1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 1 Ayat 1 Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu suatu kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi kemakmuran rakyat (Z. Yuniati, 2009). Pemerintah melakukan berbagai macam cara agar penerimaan pajak maksimal dengan menetapkan ketentuan tarif pajak badan pada Undang-Undang No. 36 pasal 17 ayat 2b Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dan Peraturan Pemerintah (PP) No.
23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Pada sisi lain, perusahaan perlu melakukan suatu upaya untuk mengefisiensikan beban pajak yang harus dibayar, karena beban pajak akan mengurangi laba perusahaan. Upaya Wajib Badan dalam meminimalkan beban pajak yang harus dibayar, yaitu dengan cara meminimalkan pajak dalam peraturan Undang-Undang yang pada umumnya disebut Tax Planning. Salah satu kegiatan Tax Planning yang sesuai Undang-Undang yaitu Penghindaran Pajak atau Tax Avoidance (Setyobudi, 2020).
2 Menurut Menteri Keuangan Indonesia, realisasi penerimaan pajak pada tahun 2019 belum bisa memenuhi target yang telah ditetapkan. Menteri Keuangan Indonesia mengungkapkan bahwa penerimaan pajak tahun 2019 mencapai Rp1.545,3 triliun atau 86,5% dari target Anggaran Penerimaan Belanja Negara (APBN) pada tahun 2019. Sektor industri barang dan konsumsi menjadi sektor penyumbang pajak terbesar pada semester I-2019 sebesar Rp 160,62 triliun. Akan tetapi, realisasi ini turun 2,6%
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Turunnya penerimaan pajak dari sektor ini, disebabkan oleh tingginya restitusi yang tumbuh 30,8% dan moderasi aktivitas impor yang menekan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) hingga minus 6,2% (Kompas.com). Dalam hal ini, dapat diindikasi bahwa perusahaan sektor industri barang dan konsumsi menggunakan strategi untuk meminimalisir pembayaran pajaknya.
Perencanaan pajak merupakan langkah awal yang diambil oleh manajemen pajak, seperti melakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan untuk menyeleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan (Alamsyah, 2019). Manajemen memiliki kewajiban untuk memilih strategi yang akan digunakan untuk meningkatkan kinerja perusahaan menjadi lebih baik dan efisien. Salah satu strategi yang dilakukan oleh manajemen, yaitu melakukan manajemen pajak untuk efisiensi pembayaran pajak perusahaan. Manajemen pajak merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban pajak dengan benar, akan tetapi jumlah
3 pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan (Manurung, 2018).
Strategi lain yang dilakukan oleh manajemen pajak untuk meminimalisasi atau mengefisiensi pembayaran pajak perusahaan, yaitu dengan melakukan program efisiensi penyetoran pajak agar biaya pajak dapat ditekan seminimal mungkin akan tetapi tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku (Darta, 2019).
Banyak perusahaan yang ingin mendapatkan manfaat dari pajak, akan tetapi perusahaan lalai dalam melakukan pembayaran pajak. Hal ini terjadi dikarenakan adanya agency problem yang dialami perusahaan.
Agency problem merupakan suatu masalah yang muncul yang disebabkan
oleh perbedaan informasi antara pemegang saham sebagai pihak yang memberikan amanat dengan manajemen sebagai pihak yang diberikan amanat untuk mengelola perusahaan yang dapat menimbulkan resiko moral bagi manajemen dikarenakan manajemen bersikap oportunis dengan melakukan penghindaran pajak untuk mendapatkan keuntungan yang lebih dalam jangka pendek tidak dalam jangka panjang seperti harapan pemegang saham (Manurung, 2018).
Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung maupun tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang telah dilakukan kepada perusahaan (Sadewo, 2017). Apabila kompensasi yang diberikan kepada manajemen sesuai dengan ketentuan, maka akan menjadi sebuah mekanisme penerapan manajemen pajak yang
4 akan berpengaruh pada nilai perusahaan secara global. Dengan adanya kompensasi ini, pemilik perusahaan mengharapkan manajemen bisa lebih transparan dan meningkatkan kinerja perusahaan (Darta, 2019).
Corporate governance merupakan sebuah tata kelola perusahaan
yang menunjukkan keterkaitan berbagai partisipan yang ada didalam suatu perusahaan yang mengarah pada kinerja perusahaan (Ghozali, 2017).
Corporate governance memiliki peran sebagai mekanisme struktur dan
sistem untuk mendorong kepatuhan manajemen terhadap pembayaran pajak yang dianggap sangat diperlukan. Perusahaan yang telah menerapkan corporate governance diharapkan memiliki kinerja yang baik dan efisien,
sehingga dapat memberikan perlindungan yang efektif bagi para pemangku kepentingan atau stakeholder (Yuniati, 2017). Corporate governace dalam penelitian ini adalah jumlah Dewan Komisaris dan prosentase Komisaris Independen. Dalam penelitian ini, kedua variabel diatas akan dijadikan sebagai penentu pengaruh corporate governance terhadap manajemen pajak.
Penelitian yang dilakukan Darta dan Marlina (2019) menyatakan bahwa kompensasi manajemen berpengaruh positif terhadap manajemen pajak, hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Sadewo dan Hartiyah (2017), dapat dilihat apabila kompensasi yang diberikan kepada manajemen oleh perusahaan semakin besar, maka akan semakin memacu manajemen untuk melakukan manajemen pajak dengan dilaksanakannya program perencanaan pajak untuk memperoleh efisiensi pembayaran pajak.
5 Penelitian yang dilakukan oleh Yuniati et al (2017) menyatakan bahwa kepemilikan publik dan komite audit secara parsial tidak berpengaruh terhadap manajemen pajak. Sedangkan dewan direksi secara parsial berpengaruh positif terhadap manajemen pajak. Kepemilikan publik, dewan direksi, dan komite audit secara simultan berpengaruh terhadap manajemen pajak.
Berdasarkan penelitian Manurung dan Krisnawati (2018) menyatakan bahwa dewan komisaris dan komisaris independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen pajak. Sedangkan kompensasi dewan komisaris dan dewan direksi memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen pajak. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Darta dan Marlina (2019) jumlah dewan komisaris dan prosentase komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen pajak.
Kesimpulan dari beberapa penelitian terdahulu, yaitu kompensasi manajemen berpengaruh positif terhadap manajemen pajak, apabila kompensasi yang diberikan kepada manajemen oleh perusahaan semakin besar, maka akan semakin memacu manajemen untuk melakukan manajemen pajak dengan dilaksanakannya program perencanaan pajak untuk memperoleh efisiensi pembayaran pajak. Corporate governance dalam beberapa komponen seperti jumlah dewan komisaris dan prosentase komisaris independen tidak memiliki pengaruh positif terhadap manajemen pajak.
6 Dari penelitian sebelumnya, penulis ingin menganalisis tentang manajemen pajak yangdilakukan oleh perusahaan sektor industri barang dan konsumsi dikarenakan adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian dan juga fenomena penghematan pajak menjadi kasus yang dapat diteliti. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu, yaitu terletak dari objek maupun sampel perusahaan yang diteliti. Peneliti sebelumnya menggunakan sampel perusahaan sektor manufaktur, sektor perkebunan, sektor perbankan konvensional, sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Akan tetapi, dalam penelitian ini menggunakan sampel perusahaan sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2017-2019.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kompensasi Manajemen, Prosentase Komisaris Independen dan Jumlah Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Pajak Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Dan Konsumsi Periode 2017-2019”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh kompensasi manajemen terhadap manajemen pajak pada perusahaan sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2017-2019?
2. Bagaimana pengaruh prosentase komisaris independen terhadap manajemen pajak pada perusahaan sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2017-2019?
7 3. Bagaimana pengaruh jumlah dewan komisaris terhadap manajemen pajak pada perusahaan sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2017-2019?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis pengaruh kompensasi manajemen terhadap manajemen pajak pada perusahaan sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2017-2019.
2. Untuk menganalisis pengaruh prosentase komisaris independen terhadap manajemen pajak pada perusahaan sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2017-2019.
3. Untuk menganalisis pengaruh jumlah dewan komisaris terhadap manajemen pajak pada perusahaan sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2017-2019.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk penelitian sebelumnya dan dapat dijadikan landasan untuk penelitian selanjutnya, khususnya terkait pengaruh kompensasi manajemen dan corporate governance terhadap manajemen pajak.
8 2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian dapat menjadi acuan manajemen perusahaan untuk mengetahui pengaruh kompensasi manajemen dan corporate governance terhadap manajemen pajak sehingga dapat menerapkannya apabila memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap perusahaan dan juga sebaliknya.