• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PELAYANAN PENCATATAN PERNIKAHAN DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN MARISO KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PELAYANAN PENCATATAN PERNIKAHAN DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN MARISO KOTA MAKASSAR"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

x SKRIPSI

PELAYANAN PENCATATAN PERNIKAHAN DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN MARISO KOTA MAKASSAR

Oleh:

NOVA AYU LESTARI

Nomor Induk Mahasiswa : 10561 1111 316

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)

ii SKRIPSI

PELAYANAN PENCATATAN PERNIKAHAN DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN MARISO KOTA MAKASSAR

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun dan Diajukan Oleh:

NOVA AYU LESTARI Nomor Stambuk: 10561 1111 316

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikanskripsiyang berjudul “Pelayanan Pencatatan Pernikahan Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Mariso Kota Makassar”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Alyas, M.S selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Drs. H Anwar Parawangi, M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar 4. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat

dan bantuan, baik moril maupun materil.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 30 Agustus 2020

Nova Ayu Lestari

(7)

vii ABSTRAK

Nova Ayu Lestari, Alyas dan Anwar Parawangi. Pelayanan Pencatatan Pernikahan Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Mariso Kota Makassar.

kualitas pelayanan adalah tingkat kesenjangan antara persepsi dan harapan.

Menurutnya, kualitas pelayanan yang baik adalah pertemuan atau melebihi apa yang diharapkan konsumen dari pelayanan yang diberikan. Tinggi rendahnya kualitas pelayanan tergantung pada kinerja pelayanan yang diberikan dalam konteks apa yang mereka harapkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelayanan Pencatatan Pernikahan Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Mariso Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif yakni suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran umum sebagai macam data yang dikumpul dari lapangan secara objektif dengan tipe penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara terhadap sejumlah informan dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelayanan Pencatatan Pernikahan Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Mariso Kota Makassar belum sepenuhnya terlaksana dengan optimal dilihat pada aspek terjamah menunjukkan bahwa kualitas pelayanan terkendala karena sarana dan prasarana yang kurang memadai sehingga masyarakat kurang betah untuk menunggu dalam pelayanan, aspek kehandalan dalam pendekatan petugas dengan masyarakat itu masing-masing pribadi menyenangkan dan memuaskan masyarakat disamping itu juga sarana dan prasarana mendukung memuaskan, aspek respon pelayanan yang cepat akan terlaksana ketika tidak ada kendala masyarakat dalam persyaratan yang telah ditetapkan. serta aspek empati dalam hal ini ketika ada masalah pelayanan itu memanfaatkan pendekatan emosional. Memaksimalkan pelayanan dengan baik agar masyarakat merasa puas.

Kata Kunci : Pelayanan, Kualitas Pelayanan

(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Penelitian yang Relevan ... 13

B. Pengertian Pelayanan Publik ... 16

C. Kualitas Pelayanan Publik... 18

D. Pemberi Layanan (Provider) ... 20

E. Penerima Layanan (Customer) ... 22

F. Pelayanan Nikah... 26

G. Rukun dan Syarat Nikah ... 28

H. Syarat Administrasi, Biaya dan Cara Daftar Nikah di KUA ... 29

I. Kerangka Pikir ... 34

J. Fokus Penelitian ... 35

K. Deskripsi Penelitian ... 35

BAB III. METODE PENELITIAN ... 37

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 37

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 37

C. Informan ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 39

E. Teknik Pengabsahan Data ... 40

F. Teknik Analisa Data ... 41

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 42

B. Pembahasan dan Hasil Penelitian... 63

(9)

ix

BAB V. PENUTUP... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN ... 86

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Informan ... 38

Tabel 4.1 Luas wilayah, jumlah penduduk, jumlah kepala keluarga, dan kepadatan penduduk ... 43

Tabel 4.2 Kondisi pemerintahan ... 44

Tabel 4.3 Jumlah nikah, talak/cerai, dan rujuk tahun 2017-2019 ... 49

Tabel 4.4 SPM pendaftaran nikah ... 50

Tabel 4.5 SPM bimbingan perkawinan ... 51

Tabel 4.6 SPM legalisasi buku pencatatan perkawinan ... 51

Tabel 4.7 SOP pelayanan pencatatan nikah ... 52

Tabel 4.8 SOP penerbitan akta nikah ... 54

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 34

Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi ... 48

Gambar 4.2 Grafik Angka pernikahan tahun 2018-2020 ... 56

Gambar 4.3 Grafik Interval Usia Tahun 2018 ... 57

Gambar 4.4 Grafik Interval Usia Tahun 2019 ... 58

Gambar 4.5 Grafik Interval Usia Tahun 2020 ... 59

Gambar 4.6 Grafik Status Calon Pengantin Tahun 2018 ... 60

Gambar 4.7 Grafik Status Calon Pengantin Tahun 2019 ... 61

Gambar 4.8 Grafik Status Calon Pengantin Tahun 2020 ... 62

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Nikah merupakan fitrah yang berarti sifat asal dan kodrat manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Pernikahan hukumnya wajib, apabila seseorang telah sampai pada kemampuan menikah dan merasa takut jika dirinya akan terperosok kelembah maksiat (zina).

Hajat manusia untuk menikah dan berumah tangga merupakan awal dari munculnya hajat yang lainnya. Pada dasarnya dalam Al-Qur’an dan al-Hadist tidak mengatur secara detail mengenai pencatatan pernikahan. Tuntutan perkembangan kegunaan untuk kepentingan kepastian hukum didalam masyarakat, tata laksana pernikahan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Prosedur pernikahan biasanya berlangsung pada seseorang mulai pada tahapan remaja akhir sampai dewasa. Sebuah pernikahan menunjukkan mulai dewasanya seseorang di mata lingkungan.

Kantor Urusan Agama merupakan kantor yang menjalankan sebagian tugas kantor Kementerian Agama dibidang Urusan Agama Islam dalam lingkungan Kecamatan. Pelayanan dan bimbingan masyarakat perlu dilakukan penataan organisasi dan sistem kerja yang baik, sebagaimana yang di atur dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Urusam Agama Kecamatan. Dalam melaksanakan tugasnya Kantor Urusan Agama berfungsi sebagai, penyelenggara

(13)

2

statistik dan dokumntasi, penyelenggara surat menyurat kearsipan, pengetikan, dan rumah tangga KUA Kecamatan, penyelenggara pencatatan pernikahan, rujuk, mengurus dan membangun Mesjid, zakat, wakaf, baitul maal dan ibadah sosial, kependudukan dan peningkatan keluarga sakinah sesuai dengan kebijaksanaan yang telah di tetapkan oleh Dirjen Bimas Islam berdasarkan peraturan Perundang- Undangan yang telah berlaku.

Program reformasi birokrasi telah memberi warna baru dalam tatanan pelayanan publik di Indonesia. Berbagai lembaga pemerintahan sedang melakukan penataan di berbagai bagian yang selama ini menjadi titik lemah bagi pelayanan publik. Salah satunya ialah Kementerian Agama yang saat ini terus berusaha untuk berbenah dalam layanan pernikahan di Kantor Urusan Agama.

Sebagai landasan layanan publik Kementerian Agama ditingkat terbawah, KUA pun telah berbenah menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang menjadi kepastian reformasi birokrasi. Salah satu perubahan utama ialah bentuk baru pelayanan di bidang perkawinan, terutama setelah terbitnya Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2014 Tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2004 tentang tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Kemudian di ikuti dengan terbitnya Peraturan Menteri Agama No. 24 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Penerimaan Negara bukan Pajak Atas Biaya Nikah dan rujuk di luar Kantor Urusan Agama Kecamatan.

Melaksanakan pernikahan dengan lancar dan biaya yang ringan adalah hal yang diinginkan oleh sepasang calon suami dan istri. Hambatan yang sering terjadi saat menikah adalah permasalahan biaya. Namun, permasalahan tersebut

(14)

3

seharusnya dapat diatasi oleh calon mempelai. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah menikah di KUA, karena gratis tanpa dipungut biaya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 48 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2004 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Agama (Depag), menikah di KUA tidak dipungut biaya. Peraturan tersebut tentunya menjadi salah satu sarana yang memudahkan dan meringankan calon pasangan dalam melaksanakan pernikahan. Sementara itu, peraturan tersebut hanya berlaku saat jam kerja Kantor Urusan Agama, jika diluar jam kerja akan dikenakan tarif sebesar Rp.600.000.

Perkembangan angka pernikahan di Kecamatan Mariso secara factual setiap tahunnya meningkat, tetapi angka pernikahan yang tinggi tidak sebanding dengan pelayanan pernikahan secara online yang masih minim utamanya dalam sarana dan prasarana seperti halnya harus menunggu sistem validasi dari pusat terlebih dahulu untuk bisa diproses dan juga selalu terkendala akan jaringan internet. Angka pernikahan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Mariso Kota makassar pada tahun 2016 sebanyak 170 orang, tahun 2018 sebanyak 347 pasang pengantin, dan pada tahun 2019 sebanyak 363 pasang pengantin.

Jenis layanan yang terdapat di KUA Kecamatan Mariso yaitu, pertama pencatatan nikah, kedua bimbingan perkawinan, ketiga bina ibadah social, keempat bina keluarga sakinah, kelima bimbingan manasik haji, keenam pendaftaran wakaf, ketujuh bimbingan kemasjidan, kedelapan pengukuran arahan kiblat, dan yang terakhir konsultasi keagamaan. Adapun alur layanan nikah di KUA Kecamatan Mariso yaitu calon pengantin bisa mendaftaran pernikahan

(15)

4

secara online di website catatan sipil atau bisa datang langsung ke KUA Kecamatan untuk mendaftarkan Pernikahannya, dengan membawa persyaratannya yaitu: Surat keterangan untuk nikah (model N1), surat keterangan asal-usul (model N2), surat persetujuan mempelai (model N3), surat keterangan tentang orang tua (model N4), surat pemberitahuan kehendak nikah (model N7), fotokopi Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga masing-masing persiapkan lebih dari 1 lembar.

Kantor Urusan Agama memiliki 10 tugas yang harus diketahui, diantaranya pertama pelaksanaan pelayanan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan nikah dan rujuk, kedua penyusunan statistik layanan dan bimbingan masyarakat Islam, ketiga pengelola dokumen dan sistem informasi manajemen Kantor Urusan Agama Kecamatan, keempat pelayanan bimbingan keluarga sakinah, kelima pelayanan bimbingan kemasjidan, keenam pelayanan bimbingan hisab rukyat dan pembinaan syariah, ketujuh pelayanan bimbingan dan penerangan Agama Islam, kedelapan pelayanan bimbingan zakat dan wakaf, kesembilan pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Kantor Urusan Agama Kecamatan, kesepuluh layanan bimbingan Manasik Haji bagi Jemaah Haji Reguler.

Apabila calon pengantin berhalangan, pemberitahuan nikah dapat dilakukan oleh wali atau wakilnya. Bukti imunisasi TT1 calon pengantin wanita, Kartu imunisasi, dan Imunisasi TT II dari Puskesmas setempat. Membayar biaya pencatatan nikah sebesar Rp30.000 Surat izin pengadilan apabila tidak ada izin

(16)

5

dari orangtua/wali, Pas foto ukuran 3 x 2 sebanyak 3 lembar, dispensasi dari pengadilan bagi calon suami yang belum berumur 19 tahun dan bagi calon isteri yang belum berumur 16 tahun, bagi anggota TNI/POLRI membawa surat izin dari atasan masing-masing, surat izin Pengadilan bagi suami yang hendak beristri lebih dari seorang, akta cerai atau kutipan buku pendaftaran talak/buku pendaftaran cerai bagi mereka yang perceraiannya terjadi sebelum berlakunya Undang- Undang Nomor 7 tahun 1989 surat keterangan tentang kematian suami/istri yang ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah atau pejabat berwenang yang menjadi dasar pengisian model N6 bagi janda/duda yang akan menikah.

Jika beberapa dokumen diatas sudah lengkap, maka calon pasangan bisa langsung melakukan proses pengurusan surat nikah ke KUA. Biaya Nikah berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 48 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2004 Tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Agama: Nikah/Rujuk dilaksanakan di Kantor KUA pada hari dan jam kerja: Rp0,- (gratis) dan luar Kantor dan atau di luar hari dan jam kerja: Rp600.000,-

Sama seperti lembaga lainnya, Kantor Urusan Agama di upayakan untuk menyediakan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat. Tetapi kenyataan masih ada masyarakat yang mengeluh pada pelayanan di Kantor Urusan Agama terutama untuk mengurus pencatatan pernikahan. Seperti contoh lambatnya jaringan internet yang berpengaruh pada lamanya proses pengiriman data, dan juga dipengaruhi oleh server yang ada di pusat.

(17)

6

Dalam Peraturan Menteri Agama No. 20 Tahun 2019 Tentang pencatatan pernikahan di dalamnya mengatur mengenai pendaftaran keinginan nikah, pemeriksaan dokumen kehendak nikah, penolakan keinginan nikah, pengumuman keinginan nikah, perjanjian perkawinan, pelaksanaan pencatatan nikah hingga penyerahan buku nikah. Peraturan Menteri Agama Nomor 20 tahun 2019 tentang Pencatatan Pernikahan juga mengatur tentang Pernikahan Campur, namun pernikahan seagama Islam hanya berbeda kewarganegaraan, pencatatan nikah di Luar Negeri, pencatatan rujuk, sarana pernikahan, tata cara penulisan formulir dan dokumen pernikahan, pengesahan dan penerbitan duplikat buku nikah, pencatatan perubahan status, perlindungan dokumen, hingga pelaporan dan supervisi pencatatan nikah dan rujuk.

Pelayanan publik merupakan pemberian jasa, baik dari pemerintah, ataupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan ataupun tanpa pembayaran untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Berbicara tentang pelayanan selalu berkaitan dengan dua sisi, yaitu yang memberi pelayanan dan yang menerima pelayanan. Dengan demikian, yang memberi pelayanan kepada masyarakat luas bukan hanya lembaga pemerintah, tetapi juga pihak swasta.

Pelayanan publik yang dilakukan oleh lembaga pemerintah bermotif sosial-politik, yakni melakukan tugas utama serta mencari dukungan suara. Sedangkan pelayanan publik yang dilakukan oleh pihak swasta bermotif ekonomi, yakni mencari keuntungan.

(18)

7

Pelayanan pada dasarnya adalah kegiatan yang ditawarkan organisasi atau perorangan kepada konsumen yang dilayani yang bersifat tidak terwujud dan tidak dimiliki. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Norman (dalam Suryanto, 2003:8), mengenai karakteristik tentang pelayanan yaitu: pelayanan bersifat tidak dapat diraba, pelayanan itu kenyataan terdiri dari tindakan dan merupakan pengaruh yang sifatnya adalah tindakan sosial, produksi, dan konsumsi dari pelayanan yang tidak dapat dipisahkan secara nyata, karena pada umumnya kejadiannya bersamaan dan terjadi ditempat yang sama. Karakteristik tersebut dapat menjadi dasar bagaimana memberikan pelayanan yang terbaik.

Landasan yang menganggap sangat pentingnya pelayanan publik adalah keterlibatannya dengan tingkat kesejahteraan rakyat (Kumorotomo, 2007). Inilah yang harus dilihat secara transparan karena di negara-negara berkembang, pemahaman para aparatur untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat masih sangat rendah. Mereka tidak sadar seberapa pentingnya hubungan antara kinerja pelayanan bagi sektor publik dengan kesejahteraan masyarakat.

Zaitamhl, Parasuraman, dan Berry (1990: 45-46) dengan teori servqual menggambarkan model kualitas pelayanan dari dua sisi, yaitu jalinan hubungan dan keseimbangan antara provider dan customer. Pelayanan publik kepada masyarakat dapat diberikan secara percuma atau pun dengan pembayaran.

Pemberian pelayanan publik yang disodorkan secara cuma-cuma sebenarnya merupakan kompensasi dari pajak yang telah dibayarkan oleh masyarakat itu sendiri. Sedangkan pemberian pelayanan publik dengan bayaran, biayanya

(19)

8

didasarkan pada harga pasar atau pun ditetapkan berdasarkan harga yang paling terjangkau. Tetapi pemberian tarif pelayanan yang sama terhadap setiap orang, sebenarnya malah tidak adil, karena selain kesanggupan pembayarannya tidak sama tingkat urgensi pada pelayanan tersebut juga berbeda-beda.

Selanjutnya perlu juga menyimak konsep pelayanan publik dari sisi Undang-Undang sebagai peraturan tertinggi dan peraturan dibawahnya, seperti Peraturan Pemerintah dan peraturan yang dikeluarkan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara. Konsep pelayanan publik seperti tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 mendeskripsikan pelayanan publik sebagai tindakan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan Perauran Perundang-undangan oleh setiap warga Negara dan penduduk akan barang, jasa, atau pelayanan administratif yang telah disediakan oleh penyelenggaraan pelayanan publik.

Penyelenggaran pelayanan publik di dalam Undang-Undang 25 Tahun 2009 adalah setiap institusi penyelenggaraan Negara, korporasi, lembaga berdaulat yang di bentuk berlandaskan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk hanya untuk kegiatan pelayanan publik. Pelaksana ialah pejabat, staff, petugas, dan setiap orang yang bekerja di dalam organisasi penyelenggaran yang bertugas melaksanakan kegiatan atau serangkaian kegiatan pelayanan publik. Adapun masyarakat ialah seluruh pihak, baik warga negara maupun penduduk sebagai perseorangan, kelompok, maupun badan hukum yang berperan sebagai penerima manfaat pelayanan publik, baik secara langsung maupun tidak langsung.

(20)

9

Sementara itu, di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 pasal 14-19 Tahun 2009 mengenai pelayanan publik, ada tiga pihak yang terlibat dalam pemberian pelayanan publik, yaitu penyelenggaraan pelayanan publik, pelaksana, yaitu orang-orang mulai dari pejabat sampai tingkat bawah yang ada dalam organisasi penyelenggara, dan masyarakat penerima manfaat pelayanan. Jadi di dalam undang-undang pelayabab publik Indonesia ada provider (penyelenggara pelayanan) dan citizen (masyarakat penerima manfaat pelayanan).

Selain Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 ada juga Peraturan Pemerintah Nomor 96 pasal 2 Tahun 2012 Tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik yang menjelaskan ruang lingkup pelayanan publik, sistem pelayanan terpadu, pedoman penyusunan standar pelayanan, proporsi akses dan bagian kelompok masyarakat dalam pelayanan bertahap dan pengikut sertaan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 pasal 7 Tahun 2003, “publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggaraan pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Kondisi pelayanan publik yang disediakan oleh instansi pemerintah di Indonesia secara umum masih banyak dikeluhkan oleh masyarakat seperti banyaknya terjadi illegal payment, kepastian waktu penyelesaian dan beberapa faktor lain.

(21)

10

Kepala KUA Mariso H. Abd. Rahman beserta seluruh jajarannya mengungkapkan bahwa Mariso sangat berbangga dengan terpilihnya KUA Mariso sebagai KUA tauladan tahun 2019. Ini berkat seluruh ASN yang ada di Kantor Urusan Agama Mariso yang selalu kerja berdasarkan lima budaya kerja Kemenag.

Menjadi KUA tauladan sekota Makassar merupakan bukti bahwa tugas dan fungsi para ASN di Kecamatan Mariso sangat baik. Kasi Bimas Islam pun menyambutnya dengan harapan agar supaya status tauladan tersebut dapat dipertahankan dan ditingkatkan ke jenjang Provinsi karena secara langsung KUA Mariso menjadi wakil Makassar di tingkat Provinsi. (www.sulsel.kemenag.co.id) Kendalanya kalau menginput data seperti lambatnya jaringan internet yang berdampak lamanya proses pengiriman data, dan ini juga di sebabkan oleh server yang ada di pusat. Selain itu, untuk mendapatkan data calon pengantin, diperlukan validasi Nomor Induk Kependudukan (NIK) melalui website Catatan Sipil, hal ini menjadi penghambat kelancaran penginputaan data calon pengantin. Kesulitan yang dihadapi apabila sistem yang ada di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil sudah penuh, maka validasi NIK calon pengantin akan tertunda dan harus di ulang keesokan. Seluruh operator yang ada di KUA mendapatkan kendala yang sama, semua KUA mengeluhkan kendala tersebut, baik dari segi sever maupun jaringan bahkan validasi data ke Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil.

(www.kemenagkotamakassar.wordpress.com)

Moenir (2006: 26-27) berpendapat bahwa pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem prosedur dan metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan

(22)

11 orang lain sesuai dengan haknya.

Menurut Moenir (2010:89) indikator pokok sebagai dasar yang menjadi pedoman dalam perumusan tata laksana dan penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik. Sendi-sendi atau prinsip-prinsip pelayanan dapat dipahami dengan penjelasan sebagai berikut Pertama kesederhanaan, kedua kejelasan dan kepastian, ketiga keamanan, keempat keterbukaan, kelima efisiensi, keenam ekonomis, ketujuh keadilan dan pemerataan, kedelapan ketepatan Waktu

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Pelayanan Pencatatan Pernikahan Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Mariso Kota Makassar.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian tersebut, maka Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:

“Bagaimana pelayanan pencatatan pernikahan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Mariso Kota Makassar?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pelayanan pencatatan pernikahan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Mariso Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam pembahasan-pembahasan mengenai pelayanan publik. Selanjutnya penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi masyarakat serta

(23)

12

sebagai bahan referensi bagi peneliti maupun pihak lain yang tertarik.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan masukan positif bagi pemerintah daerah Kota Makassar dalam administrasi pemerintahan yang berhubungan dengan pelayanan pernikahan, dapat pula dijadikan sebagai masukan bagi Kementerian Agama Kota Makassar untuk meningkatkan peran serta kualitas pelayanan kepada masyarakat dalam pelayanan pencatatan pernikahan.

(24)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang di lakukan Alifah (2015) dengan judul “Kualitas Pelayanan Pencatatan Nikah Di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sukolilo Surabaya”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pelayanan nikah di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sukolilo Surabaya. Dari hasil penelitian yang telah di lakukan kepada pihak KUA Kecamatan Sukolilo itu sendiri dan juga kepada masyarakat selaku penerima layanan diketahui bahwa sosialisasi tentang prosedur pelayanan pencatatan nikah yang dilakukan KUA sudah dilakukan dengan cukup baik oleh pihak KUA Kecamatan Sukolilo sehingga masyarakat sudah banyak yang paham dengan prosedur-prosedur untuk mendapatkan pelayanan pencatatan nikah.

Namun, saat mengajukan pendaftaran kehendak nikah masih ada yang di damping oleh modin dari masing-masing wilayahnya demi kelancaran proses pemenuhan berkas-berkas yang diperlukan. KUA Kecamatan Sukolilo juga sudah melengkapi informasi mengenai prosedur pelayanan dengan memberikan gambar alur prosedur pelayanan pencatatan nikah di dekat pimtu masuk KUA Kecamatan Sukolilo.

Demikian pula dengan sosialisasi langsung yang diberikan oleh petugas KUA dengan menjawab segala pertanyaan mengenai prosedur pelayanan pencatatan nikah dengan jelas dan ramah. Mengenai alur prosedur pelayanan yang telah diatur, masyarakat sekalu penerima layanan menyatakan bahwa prosedur

13

(25)

14

yang ada tidak terlalu rumit dan cukup mudah untuk di penuhi demi kelancaran proses pencatatan nikahnya. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa prosedur pelayanan pencatatan nikah yang ada di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sukolilo Surabaya sudah sesuai dengan ketentuan prosedur pelayanan yang telah ditetapkan.

Kemudian Penelitian yang dilakukan Purnomo (2016) dengan judul

“Analisis Kualitas Pelayanan Publik Bidang Pencatatan Nikah Pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kualitas pelayanan public bidang pencatatan nikah pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa Kualitas Pelayanan Publik bidang Pencatatan Pernikahan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Karimun belum optimal. Hal ini dapat dilihat berdasarkan indikator sebagai berikut:

1. Pelayanan publik belum di dukung sarana prasarana yang memadai, seperti pendingin ruangan, ruang tunggu, media informasi menyebabkan pelanggan merasa tidaka nyaman dengan pelayanan yang diberikan. Belum tersedianya genset sebagai pengganti sumber daya listrik sangat mempengaruhi ketepatan dan kehandalan realibility kualitas pelayanan.

2. Daya tangkap pegawai yang masih rendah dan lambat. Keinginanan pelanggan belum direspon secara maksimal, sikap dan perilaku, kesopanan dan keramahan petugas belum menunjukkan ciri birokrat saat ini, yaitu petugas yang melayani.

(26)

15

3. Realibilitas pegawai belum akurat, masih terjadi kelambatan dan ketidakakuratan dalam pelayanan. Belum handal dan akuratnya pelayanan disebabkan oleh belum tersedianya kualitas dan kuantitas pegawai serta sarana prasarana penunjang pelaksanaan pelayanan pernikahan.

4. Masih terdapat aspek assurance (kepastian) pengetahuan, kompetensi yang sesuai dengan tugas jabatan. Minimnya kompetensi dan kualifikasi pendidikan terhadap jabatan yang dibutuhkan KUA Kecamatan Karimun sangat mempengaruhi kualitas pelayanan pernikahan.

5. Empati yang rendah, pelayanan masih diskriminatif. Pelayanan yang diberikan masih melihat orang yang dilayani bukan berdasarkan prosedur dan sistem yang ada.

Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hurriyah (2018) dengan judul “Kualitas Pelayanan Pencatatan Nikah Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pelayanan pencatatan nikah di Kantor Urusan Agama Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa kualitas pelayanan pencatatan nikah di Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar sudah berjalan dengan baik meskipun ada sedikit dari beberapa individu yang belum berjalan maksimal yaitu Tangible (Bukti Fisik) yang membutuhkan penunjang dalam hal ruang tunggu yaitu AC untuk lebih memberikan kenyamanan pada masyarakat. Dan hal-hal kecil yang kadang terjadi yaitu dari hasil pencatatan terdapat penulisan yang kadang salah pengetikan. Tetapi saat dilaporkan hal tersebut cepat ditindak lanjuti oleh pegawai

(27)

16

pencatat nikah. Semua dimensi yang digunakan mengukur kualitas pelayanan pencatatan nikah di Kantor Urusan Agama Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar keseluruhan sudah berjalan dengan maksimal, dibutuhkan konsentrasi yang tinggi dalam melakukan pencatatan nikah, sehingga masyarakat merasa puas atas pelayanan yang diberikan.

B. Pengertian Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah pemberi jasa, baik oleh pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah, atau pun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat.

Dengan demikian, yang memberikan pelayanan publik kepada masyarakat luas bukan hanya instansi pemerintah, melainkan juga pihak swasta. Pelayanan publik yang dijalanlan oleh instansi pemerintah bermotif sosial-politik, yakni menjalankan tugas pokok serta mencari dukungan suara. Sedangkan pelayanan publik oleh pihak swasta bermotif ekonomi, yakni mencari keuntungan.

Pelayanan publik kepada masyarakat dapat diberikan secara cuma-cuma atau pun dengan pembayaran. Pemberian pelayanan publik yang diberikan cuma- cuma sebenarnya merupakan kompensasi dari pajak yang telah dibayarkan oleh masyarakat itu sendiri. Sedangkan pemberian pelayanan publik yang disertai dengan bayaran, tarifnya didasarkan pada harga pasar ataupun ditetapkan menurut harga yang paling terjangkau. Tetapi memberikan tarif pelayanan yang sama kepada setiap orang, sebenarnya justru tidak adil, karena selain kemampuan membayarnya tidak sama tingkat urgensi pada jasa tersebut juga berbeda-beda.

Dalam rangka memuaskan kepentingan masyarakat sebagai pelanggan, sudah

(28)

17

saatnya pemerintah menggalakkan pola lama dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat, yakni pola tunggal, baik dalam jenis pelayanan maupun dalam penentuan tarifnya.

Beberapa alasan perhatian pemerintah terhadap pelayanan publik, menurut Wasistiono (1999) antara lain sebagai berikut:

1. Instansi pemerintah pada umumnya menyelenggarakan kegiatan yang bersifat monopoli, sehingga tidak terdapat iklim kompetisi didalam, padahal tanpa kompetisi tidak akan tercipta efisiensi dan peningkatan kualitas.

2. Dalam menjalankan kegiatan, aparatur pemerintah lebih mengandalkan kewenangan daripada berbuat jasa ataupun kebutuhan konsumen.

3. Belum atau tidak diadakan akuntabilitas terhadap kegiatan suatu instansi pemerintah, baik akuntabilitas vertikal ke bawah, kesamping, maupun ke atas.

Hal ini disebabkan oleh adanya tolak ukur kinerja setiap instansi pemerintah yang dibakukan secara nasional berdasarkan tanda yang dapat diterima secara umum.

4. Dalam aktivitasnya, aparat pemerintah seringkali terjebak pada pandangan

“ectic”, yakni mengutamakan pandangan dan keinginan mereka sendiri (birokrasi) daripada konsep “emic”, yakni konsep diri mereka menerima jasa layanan pemerintah.

5. Kesadaran anggota masyarakat pada hak dan kewajiban sebagai warga Negara maupun sebagai konsumen masih relatif rendah, sehingga mereka cenderung menerima begitu saja, terlebih layanan yang diberikan bersifat cuma-cuma.

(29)

18 C. Kualitas Pelayanan Publik

Berbicara tentang pelayanan selalu berkaitan dengan dua sisi, yaitu yang memberi pelayanan (provider) dan yang menerima pelayanan (masyarakat).

Pelayanan (service) oleh banyak ahli tentang kualitas pelayanan didefinisikan sebagai suatu perbuatan (deed), suatu kinerja (performance) atau suatu usaha (effort) (Warella, 1997). Adapun konsep kualitas pelayanan (service quality) berdasarkan persepsi konsumen seperti dikemukakan oleh Zaitamhl, Parasuraman

& Berry, sebagai tingkat kesenjangan antara harapan-harapan atau keinginan- keinginan konsumen dengan kenyataan yang mereka alami (Zaitamhl, Parasuraman, dan Berry, 1990).

Gaster (1995) memetakan inisiatif kualitas untuk memberikan pelayanan.

Ia menyatakan inisiatif untuk kualitas pelayanan adalah aktivitas-aktivitas yang di desain untuk meningkatkan pelayanan dalam beberapa cara, secara eksplisit ke dalam kualitas utama atau tidak, dating dari berbagai kondisi dan bentuk, kadang- kadang meliputi sebuah strategi (strategy), kadang sebagai hasil (result) individual atau antusias dan nilai dari organisasi/kantor.

Sementara itu, membicarakan tentang pelayanan prima sebenarnya merupakan bagian dari perbincangan seputar kualitas pelayanan. Pelayanan prima adalah satu bentuk pemberian layanan yang sangat memuaskan bagi para penerima pelayanan. Menurut teori kualitas layanan yang membandingkan antara persepsi (pelayanan yang dirasakan/diterima) dengan harapan (ekspektasi), pelayanan yang prima adalah apabila apa yang dirasakan jauh melebihi harapan dari penerima layanan.

(30)

19

Zaitamhl, Parasuraman, dan Berry (1990), menyebutkan ada tiga karakteristik utama tentang pelayanan, yaitu intangibility, heterogeneity, dan inseparability.

Intangibility berarti bahwa pelayanan pada dasarnya bersifat performance dan hasil pengalaman dan bukannya objek. Kebanyakan pelayanan tidak dapat dihitung, diukur, diraba, atau dites sebelum disampaikan untuk menjamin kualitas.

Berbeda dengan barang yang dihasilkan untuk menjamin kualitas. Berbeda dengan barang yang dihasilkan oleh suatu pabrik yang dapat dites kualitasnya sebelum disampaikan pada pelanggan.

Heterogenity berarti pemakaian jasa atau klien atau pelanggan memiliki kebutuhan yang sangat heterogen. Pelanggan dengan pelayanan yang sama mungkin mempunyai prioritas berbeda. Demikian pula performance sering bervalidasi dari satu prosedur ke prosedur lainnya bahkan dari waktu ke waktu.

Inseparability berarti bahwa produksi dan konsumsi suatu pelayanan tidak terpisahkan. Konsekuensinya di dalam industri pelayanan kualitas tidak direkayasa ke dalam produksi di sektor pabrik dan kemudian disampaikan kepada pelanggan. Kualitas terjadi selama penyampaian pelayanan, biasanya selama interaksi antara klien dan penyedia jasa.

Sementara itu, dari sudut pandang yang berbeda, kualitas pelayanan yang diberikan oleh suatu organisasi atau instansi bisa ditinjau dari dua sudut, yaitu kualitas pelayanan ditinjau dari sudut internal organisasi dan kualitas pelayanan ditinjau dari sudut eksternal organisasi (Gerson, 2002). Ditinjau dari dua sudut ini mana yang lebih utama atau lebih didahulukan dalam upaya mencapai kinerja

(31)

20

pelayanan yang tinggi (prima) juga perlu mendapat perhatian.

Lebih lanjut, Gerson (2002), menyatakan pengukuran kualitas internal memang penting. Tetapi semua itu tidak ada artinya jika pelanggan tidak puas dengan yang diberikan. Untuk membuat pengukuran kualitas lebih berarti dan sesuai, “tanyakan” kepada pelanggan apa yang mereka inginkan, yang bisa memuaskan mereka.

Pelayanan berkualitas atau pelayanan prima yang berorientasi pada pelanggan sangat tergantung pada kepuasan pelanggan. Lukman (1999) menyebut salah satu ukuran keberhasilan menyajikan pelayanan yang berkualitas (prima) sangat tergantung pada tingkat kepuasan pelanggan yang dilayani. Pendapat tersebut artinya merujuk kepada pelayanan eksternal, dari perspektif pelanggan, lebih utama atau lebih didahulukan apabila ingin mencapai kinerja pelayanan yang tinggi.

D. Pemberi Layanan (Provider)

Zaitamhl, Parasuraman, dan Berry (1990) dengan teori servqual menggambarkan model kualitas pelayanan dari dua sisi, yaitu jalinan hubungan dan keseimbangan antara provider dan customer. Zaitamhl, Parasuraman, dan Berry (1990) menyebutkan ada empat karakteristik penting kepemimpinan dalam pelayanan. Keempat karakteristik penting tersebut adalah :

1. Service vision

Dikatakannya pemimpin-pemimpin dalam pelayanan melihat kualitas pelayanan sebagai kunci sukses. Mereka melihat pelayanan sebagai bagian integral dari organisasi ke masa depan, yang secara fundamental percaya

(32)

21

bahwa pelayanan unggul adalah sebuah strategi kemenangan, strategi yang membawa keuntungan bagi organisasi.

2. High standards

Pemimpin pelayanan yang sejati adalah yang bercita-cita memiliki pelayanan yang akan dikenang orang karena memiliki perbedaan dan keistimewaan dari organisasi pelayanan lainnya.

3. In-the field leadership style.

Pemimpin-pemimpin dalam pelayanan memimpin bukan dari belakang meja, tapi tampil dilapangan. Mereka punya visi untuk melatih, mengoreksi, membujuk, menasihati, mengamati, menanyakan, dan mendengar pegawainya.

Mereka melakukan komunikasi dua arah untuk mengetahui kondisi lapangan.

4. Integrity

Satu karakteristik yang sangat esensial dari pemimpin adalah integritas pribadi.

Pemimpin besar melakukan hal yang benar, menempatkan keadilan sebagai hal yang utama, konsisten dan penuh kepercayaan sebagai hasil mereka mendapat kepercayaan dari publik.

Gaster (1995) menyebutkan ada beberapa kemungkinan tujuan dari dibuatnya standar pelayanan, anatara lain:

a. Memberikan informasi yang lebih baik kepada publik.

b. Memberdayakan publik.

c. Perpanjangan hak-hak individual pelanggan.

d. Meningkatkan konsistensi, kecepatan, dan keseluruhan kualitas pelayanan.

e. Menyediakan dasar untuk pengawasan, pengukuran, dan regulasi.

(33)

22 f. Memenangkan kejuaraan.

g. Menghindari dibangunnya hak-hak pegawai (jangka waktu dan kondisi pelayanan).

h. Menyediakan informasi untuk kompetitor yang potensial.

E. Penerima Layanan (Customer)

Berbicara mengenai penerima layanan, ini berkaitan dengan kepuasan yang mereka terima atas pelayanan yang diberikan oleh provider. Zeithaml Parasuraman, dan Berry dalam bukunya Delivering Quality Service:Balancing Customer Perception and Expectetions (1990) menyebutkan bahwa kualitas pelayanan adalah tingkat kesenjangan antara persepsi dan harapan. Menurutnya, kualitas pelayanan yang baik adalah pertemuan atau melebihi apa yang diharapkan konsumen dari pelayanan yang diberikan. Tinggi rendahnya kualitas pelayanan tergantung pada kinerja pelayanan yang diberikan dalam konteks apa yang mereka harapkan.

Berdasarkan persepsi konsumen, servqual dapat didefinisikan sebagai tingkat kesenjangan antara harapan-harapan atau keinginan-keinginan konsumen dengan kenyataan yang mereka alami (Parasuraman, dkk., 1990). Disebutkan selanjutnya bahwa harapan konsumen terhadap kualitas pelayanan sangat dipengaruhi oleh informasi yang diperolehnya dari mulut ke mulut, kebutuhan- kebutuhan konsumen itu sendiri, pengalaman masa lalu dalam mengonsumsi suatu produk, dan komunikasi eksternal melalui media.

(34)

23

Menurut Zeithaml, Parasuraman dan Berry untuk mengetahui kualitas pelayanan yang dirasakan secara nyata oleh konsumen, ada indikator ukuran kepuasan konsumen yang terletak pada lima dimensi kualitas pelayanan menurut apa yang dikatakan konsumen. Kelima dimensi servqual itu dikembangkan menjadi 22 item pertanyaan yang masing-masing terdiri dari empat atau lima pertanyaan. Kelima dimensi tersebut adalah :

1. Tangibles (kualitas pelayanan yang berupa sarana fisik perkantoran, komputerisasi administrasi, ruang tunggu, tempat informasi.).

Tangibles terdiri dari 4 pertanyaan (1-4). Keempat item pertanyaan dalam dimensi Tangibles apabila diuraikan berkaitan dengan kemodernan peralatan yang digunakan, daya tarik fasilitas fisik yang digunakan, kerapian petugas dan peralatan penunjang (pamphlet atau pernyataan).

2. Realibility (kemampuan dan keandalan menyediakan pelayanan terpercaya).

Realibility terdiri dari 5 pertanyaan (5-9). Dimansi Realibility memuat 5 item pertanyaan tentang janji menyelesaian sesuatu seperti diinginkan, penanganan keluhan konsumen, kinerja pelayanan yang tepat, menyediakan pelayanan sesuai waktu yang dijanjikan atau tuntutan pada kesalahan pencatatan.

3. Responsiveness (kesanggupan membantu dan menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan konsumen).

Responsiveness terdiri dari 4 pertanyaan (10-13). Dimensi Responsiveness memuat 4 item pertanyaan tentang kinerja petugas antara lain: pemberitahuan petugas kepada konsumen tentang pelayanan yang diberikan, pemberian pelayanan dengan cepat, kesediaan petugas memberi bantuan kepada

(35)

24

konsumen dan petugas tidak pernah merasa sibuk melayani permintaan konsumen.

4. Assurance (kemampuan dan keramahan serta sopan santun pegawai dalam meyakinkan permintaan konsumen).

Assurance terdiri dari 4 pertanyaan (14-17). Dimensi Assurance memuat 4 item pertanyaan tentang perilaku petugas yang tetap percaya diri pada konsumen, perasaan aman konsumen dalam menerima pelayanan, sopan santun oetugas kepada konsumen dan kemampuan (ilmu pengetahuan) petugas untuk menjawab pertanyaan konsumen.

5. Emphaty (sikap tegas dan penuh perhatian dari pegawai terhadap konsumen).

Emphaty terdiri dari 5 pertanyaan (18-22). Dimensi Emphaty memuat 5 item pertanyaan tentang pemberian perhatian individual kepada konsumen, ketepatan waktu pelayanan bagi semua konsumen, perusahaan memiliki petugas yang memberikan perhatian khusus pada konsumen, pelayanan yang melekat di hati konsumen dan tugas yang memahami kebutuhan spesifik dari pelanggannya.

Servqual atau kualitas pelayanan mengaitkan dua dimensi sekaligus, yaitu satu pihak penilaian servqual pada dimensi konsumen (customer). Adapun di pihak lain juga dapat dilakukan pada dimensi provider atau secara lebih dekat lagi adalah terletak pada kemampuan kualitas pelayanan yang diberikan oleh “orang- orang yang melayani” dari tingkat manajerial sampai ke tingkat frontline service.

(36)

25

Menurut Moenir (2010) indikator pokok sebagai dasar yang menjadi pedoman dalam perumusan tata laksana dan penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik. Sendi-sendi atau prinsip-prinsip pelayanan dapat dipahami dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Kesederhanaan

Dalam arti bahwa prosedur dan tata cara pelayanan perlu ditetapkan dan dilaksanakan secara mudah, lancar, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan.

2. Kejelasan dan Kepastian

Dalam arti adanya kejelasan dan kepastian dalam hal prosedur dan tata cara pelayanan, persyaratan pelayanan baik teknis maupun administratif, unit kerja pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan, rincian biaya atau tarif pelayanan dan tata cara pembayaran, dan jangka waktu penyelesaian pelayanan.

3. Keamanan

Dalam arti adanya proses dan produk hasil pelayanan yang dapat memberikan keamanan, kenyamanan, dan kepastian hukum bagi masyarakat.

4. Keterbukaan

Dalam arti bahwa prosedur dan tata cara pelayanan, persyaratan, unit kerja pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian biaya atau tarif serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh

(37)

26

masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.

5. Efisiensi

Dalam arti bahwa persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanandengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan.

6. Ekonomis

Dalam arti bahwa penanganan biaya atau tarif pelayanan harus ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan nilai barang dan jasa pelayanan, kemampuan masyarakat untuk membayar, dan ketentuan perundang- undangan yang berlaku.

7. Keadilan dan Pemerataan

Yang dimaksudkan agar jangkauan pelayanan diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan adil bagi seluruh lapisan masyarakat.

8. Ketepatan Waktu

Pelaksanaan pelayanan harus dapat disesuaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

F. Pelayanan Nikah

Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Untuk menjaga keabsahan dan kelangsungannya, maka pernikahan harus dicatat berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

(38)

27

Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan kelembagaan yang penting dalam konteks manajemen pengembangan umat Islam Indonesia. KUA merupakan lembaga di Kementerian Agama tingkat kecamatan yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat muslim. Kantor inilah yang memberikan pelayanan kepada umat Islam dalam urusan perkawinan dan pembinaan keluarga muslim agar menjadi keluarga sakinah. Di samping itu, kantor ini bersama-sama dengan Pengadilan Agama sebagai partner juga memberikan pelayanan talak, rujuk, dan masalah waris. Bahkan masalah pembinaan umat secara umum, kantor ini memiliki kewenangan untuk terlibat, seperti ibadah haji, pendidikan agama dan keagamaan, serta kerukunan umat beragama. Dilihat dari posisinya yang demikian, dapat diperkirakan bahwa kedudukan KUA sangat strategis dalam pembinaan kehidupan sosial keagamaan masyarakat Muslim secara luas.

Tujuan pernikahan menurut ajaran Islam antara lain untuk:

1. Menyempurnakan pengamalan agama: pernikahan adalah perintah Agama Islam yang harus dijalankan oleh manusia yang mampu berkeluarga.

2. Menjaga kehormatan: melalui pernikahan, dorongan seksual yang cukup kuat di usia dewasa akan dapat terkendali, sehingga kehormatan seseorang tetap terjaga.

3. Menggapai ketenangan, kecintaan dan kasih sayang: pernikahan diharapkan dapat memberikan ketentraman jiwa, memupuk jalinan cinta dan saling memberikan kasih sayang di antara pasangan dan anggota keluarga lainnya.

4. melestarikan keturunan; melalui pernikahan diharapkan akan melahirkan keturunan yang sholeh/sholehah.

(39)

28 G. Rukun dan Syarat Nikah

Suatu pernikahan dianggap sah apabila terpenuhi rukun dan syarat sebagai berikut:

Rukun Nikah

1. Calon pengantin laki-laki dan perempuan.

2. wali (dari calon mempelai perempuan).

3. dua orang saksi yang adil (laki-laki).

4. ijab dari pihak wali calon mempelai perempuan atau wakilnya.

5. kabul dari calon mempelai laki-laki atau wakilnya.

Syarat Nikah

1. Syarat calon suami: Islam, Laki-Laki, tidak dipaksa, tidak beristri 4 orang, bukan mahrom calon istri, tidak punya istri yang haram dimadu dengan calon istri, mengetahui calon istri tidak haram dinikahi dan tidak sedang ihram haji dan umrah.

2. Syarat calon istri: Islam, Wanita, telah memberi izin kepada wali untuk menikahkannya, tidak bersuami dan tidak dalam iddah, bukan mahram calon suami, sudah pernah dilihat calon suami dan tidak dalam ihram haji dan umrah.

3. Syarat wali: Islam, baligh, berakal, tidak dipaksa, terang laki-lakinya, adil, tidak sedang ihram haji dan umrah, tidak dicabut haknya dalam menguasai harta bendanya oleh pemerintah (mahjur bissafah), dan tidak rusak pikirannya karena tua,dsb.

4. Syarat saksi: Islam, laki-laki, baligh, berakal, adil, mendengar (tidak tuli), melihat (tidak buta), tidak bisu, tidak pelupa, menjaga harga diri, mengerti

(40)

29

maksud ijab Kabul, tidak merangkap menjadi wali.

5. Ijab Kabul: ijab dari pihak wali perempuan.

Bukan hanya pesta pernikahan saja yang harus kamu persiapkan sebelum menikah. Kamu juga harus melakukan pendaftaran pernikahan agar pernikahan sah secara hukum dan agama. Jika beragama Islam, bisa melakukan pendaftaran pernikahan di Kantor Urusan Agama (KUA). Yang harus dilakukan untuk melakukan pendaftaran KUA, yaitu :

1. Tentukan Terlebih Dahulu Lokasi Akad Nikah

Hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan lokasi akad nikah.

Karena lokasi ini akan menentukan surat-surat yang akan dibutuhkan nantinya.

Jika melangsungkan akad nikah di luar domisili, harus menyiapkan surat rekomendasi dari KUA yang terletak di domisili.

2. Siapkan Dokumen yang Diperlukan

Setelah itu, siapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebelum melakukan pendaftaran di KUA. Jika dokumen sudah lengkap, bisa langsung mendaftarkan diri ke KUA.

H. Syarat Administrasi, Biaya dan Cara Daftar Nikah di KUA

Melaksanakan pernikahan dengan lancar dan biaya yang ringan adalah hal yang diinginkan oleh sepasang calon suami dan istri. Hambatan yang sering terjadi saat menikah adalah permasalahan biaya. Namun, permasalahan tersebut seharusnya dapat diatasi oleh calon mempelai. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah menikah di KUA, dikarenakan gratis tanpa dipungut biaya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 48 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas

(41)

30

Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2004 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Agama, menikah di KUA tidak dipungut biaya. Peraturan tersebut tentunya menjadi salah satu sarana yang memudahkan dan meringankan calon pasangan dalam melaksanakan pernikahan.

Sementara itu, peraturan tersebut hanya berlaku saat jam kerja Kantor Urusan Agama. Sementara itu, jika diluar jam kerja akan dikenakan tarif sebesar Rp.600.000. Berikut ini Syarat, Biaya dan Prosedur nikah di KUA.

Calon pengantin bisa datang langsung ke KUA Kecamatan untuk mendaftarkan Pernikahannya, dengan membawa persyaratan sebagai berikut:

1. Surat keterangan untuk nikah (model N1) 2. Surat keterangan asal-usul (model N2) 3. Surat persetujuan mempelai (model N3) 4. Surat keterangan tentang orang tua (model N4) 5. Surat pemberitahuan kehendak nikah (model N7)

6. Apabila calon pengantin berhalangan, pemberitahuan nikah dapat dilakukan oleh wali atau wakilnya.

7. Bukti imunisasi TT1 calon pengantin wanita, Kartu imunisasi, dan Imunisasi TT II dari Puskesmas setempat.

8. Surat izin pengadilan apabila tidak ada izin dari orangtua/wali 9. Pas foto ukuran 3 x 2 sebanyak 3 lembar

10. Dispensasi dari pengadilan bagi calon suami yang belum berumur 19 tahun dan bagi calon isteri yang belum berumur 16 tahun

11. Bagi anggota TNI/POLRI membawa surat izin dari atasan masing-masing

(42)

31

12. Surat izin Pengadilan bagi suami yang hendak beristri lebih dari seorang 13. Akta cerai atau kutipan buku pendaftaran talak/buku pendaftaran cerai bagi

mereka yang perceraiannya terjadi sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989

14. Surat keterangan tentang kematian suami/istri yang ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah atau pejabat berwenang yang menjadi dasar pengisian model N6 bagi janda/duda yang akan menikah.

Jika beberapa dokumen diatas sudah lengkap, maka calon pasangan bisa langsung melakukan proses pengurusan surat nikah ke KUA. Selain itu, ada beberapa data diri/dokumen yang harus dilampirkan untuk mengurus surat nikah.

1. Prosedur Bagi Calon Suami yaitu: Pengantar RT-RW dibawa ke Kelurahan setempat untuk mendapatkan Isian Blangko N1, N2, N3 & N4, datang ke KUA setempat untuk mendapatkan surat pengantar/rekomendasi nikah (Jika calon Istri beralamat lain daerah/Kecamatan), Jika calon Istri se daerah/Kecamatan, berkas calon Suami diserahkan ke fihak calon Istri.

Lampiran: Fotokopi KTP, akte Kelahiran & C1 (Kartu KK), pas photo 3 x 4 = 2 lembar, jika calon Istri luar daerah, pas photo 2 x 3 = 5 lembar, jika calon istri sedaerah/Kecamatan

2. Prosedur Bagi Calon Istri yaitu: Pengantar RT-RW dibawa ke Kelurahan setempat untuk mendapatkan Isian Balangko N1, N2, N3 & N4, datang ke KUA setempat untuk mendaftarkan nikah dan pemeriksaan administrasi (bersama Wali dan calon Suami), Calon Suami & Calon Istri sebelum pelaksanaan nikah akan mendapatkan Penasihatan Perkawinan dari BP4.

(43)

32

Lampiran: Fotokopi KTP, akte kelahiran & C1 (Kartu KK), fotokopi Kartu Imunisasi TT, pas photo latar biru ukuran 2 X 3 masing-masing 5 lembar, akta cerai dari PA bagi janda/ duda cerai, dispensasi PA bila usia kurang dari 16 dan 19, izin atasan bagi anggota TNI/ POLRI, surat keterangan kematian Ayah bila sudah meninggal, surat keterangan Wali jika Wali tidak sealamat dari Kelurahan setempat, dispensasi Camat bila kurang dari 10 hari, N5 (surat ijin orang tua) bila usia caten kurang dari 21 tahun, N6 (Surat Kematian suami/istri) bagi janda/duda meninggal dunia.

Biaya Nikah berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 48 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2004 Tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Agama: Nikah/Rujuk dilaksanakan di :

1. Kantor KUA pada hari dan jam kerja: Rp0,- (gratis)

2. Luar Kantor dan atau di luar hari dan jam kerja: Rp600.000,-

Alur atau tata cara prosesi pernikah di Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai berikut:

1. Mendatangi ketua RT untuk mengurus surat pengantar ke Kelurahan/Desa 2. Mendatangi Kelurahan/Desa untuk mengurus surat pengantar nikah ke Kantor

Urusan Agama

3. Jika pernikahan dilakukan kurang dari 10 hari dari waktu pendaftaran 4. Harus minta keterangan dispensasi dari Kecamatan

5. Membayar biaya akad nikah jika lokasi dilakukan di luar KUA, Menyerahkan bukti pembayaran ke KUA

(44)

33

6. Mendatangi Kantor Urusan Agama tempat dilaksanakannya akad nikah untuk melakukan pemeriksaan surat-surat dan data calon pengantin beserta wali nikah

7. Melaksanakan akad nikah sesuai dengan tempat dan waktu yang telah disetujui sebelumnya.

8. Melunasi Biaya Pernikahan jika menikah di luar jam kerja 9. Mengecek keaslian buku nikah.

(45)

34 I. Kerangka Pikir

Untuk mengetahui pelayanan yang dirasakan secara nyata oleh konsumen, ada indikator pelayanan yang baik menurut Zaithaml, Parasuraman, dan Berry (1990). Ada lima indikator yaitu: tangibles, realibility, responsiveness, assurance, dan emphaty.

Berdasarkan uraian tersebut maka bagan kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Pelayanan Pernikahan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Mariso Kota Makassar.

Indikator pelayanan yang baik (Zaithaml, Parasuraman, Berry):

- Tangibles - Realibility - Responsiveness - Assurance - Emphaty

Pelayanan Pernikahan Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Mariso Kota Makassar yang prima

(46)

35 J. Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitian ini yaitu tangibles (terjamah), realibility (andal), responsiveness (tanggap), assurance (keramahan), emphaty (tegas).

K. Deskripsi Penelitian

Judul penelitian yaitu “Pelayanan Pernikahan Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Mariso Kota Makassar” sehingga yang menjadi Fokus Penelitian adalah tangibles (terjamah), realibility (andal), responsiveness (tanggap), assurance (keramahan), emphaty (tegas)..

Adapun indikator yang perlu diperhatikan dalam pelayanan publik menurut Zaithaml, Parasuraman, dan Berry yaitu:

1. Tangibles (kualitas pelayanan yang berupa sarana fisik perkantoran, komputerisasi administrasi, ruang tunggu, tempat informasi.).

Tangibles terdiri dari 4 pertanyaan (1-4). Keempat item pertanyaan dalam dimensi Tangibles apabila diuraikan berkaitan dengan kemodernan peralatan yang digunakan, daya tarik fasilitas fisik yang digunakan, kerapian petugas dan peralatan penunjang (pamphlet atau pernyataan).

2. Realibility (kemampuan dan keandalan menyediakan pelayanan terpercaya).

Realibility terdiri dari 5 pertanyaan (5-9). Dimansi Realibility memuat 5 item pertanyaan tentang janji menyelesaian sesuatu seperti diinginkan, penanganan keluhan konsumen, kinerja pelayanan yang tepat, menyediakan pelayanan sesuai waktu yang dijanjikan atau tuntutan pada kesalahan pencatatan.

(47)

36

3. Responsiveness (kesanggupan membantu dan menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan konsumen).

Responsiveness terdiri dari 4 pertanyaan (10-13). Dimensi Responsiveness memuat 4 item pertanyaan tentang kinerja petugas antara lain: pemberitahuan petugas kepada konsumen tentang pelayanan yang diberikan, pemberian pelayanan dengan cepat, kesediaan petugas memberi bantuan kepada konsumen dan petugas tidak pernah merasa sibuk melayani permintaan konsumen.

4. Assurance (kemampuan dan keramahan serta sopan santun pegawai dalam meyakinkan permintaan konsumen).

Assurance terdiri dari 4 pertanyaan (14-17). Dimensi Assurance memuat 4 item pertanyaan tentang perilaku petugas yang tetap percaya diri pada konsumen, perasaan aman konsumen dalam menerima pelayanan, sopan santun oetugas kepada konsumen dan kemampuan (ilmu pengetahuan) petugas untuk menjawab pertanyaan konsumen.

5. Emphaty (sikap tegas dan penuh perhatian dari pegawai terhadap konsumen).

Emphaty terdiri dari 5 pertanyaan (18-22). Dimensi Emphaty memuat 5 item pertanyaan tentang pemberian perhatian individual kepada konsumen, ketepatan waktu pelayanan bagi semua konsumen, perusahaan memiliki petugas yang memberikan perhatian khusus pada konsumen, pelayanan yang melekat di hati konsumen dan tugas yang memahami kebutuhan spesifik dari pelanggannya.

(48)

37 BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan informasi yang jelas, lengkap, serta memungkinkan dan mudah bagi peneliti untuk melakukan penelitian observasi. Oleh karena itu, maka penulis menetapkan lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan. Dalam hal ini, lokasi penelitian terletak di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Mariso Kota Makassar yang beralamatkan di Jl. Baji Minasa. Waktu penelitian ini akan dilakukan minimal dua bulan setelah seminar proposal. Hal ini dimanfaatkan peneliti agar dapat terfokus pelaksanaannya dalam waktu yang seefisien mungkin.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Tujuan dari metode penelitian adalah dapat membantu peneliti dalam menghasilkan penelitian yang objektif, dan dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan atas data yang diperoleh (Sugiyono, 2011:1&6). Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Metode penelitian/pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena data yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa kata-kata tertulis dan lisan. Pendekatan penelitian adalah deskriptif dalam bentuk data-data berupa keterangan subjek, uraian kata-kata atau kalimat dan bukan kata-kata yang

(49)

38 terbatas pada angka-angka.

C. Subyek Penelitian (Informan)

Subyek penelitian (informan) dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling (sengaja). Menurut Sugiyono, purposive adalah teknik penentuan informan dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti. Maksud teknik purposive menurut Irawan (2009:23) adalah penentuan informan yang secara sengaja dipilih oleh peneliti, karena dianggap memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat memperkaya data peneliti.

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Tabel Informan

No. Nama Jabatan Jumlah

1. Drs. Iwan Ridwansyah, MA

Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Mariso Kota

Makassar

1

2. Wahidah Idris dan Zulfikaruddin, SE

Staff Administrasi 2

3. Samrun Ketua RT 1

4. Jewa Ridwan

Baharuddin, dan Sumarman

Ketua Rw 2

5. Nurul Afiah dan Sundari

Masyarakat 2

Jumlah 8

Sumber: Diolah oleh peneliti 2020

(50)

39 D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal pengumpulan data ini, untuk mendapatkan data yang valid maka peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi ini menggunakan observasi partisipasi, dimana peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Observasi yang di maksud yaitu obesrvasi langsung yang dilakukan peneliti untuk mengoptimalkan data mengenai pelayanan pernikahan, interaksi antara masyarakat dan pelayanan publik, keadaan sarana prasarana yang dapat menunjang pelayanan pernikahan.

2. Wawancara (Interview)

Dalam melakukan teknik wawancara, pewawancara harus mampu menciptakan hubungan yang baik sehingga informan bersedia bekerja sama, dan merasa bebas berbicara dan dapat memberikan informasi yang sebenarnya. Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah secara terstruktur (tertulis) yaitu dengan menyusun terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang akan disampaikan kepada informan. Hal ini dimaksudkan agar pembicaraan dalam wawancara lebih terarah dan fokus pada tujuan yang dimaksud dan menghindari pembicaraan yang terlalu melebar. Selain itu juga digunakan sebagai patokan umum dan dapat dikembangkan melalui pertanyaan yang muncul ketika kegiatan wawancara berlangsung.

(51)

40 3. Dokumentasi

Metode dokumetasi dilakukan untuk melengkapi data dari hasil wawancara. Metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen, yaitu setiap bahan tertulis baik yang bersifat internal maupun eksternal (Lexy J. Moleong, 2002:163). Dokumentasi dalam penelitian ini adalah berupa surat-surat dan catatan-catatan yang berhubungan dengan “Pelayanan Pencatatan Pernikahan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar”.

E. Teknik Pengabsahan Data

Menurut Ashari (2011:38) pengabsahan data bentuk batasan berkaitan suatu kepastian, bahwa yang berukur benar-benar merupakan variable yang ingin di ukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang cepat. Salah satu cara adalah dengan proses Triagulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu.

1. Triagulasi Sumber

Triagulasi sumber adalah membandingkan cara mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda.

Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membandingkan apa yang dikatakan umum dengan apa yang dikatakan pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

(52)

41 2. Triagulasi Teknik

Teknik data untuk memperoleh data informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Misalnya data yang diperoleh dengan wwancara, lalu dicetak dengan observasi, dokumentasi, atau kuisioner.

3. Triagulasi Waktu

Triagulasi waktu digunakan untuk validasi data yang berkaitan dengan pengecekan data berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

Perubahan suatu proses dan perilaku manusia mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Untuk mendapatkan data yang sah melalui observasi penelitian perlu diadakan pengamatan tidak hanya satu kali pengamatan saja.

F. Teknik Analisa Data

Adapun teknik analisis data yang penulis gunakan dalam mengelola data dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi setelah data dikumpulkan selanjutnya dianalisis dan menggunakan analisis secara deskriptif kualitatif.

(53)

42 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Peneleitian

1. Letak Geografis dan Profil Kantor Urusan Agama Kec. Mariso Kota Makassar

Kantor Urusan Agama Kecamatan Mariso merupakan salah satu dari 14 KUA Kecamatan dilingkungan Kantor Kementerian Agama Kota Makassar.

KUA Kecamatan Mariso pertama kali dipimpin oleh seorang kepala KUA Kecamatan bernama K.H. Ali Mabhan Dg. Todjeng.

Luas wilayah 1,82 KM2, terbagi dalam 9 kelurahan, 246 RT dan 47 RW. Sebahagian besar masyarakatnya mata pencaharian nelayan dan buruh, kondisi topografi Kecamatan Mariso terdiri dari 95% daerah datar dan 50%

daerah berbukit dengan rata-rata ketinggian 500 M dari permukaan laut.

Jumlah penduduk Kecamatan Mariso pada saat ini ±67.583 jiwa yang tersebar di 9 kelurahan dalam wilayah Kecamatan Mariso yang mayoritas penduduknya beragama Islam (35.219 jiwa).

KUA Kecamatan Mariso dibangun di atas tanah Kementerian Agama yang luasnya 475 M2. Pada tahun 2013 bangunan KUA Kecamatan Mariso yang lama di hapus dan dibangun gedung KUA yang baru seluas 99,63 M2.

KUA Kecamatan Mariso telah mengalami beberapa kali pergantian kepemimpinan Kepala Kantor, mereka-mereka adalah sebagai berikut:

1) K.H. Ali Mahban Dg. Todjeng (1952-1964) 2) Sangkala Dg. Kulle (1964-1981)

3) H.M. Ishak Dg. Rapi (1981-1982)

42

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Tabel 3.1   Tabel Informan
Tabel 4.2   Kondisi Pemerintahan  No.  Kelurahan  RW  RT  1.  Bontomarannu  5  17  2.  Mattoangin  4  16  3
Tabel 4.4   Pendaftaran Nikah  Persyaratan:
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya pembuatan Sistem Informasi Pengolahan Data Pernikahan Pada kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pangkalan Baru, maka kesimpulan yang dapat penulis

URUSAN AGAMA KECAMATAN, yang menempatkan kedudukan Kantor Urusan Agama Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung sebagai unit pelaksana teknis pada Kementerian Agama,

Latar belakang penelitian ini dilandasi dengan sistem pelayanan publik di Kantor Urusan Agama Kecamatan Wanaraya yang melayani pelayanan pernikahan kepada warga

Kondisi yang terjadi di Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Jombang fasilitas sarana dan prasarana kurang memadai, prosedur dan alur pelayanan terutama pelayanan

Laporan skripsi dengan judul “ Sistem Informasi Manajemen Pernikahan Pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Jekulo ” telah dilaksanakan dengan tujuan untuk menghasilkan

Kantor Urusan Agama Kecamatan Cikole sebagai unit teknis pelaksanaan dari Bidang Urusan Agama Islam Kota Sukabumi dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang

Kantor urusan agama Kecamatan Padang Ratu Kabupaten Lampung Tengah merupakan tempat pendaftaran bagi kedua calon pengantin yang ingin melakukan pernikahan, akan tetapi proses

xii ABSTRAK SISTEM INFORMASI STATUS PERNIKAHAN KANTOR URUSAN AGAMA BERBASIS WEB STUDI KASUS : KANTOR URUSAN AGAMA KUA KECAMATAN TANJUNG KARANG BARAT Web based Religion Status