• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGAPAN DAN RESPON PETANI TERHADAP ANJURAN PEMERINTAH MENGENAI PEMBATASAN LUAS AREAL TANAM TEMBAKAU DI DESA GUNUNGAN KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TANGGAPAN DAN RESPON PETANI TERHADAP ANJURAN PEMERINTAH MENGENAI PEMBATASAN LUAS AREAL TANAM TEMBAKAU DI DESA GUNUNGAN KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGAPAN DAN RESPON PETANI TERHADAP ANJURAN PEMERINTAH MENGENAI PEMBATASAN LUAS AREAL TANAM TEMBAKAU

DI DESA GUNUNGAN KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Program Studi : Agribisnis

Oleh :

ALFIANSYAH SUTOMO NPM : 0924010008

K e p a d a

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA

(2)

S K R I P S I

TANGGAPAN DAN RESPON PETANI TERHADAP ANJURAN PEMERINTAH MENGENAI PEMBATASAN LUAS AREAL TANAM TEMBAKAU

DI DESA GUNUNGAN KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

Disusun oleh : ALFIANSYAH SUTOMO

NPM : 0924010008

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur Pada tanggal Juni 2013

Pembimbing : Tim Dosen Penguji :

1. Pembimbing Utama : 1. Ketua

Dr. Ir. A. RACHMAN WALIULU, SU Dr. Ir. A. RACHMAN WALIULU, SU 2. Pembimbing Pendamping : 2. Sekretaris

Ir. SRI WIDAYANTI, MP Ir. EKO PRIYANTO, MP

3.Anggota

Dr. Ir. SUDIYARTO, MMA Mengetahui :

Dekan Ketua Program Studi Fakultas Pertanian Agribisnis

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tanggapan dan respon petani terhadap batasan luas penanaman sebagai akibat permintaan tembakau yang disesuaikan produksi di tingkat petani di Desa Gunungan Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto. Analisis deskriptif digunakan untuk menguji tujuan pertama dan kedua, sedangkan analisis uji beda thitung dari R/C ratio digunakan untuk menguji tujuan yang ketiga. Hasil penelitian menunjukkan secara umum petani tembakau menanggapi terhadap anjuran batasan luas penanaman, berdasarkan permintaan tembakau oleh pabrik rokok. Beberapa petani hanya ingin mendengar, mengetahui serta menanggapi positif anjuran dari ketua kelompok (53,13%), sedangkan respon petani disini berupa menanam tembakau lebih luas dari daftar areal yang di ajukan melalui kelompok tani (68,75%). Terdapat petani (31,25%) yang menanam sesuai dengan areal yang diajukan ke kelompok. Biaya dan pendapatan usahatani tembakau lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani alternatif (jagung). Biaya produksi tembakau sebesar Rp.11.647.712,89 dan pendapatan usahatani tembakau sebesar Rp.29.991.370,69, sedangkan biaya produksi usahatani alternatif (jagung) sebesar Rp.7.294.028,83 dan pendapatan usahatani alternatif (jagung) sebesar Rp.9.869.809,99. Dari segi efisiensi usahatani (R/C), usahatani tembakau dan usahatani alternatif jagung sama-sama masih memberikan keuntungan, tetapi R/C usahatani tembakau lebih tinggi dari usahatani jagung. Dengan demikian usahatani alternatif jagung belum dapat menggantikan kedudukan usahatani tembakau.

Kata Kunci : Tanggapan dan Respon Petani, Biaya dan Pendapatan, Efisiensi Usahatani, Usahatani Tembakau dan Usahatani Alternatif (Jagung)

ABSTRACT

This study aims to analyze the response and the response of farmers to limit the planting area as a result of tobacco demand customized production at the farm level in the Village District Gunungan Dawarblandong Mojokerto regency. Descriptive analysis was used to test the first and second goals, whereas the t test analysis different from the R / C ratio is used to test the third goal. Results showed in general respond to the suggestion of tobacco farmers planting area restrictions, upon request by the tobacco cigarette factory. Some farmers just want to listen, learn and respond positively to the recommendations of the head of the group (53.13%), while the response of farmers here grow tobacco in the form of more comprehensive list in the proposed area through farmer groups (68.75%). There are farmers (31.25%) were planted in accordance with the proposed area for the group. Costs and higher tobacco farm income compared with alternative farming (corn). Tobacco production costs for Rp.11.647.712, 89 and tobacco farming income amounted Rp.29.991.370, 69, while the cost of production of alternative farming (corn) for Rp.7.294.028, 83 and alternative farm income (maize) of Rp. 9,869,809.99. In terms of farming efficiency (R / C), tobacco farming and alternative farming corn are both still give you an advantage, but the R / C higher tobacco farming of maize farming. Alternative farming corn thus can not be replaced the tobacco farming.

(4)

ALFIANSYAH SUTOMO (0924010008), TANGGAPAN DAN RESPON PETANI TERHADAP ANJURAN PEMERINTAH MENGENAI PEMBATASAN LUAS AREAL TANAM TEMBAKAU DISEDA GUNUNGAN KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO. DOSEN PEMBIMBING UTAMA : Dr. Ir. A. RACHMAN WALIULU, SU, DOSEN PEMBIMBING PENDAMPING : Ir. SRI WIDAYANTI, MP

RINGKASAN

Pertanian merupakan sektor primer dalam perekonomian Indonesia, artinya pertanian merupakan sektor utama yang menyumbang hampir dari setengah perekonomian. Pertanian juga memiliki peran nyata sebagai penghasil devisa negara melalui ekspor serta menyediakan kesempatan kerja dan bahan baku industri. Salah satunya adalah komoditas tembakau, tembakau mempunyai peran yang penting dalam perekonomian nasional baik dari aspek penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan negara, pendapatan petani maupun sektor jasa lainnya. Kabupaten Mojokerto yang sebelumnya berada pada lima besar peringkat teratas di Provinsi Jawa Timur sebagai penghasil tembakau, sekarang merosot menjadi peringkat ke 8 dalam luas areal dan produksi tembakau. Dalam sistem usahatani tembakau, sering terjadi kegagalan bukan karena hama dan penyakit, tetapi kegagalan panen karena faktor hujan yang sukar untuk dihindari. Begitu juga belum ada tanaman lain sebagai alternatif yang mampu untuk mengganti tembakau. Hal ini juga merupakan suatu tantangan dalam merubah kebiasaan petani tembakau yang sudah berpuluh-puluh tahun mengusahakan tembakau sebagai faktor dominan dan usahatani dipedesaan.

Secara umum petani tembakau menanggapi terhadap anjuran batasan luas penanaman, berdasarkan permintaan tembakau oleh pabrik rokok. Berapa petani hanya ingin mendengar, mengetahui serta menanggapi positif anjuran dari ketua kelompok (53,13%), sedangkan respon petani disini berupa menanam tembakau lebih luas dari daftar areal yang di ajukan melalui kelompok tani (68,75%). Dan masih terdapat petani (31,25%) yang menanam sesuai dengan areal yang diajukan ke kelompok.

Biaya dan pendapatan usahatani tembakau lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani alternatif (jagung). Biaya produksi tembakau sebesar Rp.11.647.712,89 dan pendapatan usahatani tembakau sebesar Rp.29.991.370,69, sedangkan biaya produksi usahatani alternatif (jagung) sebesar Rp.7.294.028,83 dan pendapatan usahatani alternatif (jagung) sebesar Rp.9.869.809,99.

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi Penelitian dengan judul “ TANGGAPAN DAN RESPON PETANI TERHADAP ANJURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBATASAN LUAS AREAL TANAM TEMBAKAU DI DESA GUNUNGAN KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO” . Penyusunan Skripsi Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan kuliah pada akhir semester Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur.

Dalam hal ini penulis menyadari bahwa segala keberhasilan dan kesuksesan tidak terlepas dari sang khaliq dan juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Dr. Ir. A. Rachman Waliulu, SU selaku Dosen Pembimbing dan juga Ir. Sri Widayanti, MP yang telah banyak memberikan banyak pengarahan, motivasi, masukan serta meluangkan waktu dan tenaganya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk membimbing penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MM selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MSi selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(6)

4. Seluruh keluarga besarku terutama Orang tuaku, dan adikku yang telah banyak memberikan dukungan do’a, semangat dan kasih sayang yang tak terhingga.

5. Febry Rahmawati, orang terdekatku yang selalu sabar dalam memberi semangat, dukungan, perhatian, do’a, dan telah banyak membantu penulis dalam proses penulisan skripsi selama ini.

6. Sahabat-sahabatku serta teman-temanku angkatan 2009 jurusan Agribisnis, serta semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Namun demikian penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis harapkan kepada pembaca, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi penelitian ini. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Surabaya, Juni 2013

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Pembatasan Masalah ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Penelitian Terdahulu ... 6

B. Landasan Teori ... 10

1. Mengenal Tembakau ... 10

2. Karakteristik Tembakau ... 13

3. Rakitan Teknologi Tembakau ... 28

4. Subsistem Sumberdaya Lahan ... 30

5. Karakteristik dan Luasan ... 31

6. EkosistemTegalan ... 31

7. Ekosistem Sawah ... 32

8. Produktivitas Ekosistem Lahan Pertanian ... 32

9. Pengertian Usahatani ... 32

10. Unsur-Unsur Pokok Usahatani ... 34

(8)

12. Pengertian Respon ... 39

III. KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN ... 40

A. Kerangka Pemikiran ... 40

B. Hipotesis ... 42

IV. METODE PENELITIAN ... 43

A. Penentuan Daerah Penelitian ... 43

B. Pengumpulan Data ... 43

C. Teknik Pengumpulan Data ... 44

D. Penentuan Responden ... 45

E. Definisi dan Pengukuran Variabel ... 46

F. Analisis Data ... 47

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Letak dan Kondisi Geografis Desa Gunungan ... 49

B. Keadaan Penduduk ... 50

C. Karakteristik Petani di Desa Gunungan ... 51

D. Tanggapan Petani Terhadap Anjuran Luas Penanaman Tembakau Yang di Sesuaikan Dengan Permintaan Pabrik Rokok ... 54

E. Usahatani Tembakau di Daearh Penelitian ... 58

F. Usahatani Alternatif (Jagung) di Daearh Penelitian ... 62

G. Analisis Perbandingan Efisiensi Antara Usahatani Tembakau dan Usahatani Alternatif (Jagung) di desa Gunungan ... 65

VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 72

A. Simpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(9)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Judul

1. Pemupukan Tembakau Sesuai dengan Dosis Tergantung

Jenis Tanah dan Varietas ... 24 2. Komponen Teknologi Pengelolaan Tanaman Tembakau

Madura Rendah Nikotin ... 28 3. Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk Berdasarkan

Hasil Sensus Penduduk Pada Tahun 2000 ... 50 4. Umur Petani Tembakau ... 51 5. Tingkat Pendidikan ... 52 6. Pengalaman Responden Dalam Berusahatani Tembakau

dan Tanaman Alternatif Lainnya ... 54 7. Tanggapan Petani Tembakau Terhadap Anjuran Tentang

Luas Penanaman ... 56 8. Respon Petani Tembakau Terhadap Anjuran Tentang

Luas Penanaman ... 57 9. Rata-rata Biaya Sewa Lahan dan Sarana Produksi

Usahatani Tembakau Per Luas Garapan Selama Satu

Kali Musim Tanam 2012, di Desa Gunungan. ... 59 10. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Usahatani

Tembakau Per Luas Garapan Selama Satu Kali Musim

Tanam 2012, di Desa Gunungan... 60 11. Rata-Rata Biaya Produksi, Penerimaan dan

Pendapatan Usahatani Tembakau Per Luas Garapan

Selama Satu Kali Musim Tanam 2012, di Desa Gunungan ... 61 12. Tanaman Alternatif yang di Tanam Pada Saat

Petani Menanam Tembakau di Desa Gunungan ... 62 13. Rata-rata Biaya Sewa Lahan dan Biaya Sarana

Produksi Usahatani Alternatif (Jagung) Per Luas Garapan Selama Satu Kali Musim Tanam 2012

(10)

14. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Alternatif (Jagung) Per Luas Garapan Selama

Satu Kali Musim Tanam 2012, di Desa Gunungan ... 64 15. Rata-rata Biaya Produksi, Penerimaan dan

Pendapatan Usahatani Alternatif Per Luas Garapan Selama

Satu Kali Musim Tanam 2012, di Desa Gunungan ... 65 16. Rata-rata Efisiensi Usahatani Tembakau dan

Usahatani Tanaman Alternatif (R/C Ratio) Per Hektar ... 66 17. Perbandingan Rata-rata Biaya Sarana Produksi

Antara Usahatani Tembakau dan Usahatani

Tanaman Per Hektar ... 68 18. Perbandingan Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Antara

Usahatani Tembakau dan Usahatani

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Judul

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

Judul

1. Penentuan Responden Petani Tembakau Di Desa Gunungan

Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto ... 77

2. Biaya Sewa Lahan dan Sarana Produksi Usahatani Tembakau Per Luas Garapan ... 78

3. Biaya Tenaga Kerja dan Total Biaya Produksi Usahatani Tembakau Per Luas Garapan ... 79

4. Pendapatan Usahatani Tembakau Per Luas Garapan ... 80

5. Biaya Sewa Lahan dan Sarana Produksi Usahatani Alternatif (Jagung) Per Luas Garapan ... 81

6. Biaya Tenaga Kerja dan Total Biaya Produksi Usahatani Alternatif (Jagung) Per Luas Garapan ... 82

7. Pendapatan Usahatani Tembakau Per Luas Garapan ... 83

8. Biaya Sarana Produksi Per Hektar Usahatani Tembakau ... 84

9. Biaya Tenaga Kerja Per Hektar Usahatani Tembakau ... 85

10. Total Biaya Produksi dan Pendapatan Per Hektar Usahatani Tembakau ... 86

11. Biaya Sarana Produksi Per Hektar Usahatani Alternatif (Jagung) .. 87

12. Biaya Tenaga Kerja Per Hektar Usahatani Alternatif (Jagung) ... 88

(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya yang tersebar luas di seluruh kawasan di Indonesia. Indonesia juga merupakan negara kepulauan yang terkenal dengan sebutan negara agraris yang berarti sebagian besar masyarakat Indonesia bermatapencaharian sebagai petani. Saat ini sektor pertanian peranan penting dari keseluruhan pembangunan nasional, karena mampu menyediakan bahan pangan bagi penduduk Indonesia. Selain dari pada itu, Indonesia juga terkenal dengan tanahnya yang subur sehingga di mana saja menanam tanaman bisa tumbuh dengan subur. Pertanian merupakan sektor primer dalam perekonomian Indonesia, artinya pertanian merupakan sektor utama yang menyumbang hampir dari setengah perekonomian. Pertanian juga memiliki peran nyata sebagai penghasil devisa negara melalui ekspor serta menyediakan kesempatan kerja dan bahan baku industri. Salah satunya adalah komoditas tembakau, tembakau mempunyai peran yang penting dalam perekonomian nasional baik dari aspek penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan Negara, pendapatan petani maupun sektor jasa lainnya (Aldo, 2010).

Areal pertanaman tembakau di Indonesia sebagaian besar terdapat di pulau jawa. Menurut Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan Departemen Pertanian 2002 Produksi tembakau tertinggi di Indonesia berasal dari propinsi Jawa Timur yaitu sebesar 56 %, Jawa Tengah 26 %, dan NTB 17 %. Sedangkan sisanya berasal dari propinsi DI Yogyakarta, Sumatra Utara, Jawa Barat, dan Bali.

(14)

subsektor perkebunan, tembakau termasuk komoditas yang mempunyai arti penting, selain manfaat ekonomi, manfaat sosial pun sangat dirasakan. Tembakau di Indonesia ada beberapa jenis, masing-masing mempunyai kekhasan dan tentu saja sasaran pasarnya pun berbeda-beda. Ada yang dipasarkan ke luar negeri dan ada juga yang ditunjukan untuk memenuhi permintaan pasar domestik. Permintaan terbesar datang dari pabrik-pabrik rokok. Dari industri rokok, tembakau mampu masukkan cukai sekitar 1 triliun rupiah setiap tahunnya. Angka ini merupakan jumlah penerimaan terbesar dari semua cukai yang dipetik pemerintah. Nilai itu belum termasuk pajak dan devisa ekspornya yang setiap tahunnya membengkak. Dengan demikian, secara keseluruhan tembakau mampu mengeruk perolehan yang lebih besar dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya (Setiawan, 1993).

Kabupaten Mojokerto yang sebelumnya berada pada lima besar peringkat teratas di Provinsi Jawa Timur sebagai penghasil tembakau, sekarang merosot menjadi peringkat ke 8 dalam luas areal dan produksi tembakau. Terbukti dalam data potensi Kabupaten Mojokerto 2009, luas areal tinggal 164 Ha dan produksi yang dicapai hanya 1.496 Ton. Salah satu dari penghasil tembakau di Mojokerto yakni Kecamatan Dawarblandong luas areal 115 Ha dan Produksi 1.107 Ton.

(15)

kesejahteraan petani pun tidak kunjung meningkat. Belum lagi cuaca-cuaca hujan terus menerus kadang tidak mendukung penanaman tembakau. Selain itu juga disebabkan oleh keterbatasan informasi tentang kapasitas pembelian tembakau oleh para pengusaha dan kualitas yang dikehendaki pasar serta belum adanya kapasitas pasar atas produk tembakau yang dihasilkan petani. Pada saat seperti ini menyebabkan petani beralih pada tanaman alternatif yang lain.

Dalam sistem usahatani tembakau, sering terjadi kegagalan bukan karena hama dan penyakit, tetapi kegagalan panen karena faktor hujan yang sukar untuk dihindari. Begitu juga belum ada tanaman lain sebagai alternatif yang mampu untuk mengganti tembakau. Hal ini juga merupakan suatu tantangan dalam merubah kebiasaan petani tembakau yang sudah berpuluh-puluh tahun mengusahakan tembakau sebagai faktor dominan dan usahatani dipedesaan.

Tembakau merupakan jenis tanaman kontroversial ditinjau dari sisi kesehatan dan sisi ekonomi, sehingga terdapat kubu yang setuju dan tidak setuju terhadap pengembangan budidaya tembakau. Kondisi demikian menempatkan pihak pemerintah berada pada posisi yang dilematis, sehingga dengan alasan-alasan tertentu, tidak satupun Negara-negara produsen tembakau secara tegas menyatakan berada di salah satu kubu tertentu (Anonim, 2012).

B. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu :

(16)

2. Berapakah biaya dan pendapatan usahatani tembakau dan usahatani alternatif di Desa Gunungan Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto?

3. Adakah perbedaan efisiensi usahatani tembakau dan usahatani alternatif (jagung) per hektar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis tanggapan dan respon petani terhadap batasan luas penanaman sebagai akibat permintaan tembakau yang disesuaikan produksi di tingkat petani di Desa Gunungan Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto.

2. Menganalisis biaya dan pendapatan usahatani tembakau dan usahatani alternatif perluas garapan di Desa Gunungan Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto.

3. Menganalisis perbedaan efisensi usahatani tembakau dan usahatani tanaman alternatif per hektar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan oleh peneliti ini adalah:

1. Sebagai informasi bagi peneliti agar mengetahui perkembangan tembakau di Kabupaten Mojokerto.

(17)

E. Pembatasan Masalah

Pada analisa permasalahan dalam penelitian ini agar terarah dan tidak menyebar, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut :

1. Tempat penelitian dilakukan di Desa Gunungan Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto khususnya pada kelompok tani tembakau “Among Tani”.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

(19)

asepan diperoleh nilai koefisien SRP negative, yaitu 0,28, sedangkan untuk tembakau rajangan bernilai positif, yaitu 0,15. Artinya secara umum kebijaksanaan pemerintah atau distorsi pasar yang ada memberikan dampak yang merugikan bagi petani tembakau aspen dan menguntungkan bagi tembakau rajangan.

Menurut Yahya, et al, 2010, dengan penelitiannya yang berjudul “Kajian Usahatani Tembakau Di Jawa Timur”. Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut: 1. Perkembangan rata-rata luas areal, produksi dan produktivitas tembakau di Jawa Timur sejak 2005-2009 untuk luas areal dan produksi mengalami peningkatan tetapi produktivitasnya menurun, untuk masing-masing Kabupaten sebagai berikut :

a. Kabupaten Jember baik luas areal, produksi maupun produktivitas mengalami peningkatan.

b. Kabupaten Bojonegoro baik luas areal, produksi maupun produktivitas mengalami peningkatan.

c. Kabupaten Pamekasan luas areal mengalami penurunan, tetapi produksi mula-mula meningkat kemudian mengalami penurunan pada tahun 2009. Untuk produktivitas mengalami peningkatan.

d. Kabupaten Probolinggo baik luas areal maupun produksi mengalami peningkatan tetapi produktivitas mengalami penurunan.

e. Kabupaten Lumajang baik luas areal, produksi maupun produktivitas mengalami penurunan.

2. Rata-rata per Ha, usahatani tembakau di Jawa Timur adalah efisien (R/C = 2,61) dengan bandingan penerimaan sebesar Rp. 23.107.172,- dan biaya produksi sebesar Rp. 9.229.830,- Secara terperinci menurut jenis dan daerah adalah sebagai berikut :

(20)

b. Jenis Virginia (Kab. Bojonegoro) R/C sebesar 1,71 c. Jenis Madura (Kab. Pamekasan) R/C sebesar 2,05 d. Jenis Paiton VO (Kab. Probolinggo) R/C sebesar 4,41 e. Jenis White Burley (Kab. Lumajang) R/C sebesar 1,69

3. Tangapan petani tentang usahatani tembakau ditinjau dari segi teknis, Ekonomi dan sosial sebagai berikut :

a. Segi Teknis

1) Bibit dan benih sebagian besar petani masih merasa cukup baik termasuk kemurnian benih.

2) Teknik bertanam dapat dikuasai oleh petani, maupun cara pemupukan dan pemberantasan hama, akan tetapi untuk pengairan sukar dikuasai. 3) Tanggapan tentang panen dan petik serta rajang daun tembakau tidak

merupakan permasalahan serius, tetapi untuk pengeringan sukar diatasi.

b. Segi Ekonomi

Tanggapan petani dari segi ekonomi bahwa bibit dapat diatasi penyediannya, tingkat produksi termasuk kualitas masih rendah bagi tembakau berkwalitas harganya cukup tinggi dimana hal ini merangsang petani untuk terus menanam tembakau.

c. Segi Sosial

(21)

Menurut A. Rachman et al, 2011, dengan penelitiannya yang berjudul “Kajian Sistem Pemasaran Yerhadap Posisi Tawar Petani Tembakau Di Jawa timur”. Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Produksi tembakau kering rajangan, rata-rata per hektar di daerah penelitian adalah berkisar antara 658,450 hingga 1.105 kg, dengan biaya produksi antara Rp. 5.947.737 hingga Rp. 9.594.065.

2. Cara petani dalam menentukan harga jual tembakau, dengan, mengadakan pendekatan & pertimbangan harga jual yang berlaku di lapangan, dengan memperhatikan a). informasi dari pedagang perantara b). peluang kebutuhan gudang, c). informasi ketua kelompok, dan keadaan cuaca dalam mempengaruhi kwalitas. Selain itu juga mempertimbangkan pengalaman harga yang terjadi tahun lalu, serta informasi rekan kontak tani.

3. Sistem pemasaran yang terjadi pada tanaman tembakau di daerah penelitian adalah sistem persaingan yang tidak sempurna yang mengarah ke bentuk kartal. Dalam penentuan harga tembakau, adanya suatu kerja sama diantara sesame pedagang perantara yangsukar untuk dimasuki oleh lembaga lain.

(22)

tinggi, dan lahan gunung. Dari ekologi sistem dapat dikatakan dengan kriteria daricukup sesuai, sesuai, dan sangat sesuai. (2) Ditinjau dari segi potensi luas areal dan produksi, maka dapat dikatakan Kabupaten Sampang mempunyai areal tanam seluas 5.303 Ha, dengan produksi sebesar 2.701,47 ton. Kabupaten Pamekasan seluas 31.251 Ha, dengan produksi sebesar 19.326 ton. Sedangkan Kabupaten Sumenep seluas 23.395 Ha, dengan produksi sebesar13.471,4 ton. (3) Secara umum untuk ketiga Kabupaten, potensi lahan sawah rata-rata produksi berkisar antara 565-572 Kw/Ha, lahan tegal antara 516-572 Kg/Ha, dan untuk lahan gunung berkisar antara 462-531 Kg/Ha. Dan yang berpotensi yang tertinggi mulai dari lahan sawah, lahan tegal kemudian yang terendah adalah lahan gunung. (4) Ditinjau dari potensi usahatani per hektar ditiap-tiap Kabupaten berdasarkan agroekosistem, maka untuk lahan sawah berpeluang menghasilkan pendapatan antara Rp. 4.698.000 – Rp. 8.017.000, lahan tegal antara Rp. 5.459.000 – Rp. 9.474.000, dan lahan gunung antara Rp. 5.438.000 – Rp. 7.258.000. Hal ini berarti lahan tegal secara ekonomis lebih menguntungkan.

B. Landasan Teori 1. Mengenal Tembakau

(23)

Mulai abad ke-15, konsumsi tembakau terus tumbuh. Pada abad ke-18, tembakau telah diperdagangkan secara internasional dan menjadi bagian dari kebudayaan sebagian besar bangsa di dunia. Lalu pada abad ke-19 orang-orang Spanyol memperkenalkan cerutu ke Asia lewat Fhilipina dan kemudian ke Rusia dan Turki sehinga rokok mulai menggantikan penggunaan tembakau pada pipa, tembakau kunyah dan hirup. Dengan cara itulah, tembakau menyebar ke Negara-negara lainnya (Basyir, 2006).

(24)

Dalam klasifikasi tanaman, tembakau masih termasuk kekerabatan dekat terung-terungan (famili solanaceace). Solanaceace merupakan famili yang cukup besar, tidak kurang dari 85 genus termasuk sub termasuk dalam famili ini. Sedangkan jumlah spesies yang tergabung dalam genus ini lebih banyak lagi, yaitu sekitar 1.800 spesies. Beberapa diantaranya yang cukup terkenal adalah terong, tomat, kentang, cabai.

Jika diturunkan kebawah, tembakau termasuk sub-famili Nicotianae dan genus Nicotiana. Dari sekian banyak spesies, yang mempunyai arti ekonomi paling tinggi diantaranya spesies-spesies Nicotiana tobacum dan Nicotiana rustica. Kedua spesies tembakau ini bisa dibedakan dari bentuk dan warna bunganya. Nicitiana tobacum biasanya mempunyai bentuk bunga terompet yang panjang dan berwarna merah muda sampai merah. Sedangkan Nicotiana rustica berbentuk bunga yang lebih pendek sedikit bergelombang dan berwarna kuning (Setiawan, 1993).

Secara sistematis, Klasifikasi botani tanaman tembakau adalah: Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dycotyledoneae Ordo : Personatae Family : Solanaceae Genus : Nicotiana

Spesies : Nicotiana tabacum L. (Murdiyati dan Sembiring, 2004).

(25)

biasanya lebih pendek, yaitu sekitar 1 m. Batang tanaman ini biasanya memiliki sedikit cabang, atau bahkan tidak bercabang sama sekali. Batangnya berwarna hijau dan hampir seluruhnya ditumbuhi bulu-bulu halus berwarna putih. Disekitar bulu-bulu tersebut terdapat kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan zat pekat dengan bau yang menyengat. Pada bagian bawah batang terdapat akar tunggang berupa akar yang panjangnya sekitar 50-70 cm dan mempunyai banyak akar serabut dan bulu akar. Karenanya tanaman tembakau membutuhkan tanah yang subur dan gembur agar pertumbuhannya lebih cepat.

Bagian terpenting dari tanaman tembakau yaitu daun karena bagian inilah yang nantinya dipanen. Daun tembakau bentuknya bulat panjang, ujung-ujungnya meruncing, tepinya (pinggirnya) licin dan bertulang sirip. Antara daun dan batang tembakau dihubungkan oleh tangkai daun yang pendek atau tidak bertangkai sama sekali. Setiap tanaman biasanya memiliki daun sekitar 24 helai. Bahkan pada kondisi yang baik, jumlahnya bisa meningkat lagi menjadi sekita 28-32 helai. Ukuran daun cukup bervariasi menurut keadaan tempat tumbuh dan jenis tembakau yang ditanam. Sedangkan ketebalan dan kehalusan daun antara lain dipengaruhi oleh keadaan kering dan banyaknya curah hujan. Proses penuaan (pematangan) daun biasanya dimulai dari bagian ujungnya baru kemudian disusul bagian bawahnya. Hal ini diperlihatkan oleh perubahan warna daun dari hijau-kuning-coklat pada bagian ujung kemudian disusul oleh bagian bawahnya (Setiawan, 1993).

2. Karakteristik Tembakau

(26)

umumnya juga berbeda sesuai dengan tipe lahan. Mutu dan hasil akhir tembakau, baik dalam bentuk krosok maupun rajangan, sangat ditentukan oleh faktor alam, budidaya, jenis lahan, waktu tanam, serta waktu dan cara panen. Salah satu kegiatan panen yang perlu dipelajari adalah cara pemetikan daun karena pemetikan yang tidak tepat akan menyebabkan mutu dan hasil yang rendah.

Daun yang dipetik terlalu muda (daun berwarna hijau muda), bila diperam akan sulit masak (menguning) dan bila dirajang akan menghasilkan tembakau rajangan kering yang berwarna hijau mati. Sebaliknya bila daun dipetik terlalu tua atau sudah melewati tingkat kemasakan (daun berwarna kekuningan dan bernoda cokelat), bila diperam akan banyak yang busuk dan bila dirajang akan menghasilkan rajangan kering dengan banyak noda hitam. Untuk mendapatkan mutu dan hasil yang maksimal, pemetikan perlu dilakukan pada saat daun sudah cukup tua, yang ditandai dengan warna daun hijau kekuningan dan ujung daun berwarna cokelat (Lembaga Tembakau Surabaya, 1993). Menurut Hartana (1978), kandungan senyawa penentu mutu, antara lain karbohidrat, klorofil, karotin, dan xantofil, terdapat pada tembakau yang telah masak optimal. Pada saat tersebut, tembakau paling menguntungkan untuk diolah menjadi tembakau bermutu baik. Hamid (1979) juga menyatakan bahwa pemetikan daun yang tepat masak, selain menghasilkan krosok yang tinggi, juga akan menghasilkan krosok yang mempunyai sifat-sifat kimia dan fisik terbaik, mudah diolah, aman disimpan, memberikan aroma dan cita rasa yang enak, serta warna yang cerah.

(27)

Cara panen petani di lahan sawah, daun dipanen setelah 24 hari tembakau di-topping, menghasilkan jumlah daun lembar, sesuai hasil penelitian Rachman et al, 1992. Dilahan tegal, pemetikan daun setelah 24 hari di-topping dan dilakukan secara serentak menghasilkan jumlah daun 12 lembar, sesuai penelitian Heliyanto et al, 1988. Untuk tembakau lahan sawah, cara petik yang direkomendasikan sesuai hasil penelitian adalah 12 lembar daun atas dengan membiarkan daun di bawahnya menjadi krosok, sedangkan di lahan tegal adalah dengan membiarkan daun di bawah daun ke 8-12 daun dari atas menjadi krosok.

Teknik petani dan teknik yang direkomendasikan menghasilkan jumlah daun yang terpanen sama. Namun demikian, kedua teknik tersebut ada perbedaannya yaitu kapan tembakau dipanen. Pada cara petani, panen dilakukan setelah 24 hari di-topping, sedangkan berdasarkan hasil penelitian, tembakau dipanen setelah daun di bawah daun ke-12 dari atas (lahan sawah) atau di bawah daun ke-8-12 dari atas menjadi krosok. Petani melakukan cara panen yang demikian karena ada beberapa pertimbangan, yaitu:

a. Untuk mendapatkan tenaga kerja perajang dan widig, petani harus mendaftar saat tembakau baru di-topping. Petani sulit menerima teknik yang direkomendasikan, karena dengan teknik tersebut, petani tidak dapat mengetahui jauh sebelumnya kapan tembakau dipanen.

b. Harga tembakau rajangan daun bawah cukup rendah bahkan tidak laku dijual.

c. Harga hasil rajangan kering daun atas tidak berbeda dengan tembakau yang dipanen secara serentak.

(28)

minimal 25 kg/bungkus.

Petik Bertahap Sesuai Dengan Tingkat Kemasakan Daun Cara panen bertahap 2-3 kali dalam satu batang dilakukan oleh petani yang menanam tembakau di daerah pegunungan (dataran tinggi). Di daerah tersebut pengairan bergantung pada curah hujan, sehingga tembakau ditanam pada saat masih ada hujan. Cara petani sejalan dengan hasil penelitian Hartono et al. (1993). Berdasarkan harga yang dicerminkan oleh indeks mutu dan pendapatan petani yang dicerminkan oleh indeks tanaman, petik daun bertahap 2-3 kali memberikan hasil yang lebih baik dibanding petik serentak.

Sesuai hasil penelitian yang direkomendasikan, petik daun tembakau yang terbaik untuk daerah dataran tinggi (pegunungan) adalah memetik 8 daun dari atas dengan membiarkan 4-6 daun di bawah menjadi krosok. Cara ini lebih baik dibanding petik 12 lembar daun secara bertahap (Hartono et al., 1993), walaupun pemetikan bertahap memberikan hasil indeks tanaman dan mutu lebih tinggi. Hal ini karena petik bertahap memerlukan tenaga, biaya dan waktu lebih banyak. Namun demikian, cara yang direkomendasikan peneliti sulit diterima petani, karena petik dengan berpedoman pada jumlah daun tertentu dengan membiarkan daun di bawah menjadi krosok, akan menyulitkan petani karena ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, antara lain keterbatasan air sehingga daun tembakau cepat masak (menguning) sebelum daun bagian pucuk layak dipetik. Oleh karena itu, untuk menghindari daun tembakau banyak yang menjadi krosok, petani melakukan petik daun sesuai dengan tingkat kemasakan, yaitu 2-3 kali dalam satu batang.

(29)

basah di lapang atau ditebaskan.

a. Jenis-jenis Tembakau

Menurut Cahyono (1998), ada beberapa jenis tembakau yakni : 1) Tembakau Cerutu yang terdiri dari :

a) Tembakau Deli, digunakan sebagai pembungkus dalam industri rokok cerutu.

b) Tembakau Vorstenlanden, digunakan sebagai pembalut / pengisi rokok cerutu.

c) Tembakau Besuki, digunakan sebagai pembalut / pengisi rokok cerutu dan daunnya dapat digunakan sebgai pembungkus rokok.

2) Tembakau Pipa.

Tembakau ini khusus digunakan untuk rokok pipa dan bukan pembuatan rokok cerutu dan rokok kretek.

3) Tembakau Sigaret.

Tembakau ini digunakan umtuk bahan baku pembuatan rokok sigaret, baik rokok putih maupun rokok kretek.

4) Tembakau Asli / Rejangan.

Tembakau ini disebut juga tembakau rakyat, dimana tembakau ini diolah dengan direjang lalu dikeringkan dengan penjemuran matahari. Tembakau rakyat digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok kretek atau lainnya. 5) Tembakau Asepan

(30)

b. Klasifikasi Tembakau

1) Matnawi (1997) menyatakan, secara umum tembakau di Indonesia dapat dipisahkan menurut musim tanamnya yang terbagi menjadi dua jenis yaitu: a) Tembakau Voor-Oogst

Tembakau semacam ini biasanya dinamakan tembakau musim kemarau atau onberegend Artinya, jenis tembakau yang ditanam pada waktu musim penghujan dan dipanen pada waktu musim kemarau.

b) Tembakau Na-Oogst

Tembakau Na-Oogst adalah jenis tembakau yang ditanam pada musim kemarau, kemudian dipanen atau dipetik pada musim penghujan.

2) Berdasarkan bentuk fisiknya, tembakau di Indonesia dipasarkan dalam dua wujud, yaitu:

a) Rajangan (slicing type)

Tembakau rajangan sangat unik, dimana hanya terdapat di Indonesia saja. Tembakau dipasarkan dalam bentuk rajangan, dimana sebelum dipasarkan, terlebih dahulu dirajang sedemikian rupa, untuk selanjutnya dilakukan proses pengeringan dengan bantuan sinar matahari (sun cured). Berdasarkan tipe ukuran rajangannya, terbagi menjadi dua, broad cut (meliputi rajangan kasar dan sedang) dan fine cut (rajangan halus). Berdasarkan warna hasil fermentasi, tembakau rajangan dibagi menjadi dua, rajangan kuning dan hitam. Disebut rajangan kuning, sebab hasil fermentasi nantinya cenderung berwarna kuning, sedangkan rajangan hitam dikarenakan hasil fermentasi cenderung berwarna gelap.

b) Krosok (leaf type)

(31)

dari pada rajangan, sebab melalui tahapan yang panjang sebelum siap dipasarkan, mulai pengeringan hingga sortasi.

3) Berdasarkan metode pengeringannya, tembakau dibedakan menjadi:

a) Air cured, adalah proses pengeringan daun tembakau dengan menggunakan aliran udara bebas (angin). Metode pengeringan ini memerlukan bangunan khusus (curing shed). Pengeringan dengan meode ini akan menghasilkan tembakau dengan kadar gula rendah namun tinggi nikotin.

b) Flue cured, adalah proses pengeringan daun tembakau dengan mengalirkan udara panas melalui pipa (flue). Tembakau yang tergolong jenis ini adalah tembakau Virginia FC. Prinsip pengeringan flue cured sangat sederhana, berkurangnya kelembaban secaraperlahan selama 24 – 60 jam pertama (masa penguningan) diikuti hilangnya kadar air secara cepat hingga lamina mengering, yang diikuti mengeringnya gagang.

c) Sun cured, adalah proses pengeringan dengan menggunakan sinar matahari secara langsung (penjemuran). Proses penjemuran untuk tembakau rajangan berlangsung selama 2-3 hari, sedang krosok selama 7-10 hari. Metode ini juga dipakai untuk pengeringan tembakau Oriental, yang menghasilkan kadar gula dan nikotin yang rendah.

(32)

dan manis. Pengeringan dengan meode ini akan menghasilkan tembakau dengan kadar gula rendah namun tinggi nikotin.

c. Manfaat Tembakau

1) Penghasil Protein Anti Kanker

Tanaman tembakau ternyata dapat menghasilkan protein anti-kanker yang berguna bagi penderita kanker. Untuk mendapatklan protein dimaksud dapat dibuat dengan cara memasukkan DNA dari tubuh manusia dimasukkan ke dalam DNA tanaman tembakau melalui bakteri, sehingga tanaman tembakau secara alami akan menghasilkan protein sesuai DNA yang dimasukkan berupa cairan protein yang bermanfaat sebagai anti kanker, misalnya kanker mulut rahim karena tembakau mengandung sumber protein yang dapat menstimulasi antibody terhadap human papilloma virus (HPV), yang menjadi penyebab kanker mulut rahim. Selain untuk protein antikanker dapat juga sebagai stimulasi perbanyakan sel tunas (stemcell) yang bisa dikembangkan untuk memulihkan jaringan fungsi tubuh yang sudah rusak.

2) Melepas gigitan lintah dan membunuh serangga

Manfaat tembakau, selain bisa diekstrak dan diambil bagian tertentu seperti nikotin yang digunakan di berbagai macam produk baik makanan maupun minuman, tembakau juga dapat gunakan untuk melepaskan gigitan lintah kalo lagi di dalam hutan, tembakau juga bisa digunakan untuk insektisida karena nikotin yang terkandung merupakan neurotoxin yang sangat ampuh untuk membunuh serangga.

3) Obat diabetes dan antibody.

(33)

4) Anti radang

Tembakau transgenik dapat memproduksi interleukin-10 (IL-10), yang merupakan cytokine anti-radang yang ampuh. Cytokine adalah protein yang merangsang sel-sel kekebalan tubuh agar aktif. Kode genetik (DNA) yang mengode IL-10 ditanam dalam tembakau, lalu tembakau akan memproduksi protein yang bermanfaat sebagai anti radang, saelain itu dapat membantu mencegah kencing manis atau diabetes melitus tipe 1. Diabetes melitus tipe 1 atau diabetes anak-anak dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pankreas.

5) Obat HIV / AIDS

Tembakau dapat menghasilkan protein obat human immunodeficiency virus (HIV) penyebab AIDS, yang disebut griffithsin. HIV adalah virus yang menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia. Bedanya, bukan tembakaunya yang menghasilkan protein, melainkan virus tembakaunya.

6) Pemelihara kesehatan ternak

Ekstrak tembakau (nikotin 1,68%) mempunyai potensi untuk membasmi cacing H. contortus. Sebagai akibatnya hasil pengobatan akan memberikan keuntungan bagi para pemelihara ternak, sebab kesehatan ternak tersebut makin baik.

7) Penghilang embun

Tembakau bisa juga digunakan untuk menghilangkan “embun” pada kaca dalam mobil pada waktu hujan dengan cara menggosokkan tembakau pada kaca tersebut.

8) Obat luka

(34)

lumat. ditambah minyak tanah ± 25 ml diperas dan disaring. Hasil saringan dioleskan pada luka.

9) Sebagai Biofuel

Daun tembakau ternyata dapat meningkatkan kadar minyak nabati yang merupakan langkah awal dalam memanfaatkan tanaman ini untuk keperluan biofuel. Tembakau dapat menghasilkan biofuel lebih efisien daripada produk pertanian lainnya. Namun, sebagian besar minyaknya hanya terkandung di dalam biji/ benih tembakau (sekitar 40 persen minyak per berat kering). Meskipun kandungan minyak nabati biji tembakau telah diuji dan dapat digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel, namun produksi biji tanaman tembakau masih sangat rendah, yakni sekitar 600 kg biji per hektar (Samsudrajat, 2011).

d. Budidaya Tembakau 1) Syarat Pertumbuhan

Tanaman tembakau, curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, Suhu udara yang cocok antara 21-32 derajat C, pH antara 5-6. Tanah gembur, remah, mudah mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase, ketinggian antara 200-3.000 m dpl.

2) Pembibitan

a) Jumlah benih + 8-10 gram/ha, tergantung jarak tanam. b) Biji utuh, tidak terserang penyakit dan tidak keriput.

c) Media semai = campuran tanah (50%) + pupuk kandang matang yang telah dicampur dengan Natural GLIO (50%). Dosis pupuk untuk setiap meter persegi media semai adalah 70 gram DS dan 35 gram ZA dan isikan pada polybag.

(35)

e) Benih direndam dalam POC NASA 5 cc per gelas air hangat selama 1-2 jam lalu dikeringanginkan.

f) Kecambahkan pada baki/tampah yang diberi alas kertas merang atau kain yang dibasahi hingga agak lembab. Tiga hari kemudian benih sudah menampakkan akarnya yang ditandai dengan bintik putih. Pada stadium ini benih baru dapat disemaikan.

g) Siram media semai sampai agak basah/lembab, masukan benih pada lubang sedalam 0,5 cm dan tutup tanah tipis-tipis.

h) Semprot POC NASA (2-3 tutup/tangki) selama pembibitan berumur 30 dan 45 hari.

i) Bibit sudah dapat dipindah tanamkan ke kebun apabila berumur 35-55 hari setelah semai.

3) Pengolahan Media Tanam

a) Lahan disebari pupuk kandang dosis 10-20 ton/ha lalu dibajak dan dibiarkan + 1 minggu.

b) Buat bedengan lebar 40 cm dan tinggi 40 cm. Jarak antar bedeng 90-100 cm dengan arah membujur antara timur dan barat.

c) Lakukan pengapuran jika tanah masam.

d) Siram SUPERNASA dengan dosis : 10 - 15 botol/ha.

e) Alternatif 1 : Satu botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.

f) Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan.

(36)

4) Pembuatan Lubang Tanam

Apabila diinginkan daun yang tipis dan halus maka jarak tanam harus rapat, sekitar 90 x 70 cm. Tembakau Madura ditanam dengan jarak 60 x 50 cm yang penanamannya dilakukan dalam dua baris tanaman setiap gulud. Jenis tembakau rakyat/rajangan umumnya ditanam dengan jarak tanam 90 x 90 cm dan penanamannya dilakukan satu baris tanaman setiap gulud, dan jarak antar gulud 90 cm atau 120 x 50 cm.

5) Cara Penanaman

Basahi dan sobek polibag lalu benamkan bibit sedalam leher akar Waktu tanam pada pagi hari atau sore hari.

6) Penyulaman

Penyulaman dilakukan 1- 3 minggu setelah tanam, bibit kurang baik dicabut dan diganti dengan bibit baru yang berumur sama.

7) Penyiangan

Basahi dan sobek polibag lalu benamkan bibit sedalam leher akar Waktu tanam pada pagi hari atau sore hari.

8) Pemupukan

Tabel 1. Pemupukan Tembakau Sesuai dengan Dosis Tergantung Jenis Tanah dan Varietas

Ket : HST = hari setelah tanam Waktu Pemupukan

Dosis Pupuk Makro (kg/ha)

Urea/ZA SP - 36 KCl

Saat Tanam - 300 -

Umur 7 HST 300 - 150

Umur 28 HST 300 - 150

(37)

Penyemprotan POC NASA dosis 4-5 tutup / tangki atau lebih bagus POC NASA (3-4 tutup) dicampur HORMONIK (1-2 tutup) per tangki setiap 1- 2 minggu sekali.

9) Pengairan Dan Penyiraman

Pengairan diberikan 7 HST = 1-2 lt air/tanaman, umur 7-25 HST = 3-4 lt/tanaman, umur 25-30 HST = 4 lt/tanaman. Pada umur 45 HST = 5 lt/tanaman setiap 3 hari. Pada umur 65 HST penyiraman dihentikan, kecuali bila cuaca sangat kering.

10) Pemangkasan

Pangkas tunas ketiak daun dan bunga setiap 3 hari sekali Pangkas pucuk tanaman saat bunga mekar dengan 3-4 lembar daun di bawah bunga.

11) Pengendalian Hama Dan Penyakit a) Hama

i. Ulat Grayak (Spodoptera litura) Gejala : berupa lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan. Pengendalian: Pangkas dan bakar sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada pagi/sore hari, semprot Natural VITURA.

ii. Ulat Tanah (Agrotis ypsilon) Gejala : daun terserang berlubang-lubang terutama daun muda sehingga tangkai daun rebah. Pengendalian: pangkas daun sarang telur/ulat, penggenangan sesaat, semprot PESTONA.

iii. Ulat penggerek pucuk (Heliothis sp.) Gejala: daun pucuk tanaman terserang berlubang-lubang dan habis. Pengendalian: kumpulkan dan musnah telur / ulat, sanitasi kebun, semprot PESTONA.

(38)

akhirnya mati. Pengendalian: sanitasi kebun, pemberian GLIO diawal tanam, PESTONA

v. Kutu-kutuan (Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.) pembawa penyakit yang disebabkan virus. Pengendalian: predator Koksinelid, Natural BVR.

vi. Hama lainnya Gangsir (Gryllus mitratus ), jangkrik (Brachytrypes portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana), semut geni (Solenopsis geminata), belalang banci (Engytarus tenuis).

b) Penyakit

i. Hangus batang (damping off) Penyebab : jamur Rhizoctonia solani. Gejala: batang tanaman yang terinfeksi akan mengering dan berwarna coklat sampai hitam seperti terbakar. Pengendalian: cabut tanaman yang terserang dan bakar, pencegahan awal dengan Natural GLIO.

ii. Lanas Penyebab : Phytophora parasitica var. nicotinae. Gejala: timbul bercak-bercak pada daun berwarna kelabu yang akan meluas, pada batang, terserang akan lemas dan menggantung lalu layu dan mati. Pengendalian: cabut tanaman yang terserang dan bakar, semprotkan Natural GLIO.

iii. Patik daun Penyebab : jamur Cercospora nicotianae. Gejala: di atas daun terdapat bercak bulat putih hingga coklat, bagian daun yang terserang menjadi rapuh dan mudah robek. Pengendalian: desinfeksi bibit, renggangkan jarak tanam, olah tanah intensif, gunakan air bersih, bongkar dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.

(39)

menyerang tanaman di persemaian. Jamur juga menyerang batang dan biji. Pengendalian: mencabut dan membakar tanaman yang terserang.

v. Busuk daun Penyebab : bakteri Sclerotium rolfsii. Gejala: mirip dengan lanas namun daun membusuk, akarnya bila diteliti diselubungi oleh massa cendawan. Pengendalian: cabut dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.

vi. Penyakit Virus Penyebab: virus mozaik (Tobacco Virus Mozaic, (TVM), Kerupuk (Krul), Pseudomozaik, Marmer, Mozaik ketimun (Cucumber Mozaic Virus). Gejala: pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Pengendalian: menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi di cabut dan dibakar.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia sesuai anjuran. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml ( ½ tutup) pertangki.

12) Panen Dan Pasca Penen

(40)

hari, dengan jumlah daun satu kali petik antara 2-4 helai tiap tanaman. Untuk setiap tanaman dapat dilakukan pemetikan sebanyak 5 kali.

Sortir daun berdasarkan kualitas warna daun yaitu: a) Trash (apkiran): warna daun hitam

b) Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda

c) Less slick (kurang liciin): warna daun kuning (seperti warna buah jeruk lemon)

d) More grany side ( sedikit kasar ) : warna daun antara kuning-oranye. (Abror, 2007).

3. Rakitan Teknologi Tembakau

Tabel 2. Komponen Teknologi Pengelolaan Tanaman Tembakau Madura Rendah Nikotin

Uraian Komponen Teknologi

Varietas Prencak N-1

Jarak tanam dalam gulud 0,4 x 0,35 m, dan antar gulud 0,9 m. Umur Bibit Ditanam 35 hari dari persemaian

Penyiraman

sampai umur 7 hari disiram setiap hari; antara umur 8 sampai 25 hari disiram 3 –5 hari sekali; umur 26 sampai pangkas disiram 5 – 7 hari sekali

Pemangkasan

Pangkas dilakukan pada saat 10% populasi tanaman berbunga, dengan membuang calon bunga beserta 3 lembar daun pucuk. Pembuangan sirung dilakukan secara mekanis 5 hari sekali atau dengan menggunakan zat penghambat tunas

Pemupukan ZA 200 kg/ha, (waktu pemberian 5-7 hst : 100 kg/ha; dan 21 hst 100 kg/ha)

SP-36 100 kg/ha, saat tanam

ZK 100 kg/ha, waktu pemberian 5-7 hst Pupuk Kandang 2 ton/ha, pupuk dasar

Pengendalian

Hama-Penyakit Monitoring (PHT)

Penanganan Panen dan pasca Panen

Panen dilakukan satu kali atau dua kali, tergantung kondisi tanaman. Daun disortasi dan diperam.

Perajangan dilakukan malam hari, agar penjemuran dapat dilakukan sedini mungkin sehingga tembakau dapat kering dalam satu hari

(41)

Keragaan pertumbuhan tembakau di lapang cukup baik dengan rataan jumlah daun berkisar 18-20 lembar, berbunga rataan berumur 52 hari, dan pemangkasan dilakukan saat tanaman berumur 55 hari dengan menyisakan daun berkisar 15 – 18 lembar daun per tanaman (Gambar 2, 3, dan 4). Dari hasil diskusi dengan petani, diharapkan tanaman tembakau Madura rendah nikotin varietas Prancak N-1 ini dapat menghasilkan jumlah daun minimal 25 lembar per tanaman, seperti tembakau yang umum ditanam petani (non Prancak N-1).

Kondisi cuaca yang tidak menentu tersebut tidak diduga oleh para petani tembakau, hal ini terlihat dari saluran-saluran darinase yang kurang memadai untuk mengantisipasi apabila turun hujan, sehingga air menggenang di areal pertanaman khususnya di lahan sawah dan tegal. Untuk mengantisipasi kondisi cuaca yang demikian, para peneliti dan teknisi Balittas Malang, BPTP Jatim dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan kabupaten Sumenep, mengarahkan dan membina para petani agar segera dibuat saluran drainase, mendangir dengan tujuan memperbaiki aerasi di sekitar perakaran tanaman tembakau serta menambahkan pupuk ZA yang telah dilarutkan. Perlakuan ini ternyata dapat menekan tingkat kerusakan tembakau, dan petani dapat memanennya walaupun jumlah daun yang dapat dipanen berkisar 4-6 lembar daun bagian atas atau pucuk. Sedangkan di lahan gunung tingkat kerusakan (krosok) relatif lebih rendah tidak separah yang terjadi di lahan sawah dan tegal. Hal ini disebabkan petani di lahan gunung penanamannya lebih awal (yaitu awal Mei untuk mengantisipasi kekurangan air saat kemarau), sebaliknya di lahan sawah dan tegal (berkisar akhir Mei), disamping kondisi topografinya yang memungkinkan air mengalir secara gravitasi sehingga drainasenya lebih baik dan di areal pertanaman tembakau tidak mengalami penggenangan.

(42)

(menekan krosok) akibat anomali iklim, berdampak positif dan telah ditiru atau diadopsi oleh petani non kooperator di sekitar areal pengkajian (Anonim, 2007).

4. Subsistem Sumberdaya Lahan

Dalam hubungan dengan pendekatan ekosistem ini, lahan di Jawa Timur dipandang sebagai suatu sistem yang mempunyai atribut dan dimensi ganda; di dalamnya terdapat komponen-komponen yang saling berinteraksi menyusun struktur tertentu. Perilaku dinamis sumberdaya lahan ini tercermin dalam tipe penggunaan lahan, sistem pertanian, produktivitas lahan dan laju degradasi lahan. Masukan-masukan utamanya berupa tanah, relief, iklim, dan teknologi/investasi. Unsur-unsur dari tanah, relief, dan iklim akan menentukan kualitas lahan dan neraca lengas lahan. Sebagian besar tanah berkembang dari bahan abu volkanik muda. Perbedaan bentuk lahan dan curah hujan mengakibatkan berkembangnya tiga zone tanah , yaitu (i) Andosol (Eutrandepts) pada lahan bergunung, (ii) Andosol dan Kambisol (Eutropepts) pada lahan berbukit, (iii) Kambisol dan Mediteran (Argiudolls) pada dataran inter-volkanik, dan (iv) Entisol-Inseptisol di daerah dataran/lembah sungai.

Andosol umumnya terdapat pada ketinggian lebih dari 1 300 m dpl. meliputi area seluas sekitar 8% dari seluruh lahan desa. Tanah ini mempunyai porositas dan perme-abilitas yang tinggi, menahan banyak air tersedia, berat isinya rendah, agregasinya lemah, dan erodibilitasnya tinggi. Tingkat kesuburannya baik, pH tanah berkisar antara 5.6 hingga 6.5, kaya bahan organik dan nitrogen.

(43)

Mediteran terdapat di daerah yang lebih rendah, banyak dijumpai di Dataran Ngantang. Teksturnya lempung hingga lempung berliat, drainasenya cukup baik, struktur tanah porus dan mantap, kejenuhan basa tinggi, dan pH tanah 5.7-6.8.

Keadaan bentuk lahan dan relief sangat beragam, deskripsi sistem lahan yang dominan di Jawa Timur disajikan dalam Tabel 9.5. Secara keseluruhan, wilayah dengan kemi ringan lebih dari 45% meliputi luasan sekitar 19%, wilayah dengan kemiringan 25-45% meliputi luasan sekitar 20% luas propinsi, dan wilayah dengan kemiringan kurang dari 25% meliputi areal seluas 61% dari luas propinsi.

5. Karakteristik dan Luasan

Sistem produksi primer pada hakekatnya identik dengan ” land utilization type” atau sistem pertanian (farming system) dalam arti yang umum, termasuk kehutanan, perkebunan, dan peternakan. Dalam sistem ini, manusia dengan teknologi dan kapital yang dimilikinya mengelola sumberdaya lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keluaran utama dari sistem ini berupa berbagai komoditi pertanian, material (air, sedimen, polutan atau limbah), uang dan informasi. Sedangkan masukannya dapat dibedakan menjadi sumberdaya alam, material (saprodi), pengelolaan (teknologi, tenagakerja dan skills), dan masukan informasi.

6. Eko-Sistem Tegalan

(44)

untuk mengoptimalkan penggunaan air hujan di lahan tegalan. Pemilihan jenis tanaman dan pola pergiliran tanaman, terrasering, dan pengaturan jadwal dan cara pengolahan tanah merupakan tiga cara untuk memanfaatkan air hujan secara optimal.

7. Ekosistem Sawah

Total luas lahan sawah di Jawa Timur beragam dari tahun ke tahun. Sebagian dari lahan sawah ini mempunyai irigasi teknis dan semi-teknis, dan sebagian lainnya tadah hujan. Umumnya intensitas tanaman padi pada lahan sawah ini berkisar antara 2.0 dan 3.0.

8. Produktivitas Ekosistem Lahan Pertanian

Produktivitas merupakan ukuran utama dari tingkat kleruskaan sumberdaya lahan, terutama kalau fenomena kerusakan ini masih tersembunyi. Oleh karena itu berbagai usaha dan upaya dilakukan untuk menjaga dan mempertahankan tingkat produktivitas lahan yang layak dan lestari. Sebagai salah satu perwujudan dari Panca Bhakti Pertanian di Jawa Timur adalah dikeluarkannya berbagai kebijakan dan dilakukan usaha-usaha pengelolaan lahan pertanian untuk meningkatkan produksi tanaman pangan.

9. Pengertian Usahatani

(45)

berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk memperoleh hasil selanjutnya (Adiwilaga, 1992).

Hernanto (1988) mengatakan bahwa usahatani adalah organisasi dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi dilapangan pertanian. Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekelompok orang-orang, segolongan sosial, baik yang berkaitan geneologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya. Sedangkan Menurut Rahim dan Diah (2008) usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat.

(Adiwilaga, 1990) Menyatakan bahwa secara garis besar, usahatani dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang bertujuan memperoleh bidang produksi pertanian. Usaha ini merupakan kemampuan dan sumber daya alam yang diperlukan untuk suatu produksi pertanian, seperti air, tanah, dan lain-lain. usahatani ini dapat berupa kegiatan atau aktivitas bercocok tanam atau memelihara tanah, maka dapat dikatakan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang menyelidiki dan kegiatan manusia dalam melakukan kegiatan pertanian ditanahnya.

10. Unsur-Unsur Pokok Usahatani

Unsur-unsur pokok yang selalu ada pada suatu usahatani meliputi 4 (empat) macam yang biasa disebut sebagai faktor-faktor produksi, yaitu:

(46)

Status tanah adalah pernyataan hubungan antara tanah usahatani dengan kepemilikan atau pengusahaannya. Adapun status tanah dapat dibedakan menjadi :

a). tanah milik atau tanah hak milik b). tanah sewa

c). tanah sakap d). tanah gadai e). tanah pinjaman. 2) Sumber pemilikan tanah

Berdasarkan sumber kepemilikan dan pengusahaannya maka tanah yang dimiliki atau dikelola petani dapat digolongkan atas beberapa jenis proses penguasaan dan status tanah, yaitu :

a) Dibeli b) Disewa c) Disakap

d) Pemberian oleh negara e) Warisan

f) Wakaf

g) Membuka lahan sendiri 3) Nilai tanah

Tanah sebagai faktor produksi mempunyai nilai yang tergantung pada tingkat kesuburannya atau kelas tanahnya, fasilitas irigasi, posisi lokasi terhadap jalan dan sarana perhubungan, adanya rencana pengembangan dan lain-lain. b. Tenaga kerja

1). Jenis tenaga kerja

(47)

a) Tenaga kerja manusia, dapat berupa tenaga kerja laki-laki, perempuan maupun anak-anak. Tenaga kerja ini dapat pula berasal dari dalam keluarga atau berasal dari luar keluarga. Tenaga kerja dari luar keluarga dapat diperoleh melalui cara mengupah, sambatan atau arisan tenaga kerja.

b) Tenaga kerja ternak c) Tenaga kerja mekanik

2). Pencurahan tenaga kerja usahatani

Agar proses produksi dapat berjalan maka pada tiap tahapan kegiatan usahatani diperlukan masukan tenaga kerja yang sepadan Tahapan kegiatan usahatani secara garis besar terdiri atas :

a) Persiapan lahan

b) Pengadaan sarana produksi pertanian yang meliputi bibit, pupuk, obat pemberantas hama dan penyakit sebelum tanam, saat tanam dan masa pertumbuhan tanaman.

c) Penanaman / persemaian

d) Pemeliharaan; meliputi penyiangan, pemangkasan, pemupukan, pemberantasan hama, dan penyakit tanaman, irigasi dan pemeliharaan sarana irigasi.

e) Panen dan pengangkutan hasil f) Penanganan pasca panen g) Penjualan

c. Modal

Dalam usahatani modal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

(48)

memerlukan pemeliharaan agar dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang lama. Jenis modal ini mengalami penyusutan.

2) Modal bergerak, meliputi: alat-alat pertanian, uang tunai, piutang di bank, bahan-bahan pertanian (pupuk, bibit, obat-obatan), tanaman dan ternak.

Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibedakan menjadi : a) Milik sendiri

b) Pinjaman atau kredit c) Hadiah warisan d) Dari usaha lain e) Kontrak sewa d. Pengelolaan (manajemen)

Pengelolaan usahatani merupakan suatu tindakan petani dalam menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dimiliki dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Ukuran dari keberhasilan pengelolaan adalah usahatani yang dilakukan mendapatkan keuntungan yang seimbang.

e. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usahatani

1) Faktor-faktor yang melekat pada usahatani sendiri, meliputi : a) Individu petani beserta kelembagaannya

b) Tanah untuk usahatani

c) Tenaga kerja (dalam keluarga dan luar keluarga) d) Modal

e) Tingkat penguasaan teknologi f) Biaya belanja keluarga

f. Faktor-faktor di luar usahatani, meliputi :

(49)

2) Tersedianya sarana transportasi dan komunikasi sehingga memberikan kemudahan bagi petani untuk memperoleh informasi untuk menentukan komoditas pilihan dalam usahatani, saprotan dan akses mudah mencapai pasar.

3) Fasilitas kredit

4) Memudahkan petani untuk memperoleh informasi cara budidaya dan teknologi pertanian (Anonim, 2010).

11. Saluran Pemasaran dan Lembaga Pemasaran a. Saluran Pemasaran

Dalam suatu pemasaran produk, eksistensi saluran pemasaran mutlak perlu ada, fungsi saluran pemasaran ini menyalurkan produk dan status kepemilikannya ke konsumsi. Stern et al. (1996) mendefinisikan saluran pemasaran sebagai sekumpulan organisasi yang independent yang terlibat dalam proses pembuatan barang atau jasa yang tersedia bagi konsumen, sementara Kohl dan Uhl mendefinisikan saluran pemasaran sebagai route alternatif dari aliran produk dari produsen ke konsumen. Kompleksitas saluran pemasaran tergantung pada jarak antara produsen dan konsumen, ketersidiaan fasilitas pemasaran, jumlah dan skala usahatani, regulasi di bidang pemasaran dan sebagainya. Dalam penelitian pupuk ini, peneliti akan memfokuskan semua pelaku pemasaran yang terlibat dalam pemasaran, ketersediaan fasilitas pemasaran seperti penyimpanan, pengangkutan, penanggungan resiko, dan sebagainya.

(50)

sebagai pendekatan koalisi dari institusi yang dikelola dan dimiliki secara independent, yang mana masing-masing memeiliki motif untuk mendapatkan keuntungan dengan sedikit sekali motif untuk memikirkan bagaimana barang biasa memuaskan konsumen atau tidak (Stern et al, 1996).

Sementara saluran pemasaran vertical dapat disefinisikan sebagai sistim pemasaran yang rasional dan terintegrasi oleh modal yang intensif yang di desain dengan tehnologi, tata kelola, promosi melalui inetgrasi, koordinasi dan sinkronisasi aliran pemasaran barang dari titik produsen ke titik konsumen. Dengan kata lain saluran pemasaran vertical berusaha untuk menkapialisasi pada organisasi yang terprogram, dan standarisasi ekonomi.

b. Lembaga Pemasaran

(51)

12. PengertianTanggapan dan Respon

Menurut Abu Ahmadi (1998: 64) tanggapan diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan, dalam mana obyek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan. Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa sedemikian ini disebut sebagai tanggapan. Sedangkan menurut Rakhmat (2007:51) tanggapan adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Menurut Engel (1994) mendefenisikan respons adalah sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang-orang bertindak dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan.

Sementara itu, Kotler (2003) menyatakan bahwa respons adalah perilaku atau tindakan yang muncul dikarenakan adanya rangsangan. Perilaku itu perilaku atau tindakan yang muncul dikarenakan adanya rangsangan. Perilaku itu muncul melalui tahap kesadaran (awareness), pengetahuan (knowledge), suka (liking), menjadikan kebijakan sebagai pilihan (preference), dan yakin dengan kebijakan.

Sementara itu dengan bahasa sederhana Danim & Suparno (2009) menyatakan bahwa respon adalah kegiatan yang dilakukan oleh penerima pesan sesuai dengan tingkat pengertian dan pemahaman mengenai isi, arti atau makna pesan tersebut.

(52)

III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Pemikiran

Dalam usatani tembakau di pengaruhi berbagai faktor diantaranya adalah faktor produksi (faktor internal) dan faktor lingkungan (faktor eksternal). Dalam faktor produksi terdapat Sarana produksi, didalam saran produksi termasuk pupuk, benih, dan obat-obatan dan lain-lain. Lahan, Modal, dan Tenagakerja dapat mempengaruhi produksi usahatani tembakau. Kemudian faktor lingkungan juga mempengaruhi usatani tembakau yang termasuk di dalamnya adalah cuaca dan iklim, produksi, dan pemasaran yang merupakan faktor eksternal yang sulit untuk diketahui oleh para petani tembakau berdasarkan pengalaman yagn turun-temurun dari nenek moyang petani tetap mengusakannya dan kenyataannya tetap menguntungkan. Faktor eksternal yang sangat mempengaruhi petani tembakau adalah batasan produksi dan kualitas yang ditentuakan oleh pabrik rokok.

(53)

bisa bermanfaat bagi peneleti, petani dan Dinas yang berkepentingan untuk mempertimbangkan tanaman yang lebih menguntungkan bagi petani.

(54)

B. Hipotesis

Pengertian Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2009), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Dalam penelitian ini ditentukan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga bahwa para petani memiliki respon positif terhadap pembatasan luas penanaman tanaman tembakau.

2. Diduga tingkat keuntungan dan efisiensi usahatani tembakau lebih tinggi dari pada usahatani jagung perluas garapan.

(55)

IV. METODE PENELITIAN

A. Penentuan Daerah Penelitian

Lokasi Penelitian dilaksanakan di Desa Gunungan Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive. metode purposive adalah suatu teknik penentuan lokasi penelitian secara sengaja berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian (Singarimbun, 1995). Pemilihan tempat lokasi tersebut dengan pertimbangan bahwa di daerah tersebut merupakan sentra usahatani tembakau di Mojokerto. Selain itu pertimbangan pemilihan di Kabupaten Mojokerto didasarkan pada keinginan pribadi untuk ikut serta dalam pembangunan pertanian didaerah tersebut. Selain itu, faktor biaya, waktu, tempat, dan tenaga juga mendasari pemilihan Desa Gunungan Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto.

B. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabuten Mojokerto, Badan Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain (Cahya Suryana, 2010).

(56)

dimana kuesioner akan diberikan kepada petani atau pengelola usahatani tembakau di Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik : 1. Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung.

3. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhdap obyek yang diteliti secara langsung terutama dengan masalah yang akan diteliti demi mencari kebenaran yang diperluakan.

4. Dokumentasi

(57)

D. Penentuan Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani di Desa Gunungan yang berusahatani tembakau dan berusahatani alternatif (jagung). Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan metode acak sederhana (simple random sampling). Metode penentuan petani secara acak sederhana dapat dilakukan dengan mengetahui jumlah populasi petani yang berusahatani tembakau dan berusahatani alternatif. Dari data keseluruhan petani tembakau di desa Gunungan Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto dapat ditentukan jumlah petani berdasarkan rumus sebagai berikut (Emory, 1996).

Dimana :

n = Jumlah Seluruh Sampel N = Jumlah Populasi

d = Tingkat Presisi yang Digunakan 15%

Jumlah populasi petani tembakau di desa Gunungan Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto adalah 114 orang yang termasuk didalamnya sejumlah 12 orang yang mengusahakan tanaman alternatif. Dari jumlah populasi 114 petani tembakau diambil 32 petani tembakau sebagai sampel. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran 1, sedangkan untuk petani alternatif (jagung) berjumlah 12 orang dan semuanya diambil sebagai sampel.

E. Definisi dan Pengukuran Variabel

(58)

2. Usahatani alternatif adalah upaya petani dalam membudidayakan tanaman lain selain tembakau yang diharapkan oleh para petani agar bisa menutup kerugian apabila usahatan

Gambar

Tabel 1.  Pemupukan Tembakau Sesuai dengan Dosis Tergantung Jenis Tanah
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tabel 4.  Umur Petani Tembakau
Tabel 5. Tingkat Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait