• Tidak ada hasil yang ditemukan

morfology - Perubahan pada biokimia dan fisiologi tanaman

Respon tanaman nusa indah

terhadap papran gas SO2

Luaran :

Karya Ilmiah

(Skripsi) (2.6. dichlorophenol-indophenal)) . Konsentrasi sampel asam askorbat dihitung pada berapa kali tetesan yang dapat merubah warna larutan tersebut.

3.7.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan analisis faktorial dan bila ada perbedaan antar perlakuan dapat dilihat dengan uji BNT 5%.

3.8Sk ema Kegiatan Penelitian

Kegiatan penelitian yang akan dilakukan dapat digambarkan dalam skema kegiatan penelitian sebagai berikut (Gambar 12)

Gambar 12. Skema Kegiatan Penelitian Tanaman

Mussaenda sp

Perlakuan Paparan SO2

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

4.1 Penelitian Skala Labr ator ium 4.1.1 Klor ofil Daun

Hasil analisa ragam menunjukkan adanya beda nyata terhadap kadar klorofil daun sebelum perlakuan (Tabel lampiran 1). Selanjutnya diuji dengan uji beda nyata terkecil, seperti tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Kadar Klorofil Daun Sebelum Penyemprotan

Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama dan perlakuan pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% (p=0,05)

Gambar 13. Histogram Nilai Kadar Klorofil Daun pada

Perlakuan Konsentrasi dan Hari Penyemprotan Gas SO2 Keterangan :

H1K4 : Setiap hari dengan konsentrasi 4 ppm, H1K7 : Setiap hari dengan konsentrasi 7 ppm, H1K10 : Setiap hari dengan konsentrasi 10 ppm, H3K4 : 3 hari sekali dengan konsentrasi 4 ppm, H3K7: 3 hari sekali dengan konsentrasi 7 ppm, H3K10 : 3 hari sekali dengan konsentrasi 10 ppm.

Hari Penyemprotan Rerata

Setiap Hari 473,31 a

Tiga Hari Sekali 583,37 ª

BNT 5% 3,72 37,98 29,86 49,56 50,54 44,18 50,19 49,20 44,47 40,45 49,04 40,78 31,19 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 H1K4 H1K7 H1K10 H3K4 H3K7 H3K10

25

Secara umum gas sulfur dioksida (SO2) pada konsentrasi tinggi untuk waktu yang lama mempengaruhi kesehatan tanaman. Pencemaran gas SO2 dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada daun karena terjadi klorolisis yaitu hilangnya klorofil dan plasmolisis adalah runtuhnya struktur daun dan jika kerusakan akibat terpapar oleh sulfur dioksida pada konsentrasi rendah untuk waktu yang lama yaitu warna daun menjadi merah kecoklatan atau muncul bercak putih (Gambar 14). Kondisi kerusakan semakin parah pada daerah yang panas dan lembab menurut (Siregar, 2005).

Gambar 14. Gejala Daun yang Terkontaminasi Gas Sulfur Dioksida Setelah pemaparan gas SO2 jumlah klorofil daun menunjukkan penurunan, kecuali pada perlakuan pemaparan setiap hari pada konsentrasi 4 ppm (37,98 mg/l - 49,20 mg/l) dan 7 ppm (29,86 mg/l - 44,47 mg/l) yang mengalami peningkatan pada kadar klorofil daun (gambar 13), hal ini disebabkan karena sel penjaga stomata lebih toleran terhadap SO2 dari pada sel lainnya karena sel penjaga mempunyai lapisan proteksi luar alami yang lebih baik, dan selain itu sensitivitas

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

tanaman terhadap kerusakan SO2 bervariasi, ini disebabkan terjadi perbedaan sensitivitas yang disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti suhu, air tanah, dan konsentrasi nutrien meskipun dalam satu spesies menurut (Rizky, 2004). 4.1.2 Asam Askor bat

Hasil analisa ragam menunjukkan adanya beda nyata terhadap kadar asam askorbat (ASA) daun sebelum dan sesudah perlakuan (Tabel lampiran 4 dan 5). Selanjutnya diuji dengan uji beda nyata terkecil, seperti tercantum pada Tabel 3. Tabel 3. Kadar Asam Askorbat

Konsentrasi Sebelum Penyemprotan Sesudah Penyemprotan 4 ppm 79,53 b 98,96 b 7 ppm 63,75 a 73,46 a 10 ppm 14,57 a 30,36 a BNT 5% 3,24 3,22

Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama dan perlakuan pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% (p=0,05)

Gambar 15. Histogram Nilai Kadar Asam Askorbat Daun pada Perlakuan Konsentrasi dan Hari Penyemprotan Gas SO2

Keterangan :

H1K4 : Setiap hari dengan konsentrasi 4 ppm, H1K7 : Setiap hari dengan konsentrasi 7 ppm, H1K10 : Setiap hari dengan konsentrasi 10 ppm, H3K4 : 3 hari sekali dengan konsentrasi 4 ppm, H3K7: 3 hari sekali dengan konsentrasi 7 ppm, H3K10 : 3 hari sekali dengan konsentrasi 10 ppm. 8,95 4,40 1,82 10,93 11,53 1,82 11 ,69 5,62 4,55 13,0 5 12,75 3,04 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,0 0 12,0 0 14,0 0 H1K4 H1K7 H1K10 H3K4 H3K7 H3K10

27

Jika dilihat dari data perubahan kadar asam askorbat dari sebelum diperlakukan dan setelah di perlakukan, terjadi perubahan pada kadar asam askorbat.

Gambar 15 menunjukkan kenaikan pada nilai kadar asam askorbat sesudah di beri paparan gas sulfur dioksida (SO2). Hal ini disebabkan adanya beda konsetrasi gas SO2 yang berkontak langsung dengan tanaman nusa indah. Semakin tinggi tingkat polutan di lingkungan tanaman tersebut maka semakin menurunnya kadar klorofil pada daun tersebut dan itu menyebabkan semakin tingginya kadar asam askorbat.

Menurut Meri (2011) bahwa asam askorbat (ASA) merupakan antioksidan untuk sistem pertahanan tanaman terhadap cekaman, termasuk cekaman akibat polutan atau kekeringan. Pada tanaman nusa indah sebelum di beri perlakuan gas SO2 dan setelah di beri perlakuan SO2 mengalami perubahan pada kadar asam askorbatnya.

4.1.3 Kadar Air

Hasil analisa ragam menunjukkan tidak adanya beda nyata terhadap kadar air daun sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan (Tabel lampiran 6 dan 7). Tabel 4 menunjukkan hasil analisis kadar air daun sebelum dan sesudah penyemprotan gas SO2.

Tabel 4. Kadar Air Daun (Transformasi Arcsin) Perlakuan

Sebelum Penyemprotan Sesudah Penyemprotan Sebelum Transformasi Setelah Transformasi Sebelum Transformasi Setelah Transformasi H1K4 76,89 61,25 68,44 55,98 H1K7 74,00 59,32 79,29 62,92 H1K10 75,25 60,83 71,79 58,16 H3K4 74,15 59,44 74,96 59,96 H3K7 68,52 55,85 75,12 60,28 H3K10 70,02 56,90 74,76 59,89 BNT 5% tn tn

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Gambar 16. Histogram Nilai Kadar Air Daun pada

Perlakuan Konsentrasi dan Hari Penyemprotan Gas SO2 Keterangan :

H1K4 : Setiap hari dengan konsentrasi 4 ppm, H1K7 : Setiap hari dengan konsentrasi 7 ppm, H1K10 : Setiap hari dengan konsentrasi 10 ppm, H3K4 : 3 hari sekali dengan konsentrasi 4 ppm, H3K7: 3 hari sekali dengan konsentrasi 7 ppm, H3K10 : 3 hari sekali dengan konsentrasi 10 ppm.

Menurut Susanti (2009) faktor yang mempengaruhi kadar air daun adalah kelembapan udara, perlakuan terhadap tanaman, waktu pengambilan dan besarnya penguapan (evaporasi).

Gambar 16 menunjukkan kenaikan pada kandungan kadar air di setiap perlakuan, sedangkan pada perlakuan penyemprotan setiap hari dengan konsentrasi 4 ppm dan 10 ppm mengalami penurunan, ini disebabkan karena mulai banyaknya daun tua yang mengalami absisi (Pengguguran daun) dan mulai banyak daun baru yang tumbuh sehingga pada saat analisa kadar air daun tanaman nusa indah, daun yang diambil untuk analisa kadar air daun umurnya tidak sama.

Perlakuan yang dilakukan terhadap tanaman nusa indah dengan menyemprotkan gas sulfur dioksida (SO2) menyebabkan kerusakan pada jaringan stomata, sehingga mengalami perubahan pada bentuk daun dan mengalami Absisi (Pengguguran daun). Total luasan daun (leaf area) dari tanaman yang terkena

61,25 59,32 60,83 59,44 55,85 56,90 55,98 62,92 58,16 59,96 60,28 59,89 52,00 54,00 56,00 58,00 60,00 62,00 64,00 H1K4 H1K7 H1K10 H3K4 H3K7 H3K10 Sebelum Sesudah

29

pencemaran udara akan mengalami penurunan karena terhambatnya laju pertumbuhan sehingga kadar air pada daun mengalami penurunan (Siregar, 2005).

4.1.4 pH Daun

Hasil analisa ragam menunjukkan tidak adanya beda nyata terhadap kadar pH daun sebelum dan sesudah perlakuan (Tabel lampiran 7 dan 8). Hasil pecobaan antara sebelum dan sesudah bisa dilihat pada gambar 17 (untuk pH daun). Tabel 5. pH Daun Perlakuan Sebelum Penyemprotan Setelah Penyemprotan H1K4 6,98 6,83 H1K7 7,00 6,63 H1K10 7,01 6,38 H3K4 7,03 6,58 H3K7 6,99 6,50 H3K10 7,02 6,43 BNT 5% tn tn

Keterangan : tn (tidak nyata)

Gambar 17. Histogram Nilai pH Daun pada Perlakuan Konsentrasi dan Hari Penyemprotan Gas SO2

Keterangan :

H1K4 : Setiap hari dengan konsentrasi 4 ppm, H1K7 : Setiap hari dengan konsentrasi 7 ppm, H1K10 : Setiap hari dengan konsentrasi 10 ppm, H3K4 : 3 hari sekali dengan konsentrasi 4 ppm, H3K7: 3 hari sekali dengan konsentrasi 7 ppm, H3K10 : 3 hari sekali dengan konsentrasi 10 ppm.

6,98 7,00 7,01 7,03 6,99 7,02 6,83 6,63 6,38 6,58 6,50 6,43 6,00 6,20 6,40 6,60 6,80 7,00 7,20 H1K4 H1 K7 H1K10 H3 K4 H3K7 H3K10 Sebelu m Sesudah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Gambar 17 menunjukkan adanya penurunan pH daun setelah di beri paparan gas sulfur dioksida (SO2). Gas sulfur dioksida sendiri merupakan gas asam yang merupakan bahan pencemaran yang paling merusak tanaman yang dapat menurunkan pH, menurut Siregar (2005) kerusakan tanaman oleh SO2 dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu konsentrasi SO2 dan waktu kontak.

4.2APTI (Air Pollution Toler ance Index)

Hasil analisis kadar air, pHdaun, kadar klorofil dan asam askorbat, dimasukkan kedalam rumus APTI = {A (T+P)+R } / 10. Hasil Nilai APTI bisa dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai APTI Tanaman Nusa Indah Interval

Penyemprotan Sebelum Kriteria Sesudah Kriteria H1K4 40,34 Toleran 65,55 Toleran H1K7 16,30 Sensitif 28,77 Menengah H1K10 10,38 Sensitif 21,39 Menengah H3K4 62,99 Toleran 72,66 Toleran H3K7 59,09 Toleran 60,35 Toleran H3K10 10,49 Sensitif 11,49 Sensitif

Gambar 18. Histogram Nilai APTI Daun pada

Perlakuan Konsentrasi dan Hari Penyemprotan Gas SO2

Keterangan :

H1K4 : Setiap hari dengan konsentrasi 4 ppm, H1K7 : Setiap hari dengan konsentrasi 7 ppm, H1K10 : Setiap hari dengan konsentrasi 10 ppm, H3K4 : 3 hari sekali dengan konsentrasi 4 ppm, H3K7: 3 hari sekali dengan konsentrasi 7 ppm, H3K10 : 3 hari sekali dengan konsentrasi 10 ppm. 40,34 16,30 10,38 62,99 59,09 10,49 65,55 28,77 21,39 72,66 60,35 11,49 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 H1K4 H1K7 H1K10 H3 K4 H3K7 H3K10 Sebelum Sesudah

31

Hasil analisa nilai APTI tanaman nusa indah ternyata mengalami peningkatan (Tabel 6). Secara umum nilai APTI setelah pemaparan gas SO2 meningkat, bahkan ada yg dapat merubah kategori dari sensitif menjadi menengah dan ada yg tidak merubah kategori. Nilai APTI yang dapat merubah kategori terlihat pada perlakuan setiap hari dengan konsentrasi 7 ppm dan 10 ppm, dari kategori sensitif menjadi menengah, dan yang tidak merubah kategori terlihat pada perlakuan tiga hari seminggu dengan konsentrasi 10 ppm baik sebelum dan sesudah perlakuan.

4.3 Respon Daun Ter hadap Gas SO2

Gejala pemaparan gas sulfur dioksida (SO2) pada daun bisa dilihat pada gambar dibawah ini.

Internal Penyemprotan Gambar Keterangan

H1K4

Nampak gejala kerusakan pada pinggir daun dengan mulai menghitamnya warna daun, memucatnya warna daun dan sedikit menggulung kedalam

H1K7

Nampak gejala kerusakan pada pinggir daun dengan mulai menghitamnya warna daun, memucatnya warna daun dan sedikit menggulung kedalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

H1K10

Nampak gejala kerusakan pada pinggir daun dengan mulai menghitamnya warna daun, memucatnya warna daun dan sedikit menggulung kedalam

H3K4

Nampak gejala kerusakan pada pinggir daun dengan mulai menghitamnya warna daun dan sedikit menggulung kedalam, tetapi untuk warna hijau daunnya masi terlihat segar

H3K7

Nampak gejala kerusakan pada pinggir daun dengan mulai menghitamnya warna daun dan sedikit menggulung kedalam, tetapi untuk warna hijau daunnya masi terlihat segar

H3K10

Nampak gejala kerusakan pada pinggir daun dengan mulai menghitamnya warna daun dan sedikit menggulung kedalam, tetapi untuk warna hijau daunnya masi terlihat segar

33

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Respon tanaman Nusa Indah (Mussaenda philippica L.) terhadap paparan gas sulfur dioksida (SO2) sangat berfariasi, tergantung konsentrasi gas sulfur yang di berikan dan waktu pemaparan gas sulfur dioksida.

1. Hasil analisa nilai APTI, menunjukkan bahwa tanaman nusa indah pada interval penyemprotan tiga kali sehari dengan konsentrasi 10 ppm lebih sensitif terhadap paparan gas sulfur dioksida, sedangkan pada interval penyemprotan setiap hari dengan konsentrasi 4 ppm lebih toleran terhadap gas sulfur dioksida.

2. Kandungan asam askorbat menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap gas sulfur dioksida pada perlakuan dan durasi penyemprotan yang sudah di tentukan.

3. Tanaman nusa indah ini ternyata responnya bervariasi terhadap paparan gas polutan khususnya gas sulfur dioksida (SO2) dengan konsentrasi dan waktu pemaparan yang bervariasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Agbaire, P.O., 2009. Air Pollution Tollerance Indices (APTI) of Some Plants Around Erhoike-Kokori Oil Exploration Site of Delta State Nigeria. (http://www.academicjournals.org/ijps/pdf/pdf2009/June/Agbaire.pdf), diakses tanggal 31 Mei 2012.

Benyamin, D., S, Aris., R, Encep., Rusdi. 2007. Pengendalian hama ulat jengkal pada sengon dengan ekstrak daun suren dan cuka kayu.

(http://google.co.id/rumus-nilai-kerusakan-daun/pengendalian-hama-ulat-jengkal-pada-sengon-dengan-ekstrak-daun-suren-dan-cuka-kayu), diakses tanggal 20 Januari 2012.

Bidang Pengkajian Ozon dan Polusi Udara. 2000. Data Sulfur dioksida (SO₂ ). (http://www.dirgantara-lapan.or.id/jizonpolud/htm/so2.htm), diakses tanggal 29 Mei 2012.

Carpenter PL, TD, Walker, FO, Lanphear. 1975. Plant in The Landscape. San Francisco: W.H. Freeman and Co.

Darius, V. R. 2009. Mengapa Tanaman Membutuhkan Sulfur.

(http://davesgarden.com/guides/articles/view/2026/), diakses tanggal 28 Mei 2011.

Dede, J.S., Nurhasybi. 2009. Pengembangan Standar Pengujian Kadar Air dan Perkecambahan Benih Beberapa Jenis Tanaman Hutan Untuk Menunjang Program Penanaman Hutan di Daerah.

(http://www.bsn.go.id/files/348256349/Litbang%202009/PPIS%2009/Bab %209.pdf), diakses tanggal 01 Februari 2012.

Dwivedi, A.K. , Shashi, 2007. Air pollution and Plants Sensitivity. (http://www.shvoong.com), diakses 1 Oktober 2008.

Dwivedi, A.K., B.D, Tripathi. 2007. Pollution tolerance and distribution pattern of plants in surrounding area of coal-fired industries. J Environ Biol. (2):257-63.

Edy Batara, M.S., 2005. Pencemaran Udara, Respon Tanaman dan Pengaruhnya pada Manusia.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1001/1/hutan-edi%20batara13.pdf), diakses tanggal 08 February 2012. Eko. 2011a. Pengertian Belerang.

(http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2199984-pengertian-belerang-sulfur/), diakses tanggal 28 Mei 2012.

35

Hasibuan, 2011. Klorofil.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29994/3/Chapter%20II.pdf), diakses tanggal 06 Juni 2012.

Hicow Beta. 2011. Apa Itu Vitamin C.

(http://id.hicow.com/asam-askorbat/walter-haworth/paulus-karrer-1777742.html), diakses tanggal 01 Februari 2011.

Hermin, W. 2007. Kajian Penggunaan Tanaman Sebagai Alternatif Pagar Rumah. (http://eprints.undip.ac.id/18508/1/4.pdf), diakses tanggal 01 Februari 2012. Howe, T.K., S.S.,Woltz, 1981. Symptomology and Relative Susceptibility of

Various Ornamental Plants To Acute Airborne Sulfur Dioxide Exposure.

Proc. Fla. State Hort. Soc. 94:121-123

Larcher, W. 1995. Physiological Plant Ecology. 3rd. Berlin: Springer

Levitt, J., 1980. Responses of Plants to Enviromental Stress. Academic Press. New York.

Liu,Y.J. & H.,Ding, 2007. Variation in air pollution tolerance index of plant near a steel factory: implications for lanscape-plant species selection for indutrial areas. Wseas Transactions on Environment and Development. Available at (http://www.beijinglab.com), diakses tanggal 2 September 2008.

Mery L. 2011. Respon Pertumbuhan dan Fisiologi Tanaman Asystasia gangetica,

Impatiens balsamina dan Mirabilis jalapa pada Tingkat Polusi yang

Berbeda.

(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47292/G11mle.pdf ?sequence=1), diakses tanggal 1 Maret 2012.

Nugrahani,P., 2007. Ketahanan Tanaman Semak Hias Elemen Lanksap Jalan terhadap Polusi Udara di Perkotaan. Laporan Penelitian Dosen Muda

DIKTI Tahun 2007.

Nugrahani, P., Sukartiningrum., 2008. Indeks Toleransi Polusi Udara (APTI)

Tanaman Taman Median Jalan Kota Surabaya.

(http://faperta.upnjatim.ac.id/phocadownload/MAPETA/3.%20indeks%20to leransi%20polusi%20udara%20pangesti.pdf), diakses tanggal 1 Maret 2012.

Peraturan Menteri Kehutanan. 2004. Pedoman Pembuatan Tanaman Penghijauan Kota Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

(http://www.dephut.go.id/files/l1_6_p03_04.pdf), diakses tanggal 30 Mei 2012.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Plantamor. 2011. Informasi Spesies Nusa Indah (Mussaenda philippica L.). (http://www.plantamor.com/index.php?plant=879), diakses tanggal 29 Mei 2011.

Rahmawati, S.Hut., MSI. 2002. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Tumbuhan.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/857/1/hutan-rahmawaty2.pdf), diakses tanggal 09 Mei 2011.

Rizky, Y.M. 2004. Identifikasi Respon Anatomi Daun dan Pertumbuhan Kenari, Akasia dan Kayu Manis Terhadap Emisi Gas Kendaraan Bermotor.

(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/19630/E04RYM.pd f?sequence=2), diakses tanggal 31 Mei 2012.

Shannigrahi, A.S., Fukushima, T., & Sharma, R.C., 2004. Anticipated air pollution tolerance of some plant species considered for green belt development in and around an industrial/urban area in India: An overview.

International Journal of Environmental Studies 61(2): 125-137.

Situs Kimia Indonesia. 2009. Pengukuran pH.

(http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/instrumentasi-dan-pengukuran/pengukuran-ph/), diakses tanggal 01 Februari 2012. Susanti, A. 2011. Kadar Air dan Ekstraksi.

(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/12112/G09asu-6_BAB%20IV%20Hasil%20dan%20Pembahasan.pdf?sequence=9), diakses tanggal 06 Juni 2012.

Suyitno, AL. 2008. Modul Pengayaan Materi Projek Pendampingan SMA, Materi Praktikum : Klorofil/ Pigmen Fotosintetis.

(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/suyitno-aloysius-drs-ms/modul-praktikum-analaisis-klorofil.pdf), diakses tanggal 01 Februari 2012.

Suyitno, AL. 2006. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan Lanjut.

(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Suyitno%20Aloysius,% 20Drs.%20MS./Buku%20Petunjuk%20Praktikum%20Fisiologi%20Tumbu han%20Lanjut.pdf), diakses tanggal 01 Februari 2012.

Suyitno, AL., Dyah, S., Ratnawati, 2003. Tanggapan Stomata dan Laju Transpirasi Daun VacciniumVaringiaefolium (BI.) Miq. Menurut Tingkat Perkembangan Daun dan Jarak Terhadap Sumber Emisi Gas Belerang

Kawah Sikidang Dataran Tinggi Dieng.

(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Suyitno%20Aloysius,%2 0Drs.%20MS./Tanggapan%20Stomata%20dan%20Laju%20Transpirasi% 20Daun%20Vaccinium%20varingiaefolium(Bl.)Miq%20di%20Kawah%2 0Sikidang.pdf), diakses tanggal 28 Mei 2012.

37

Tabloid Nova. 2004. Nusa Indah: Cantik Dengan Beragam Warna.

(http://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=5826), diakses tanggal 29 Mei 2011.

Taty Alfiah, ST.MT. 2009. Oksida Sulfur SO₂ .

(http://tatyalfiah.files.wordpress.com/2009/09/oksida-sulfur-_sox_.pdf), diakses tanggal 30 Mei 2012.

Udayana, C., 2004. Toleransi spesies pohon tepi jalan terhadap pencemaran udara di simpang susun Jakarta, Cawang, Jakarta Timur [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana.

Vallero, D.A., 2008. Fundamentals of Air Pollution. 4th ed. USA: Elsevier Inc. Wikipedia. 2012. Fotosintesis.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Fotosintesis), diakses tanggal 31 Mei 2012. Yefri, C., 2010. Kadar Air Basis Basah dan Kadar Air Basis Kering.

(http://yefrichan.wordpress.com/2010/08/04/kadar-air-basis-basah-dan-kadar-air-basis-kering/), diakses tanggal 06 juni 2012.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dokumen terkait