• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

63

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Pelaksanaan Tindakan

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang sesuai dengan rumusan yang telah diajukan oleh peneliti. Hasil penelitian disajikan dengan deskripsi yang lebih rinci. Hasil penelitian disajikan mulai dari pratindakan sampai dengan pada akhir siklus. Rencana tindakan ini mengacu pada tindakan penelitian model spiral Suharsimi Arikunto, dimana masing-masing siklus terdiri atas 3 tahap yaitu tahap perencanaan, tindakan/observasi, dan refleksi.

Sebelum melakukan tindakan perencanaan peneliti terlebih dahulu melakukan tindakan prasiklus. Tindakan prasiklus diambil peneliti dari nilai ulangan harian terakhir yang diperoleh dari guru kelas 5. Berdasarkan kondisi awal atau prasiklus tersebut selanjutnya peneliti melakukan tahap perencanaan untuk siklus 1. Pada tahap perencanaan peneliti membuat RPP, membuat evaluasi untuk akhir siklus, serta membuat lembar observasi guru dan siswa dalam pembelajaran. Setelah melakukan perencanaan selanjutnya peneliti melaksanakan tahapan yang kedua yaitu tahap pelaksanaan tindakan. Pada tahap pelaksanaan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan pelaksanaan peneliti hanya berperan sebagai observer sedangkan kegiatan pengajaran dilakukan oleh guru kelas 5. Tahapan yang terakhir adalah tahap refleksi. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis data. Hasil analisis data ini yang digunakan peneliti untuk melaksanakan rencana tindakan pada siklus 2.

4.1.1. Pelaksanaan Prasiklus 1. Kondisi Prasiklus

Kegiatan yang paling pokok dalam proses pembelajaran di kelas adalah berlangsungnya interaksi antara guru dan siswa. Proses pembelajaran merupakan proses edukatif antara dua unsur manusiawi yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar sehingga guru memiliki peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Dalam mengelola interaksi pembelajaran maka guru dituntut untuk mampu mendesain program, menguasai

(2)

materi, serta mampu menentukan pemilihan model pembelajaran yang sesuai sehingga dapat menciptakan kondisi kelas yang kondusif.

Dalam kegiatan proses pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru cenderung mengajar menggunakan metode konvensional yang rentan dengan pembelajaran ceramahan yang tidak variatif, dimana guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran, sedangkan siswa lebih sebagai penerima informasi secara pasif. Siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar. Pembelajarannyapun masih sangat abstrak dan teoritis serta kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final. Sehingga interaksi di antara siswa kurang. Melihat kondisi pembelajaran yang monoton, berdampak pada hasil belajar siswa kelas 5 dalam menerima materi pada mata pelajaran IPA semester 2. Nilai rata-rata ulangan harian pada pelajaran IPA masih rendah, bahkan masih banyak ditemukan siswa yang dinilaninya dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 70.

2. Hasil Analisis Prasiklus

Pada prasiklus peneliti mengambil nilai ulangan harian yang dilaksanakan sebelum melakukan tindakan siklus 1.Berikut nilai hasil ulangan harian yang peneliti peroleh sebelum melakukan tindakan siklus 1.

Tabel 9.

Nilai Ulangan Harian IPA Kelas 5 Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013 SDN Urutsewu 3

No Nama Siswa Nilai Prasiklus Keterangan

1 DU 64 Belum Tuntas

2 DC 62 Belum Tuntas

3 FFR 62 Belum Tuntas

4 ANA 54 Belum Tuntas

5 AK 70 Tuntas

6 EMM 62 Belum Tuntas

7 F 68 Belum Tuntas

8 IL 56 Belum Tuntas

9 KDS 62 Belum Tuntas

10 NA 60 Belum Tuntas

(3)

No Nama Siswa Nilai Prasiklus Keterangan 12 RDS 70 Tuntas 13 RH 78 Tuntas 14 RDV 80 Tuntas 15 A 80 Tuntas 16 AF 58 Belum Tuntas 17 APP 72 Tuntas

18 AMW 58 Belum Tuntas

19 ATS 58 Belum Tuntas

20 BL 60 Belum Tuntas 21 DAF 76 Tuntas 22 DAN 70 Tuntas 23 DRW 84 Tuntas 24 E 70 Tuntas 25 GLS 72 Tuntas 26 IRA 70 Tuntas 27 MRD 56 Belum Tuntas 28 MNC 74 Tuntas 29 RP 50 Belum Tuntas 30 RFS 64 Belum Tuntas

31 SAW 62 Belum Tuntas

32 SRA 66 Belum Tuntas

33 SW 76 Tuntas

34 TA 56 Belum Tuntas

35 TAS 72 Tuntas

36 NPA 60 Belum Tuntas

37 MDS 70 Tuntas

38 PAA 64 Belum Tuntas

KKM 70 Rata-rata kelas 65,94 Nilai maksimum 84 Nilai minimum 50

Agar lebih mudah dalam menentukan kelompok interval nilai atau data yang sudah diperoleh, maka peneliti menggunakan pengelompokkan dalam bentuk tabel. Sehingga akan lebih mudah melihat dan mengetahui tentang jangakuan skor tertinggi dan skor terendah, banyaknya katagori serta interval dari data yang ada. Dalam hal ini, peneliti menggunakan rumus dari Sugiyono

(4)

(2011:34-35) yang menggunakan rumus K=1+3,3 log n. Adapun rumus untuk menentukan Range, banyak kategori, dan interval adalah sebagai berikut :

Rumus dalam penentuan interval sebagai berikut:

Range / Jangkauan = skort tertinggi – skor terendah Banyak kategori / kelas = 1 + 3,3 log n

Interval (K) = range/(banyak kategori)

Dalam menentukan pembuatan interval nilai, cara menentukan interval nilai dengan baik, peneliti menggunakan rumus untuk memudahkan mengatur jarak interval nilai sesuai hasil nilai yang di peroleh siswa dengan rumus sebagai berikut : Log 38 = 1,579 K = 1 + 3,3 log 38 K = 1 + 3,3 .1,579 K = 1 + 5,247 K = 6,247 dibulatkan menjadi 6.

Berdasarkan data hasil belajar prasiklus, setelah dilakukan analisis berdasarkan nilai hasil prasiklus dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini.

Tabel 10.

Distribusi Ketuntasan Belajar Prasiklus Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3

Interval Frekuensi Keterangan Persentase (%)

84-90 1 Tuntas 2,6% 77-83 3 Tuntas 7,9% 70-76 12 Tuntas 31,6% 63-69 5 Belum Tuntas 13,2% 56-62 15 Belum tuntas 39,4% 49-55 2 Belum tuntas 5,3% Jumlah 38 100%

Berdasarkan dari data diatas hasil nilai ulangan harian siswa kelas 5 pada mata pelajaran IPA sebagai nilai prasiklus yang di ambil peneliti sebelum melakukan tindakan siklus 1, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tersebut

(5)

rendah, hal ini dapat diketahui melalui tabel 9. Berdasarkan nilai prasiklus diatas perbandingan siswa yang belum mencapai KKM adalah 22 siswa dengan persentase sebesar 57,9%, sedangkan siswa yang tuntas dari KKM adalah 16 siswa atau 42,1%. Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah siswa yang mencapai interval nilai 84-90 sebanyak 1 orang dengan persentase 2,6%, jumlah siswa yang mencapai interval nilai 77-83 sebanyak 3 orang dengan persentase 7,9%, jumlah siswa yang mencapai interval nilai 70-76 sebanyak 12 orang dengan persentase 31,6%, jumlah siswa yang mencapai interval nilai 63-69 sebanyak 5 orang 13,2%, jumlah siswa yang mencapai interval nilai 56-62 sebanyak 15 orang 39,4%, dan jumlah siswa yang mencapai interval nilai 49-55 sebanyak 2 orang dengan persentase 5,3%. Jadi, jumlah keseluruhan siswa ada 38 siswa dimana jumlah siswa yang tuntas ada 16 siswa dan tidak tuntas ada 22 siswa, dengan perolehan nilai terendah yaitu 50 dan tertinggi 84.

Pada pembelajaran IPA ini, guru menggunakan metode konvensional, sehinga masih ada 22 siswa yang belum mencapai nilai KKM.Sehingga peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas demi membantu meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada pembelajaran IPA materi “Cahaya dan Sifat-sifatnya” untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Secara lebih rinci, hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini:

(6)

Gambar 3.

Grafik Nilai Prasiklus Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3

Berdasarkan pada patokan penilaian peneliti bahwa siswa yang dikatakan tuntas apabila nilai siswa mencapai KKM = 70, maka persentase keseluruhan siswa yang mencapai kriteria KKM maupun yang belum mencapai kriteria KKM, disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 11.

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Prasiklus Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3

No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan

Jumlah Siswa Persentase (%)

1 <70 22 57,9% Belum tuntas 2 ≥70 16 42,1% Tuntas Jumlah 35 100% KKM 70 Nilai tertinggi 84 Nilai terendah 50 0 2 4 6 8 10 12 14 16 84-90 77-83 70-76 63-69 56-62 49-55 1 3 12 5 15 2

Nilai Prasiklus

(7)

Seperti pada tabel 11 diatas, Persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas 5 SDN Urutsewu 3 Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Sebelum dilakukan tindakan, diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM sebanyak 22 siswa dengan persentase 57,9%, sedangkan siswa yang mencapai KKM sebanyak 16 siswa dengan persentase 42,1% dari total seluruh siswa sebanyak 38. Nilai terendah hasil belajar siswa adalah 50 sedangkan nilai tertinggi hasil belaajar siswa adalah 84.

Dari tabel diatas dapat disajikan grafik presentase hasil belajar siswa pada prasiklus yang belum mencapai KKM dan yang sudah mencapai KKM sebagi berikut :

Gambar 4.

Grafik Persentase Ketuntasan Nilai Hasil Belajar Prasiklus Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3

4.1.2. Pelaksanaan Siklus 1 1. Tahap Perencanaan Tindakan

Setelah memperoleh data hasil belajar siswa kelas 5 SDN Urutsewu 3 pada kondisi awal, selanjutnya peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas 5 untuk melakukan kegiatan siklus 1. Dalam siklus 1 ini peneliti melakukan 3 kali

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00%

Belum Tuntas Tuntas 57,90%

42,10%

Persentase Ketuntasan Belajar

Prasiklus

Belum Tuntas Tuntas

(8)

pertemuan, dimana masing-masing pertemuan terdiri atas 2 jam pelajaran (2×35 menit).

Sebelum melaksanakan siklus 1, peneliti bersama guru kelas 5 menyiapkan rencana pembelajaran dimana peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang selanjutnya dikonsultasikan kepada guru kelas 5 untuk mengetahui apakah sesuai atau tidak RPP yang telah dibuat peneliti diterapkan di sekolah tersebut. Selain itu peneliti juga menyiapkan lembar observasi berupa aktivitas siswa dan kegiatan mengajar guru untuk mengetahui tingkat ketercapaiannya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe GI.

Dalam penelitian ini peneliti berperan langsung sebagai observer kegiatan siswa dan kegiatan mengajar guru. Peneliti dibantu oleh 1 mahasiswa yang berperan sebagai pengambil dokumtasi foto selama kegiatan pembelajaran. Materi yang dipilih oleh guru kelas 5 adalah cahaya dan sifat-sifatnya.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan/observasi

Pelaksanaan siklus 1 dilakukan pada tanggal 20, 25, 27 Maret 2014. Dengan standar kompetensi menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model dan kompetensi dasarmendeskripsikan sifat-sifat cahaya tertentu (karet, logam, kayu, plastik) dalam kehidupan sehari-hari. Untuk indikator pembelajaran pada pertemuan pertama adalah menyebutkan sumber cahaya yang ada disekitar dan mendeskripsikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap). Pada pertemuan kedua adalah mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin, dan menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan. Sedangkan pertemuan ketiga adalah menunjukkan bukti bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna dan memberikan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari.

a. Analisis data hasil observasi guru

Hasil observasi siklus 1 pada pertemuan pertama guru masih terlihat bingung dengan langkah-langkah pembelajaran GI. Hal ini disebabkan karena kurangnya persiapan guru sebelum mengajar dengan model kooperatif tipe GI yang telah peneliti siapkan.. Namun pada umumnya guru sudah melaksanakan

(9)

dengan baik semua kegiatan pembelajaran antara lain menyiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran. Guru mengatur siswa dalam pembagian kelompok secara heterogen sehingga diharapkan masing-masing kelompok memiliki kekuatan yang merata. Guru juga memeriksa kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran walaupun masih ada beberapa siswa yang masih susah diatur dan membuat gaduh kelas dengan memberikan teguran dan memotivasi siswa yang suka membuat gaduh agar dapat tenang dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran, serta menjelaskan aturan dalam pembelajaran IPA yang akan dilaksanakan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru juga memotivasi pada seluruh kelas untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, menyampaikan apersepsi dengan sedikit mengulas materi pembelajaran yang lalu serta menjelaskan tujuan pembelajaran serta uraian kegiatan agar siswa memiliki gambaran tentang kegiatan yamg akan dilakukan.

Guru juga menjelaskan kepada siswa tentang langkah-langkah pembelajaran GI secara jelas dan rinci. Tujuan dari penjelasan tersebut adalah agar siswa mengerti langkah-langkah apa saja yang akan mereka lakukan pada pembelajaran IPA.

Pada tahap pengorganisasi siswa ke dalam kelompok guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok walaupun suasana kelas bertambah ramai dan gaduh dari pada suasana sebelumnya. Karena jumlah siswa yang cukup banyak yaitu 38 anak, maka guru mengambil inisiatif untuk membagi siswa menjadi 6 kelompok secara heterogen berdasarkan kemampun akademis siswa, dimana masing-masing kelompok terdiri atas 6-7.

Pada tahap pemilihan topik guru yang menentukan topik yang akan diinvestigasi oleh masing-masing kelompok yaitu mengenai sifat-sifat cahaya. Untuk pertemuan pertama masing-masing kelompok melakukan investigasi tentang sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap). Untuk pertemuan kedua masing-masing kelompok melakukan investigasi tentang sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung) serta menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pensil dan koin yang dimasukkan ke

(10)

dalam gelas yang berisi air. Sedangkan untuk pertemuan ketiga masing-masing kelompok melakukan investigasi membuktikan bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna dengan menggunakan cakram warna yang dibuat sendiri oleh masing-masing kelompok, dan yang terakhir adalah memberikan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari yaitu membuat pelangi sederhana dari balon sabun.

Pada tahap perencanaan tugas guru membimbing siswa berdiskusi membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan dalam penelitian serta membimbing siswa dalam menyusun rencana penelitian meskipun belum menyeluruh dalam membimbing siswa.

Pada tahap pelaksanaan investigasi guru sudah membing siswa dalam melakukan peneliian, tetapi guru belum menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa dan terkesan menuntut siswa bahwa hasil penelitian harus sesuai yang diharapkan. Seperti ketika siswa melaksanakan investigasi tentang sifat-sifat bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung dituntut sesuai dalam buku sehingga siswa terpaku dalam buku bukan mencari sendiri. Namun pada pertemuan selanjutnya guru sudah menyerahkan investigasi kepada siswa dan guru hanya membimbing. Pada tahap ini guru juga sudah menumbuhkan keceriaan dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, serta menumbuhkan partisipasi yang aktif dalam proses pembelajaran.

Pada tahap persiapan pembuatan laporan akhir guru memantau hasil penelitian masing-masing kelompok. Guru juga memeriksa hasil penelitian kelompok meskipun tidak semua kelompok diperiksa karena keterbatasan waktu.

Pada tahap presentasi laporan akhir guru mengatur jalannya presentasi dari masing-masing kelompok. Presentasi dimulai dari kelompok 1 dan diakhiri kelompok trakhir yaitu kelompok 6. Selain itu guru juga memberikan pengutan dari hasil presentasi masing-masing kelompok.

Pada tahap yang terakhir yaitu evaluasi guru sudah membimbing siswa dalam membuat kesimpulan tentang materi pembelajaran meskipun masih didominasi oleh guru. Selain itu guru juga memberikan kuis tertulis yang dikerjakan secara individu untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa

(11)

tentang materi yang baru saja dipelajari. Di akhir siklus 1 guru juga memberikan evaluasi berupa test formatif. Test tersebut bertujuan untuk mengetahui efektifitas dalam pembelajaran IPA mengenai sifat-sifat cahaya apakah ada peningkatan hasil belajar dari kondisi awal ke siklus 1. Pada akhir pembelajaran guru juga melakukan refleksi pembelajaran.

Dari hasil observasi pada siklus 1 menunjukkan adanya peningkatan kualitas guru dalam mengajar yang sebelumnya pada kondisi awal hanya menggunakan metode konvensional dan sekarang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI. Dengan pemakain model pembelajaran kooperatif tipe GI terjadi peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD N Urutsewu 3 materi cahaya dan sifat-sifatnya dengan sub pokok bahasan sifat-sifat cahaya mengalami peningkatan mskipun masih banyak ditemukan siswa yang belum tuntas KKM.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut yang perlu diperhatikan guna memperbaiki pembelajaran berikutnya, guru diharapkan agar lebih terbuka terhadap respon siswa, memotivasi siswa supaya mampu bekerja secara kooperatif terutama kepada siswa yang suka membuat ribut dan sulit bekerja dalam tim. Serta membantu siswa dalam menyiapkan sarana pendukung.

Dalam pembelajaran model kooperatif tipe GI agar pada tindakan selanjutnya dapat sesuai dengan apa yang diharapkan, guru diharpkan agar lebih mengerti langkah-langkah pembelajaran GI. Guru juga diharapkan agar dapat lebih menguasai kelas supaya masing-masing siswa benar-benar membahas materi bukan membahas hal lain di luar materi pembelajaran. Selain itu guru juga diharpkan mampu menguasai kemampuan kelompok, hal ini dikarenakan tugas guru dalam pembelajaran GI adalah sebagai fasilitator yang menyediakan kesempatan bagi anggota kelompok untuk memberikan berbagai macam kontribusi, bukan merancang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat faktual seperti apa, bagaimana dan sebagainya.

b. Analisis data hasil observasi siswa

Pada siklus 1 peneliti mengamati aktivitas masing-masing kelompok sedangkan untuk pengambilan dokumentasi foto selama berlangsungnya kegiatan

(12)

pembelajaran peneliti dibantu oleh 1 orang mahasiswa. Untuk kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI pada pembelajaran IPA pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya.

Pada saat guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe GI beberapa siswa masih kesulitan memahaminya. Namun setelah masuk ke dalam kegiatan investigasi mampu mengikuti kegiatan dengan baik.

Pada tahap pengorganisasi siswa ke dalam kelompok keadaan kelas sangat gaduh dimana siswa sibuk mencari anggota kelompoknya serta gaduh karena menata tempat duduk. Siswa juga merasa antusias bergabung dengan kelompoknya meskipun guru yang menentukan anggota kelompok.

Pada tahap pemilihan topik siswa mendengarkan penjelasan guru serta menjawab pertanyaan dari guru mengenai topik yang akan dipelajari. Siswa juga sudah mulai menelaah sumber-sumber informasi.

Pada tahap perencanaan tugas siswa bersama kelompoknya membahas topik yang akan diinvestigasi selanjutnya merencanakan kegiatan investigasi. Pada tahap ini sudah terlihat adanya kerja sama dalam kelompok namun masih terlihat ada beberapa siswa yang belum bisa bekerja sama dengan kelompoknya.

Pada tahap pelaksanaan investigasi siswa bekerja sama dengan kelompoknya mencari informasi, menagalisis data, selanjutnya mereka melakukan percobaan dimana langkah-langkah percobaan sudah ditulis dalam Lembar Kerja Praktikum yang telah dibagikan oleh guru pada saat guru menentukan topik. Setelah melakukan percobaan selanjutnya siswa membuat kesimpulan dari investigasinya.

Pada tahap persiapan pembuatan laporan akhir siswa melakukan persiapan-persiapan apa saja yang akan dilaporkan serta bagaimana membuat presentasinya. Masing-masing kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk memaparkan hasil kerja kelompoknya.

Pada tahap presentasi laporan akhir masing-masing perwakilan kelompok menyamaikan hasil percobaan yang telah dilakukan beserta kesimpulan yang didapat sedangkan kelompok lain memberikan sanggahan apabila hasilnya

(13)

berbeda. Presentasi tersebut dimulai dari kelompok 1 dan diakhiri kelompok trakhir yaitu kelompok 6.

Pada tahap yang terakhir yaitu evaluasi siswa berdasarkan bimbingan dari guru membuat kesimpulan tentang materi pembelajaran meskipun dalam menarik kesimpulan masih didominasi oleh guru. Selain itu siswa juga diberi kuis tertulis yang dikerjakan secara individu untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang baru saja dipelajari. Sedangkan pada akhir siklus 1 siswa mengerjakan evaluasi berupa test formatif. Test tersebut bertujuan untuk mengetahui efektifitas dalam pembelajaran IPA mengenai sifat-sifat cahaya apakah ada peningkatan hasil belajar dari kondisi awal ke siklus 1. Pada akhir pembelajaran siswa menerima refleksi pembelajaran pembelajaran dari guru.

Dari observasi siswa pada siklus 1 sudah ada peningkatan hasil belajar IPA dibandingkan dengan kondisi awal (prasiklus) sebelum diadakan tindakan dengan menggunakan model pembeajaran kooperatif tipe GI.

Kelemahan-kelamahan tersebut dapat diatasi dengan cara memberikan motivasi kepada siswa dengan menumbuhkan rasa percaya diri serta memberikan peluang kepada siswa untuk lebih berperan aktif dalam pembelajaran sehingga semua siswa terliat dalam kegiatan pembelajaran.

3. Refleksi

Berdasarkan pembelajaran siklus 1 yang telah dilaksanakan, hasil belajar IPA sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal (prasiklus) sebelum diadakannya tindakan dengan menggunakan model pembeajaran kooperatif tipe GI. Tetapi masih ditemuan siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM yang telah ditentukan dari pihak sekolah yaitu ketuntasan klasikal <80%. Selain itu siswa yang aktif mengikuti pembelajaranpun belum menyeluruh. Guru juga belum menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa.

Kekurangan-kekurangan dari pelaksanaan pembelajaran siklus 1 akan digunakan peneliti dan guru kelas 5 untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran pada siklus 2. Pada siklus 2 ini model pembeajaran kooperatif tipe GI akan lebih ditekankan dan diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dalam pembelajaran IPA yang ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar IPA.

(14)

4.1.3. Pelaksanaan Siklus 2 1. Tahap Perencanaan Tindakan

Setelah melaksanakan siklus 1, selanjutnya peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas 5 untuk melakukan kegiatan siklus 2 berdasarkan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus 1. Hal ini dilakukan agar pada pembelajaran siklus 2 ini dapat berlangsung lebih baik. Sama halnya dengan siklus 1, pada siklus 2 ini peneliti melakukan 3 kali pertemuan, dimana masing-masing pertemuan terdiri atas 2 jam pelajaran (2× 35 menit).

Pada siklus 2 peneliti juga bersama guru kelas 5 menyiapkan rencana pembelajaran dimana peneliti membuat RPP selanjutnya dikonsultasikan kepada guru kelas 5 untuk mengetahuai apakah sesuai tidaknya RPP yang telah dibuat peneliti diterapkan di sekolah tersebut. Selain itu peneliti juga menyiapkan lembar observasi berupa aktivitas siswa dan kegiatan mengajar guru.

Sama halnya dengan siklus 1 peneliti berperan langsung sebagai observer kegiatan siswa dan kegiatan mengajar guru. Peneliti dibantu oleh 1 mahasiswa yang berperan sebagai pengambil dokumtasi foto selama kegiatan pembelajaran. Materi pada siklus 2 adalah lanutan dari materi siklus 1.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan/observasi

Pelaksanaan siklus 2 dilakukan pada tanggal 1, 8, dan 15 April 2013. Dengan standar kompetensi menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model dan kompetensi dasarmembuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Untuk indikator pembelajaranpertemuan pertama adalah menyebutkan macam-macam alat optik dan membuat karya/model yang sesuai dengan rancangan untuk membuat model periskop. Pada pertemuan kedua adalah menjelaskan fungsi cakram warna yang telah dibuat dan membuat karya/model yang sesuai dengan rancangan untuk membuat model kaca pembesar sederhana. Sedangkan pada pertemuan ketiga adalah menguji cara kerja model yang dibuat.

a. Analisis data hasil observasi guru

Hasil observasi pada siklus 2 secara keseluruhan guru sudah melaksanakan dengan baik antara lain menyiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran. Guru

(15)

mengatur siswa dalam menempati tempat duduknya. Guru juga melakukan pembagian kelompok secara heterogen lagi, hal ini dilakukan karena pada pembagian kelompok sebelumnya masih belum merata, hal tersebut terlihat pada kelompok 5 yang anggotanya terdiri atas siswa laki-laki semua cenderung menjadi pembuat onar. Pada siklus 2 ini pemahaman guru tentang langkah-langkah dalam pembelajaran GI sudah mulai terlihat. Guru juga memeriksa kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran serta memotivasi siswa yang suka membuat gaduh agar dapat tenang dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran, guru juga menjelaskan aturan dalam pembelajaran IPA yang akan dilaksanakan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru juga sudah memotivasi pada seluruh kelas untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, menyampaikan apersepsi dengan sedikit mengulas materi pembelajaran yang lalu untuk mengetahui kesiapan siswa dalam melanjutkan materi serta menjelaskan tujuan pembelajaran dan uraian kegiatan agar siswa memiliki gambaran tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan.

Pada tahap pengorganisasi siswa ke dalam kelompok guru membagi kembali siswa menjadi beberapa kelompok walaupun suasana kelas bertambah ramai dan gaduh dari pada suasana saat siklus 1 karena beberapa siswa protes akibat adanya perubahan anggota kelompok.

Pada tahap pemilihan topik guru yang menentukan topik yang akan diinvestigasi oleh masing-masing kelompok yaitu mengenai merancang dan membuat suatu karya atau model dengan menerapkan sifat cahaya. Untuk pertemuan pertama masing-masing kelompok melakukan investigasi merancang dan membuat model periskop dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Untuk pertemuan kedua masing-masing kelompok melakukan investigasi tentang merancang dan membuat model kaca pembesar sederhana. Sedangkan untuk pertemuan ketiga masing-masing kelompok melakukan investigasi menguji model yang telah dibuat pada pertemuan pertama dan kedua.

Pada tahap perencanaan tugas guru sudah membimbing siswa berdiskusi untuk membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan dalam penelitian serta membimbing siswa dalam menyusun rencana penelitian.

(16)

Pada tahap pelaksanaan investigasi guru sudah membing siswa dalam melakukan peneliian, guru sudah mulai menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa. Pada tahap ini guru juga sudah menumbuhkan keceriaan dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, serta menumbuhkan partisipasi yang aktif dalam proses pembelajaran.

Pada tahap persiapan pembuatan laporan akhir guru memantau hasil penelitian masing-masing kelompok. Guru juga sudah memeriksa hasil penelitian kelompok satu per satu.

Pada tahap presentasi laporan akhir guru mengatur jalannya presentasi dari masing-masing kelompok meskipun keadaan kelas menjadi gaduh saat ada kelompok lain yang melakukan presentasi. Hal ini tidak jauh beda pada saat siklus 1. Presentasi dimulai dari kelompok 1 dan diakhiri kelompok trakhir yaitu kelompok 6. Pada akhir kegiatan presentasi kelompok, guru juga memberikan pengutan dari hasil presentasi masing-masing kelompok.

Pada tahap yang terakhir yaitu evaluasi guru sudah membimbing siswa dalam membuat kesimpulan tentang materi pembelajaran meskipun siswa masih sangat bergantung kepada guru dalam mengambil kesimpulan. Selain itu guru juga memberikan kuis tertulis yang dikerjakan secara individu untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang baru saja dipelajari. Sama halnya pada akhir siklus 1, di akhir siklus 2 guru juga memberikan evaluasi berupa test formatif. Test tersebut bertujuan untuk mengetahui efektifitas dalam pembelajaran IPA mengenai merancang dan membuat suatu karya atau model dengan menerapkan sifat cahaya apakah ada peningkatan hasil belajar dari kondisi awal, siklus 1, ke siklus 2. Pada akhir pembelajaran guru juga melakukan refleksi pembelajaran.

Berdasarkan observasi guru, pada siklus 2 ini telah menunjukkan adanya peningkatan cara atau kualitas mengajar yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI apabila dibandingkankan dengan siklus 1. Dengan melakukan pendekatan khusus dalam pembelajaran GI misalnya, memberikan motivasi pada siswa yang tidak mengikuti pembelajaran dengan baik guru sudah mampu menguasai keadaan kelas, sehingga dapat

(17)

dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI.

b. Analisis data hasil observasi siswa

Sama halnya dengan siklus 1, pada siklus 2 peneliti mengamati aktivitas masing-masing kelompok sedangkan untuk pengambilan dokumentasi foto selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran peneliti dibantu oleh 1 orang mahasiswa. Sedangkan untuk kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GIpada pembelajaran IPA pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya.

Pada siklus 2 ini siswa sudah mulai memahami langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe GI. Siswa terlihat antusias ketika akan mengikuti pembelajaran. Hal tersebut terlihat ketika guru kelas, peneliti, dan 1 mahasiswa sebagai pengambil dokumentasi foto masuk ke ruang kelas dengan membawa alat pembelajaran siswa terlihat antusias.

Pada tahap pengorganisasi siswa ke dalam kelompok keadaan kelas lebih gaduh dibandingkan dengan keadaan pada saat siklus. Hal tersebut dikarenakan guru mengubah susunan anggota kelompok.

Pada tahap pemilihan topik siswa mendengarkan penjelasan guru serta menjawab pertanyaan dari guru mengenai topik yang akan dipelajari. Siswa juga sudah mulai terlihat aktif menelaah sumber-sumber informasi.

Pada tahap perencanaan tugas siswa bersama kelompoknya membahas topik yang akan diinvestigasi selanjutnya merencanakan kegiatan investigasi. Pada tahap ini sudah terlihat adanya kerja sama dalam kelompok hanya terlihat beberapa siswa yang belum bisa bekerja sama dengan kelompoknya. Namun secara keseluruhan siswa sudah melakukan kegiatan dengan baik.

Pada tahap pelaksanaan investigasi siswa bekerja sama dengan kelompoknya mencari informasi, menagalisis data, selanjutnya mereka melakukan percobaan dimana langkah-langkah percobaan sudah ditulis dalam Lembar Kerja Praktikum yang telah dibagikan oleh guru pada saat guru menentukan topik. Setelah melakukan percobaan selanjutnya siswa membuat kesimpulan dari investigasinya.

(18)

Pada tahap persiapan pembuatan laporan akhir siswa melakukan persiapan-persiapan tentang apa saja yang akan dilaporkan serta bagaimana membuat presentasinya. Masing-masing kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk memaparkan hasil kerja kelompoknya.

Pada tahap presentasi laporan akhir masing-masing perwakilan kelompok menyamapaikan hasil karya yang telah dilakukan beserta kesimpulan yang didapat sedangkan kelompok lain memberikan sanggahan apabila hasilnya berbeda. Presentasi tersebut dimulai dari kelompok 1 dan diakhiri kelompok terakhir yaitu kelompok 6.

Pada tahap yang terakhir yaitu evaluasi siswa berdasarkan bimbingan dari guru membuat kesimpulan tentang materi pembelajaran. Dalam penarikan kesimpulan siswa sudah terlihat aktif , hal tersebut terlihat dari banyaknya siswa yang menyampaikan gagasannya meskipun dalam menarik kesimpulan masih bergantung kepada guru. Pada akhir pembelajaran siswa juga diberi kuis tertulis yang dikerjakan secara individu untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang baru saja dipelajari. Sama halnya pada akhir siklus 1, di akhir siklus 2 siswa mengerjakan evaluasi berupa test formatif. Test tersebut bertujuan untuk mengetahui efektifitas dalam pembelajaran IPA mengenai merancang dan membuat suatu karya atau model dengan menerapkan sifat cahaya apakah ada peningkatan hasil belajar dari kondisi awal ke siklus 1, dan ke siklus 2. Pada akhir pembelajaran siswa menerima refleksi pembelajaran dari guru.

Dari observasi siswa pada siklus 2 ini sudah ada peningkatan yang cukup signifikan terhadap hasil belajar IPA dibandingkan dengan kondisi awal (prasiklus) sebelum diadakan tindakan dan siklus 1 dengan menggunakan model pembeajaran kooperatif tipe GI. Walaupun suasana kelas bertambah gaduh dibandingkan dengan siklus 1 terutama pada saat pembagian ulang kelompok. Namun hal tersebut dapat diatasi guru dengan memberikan motivasi kepada para siswa.

Dalam siklus 2 ini dapat disimpulkan bahwa guru berhasil meningkatkan hasil belajar IPA kelas 5 SDN Urutsewu 3. Hal tersebut terbukti dengan

(19)

meningkatnya rata-rata kelas dan jumlah siswa yang tuntas sesuai dengan nilai KKM yang telah ditentukan dari sekolah.

3. Tahap Refleksi

Berdasarkan observasi pada siklus 2, telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari siswa maupun guru walaupun masih terdapat kekurangan pada siswa seperti, kondisi kelas menjadi lebih gaduh dari siklus 1 terutama pada saat pembagian ulang kelompok. Hal tersebut disebabkan karena ada beberapa siswa yang protes.

Pada siklus 2 telah terjadi peningkatan aktivitas siswa dan guru yang lebih baik dari siklus 1 dengan ketuntasan klasikal >80% yaitu 89,50%. Kelebihan tersebut antara lain:

1) Rasa percaya diri siswa telah meningkat. Hal tersebut terlihat dari keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari guru, serta keberanian siswa dalam menyampaikan gagasannya baik dengan guru maupun teman kelompoknya.

2) Aktivitas siswa meningkat. Hal tersebut terlihat dari cara siswa bekerja dengan timnya dan semakin aktifnya siswa dalam mengajukan pertanyaan pada saat kegiatan investigasi. Hal ini berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.

3) Guru dapat menguasai keadaan kelas, sehingga dapat dikatakan bahwa guru berhasil dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI.

4.2. Hasil Penelitian

Setelah melaksanakan tindakan penelitian siklus 1 dan siklus 2, selanjutnya peneliti melakukan analisis data. Berikut disajikan deskripsi dan analisis data dari kegiatan siklus 1 dan siklus 2 yang telah diolah.

4.2.1. Deskripsi Data 4.2.1.1. Data Siklus 1

Proses belajar mengajar pada siklus 1 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan indikator keberhasilan pada siklus 1 dikatakan berhasil apabila terjadi kenaikan nilai rata-rata dari prasiklus serta adanya kenaikan jumlah siswa yang telah tuntas KKM ≥70.

(20)

Hasil evaluasi pada akhir siklus sebagai tolak ukur tingkat pemahaman tentang cahaya dan sifat-sifatnya yang telah disampaikan oleh guru rata-rata yang diperoleh adalah 70,34 sedangkan pada pada kondisi awal (prasiklus) yang diperoleh dari ulangan harian sebelum diadakan siklus 1 nilai rata-rata hanya mencapai 65,94, dari siklus ini terlihat adanya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil tes pada siklus 1 terdapat 16 siswa yang mendapat nilai kurang dari 70 sebagai standar KKM, dengan nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 50. Hal ini berarti pembelajaran yang telah dilaksanakan kurang optimal karena masih banyak ditemukan siswa yang belum mencapai KKM, sehingga perlu tindakan perbaikan.

Dari hasil wawancara dengan 16 siswa yang nilainya kurang dari 70 sebagai standar KKM, ternyata siswa belum dapat menyelesaikan soal dengan tuntas karena tidak dapat memahami konsep materi pelajaran cahaya dan sifat-sifatnya. Hal tersebut terjadi karena siswa pasif dan hanya bergantung pada anggota kelompoknya pada saat mengikuti kegiatan investigasi sehingga kurang mengerti materi yang telah dipelajari.

Pengolahan data hasil belajar siswa pada siklus 1 untuk mendaptkan range, kelas, dan interval sama dengan pengolahan data prasiklus. Dengan demikian peneliti akan mendapatkan hasil distribusi tindakan pada siklus 1 sebagai berikut: Interval (K) = 1 + 3,3 log n

Banyaknya kategori Log 38 = 1,579 K = 1 + 3,3 log 38

K = 1 + 3,3 .1,579 K = 1 + 5,247

K = 6,247 dibulatkan menjadi 6.

(21)

Tabel 12.

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus 1 Kelas 5 SDN Urutsewu 3

No Interval Frekuensi Persentase (%)

1 84-90 3 7,9% 2 77-83 5 13,2% 3 70-76 13 34,2% 4 63-69 11 28,9% 5 56-62 5 13,2% 6 49-55 1 2,6%

Berdasarkan pada tabel 4.4di atas dapat dilihat yang berada dalamrentang skor 49-55 sebanyak 1 siswa, dalam rentang skor 56-62 sebanyak 5 siswa, dalam rentang skor 63-69 sebanyak 11 siswa, rentang skor 70-76 sebayak 13 siswa, rentang skor 77-83 sebanyak 5 siswa, dan rentang skor 84-94 sebanyak 3 siswa.

Secara lebih rinci, hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada gambar 4.3 dibawah ini:

Gambar 5.

Grafik Nilai Siklus 1 Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3

4.2.1.2. Data Siklus 2

Berikut dapat dilihat hasil pembelajaran pada siklus 2 yang telah dilaksanakan pada tabel 13

0 2 4 6 8 10 12 14 84-90 77-83 70-76 63-69 56-62 49-55 3 5 13 11 5 1

Nilai Siklus 1

(22)

Tabel 13.

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Hasil Belajar Siklus 2 Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3

Interval Frekuensi Persentase (%)

91-97 4 10,5% 84-90 4 10,6% 77-83 6 15,7% 70-76 20 52,7% 63-69 3 7,9% 56-62 1 2,6%

Berdasarkan pada tabel 4.5dapat dilihat dari jumlah 38 siswa, yang berada dalam rentang skor rentang skor 56-62 sebanyak 1 siswa, 63-69 sebanyak 3 siswa, dalam rentang skor 70-76 sebanyak 20 siswa,dalam rentang skor 77-83 sebanyak 6 siswa, dalam rentang skor 84-94 sebanyak 4 siswa, dandalam rentang skor 91-97 sebanyak 4 siswa.

Secara lebih rinci, hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada gambar 6 dibawah ini:

Gambar 6.

Grafik Nilai Siklus 2 Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3

0 5 10 15 20 91-97 84-90 77-83 70-76 63-69 56-62 4 4 6 20 3 1

(23)

4.2.2. Analisis Data

Dalam penelitian analisis data yang digunakan adalah analisis ketuntatasan dan analisis komparatif. Dalam analisis ketuntasan, data mentah dari hasil yang diperoleh pada tiap siklus dibandingkan dengan skor KKM sehingga dapat dilihat jumlah siswa yang telah mencapai nilai KKM dan siswa yang belum mencapai nilai KKM. Sedangkan dalam analisis komparatif, data yang diperoleh dari hasil analisis ketuntasan dilakukan perbandingkan dengan membandingkan ketuntasan hasil belajar antara prasiklus, siklus 1, dan siklus 2.

4.2.2.1. Analisis Ketuntasan 1. Analisis Ketuntasan Siklus 1

Berikut disajikan hasil belajar IPA siswa kelas 5 pada siklus 1 dapat dilihat dalam tabel 14 berikut.

Tabel 14.

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 1 Kelas 5 SDN Urutsewu 3

No Nilai Setelah Tindakan (Siklus 1) Keterangan

Jumlah Siswa Persentase (%)

1 <70 17 44,70% Belum tuntas 2 ≥70 21 55,30% Tuntas Jumlah 38 100% KKM 70 Rata-rata 70,34 Nilai tertinggi 93 Nilai terendah 50

Berdasarkan tabel 14 terlihat bahwa masih banyak siswa yang nilainya masih belum tuntas atau belum memenuhi KKM sekolah yaitu 70. Hal tersebut terlihat siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM sebanyak 17 siswa dengan persentase 44,7% dari total keseluruhan siswa, sedangkan siswa yang mencapai KKM sebanyak 21 siswa dengan persentase 55,3% dari total seluruh siswa sebanyak 38. Nilai terendah hasil belajar siswa adalah 50 sedangkan nilai tertinggi

(24)

hasil belaajar siswa adalah 90. Dan rata-rata yang diperoleh pada siklus 1 adalah 70,34.

Secara lebih rinci, ketuntasan hasil tes formatif siklus 1 dapat dilihat pada gambar 7 di bawah ini:

Gambar 7.

Grafik Persentase Ketuntasan Nilai Hasil Belajar Siklus 1 Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3

2. Analisis Ketuntasan Siklus 2

Berikut disajikan hasil belajar IPA siswa kelas 5 pada siklus 2 dapat dilihat dalam tabel 15.

Tabel 15.

Persentase Ketuntasan Belajar IPA Siklus 2 Kelas 5 SDN Urutsewu 3 No Nilai Setelah Tindakan Pada Siklus 2 Keterangan

Jumlah Siswa Persentase (%)

1 <70 4 10,50% Belum tuntas 2 ≥70 34 89,50% Tuntas Jumlah 38 100% KKM 70 Rata-rata 76,78 Nilai tertinggi 96 Nilai terendah 60 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00%

Belum Tuntas Tuntas 44,70%

55,30%

Persentase Ketuntasan Siklus 1

Belum Tuntas Tuntas

(25)

Dari hasil analisis tes formatif siklus 2, terlihat terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Hal tersebut terlihat dari jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM turun menjadi 4 siswa dengan persentase 10,5% dari total keseluruhan siswa, sedangkan siswa yang mencapai KKMmenjadi sebanyak 34siswa dengan persentase 89,5% dari total seluruh siswa sebanyak 38. Nilai terendah hasil belajar siswa menjadi60 sedangkan nilai tertinggi hasil belaajar siswa meningkat menjadi96.Nilai rata-rata yang diperoleh meningkat menjadi 76,78.

Secara lebih rinci, ketuntasan hasil tes formatif siklus 2 dapat dilihat pada gambar 8. di bawah ini:

Gambar 8.

Grafik Persentase Ketuntasan Nilai Hasil Belajar Siklus 2 Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3

4.2.2.2. Analisis Deskriptif Komparatif

Berdasarkan hasil analisis ketuntasan yan yang telah dilakukan, maka akan dilakukan analisis deskriptif komparatif untuk mengukur perubahan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA agar dapat terlihat dengan jelas hasil perbandingan dari masing-masing siklus.

0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00%

Belum Tuntas Tuntas 10,50%

89,50%

Persentase Ketuntasan Siklus 2

Belum Tuntas Tuntas

(26)

1. Perbandingan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Prasiklus Dan Siklus 1

Untuk mengukur perubahan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA agar dapat terlihat dengan jelas hasil perbndingan nilai prasiklus dan nilai siklus 1, berikut ini disajikan perbandingan hasil belajar maupun persentase ketuntasan belajar IPA sebelum tindakan (kondisi awal) atau prasiklus dan setelah tindakan pada siklus 1.

Tabel 16.

Perbandingan Jumlah dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Prasiklus dengan Siklus 1 No. Ketuntasan Prasiklus Siklus 1 Jumlah Siswa Persentase (%) Jumlah Siswa Persentase (%) 1 Tuntas 16 42,10% 21 55,30% 2 Belum Tuntas 22 57,90% 17 44,70% Jumlah 38 100% 38 100% Rata-rata 65,94 70,34 Nilai Teringgi 84 93 Nilai Terendah 50 50

Seperti pada tabel 16 di atas, dapat terlihat dengan jelas bahwa diketahui adanya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA jumlah nilai yang diperoleh dari nilai prasiklus sampai dengan siklus 1 begitu juga dengan persentase ketuntasan hasil belajar siswa. Sebelum tindakan (kondisi awal) atau prasiklus, jumlah siswa yang tuntas hanya 16 siswa dengan peresentase 42,1%, meningkat menjadi 21 siswa pada siklus 1 dengan persentase 55,3% atau terjadi kenaikan 13,2%. Sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas pada prasiklus yaitu 22 siswa dengan persentase 57,9% dan turun menjadi 17 siswa dengan persentase 44,7%, setelah peneliti melakukan tindakan pada siklus 1, jumlah siswa yang tidak tuntas dari prasiklus sampai pada siklus 1 mengalami penurunan 13,2%.

Berikut disajikan dalam grafik perbandingan jumlah siswa yang tuntas sebelum tindakan (kondisi awal) dan setelah tindakan pada siklus 1:

(27)

Gambar 9.

Grafik Diagram Perbandingan Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar Prasiklus dengan Siklus 1

2. Perbandingan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Siklus 1 Dan Siklus 2

Untuk mengukur perubahan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA agar dapat terlihat dengan jelas hasil perbndingan nilai prasiklus dan nilai siklus 1, berikut ini disajikan perbandingan hasil belajar maupun persentase ketuntasan belajar IPA pada siklus 1 dan siklus 2.

Tabel 17.

Perbandingan Jumlah dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus 1 dengan Siklus 2 No. Ketuntasan Siklus 1 Siklus 2 Jumlah Siswa Persentase (%) Jumlah siswa Persentase (%) 1 Tuntas 21 55,30% 34 89,50% 2 Belum Tuntas 17 44,70% 4 10,50% Jumlah 38 100% 38 100% Rata-rata 70,34 76,78 Nilai Teringgi 93 96 Nilai Terendah 50 60

Seperti pada tabel 17 di atas, dapat terlihat dengan jelas bahwa diketahui adanya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA jumlah nilai yang

0 5 10 15 20 25 Prasiklus Siklus 1 16 21 22 17

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus dan Siklus 1

Tuntas Belum Tuntas

(28)

diperoleh dari siklus 1 dengan siklus 2 begitu juga dengan persentase ketuntasan hasil belajar siswa. Pada siklus 1, jumlah siswa yang tuntas hanya 21 siswa dengan peresentase 55,30%, meningkat menjadi 34 siswa pada siklus 2 dengan persentase 89,50 atau terjadi kenaikan 34,20%. Sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas pada siklus 1 yaitu 17 siswa dengan persentase 44,70 dan turun menjadi 4 siswa dengan persentase 10,50% setelah peneliti melakukan pemantapan pada siklus 2, jumlah siswa yang tidak tuntas dari siklus 1ke siklus 2 mengalami penurunan 34,20%

Berikut disajikan dalam grafik perbandingan jumlah siswa yang tuntas sebelum tindakan (kondisi awal) dan setelah tindakan pada siklus 1:

Gambar 10.

Grafik Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus 1 dan Siklus 2 Siswa Kelas 5 SD Negeri Urutsewu 3

3. Perbandingan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2

Untuk mengukur perubahan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA agar dapat terlihat dengan jelas hasil perbndingan nilai prasiklus dan nilai siklus 1, berikut ini disajikan perbandingan hasil belajar maupun persentase ketuntasan belajar IPA sebelum tindakan (kondisi awal) atau prasiklus, setelah tindakan pada siklus 1 dan siklus 2.

0 5 10 15 20 25 30 35 Siklus 1 Siklus 2 21 34 17 4

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 1 dan Siklus 2

Tuntas Belum Tuntas

(29)

Tabel 18.

Perbandingan Jumlah dan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2 Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3

No. Ketuntasan

Prasiklus Siklus 1 Siklus 2

Jumlah Siswa Persentase (%) Jumlah Siswa Persentase (%) Jumlah siswa Persentase (%) 1 Tuntas 16 42,10% 21 55,30% 34 89,50% 2 Belum Tuntas 22 57,90% 17 44,70% 4 10,50% Jumlah 38 100% 38 100% 38 100% Rata-rata 65,94 70,34 76,78 Nilai Teringgi 84 93 96 Nilai Terendah 50 50 60

Seperti pada tabel 18 di atas, dapat terlihat perbandingan jumlah dan presentasi ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Pada kondisi awal atau kegiatan prasiklus jumlah siswa yang memperoleh nilai sesuai KKM yang ditentukan hanya ada 16 siswa dengan persentase 42,1% sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai KKM ada 22 siswa dengan presentase 57,9%. Setelah peneliti melakukan tindakan atau kegiatan siklus 1 jumlah siswa yang mencapai nilai KKM meningkat menjadi 21 siswa dengan presentase 53,3% sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai nilai sesuai KKM menurun menjadi 17 siswa dengan presentase 44,7%. Kemudian peneliti melakukan tindakan lagi untuk memperbaiki dan pemantapan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan siklus 2. Pada siklus 2 jumlah siswa yang mencapai nilai sesuai KKM mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaituberjumlah 34 siswa dengan presentase 89,5% sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai nilai sesuai KKM mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu brjumlah 4 siswa dengan presentase 10,5%. Hal ini membuktikan bahwa terjadinya peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi sebelum diberi tindakan (kondisi awal) atau prasiklus, kondisi setelah diberi tindakan pada siklus 1 dan siklus 2. Berikut disajikan dalam grafik perbandingan jumlah siswa yang tuntas sebelum tindakan (kondisi awal) dan setelah tindakan pada siklus 1 dan siklus 2:

(30)

Gambar 11.

Grafik Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2 Siswa Kelas 5 SD Negeri Urutsewu 3

4.3. Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 5 SDN urutsewu 3 Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali masih ditemukan kurangnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran IPA. Hal tersebut terlihat dari rendahnya nilai rata-rata mata pelajaran IPA apabila dibandingkan dengan beberapa mata pelajaran yang lain. Pembelajarannya pun masih menggunakan metode konvensional sehingga siswa cepat merasa bosan serta pengalaman siswa dalam menggali pengetahuan masih kurang.

Proses pembelajaran sebelum adanya tindakan siklus 1 guru cenderung sebagai penentu jalannya proses pembelajaran. Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsikannya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar. Kebenarannyapun bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final, sehingga pengalaman siswa dalam menggali pengetahuan masih kurang. Selain itu siswa masih bekerja secara individual sehingga interaksi di antara siswa masih kurang. Siswa terlihat jenuh, konsentrasi hanya terjadi pada 30 menit awal pelajaran sehingga nilai rata-rata mata pelajaran IPA rendah.

0 5 10 15 20 25 30 35

Prasiklus Siklus 1 Siklus 2 22 17 4 16 21 34

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2

Belum Tuntas Tuntas

(31)

Nilai rata-rata yang didapat siswa sebelum diadakan tindakan (kondisi awal) atau prasiklus adalah 65,94. Siswa yang sudah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM = 70) hanya ada 16 siswa (42,1%). Nilai tertinggi yang diperoleh pada kondisi awal atau prasiklus adalah 84 sedangkan untuk nilai terendah adalah 50.

Perbandingan yang cukup signifikan antara jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas menunjukkan bahwa ke-16 siswa yang telah tuntas memiliki daya tangkap yang lebih apabila dibandingkan dengan teman-temannya yang lain meskipun hanya menggunakan metode konvensional. Sedangkan 23 siswa yang lain masih kurang dalam menangkap dan menguasai materi yang disampaikan guru pada aktivitas belajar prasiklus. Berdasarkan keadaan prasiklus tersebut sehingga perlu diadakan tindakan yang sesuai yaitu dengan mengubah strategi dalam pembelajaran yang mampu menciptakan suasana kelas yang kondunsif dimana siswa dapat bekerja sama antara siswa yang lebih pandai dengan siswa yang kurang dan strategi agar siswa mudah dalam memahami materi pelajaran. Serta pada pembelajaran dalam proses memperoleh pengetahuan melalui tindakan langsung, sehingga pengetahuan yang diperoleh akan lebih bermakna.

Menurut Isjoni (2013:14-15) pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaiakan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Sedangkan group investigation merupakan proses yang menekankan inisiatif siswa untuk berpikir secara analitis, kritis, kreatif, reflektif, dan produktif untuk memperoleh suatu pengetahuan. Dalam group investigation (GI) lebih menekankan pada siswa untuk melakukan penyelidikan secara ilmiah. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam sebuah kelompok kecil untuk melakukan penyelidikan guna memperoleh suatu pengetahuan.

(32)

Teori dari Isjoni tersebut selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Pada saat peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran adalah 1) pengorganisasi siswa ke dalam kelompok; 2) pemilihan topik; 3) perencanaan tugas; 4) pelaksanaan investigasi; 5) persiapan pembuatan laporan akhir; 6) presentasi laporan akhir dan; 7) evaluasi, hasil belajar IPA yang diperolehpun meningkat.

Peningkatan hasil belajar IPA dapat dilihat dari peroleh pada tes formatif pada akhir siklus 1 dan siklus 2.

1. Siklus 1

Siklus 1 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI sesuai sintaks siswa yang telah mencapai nilai KKM sebanyak 21 siswa (55,30%), sedangkan yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 17 siswa (44,70%). Nilai rata-rata kelasnya adalah 70,34. Untuk nilai tertinggi yang diperoleh adalah 93 sedangkan nilai terendah adalah 50.

2. Siklus 2

Siklus 2 juga dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI sesuai dengan sintaks siswa yang telah mencapai nilai KKM sebanyak 34 siswa (89,50%), sedangkan yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 4 siswa (10,50%). Nilai rata-rata kelasnya adalah 76,78. Untuk nilai tertinggi yang diperoleh adalah 96 sedangkan nilai terendah adalah 60.

Meskipun masih ditemukan siswa yang belum mencapai nilai KKM namun apabila berdasarkan pada indikator keberhasilan, penelitian ini sudah dikatakan berhasil karena pada siklus 2 jumlah ketuntasan klasikal lebih dari 80% yaitu 89,47%. Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat siswa yang belum mencapai nilai KKM rendahnya nilai yang mereka peroleh disebabkan karena belum pahamnya tentang materi yang diajarkan. Hal itu disebabkan karena rendahnya daya tangkap keempat siswa tersebut terbukti dengan rendahnya nilai yang diperoleh baik dari prasiklus, siklus 1, dan siklus 2, sehingga diperlukan perhatian khusus terhadap keempat siswa tersebut. Namum meskipun keempat siswa tersebut belum mencapai nilai KKM, tetapi keempat siswa tersebut telah

(33)

mengalami peningkatan hasil belajar apabila dibandingkan dari hasil belajar prasiklus ke siklus 1, dan ke siklus 2

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Untari (2012) dengan judul “Peningkatan Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam Pokok Bahasan Energi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Madyogondo 03 Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Semester II Tahun ajaran 2011/2012”. Dari hasil analisis data tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe GI dapat meningkatkan hasil belajar IPA di SD Negeri Madyogondo 03 Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Berdasarkan perolehan nilai yang didapat pada siklus 1 dan 2 pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan langkah-langkah pembelajaran 1) pengorganisasi siswa ke dalam kelompok; 2) pemilihan topik; 3) perencanaan tugas; 4) pelaksanaan investigasi; 5) persiapan pembuatan laporan akhir; 6) presentasi laporan akhir dan; 7) evaluasi, dapat meningkatkan kerja sama kelompok dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar IPA kelas 5 di SDN Urutsewu 3 Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2013/2014.

Referensi

Dokumen terkait

20 Maret 2019 Pada hari kedua puluh dua, seperti biasa penulis melakukan tugas rutinitas mengganti kaset sama seperti pada hari sebelumnya hanya saja kaset yang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam bentuk tabel maupun narasi pada bagian sebelumnya, untuk selanjutnya penulis membahas mengenai hubungan tingkat

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentangKewenangan Pemerintah dan

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (developmental) bahan ajar dalam bentuk website untuk menunjang proses

Dalam model regresi yang baik, seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi di antara variabel independent , karena koefisien regresi hasil estimasi dapat

Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah Pegawai Negeri Sipil tertentu sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum

dan Anggota Badan Pengawas Pemilu, Panitia Pengawas Pemilu Provinsi, atau Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota dapat dicalonkan oleh partai politik atau gabungan partai

Potret living hadis dalam pantang larang bermain di waktu Magrib ini, sesungguhnya mudah dimengerti mengingat watak agama Islam yang.. fleksibel, sehingga mampu menyatu