• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN JASA CV. INTRO WISATA TRAVEL JURUSAN SURABAYA – BALI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN JASA CV. INTRO WISATA TRAVEL JURUSAN SURABAYA – BALI."

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Administrasi Bisnis pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh : ARI YUNITA

0742010037

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

(2)

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Analisis Faktor – Faktor yang Dipertimbangkan Konsumen Dalam Menggunakan Jasa CV. Intro Wisata Travel Jurusan Surabaya – Bali”.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada Ibu Dra. Siti Ning Farida, M.Si, selaku dosen pembimbing yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Tidak lupa penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Ec, Hj. Suparwati, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Drs. Sadjudi, SE, M.Si (Alm.), selaku ketua Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Nurhadi, M.Si, selaku sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis yang telah

memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan dalam materi perkuliahan.

5. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan dan semangat baik moril maupun materiil hingga dapat terselesainya skripsi ini.

(3)

selama ini.

9. Teman-temanku seperjuangan angkatan 2007 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberiku dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Demikian skripsi ini disusun. Dan penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna baik dari segi teknis maupun dari segi materi penyusunannya. Untuk itu penulis senantiasa bersedia dan terbuka dalam menerima saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Mei 2011

(4)

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

ABSTRAKSI ...xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah ...5

1.3 Tujuan Penelitian ...5

1.4 Manfaat Penelitian ...6

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran ...7

2.1.1 Pengertian Pemasaran ...7

2.1.2 Pengertian Manajemen Pemasaran ...8

2.1.3 Arti Penting Pemasaran ...9

(5)

2.1.7 Karakteristik Jasa ...13

2.1.8 Klasifikasi Jasa ...15

2.1.9 Manfaat Kualitas Jasa ...16

2.2 Perilaku Konsumen ...17

2.2.1 Pengertian Pengertian Konsumen ...17

2.2.2 Teori – teori Perilaku Konsumen ...19

2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ...21

2.3 Keputusan Pembelian ...24

2.3.1 Pengertian Keputusan Pembelian ...24

2.3.2 Motif – motif Pembelian ...25

2.3.3 Proses – proses Keputusan Membeli ...26

2.3.4 Proses Pengambilan Keputusan Dalam Pembelian ...27

2.3.5 Jenis – jenis Tingkah Laku Keputusan Pembelian ...29

2.4 Pelayanan ...30

(6)

2.4.4 Strategi Pelayanan Jasa ...33

2.4.5 Unsur Pokok Keunggulan Pelayanan Jasa...34

2.4.6 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ...35

2.4.7 Faktor Yang Menentukan Mutu Pelayanan ...36

2.5 Fasilitas ...37

2.5.1 Pengertian Fasilitas ...37

2.5.2 Lokasi Fasilitas Jasa ...38

2.5.3 Fasilitas Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian ...40

2.6 Harga ...41

2.6.1 Pengertian Harga ...41

2.6.2 Tujuan Penetapan Harga ...43

2.6.3 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Harga ...45

2.7 Teori Analisis Faktor...49

(7)

3.1.1 Definisi Operasional...54

3.1.2 Pengukuran Variabel ...57

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ...58

3.2.1 Populasi ...58

3.2.2 Sampel ...59

3.2.3 Teknik Penarikan Sampel ...59

3.3 Teknik Pengumpulan Data ...59

3.3.1 Jenis Data ...59

3.3.2 Sumber Data ...60

3.3.3 Pengumpulan Data ...60

3.4 Teknik Analisis ...61

3.4.1 Teknik Analisis Data ...61

3.4.2 Uji Validitas ...61

3.4.3 Uji Reliabilitas ...62

(8)

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ...73

4.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan ...73

4.1.2 Lokasi Perusahaan ...73

4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan ...74

4.2 Struktur Organisasi ...74

4.2.1 Gambar Struktur Organisasi ...75

4.3 Penyajian Data ...78

4.3.1 Data Umum Karakteristik Responden ...78

4..3.2 Analisis Deskriptif Jawaban Responden ...80

4.4 Analisis Hasil Penelitian ...86

4.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ...86

4.4.2 Uji Validitas Instrumen ...86

4.4.3 Uji Reliabilitas ...87

4.5 Analisis Faktor ...88

(9)

4.5.4 Menentukan Communalities ...93

4.6 Pembahasan ...105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ...111

5.2 Saran ...113

(10)

Tabel 1.1 : Jumlah Konumen CV. Intro Wisata Travel Jurusan Surabaya –

Bali pada tahun 2010………..4

Tabel 4.1 : Deskripsi Jenis Kelamin Responden……….79

Tabel 4.2 : Deskripsi Umur Responden………..79

Tabel 4.3 : Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel Pelayanan……...80

Tabel 4.4 : Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel Fasilitas…………83

Tabel 4.5 : Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel Harga…………...85

Tabel 4.6 : Hasil Uji Validitas……….87

Tabel 4.7 : Uji Reliabilitas………...88

Tabel 4.8 : Uji Kelayakan Analisis Faktor………..89

Tabel 4.9 : Nilai Eigen Untuk Setiap Faktor………...91

Tabel 4.10 : Hasil Rotasi Komponen Matrik……….92

Tabel 4.11 : Communalities………...93

(11)
(12)

Lampiran 1 : Kuesioner

Lampiran 2 : Jawaban Responden

Lampiran 3 : Deskriptif Karakteristik Responden Frequencies

Lampiran 4 : Uji Validitas Correlations Pelayanan

Lampiran 5 : Uji Reliabilitas

(13)

Ari Yunita 0742010037

ABSTRAKSI

Perkembangan teknologi transportasi saat ini yang sangat pesat membuat persaingan dalam penyediaan jasa transportasi menjadi sangat tajam dan ketat. Salah satunya adalah penyediaan jasa transportasi bagi masyarakat luas agar tercapainya kemudahan dan kepuasan masyarakat luas sebagai konsumen dalam menggunakan jasa transportasi yang sangat penting bagi kehidupan. Dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang dipertimbangan konsumen dalam menggunakan jasa CV. Intro Wisata Travel.

Berdasarkan hasil analisis faktor diketahui terdapat enam faktor terbentuk yang dipertimbangkan konsumen dalam menggunakan CV. Intro Wisata Travel menurut nilai eigen terbesar dan nilai varian yang menunjukkan bahwa faktor pertama dengan nilai eigen sebesar 4,597 dan nilai varian sebesar 22,987% yang terdiri dari variabel penanganan keluhan (X10), sopir yg berpengalaman (X17), harga dengan sesuai fasilitas (X19). Faktor kedua dengan nilai eigen sebesar 3,792 dan nilai varian sebesar 18,958% yang terdiri dari variabel cepat dan tanggap (X1), keamanan

bagasi (X2), kemampuan sopir memahami kebutuhan khusus penumpang (X3),

kemampuan sopir menguasai rute serta nama jalan (X4). Faktor ketiga dengan nilai eigen sebesar 2,071 dan nilai varian sebesar 10,353% yang terdiri dari variabel

kenyamanan (X5), ketepatan (X8), mengutamakan keselamatan dalam perjalanan

(X9), asuransi kecelakaan (X11), bentuk fisik armada (X12). Faktor keempat dengan nilai eigen sebesar 1,400 dan nilai varian sebesar 7,002% yang terdiri dari variabel penampilan interior armada (X16), harga yg terjangkau (X18). Faktor kelima dengan nilai eigen sebesar 1,256 dan nilai varian sebesar 6,278% yang terdiri dari variabel keramahan (X6), kesabaran sopir (X7), fasilitas penunjang (X13). Faktor keenam dengan nilai eigen sebesar 1,161 dan nilai varian sebesar 5,803% yang terdiri dari

variabel kebersihan didalam armada (X14), kemudahan menghubungi nomer telepon

reservasi (X15), promosi (X20)

(14)

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi transportasi saat ini yang sangat pesat membuat

persaingan dalam penyediaan jasa transportasi menjadi sangat tajam dan ketat.

Salah satunya adalah penyediaan jasa transportasi bagi masyarakat luas agar

tercapainya kemudahan dan kepuasan masyarakat luas sebagai konsumen dalam

menggunakan jasa transportasi yang sangat penting bagi kehidupan. Terutama

dalam era globalisasi dan teknologi yang sudah sangat maju dan berkembang.

Sektor transportasi memegang suatu peranan yang penting karena memudahkan

masyarakat dalam hal menjangkau suatu tempat untuk suatu tujuan tertentu.

Dengan prospek bisnis yang tidak hanya pada suatu tempat atau satu

wilayah tertentu saja transportasi sangatlah penting bagi seorang individual

ataupun organisasi bisnis untuk mendukung kegiatan bisnisnya. Berkembangnya

pola pikir masyarakat tentang peluang bisnis yang lebih kuat mendorong

masyarakat untuk mencapai suatu daerah atau tempat tertentu dengan waktu yang

relatif singkat. Dimana perusahaan berusaha untuk memberi keputusan efektif dan

efisien dari pada yang diberikan oleh pesaingnya.

Keinginan untuk berbisnis di suatu wilayah lain dan berkunjung ke daerah

yang akan dikunjungi baik untuk kegiatan bisnis maupun untuk merasakan

tempat-tempat yang indah dan baik untuk dikunjungi. Karena itulah sarana

(15)

mengunjungi suatu daerah yang tentunya semakin singkat waktu dalam perjalanan

tersebut semakin banyak pula kegiatan yang akan terjadi di wilayah tersebut.

Dalam situasi persaingan yang begitu tajam secara langsung menimbulkan

daerah pemasaran yang semakin sempit sehingga perusahaan perlu untuk

menggunakan taktik pemasaran yang tepat agar bisa mencapai tujuannya. Sasaran

pemasaran perusahaan adalah untuk mengetahui dan memahami konsumen

dengan sebab – sebabnya sehingga produk atau jasa yang dihasilkan sesuai

dengan keinginan konsumen dan menambah kepuasan konsumen.

Transportasi memegang peranan yang sangat penting terutama dalam

pertumbuhan ekonomi suatu negara, oleh karena itu dilihat dari segi manapun

transportasi selalu didahulukan atau masalah suatu negara dapat diatasi dengan

cepat. Di dunia bisnis yang modern pengangkutan selalu didahulukan dalam

perencanaannya, dan kenyataannya kehidupan manusia selalu tergantung

pengangkutan dan dapat dikatakan manusia tanpa pengangkutan akan

menimbulkan keresahan dalam kehidupan sehari – hari khususnya di bidang

ekonomi.

Semakin meningkatnya perkembangan penduduk dan pengembangan

pemukiman yang luas, maka semakin meningkatnya pula kebutuhan yang harus

dipenuhi, akibatnya akan menjadi ledakan terhadap permintaan jasa angkutan. Hal

ini perku ada perusahaan angkutan untuk melaksanakan strategi pemasaran dalam

memenuhi sarana dan prasana yang memadai demi peningkatan pelayanan jasa

(16)

Bila melihat pada pertumbuhan sektor industri jasa dalam tahun terakhir

ini memberikan tingkat persaingan yang ketat, oleh karena itu konsumen akan

memilih barang dan jasa yang dapat memenuhi harapannya. Dalam pemasaran

jasa penumpang atau konsumen adalah pihak yang cenderung memberikan

penilaian terhadap mutu pelayanan, mereka menilai dengan membandingkan apa

yang mereka terima dengan apa yang mereka harapkan. Suatu perusahaan dapat

meraih reputasi baik apabila mutu pelayanannya senantiasa memenuhi harapan

konsumen atau penumpang. Dalam penelitian ini yang menjadi obyek adalah CV.

Intro Wisata Travel yang bergerak di bidang jasa travel dengan usaha berupa jasa

pelayanan transportasi darat jurusan Surabaya – Bali. CV. Intro Wisata Travel

berusaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam hal pemenuhan kebutuhan

serta kenyamanan dengan menyajikan berbagai fasilitas dan macam pelayanan

dengan tujuan akhir kepuasan konsumen setelah menggunakan jasa CV. Intro

Wisata Travel.

Dengan tingginya persaingan, maka diharapkan bahwa masing – masing

perusahaan berusaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen sehingga kepuasan

konsumen dapat tercapai karena konsumen dalam hal ini masyarakat lebih

cenderung memilih suatu perusahaan jasa yang baik dalam hal pelayanan maupun

(17)

Tabel 1.1 : Jumlah Konsumen CV. Intro Wisata Travel Jurusan Surabaya – Bali

pada tahun 2010.

Bulan Jumlah Konsumen

Januari 2010 103

Februari 2010 74

Maret 2010 2

April 2010 62

Mei 2010 121

Juni 2010 918

Juli 2010 147

Agustus 2010 146

September 2010 67

Oktober 2010 135

November 2010 92

Desember 2010 161

Sumber : CV. Intro Wisata Travel tahun 2010

Berdasarkan adanya informasi tersebut, dapat dikatakan bahwa CV. Intro

Wisata Travel mengalami kenaikkan dan penurunan tiap bulannya. Maka perlu

diadakan analisis terhadap perilaku konsumen agar perusahaan dapat mengetahui

serta mampu mengantisipasi tentang kebutuhan selera dan bagaimana penumpang

(18)

akhirnya perusahaan akan memiliki kemampuan bersaing yang lebih baik dan

mampu meraih kedudukan dalam pasar yang kompetitif.

Dari latar belakang permasalahan dan teori ini maka obyek penelitian

dengan judul “Analisis Faktor – Faktor yang Dipertimbangkan Konsumen Dalam

Memilih Jasa CV. Intro Wisata Travel”.

Dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor, dikarenakan untuk

mencoba menemukan hubungan (interrelationship) beberapa variabel yang saling

independen satu dengan yang lainnya, sehingga bisa dibuat kumpulan variabel

yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal sehingga akan lebih mudah dikontrol

oleh manajemen perusahaan atau pemegang kebijakan perusahaan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah faktor – faktor apakah yang dipertimbangkan

konsumen dalam menggunakan jasa CV. Intro Wisata Travel?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang ditentukan

maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui dan

menganalisis faktor – faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam

(19)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan bukti empiris mengenai pengembangan teori pemasaran

terhadap pertimbangan konsumen dalam menggunakan jasa CV. Intro

Wisata Travel di Surabaya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi teoritis pada ilmu pengembangan teori pemasaran, serta secara

teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi

peneliti yang akan datang khususnya dalam bidang pemasaran.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai solusi alternatif

dalam menggunakan jasa CV. Intro Wisata Travel di Surabaya dan dapat

dijadikan pertimbangan bagi manajemen perusahaan khususnya dibidang

pemasaran, selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

(20)

2.1 Pemasaran

2.1.1 Pengertian Pemasaran

Pemasaran lebih dari sekedar menjual atau memasarkan akan tetapi

dimana pemasaran merupakan salah satu bidang yang dipergunakan untuk

mencapai tujuan perusahaan. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok

yang dilakukaan oleh perusahaan dalam usaha mempertahankan kelangsungan

hidup perusahaan. Pemasaran perusahaan harus dapat juga memberikan kepuasan

konsumen agar mencapai pandangan yang baik terhadap perusahaan. Dimana hal

ini merupakan kunci sukses keberhasilan suatu perusahaan.

Alasan paling mendasar untuk mempelajari pemasaran adalah bahwa

pemasaran memainkan peranan besar di dalam pertumbuhan dan perkembangan

perekonomian. Pemasaran memberikan kesempatan bagi konsumen untuk

memilih produk yang disukai.

Menurut Swastha dan Irawan (2001 : 5), pemasaran adalah sistem

keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan

harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat

memuaskan kebutuhan konsumen kepada pembeli yang ada maupun pembeli

potensial.

Menurut Kotler dan Amstrong (2001 : 7), pemasaran adalah suatu proses

(21)

mereka butuhkan dan inginkan melalui pembuatan dan pertukaran produk dari

pihak lain.”

Dari beberapa definisi diatas, maka definisi pemasaran dapat dibedakan

menjadi definisi sosial dan definisi manajerial. Definisi sosial menunjukkan peran

yang dimainkan oleh pemasaran di masyarakat sedangkan definisi manajerial

menunjukkan pemasaran yang sering digambarkan sebagai seni menjual produk.

2.1.2 Pengertian Manajemen Pemasaran

Tugas manajemen pemasaran tidak hanya menawarkan barang yang sesuai

dengan keinginan dan menetapkan harga yang efektif, komunikasi, dan distribusi

untuk memberi informasi yang melayani dan mempengaruhi pasar. Tetapi lebih

luas dari itu, tugas manajemen pemasaran adalah merencanakan dan mengawasi

seluruh kegiatan pemasaran agar dapat tercapai tujuan yang telah ditetapkan.

Penanganan proses pemasaran memerlukan banyak waktu dan keahlian

manajemen pemasaran terjadi, apabila sekurang – kurangnya satu pihak dari

peraturan potensial memikirkan cara untuk mendapatkan tanggapan dari pihak

lain sesuai dengan yang dikehendakinya.

Menurut Kotler (2001 : 2), manajemen pemasaran adalah penganalisa

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program – program yang ditujukan

untuk mencapai tujuan organisasi.

Menurut Alma (2002 : 28), manajemen pemasaran adalah suatu proses

untuk meningkatkan efisien dan efektivitas dari kegiatan pemasaran yang

(22)

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen

pemasaran merupakan suatu analisa perencanaan dan program – program yang

dibuat untuk meningkatkan efisien dan efektivitas kegiatan pemasaran oleh

perusahaan.

Tahap perencanaan khususnya merupakan tahap yang sangat menentukan

tehadap kelangsungan dan sukses organisai atau perusahaan. Proses perencanaan

merupakan proses yang memandang kedepan kemungkinan – kemungkinan yang

akan datang. Untuk membuat suatu rencana, fungsi penganalisaan sangat penting

agar rencana yang dibuat dapat lebih matang dan tepat. Dari segi lain penerapan

merupakan kegiatan untuk menjalankan rencana sedangkan fungsi terakhir dari

manajemen adalah pengawasan yaitu fungsi mengendalikan segala aktivitas agar

tidak terjadi penyimpangan yang mungkin terjadi.

2.1.3 Arti Penting Pemasaran

Menurut Alma (2000 : 4), pemasaran adalah suatu kegiatan yang sangat

menentukan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dalam suatu

perusahaan, sehingga pemasaran sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup

perusahaan dalam iklim ekonomi apapun. Maka kegiatan pemasaran perlu kiranya

ditempatkan pada urutan terdepan dan paling utama dalam perusahaan. Apabila

ada suatu perusahaan tidak mempunyai kegiatan pemasaran maka akan dapat

dipastikan perusahaan tersebut tidak bisa bertahan hidup dan akan tertinggal jauh

(23)

perkembangan usaha adalah sebagai penyumbang langsung untuk mendapat laba

serta meningkatkan penjualan.

2.1.4 Konsep Pemasaran

Merupakan orientasi manajemen yang beranggapan bahwa tugas pokok

adalah menentukan, kebutuhan, keinginan dan penilaian dari pasar yang menjadi

sasaran dan menyesuaikan kegiatan perusahaan sedemikian rupa agar dapat

menyampaikan kepuasaan yang diinginkan pasarnya supaya lebih berdaya guna

serta berhasil guna daripada pesaingnya.

Dasar pemikiran yang terkandung dalam konsep pemasaran adalah sebagai

berikut :

1. Pemuasan keinginan kelompok pembeli tertentu adalah menjadi tugas

perusahaan.

2. Diperlukan program riset pemasaran agar dapat diketahui pola keinginan

pembeli.

3. Semua kegiatan untuk mempengaruhi pembeli harus ditempatkan dibawah

kontrol pemasaran yang terintegrasi.

4. Kepuasan konsumen akan dapat menimbulkan loyalitas dan kesan baik dari

pada pembeli atau konsumen.

Apabila perusahaan menganut konsep pemasaran, maka semua kegiatan

diarahkan kepada konsumen. Bagian pemasaran berperan aktif sejak dimulainya

proses produksi, sebab konsumen tersebut yang akan menjadi tujuan utama, yaitu

(24)

Menurut Swastha dan Irawan (2003 : 8), ada tiga unsur pokok yang

mendasari konsep pemasaran yaitu :

a. Orientasi pada konsumen

Perusahaan yang berorientasi pada konsumen maka harus :

1. Menentukan kebutuhan pokok yang dari pembeli yang akan dilayani.

2. Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya.

3. Menentukan produk dan program pemasarannya.

4. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai dan

menafsirkan keinginan, sikap, serta tingkah laku konsumen.

5. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitik

beratkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau desain yang

menarik.

b. Volume penjualan yang menguntungkan

Volume penjualan yang menguntungkan merupakan tujuan dan konsep

pemasaran. Karena keuntungan dapat diperoleh melalui kepuasan konsumen.

Dengan keuntungan yang maksimal perusahaan dapat tumbuh dan

berkembang, dapat menggunakan kemampuan yang lebih besar, dapat

memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen serta dapat

memperkuat kondisi perekonomian secara keseluruhan.

c. Koordinasi dan integrasi seluruh kegunaan pemasaran

Dalam perusahaan perlu dilakukan cara untuk memberikan kepuasan pada

(25)

kegunaan produk, harga saluran distribusi dan promosi untuk menciptakan

hubungan pertukaran yang kuat dengan pelanggan.

2.1.5 Tujuan Pemasaran

Tujuan pemasaran menurut Alma (2000 : 11) adalah mengetahui,

memahami dan memenuhi semua kebutuhan dan keinginan pasar untuk

mendapatkan volume penjualan sesuai target yang yang diharapkan. Tercapainya

kegiatan pemasaran dibuktikan dengan meningkatnya volume penjualan sehingga

didapatkan laba penjualan maksimum sesuai atau melebihi target yang

diharapkan, maka pada akhirnya dapat mengalahkan pesaing.

2.1.6 Pemasaran Jasa

Menurut Alma (2004 : 243), jasa adalah sesuatu yang dapat

diidentifikasikan secara terpisah tidak terwujud, ditawarkan untuk memenuhi

kebutuhan. Jasa dapat dihasilkan dengan menggunakan benda – benda berwujud

atau tidak.

Sedangkan menurut Tjiptono (2005 : 16), mengemukakan bahwa jasa

adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatau pihak

lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak

menghasilkan kepemilikan sesuatu.

Sedangkan menurut Andrian Payne (2001 : 7), jasa merupakan suatu

kegiatan yang memiliki beberapa unsur keterwujudan (intangibility) yang

(26)

atau dengan properti dalam kepemilikannya dan tidak menghasilkan transfer

kepemilikan. Perubahan kondisi mungkin saja terjadi dan faktor produksi jasa bisa

berhubungan atau bisa pula tidak berkaitan dengan produk fisik.

Jadi dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemasaran jasa

merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau organisasi untuk

mencapai tujuan tertentu.

2.1.7 Karakteristik Jasa

Jasa mempunyai empat karakteristik yang sering dijumpai, yaitu :

1. Intangbility (tidak berwujud)

Menurut Tjiptono (2005 : 18), jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar,

atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi hal ini mempunyai implikasi, bagi

para pelanggan implikasinya, yaitu ketidakpastian dalam pembelian jasa relatif

tinggi, karena terbatasnya search qualities, yakni karakteristik fisik yang dapat

dievaluasi. Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba

sebelum dibeli. Nilai penting dari hal ini adalah nilai tidak berwujud yang

dialami konsumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasaan, atau kenyamanan.

2. Inseparability (tidak dapat dipisah – pisahkan)

Menurut Tjiptono (2005 : 20), barang biasanya diproduksi kemudian dijual,

lalu dikonsumsi. Sedangakan jasa pada umumnya dijual terlebih dahulu, baru

kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.

(27)

a. Pertama : Khususnya dalam jasa yang tingkat kontaknya tinggi, karena

penyedia jasa dan pelanggan sama sama hadir, maka interaksi diantara

mereka merupakan faktor yang penting yang menentukan kepuasan

pelanggan terhadap jasa tersebut.

b. Kedua : konsumen yang lain biasanya juga hadir, perilaku mereka bisa

mempengaruhi konsumen terhadap jasa yang disampaikan.

c. Ketiga : Perkembangan atau pertumbuhan jasa sulit diwujudkan. Penyedia

jasa dan klien harus bertemu, ini berarti perusahaan jasa harus membangun

banyak “pabrik” kecil disekitar lokasi klien.

Sedangkan menurut Andrian Payne (2000 : 9), jasa umunya tidak dapat

dipisahkan, jasa umumnya dihasilkan dan dikonsumsi pada saat yang

bersamaan, dengan partisipasi konsumen dalam proses tersebut.

3. Variability (berubah – ubah)

Menurut Tjiptono (2005 : 21), berpendapat jasa bersifat sangat variabel, karena

merupakan not – standarized output, artinya banyak bentuk, kualitas, dan jenis,

tergantung kepada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut diproduksi.

Sedangkan menurut Andrian Payne (2000 : 9), jasa merupakan variabel

nonstandard dan sangat bervariasi.

4. Perishability (daya tahan)

Menurut Tjiptono (2005 : 21), berarti jasa tidak tahan lama dan tidak dapat

disimpan. Sedangkan menurut Andrian Payne (2000 : 9), berpendapat bahwa

(28)

2.1.8 Klasifikasi Jasa

Klasifikasi jasa menurut Tjiptono (2005 : 23), yang mengutip pernyataan

Lovelock (1992), jasa dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Berdasarkan sifat tindakan jasa.

Jasa dikelompokan ke dalam sebuah matriks yang terdiri atas dua sumbu,

dimana sumbu vertikalnya menunjukan sifat tindakan jasa (tangible actions

and intangible actions). Sedangkan sumbu horizontalnya merupakan penerima

jasa (manusia dan benda).

2. Berdasarkan hubungan dalam pelanggan.

Jasa dikelompokan ke dalam sebuah metriks yang terdiri dua sumbu, dimana

sumbu vertikalnya tipe hubungan antara perusahaan jasa dan pelanggannya

(status keanggotaan dan hubungan temporer). Sedangkan sumbu horizontalnya

merupakan sifat penyampaian jasa (penyampaian secara berkesinambungan

dan penyampaian diskrit).

3. Berdasarkan tingkat cuztomization dan kemampuan mempertahankan standart

konstan dalam penyampaian jasa.

Jasa diklasifikasikan berdasarkan dua sumbu utama, yaitu cuztomization

karakteristik jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan individual (tinggi dan

rendah) dan tingkat kemampuan penyedia jasa dalam mempertahankan

standard yang konstan (tinggi dan rendah).

4. Berdasarkan sifat permintaan dan penawaran jasa.

Jasa diklasifikasikan ke dalam senuah matriks yang terdiri atas dua sumbu

(29)

menghadapai masalah sehubungan dengan terjadinya permintaan puncak

(permintaan puncak dapat dipenuhi tanpa penundaan berarti) dan permintaan

pucak biasanya melampaui penawaran. Sedangkan sumbu horizontalnya adalah

tingkat fluktuasi permintaan sepanjang waktu (tinggi dan rendah).

5. Berdasarkan metode penyampaian jasa.

Jasa dikompokkan ke dalam sebuah matriks yang terdiri atas dua sumbu,

dimana sumbu vertikalnya menunjukan sifat interaksi antara pelanggan dan

perusahaan jasa (pelanggan mendatangi perusahaan jasa, perusahaan jasa

mendatangi pelanggan dan perusahaan jasa melakukan transaksi melalui surat

atau media elektronik). Sedangkan sumbu horizontalnya adalah ketersediaan

outlet jasa.

2.1.9 Manfaat Kualitas Jasa

Salah satu cara untuk membedakan sebuah perusahaan jasa adalah

memberikan jasa dengan kualitas yang tinggi dari pesaing secara konsisten.

Kuncinya adalah memenuhi atau melebihi ekspektasikualitas jasa pelanggan.

Sasaran ekspektasi pelanggan dibentuk oleh pengalaman masa lalunya,

pembicaraan dari mulut ke mulut dan promosi yang dilakukan perusahaan jasa.

Menurut Armistead dan Clark (2001 : 174), keuntungan kualitas jasa yang

baik adalah sebagai berikut :

1. Mutu Tinggi Mempunyai Harga Tinggi

Perusahaan yang mengeluarkan produk atau jasa yang bermutu tinggi

(30)

mempunyai reputasi mutu rendah. Konsumen mau membayar tinggi untuk

produk yang mereka perlukan, sebab biaya terhitung lebih murah untuk jangka

panjang.

2. Pendapatan Jangka Panjang

Seorang konsumen biasanya melakukan lebih dari satu kali pembelian sebagai

tambahan dari pendapatan layanan yang berkaitan dengan pembelian pertama.

Mutu atau kualitas yang baik membuat bisnis aman dan mengurangi

kemungkinan beralihnya konsumen ke produk lain.

3. Citra Mutu

Mutu yang baik adalah pemasaran yang baik, dalam arti bahwa konsumen yang

merasa puas cenderung menyampaikan kesannya kepada orang lain, demikian

sebaliknya.

2.2 Perilaku Konsumen

2.2.1 Pengertian Perilaku Konsumen

Syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah perusahaan agar meraih sukses

dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan dengan mempertahankan

pelanggannya, sekaligus mencari pelanggan – pelanggan baru. Supaya tujuan

tersebut terpenuhi, perusahaan harus mampu memahami perilaku konsumennya.

Berdasarkan informasi inilah perusahaan dapat menyusun strategi dan program

yang tepat dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada dan mengungguli

(31)

Pada dasarnya perilaku konsumen sulit untuk dipelajari karena di

dalamnya menyangkut kehendak, pikiran – pikiran dan sikap yang sulit diduga.

Tetapi dibalik kesulitan tersebut, perilaku konsumen merupakan faktor penting

bagi kegiatan pemasaran organisasi atau perusahaan. Karena dengan mengamati

perilaku konsumen, bagian pemasaran dapat merencanakan untuk bentuk kegiatan

yang akan dilakukan untuk menarik perhatian konsumen.

Perilaku konsumen sebagai bagian dari kegiatan manusia akan selalu

berubah sesuai dengan pengaruh lingkungan di mana konsumen tersebut tinggal,

serta pengaruh sosial. Untuk mengetahui secara pasti perilaku konsumen, seorang

pemasar harus melakukan penelitian sebagai langkah awal untuk mengetahui

motivasi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Dengan mengetahui

motivasi konsumen, produk yang dihasilkan diharapkan dapat merangsang

motivasi konsumen untuk membelinya.

Menurut Enge1, Blackwell and Miniard (2000 : 4), perilaku konsumen

dapat didefinisikan sebagai segala aktivitas yang terlibat secara langsung dalam

mendapatkan, mengkonsumsi, atau mempergunakan barang dan jasa, termasuk di

dalamnya pengambilan keputusan pada persiapan dan pelaksanaan kegiatan

tersebut.

Menurut Swastha dan Handoko (2000 : 9), perilaku konsumen adalah

kegiatan – kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan

dan menggunakan keputusan pada persiapan penentuan kegiatan – kegiatan

(32)

Secara lebih luas lagi, Schiffinan dan Kanuk (2000) menyatakan bahwa

studi perilaku konsumen merupakan studi bagaimana individu membuat

membelanjakan sumber daya yang tersedia dan dimilikinya (waktu, uang, dan

usaha) terhadap barang yang berkaitan dengan konsumsi. Termasuk didalamnya

studi apa yang dibeli, mengapa membeli, bagaimana frekuensi pembeliannya dan

bagaimana konsumen menggunakan produk tersebut. Jadi dalam menganalisis

perilaku konsumen tidak hanya berkenaan dengan faktor – faktor yang

mempengaruhi pengambilan keputusan saat pembelian, melainkan juga proses

pengambilan keputusan yang menyertai pembelian.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

perilaku konsumen adalah tindakan – tindakan yang dilakukan oleh individu,

kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan

keputusan di dalam mendapatkan, menggunakan barang – barang atau jasa

ekonomi yang dapat mempengaruhi lingkungan.

2.2.2 Teori – Teori Perilaku Konsumen

Menurut Simamora (2004 : 3), teori-teori yang mendukung perilaku

konsumen, yaitu :

1. Teori Ekonomi

Dalam ilmu ekomoni, bahwa manusia adalah makhluk ekonomi yang selalu

berusaha memaksimalkan kepuasannya dan selalu bertindak rasional. Para

konsumen akan berusaha memaksimalkan kepuasannya selama kemampuan

(33)

produk yang dapat memuaskan kebutuhan mereka. Selama marginal utility yang

diperoleh dari pembelian produk masih lebih besar atau sama dengan biaya yang

dikorbankan, orang – orang akan membeli suatu produk.

2. Teori Psikologis

Beberapa ahli psikologis menyatakan bahwa perilaku konsumen dipengaruhi

oleh dorongan psikologis. Ada beberapa teori yang termasuk dalam golongan ini

dan selanjutnya dapat digolongkan menjadi dua bagian besar, yaitu teori

pembelajaran dan teori motivasi.

a. Teori Pembelajaran

Teori ini dikembangkan oleh Paylov. Teori ini menyatakan bahwa peilaku

seseorang merupakan hasil belajar dari akumulasi pengalaman selama

hidupnya.

b. Teori Motivasi

Ada dua teori menurut Freud dan Maslow yang bertolak belakang. Menurut

Freud seseorang tidak bisa memahami motivasi yang mendorong perilakunya

secara pasti. Sebaliknya Maslow, menyatakan bahwa motivasi seseorang dapat

dihubungkan dengan kebutuhannya.

3. Teori Sosiologi

Teori ini menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan

sosialnya, seperti keluarga dan kelompok – kelompok sosial dimana seseorang itu

menjadi anggota (teman – teman dikampus, perkumpulan olah raga). Pada

dasarnya, seseorang akan berusaha mengharmoniskan perilakunya dengan apa

(34)

4. Teori Antropologis

Teori ini memandang bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan

sosialnya, namun ada konteks yang lebih luas. Termasuk didalam kelompok yang

lebih besar ini adalah kebudayaan, subkultur, dan kelas sosial.

2.2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Keputusan pembelian dari konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor

kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologis dari konsumen. Elemen utama dalam

model perilaku konsumen adalah mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi

keputusan pembelian konsumen atau yang mempengaruhi proses keputusan

konsumen. Menurut Nugroho (2003 : 11) ada empat faktor yang mempengaruhi

keputusan pembelian konsumen adalah :

1. Pengaruh budaya pada keputusan pembelian, terdiri dari :

a. Kebudayaan atau kultur

Kebudayaan diadaptasi untuk merubah kebudayaan dan menyesuaikan

dengan kondisi lingkungan untuk mendorong keinginan mencoba atau

membeli suatu produk atau jasa.

b. Nilai – nilai

Unsur budaya yang paling menentukan adalah nilai – nilainya,

kepercayaan yang bertahan lama yang ditinggalkan oleh suatu masyarakat

(35)

c. Sub Budaya

Sub budaya didasarkan pada karakteristik domografis, wilayah geografis,

latar belakang etnis dan nasional, keyakinan politik, dan keyakinan

keagamaan.

d. Kelas Sosial

Sebuah kelas sosial adalah sekolompok orang yang dianggap hampir

dalam status atau harkat diri komunitas, yang secara teratur

disosialisasikan diantara mereka sendiri baik secara formal maupun

informal.

2. Pengaruh sosial terhadap keputusan konsumen, terdiri dari :

a. Kelompok Acuan

Kelompok dalam masyarakat yang mempengaruhi perilaku pembelian

seseorang dimana konsumen mencari pendapat lain untuk digunakan

sebagai petunjuk atas produk baru maupun jasa dan produk dengan citra

yang berhubungan dengan atribut atau karena atribut informasi masih

langka bahkan tidak informatif

b. Pemimpin Opini

Pendapat para pemimpin merupakan anggota dari kelompok tertentu yang

mempengaruhi keputusan pembelian lainnya.

c. Keluarga

Anggota keluarga yang mempengaruhi keputusan pembelian, anak – anak

berkeinginan berbelanja dengan cara yang sama dengan yang dilakukan

(36)

3. Pengaruh individu atas keputusan membeli konsumen, terdiri dari :

a. Gender

Dibalik perbedaan psikologis yang nyata diantara kedua gender ini, wanita

dan pria juga berbeda dalam kehidupan sosial, dalam peran ekonomi yang

mempengaruhi keputusan pembelian mereka.

b. Usia dan tahapan siklus hidup keluarga

Berapa umur konsumen biasanya menunjukkan produk apa yang cocok

baginya yang membuatnya tertarik untuk membeli. Para pemasar sering

mendefinisikan target pasar mereka dalam tahapan daur hidup.

c. Kepribadian, konsep diri, dan gaya hidup.

Akhirnya, produk dan merek tertentu mencerminkan kepribadian, konsep

diri, dan gaya hidup.

4. Pengaruh psikologis terhadap keputusan membeli konsumen, terdiri dari :

a. Persepsi

Persepsi membuat konsumen mengenali masalah konsumsi mereka.

b. Motivasi

Motivasi adalah apa yang mendorong konsumen untuk melakukan

tindakan memuaskan kebutuhan konsumsi mereka.

c. Pembelajaran

Hampir semua perilaku konsumen dihasilkan dari pembelajaran dimana

proses yang menciptakan perubahan dalam perilaku melalui pengalaman

(37)

d. Keyakinan dan sikap

Keyakinan adalah suatu pola yang diorganisir melalui pengetahuan yang

kemudian dipegang oleh seseorang individu sebagai suatu kebenaran

dalam hidupnya. Sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk

memberikan respon secara konsisten terhadap suatu obyek yang diberikan.

2.3 Keputusan Pembelian

2.3.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Menurut Sunarto (2003 : 150) keputusan membeli adalah suatu proses

pengambilan keputusan yang di lakukan untuk menetapkan kebutuhan akan

barang dan jasa yang perlu dibeli serta mengidentifikasi, mengevaluasi dan

memilih diantara alternatif merek.

Menurut Nugroho (2003 : 413) keputusan membeli adalah suatu proses

pemilihan diantara dua atau lebih : alternatif dimana semua aspek perilaku dan

kondisi dilibatkan dalam suatu pengambilan keputusan konsumen, termasuk

pengetahuan, arti kepercayaan, perhatian dan pemahaman akan suatu produk yang

ditawarkan.

Menurut Fandy Tjiptono (2001 : 20) proses pengambilan keputusan

pembelian sangat bervariasi. Proses pengambilan keputusan dimana konsumen

mengenal masalahnya kemudian diambil suatu tindakan keputusan

(38)

Dan definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa pengambilan keputusan

adalah suatu proses pemilihan alternatif dimana dilakukan untuk suatu proses

pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai perilaku konsumen.

2.3.2 Motif – Motif Pembelian

Menurut Angipora (2000 : 142), para pembeli memiliki motif pembelian

yang mendorong mereka untuk melakukan pembelian. Motif – motif pembelian

ada tiga macam, yaitu :

1. Primary Buying Motive, yaitu motif untuk membeli yang sebenarnya. Misalnya

jika orang mau makan maka dia akan mencari nasi.

2. Selective Buying motive, yaitu pemilihan terhadap barang, ini bisa berdasarkan

rasio, misalnya apakah ada keuntungan bila kita membeli. Berdasarkan emosi,

seperti membeli sesuatu karena meniru orang lain. Jadi selective buying motive

dapat berbentuk rational buying motive atau impulse (dorongan seketika).

3. Patronage Buying Motive, adalah selective buying yang ditujukan kepada

tempat atau toko tertentu. Pemilihan ini bisa timbul karena layanan yang

memuaskan, misalnya : tempatnya dekat, cukup persediaan barang, ada

halaman parkir, dan sebagainya.

(39)

Menurut Kotler (2000 : 162) untuk meninjau tahap – tahap yang dilewati

pembeli untuk mencapai keputusan membeli. Adapun tahap – tahap dalam proses

keputusan membeli melewati lima tahap antara lain :

1. Pengenalan Kebutuhan

Proses membeli dimulai dari pengenalan kebutuhan, dimana pembeli

mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli dapat dipicu oleh

rangsangan internal maupun rangsangan eksternal Sehingga pada tahap ini,

pemasar harus meneliti konsumen untuk mengetahui kebutuhan atau masalah

apa yang muncul, apa yang menarik mereka dan bagaimana hal menarik itu

membawa konsumen untuk membeli. Dengan mengumpulkan informasi seperti

itu, pemasar dapat mengenali faktor yang paling sering memicu minat akan

produk dan dapat mengembangkan program pemasaran.

2. Pencarian Informasi

Tahap dari proses keputusan pembelian yang merangsang konsumen untuk

mencari informasi lebih banyak, di mana konsumen mungkin hanya

meningkatkan perhatian atau mungkin aktif mencari informasi. Konsumen

dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber. Sumber ini termasuk :

a. Sumber pribadi : keluarga , teman, tetangga dan kenalan

b. Sumber komersial : iklan, wiraniaga, agen, kemasan, pajangan

c. Sumber publik : media massa, organisasi, penilaian konsumen

d. Sumber pengalaman penanganan, pemeriksaan, menggunakan produk.

(40)

Tahap dari proses keputusan pembelian yaitu ketika konsumen benar – benar

membeli produk. Pada umumnya keputusan membeli konsumen adalah

membeli merek yang paling disukai. Tetapi dua faktor yang muncul dalam

proses keputusan membeli yaitu niat untuk membeli dan keputusan untuk

membeli. Faktor yang dapat menimbulkan keputusan membeli yaitu faktor

pertama adalah sikap orang lain, dan faktor kedua adalah faktor situasi yang

tidak diharapkan.

4. Tingkah Laku Pasca Pembelian

5. Tahap dari proses keputusan pembeli yang terakhir merupakan tingkah laku

pasca pembelian yang merupakan suatu tindakan lebih lanjut setelah membeli

yang didasarkan pada rasa puas atau tidak puas.

2.3.4 Proses Pengambilan Keputusan Dalam Pembelian

Menurut Angipora (2002 : 144), perilaku konsumen akan menentukan

proses pengambilan keputusan dalam pembelian. Kegiatan membeli adalah bagian

yang mengagumkan dari hidup setiap orang karena kegiatan membeli merupakan

aktivitas rutin yang jarang disadari secara mendalam proses kejiwaan yang terlihat

didalamnya. Tahap – tahap dalam proses pengambilan keputusan untuk membeli

adalah sebagai berikut :

1. Pengenalan Masalah

Pada tahap ini konsumen mengenali sebuah kebutuhan, keinginan, atau

masalah. Menurut Angipora (2002 : 145), kebutuhan pada dasarnya dapat

(41)

memenuhi kebutuhan, keinginan atau masalah yang mendorong konsumen

untuk memulai proses pembelian.

2. Pencarian Informasi

Menurut Kotler (2002 : 205), yang menjadi minat pemasar adalah sumber

sumber informasi untuk menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif tiap

sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya. Secara umum,

konsumen mendapatkan sebagian besar informasi tentang suatu produk dari

sumber komersial, yaitu sumber yang didominasi oleh pemasar. Melalui

pengumpulan informasi, konsumen mengetahui tentang merek – merek yang

bersaing dan keistimewaannya.

3. Evaluasi Alternatif

Menurut Angipora (2002 : 146), setelah mendapat informasi dari sumber –

sumber diatas, maka masalah selanjutnya adalah bagaimana konsumen

menggunakan informasi untuk bisa pada suatu pilihan alternatif merek dan

bagaimana konsumen mamilih diantara merek – merek alternatif. Kegiatan

pemasaran yang berhasil tentunya tidak perlu mengetahui bagaimana

konsumen memproses informasi yang diterima untuk sampai pada pilihan

merek.

4. Keputusan Pembelian

Menurut Kotler (2000 : 207), dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk

preferensi atas merek – merek dalam kumpulan pilihan serta membentuk niat

(42)

ada dua faktor yang muncul diantara niat pembelian dan keputusan pembelian,

yaitu :

a. Pendirian atau sikap orang lain

b. Faktor situasi yang tidak diantisipasi

5. Perilaku Pasca Pembelian

Menurut Kotler (2000 : 207), setelah membeli produk, konsumen akan

mengalami tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak

berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca

pembelian. Konsumen yang puas akan terus melakukan pembelian ulang

sampai menjadi pelanggan. Konsumen yang tidak puas akan menghentikan

dalam pembelian produk. Karena itu, perusahaan harus berusaha memastikan

kepuasan konsumen dalam semua proses pembelian.

2.3.5 Jenis – Jenis Tingkah Laku Keputusan Pembelian

Menurut Kotler (2000 : 160) jenis – jenis tingkah laku keputusan

pembelian antara lain:

a. Tingkah laku membeli yang kompleks

Tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan

tinggi konsumen dalam pembelian dan perbedaan besar yang dirasakan

diantara merek. Konsumen yang menjalani tingkah laku membeli yang

kompleks dalam pembelian ini akan melewati proses pembelajaran di mana

mengembangkan keyakinan mengenai produk, kemudian sikap dan

(43)

b. Tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan

Tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan terjadi ketika

konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan konsumen yang tinggi

tetapi sedikit perbedaan yang dirasakan diantara merek.

c. Tingkah laku membeli yang merupakan kebiasaan

Tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan

konsumen yang rendah dan beberapa perbedaan besar merek yang dirasakan.

d. Tingkah laku membeli yang mencari variasi

Tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan

konsumen yang rendah tetapi perbedaan yang dirasakan besar.

2.4 Pelayanan

2.4.1 Pengertian Pelayanan

Pelayanan mengandung arti menolong, menyediakan segala sesuatu yang

diperlukan orang lain, sehingga dengan demikian pelayanan juga dapat di artikan

sebagai sarana atau alat untuk bisa terlaksana, memberikan (membantu)

menyediakan keperluan yang dibutuhkan masyarakat.

Menurut Kotler (2001 : 34), mengemukakan bahwa pelayanan merupakan

jasa yang bermanfaat dan dapat memuaskan konsumen, maka dari itu mutu

pelayanan harus diperhatikan agar konsumen tidak kecewa dan beralih pada

(44)

Sedangkan pendapat Swastha (2001 : 136), tentang pelayanan yaitu

kegiatan yang dilakukan secara lisan dalam bentuk percakapan antar wiraniaga

dengan satu atau beberapa calon pembeli dengan tujuan melakukan penjualan.

Dari definisi para pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan

merupakan suatu aktifitas yang dilakukan untuk melayani konsumen dengan

barang – barang atau jasa – jasa yang dibutuhkan, sehingga konsumen merasa

puas karenanya.

2.4.2 Tujuan Pelayanan

Dengan membuat kesan yang baik, maka perusahaan tersebut dapat

mempengaruhi atau merangsang konsumen untuk melakukan pembelian kembali

pada perusahaan tersebut. Perusahaan berusaha untuk mempertahankan pelanggan

yang sudah ada dan perusahaan juga dapat menambah konsumen baru yang pada

akhirnya dapat meningkatkan pembelian terhadap produk atau jasa yang

ditawarkan.

Menurut Moenir (2001 : 47) kelancaran layanan hak, tergantung pada

kesadaran petugas terhadap kewajiban yang dibebankan, misalnya sistem prosedur

dan metode yang memadai, pengorganisasian tugas pelayanan yang tuntas,

pendapatan tugas atau pegawai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup

minimal, kemampuan dan ketrampilan pegawai dan sarana kerja yang memadai.

Pelayanan secara umum adalah sebagai berikut :

a. Kemudahan dalam mengurus kepentingan

(45)

c. Mendapat perlakuan yang sama tanpa pilih – pilih

d. Mendapatkan perlakuan yang jujur dan terus terang

Pelayanan juga menentukan perkembangan perusahaan untuk masa – masa

yang akan datang, sebab dengan pelayanan yang baik dapat menimbulkan suatu

tingkat kepuasan yang tinggi dalam diri konsumen, yang pada akhirnya dapat

mendorong konsumen untuk berhubungan dan melakukan pembelian terhadap

barang atau jasa setiap kali mereka membutuhkannya.

2.4.3 Proses Pelayanan

Suatu pelayanan akan terbentuk karena adanya proses pemberian layanan

tertentu dari pihak penyedia layanan kepada pihak yang dilayani. Menurut Atep

(2003 : 10), ada tiga hal penting dalam proses layanan antara lain:

1. Penyedia Layanan

Adalah suatu pihak yang dapat memberikan suatu pelayanan tertentu kepada

konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk penyediaan dan penyerahan

barang atau jasa – jasanya.

2. Penerima Layanan

Adalah konsumen yang menerima layanan dari para penyedia layanan.

3. Jenis Layanan

Jenis layanan yang dapat diberikan oleh penyedia layanan kepada pihak yang

membutuhkan layanan terdiri dari berbagai macam antara lain berupa layanan

(46)

penyediaan dan distribusi barang – barang, serta layanan ganda yang berkaitan

dengan keduanya.

4. Kepuasan Pelanggan

Dalam menyelenggarakan pelayanan, baik kepada internal maupun eksternal,

pihak penyedia dan pemberian pelayanan harus selalu berupaya untuk

mengacu kepada tujuan utama pelayanan, yaitu kepuasan konsumen.

2.4.4 Strategi Pelayanan Jasa

Pelayanan jasa sangat erat hubungannya dengan kepuasan konsumen maka

diperlukan strategi yang tepat dalam memberikan pelayanan kepada konsumen

dengan baik, terutama karena strategi menentukan pelatihan, perilaku dan

penyampaian layanan spesifik yang tepat, menurut Tjiptono (2001 : 132) dalam

bukunya total quality service, strategi yang digunakan untuk memberikan

pelayanan kepada konsumen harus mencakup empat hal :

1. Atribut pelayanan pelanggan

Penyampaian pelayanan jasa harus tepat waktu, akurat dengan perhatian dan

keramahan.

2. Pendekatan untuk penyempurnaan kualitas jasa

Penyempurnaan kualitas jasa merupakan aspek penting dalam rangka

kepuasan pelanggan. Setidaknya ini disebabkan faktor biaya, waktu

menerapkan program dan pengaruh pelayanan pelanggan. Ketiga faktor ini

merupakan inti pemahaman dan penerapan suatu system yang responsive

(47)

3. Sistem umpan balik untuk kualitas pelayanan pelanggan, umpan balik sangat

dibutuhkan untuk evaluasi dan perbaikan berkesinambungan.

4. Implementasi

Mungkin yang paling penting adalah strategi implementasi sebagai bagian dari

proses implementasi, manajemen harus menentukan cakupan kualitas jasa dan

level pelayanan pelanggan sebagai bagian dari kebijakan organisasi.

2.4.5 Unsur Pokok Keunggulan Pelayanan Jasa

Menurut Tjiptono (2001 : 58) dalam memberikan pelayanan suatu

perusahaan jasa memerlukan service excellence yaitu pelayanan yang unggul,

secara garis besar ada empat unsur pokok dalam konsep ini, yaitu :

1. Kecepatan

2. Ketepatan

3. Keramahan

4. Kenyamanan

Keempat komponen tersebut merupakan satu kesatuan pelayanan yang

terintegrasi, maksudnya pelayanan atau jasa menjadi tidak unggul bila ada

komponen yang kurang untuk mencapai tingkat unggul setiap karyawan harus

memiliki ketrampilan tertentu, diantaranya berpenampilan baik dan rapi, bersikap

ramah, memperlihatkan gairah kerja dan sikap selalu siap untuk melayani,

menguasai pekerjaannya baik tugas yang berkaitan pada bagian atau

(48)

memahami bahasa isyarat pelanggan dan memiliki kemampuan menangani

keluhan pelanggan secara profesional.

2.4.6 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Ada lima dimensi pokok menurut (Tjiptono, 2004) dalam proses

pengambilan keputusan para pembeli terdiri dari :

1. Bukti Langsung (tangible)

Meliputi fasilitas fisik perusahaan, perlengkapan, pegawai dan sarana

komunikasi.

2. Keandalan (reliability)

Yaitu kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang dijanjikan

dengan segera, akurat dan memuaskan kepada konsumen.

3. Daya Tanggap (responsiveness)

Yaitu inisiatif para personil perusahaan untuk membantu konsumen dan

memberikan pelayanan dengan memuaskan.

4. Jaminan (assurance)

Meliputi pengetahuan, kemampuan, kesopanan dari personil perusahaan dan

sifat dapat dipercaya, bebas dari bahaya, resiko dan keragu – raguan.

5. Empati (empathy)

Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik,

(49)

2.4.7 Faktor Yang Menentukan Mutu Pelayanan

Menurut (Tampubolon, 2004 : 108) faktor yang menentukan mutu

pelayanan adalah sebagai berikut :

1. Reliabilita

Secara konsisten, performa pelayanan yang diberikan kepada pelanggan

merupakan performa yang prima dan waktu yang tepat sesuai yang dijanjikan

bagi pelanggan – pelanggannya.

2. Responsif

Merupakan kesediaan karyawan dengan segala perasaannya untuk memberi

pelayanan yang terbaik, termasuk dalam waktu yang tepat dan cepat memberi

pelayanan.

3. Kompetensi

Kompetensi karyawan yang sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan

untuk memberi pelayanan dengan performa yang baik.

4. Akses

Melakukan pendekatan agar pelanggan mudah untuk dihubungi, serta dalam

melakukan kontak dengan pelanggan.

5. Kurtosis

Dengan sopan santun, perhatian, mempertimbangkan, dan rasa persaudaraan

melakukan hubungan personal terhadap pelanggan (termasuk penerima tamu

(50)

6. Komunikasi

Dengan menggunakan bahasa yang sederhana untuk mudah memahami

pelanggan, dan sebaliknya pelanggan memahami produsen. Sehingga

perbedaan antara pelanggan dan organisasi dapat diatasi.

7. Kredibilitas

Memegang teguh janji dengan pelanggan, organisasi dapat dipercaya dan

disukai pelanggan. Sehingga pelanggan menyenangi pelayanan dari

organisasi.

8. Keamanan

Pelayanan tidak mengandung bahaya, resiko, atau keraguan bagi pelanggan.

9. Peduli dan memahami pelanggan

Selalu berusaha untuk memahami dan mengetahui keinginan pelanggan.

10. Secara nyata

Pelayanan secara nyata diikuti dengan fakta fisik yang diberikan pada

pelanggan.

2.5 Fasilitas

2.5.1 Pengertian Fasilitas

Fasilitas merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan

perusahaan untuk masa yang akan datang, dimana fasilitas adalah sarana dan pra

sarana yang disediakan untuk dipakai atau dipergunakan serta dinikmati oleh

(51)

kepuasan yang tinggi dalam diri konsumen sehingga dapat mendorong konsumen

untuk selalu berhubungan dan melakukan pembelian produk barang dan jasa tiap

kali konsumen membutuhkannya.

Menurut Kotler (2001 : 210), fasilitas merupakan segala sesuatu yang

sengaja disediakan untuk dipakai atau dipergunakan serta dinikmati oleh

konsumen. Semakin banyak fasilitas yang ditawarkan kepada konsumen maka

semakin banyak konsumen untuk menggunakan produk atau jasa tersebut.

2.5.2 Lokasi Fasilitas Jasa

Jasa tidak dapat dipasarkan melalui saluran distribusi tradisional seperti

halnya barang fisik, misalnya dari pabrik ke pedagang grosir, kemudian ke

pengecer untuk selanjutnya disampaikan kepada konsumen akhir. Akan tetapi jasa

ada dua kemungkinan, yaitu :

1. Misalnya pelanggan datang langsung ke perusahaan yang bersangkutan.

2. Misalnya mobil travel dikirim untuk menjemput pelanggan yang akan

bepergian.

Menurut Fitzsimmons, seperti yang telah dikutip oleh Tjiptono (2006 : 41)

lokasi fasilitas seringkali menentukan kesuksesan suatu jasa, karena lokasi erat

kaitannya dengan pasar potensial suatu perusahaan. Misalnya CV. Intro Wisata

Travel pada umumnya menempati daerah yang cukup luas dan berlokasi dekat

dengan daerah yang padat penduduknya, karena usaha tersebut bertujuan untuk

(52)

Fleksibilitas suatu lokasi merupakan ukuran sejauh mana suatu jasa dapat

bereaksi terhadap situasi ekonomi yang berubah. Karena keputusan pemilihan

lokasi berkaitan dengan komitmen jangka panjang terhadap aspek – aspek yang

sifatnya kapital intensif, maka suatu penyedia jasa haruslah benar – benar

mempertimbangkan dan menyeleksi lokasi yang responsif terhadap perubahan –

perubahan ekonomi, demografi, budaya dan persaingan di masa datang.

Menurut Tjiptono (2006 : 42) pemilihan tempat atau lokasi memerlukan

pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor berikut :

1. Akses

Misalnya lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum.

2. Visibilitas

Misalnya lokasi yang dapat dilihat dengan jelas di tepi jalan.

3. Lalu Lintas (Traffic)

Dimana ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu :

a. Banyaknya orang lalu – lalang bisa memberikan peluang besar terjadinya

impluse buying.

b. Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa pula menjadi hambatan.

4. Tempat parkir yang cukup luas dan aman.

5. Ekspansi

Yaitu tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha di kemudian hari.

6. Lingkungan

Yaitu daerah sekitar yangt mendukung jasa yang ditawarkan. Misalnya warung

(53)

2.5.3 Fasilitas Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Menurut Andrian Payne (2001 : 29) desain dan tata letak fasilitas jasa erat

kaitannya dengan pembentukan persepsi pelanggan. Pada sejumlah tipe jasa,

persepsi yang terbentuk dari interaksi antara pelanggan dengan fasilitas jasa

berpengaruh terhadap kualitas jasa tersebut di mata pelanggan. Faktor – faktor

yang berpengaruh dalam mengambil keputusan desain fasilitas jasa meliputi :

1. Sifat dan tujuan organisasi jasa.

Sifat suatu jasa seringkali menentukan berbagai persyaratan desainnya. Desain

fasilitas yang baik dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya

perusahaan mudah dikenali dan desain eksterior bisa menjadi ciri khas atau

petunjuk mengenai sifat jasa di dalamnya.

2. Ketersediaan tanah dan kebutuhan akan ruang atau tempat.

Setiap perusahaan jasa yang membutuhkan lokasi fisik untuk mendirikan

fasilitas jasanya perlu mempertimbangkan sejumlah faktor, seperti

kemampuan finansial, ketersediaan tanah, peraturan pemerintah berkenaan

dengan kepemilikan tanah dan pembebasan tanah dan sebagainya. Sebaiknya

lokasi tersebut memadai sebab lokasi juga salah satu daya tarik tersendiri.

3. Fleksibilitas desain.

Sangat diperlukan apabila volume permintaan sering berfluktuasi dan jika

spesifikasi jasa cepat berkembang, sehingga resiko keusangan relatif besar.

Kedua kondisi ini menyebabkan fasilitas jasa harus dapat disesuaikan secara

mudah dengan memperhitungkan kemungkinan perkembangan di masa

(54)

4. Faktor estetis.

Fasilitas jasa yang tertata secara rapi, menarik dan estetis akan dapat

meningkatkan sikap positif pelanggan terhadap suatu jasa.

5. Masyarakat dan lingkungan sekitar.

Terutama perhatian dalam masalah sosial dan lingkungan hidup di sekitar

fasilitas jasa yang memainkan peranan penting dan berpengaruh besar

terhadap perusahaan.

6. Biaya konstruksi dan operasi.

Kedua jenis biaya ini dipengaruhi desain fasilitas. Biaya konstruksi

dipengaruhi oleh jumlah dan jenis bahan bangunan yang digunakan. Biaya

operasi dipengaruhi oleh kebutuhan operasional fasilitas termasuk biaya

pemeliharaan. Salah satu tantangan besar pemasaran jasa adalah

menyelaraskan kapasitas (penawaran) dan permintaan terhadap jasa

perusahaan. Sejumlah faktor berkontribusi dalam hal ini diantaranya

karakteristik jasa yang tidak tahan lama, variabilitas dalam kapasitas jasa, dan

partisipasi pelanggan dalam sistem penyampaian jasa.

2.6 Harga

2.6.1 Pengertian Harga

Menurut Alma (2004 : 169), di dalam teori ekonomi pengertian harga,

nilai dan utility merupakan konsep yang saling berhubungan Yang dimaksud

dengan utility ialah suatu atribut yang melekat pada suatu barang yang

(55)

(wants) dan memuaskan konsumen (satisfaction). Sedangkan value adalah nilai

suatu produk untuk ditukarkan dengan produk yang ditawarkan. Jadi harga (price)

adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dalam uang.

Menurut Basu Swastha (2003 : 241) harga adalah jumlah uang (ditambah

beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah

kombinasi dari produk dan pelayanannya.

Menurut Kotler (2001 : 439) Harga memiliki dua peranan utama dalam

proses pengambilan keputusan para pembeli yaitu peranan alokasi dan peranan

informasi :

1. Peranan alokasi dan harga.

Fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara

memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya

belinya. Dengan demikian adanya harga dapat membantu para pembeli untuk

memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang dan

jasa.

2. Peranan informasi dan harga.

Fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor – faktor produk,

seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli

mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara

obyektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal

(56)

2.6.2 Tujuan Penetapan Harga

Metode penetuan harga harus dimulai dengan pertimbangan atas tujuan

penentuan harga itu sendiri. Adapun penetapan harga menurut Tjiptono (2000 :

152), ada empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu :

1. Tujuan berorientasi laba.

Istilah ini dikenal dengan maksimisasi laba. Adanya laba yang sesuai atau yang

diharapkan sebagai sasaran laba.

2. Tujuan berorientasi pada volume.

Istilah ini disebut Volume pricing objectives. Harga yang ditetapkan

sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan atau pangsa

pasar.

3. Tujuan berorientasi pada citra.

Citra atau image suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan

harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau

mempertahankan citra prestisius. Pada hakekatnya baik penerapan harga tinggi

maupun rendah bertujuan untuk meningkatkan persepsi konsumen terhadap

keseluruhan bauran produk yang ditawarkan perusahaan.

4. Tujuan stabilitas harga

Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu

perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan

pula mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya stabilisasi harga

dalam industri tertentu yang produknya sangat terstandarisasi. Tujuan

(57)

mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan

harga pemimpin industri.

Anggaran tujuan dari penerapan harga menurut Swastha (2001 : 148)

antara lain :

a. Memperoleh laba maksimum.

Hal ini dapat dicapai dengan cara perusahaan menetapkan harga dengan

memperhatikan total, hasil penerimaan penjualan dengan total penjualan.

Dengan begitu, diharapkan perusahaan akan memperoleh laba.

b. Mendapatkan pangsa pasar tertentu.

Hal ini dilakukan oleh perusahaan dengan harapan jika pangsa pasar bertambah

besar, maka tingkat keuntungan yang diperoleh pada masa yang akan datang

akan meningkat. Karena itu perusahaan perlu melakukan penetrasi pasar

dengan jalan menetapkan harga relatif rendah daripada harga pasar.

c. Mengurangi persaingan.

Hal ini dapat dicapai melalui kebijakan harga, dimana penjual menawarkan

atau jasa dengan harga sama dengan penjual yang lain.

d. Mendapatkan pengambilan investasi yang ditargetkan.

Harga yang dicapai dalam penjualan digunakan untuk mengembalikan

investasi secara bertahap dan hal ini dimungkinkan jika perusahaan

memperoleh laba dalam kegiatan operasionalnya.

Tujuan – tujuan penetapan harga di atas memiliki implikasi penting

(58)

dengan cara yang di tempuh perusahaan dalam menempatkan posisi relatifnya

dalam perusahaan.

2.6.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Harga

Pada kenyataannya, tingkat harga yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Menurut Swastha dan Irawan (2003 : 242 - 245) tingkat harga dipengaruhi

oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Kondisi perekonomian

Keadaan perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang berlaku.

Pada periode resesi misalnya, merupakan suatu periode dimana suatu harga

berada pada suatu tingkat lebih rendah.

2. Penawaran dan permintaan

Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli oleh pembeli pada tingkat

harga tertentu. Pada umumnya tingkat harga yang lebih rendah akan

mengakibatkan jumlah yang diminta lebih besar. Penawaran merupakan

kebalikan dari permintaan, yaitu suatu jumlah yang ditawarkan oleh penjual

pada suatu tingkat harga tertentu. Pada umumnya, harga yang lebih tinggi

mendorong jumlah yang ditawarkan lebih besar. Menurut teori ekonomi, harga

akan ditentukan pada suatu titik pertemuan antara kurva permintaan dan

penawaran.

3. Elastisitas permintaan

Faktor lain yang dapat menentukan permintaan harga adalah sifat permintaan

(59)

penentuan harganya tetapi juga mempengaruhi volume yang dapat dijual.

Untuk beberapa jenis barang, harga dan volume penjualan ini berbanding

terbalik artinya jika terjadi kenaikan harga maka penjualan akan menurun dan

sebaliknya.

Beberapa sifat elastisitas permintaan antara lain :

a. In Elastis

Jika permintaan tersebut bersifat in elastis maka perubahan harga akan

mengakibatkan perubahan yang lebih kecil pada volume penjualannya.

b. Elastis

Apabila permintaan tersebut bersifat elastis, maka perubahan harga akan

menyebabkan terjadinya perubahan volume penjualan dalam perbandingan

yang lebih besar.

c. Unitary Elasticity

Apabila permintaan tersebut bersifat Unitary Elasticity maka perubahan

harga akan menyebabkan perubahan jumlah yang dijual dalam porsi yang

sama. Dengan kata lain, misalnya terjadi penurunan harga sebesar 10% akan

mengakibatkan naiknya penjualan sebesar 10% pula.

4. Persaingan

Harga jual beberapa macam barang sering dipengaruhi oleh keadaan

persaingan yang ada. Dari hasil pertanian misalnya, dijual dalam keadaan

persaingan murni (pure competition). Dalam persaingan seperti ini penjual

(60)

persaingan murni dapat pula terjadi keadaan persaingan lainnya, seperti

persaingan tidak sempurna, oligopoly dan monopoli.

5. Biaya

Merupakan dasar dari penentuan harga, sebab peningkatan harga yang tidak

dapat menutup biaya yang akan mangakibatkan kerugian. Sebaliknya, apabila

suatu tingkat harga melebihi semua biaya maka akan menghasilkan

keuntungan.

6. Tujuan perusahaan.

Menetapkan harga suatu barang sering berkaitan dengan tujuan yang ingin

dicapai perusahaan. Tujuan – tujuan yang ingin di capai perusahaan, antara

lain:

a. Laba maksimum

b. Volume penjualan tertentu

c. Penguasaan pasar

d. Kembalinya modal yang tertanam dalam jangka waktu tertentu.

7. Pengawasan pemerintah

Merupakan faktor penting dalam penentuan harga. Pengawasan pemerintah

tersebut diwujudkan dalam bentuk penentuan harga maksimum dan minimum,

diskriminasi harga serta praktek lain yang mendorng atau mencegah usaha

kearah monopoli.

Sedangkan menurut Stanton (2001 : 309), faktor – faktor yang

Gambar

Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir…………………………………………………53
Tabel 1.1 : Jumlah Konsumen CV. Intro Wisata Travel Jurusan Surabaya – Bali
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait