarah batik yang ada di Surabaya kepada masyarakat.

• Untuk melestarikan dan menumbuh kembangkan batik khas Surabaya dengan cara mempromosikan hasil produk yaitu Batik

Mangrove.

Sasaran Perancangan meliputi:

§Galeri yang bertujuan untuk memperkenalkan dan

memperdagangkan batik Mangrove batik khas Surabaya.

§Menyediakan wadah untuk pengenalan proses pembatikan.

§Studio sebagai sarana pembelajaran untuk umum maupun bagi pengembang.

1.3 Batasan dan Asumsi

Untuk perencanaan Rumah Batik diperlukan beberapa asumsi dan batasan agar

perencanaan Rumah Batik tidak terlalu melebar.

Adapun asumsi yang diperlukan dalam perencanaan adalah:

• Proyek Rumah Batik Seru Alami Lulut ini diasumsikan sebagai proyek swasta milik pribadi. Yang nantinya akan mempunyai jual yang tinggi.

(25)

Sedangkan untuk batasan obyek rancangan meliputi:

• Batasan obyek rancangan untuk masyarakat umum maupun pencinta batik.

• Batasan waktu untuk obyek rancangan dibuka pukul 09.00-22.00 WIB

• Batasan waktu produksi pukul 09.00-16.00 WIB

1.4 Tahapan Perancangan

Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan dalam menyelesaikan perancangan tugas akhir ini meliputi:

- Pengumpulan data dari :

§ Studi literature

§ Studi kasus obyek/observasi

(26)

Bagan 1.1 Metode Perancangan Galeri Mangrove (Sumber : Materi Mata Kuliah Seminar)

Dapat dilihat dari bagan 1.1 tahapan rancangan mulai dari pemilihan judul tugas akhir yang akan dibahas, judul tugas yaitu Rumah Batik Seru Alami Lulut

pemilihan judul mempertimbangkan dari segi tujuan dan manfaat, intrepretasi judul yaitu menjelaskan judul yaitu apa yang dimaksud dengan Rumah Batik

apakah ini sekedar rumah batik yang mempromosikan batik atau rumah batik yang juga menjual produk batik khas Surabaya, pengumpulan data dari studi literature, dan hasil wawancara, dari judul yang ada kita dapat mencari data dari majalah, buku, ataupun internet, selanjutnya observasi apakah sudah ada atau belum bangunan yang mempunyai tujuan dan manfaat yang sama dengan judul yang kita

(27)

ambil, dan interview, dilanjutkan dengan tahapan kompilasi analisa data yang menyatukan dan menelaah secara dalam data-data tersebut, studi azas, prinsip dan metode perancangan, merumuskan konsep tema rancangan, gagasan ide, pengembangan perancangan dan sebelum pada tahapan yang terakhir disini mengkontrol kembali pada tahapan studi azas, prinsip dan metode perancangan karena pada tahapan terakhir yaitu gambar rancangan (perencanaan).

1.5. Sistematika Laporan

Untuk mendapatkan pengertian dan pemahaman yang sama tentang Rumah Batik di Surabaya ini, maka penyajian laporan ini menggunakan sistematika sebagai berikut :

BAB I . Pendahuluan, yang menjabarkan mengenai latar belakang pemilihan judul proyek tugas akhir, maksud dan tujuan perancangan, ruang lingkup perancangan, batasan dan asumsi, metode perancangan serta sistematika pembahasan.

BAB II. Tinjauan umum proyek, menjabarkan tentang pengertian judul, studi kasus yang berkaitan dengan proyek dimana menyangkut tentang aspek kualitas dan kuantitas, persyaratan proyek serta kepemilikan proyek. Tinjauan khusus obyek rancangan membahas tentang lingkup pelayanan, aktifitas dan kebutuhan ruang, perhitungan luas ruang, serta pengelompokan Ruang.

BAB III. Tinjauan Lokasi perancangan yang menjabarkan tentang latar belakang pemilihan lokasi, penetapan lokasi, keadaan fisik lokasi, aksesibilitas, potensi bangunan sekitar dan infrastruktur kota

(28)

BAB II

TINJ AUAN OBYEK PERANCANGAN

2.1. Tinjauan Umum Per ancangan

2.1.1. Pengertian J udul

Judul Galeri Batik dapat dijabarkan secara rinci sebagai berikut:

Galeri Batik merupakan Galeri batik khas Surabaya

a. Galeri Batik: merupakan tempat yang memamerkan suatu barang dan juga bertransaksi. Jadi tidak hanya memamerkan barang saja tetapi juga menjual barang yang dipamerkannya.

b. Seru Alami Lulut: merupakan kepanjangan dari kata seni batik baru, yaitu batik mangrove Surabaya. Yang bahan dari pewarnaan batik berasal dari pohon mangrove sehingga bahan yang digunakan merupakan bahan alami. Dan koordinasi batik Mangrove yaitu Ibu Lulut.

c. Di Surabaya: merupakan kota terbesar kedua di Indonesia yang sekaligus juga merupakan Ibukota Propinsi Jawa Timur. Simbol kota Pahlawan telah dikenal sejak zaman perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia dengan adanya Tugu Pahlawan dan Jembatan Merah mempunyai nilai sejarah yang cukup kental.

(29)

2.1.2. Studi Literatur

Batik ada dua macam yaitu Batik pedalaman dan Batik pesisir. Batik pedalaman yaitu batik daerah Solo, Semarang dan daerah mataraman lain. Dan batik pesisir meliputi batik daerah Surabaya, Sidoarjo, Madura dan daerah lain. Batik pedalaman memang memiliki motif yang coraknya teratur seperti garis-garis atau kotak-kotak. Berbeda dengan batik pesisir yang memiliki motif yang lebih abstrak dengan warna yang cerah. Sehingga batik pesisir lebih terlihat gaya dan tidak kuno.

Dalam studi literatur ini dijelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan obyek rancangan. Studi literatur ini lebih bersifat non arsitektural yang bersumber dari hasil wawancara, buku atau referensi atau pustaka tertentu. Selain itu, juga dapat memberikan pengetahuan tentang materi proyek.

Rumah Batik pada perancangan ini lebih kearah galeri karena selain memamerkan hasil koleksi juga menjualnya. Diperlukannya ruang pamer tetap dan ruang pamer temporer untuk memamerkan koleksi dan selanjutnya di transaksikan.

a) Perencanaan Rumah Batik

Adapun perencanaan sebuah Rumah Batik / Galeri meliputi :

• Lokasi galeri, harus strategis dan berada pada area yang mudah diakses dari semua kota dengan alat transportasi umum, atau kendaraan pribadi. (Sumber: Chiara & Hancock, 1973)

• Penghawaan, Suhu dan Kelembaban

Alami: Menggunakan udara langsung dari alam, syarat kenyamanan ruang 25,6° C dan kelembaban 45%.

(30)

dB. Terbagi atas 2 sistem yaitu sistem central dan sistem unit. Dipakai pada ruang khusus, seperti tempat penyimpanan benda koleksi.

Suhu udara (temperatur): bagi benda-benda museum baik untuk benda organik maupun bukan organik, antara 200C - 240C.

Kelembaban (humadity): benda-benda koleksi baik yang organik maupun bukan organik, kelembaban udara yang diperlukan antara 40%-60%.

• Pencahayaan

Alami (Daylight): Sinar dan cahaya yang diterima apabila tidak menggunakan shading dan filter adalah hampir 97% mengakibatkan ruang tidak nyaman. Pada gambar kedua, cahaya yang diterima apabila menggunakan shading adalah 80% mengakibatkan ruang nyaman. Pada gambar ketiga, cahaya yang diterima ruangan apabila menggunakan shading dan dinding menjadi tidak langsung adalah 72% sehingga ruang lebih nyaman (gambar 2.1).

Gambar 2.1. Contoh pencahayaan alami

(31)

Buatan : Pencahayaan buatan yang digunakan sebagai penerangan untuk lukisan adalah spot light dengan ”pure white light” karena sinar yang berwarna putih tidak akan mengubah warna sebuah objek. Yang perlu diperhatikan dari pencahayaan buatan adalah kalor yang dihasilkan terkontrol sehingga tidak merusak benda pamer.

• Pandangan dan Pengamatan

Hal yang perlu diperhatikan yaitu pencahayaan dan jarak pandang manusia terhadap objek.

jangkauan pandang maksimal mata normal tanpa menggerakkan kepala adalah 40°.

jarak yang enak untuk dilihat 2 x panjang diagonalnya.

Gambar 2.2. Perletakan benda koleksi pada naungan dan pembayangan (Sumber : Chiara & Hancock, 1973)

Gambar 2.3. Contoh Artificial lighting

(32)

Gambar 2.4. Sudut pandang dan jarak pandang manusia terhadap objek pamer (Sumber : Chiara & Hancock, 1973)

Ruang pameran dengan pencahayaan dari samping; tinggi tempat gantungan yang baik antara 30˚ dan 60˚.

• Dimensi Furniture Display Penjualan.

Posisi tinggi, pada daerah penjualan mempunyai konter yang tinggi. Gambar 2.5. Ukuran tinggi dan jarak untuk daerah pandangan

(Sumber : Neufert, 2002)

Gambar 2.6. Area Penjualan Ritail Posisi Tinggi

(33)

Posisi berdiri, pada area penjualan riatil yang mempunyai posisi berdiri.

Gambar 2.7. Area Penjualan Retail Posisi Berdiri

(Sumber: Martin Zelnik, Jullius Panero, Dimensi Manusia dan Ruang 2003.)

Posisi bergantung, pada area penjualan ritail yang memiliki konter gantung.

Gambar 2.8. Area Penjualan Retail Posisi Bergantungi

(34)

Posisi rendah, pada area penjualan ritail yang mempunyai konter yang dikehendaki.

• Sirkulasi, untuk menentukan kenyamanan pengunjung dalam menikmati karya seni yang dipamerkan.

v Sirkulasi menyebar (Random circulation)

Dimana pengunjung bebas kemanapun, arahnya tidak dibatasi, keadaan semrawut dan tidak teratur. Pintu masuk dan pintu keluar jadi satu. Pada sirkulasi menyebar pengunjung diarahkan untuk bebas menikmati pameran tanpa diarahkan ke suatu tempat.

Gambar 2.9. Area Penjualan Retail Posisi Bergantung

(Sumber: Martin Zelnik, Jullius Panero, Dimensi Manusia dan Ruang 2003.)

Gambar 2.10. Sirkulasi menyebar (Random circulation)

(35)

v Sirkulasi mengalir/menerus (Sequential circulation)

Dimana arah sirkulasi dipandu oleh petunjuk, lebih tertib dan rapi. Terdapat 2 akses (1 pintu masuk dan pintu keluar yang terpisah). Pada sirkulasi mengalir pengunjung diarahkan untuk berjalandari suatu tempat ke tempat selanjutnyasecara berurutan.

• Peralatan pada galeri, harus memiliki sarana dan prasarana yang berkaitan erat dengan kegiatan, sarana perawatan koleksi (AC, dehumidifier, dll.), pengamanan (CCTV, alarm system, dll.), lampu, label, dan lain-lain.

• Organisasi dan ketenagaan. Galeri harus memiliki organisasi dan ketenagaan, yang sekurang-kurangnya terdiri dari kepala, bagian administrasi, pengelola koleksi (kurator), bagian konservasi (perawatan), bagian penyajian (preparasi), bagian pelayanan masyarakat dan bimbingan edukasi.

• Sumber dana tetap, galeri harus memiliki sumber dana tetap dalam penyelenggaraan dan pengelolaan.

Gambar 2.11. Sirkulasi menerus (Sequential circulation)

(36)

b) Tata Pamer /Display

Dalam menata suatu pameran terdapat 3 macam bagian, yaitu :

1. Tata pameran menurut metode peragaan

• Secara estetik, dimana metode tersebut menampilkan dari segi keindahan benda.

• Secara tematik, dimana metode ini memberikan informasi tentang arti, fungsi dan ilmu pengetahuan tentang benda.

• Secara romantik, diamana metode ini mengungkapkan atau menggugah suasana yang berhubungan dengan benda.

2. Tata pameran menurut sistematika penyajian

• Kronoligis, berdasarkan urutan waktu.

• Fungsi, berdasarkan kegunaan yang serupa.

• Jenis, berdasarkan jenis yang sama.

• Bahan (materu), berdasarkan bahan yang sama.

• Geografi, berdasarkan tempat asal yang sama. 3. Tata pameran menurut tata penyajiannya

• Tata letak benda koleksi (diletakkan tanpa penutup, dalam lemari kaca, diatas suatu perletakan, digantung/ditempel).

• Keadaan benda (asli, replika, model/maket) c) Cara penyajian

Cara penyajian obyek koleksi adalah sebagai berikut :

1. Sistem ruang terbuka 2. Sistem diorama

3. Sistem Vitrine (dengan kotak atau lemari) 4. Sistem ditempel pada dinding / panel

(37)

7. Freestanding on the floor, untuk memamerkan benda 3D dan seni instalansi (sculpture), khusus benda 2D diberi pengaman seperti kaca pelindung, detector infrared maupun alarm.

Selain display, cara penempatan benda-benda pajang juga harus diperhatikan. Sehingga nantinya tidak akan mengganggu sirkulasi pengunjung yang menikmati karya pada pameran.

d) Hubungan Ruang

Skema hubungan ruang museum menurut NewMetric Handbook, 1973

yang digunakan sebagai bentuk pendekatan terhadap perancangan House of Batik East Java di Surabaya seperti pada gambar dibawah ini.

Collection

Conservation

Storage/collection Display

Documentation

Administration

Education

Visitor service

Gambar 2.12. Skema hubungan ruang sebagai bentuk pendekatan terhadap obyek rancang

(38)

e) Besaran Modul Ruang Pameran

• Ruang Pameran Ukuran Kecil (ukuran 50cm x 50cm)

Gambar 2.13. Sirkulasi pada ruang pamer kecil (Sumber : Paneru & Zelnik, 1979)

• Ruang Pamer Ukuran Sedang 1 (ukuran 100cm x 100cm)

(39)

• Ruang Pamer Ukuran Sedang 2 (ukuran 200cm x 200cm)

Gambar 2.15. Sirkulasi pada ruang pamer sedang 2 (Sumber : Sumber : Paneru & Zelnik,1979)

• Jarak Antar Objek Pamer Ukuran Besar (ukuran 300cm x 300cm)

(40)

2.1.3. Studi Kasus

2.1.3.1. Galeri Batik Kuno Danar Hadi di Surakarta

a) Lokasi

Galeri Batik Kuno Danar Hadi terletak di pusat kota Surakarta tepatnya di Jl. Brigjen Slamet Riyadi no. 26l-263, jalan utama kota Solo.

b) Sejar ah Galeri

Galeri Batik Kuno Danar Hadi yang terletak di dalam kompleks Ndalem Wuryaningratan didirikan berawal dari keprihatinan dan obsesi H. Santosa Doellah terhadap pelestarian dan pengembangan seni kerajinan batik di Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya.

Museum ini juga memiliki misi antara lain:

1. Melestarikan batik dalam segala aspek

2. Menyediakan informasi untuk pendidikan

3.Membangun aset pariwisata untuk Surakarta pada khususnya dan Indonesia pada umumnya

Mengandalkan kurang lebih sepuluh ribuan koleksi batik kuno yang dimilikinya, H. Doellah mengembangkan galeri batik kuno Danar Hadi dengan tema "Batik: Pengaruh Zaman dan Lingkungan". Tema ini merupakan kesimpulan beliau selama meneliti dan menggeluti dunia seni kerajinan batik. Jenis-jenis batik yang kemudian hadir di bumi nusantara ini selalu dipengaruhi oleh zaman atau lingkungan perkembangannya.

c) Fasilitas

• Galeri 1 = 500 m2

• Galeri 2 = 300m2

• Galeri 3 = 100 m2

(41)

• Ruang pamer (Showroom 2) = 300m2

1. Galeri 1 Batik dari suatu daerah ataupun negara

2. Galeri 2 Mengelompokkan batik dari

perorangan 3. Galeri 3

4. Ruang pamer (Showroom1) 5. Ruang pamer (Showroom2) 6. Workshop batik tulis

7. Ruang dying (pencelupan)

§ Galeri 1, tatanan ruangnya menurut kelompok batik dari suatu daerah ataupun negara, untuk itu pada galeri 1 terdapat stand-stand.

Galeri 1 memamerkan : - Batik Belanda (1840-1910)

- Batik Cina (sebelum tahun1910 dan sesudah tahun 1910) - Batik Djawa Hokokai (1942-1945)

- Batik Kraton (batik buatan Kraton) - Batik Puro Mangkunegaran

(42)

- Batik Kasunanan Surakarta - Batik Kasultanan Yogyakarta - Batik pengaruh Kraton - Batik Cirebon

- Batik Banyumas

- Batik Indramayu (Batik Dermayon) - Batik Madura

- Batik oleh pengaruh busana Indian - Batik Danar Hadi

Gambar 2.17. Batik Belanda Gambar 2.18. Batik Cina

Gambar 2.19. Batik Keraton Gambar 2.20. Batik Danar Hadi

§ Galeri 2, tatanan ruangnya hampir sama dengan galeri 1 tetapi pada galeri 2 mengelompokkan batik dari perorangan.

Galeri 2 memamerkan :

- Alur proses (proses pembuatan batik tradisional) - Komposisi utama pembuatan batik

- Batik Indonesia (1950)

(43)

- Batik Kontemporer

- Batik buatan Guruh Soekarno Putra - Batik buatan Amry Yahya

- Batik buatan Bambang Oetoro - Batik buatan SP. Gustami - Batik buatan Soemihardjo

§ Souvenir batik

Souvenir batik yang dijual tidak sebatas pada kain batik, namun dapat berupa baju-baju berbahan batik (dari jenis apapun), wayang, kerajinan tangan, maupun boneka yang masih menggunakan unsur kain batik.

(44)

§ Fasilitas dan Aktivitas Ruang Dalem Wuryaningr atan.

Selaras dengan apresiasi yang tinggi terhadap karya arsitektur cagar budaya yang berharga. Dalem Wuryaningratan yang didirikan pada tahun 1890, merupakan kediaman dari KPH. Wuryaningrat, cucu dari Pakubuwono IX, dan menantu dari Raja Surakarta I.SK.S Pakubuwono X. Dihadirkan kembali setelah melalui proses restorasi yang sempurna menjadi sebuah bangunan yang megah dan representatif serta dapat di pergunakan dengan bangga oleh seluruh lapisan masyarakat untuk kesempatan-kesempatan istimewa.

Ruang Sasana Mangunsuka.

Didirikan mendampingi keanggunan bangunan Dalem Wuryaningratan yang dibangun dan diselesaikan pada tahun 2002., merupakan suatu bangunan yang dilengkapi dengan kemewahan interior ruang dalam yang memiliki ciri khas Langgam Jawa. Dihiasi Patangaring yang megah keemasan menjadi kebanggaan tersendiri bagi siapa saja yang mempergunakan ruangan indah tersebut.

(45)

Ruang Souvenir Shop & Lounge.

Souvenir dan Lounge DH akan hadir pada pertengahan 2009. Sebuah toko souvenir yang menyediakan berbagai pernak pernik unik khas House of Danar Hadi. Produk souvenir yang dijual akan mengikuti tema batik dari Koleksi Museum Batik Kuno Danar Hadi. Lounge DH adalah tempat yang cozy didesain bergaya etnik modern juga dihadikan di kompleks ini. Di Lounge ini Anda dapat menikmati aneka suguhan minuman dan panganan lezat dengan cita rasa khas Solo.

Showr oom Batik Danar Hadi.

Melengkapi one stop of batik adventure, House Of Danar Hadi juga menyuguhkan showroom yang menyediakan beraneka ragam produk eksklusif, cenderamata khas Solo dari Batik Danar Hadi dan merupakan hasil karya yang diciptakan melalui workshop batik Danar Hadi. Showroom ini adalah tempat dimana pengunjung dapat secara langsung mengapresiasikan

Gambar 2.25 Sasana Mangunsuka

(46)

batik sebagai bagian dari gaya hidup masa kini (lifestyle). Penataan toko yang apik dan artistik menambah kenyamanan pengunjung ketika berbelanja.

Wor kshop Batik Tradisional.

Terciptanya sebuah karya wastra batik indah yang lahir dari tangan-tangan terampil bercita rasa seni tinggi, dapat Anda saksikan langsung disini. Dari mulai proses pembuatan motif pada kain, meletekkan malam di atas kain sampai dengan proses pewarnaan batik tradisional. Semuanya menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi siapapun yang menyaksikan.

Gambar 2.27 Interior Showroom Batik Danar Hadi

(47)

e) Tampilan

Galeri ini merupakan bangunan kuno yang bentuknya merupakan bangunan tradisional Jawa yaitu Joglo. Terdapat unsur repetisi yang diperlihatkan dengan pengulangan kolom-kolomnya. Adanya unsur penguat berupa pediment dengan ukiran khas keraton menjadi focal point yang memberi daya tarik bagi galeri ini. Ekspresi ’simple’ diperkuat dengan penggunaan warna netral dan tidak saling bertentangan sehingga membuat bangunan ini terkesan menyatu.

Gambar 2.29 Tampak Galeri Batik Kuno Danar Hadi.

f) Ruang dalam

Pada ruang dalam pada dindingnya menggunakan warna netral dan dihiasi dengan kain batik dan foto-foto Soekarno pada zaman dahulu. Sehingga apabila kita masuk ruang dalam terasa bangunan ini adalah bangunan kuno. Serta dilengkapi dengan kayu ukir-ukiran sebagai hiasan yang melambangkan khas Jawa.

(48)

g) Ruang luar

Pada ruang luar cukup banyak vegetasi sebagai peneduh bangunan sehingga bangunan terasa sejuk. Dengan permainan lampu pada vegetasi ruang luar terlihat bangunan ini memiliki ketertarikan tersendiri. Dari itu semua dapat disimpulkan bahwa ruang luar pada bangunan galeri Danar Hadi begitu diperhatikan.

Gambar 2.31 Ruang Luar

Berdasarkan studi kasus diatas, bahwa bangunan galeri batik Danar Hadi menggunakan arsitektur tradisional. Adanya joglo dan pediment dengan ukiran khas keraton. Selain itu, penerangan pada galeri kebanyakan menggunakan pencahayaan buatan dan penataan benda pamer (kain batik) sebagian besar di-display sehingga pengunjung bisa menikmatinya dalam jarak yang cukup dekat.

Sebagai penunjang dari galeri juga dihadirkan toko souvenir dan cafe. Program yang ditawarkan galeri selain pameran karya seni batik, diadakan kegiatan pelatihan membatik bagi para pengunjung yang ingin belajar bagaimana cara membatik.

(49)

2.1.3.2. Galeri Batik Barong Gung

a) Lokasi

Galeri Batik Barong Gung terletak desa Mojosari kec. Kauman barat kota Tulungagung.

b) Sejar ah galeri

Batik Baronggung didirikan sebagai usaha untuk melestarikan budaya dan melanjutkan warisan nenek moyang.Batik Baronggung berdiri pada tanggal 5 juni 1978.

Pengambilan nama Baronggung sendiri berasal dari kata Barong dan Gung . Barong (nama motif batik) salah satu motif batik jenis lereng/ garis miring yang paling besar dan Gung adalah dari kata Tulungagung atau juga berarti Agung (besar).

c) Fasilitas

Untuk fasilitas di galeri batik Barong Gung hanya mempunyai satu ruang yang luas. Di dalam satu ruang tersebut terdapat lima macam jenis batik. Dengan cara memisahkan produk batik tersebut dengan lemari display dan kayu pajang. Sehingga tidak memerlukan pembagian ruang yang banyak. Lima macam jenis batik yaitu:

• Batik Tulis

• Batik Cap

• Batik Cap Kombinasi Tulis

• Batik Printing

(50)

d) Tatanan Ruang

Untuk tatanan ruangnya pada galeri ini hanya membedakan produk yang di display di dalam lemari display dan di gerai di kayu display. Untuk itu di galeri ini untuk tatanan ruangnya hanya menggunakan penataan lemari dengan perbedaan jenis produk batik.

Gambar 2.32 Penataan produk batik

e) Tampilan

(51)

Gambar 2.33 Tampak Galeri Barong Gung

f) Ruang Dalam

Pada ruang dalam galeri batik Barong Gung ini tidak terlalu di desain sehingga seperti bangunan rumah biasanya yg mengekspose dinding berwarna putih. Jadi ruang dalam galeri ini tidak menggunakan konsep rumah jawa.

Gambar 2.34 Ruang Dalam Galeri Batik Barong Gung

g) Ruang Luar

(52)

Studi kasus diatas yaitu bangunan galeri batik Barong Gung menggunakan arsitektur tradisional. Adanya joglo dan pada atap terdapat ornamen yang mirip dengan lambang keraton. Penataan kainbatik maupun busana batik sebagian besar di-display sehingga pengunjung bisa menikmatinya dalam jarak yang cukup dekat. Tetapi pada interiornya kurang didesain sehingga hanya terlihat dinding biasa.

Kesimpulan dari Galeri Batik Barong Gung ini cukup dapat dikatan sebagai galeri batik yang sederhana karena fasilitas yang ada hanya memamerkan dan menjual batik yang ada tidak ada fasilitas penunjang lainnya.

2.1.4. Analisa Hasil Studi

Berdasarkan studi kasus diatas, kesimpulan dari perbedaan dan kesamaan kedua objek tersebut adalah sebagai berikut pada tabel 2.1:

Tabel 2.2 Perbandingan Objek Kasus

No Keter angan Galer Batik K uno

merupakan jalur antar

daerah.

2. Klasifikasi Jenis

Kerajinan

Batik-batik kuno. Batik khas kota

Tulungagung dan pakaian

jadi berbahan dari kain

(53)

No Keter angan Galer Batik K uno

• Layanan jual beli

• Layanan informasi

4. Fasilitas penunjang • Dalem

Wuryaningratan

Data penjelasan dari kedua objek tersebut dapat diambil satu kesimpulan untuk desain perencanaan sebagai berikut :

1. Akses menuju bangunan mudah dicapai dan bersifat terbuka agar mudah untuk dilihat dan dilewati.

2. Berada di dekat lokasi fasilitas umum dan kawasan perdagangan yang memudahkan para pengunjung.

3. Karena bangunan yang akan dibangun dikhususkan semua golongan, umur maka bangunan ini bersifat untuk umum.

2.2. Tinjauan Khusus

2.2.1. Penekanan Perancangan

(54)

Rumah Batik Seru Alami Lulut ini pada dasarnya cukup banyak dan saling berkaitan.

2.2.2. Lingkup Pelayanan

Galeri Mangrove di Surabaya ini memiliki lingkup pelayanan terhadap pengunjung yang meliputi seluruh lapisan masyarakat dan wisatawan manca negara. Adapun lingkup pelayanan galeri ini antara lain ditujukan kepada:.

1. Pengunjung yang mempunyai maksud untuk berbelanja atau sekedar jalan-jalan/berwisata seperti wisatawan lokal atau mancanegara.

2. Seniman dan desainer batik sebagai pengusaha dibidang yang bersangkutan, untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya.

3. Pencinta dan pemerhati batik

Galeri Mangrove ini tidak membatasi pengunjung baik dari tingkatan umur maupun fisik (normal atau penyandang cacat /difabel). Galeri ini dilengkapi dengan proses pembuatan batik secara tradisional, manual, dan langsung. Dengan mendatangkan pengrajin batik dari daerah penghasil batik. Di galeri ini para pengunjung akan tahu sejarah batik Jawa Timur. Karena pada galeri akan dilengkapi video, gambar maupun tulisan yang menceritakan asal usul batik Jawa Timur.

2.2.3 Aktifitas Dan Kebutuhan Ruang

Aktifitas yang ditampung dalam Galeri Mangrove ini dibedakan menjadi 4 bagian yaitu dapat dilihat di tabel 2.3:

§ Umum / Pengunjung

§ Pengrajin dan Desainer

§ Pengelola Gedung

(55)

1. Umum / Pengunjung

No Aktivitas Kebutuhan Ruang

1 Datang kemudian memarkir kendaraan Parkir 2 Penerima, transisi kegiatan antar bagian unit

kegiatan

Hall/lobby

3. Memamerkan koleksi R. pamer

4. Servis Toilet

2. Pengrajin dan Desainer Batik

No Aktivitas Kebutuhan Ruang

1. Tempat melakukan proses membatik Workshop 1 2. Memesan batik untuk dijadikan busana Butik

3. Pengelola Gedung

Aktivitas Kebutuhan Ruang

1 Mengurus hal-hal yang berhubungan dengan administrasi dan keuangan

R. Administrasi dan keuangan

2 Mempelajari, mempersiapkan dan menyimpan koleksi yang akan dipamerkan

Studio koleksi

3 Menerima, menyusun, mengemas dan mengirimkan koleksi

R. Pemasaran koleksi

4 Menyimpan, mencatat koleksi yang dipamerkan sebelum atau sesudahnya

R. registrasi dan arsip koleksi

5 Servis Toilet

(56)

4. Service

No Aktivitas Kebutuhan Ruang

1 Duduk, menulis dan membaca Ruang kepala ME

2 Perawatan dan servis R. pompa

3 Perawatan dan servis R. trafo

4 Perawatan dan servis R. genset dan panil

5 Menyimpan peralatan Gudang peralatan

6 Duduk dan menjaga keamanan R. jaga/keamanan

2.2.4. Perhitungan Luasan Ruang

Perhitungan standar luasan ruang pada Galeri Mangrove ini berdasarkan literatur dan pertimbangan dari studi ruang yang telah dilakukan. Dimana pertimbangan tersebut berdasarkan :

•Kapasitas pemakai

•Sirkulasi

•Peralatan pendukung

•Kenyamanan pemakai

•Asumsi dari studi kasus dan studi banding

Sedangkan standar perhitungan luas ruang yang berdasarkan literatur bersumber dari buku, yaitu :

•Neufert Architect Data ( NAD )

•New Metric Handbook ( NMH )

•Dimensi Manusia Dan Ruang Interior

(57)
(58)
(59)

3. Ruang Membatik

K. Ruang Luas Jumlah Luas

a.Ruang membatik Sirkulasi 30 %

225 m2

292.5 m2 67.5 m2

Total 292.5 m2

(60)
(61)

5. Ruang servis

Ruang Luas Jumlah Luas

a. Ruang kepala ME

Sirkulasi 30 %

20 m2

26 m2 6 m2

b. R. pompa

Sirkulasi 30 %

30 m2

39 m2 9 m2

c. R. trafo

Sirkulasi 30 %

20 m2

26 m2 6 m2

d. R. genset dan panil Sirkulasi 30 %

20 m2

26 m2 6 m2

(62)

6. Parkir

Ruang Luas Jumlah Luas

a. Parkir mobil Sirkulasi 30 %

630 m2

819 m2 189 m2

b. Parkir motor Sirkulasi 30 %

94 m2

122.2 m2 28.2m2

c. Parkir bus Sirkulasi 30 %

120 m2

156 m2 36m2

d. Pos jaga Sirkulasi 30 %

12 m2

15.6 m2 3.6m2

(63)

Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh luasan lantai untuk Galeri Mangrove beserta area parkir, yaitu :

o Galeri Batik = 1475.5 m2

o Butik = 552.5 m2

o Ruang Membatik = 292.5 m2

o Ruang Pencelupan = 390 m2

o Ruang servis = 117 m2

o Fasilitas Penunjang = 1112.8 m2

Total = 3940.3 m2

Berdasarkan aktifitas dan kebutuhan ruang diatas maka dapat dibedakan kelompok-kelompok ruang menurut penggunanya yang ada di Galeri Mangrove. Adapun kelompok-kelompok ruang tersebut terdiri dari :

1. Fasilitas Utama

• Ruang pamer sementara (temporer)

Workshop • R. Audio visual

• Ruang pengelola/administrasi

• Kedai Batik

(64)

2. Fasilitas Penunjang

• Hall/lobby

• Informasi dan R. tunggu

• Penitipan Barang

• Musholla

• Auditorium

• Toilet

(65)

BAB III

TINJ AUAN LOKASI PERANCANGAN

3.1.Latar Belakang Pemilihan Lokasi

Lokasi merupakan hal yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan suatu proyek. Dalam pemilihan lokasi harus mempertimbangkan persyaratan-persyaratan yang berkaitan dengan proyek yang akan dibangun sehingga akan tercipta integrasi antara keduanya. Surabaya dipilih sebagai lokasi yang tepat untuk mendirikan proyek Rumah Batik, karena pada rancangan kali ini proyek Rumah Batik dikhususkan pada Batik khas Surabaya.

Surabaya dibagi menjadi lima kawasan yaitu Surabaya Pusat, Surabaya Utara, Surabaya Timur, Surabaya Selatan, dan Surabaya Barat. Dalam pemilihan lokasi perancangan, perlu diperhatikan beberapa aspek antara lain apek pencapaian, aspek tata kota, aspek penyediaan tanah, dan aspek akifitas penunjang. Adapun kawasan yang digunakan sebagai alternatif lokasi perancangan adalah kawasan Surabaya Pusat dan Surabaya Selatan. Kawasan Surabaya Pusat memiliki tingkat kegiatan yang paling tinggi sehingga berdampak terhadap kelengkapan fisik kota dan fasilitasnya yang memusat. Sedangkan kawasan Surabaya Timur merupakan kawasan yang sedang berkembang saat ini. Dari kedua kawasan ini, lokasi yang dapat digunakan antara lain :

1. Jl. Tunjungan

(66)

Gambar 3.1 Lokasi site JL. Tunjungan Sumber : Google Earth

2. Jl. Embong Malang

Site pada jalan Embong Malang ini merupakan lahan kosong. Site ini berada di samping Hotel JW Marriot.

(67)

3. Kawasan Wisata Hutan Mangrove Wonorejo

Site yang ada di wilayah Wonorejo ini merupakan lahan kosong. Site ini berada di kawasan wisata hutan mangrove yang terdapat wisata air dan hutan mangrove .

Gambar 3.3 Lokasi site Kawasan Wisata Hutan Mangrove Wonorejo Sumber : Google Earth

Dari ketiga lokasi yang diusulkan, akan diambil perbandingan mengenai letak lokasi, aksesbilitas, daerah peruntukan, jaringan infrastruktur, dan arus lalu lintas, sebagaimana berikut :

(68)

Tabel 3.1 Hasil Penilaian pada 3 Pilihan Lokasi Tapak di Surabaya

No Kr iter ia J l. Tunjungan J l. Embong Malang

Kawasan Wisata Hutan

Mangr ove Wonor ejo

1. Kemudahan Pencapaian

Berdekatan dengan pusat perbelanjaan dan

perdagangan – jasa kota Surabaya Pusat

3

Berada di area wisata dan permukiman

3 Mudah dilihat, karena berada pada jalan utama. 3

4. Tingkat

Jalur utama tetapi tidak padat dan tidak bising 3

5. Kepadatan

Lalu Lintas padat karena berada di jalan

primer

1

Lalu lintas cukup padat karena terletak di jalur

premier yang dekat dengan pusat perbelanjaan

1

Lalu lintas sedang karena berada di jalur premier

sekunder kota.

Tinggi karena berada di kawasan pusat kota

Cukup tinggi karena di daerah jalan Merr merupakan kawasan yang mulai berkembang

2

(69)

Keterangan : 3 : Sangat baik 2 : Cukup baik 1 : Kurang

3.2. Penetapan Lokasi

Berdasarkan hal yang telah dijabarkan sebelumnya dengan penilaian yang maksimal, lokasi tapak yang terpilih ialah Kawasan Wisata Hutan Mangrove Wonorejo.

Lokasi ini termasuk dalam kawasan Unit pengembangan wisata Wonorejo yang dekat dengan kawasan wisata yaitu Hutan Mangrove yang dapat memberikan potensi pada perancangan yang sesuai dengan Hutan Mangrove sebagai pemberdayaan Lingkungan.

Adapun batas lokasi, antara lain :

Sebelah utara : Jalan utama wisata mangrove Sebelah selatan : Tanaman Mangrove

Sebelah barat : Lahan Kosong Sebelah timur : Muara Air Bosem

Sedangkan kebijaksanaan pemerintah berdasarkan RDTRK kawasan Unit District Medokan Semampir.

KDB : 60%

KLB : 120% - 240% (1-3 lantai untuk skala unit distrik)

GSB : + 10 m

3.3 Kondisi Fisik Lokasi

3.3.1. Existing Site

(70)

site merupakan Jalan utama wisata mangrove, sebelah selatan site merupakan kawasan Tanaman Mangrove, sebelah timur site Muara Air Bosem, sebelah barat site terdapat lahan kosong. Untuk itu penempatan Main Entrance diletakkan kearah utara karena merupakan jalan utama. Meskipun matahari terbit dari sebelah timur, dengan menggunakan vegetasi maupun sosoran dalam bangunan dapat membuat main entrance lebih teduh.

Gambar 3.4 Existing site Sumber : Google Earth

Kondisi tanah menurut data kemampuan tanah dan jenis tanah dari data pokok Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya tahun 1992, adalah :

Kedalaman efektif tanah : Lebih dari 90 cm

Tekstur tanah : Halus

Drainase : Tidak pernah tergenang

Jenis tanah : Alluvial Hidromof

3.3.2. Aksesibilitas

Pada site yang akan di pergunakan untuk perancangan hanya dilewati oleh satu jalan yaitu jalan yang dari arah kampus STIKOM yang merupakan jalan utama. Untuk itu jalan tersebut dipergunakan sebagai koridor utama untuk penempatan main entrance bangunan.

(71)

Gambar 3.5 aksesbilitas site Sumber : Google Earth

Untuk itu main Entrance diperkuat dengan adanya konsep pada ruang terbuka yang kuat untuk melihatkan atau mengantar pengunjung ke bangunan.

3.3.3. Potensi Lingkungan

Potensi bangunan atau potensi alam yang berkarakter pada lingkungan sekitar tapak ini ialah adanya sarana permukiman dan sarana perdagangan-jasa, sarana pendidikan, dimana dengan adanya sarana-sarana yang menunjang segi financial dan segi fungsional terhadap kawasan perkotaan yang saat ini mulai berkembang. Sarana-sarana tersebut seperti Ruko, perumahan dan permukiman, kampus dan sebagainya. Sedangkan potensi alam yang ada di sekitar site antara lain adanya hutan Mangrove sebagai tempat wisata.

3.3.4. Infrastruktur Kota

• Air Bersih

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada kawasan proyek, saat ini telah menggunakan jasa pelayanan air bersih yang berasal dariPDAM.

• Jaringan Listrik

(72)

Kebutuhan fasilitas listrik pada kawasan perencanaan di suplai oleh PLN wilayah XII Cabang Surabaya Selatan. Dengan tingkatan tegangan listrik yang berbeda di setiap kawasan seperti halnya perbedaan antara kawasan permukiman dengan kawasan perdagangan-jasa.

• Jaringan Telepon

Jaringan telepon di wilayah perencanaan sudah menjangkau seluruh kawasan ini. Pola jaringan telepon mengikuti pola jaringan jalan yang ada di wilayah ini. Pelayanan telepon tidak hanya melalui sambungan langsung ke rumah atau tempat usaha, tetapi juga dengan telepon umum dan wartel yang dimaksudkan agar dapat menjangkau masyarakat luas. Pengembangan pelayanan telekomunikasi telepon diutamakan terutama untuk kegiatan pemerintahan, perdagangan, jasa dan kegiatan lain dengan intensitas tinggi.

• Sistem Pembuangan Sampah

Pada system pembuangan pada site jauh dari Tempat Pembuang Akhir (TPA) sampah, tetapi disini pada perancagan dibuatkan tempat untuk pengumpulan sampah yang berada di sekitar obyek rancangan, lalu pengangkutan sampah, dan pembuangangan sampah yang akan dibuang ke TPA

• Saluran Drainase

Pada lokasi proyek untuk saluran drainase sudah terstuktur dengan adanya pembuatan selokan yang di buang ke sungai Jagir alokasi pembuangan debit air hujan maupun air dari bangunan tidak akan mengakibatkan banjir.

3.3.5. Peraturan Bangunan Sekitar

(73)

• Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : 60 %

• Koefisien Lantai Bangunan (KLB) : 120% - 240% (1-3 lantai untuk skala unit distrik)

• Tinggi Bangunan : 1-3 lantai

• Garis Sempadan Bangunan (GSB) untuk bangunan perdagangan : +10 m

(74)

BAB IV

ANALISA PERANCANGAN

4.1. Analisa Site 4.1.1. Aksesbilitas

Analisa aksesibilitas jalur kendaraan disekitar lokasi site memberi petimbangan dalam merencanakan entrance site. Pada lokasi site terdapat satu akses jalan yaitu dari arah kampus STIKOM. Yang lebih tepatnya site terletak dekat dengan kawasan wisata air yang berada di Wonorejo. Lebarnya jalan utama menuju site dapat mengurangi kemacetan pada lalu lintas yang ada. Sehingga dapat dicapai masyarakat dari berbagai wilayah. Jalan utama yang dari arah kampus STIKOM merupakan jalan 2 arah. Jalur jalan yang menuju arah timur merupakan akses yang dapat digunakan untuk menentukan main entrance. Karena jalur tersebut dapat memudahkan para pengunjung memasuki site rancangan.

Gambar 4.1. Lokasi perencaraan site Skala 1:5000

U M ain

(75)

Gambar 4.2. Penentuan Me

Keterangan : : Site

: ME

: SE

: Jalur 2 arah

Lahan Kosong

U T S

(76)

4.1.2. Analisa Iklim

Indonesia yang beriklim tropis menghadapi dua pergantian musim yaitu musim panas dan musim hujan. Pengaruh kedua musim ini pada lingkungan site menghadirkan bangunan yang harus dapat bertahan pada dua musim tersebut.

Pada kawasan perencanaan Surabaya timur yang ditunjukan pada gambar di bawah ini, menujukan arah pergerakan matahari. Sesuai dengan arah terbit dan terbenam matahari, pergerakan udara, pembayangan bangunan sekitar.

Massa bangunan diorientasikan ke arah Timur agar tidak terganggu dengan panas matahari, hal itu dapat ditanggulangi dengan memberikan penyelesaian secara arsitektural. Misal dengan pengolahan bentukan massa bangunan sehingga secara otomatis memberi efek atau berfungsi sebagai sosoran.

Dengan meminimalkan bukaan pada daerah yang banyak tertimpa panas matahari dengan frekuensi panas yang tinggi. Dapat juga memberikan elemen penyerap panas yang membuffer site atau massa bangunan, seperti elemen air dan pohon. Atau dapat juga dengan menggunakan material-material yang dapat menyerap dan mengurangi panas yang masuk ke dalam ruangan, seperti

Gambar 4.3. Pergerakan matahari Skala 1:5000

(77)

penggunaan batu marmer untuk pelapis dinding, juga penggunaan tirai atau kisi-kisi.

Gambar 4.4. Arah angin

: Orientasi matahari : Arah Angin

(78)

Gambar 4.5. Pembayangan

Untuk pembayangannya di sekitar site merupakan lahan kosong dan sungai hanya terdapat rerumputan. Sehingga tidak ada bangunan yang tinggi untuk memberikan bayangan untuk memunculkan suasana sejuk yang terlindung dari sinar matahari. Maka salah satu cara yaitu memberikan vegetasi untuk memberikan efek sejuk.

4.1.3. Analisa Lingkungan Sekitar

Wilayah perancangan berada di bagian Surabaya Timur dimana pada wilayah ini merupakan kawasan yang sedang berkembang.

Gambar 4.6. Analisa lingkungan sekitar

Obyek yang berada di lokasi site dapat memberikan pengaruh terhadap kondisi sekitar dari suatu lingkungan. Yang sebelumnya lingkungan di sekitar site merupakan kawasan permukiman biasa dengan adanya obyek perancangan di lokasi site yang sama merubah suatu lingkungan menjadi sebuah kawasan komersial dengan nilai jual tinggi.

Lahan Kosong

Lahan

(79)

Dengan adanya hutan Mangrove yang sesuai dengan obyek perancangan yang mengangkat batik mangrove. Disini mendekatkan fungsi hutan mangrove sebagai tempat wisata dengan obyek rancang untuk saling melengkapi, karena pemilihan site juga mempertimbangkan dengan adanya hutan mangrove yang sesuai dengan awal mulanya batik mangrove muncul. Hal tersebut wajar adanya dalam memberikan keterkaitan satu sama lain yang terkadang keterkaitan tersebut malah memberi nilai yang lebih bagi lingkungan disekitarnya.

Gambar 4.7. Analisa view keluar

Pemilihan view yang terbaik pada site orientasi bangunan menghadap muara air bosem dan tanaman magrove, karena disebelah utara site merupakan lahan kosong.

Gambar 4.8. Analisa Kebisingan

Untuk tingkat kebisingan tidak hanya datang dari lalu lintas tetapi lingkungan sekitar juga dapat menimbulkan kebisingan. Misal, letak site

Jl. Dari arah STIKOM U

T S

B

Lahan kosong

+

(80)

bersebelahan dengan terminal maka tingkat kebisingan dari posisi site yang paling dekat dengan terminal sangat tinggi. Berbeda dengan apabila sebelah site merupakan sekolahan atau perumahan yang tingkat kebisingannya rendah.

4.1.4. Analisa Zoning

Merupakan pengelompokkan zona–zona kebutuhan ruang yang digunakan oleh pemakai atau pengguna didalam obyek perancangan. Dimana pengelompokkan zona – zona tersebut memberikan batas –batas terhadap fungsi-fungsi ruang yang ada dalam obyek perancangan. Berikut ini zoning pada site rancangan.

Karakter-karakter bangunan sekitar site sangat berpengaruh terhadap objek rancangan. Arah hadap view bangunan terhadap kawasan pun menjadi potensi tersendiri bagi objek yang berada pada site rancangan. Lingkungan sekitar juga berpengaruh dalam analisa zoning, karena pembagian zona mempertimbangkan juga dari tingkat kebisingan lingkungan sekitar.

Gambar 4.9. Penzoningan

Gambar 4.9. Analisa Zoning

(81)

Keterangan :

ME

Zona publik

• Butik

Zona Publik

•Galeri Batik

Zona Public

•Ruang pencelupan

4.2. Analisa Ruang 4.2.1. Organisasi Ruang

Dari program ruang berdasarkan kebutuhan yang telah dilakukan di bab 2 sebelumnya, telah ditemukan ruang-ruang dengan perbedaan fungsi, kebutuhan, aktivitas yang terjadi di dalamnya, serta perbedaan pengguna yang direncanakan hadir dalam perancangan proyek. Dari beragam jenis ruang-ruang yang ada tersebut, perlu dilakukan sebuah pengorganisasian ruang agar ruang-ruang tersebut dapat hadir dengan perancangan yang lebih terarah, teratur, terencana dan tidak abstrak penempatannya sehingga secara pasti untuk mempermudah pengguna dalam menggunakan ruang-ruang tersebut nantinya.

(82)

Fasilitas Utama

• Galeri

Workshop

• Ruang Butik/Display

• Ruang Pamer Koleksi Produk Baru

• Ruang pengelola/administrasi

Ruang-ruang tersebut dikelompokkan atau diorganisasikan dengan yang saling berkaitan memiliki kedekatan, baik dari fungsi, aktivitas yang terjadi maupun pengguna nantinya.

Secara diagram dapat digambarkan sebagai berikut:

(83)

4.2.2. Hubungan Ruang dan Sirkulasi

Hubungan ruang menjelaskan tentang seberapa dekat keterkaitan antara satu ruang dengan yang lainnya. Karena suatu hubungan ruang dapat mempengaruhi atau menjadi pertimbangan terhadap perletakan ruang atau bentukan rancangan nantinya.

Gambar 4.11. Diagram Hubungan Ruang

Sedangkan untuk sirkulasi ruang yaitu perencanaan alur sirkulasi pengguna terhadap ruang-ruang di dalam suatu rancangan, yang memudahkan aksesibilitas, disini sirkulasi ruang dibedakan menurut penggunanya, untuk kemudian direncanakan selaras sehingga menciptakan aksesibilitas antar ruang yang baik.

Berikut adalah gambar yang menjelaskan sirkulasi antar ruang : Galeri

Ruang pamer produk baru Ruang Butik Display

Workshop

Gambar

Gambar 2.13. Sirkulasi pada ruang pamer kecil
Tabel 2.1 pembagian 8 ruang utama Galeri Batik Kuno Danar Hadi,
Gambar 2.24 Dalem Wuryaningratan
Gambar 2.25 Sasana Mangunsuka
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan kewajaran penyajian Laporan keuangan yang disusun terdiri dari Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan arus kas, Laporan Pembagian Hasil Usaha di

Fungsi sekaligus tujuan negara Indonesia terkandung dalam aline kedua dan keempat Pembukaan UUD 1945. Untuk mewujudkan cita-cita dantujuan bangsa Indonesia, dibentuk

Kemampuan berpikir kritis siswa dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes kemampuan berpikir kritis yang diberikan dalam bentuk Pre-test dan Post-test pada kelas

Terdapat pula temuan penelitian bahwasanya Berdasarkan pada hasil korelasi tiap aspek, dari variabel kebahagiaan menunjukkan bahwa aspek resiliensi merupakan aspek

Interaksi komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap bobot segar tanaman talas dengan rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan K

(Khusus Prodi Farmasi, Manajemen Informasi Kesehatan, Bioteknologi, Keperawatan, Rekam Medis, Desain Interior, Desain Produk dan Desain Komunikasi Visual). (h)

Berdasarkan berbagai hal yang dapat menyebabkan storage lesion pada PRC dan parameter yang menunjukkan peningkatan selama penyimpanan PRC dalam beberapa penelitian lain,

Dari hasil analisis kimia kerupuk daging lidah buaya mentah yang dibandingkan dengan SNI kerupuk udang dapat diperoleh hasil, untuk kadar air kerupuk lidah buya mentah