• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON FISIOLOGIS TANAMAN NUSA INDAH (Mussaenda philippica L.) TERHADAP PAPARAN GAS SULFUR DIOKSIDA (SO2).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RESPON FISIOLOGIS TANAMAN NUSA INDAH (Mussaenda philippica L.) TERHADAP PAPARAN GAS SULFUR DIOKSIDA (SO2)."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP PAPARAN GAS SULFUR DIOKSIDA (SO2)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

AGUSTA CHANDRA NIRWANA

NPM : 0725010049

J URUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

RESPON FISIOLOGIS TANAMAN NUSA INDAH TERHADAP PAPARAN GAS SULFUR DIOKSIDA (SO2)

Disusun Oleh :

AGUSTA CHANDRA NIRWANA NPM : 0725010049

Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Agroteknologi Fakultas Per tanian

Univer sitas Pembangunan Na sional “Veter an” J awa Timur PadaTanggal ...

Pembimbing : Tim Penguji :

1. Pembimbing Utama 1. Ketua

Ir . Djar watiningsih P.S. MP Ir . Djar watiningsih P.S. MP 2. Pembimbing Pendamping 2 . Sekr etar is

Dr a. Endang T.P. MSI Dr a. Endang T.P. MSI 3 . Anggota

F. Der u Dewanti. SP.MP

4 . Anggota

Ir . Yonny Koentjor o. MM

Mengetahui :

Dekan Fakultas Per tanian Ketua Pr ogdi Agr oteknologi

Dr . Ir. Ramdan Hidayat, MS Ir . Mulyadi. MS

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(3)

Telah dir evisi

Tanggal :...2012

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ir . Djar watiningsih P.S. MP Dr a. Endang T.P. MSI

(4)

i KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “RESPON FISIOLOGIS TANAMAN NUSA INDAH TERHADAP PAPARAN GAS SULFUR DIOKSIDA (SO2)”.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh untuk memenuhi tugas pada program strata satu di Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Papa, Mama dan seluruh Keluarga besar yang tidak ada henti-hentinya selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan Skripsi.

2. Ir. Djarwatiningsih P.S. MP dan Dra. Endang T.P. MSI Selaku Dosen Pembimbing yang dengan segala perhatian, bimbingan dan kesabarannya telah memberikan pengarahan hingga selesainya penulisan Skripsi ini dengan baik. 3. Ir. Pangesti Nugrahani, MSI selaku Dosen Pembimbing Lapangan yang

dengan segala perhatian, bimbingan dan kesabarannya telah memberikan pengarahan hingga selesainya Skripsi.

4. Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS, Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Ir. Mulyadi, MS, Selaku Ketua Progdi Agroteknology Fakultas Pertanian

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(5)

menyelesaikan Skripsi.

Semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan, limpahan, berkah, rahmat dan karunia-Nya, Amin.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan Skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Surabaya , Juny 2012

(6)

iii

2.5 Proses Analisa Tanaman Nusa Indah ... 12

2.5.1 Kadar Air Relatif ... 12

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(7)

3.6 Perlakuan ... 20

3.6.1Pemaparan Gas SO2 ... 20

3.7 Pengamatan ... 20

3.7.1Pengamatan Morfologi Daun ... 20

3.7.2Nilai APTI Setelah Pemaparan Gas SO2 Selama 30 Hari ... 21

3.7.3Pengukuran Kadar Air Relatif ... 21

3.7.4Pengukuran Kadar Klorofil Total ... 21

3.7.5Pengukuran pH Ekstrak Daun ... 22

3.7.6Pengukuran Kadar Asam Askorbat ... 22

3.7.7Analisis Data ... 23

3.8 Skema Kegiatan Penelitian ... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Skala Laboratorium 4.1.1Klorofil Daun ... 24

4.1.2Asam Askorbat ... 26

4.1.3Kadar Air ... 27

4.1.4pH Daun ... 29

4.2 APTI (Air Pollutant Tolerance Index) ... 30

4.3 Respon Daun Terhadap Gas SO2 ... 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

(8)

AGUSTA CHANDRA NIRWANA. NPM 0725010049. Respon Fisiologis Tanaman Nusa Indah (Mussaenda philippica L.) Ter hadap Paparan Gas Sulfur Dioksida (SO2). Pembimbing Utama Djar watiningsih P.S. dan Pembimbing Pendamping Endang T.P.

RINGKASAN

Penelitian ini pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui respon fisiologis tanaman

hias khususnya tanaman Nusa Indah (Mussaenda philippica L.) terhadap paparan gas

sulfur dioksida (SO2). Sulfur adalah unsur dasar dari alam dan merupakan salah satu

elemen yang paling melimpah di kerak bumi. Seperti nitrogen, belerang merupakan komponen penting dalam pertumbuhan semua makhluk hidup. Diantara gas pencemar udara, sulfur dioksida (SO2) merupakan bahan pencemar yang memberikan pengaruh paling merusak tanaman. Sulfur dioksida berasal dari industri-industri petrokimia, besi, logam, semen, keramik, dan sebagainya. Oleh sebab itu SO2 merupakan pencemar utama industri. Pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan nekrosis pada daun, baik pada permukaan atas maupun permukaan bawah dan jaringan sekitar stomata menjadi rusak. Jika keberadaan SO2 yang tinggi di udara berlangsung lama akan menimbulkan gejala klorosis yaitu perubahan warna daun dan pertumbuhan daun bahkan produksi tanaman akan berkurang. Sebagai pencemar udara SO2 diperkirakan memiliki waktu tinggal dalam udara antara 2 sampai 4 hari dan dalam waktu tinggal tersebut, SO2 dapat ditranportasikan sejauh 1000 km, sehingga dapat dikatakan SO2 relatif stabil dalam atmosfer. Sehingga maslah pencemaran SO2 menjadi masalah internasional.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(9)

konsentrasi gas SO2 dengan waktu penyemprotan gas SO2. Penelitian dilaksanakan di Green House, Laboratorium Tanah dan Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jatim Surabaya.

Bahan yang digunakan adalah bibit tanaman Nusa Indah (Mussaenda

philippica L) yang sudah berumur 2 bulan, berasal dari hasil stek sebanyak 30

bibit tanaman dan gas SO2. Bibit tanaman nusa indah di pelihara selama 30 hari di dalam Green House, setelah itu mulai di perlakukan dengan dimasukkan kedalam chamber yang berukuran 1m3, dengan di semprotkan gas SO2 dengan durasi waktu 1 jam dengan konsentrasi dan waktu penyemprotan yg sudah di tentukan.

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi gas SO2 meliputi : 4 ppm, 7 ppm, 10 ppm, dengan waktu penyemprotan setiap hari dan tiga hari sekali. Kombinasi kedua faktor menghasilkan 6 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga menghasilkan 24 satuan percobaan. Setiap ulangan terdapat 4 tanaman contoh.

Hasil analisa nilai APTI, menunjukkan bahwa tanaman nusa indah pada interval penyemprotan tiga kali sehari dengan konsentrasi 10 ppm lebih sensitif terhadap paparan gas sulfur dioksida, sedangkan pada interval penyemprotan setiap hari dengan konsentrasi 4 ppm lebih toleran terhadap gas sulfur dioksida. Hal ini ditunjukkan dengan hasil perhitungan nila APTI (Air Pollutant Tolerance

Index) yang menunjukkan bahwa tanaman nusa indah tersebut termasuk toleran apa

tidak terhadap gas sulfur dioksida.

(10)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kebutuhan akan udara bersih bagi masyarakat, terutama yang tinggal di perkotaan adalah sesuatu yang perlu diperjuangkan untuk didapatkan dan diperbaiki kualitasnya, karena dengan meningkatnya pembangunan fisik di perkotaan, meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan berkembangnya pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya bahan pencemar, berbentuk gas dan partikel kecil ke dalam udara.

Pencemaran udara sebagai akibat meningkatnya laju industrialisasi dan urbanisasi ini menimbulkan berbagai dampak, dampak pencemaran udara dapat terjadi pada tingkat upper ground, lokal, regional hingga global. Pada tingkat

upper ground, lokal dan regional, pencemaran udara memberikan dampak

terhadap kesehatan manusia, dampak terhadap tanaman, materi dan bangunan. Pada tingkat global, pencemaran udara akan berdampak kepada terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim dunia.

Mitigasi (mengurangi dampak negatif) terhadap pencemaran udara pada tingkat upper ground khususnya di perkotaan, dilakukan dengan menanam berbagai tanaman lanskap. Tanaman lanskap perkotaan meliputi pohon, perdu, semak dan penutup tanah. Tanaman semak hias mempunyai karakter kuat sebagai

ornamental plant atau tanaman hias oleh karena keragaman jenis bentuk dan

warna daun, bentuk dan warna bunga, serta sosok tanaman secara keseluruhan. Tanaman yang ditanam pada berbagai lokasi di perkotaan dimaksudkan untuk menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik perkotaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(11)

melalui kegiatan tanam menanam agar tercipta lingkungan perkotaan yang sehat, indah dan nyaman (Peraturan Mentri Kehutanan, 2004). Tanaman Nusa Indah merupakan tanaman perdu yang memiliki banyak ranting yang dapat meredam kebisingan, menjadi filter atau penyaring debu dan dapat menguragi polusi udara di Perkotaan (Hermin, 2007).

Berbagai macam tumbuhan dapat ditemukan di taman kota, di pinggir jalan, taman median jalan, di taman perumahan, dan tempat lainnya. Beberapa studi menunjukkan bahwa tanaman lanskap dan ornamental plant yang ditanam sepanjang jalur jalan utama dari wilayah pinggir kota sampai dengan pusat kota memperlihatkan gejala gangguan terhadap pertumbuhan dan beberapa aspek fisiologis (Howe and Woltz, 1981). Efek pencemar terhadap tumbuhan ada yang bersifat kerusakan morfologis, namun ada juga yang bersifat gangguan fisiologis (Larcher, 1995).

Gas sulfur dioksida (SO2) adalah gas yang tidak berbau bila berada pada konsentrasi rendah tetapi akan memberikan bau yang tajam pada konsentrasi yang tinggi. Sulfur dioksida berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak bumi dan batubara (Bidang Pengkajian Ozon dan Polusi Udara, 2000).

(12)

3

menyebabkan terjadinya klorosis (Rusaknya kloroplas), kerusakan tanaman ini akan diperparah dengan kenaikan kelembaban udara, SO2 diudara akan berubah menjadi asam sulfat (Siregar, 2005). Oleh karena itu, didaerah dengan adanya pencemaran SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan rusak oleh aerosol asam sulfat. Kerusakan juga dialami oleh bangunan yang bahan-bahannya seperti batu kapur, batu pualam, dolomit akan dirusak oleh SO2 dari udara. Efek dari kerusakan ini akan tampak pada penampilannya, integritas struktur, dan umur dari gedung tersebut (Taty, 2009).

Gas sulfur dioksida (SO2) tidak berbahaya apabila dalam konsetrasi yang rendah, gas sulfur dioksida (SO2) memiliki manfaat positif bagi tumbuhan, belerang sangat penting untuk memperbaiki nitrogen nodul pada kacang-kacangan, dan diperlukan dalam pembentukan klorofil. Tanaman menggunakan sulfur dalam proses memproduksi protein, asam amino, enzim dan vitamin. Sulfur juga membantu ketahanan tanaman terhadap penyakit, membantu dalam pertumbuhan, dan dalam pembentukan benih (Van d’Rhys, 2009).

1.2Tujuan Penelitian

Mengukur lebih rinci tingkat toleransi tanaman Nusa Indah (Mussaenda

philippica L.) sebagai tanaman lanskap perkotaan terhadap paparan gas SO2.

1.3Rumusan Masalah

Bagaimana reaksi tanaman (Mussaenda philippica L.) terhadap paparan gas SO2 pada rentang konsentrasi 4, 7, 10 ppm dengan durasi paparan antara setiap hari dan tiga hari sekali, ditinjau dari kerusakan morfologis, fisiologis dan biokimia pada daun.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(13)

1.4Hipotesis

Gas sulfur dioksida yang disemprotkan ke dalam chamber dengan konsentrasi tinggi dan durasi penyemprotannya setiap hari akan menghambat laju metabolisme daun lebih cepat jika dibandingkan dengan penyemprotan tiga hari sekali.

1.5Manfaat Penelitian

(14)

5

II.

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1Tanaman Nusa Indah

Nusa Indah (Mussaenda philippica L) (Gambar1) merupakan tanaman bukan asli dari indonesia. Asalnya dari Kongo dan termasuk tanaman perdu. Tinggi batangnya mencapai 2-3 meter dengan banyak ranting, berdaun tunggal namun rimbun, duduk daun berhadapan, bertangkai, dengan bentuk daun bulat telur hingga lanset dan ujungnya runcing (Tabloid Nova, 2004).

Gambar 1. Tanaman Nusa Indah (Sumber : www.Plantamor.com)

Klasifikasi Nusa Indah Kingdom : Plantea

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan Biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga) Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/ dikotil) Sub kelas : Asteridae

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(15)

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae (Suku kopi-kopian) Genus : Mussaenda

Spesies : Mussaenda philippica L. Sumber : (Plantamor , 2008). 2.2Fungsi Tanaman Nusa Indah

Tanaman yang ditanam pada berbagai lokasi di perkotaan dimaksudkan untuk menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik perkotaan melalui kegiatan tanam menanam agar tercipta lingkungan perkotaan yang sehat, indah dan nyaman (Peraturan Mentri Kehutanan, 2004). Sedangkan fungsi secara teknis adalah untuk mengurangi dan menurunkan tingkat pencemaran udara, dengan cara menyerap polutan (Carpenter, Walker dan Lanphear, 1975).

Tanaman Nusa Indah merupakan tanaman perdu yang memiliki banyak ranting yang dapat meredam kebisingan, menjadi filter atau penyaring debu dan dapat menguragi polusi udara di Perkotaan (Hermin, 2007).

2.3Gas Sulfur Dioksida (SO2)

(16)

7

Sulphur atau belerang ini bentuk aslinya adalah padatan kristal kuning (Gambar 2). Di alam bumi kita ini, sulphur dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai sulfida dan mineral sulfat. Sulphur atau belerang ini adalah elemen penting untuk kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino yaitu sistein dan metionin, yang biasa di gunakan sebagai bahan komersial terutama dalam pupuk, tetapi juga banyak digunakan dalam bubuk mesiu, korek api, insektisida dan fungisida (Eko, 2011) .

Gambar 2. Kristal Sulfur Dioksida (SO2) (Sumber : www.indonetwork.co.id) Diantara gas pencemar udara, sulfur dioksida (SO2) merupakan bahan pencemar yang memberikan pengaruh paling merusak tanaman (Larcher, 1995). Sulfur dioksida berasal dari industri-industri petrokimia, besi, logam, semen, keramik, dan sebagainya. Oleh sebab itu SO2 merupakan pencemar utama industri. Pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan nekrosis pada daun, baik pada permukaan atas maupun permukaan bawah dan jaringan sekitar stomata menjadi rusak. Jika keberadaan SO2 yang tinggi di udara berlangsung lama akan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(17)

menimbulkan gejala klorosis yaitu perubahan warna daun dan pertumbuhan daun bahkan produksi tanaman akan berkurang. Sebagai pencemar udara SO2 diperkirakan memiliki waktu tinggal dalam udara antara 2 sampai 4 hari dan dalam waktu tinggal tersebut, SO2 dapat ditranportasikan sejauh 1000 km, sehingga dapat dikatakan SO2 relatif stabil dalam atmosfer. Sehingga maslah pencemaran SO2 menjadi masalah internasional (Taty, 2009).

Dalam atmosfer SO2 dapat bereaksi dengan titik-titik air, sehingga dapat menghasilkan hujan asam, seperti ditunjukkan oleh reaksi berikut :

SO2 + H2O H2SO3 (Asam Sulfit) SO3 + H2O H2SO4 (Asam Sulfat)

Perbandingan keberadaan konsentrasi SO2 dan H2SO4 diudara ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : (a) Jumlah uap air, (b) Waktu dan lama keberadaan cemaran belerang, (c) Jumlah partikel/ unsur katalik, (d) Intensitas cahaya matahari, dan (e) Jumlah emisi total SO2 dari semua sumber. Faktor penghambat proses fotosintesis seringkali dihubungkan sebagai salah satu pengaruh utama dari SO2 terhadarp tanaman dan kloroplast, karena kloroplast di anggap sebagai tempat utama dari banyaknya gangguan yang disebabkan oleh SO2 (Siregar, 2005).

(18)

9

tersebut, keracunan, atau gangguan dalam homeostatis (kemampuan mengatur dan menjaga keseimbangan lingkungan internal).

2.4Reaksi Tanaman Ter hadap Cekaman Gas SO2

Menghadapi kondisi cekaman terhadap pencemaran udara, tanaman ada yang bersifat sensitif ada pula yang toleran. Tanaman tergolong sensitif apabila cekaman menyebabkan kerusakan atau kematian, dan tanaman tergolong toleran jika tanaman mampu bertahan dan berkembang serta memberikan sumbangan genetik kepada turunannya (Baker, 1987). Menurut (Levitt, 1980) tanaman yang toleran adalah tanaman yang mampu mengurangi atau memperbaiki efek yang menyebabkan kerusakan.

Toleransi tanaman terhadap polusi udara dinyatakan dengan suatu angka index yang disebut sebagai Air Pollution Tolerance Index (APTI). APTI adalah suatu angka yang menunjukkan tingkat toleransi tanaman terhadap polusi udara (Dwivedi dan Sashi, 2007). Tingkat toleransi tanaman terhadap polutan ditentukan oleh : (a) Kandungan klorofil (zat hijau daun), (b) Asam Askorbat, (c) pH daun dan (d) Kadar air relatif (Nugrahani, Sukartiningrum, 2008).

Faktor penghambat proses fotosintesis seringkali dihubungkan sebagai salah satu pengaruh utama dari SO2 terhadap tanaman dan kloroplast, karena kloroplast di anggap sebagai tempat utama dari banyaknya gangguan yang disebabkan oleh SO2. Daun yang dihadapkan pada SO2, umumnya menyebabkan turunnya fiksasi CO2 yang cepat dan sekaligus mengganggu kerja fotosistem II (PS II), berisi pusat reaksi P680 yang berarti bahwa fotosistem ini optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm (Wikipedia/ Fotosintesis, 2012). Hasil akhir fotosintesis akan menurun, yang ditunjukkan pada terhambatnya pertumbuhan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(19)

Stomata kloroplast umumnya mempunyai pH yang lebih besar dari 7 (mendekati 9 pada cahaya terang) dan dalam kondisi ini membentuk ion sulfit dengan mengorbankan bisulfit ketika terjadi ionis sulfur dalam larutan, pengaruh SO2 terhadap pigmen fotosintesis sangat besar. Gas SO2 tidak berwarna tetapi dapat menimbulkan bau yang sangat tajam dan tidak dapat terbakar di udara dengan SO3 yang tidak reaktif. Pengaruhnya terhadap daun adalah mengalami kerusakan akut pada pinggir atau antar tulang daun, kerusakan ini disebabkan oleh penyerapan gas pencemaran udara yang cukup untuk membunuh jaringan dalam waktu yang relatif cepat. Total luasan daun (leaf area) dari suatu tanaman yang terkena pencemaran udara akan mengalami penurunan karena terhambatnya laju pertumbuhan dan perluasan daun serta meningkatnya jumlah daun yang gugur, sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan menurunkan hasil fotosintesis (Siregar, 2005).

Sulfur dioksida bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan (Hujan Asam). Dampak dari hujan asam ini antara lain, mempengaruhi kualitas air permukaan, merusak tanaman, melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitah air tanah dan air permukaan. Hujan asam dapat menyebabkan pH air turun di bawah normal sehingga ekosistem air terganggu.

(20)

11

Tingkat toleransi tanaman terhadap pencemaran udara berbeda antar spesies, tergantung kapasitas tanaman untuk bertahan terhadap pengaruh bahan pencemar tanpa memperlihatkan kerusakan apapun (Shannigrahi, Fukushima dan Sharman, 2004). Perbedaan tingkat toleransi antar spesies tanaman ini ditunjukkan dengan nilai APTI yang berbeda pula antar spesies tanaman (Udayana, 2004).

Usaha untuk mengetahui toleransi tanaman terhadap polusi udara, dilakukan melalui pengukuran indeks ketahanan tanaman terhadap polusi udara. Angka indeks ditentukan berdasarkan perhitungan angka APTI (Air Pollutant Tolerance

Index) dengan melakukan pengukuran terhadap jumlah kadar klorofil daun, ph

daun, kadar air daun, dan kadar asam askorbat daun. Data hasil pengukuran kandungan asam askorbat daun, klorofil daun, pH dan kadar air daun dipergunakan untuk menentukan nilai APTI (Nugrahani, Sukartiningrum, 2008). sebagai berikut :

APTI = {A (T+P)+R } / 10 Dimana :

A = asam ascorbic (mg/g) P = pH daun

T = total klorofil (mg/g) R = kadar air daun (%)

Kriteria toleransi tanaman terhadap polusi udara diklasifikasikan menjadi empat kelas (Tabel 1), meliputi : toleran, sedang, cukup dan sensitif (Zulkifli, 2011).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(21)

Tabel 1. Kriteria Toleransi Tanaman Terhadap Polusi Udara

(Sumber : Zulkifli Hilda, 2011).

Nilai APTI berbeda-beda pada tanaman herba, semak dan pohon. Tanaman dengan nilai indeks rendah biasanya sensitif terhadap polutan udara dan sebaliknya. Sehingga masing-masing kelompok tanaman (herba, semak-semak, dan pohon) terbagi dalam jarak pada indeks dan dikategorikan ke dalam kelompok sensitif, sedang, cukup toleran dan toleran. Selain itu, nilai APTI juga berbeda antar spesies (Nugrahani, 2007), serta dipengaruhi oleh keadaan suhu dan kelembaban udara lingkungannya (Liu dan Ding, 2007). Perbedaan tingkat toleransi ini, tergantung kapasitas tanaman dalam menanggung akibat polusi tanpa memperlihatkan kerusakan eksternal apapun.

2.5 Pr oses Analisa Tanaman Nusa Indah

Proses analisa tanaman ini ada beberapa tahapan, yaitu mengukur kadar air relatif, mengukur jumlah klorofil daun, mengukur pH daun dan mengukur kadar asam askorbat.

2.5.1 Kadar Air Relatif

Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen. (Yuly, Furqaanida, Pratas, Rofiq, 2010). Berat bahan kering adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap

Nilai APTI Respone

30-100 Toleran

17-29 Menengah

1-16 Sensitif

(22)

13

(konstan). Pada proses pengeringan air yang terkandung dalam bahan tidak dapat seluruhnya diuapkan (Yefrichan, 2010).

Metode pengukuran kadar air yang diterapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan dengan pengurangan kelembaban sebanyak mungkin (Sudrajat, dan Nurhasybi, 2009). Dalam penentuan uji kadar air digunakan metode oven, metode tersebut dapat digunakan dalam penentuan kadar air (Sudrajat, Nurhasybi, 2009). Intensitas cahaya juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sejauh mana berhubungan erat dengan proses fotosintesis. Dalam proses

ini energi cahaya diperlukan untuk berlangsungnya penyatuan CO2 dan air untuk

membentuk karbohidrat. Semakin besar jumlah energi yang tersedia akan

memperbesar jumlah hasil fotosintesis sampai dengan optimum (maksimal).

Untuk menghasilkan berat kering yang maksimal, tanaman memerlukan intensitas

cahaya penuh, selain dengan menggunakan intensitas cahaya, oven (Gambar 3)

juga bisa digunakan sebagai alat untuk mengurangi kadar air pada tanaman

dengan suhu 80º C - 85º C (Risky, 2004).

Gambar 3. Oven

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(23)

Kadar air relatif dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(bb-bk) / bb x 100 %

Keterangan : Bs : Bobot Segar Bk : Bobot Kering

2.5.2 Klor ofil Daun

Klorofil adalah pigmen hijau yang ada dalam kloroplastida. Pada umumnya klorofil terdapat pada kloroplas sel-sel mesofil daun, yaitu pada sel-sel parenkim palisade atau parenkim bunga karang.

Metode penentuan klorofil adalah dengan teknik Spektroskopi dengan spektrofotometer UV (Gambar 4), pengukuran kadar klorofil secara spektrofotometrik (Suyitno, 2008).

Gambar 4. Spektrofotometer UV 2.5.3 pH (potential of Hydr ogen) Daun

(24)

15

rendah dinamakan ”asam” sedangkan yang harga pH-nya tinggi dinamakan ”basa” (Gambar 5). Skala pH terentang dari 0 (asam kuat) sampai 14 (basa kuat) dengan 7 adalah harga tengah mewakili air murni (netral)

Gambar 5. Skala pH

pH larutan dapat diukur dengan beberapa cara. Secara kualitatif pH dapat diperkirakan dengan kertas Lakmus (Litmus) atau suatu indikator (kertas indikator pH). Seraca kuantitatif pengukuran pH dapat digunakan elektroda potensiometrik (Gambar 6). Elektroda ini memonitor perubahan voltase yang disebabkan oleh perubahan aktifitas ion hidrogen (H+) dalam larutan (Situs Kimia Indonesia, 2009).

Gambar 6. Alat mengukur pH

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(25)

2.5.4 Kadar Asam Askor bat

Asam askorbat (ASA) merupakan antioksidan untuk sistem pertahanan tanaman terhadap cekaman, temasuk cekaman akibat polutan atau kekeringan. Pada tanaman nusa indah sebelum di beri perlakuan gas SO2 dan setelah di beri perlakuan SO2 mengalami perubahan pada kadar asam askorbatnya (Meri Lestari, 2011).

Tanaman yang memiliki asam askorbat (ASA) tinggi akan lebih tahan terhadap pencemar udara. Tingkat polusi yang lebih tinggi menyebabkan penurunan klorofil dan peningkatan asam askorbat (ASA) secara nyata. (Mery, 2011). Pengoksidasi yang sering digunakan adalah pewarna 2,6-dichlorophenol-indophenol (Gambar 7) atau DCPIP untuk lebih singkatnya. Pewarna biru diteteskan ke dalam larutan sampai warna pink samar yang bertahan selama 15 detik (Hicow, 2011).

(26)

17

III.

BAHAN DAN METODE

3.1Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan July 2011 sampai dengan Oktober 2011 di Green House, Laboratorium Tanah dan Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jatim Surabaya.

3.2Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan adalah bibit tanaman Nusa Indah (Mussaenda

philippica L) yang sudah berumur 2 bulan, berasal dari hasil stek sebanyak 30

bibit tanaman dan gas SO2. Bahan untuk pengukuran klorofil total daun berupa air destilasi dan larutan aseton 80% dan bahan untuk pengukuran asam askorbat daun berupa 2.6-dichlorophenol indophenal (Gambar 8).

(a) (b) (c)

Gambar 8. (a) Larutan Aseton 80%, (b) Air Destilasi, (c) Larutan 2.6-dichlorophenol indopenol 3.3Per alatan Penelitian

1. Instrumen untuk tempat pemaparan gas SO2 : chamber 2. Instrumen untuk pengukuran pH ekstrak daun : pH meter 3. Instrumen untuk pengukuran kadar air relatif : timbangan, oven

4. Instrumen untuk pengukuran kadar klorofil: spektrofotometer, sentrifuge

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(27)

5. Instrumen untuk pengukuran kadar asam askorbat: blender

6. Instrumen untuk pengukuran suhu dan kelembaban udara: Higrometer 3.4Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah konsentrasi gas sulfur dioksida SO2 yang terdiri dari 3 konsentrasi yaitu (4, 7, dan 10 ppm) dan faktor kedua adalah waktu penyemprotan yang terdiri dari 2 yaitu setiap hari dan 3 hari sekali. Kombinasi percobaan ada 6 macam dan diulang 4 kali (Gambar 9).

(28)

19

Gambar 10. Tanaman Nusa Indah (Mussaenda philippica L.) 3.5.2 Pembuatan Gas SO2

Setelah tanaman berumur 2 bulan, bahan untuk pembuatan gas SO2 mulai disiapkan. Gas sulfur dioksida (SO2) dibuat secara manual dengan bahan kimia metabisulfit (Na₂S₂ O5) yang ditimbang terlebih dahulu menggunakan timbangan digital sesuai takaran mulai 0,3 – 0,7 gram dan di campur dengan 5 ml larutan HCL kemudian di kocok sampai menghasilkan sebuah gas sulfur dioksida (SO2). 3.5.3 Analisa APTI

Nilai indeks toleransi untuk mengetahui lebih detail toleransi tanaman nusa indah terhadap pencemaran udara akibat pemberian gas SO2, ditentukan berdasarkan pengukuran terhadap jumlah klorofil daun, pH daun, kadar air daun, dan kadar asam askorbat daun.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(29)

3.6Per lakuan

3.6.1 Pemapar an Gas SO2

Perlakuan dilakukan berdasarkan modifikasi penelitian, yaitu setiap hari dan tiga hari sekali selama 30 hari, dengan durasi paparan selama satu jam. Pemaparan dilakukan di dalam kotak berbahan Alumunium dengan kaca yang ketebalannya kurang lebih 0,5 cm (Chamber) berukuran 1 m3 (Gambar 11).

Gambar 11. Chamber

3.7Pengamatan

Pengamatan tanaman dilakukan dengan cara melihat reaksi tanaman nusa indah terhadap paparan gas SO2 dengan konsetrasi dan durasi yang sudah ditentukan. Parameter morfology yaitu dengan melihat kharakterisitik dari daun seperti, warna daun dan bentuk daun.

3.7.1 Penga matan Mor fologi Daun

(30)

21

3.7.2 Nilai APTI Setelah Pemapar an Gas SO2 Selama 30 Har i

Nilai indeks toleransi untuk mengetahui lebih detail toleransi tanaman nusa indah terhadap pencemaran udara akibat pemberian gas SO2, ditentukan berdasarkan pengukuran terhadap jumlah kadar klorofil daun, pH daun, kadar air daun, dan kadar asam askorbat daun.

3.7.3 Pengukuran Kadar Air Relatif

Kadar air relatif daun tanaman diukur dan dihitung dengan formula sebagai berikut : Kadar air relatif = (bb-bk) / bb x 100 %

Dimana :

BB : berat segar daun BK : berat kering

3.7.4 Pengukuran Kadar Klor ofil Total

Beberapa metode untuk menghitung kadar klorofil total, klorofil a dan kolrofil b telah dirumuskan, di antaranya adalah:

a. Metode Ar non (1949), menggunakan palarut aceton 85 % dan mengukur nilai absorbansi larutan klorofil pada panjang gelombang (λ) = 663 dan 645 nm.

b. Metode Winter mans and De Mots (1965), menggunakan palarut ethanol (ethyl alchohol) 96 % dan mengukur absorbansi (A) larutan klorofil pada panjang gelombang (λ) = 649 dan 665 nm

Rumus Menghitung Klorofil

a. Pelar ut ethanol 96 % (Winter mans & de Mots: 1965) Klo. a = 13,7 D-665 - 5,76 D-649 (mg/ l)

Klo. b = 25,8 D-649 - 7,60 D-665 (mg/ l) Klo. Total = 20,0 D-649 + 6,10 D-665 (mg/ l)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(31)

b. Pelar ut aceton 80 % (Ar non : 1949) Klo. a = 12,7 D-663 - 2,69 D-645 (mg/ l) Klo. b = 22,9 D-645 - 4,68 D-663 (mg/ l) Klo. Total = 20,2 D-645 + 8,02 D-663 (MG/l)

Daun segar tanaman sampel sebanyak 1 gram (Di sesuaikan dengan jumah daun yang ada) dihancurkan dan dilarutkan dalam 10 ml larutan aseton 80 ml, kemudian disaring. Lalu dimasukkan ke dalam tabung yang sudah tersedia di dalam alat sentrifuge, dibiarkan bekerja selama 3 menit dengan kecepatan 2,5 rpm. Setelah 3 menit, larutan klorofil tersebut dimasukkan kedalam alat spectrophotometer dan periksa pada panjang gelombang 645 nm (D645) dan 663 nm (D663). Optical density total klorofil dihitung dengan formula : Ct = 20,2 (D645) + 8,02 (D663).

3.7.5 Pengukuran pH Ekstr ak Daun

Menimbang daun nusa indah sebanyak 5 gram dan tambahkan 50 ml air destilasi dan dihaluskan menggunakan blender, lalu saring hingga 50 ml kemudian di masukkan kedalam sentrifudge. Ekstrak diukur pHnya dengan menggunakan pH meter.

3.7.6 Pengukuran Kadar Asam Askor bat

(32)

23 (2.6. dichlorophenol-indophenal)) . Konsentrasi sampel asam askorbat dihitung pada berapa kali tetesan yang dapat merubah warna larutan tersebut.

3.7.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan analisis faktorial dan bila ada perbedaan antar perlakuan dapat dilihat dengan uji BNT 5%.

3.8Sk ema Kegiatan Penelitian

Kegiatan penelitian yang akan dilakukan dapat digambarkan dalam skema kegiatan penelitian sebagai berikut (Gambar 12)

Gambar 12. Skema Kegiatan Penelitian Tanaman

Mussaenda sp

Perlakuan Paparan SO2

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(33)

4.1 Penelitian Skala Labr ator ium 4.1.1 Klor ofil Daun

Hasil analisa ragam menunjukkan adanya beda nyata terhadap kadar klorofil daun sebelum perlakuan (Tabel lampiran 1). Selanjutnya diuji dengan uji beda nyata terkecil, seperti tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Kadar Klorofil Daun Sebelum Penyemprotan

Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama dan perlakuan pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% (p=0,05) dengan konsentrasi 7 ppm, H1K10 : Setiap hari dengan konsentrasi 10 ppm, H3K4 : 3 hari sekali dengan konsentrasi 4 ppm, H3K7: 3 hari sekali dengan konsentrasi 7 ppm, H3K10 : 3 hari sekali dengan konsentrasi 10 ppm.

(34)

25

Secara umum gas sulfur dioksida (SO2) pada konsentrasi tinggi untuk waktu yang lama mempengaruhi kesehatan tanaman. Pencemaran gas SO2 dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada daun karena terjadi klorolisis yaitu hilangnya klorofil dan plasmolisis adalah runtuhnya struktur daun dan jika kerusakan akibat terpapar oleh sulfur dioksida pada konsentrasi rendah untuk waktu yang lama yaitu warna daun menjadi merah kecoklatan atau muncul bercak putih (Gambar 14). Kondisi kerusakan semakin parah pada daerah yang panas dan lembab menurut (Siregar, 2005).

Gambar 14. Gejala Daun yang Terkontaminasi Gas Sulfur Dioksida Setelah pemaparan gas SO2 jumlah klorofil daun menunjukkan penurunan, kecuali pada perlakuan pemaparan setiap hari pada konsentrasi 4 ppm (37,98 mg/l - 49,20 mg/l) dan 7 ppm (29,86 mg/l - 44,47 mg/l) yang mengalami peningkatan pada kadar klorofil daun (gambar 13), hal ini disebabkan karena sel penjaga stomata lebih toleran terhadap SO2 dari pada sel lainnya karena sel penjaga mempunyai lapisan proteksi luar alami yang lebih baik, dan selain itu sensitivitas

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(35)

tanaman terhadap kerusakan SO2 bervariasi, ini disebabkan terjadi perbedaan sensitivitas yang disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti suhu, air tanah, dan konsentrasi nutrien meskipun dalam satu spesies menurut (Rizky, 2004). 4.1.2 Asam Askor bat

Hasil analisa ragam menunjukkan adanya beda nyata terhadap kadar asam askorbat (ASA) daun sebelum dan sesudah perlakuan (Tabel lampiran 4 dan 5). Selanjutnya diuji dengan uji beda nyata terkecil, seperti tercantum pada Tabel 3. Tabel 3. Kadar Asam Askorbat yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% (p=0,05)

Gambar 15. Histogram Nilai Kadar Asam Askorbat Daun pada Perlakuan Konsentrasi dan Hari Penyemprotan Gas SO2

Keterangan :

H1K4 : Setiap hari dengan konsentrasi 4 ppm, H1K7 : Setiap hari dengan konsentrasi 7 ppm, H1K10 : Setiap hari dengan konsentrasi 10 ppm, H3K4 : 3 hari sekali dengan konsentrasi 4 ppm, H3K7: 3 hari sekali dengan konsentrasi 7 ppm, H3K10 : 3 hari sekali dengan

(36)

27

Jika dilihat dari data perubahan kadar asam askorbat dari sebelum diperlakukan dan setelah di perlakukan, terjadi perubahan pada kadar asam askorbat.

Gambar 15 menunjukkan kenaikan pada nilai kadar asam askorbat sesudah di beri paparan gas sulfur dioksida (SO2). Hal ini disebabkan adanya beda konsetrasi gas SO2 yang berkontak langsung dengan tanaman nusa indah. Semakin tinggi tingkat polutan di lingkungan tanaman tersebut maka semakin menurunnya kadar klorofil pada daun tersebut dan itu menyebabkan semakin tingginya kadar asam askorbat.

Menurut Meri (2011) bahwa asam askorbat (ASA) merupakan antioksidan untuk sistem pertahanan tanaman terhadap cekaman, termasuk cekaman akibat polutan atau kekeringan. Pada tanaman nusa indah sebelum di beri perlakuan gas SO2 dan setelah di beri perlakuan SO2 mengalami perubahan pada kadar asam askorbatnya.

4.1.3 Kadar Air

Hasil analisa ragam menunjukkan tidak adanya beda nyata terhadap kadar air daun sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan (Tabel lampiran 6 dan 7). Tabel 4 menunjukkan hasil analisis kadar air daun sebelum dan sesudah penyemprotan gas SO2.

Tabel 4. Kadar Air Daun (Transformasi Arcsin) Perlakuan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(37)

Gambar 16. Histogram Nilai Kadar Air Daun pada

Perlakuan Konsentrasi dan Hari Penyemprotan Gas SO2

Keterangan :

H1K4 : Setiap hari dengan konsentrasi 4 ppm, H1K7 : Setiap hari dengan konsentrasi 7 ppm, H1K10 : Setiap hari dengan konsentrasi 10 ppm, H3K4 : 3 hari sekali dengan konsentrasi 4 ppm, H3K7: 3 hari sekali dengan konsentrasi 7 ppm, H3K10 : 3 hari sekali dengan konsentrasi 10 ppm.

Menurut Susanti (2009) faktor yang mempengaruhi kadar air daun adalah kelembapan udara, perlakuan terhadap tanaman, waktu pengambilan dan besarnya penguapan (evaporasi).

Gambar 16 menunjukkan kenaikan pada kandungan kadar air di setiap perlakuan, sedangkan pada perlakuan penyemprotan setiap hari dengan konsentrasi 4 ppm dan 10 ppm mengalami penurunan, ini disebabkan karena mulai banyaknya daun tua yang mengalami absisi (Pengguguran daun) dan mulai banyak daun baru yang tumbuh sehingga pada saat analisa kadar air daun tanaman nusa indah, daun yang diambil untuk analisa kadar air daun umurnya tidak sama.

(38)

29

pencemaran udara akan mengalami penurunan karena terhambatnya laju pertumbuhan sehingga kadar air pada daun mengalami penurunan (Siregar, 2005).

4.1.4 pH Daun

Hasil analisa ragam menunjukkan tidak adanya beda nyata terhadap kadar pH daun sebelum dan sesudah perlakuan (Tabel lampiran 7 dan 8). Hasil

Gambar 17. Histogram Nilai pH Daun pada Perlakuan Konsentrasi dan Hari Penyemprotan Gas SO2

Keterangan :

H1K4 : Setiap hari dengan konsentrasi 4 ppm, H1K7 : Setiap hari dengan konsentrasi 7 ppm, H1K10 : Setiap hari dengan konsentrasi 10 ppm, H3K4 : 3 hari sekali dengan konsentrasi 4 ppm, H3K7: 3 hari sekali dengan konsentrasi 7 ppm, H3K10 : 3 hari sekali dengan konsentrasi 10 ppm.

6,98 7,00 7,01 7,03 6,99 7,02

H1K4 H1 K7 H1K10 H3 K4 H3K7 H3K10

Sebelu m Sesudah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(39)

Gambar 17 menunjukkan adanya penurunan pH daun setelah di beri paparan gas sulfur dioksida (SO2). Gas sulfur dioksida sendiri merupakan gas asam yang merupakan bahan pencemaran yang paling merusak tanaman yang dapat menurunkan pH, menurut Siregar (2005) kerusakan tanaman oleh SO2 dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu konsentrasi SO2 dan waktu kontak.

4.2APTI (Air Pollution Toler ance Index)

Hasil analisis kadar air, pHdaun, kadar klorofil dan asam askorbat, dimasukkan kedalam rumus APTI = {A (T+P)+R } / 10. Hasil Nilai APTI bisa dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai APTI Tanaman Nusa Indah Interval

Penyemprotan Sebelum Kriteria Sesudah Kriteria H1K4 40,34 Toleran 65,55 Toleran dengan konsentrasi 7 ppm, H1K10 : Setiap hari dengan konsentrasi 10 ppm, H3K4 : 3 hari sekali dengan konsentrasi 4 ppm, H3K7: 3 hari

H1K4 H1K7 H1K10 H3 K4 H3K7 H3K10

(40)

31

Hasil analisa nilai APTI tanaman nusa indah ternyata mengalami peningkatan (Tabel 6). Secara umum nilai APTI setelah pemaparan gas SO2 meningkat, bahkan ada yg dapat merubah kategori dari sensitif menjadi menengah dan ada yg tidak merubah kategori. Nilai APTI yang dapat merubah kategori terlihat pada perlakuan setiap hari dengan konsentrasi 7 ppm dan 10 ppm, dari kategori sensitif menjadi menengah, dan yang tidak merubah kategori terlihat pada perlakuan tiga hari seminggu dengan konsentrasi 10 ppm baik sebelum dan sesudah perlakuan.

4.3 Respon Daun Ter hadap Gas SO2

Gejala pemaparan gas sulfur dioksida (SO2) pada daun bisa dilihat pada gambar dibawah ini.

Internal Penyemprotan Gambar Keterangan

H1K4

Nampak gejala kerusakan pada pinggir daun dengan mulai menghitamnya warna daun, memucatnya warna daun dan sedikit menggulung kedalam

H1K7

Nampak gejala kerusakan pada pinggir daun dengan mulai menghitamnya warna daun, memucatnya warna daun dan sedikit menggulung kedalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(41)

H1K10

(42)

33

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Respon tanaman Nusa Indah (Mussaenda philippica L.) terhadap paparan gas sulfur dioksida (SO2) sangat berfariasi, tergantung konsentrasi gas sulfur yang di berikan dan waktu pemaparan gas sulfur dioksida.

1. Hasil analisa nilai APTI, menunjukkan bahwa tanaman nusa indah pada interval penyemprotan tiga kali sehari dengan konsentrasi 10 ppm lebih sensitif terhadap paparan gas sulfur dioksida, sedangkan pada interval penyemprotan setiap hari dengan konsentrasi 4 ppm lebih toleran terhadap gas sulfur dioksida.

2. Kandungan asam askorbat menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap gas sulfur dioksida pada perlakuan dan durasi penyemprotan yang sudah di tentukan.

3. Tanaman nusa indah ini ternyata responnya bervariasi terhadap paparan gas polutan khususnya gas sulfur dioksida (SO2) dengan konsentrasi dan waktu pemaparan yang bervariasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(43)

Agbaire, P.O., 2009. Air Pollution Tollerance Indices (APTI) of Some Plants Around Erhoike-Kokori Oil Exploration Site of Delta State Nigeria. (http://www.academicjournals.org/ijps/pdf/pdf2009/June/Agbaire.pdf), diakses tanggal 31 Mei 2012.

Benyamin, D., S, Aris., R, Encep., Rusdi. 2007. Pengendalian hama ulat jengkal pada sengon dengan ekstrak daun suren dan cuka kayu.

(http://google.co.id/rumus-nilai-kerusakan-daun/pengendalian-hama-ulat-jengkal-pada-sengon-dengan-ekstrak-daun-suren-dan-cuka-kayu), diakses tanggal 20 Januari 2012.

Bidang Pengkajian Ozon dan Polusi Udara. 2000. Data Sulfur dioksida (SO₂ ). (http://www.dirgantara-lapan.or.id/jizonpolud/htm/so2.htm), diakses tanggal 29 Mei 2012.

Carpenter PL, TD, Walker, FO, Lanphear. 1975. Plant in The Landscape. San Francisco: W.H. Freeman and Co.

Darius, V. R. 2009. Mengapa Tanaman Membutuhkan Sulfur.

(http://davesgarden.com/guides/articles/view/2026/), diakses tanggal 28 Mei 2011.

Dede, J.S., Nurhasybi. 2009. Pengembangan Standar Pengujian Kadar Air dan Perkecambahan Benih Beberapa Jenis Tanaman Hutan Untuk Menunjang Program Penanaman Hutan di Daerah.

(http://www.bsn.go.id/files/348256349/Litbang%202009/PPIS%2009/Bab %209.pdf), diakses tanggal 01 Februari 2012.

Dwivedi, A.K. , Shashi, 2007. Air pollution and Plants Sensitivity. (http://www.shvoong.com), diakses 1 Oktober 2008.

Dwivedi, A.K., B.D, Tripathi. 2007. Pollution tolerance and distribution pattern of plants in surrounding area of coal-fired industries. J Environ Biol. (2):257-63.

Edy Batara, M.S., 2005. Pencemaran Udara, Respon Tanaman dan Pengaruhnya pada Manusia.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1001/1/hutan-edi%20batara13.pdf), diakses tanggal 08 February 2012. Eko. 2011a. Pengertian Belerang.

(44)

35

Hasibuan, 2011. Klorofil.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29994/3/Chapter%20II.pdf), diakses tanggal 06 Juni 2012.

Hicow Beta. 2011. Apa Itu Vitamin C.

(http://id.hicow.com/asam-askorbat/walter-haworth/paulus-karrer-1777742.html), diakses tanggal 01 Februari 2011.

Hermin, W. 2007. Kajian Penggunaan Tanaman Sebagai Alternatif Pagar Rumah. (http://eprints.undip.ac.id/18508/1/4.pdf), diakses tanggal 01 Februari 2012. Howe, T.K., S.S.,Woltz, 1981. Symptomology and Relative Susceptibility of

Various Ornamental Plants To Acute Airborne Sulfur Dioxide Exposure.

Proc. Fla. State Hort. Soc. 94:121-123

Larcher, W. 1995. Physiological Plant Ecology. 3rd. Berlin: Springer

Levitt, J., 1980. Responses of Plants to Enviromental Stress. Academic Press. New York.

Liu,Y.J. & H.,Ding, 2007. Variation in air pollution tolerance index of plant near a steel factory: implications for lanscape-plant species selection for indutrial areas. Wseas Transactions on Environment and Development. Available at (http://www.beijinglab.com), diakses tanggal 2 September 2008.

Mery L. 2011. Respon Pertumbuhan dan Fisiologi Tanaman Asystasia gangetica,

Impatiens balsamina dan Mirabilis jalapa pada Tingkat Polusi yang

Berbeda.

(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47292/G11mle.pdf ?sequence=1), diakses tanggal 1 Maret 2012.

Nugrahani,P., 2007. Ketahanan Tanaman Semak Hias Elemen Lanksap Jalan terhadap Polusi Udara di Perkotaan. Laporan Penelitian Dosen Muda

DIKTI Tahun 2007.

Nugrahani, P., Sukartiningrum., 2008. Indeks Toleransi Polusi Udara (APTI)

Tanaman Taman Median Jalan Kota Surabaya.

(http://faperta.upnjatim.ac.id/phocadownload/MAPETA/3.%20indeks%20to leransi%20polusi%20udara%20pangesti.pdf), diakses tanggal 1 Maret 2012.

Peraturan Menteri Kehutanan. 2004. Pedoman Pembuatan Tanaman Penghijauan Kota Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

(http://www.dephut.go.id/files/l1_6_p03_04.pdf), diakses tanggal 30 Mei 2012.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(45)

Plantamor. 2011. Informasi Spesies Nusa Indah (Mussaenda philippica L.). (http://www.plantamor.com/index.php?plant=879), diakses tanggal 29 Mei 2011.

Rahmawati, S.Hut., MSI. 2002. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Tumbuhan.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/857/1/hutan-rahmawaty2.pdf), diakses tanggal 09 Mei 2011.

Rizky, Y.M. 2004. Identifikasi Respon Anatomi Daun dan Pertumbuhan Kenari, Akasia dan Kayu Manis Terhadap Emisi Gas Kendaraan Bermotor.

(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/19630/E04RYM.pd f?sequence=2), diakses tanggal 31 Mei 2012.

Shannigrahi, A.S., Fukushima, T., & Sharma, R.C., 2004. Anticipated air pollution tolerance of some plant species considered for green belt development in and around an industrial/urban area in India: An overview.

International Journal of Environmental Studies 61(2): 125-137.

Situs Kimia Indonesia. 2009. Pengukuran pH.

(http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/instrumentasi-dan-pengukuran/pengukuran-ph/), diakses tanggal 01 Februari 2012. Susanti, A. 2011. Kadar Air dan Ekstraksi.

(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/12112/G09asu-6_BAB%20IV%20Hasil%20dan%20Pembahasan.pdf?sequence=9), diakses tanggal 06 Juni 2012.

Suyitno, AL. 2008. Modul Pengayaan Materi Projek Pendampingan SMA, Materi Praktikum : Klorofil/ Pigmen Fotosintetis.

(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/suyitno-aloysius-drs-ms/modul-praktikum-analaisis-klorofil.pdf), diakses tanggal 01 Februari 2012.

Suyitno, AL. 2006. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan Lanjut.

(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Suyitno%20Aloysius,% 20Drs.%20MS./Buku%20Petunjuk%20Praktikum%20Fisiologi%20Tumbu han%20Lanjut.pdf), diakses tanggal 01 Februari 2012.

Suyitno, AL., Dyah, S., Ratnawati, 2003. Tanggapan Stomata dan Laju Transpirasi Daun VacciniumVaringiaefolium (BI.) Miq. Menurut Tingkat Perkembangan Daun dan Jarak Terhadap Sumber Emisi Gas Belerang

Kawah Sikidang Dataran Tinggi Dieng.

(46)

37

Tabloid Nova. 2004. Nusa Indah: Cantik Dengan Beragam Warna.

(http://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=5826), diakses tanggal 29 Mei 2011.

Taty Alfiah, ST.MT. 2009. Oksida Sulfur SO₂ .

(http://tatyalfiah.files.wordpress.com/2009/09/oksida-sulfur-_sox_.pdf), diakses tanggal 30 Mei 2012.

Udayana, C., 2004. Toleransi spesies pohon tepi jalan terhadap pencemaran udara di simpang susun Jakarta, Cawang, Jakarta Timur [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana.

Vallero, D.A., 2008. Fundamentals of Air Pollution. 4th ed. USA: Elsevier Inc. Wikipedia. 2012. Fotosintesis.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Fotosintesis), diakses tanggal 31 Mei 2012. Yefri, C., 2010. Kadar Air Basis Basah dan Kadar Air Basis Kering.

(http://yefrichan.wordpress.com/2010/08/04/kadar-air-basis-basah-dan-kadar-air-basis-kering/), diakses tanggal 06 juni 2012.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Gambar

Gambar 2. Kristal Sulfur Dioksida (SO2) (Sumber : www.indonetwork.co.id)
Tabel 1. Kriteria Toleransi Tanaman Terhadap Polusi Udara
Gambar 10. Tanaman Nusa Indah (Mussaenda philippica L.)
Gambar 12. Skema Kegiatan Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait