BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangDalam rangka meningkatkan pendapatan dari sektor pembangunan perumahan maka dewasa ini para pengusaha giat menggalakkan pembangunan kawasan perumahan yang antara lain adalah dengan daerah tujuan perumahan.
Hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan distribusi pemilikan perumahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hingga saat ini tingkat pemenuhan kebutuhan masyarakat masih tinggi.
Percepatan pembangunan di Kota Malang dalam rangka proses implementasi tujuan pembangunan nasional yang tentang dalam UUD 1945 dan dan program pembangunan nasional (propenas) diwujudkan dalam wujud pembangunan berbagai fasilitas dan infrastruktur yang memberikan pembangunan yang baik langsung bagi perkembangan wilayah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu program pembangunan fasilitas dan infrastukur yang dilakukan oleh pemerintah kota Malang adalah pembangunan perumahan Villa Candra Residence khususnya di daerah Candra, Kelurahan Gadingkasri Kecamatan Klojen Malang.
Dalam pelaksanaan setiap kegiatan pembangunan, pemerintah Indonesia menganut prinsip pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, artinya setiap kegiatan pembangunan harus mengupayakan usah pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang efektif dan menekan kerusakan dan pencemaran lingkungan seminimal mungkin untuk menjamin pembangunan yang berkesinambungan, seperti tertuang dalam Undang-Undang RI No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup.
Dalam rangka mengimplementasikan pembangunan yang berkelanjutan tersebut, pemerintah melalui kementrian negara lingkungan hidup telah menyusun kebijakan-kebijakan lingkungan nasional di Indonesia. Salah satu kebijakan lingkungan nasional tersebut adalah kebijakan AMDAL (analisa mengenai dampak lingkungan) seperti yang tertuang dalam peraturan pemerintah No.27 tahun 1997.
Berdasarkan keputusan menteri negara lingkungan hidup No.17 tahun 2001 tentang rencana usaha dan/atau kegiatan wajib dilengkapi AMDAL, kegiatan pembanguan perumahan Villa Candra Residence di Candra kota Malang termasuk kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL. Selain itu pula harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UKL dan UPL). Adapun pedoman penyusuan UKL dan UPL tertuang dalam keputusan mentri negara lingkungan hidup No, 86 tahun 2002 tentang pedman pelaksanaan UKL dan UPL.
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, tersedianya listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya.
Kegiatan perumahan tersebut yang akan dibangun di daerah Candra tentunya akan mempunyai dampak positif maupun dampak negatif bagi lingkungan hidup. Seperti peluang usaha penyediaan material dan kebutuhan tenaga kerja untuk pekerjaan pembangunan dan dampak negative (merugikan masyarakat sekitar pembangunan) seperti adanya debu dan kebisingan, rawannya kecelakaan dan kemacetan lalulintas, rusaknya jaringan sarana prasarana jalan menuju lokasi pembangunan perumahan, hilangnya vegetasi dan terganggunya saluran drainase, berkurangnya resapan air hujan di wilayah pembangunan karena sebagian tertutup bangunan, tergangunya sistem drainase dengan adanya perubahan fungsi untuk bangunan perumahan dan lain-lain. Dampak-dampak tersebut akan dikaji secara mendalam dan dicari jalan keluar/pemecahan masalah sehingga terjadinya keseimbangan antara pembangunan dan hasil-hasilnya bagi masyarakat dan lingkungan, melalui studi AMDAL Perumahan Villa CandraResidence Kelurahan Gadingkasri Malang.Semua dampak yang mungkin timbul dari setiap kegiatan pekerjaan harus bisa diidentifikasi, dikelola, dan dipantau leh pemrakarsa proyek melalui studi UPL dan UKL sehingga manfaat kegiatan pembangunan ini dapat dirasakan oleh semua komponen lingkungan hidup yang terlibat dalam kegiatan pembangunan ini. Selain itu, perlu juga ditelaah secara mendalam tentang
kelayakan aspek lingkungan melalui suatu study analisis dampak lingkungan (ANDAL) sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.
1.2 TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1 Tujuan
1. Memberikan informasi kegiatan pembangunan perumahan yang lebih spesifik pada kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan dampak terhadap sebuah lingkungan sekitar.
2. Memprediksikan atau memaparkan terjadinya dampak negatife terhadap komponen lingkungan sebagai akibat dari kegiatan pembangunan perumahan .
3. Melakukan pencegahan, penanggulangan dan pengendalian dampak negative serta mengoptimalkan dan meningkatan dampak positif akibat kegiatan pembangunan dari sebuah perumahan.
4. Menyelenggarakan pembangunan perumahan dan permukiman yang mengacu pada suatu kerangka penataan ruang wilayah, sehingga dapat berlangsung tertib, terorganisasi dengan baik, berdaya guna dan berhasil guna, sesuai dengan kebutuhan.
1.2.2 Manfaat
1. Sebagai acuan dan sumber informasi data serta pedoman bagi instansi sektoral yang terkait dalam pelaksanaan pembinaan, pengawasan, pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dilaksanakan oleh pemrakarsa.
2. Sebagai acuan yang merupakan instrumen pengikat bagi pihak pemrakarsa dalam melaksanakan upaya pengelolaan dan upaya pemantauan lingkungan dalam kegiatan pembangunan.
3. Dengan tersusunnya dokumen UKL – UPL diharapkan pengelolaan dan pemantauan lingkungan dapat dilakukan secara lebih terarah, efektif dan efisien.
1.3 Peraturan
Peraturan Perundang-undangan yang melandasi penyusunan kerangka acuan analisis dampak lingkungan ini adalah:
1 Undang – undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Undang – undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan.
Penataan Ruang.
3 Undang – undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
5 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
6 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
7 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48/MENLH/11/1996 tentang Kualitas Udara dan Kebisingan.
8 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2001 tentang Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang wajib dilengkapi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
9 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan UKL – UPL
10 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 tahun 1996 tentang Kualitas Udara dan Kebisingan.
11 Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 056 tahun 1994 tentang Pedoman mengenai ukuran dampak penting.
12 Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 129 tahun 1996 Baku Mutu Udara Ambien dan Emisi Sumber Tidak Bergerak.
13 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 07 tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Malang tahun 2001-2011.
14 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 15 tahun 2001 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
15 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 16 tahun 2001 tentang Pengendalian Pencemaran Air.
16 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 17 tahun 2001 tentang Konservasi Air.
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL – UPL).
BAB II
RUANG LINGKUP STUDI
2.1 Lingkup rencana kegiatan yang akan ditelaah dan alternatife komponen rencana kegiatan.
a. Status dan lingkup rencana kegiatan yang akan ditelaah. - Fisik
Pada sekitar lingkungan proyek perumahan di Jalan Pisang Agung, suhu udara yang sejuk dan asri, lahan proyek seluas 12 hektar, adanya aliran sungai yang bersih, dan topografi pada proyek ini adalah bidang datar. - Non Fisik
Pada sekitar lingkungan proyek itu adanya tumbuhan dan tanaman seperti bunga kamboja, pohon pisang, binatang kecil seperti semut, ular, tikus, kecoa, serangga.
b. Alternatif-alternatif yang akan dikaji dalam ANDAL
Pembongkaran Bangunan dan Pembersihan Lahan, Penempatan Letak serta Pembangunan Tempat Tinggal Tenaga Kerja Konstruksi dan Direksi Keet,Mobilitas Tenaga Kerja Konstruksi, Pengangkutan dan Pembuangan Material Runtuhan yang tidak terpakai, Mobilitas Alat Berat Konstruksi, Mobilisasi dan Demobilitas Alat Berat (penghancur bangunan), Perubahan mata pencaharian akibat pembebasan lahan
2.2.1 Keadaan Geografis
Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Propinsi Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Jumlah penduduk hingga saat ini hampir 800 ribu jiwa. Sedangkan secara administratif pemerintahan, Kota Malang dibagi menjadi 5 wilayah kecamatan yaitu: Kecamatan Klojen, Lowokwaru, Blimbing, Sukun, dan Kedung Kandang. Dengan luas wilayah 110,06 km2, Secara geografis Kota Malang terletak pada koordinat 112o 06’ - 112o 07’ Bujur Timur dan 7o06’ - 8o02’ Lintang Selatan 24’ LS.
Adapun batas wilayah Kota Malang adalah:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan perkampungan kecamatan Pisang Candi. Saebelah Timur : Berbatasan dengan
Sekolah Menengah Pertama.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Aliran Sungai.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Perumahan Candra.
2.2.2 Rona Lingkup Tentang Gambaran Umum Kondisi-Kondisi Lingkungan Pembangunan Perumahan Villa Candra Residence
a. Kondisi Demografi, Kependudukan
Struktur penduduk, keadaan penduduk didaerah Pisang Candi beraneka ragam. Dari tua sampai muda, dari anak-anak sampai remaja. Melihat kondisi ini di daerah Pisang Candi merupakan daerah dengan pemerataan usia yang cukup.
b. Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi menggambarkan tingkat pendapatan penduduk lumayan stabil, dikarenakan Daerahitu merupakan Salah Satu sentra pertokoan di Malang, sehingga adanya pembangunan Perumahan ini maka tingkat pendapatan akan sedikit naik, dan juga terbuka lapangan
2.3 Uraian Singkat Rencana Kegiatan Penyebab Dampak
Kegiatan- kegiatan dalam pelaksanaan pembangunan fasilitas perumahan, baik pra konstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi tentunya akan menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan, baik yang berada di dalam maupun sekitar lokasi kegiatan, baik yang berada di dalam maupun di sekitar lokasi kegiatan, maka diperlukan suatu usaha pengelolaan lingkungan.
Karena besarnya jenis kegiatan dan status kegiatan pembangunan pada tahap Pra Konstruksi maka penyusunan dokumen usaha pengelolaan lingkungan ini berupa Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) yang merupakan kesatuan dari dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Penyusunan dokumen RKL proyek pembangunan Perumahan didasarkan prakiraan dampak pada Dokumen AMDAL dan diprioritaskan pada pengendalian dan pengurangan dampak negatif, dengan uraian sebagai berikut :
I. TAHAP PRA KONSTRUKSI
1. Perubahan mata pencaharian akibat pembebasan lahan
Pembangunan Perumahan memberikan perubahan pada bentang alam dan tingkat sosial ekonomi masyarakat, yakni berupa perubahan tata guna lahan dari darah pertanian menjadi kawasan pembangunan prasarana umum, maka Rencana Pengelolaan adalah sebagai berikut : a. Dampak yang dikelola
Keresahan masyarakat di sekitar wilayah proyek karena kehilangan pendapatan atau mata pencaharian.
b. Tujuan Pengelolaan
Mengurangi bahkan menghilangkan tingkat keresahan masyarakat. c. Metode Pengelolaan
Melakukan pendekatan atau sosialisasi ke masyarakat melalui penyuluhan. Sosialisasi ini guna memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa dengan adanya Perumahan maka pendapatan masyarakat disekitarnya akan lebih tinggi daripada usaha yang dilakukan selama ini.
d. Lokasi Pengelolaan
Pada area Perumahan dan sekitarnya. Berdasarkan pengamatan wilayah tersebut tingkat sosial ekonomi masyarakat tergolong menengah karena lahan hanya digunakan untuk pertanian.
e. Frekuensi Pengelolaan
Sampai tingkat keresahan masyarakat menurun sehingga dapat dikeluarkannya HO.
f. Pelaksana Pengelolaan
Pemrakarsa dibantu konsultan dan instansi terkait (Badan Administratif setempat).
2. Mobilisasi dan Demobilitas Alat Berat (penghancur bangunan) a. Dampak yang dikelola
i. Naiknya Tingkat Kerusakan Jalan
Hal ini dikarenakan beban kendaraan pengangkut dan alat berat yang diangkut tidak sesuai dengan kelas jalan yang digunakan. ii. Kemacetan Lalu lintas
Hal ini terjadi karena lebar jalan yang sempit dibandingkan dengan lebar kendaraan pengangkut.
b. Tujuan Pengelolaan i. Mengurangi tingkat kerusakan jalan. ii. Mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas.
c. Metode Pengelolaan
i. Metode pengelolaan untuk mengurangi tingkat kerusakan jalan, antara lain :
Jalur mobilitas kendaraan pengangkut termasuk angkutan (alat berat) disesuaikan dengan kelas jalan.
Loading (penurunan alat berat) dilakukan pada jalan kelas dua.
waktu pelaksanaan dilakukan secara effisien dan diharuskan tidak ada kemacetan pada jalan bagian utara lokasi.
Perbaikan badan jalan bagian utara lokasi proyek sebelum operasional Perumahan dilaksanakan.
ii. Metode pengelolaan untuk mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas.
d. Lokasi Pengelolaan
Pada Area Tapak Proyek dan sekitarnya. e. Frekuensi Pengelolaan
Selama kegiatan mobilitas berlangsung sampai sebelum masa operasional pembangunan Perumahan.
f. Pelaksana Pengelolaan
i. Pelaksana (Perusahaan penyewaan alat berat)
ii. Dibantu oleh instansi terkait (Kepolisian dan DPU. Bina Marga).
3. Pembongkaran Bangunan dan Pembersihan Lahan a. Dampak yang dikelola
i. Peningkatan partikel debu yang berlebihan
Sesuai Kep. Dirjen PPM dan PLP HK.00.06.6.44/1993, batas maksimal kandungan debu = 0,15 mg/m3.
ii. Kebisingan
Sesuai Kep. Dirjen PPM dan PLP HK.00.06.6.44/1993, batas syarat kebisingan pada daerah pemukiman 55 dBA dan pada lingkungan kerja 85 dBA.
iii. Pembabatan tumbuhan yang berlebihan dan hilangnya tumbuhan yang tingkat kelangkaannya hampir punah.
b. Tujuan Pengelolaan
i. Mengurangi tingkat kandungan partikel debu di udara hingga di bawah 0,15 mg/m3.
iii. Mencegah pembabatan tumbuhan yang berlebihan dan hilangnya tumbuhan (flora) baik yang langka maupun yang masih ada (berdasarkan survei tidak terdapat tumbuhan yang tingkat kelangkaannya hampir punah).
c. Metode Pengelolaan
i. Metode pengelolaan untuk mengurangi tingkat kandungan partikel debu di udara hingga di bawah 15 mg/m3, antara lain :
Melakukan penyiraman air
Penggunaan masker, kacamata, helm, dan perlengkapan standar hiperkes untuk para pekerja.
Pembongkaran tidak dilakukan pada cuaca berangin (pergantian musim)
ii. Metode Pengelolaan untuk mengurangi tingkat kebisingan antara lain:
Pemberian pagar pembatas yang cukup tinggi disekeliling areal proyek yang memisahkan areal proyek dengan lingkungan sekitarnya, yang diharapkan dapat mengurangi pemaparan suara/kebisingan yang ditimbulkan oleh adanya aktifitas pembangunan proyek perumahan tersebut.
Optimasi peralatan atau mengurangi penggunaan alat yang menimbulkan suara bising.
iii. Metode pengelolaan untuk mencegah pembabatan tumbuhan yang berlebihan dan hilangnya tumbuhan (flora) baik yang langka maupun yang masih ada, antara lain :
Pembersihan dilakukan pada tanaman yang kurang bermanfaat dan tidak produktif.
Pembabatan tumbuhan dilakukan hanya pada areal lahan yang akan digunakan untuk pendirian bangunan. d. Lokasi Pengelolaan
Pada Area Tapak Rencana Proyek e. Frekuensi Pengelolaan
i. Pelaksana (Kontraktor)
ii. Dibantu instansi terkait (Dinas Lingkungan Hidup)
4. Penempatan Letak serta Pembangunan Tempat Tinggal Tenaga Kerja Konstruksi dan Direksi Keet
a. Dampak yang dikelola i. Keresahan Masyarakat
Hal ini terjadi dikarenakan kecemburuan masyarakat terhadap tenaga kerja pendatang.
ii. Sanitasi Lingkungan
Dampak negatif ini terjadi karena jika tidak tersedianya tempat khusus (sanitasi) bagi tenaga kerja, selain itu tenaga kerja yang bersifat apatis (tidak perduli) terhadap arti pentingnya kebersihan dan kesehatan lingkungan.
b. Tujuan Pengelolaan
i. Menghilangkan keresahan dan kecemburuan masyarakat disekitar lokasi pembangunan yang timbul sehubungan dengan dimulainya aktifitas pembangunan.
ii. Mencegah meningkatnya jenis dan jumlah vector penyakit akibat adanya aktifitas proyek dan menurunnya kualitas lingkungan. c. Metode Pengelolaan
i. Metode Pengelolaan untuk menghilangkan keresahan dan kecemburuan masyarakat, antara lain :
Melakukan pendekatan persuasif kepada masyarakat, dalam rangka menjalin saling pengertian, silahturahmi dan penyampaian pemberitahuan bahwa kegiatan pembangunan mulai dilaksanakan.
Membuka kantor yang berfungsi untuk menampung aspirasi dan memberikan penjelasan kepada masyarakat
yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan.
Mengutamakan penduduk setempat sebagai tenaga kerja sesuai dengan kualitas dan keahliannya.
ii. Metode Pengelolaan untuk mencegah meningkatnya jenis dan jumlah vektor penyakit akibat adanya aktifitas proyek dan menurunnya kualitas lingkungan, antara lain :
Penentuan lokasi bangunan yang tepat di dalam lokasi proyek.
Konstruksi bangunan yang cukup baik, dengan pertimbangan keamanan, kesehatan dan nilai estetika.
Pemeliharaan kebersihan lingkungan dan sanitasi pada umumnya selama pelaksanaan pembangunan.
Penyediaan fasilitas MCK yang memadai bagi pekerja.
Penyediaan fasilitas pembuangan sampah yang memadai di lokasi proyek.
Melakukan pengelolaan sampah dengan baik, meliputi penyediaan tempat sampah yang tertutup, jadwal pembuangan sampah yang rutin setiap hari, sehingga tidak memungkinkan vector penyakit untuk datang dan berkembang biak di dalamnya.
Memasang papan peraturan atau memberikan pengarahan pada para pekerja untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan.
d. Lokasi Pengelolaan Pada area Tapak Rencana Proyek e. Frekuensi Pengelolaan
Selama kegiatan berlangsung dan pada tahap kegiatan Konstruksi f. Pelaksana Pengelolaan
i. Pemrakarsa
iii. Dibantu intansi terkait (Administratif setempat dan Dinas Kebersihan)
5. Mobilitas Tenaga Kerja Konstruksi a. Dampak yang dikelola
i. Keresahan Masyarakat
Dampak tersebut terjadi karena perbedaan nilai estetika, tata aturan dan kebiasaan antara penduduk setempat dengan tenaga kerja pendatang.
ii. Kamtibnas
b. Tujuan Pengelolaan
i. Mengurangi tingkat keresahan masyarakat
ii. Menciptakan stabilitas kamtibnas di lingkungan proyek dan lingkungan sekitar proyek.
c. Metode Pengelolaan
i. Metode pengelolaan untuk mengurangi tingkat keresahan masyarakat yaitu dengan memberikan pengarahan pada para pekerja pendatang untuk bekerja dengan baik, menaati peraturan, dan menjaga hubungan baik dengan masyarakat di sekitar lokasi proyek.
ii. Metode pengelolaan untuk menciptakan stabilitas kamtibnas di lingkungan proyek dan di lingkungan sekitar proyek, antara lain:
Melakukan koordinasi keamanan dengan masyarakat sekitar proyek
Penjagaan keamanan dan ketertiban di lokasi proyek
Melaksanakan pengawasan terhadap faktor- faktor yang berpotensi menimbulkan persoalan kamtibnas.
d. Lokasi Pengelolaan
e. Frekuensi pengelolaan
Selama semua tahap kegiatan berlangsung (Pra Konstruksi, Konstruksi dan Pasca Konstruksi)
f. Pelaksanaan Pengelolaan i. Pemrakarsa
ii. Pelaksana (Kontraktor)
iii. Dibantu instansi terkait (Administrasif setempat dan Kepolisian)
6. Mobilitas Alat Berat Konstruksi a. Dampak yang dikelola
i. Peningkatan kadar gas buang kendaraan
Pada setiap mobilisasi peralatan (terutama untuk proyek besar) diperlukan sarana transportasi pengangkutan berupa kendaraan yang jumlahnya tidak sedikit, dimana kendaraan tersebut dapat menghasilkan gas buangan berupa CO.
ii. Kebisingan
iii. Kemacetan Lalu lintas
Hal ini diprakirakan terjadi karena banyaknya jumlah kendaraan pengangkutan.
iv. Kecelakaan Lalu lintas v. Kerusakan Jalan b. Tujuan Pengelolaan
i. Mencegah peningkatan kadar gas buang kendaraan ii. Mengurangi tingkat kebisingan
iii. Mengurangi tingkat Kemacetan Lalu lintas iv. Mencegah terjadinya Kecelakaan Lalu lintas v. Mengurangi tingkat Kerusakan Jalan.
c. Metode Pengelolaan
i. Metode pengelolaan untuk mencegah peningkatan kadar gas buang kendaraan antara lain :
Melakukan penjadwalan periode mobilitas pengangkutan
Menyesuaikan tingkat kecepatan terhadap emisi CO ii. Metode pengelolaan untuk mengurangi tingkat kebisingan antara
lain:
Optimasi waktu periode mobilitas
Kualitas mesin kendaraan pengangkut harus cukup baik iii. Metode pengelolaan untuk mengurangi tingkat Kemacetan Lalu
lintas antara lain :
Pembagian terhadap jalur keluar masuk lokasi proyek
Adanya tenaga kerja khusus untuk mengatur lalu lintas sekitar jalur keluar masuk proyek.
iv. Metode pengelolaan untuk mencegah terjadinya Kecelakaan Lalu lintas antara lain :
Pemasangan rambu-rambu peringatan / lampu kuning
Pengemudi harus mempunyai SIM sesuai dengan kendaraan pengangkut yang digunakan.
Menyesuaikan batas kecepatan mengemudi di jalan raya.
Penyuluhan kepada tenaga kerja tentang keselamatan ber-lalu lintas
Pemasangan papan peringatan tentang keselamatan pada pintu keluar masuk lokasi baik keselamatan selama mobilitas maupun selama mobilitas maupun selama melaksanakan pekerjaan.
v. Metode pengelolaan untuk mengurangi tingkat Kerusakan jalan antara lain :
Beban kendaraan untuk pengangkutan alat berat disesuaikan dengan kelas jalan, berdasarkan survey kelas jalan bagian depan batas lokasi termasuk golongan kelas 3
maksimum kendaraan jenis truk 3 as. Untuk lebih jelasnya melakukan koordinasi dengan instansi terkait.
Optimasi jalur dan periode/ pentahapan mobilitas.
Perbaikan badan jalan sebelum operasional perumahan. d. Lokasi Pengelolaan
Pada Area Tapak Rencana Proyek dan sepanjang jalur pengangkutan e. Frekuensi Pengelolaan
Selama masa kegiatan berlangsung f. Pelaksanaan Pengelolaan
i. Pemrakarsa
ii. Pelaksana (Kontraktor bangunan dan jalan raya) iii. Dibantu instansi terkait (Dinas Lingkungan Hidup,
DPU. Bina Marga, Kepolisian)
7. Pengangkutan dan Pembuangan Material Runtuhan yang tidak terpakai
a. Dampak yang dikelola i. Peningkatan partikel debu
ii. Estetika pada lokasi pembangunan iii. Kemacetan Lalu lintas
iv. Kerusakan jalan b. Tujuan Pengelolaan
i. Mengurangi tingkat kandungan partikel debu di udara hingga di bawah 0,15 mg/m3.
ii. Menjaga kebersihan lingkungan iii. Mengurangi tingkat kemacetan iv. Mengurangi tingkat kerusakan jalan.
i. Metode pengelolaan untuk mengurangi tingkat kandungan partikel debu di udara hingga di bawah 15 mg/m3 dengan menggunakan penutup pada bak kendaraan pengangkut material. ii. Metode pengelolaan untuk menjaga kebersihan lingkungan
dengan menggunakan kembali (reuse) material runtuhan untuk pengurugan lokasi kegiatan proyek.
iii. Metode pengelolaan untuk mengurangi tingkat kemacetan, antara lain :
Jalur Lalu lintas. Optimasi periode pengangkutan
Pembagian jalur keluar masuk lokasi kegiatan proyek dan lokasi pengurungan.
Penyediaan tenaga kerja khusus untuk mengangkut material
iv. Metode pengelolaan untuk mengurangi tingkat kerusakan jalan, antara lain :
Maksimal menggunakan jenis truk 3 as, karena kelas jalan pada jalur pengangkutan material termasuk golongan kelas 3.
Tidak dilaksanakan pengangkutan jika cuaca hujan karena dapat menyebabkan beban maksimal kendaraan bertambah.
d. Lokasi Pengelolaan
i. Pada Area Tapak Rencana Proyek
ii. Sepanjang jalur dan lokasi pemanfaatan material runtuhan untuk pengurungan.
e. Frekuensi Pengelolaan Selama masa kegiatan berlangsung
f. Pelaksana Pengelolaan i. Pelaksana (Kontraktor)
ii. Dibantu instansi terkait (dinas Lingkungan Hidup, DPU. Bina Marga, Kepolisian, Badan Meteorologi dan Geofisika)
II. TAHAP KONTRUKSI
1. Mobilitas Material Untuk Konsrtuksi a. Dampak yang dikelola
i. Terjadinya penurunan kualitas udara karena partikel debu dan gas buang kendaraan.
ii. Naiknya tingkat kerusakan jalan
Kerusakan jalan terjadi karena mobilitas kendaraan pengangkut material secara terus menerus dan tidak sesuai dengan kelas jalan yang dilewati.
iii. Kemacetan lalu lintas
Karena badan jalan yang tidak terlalu lebar, kemacetan terjadi jika tidak ada pengelolaan terhadap kendaraan yang keluar masuk dari lokasi proyek.
iv. Kecelakaan lalu lintas
Berdasarkan survei, lokasi proyek berdekatan dengan tempat tinggal penduduk.
b. Tujuan pengelolaaan
i. Menjaga kondisi kualitas udara agar sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan.
ii. Menjaga kondisi fisik jalan iii. Menjaga kelancaran lalu lintas
iv. Mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas.
c. Metode pengelolaan
i. Metode pengelolaan untuk menjaga kondisi kualitas udara agar sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan antara lain:
Dalam pengangkutan material menggunakan kendaraan dengan penutup bak.
Pengendalian dispersi debu dengan mobilitas secara bertahap.
Menyesuaikan tingkat kecepatan dengan emisi CO
ii. Metode pengelolaan untuk menjaga kondisi fisik jalan yang digunakan sebagai jalur mobilitas antara lain:
Beban material disesuaikan dengan beban maksimal kendaraan. Karena selain berpengaruh pada kualitas jalan juga kadar emisi CO
Penggunaan alat berat (kendaraan dan material) dalam pengangkutan disesuaikan dengan kelas jalan (umumnya kendaraan untuk pengangkutan menggunakan jenis truk 3 as).
Optimasi jalur dan periode/pentahapan mobilitas berdasarkan usulan pada gambar 3 tentang diagram jalur quarry.
Tidak dilakukan pengangkutan pada kondisi cuaca hujan. iii. Metode pengelolaaan untuk menjaga kelancaran lalu lintas:
Pembagian terhadap jalur keluar masuk lokasi proyek.
Adanya tenaga kerja khusus untuk mengatur lalu lintas sekitar jalur keluar masuk proyek.
iv. Metode pengelolaan untuk mencegah adanya kecelakaan :
Pemasangan rambu-rambu peringatan/lampu kuning.
Penyuluhan kepada tenaga kerja tentang keselamatan lalu lintas.
Pemasangan papan peringatan yang mendukung (tentang keselamatan lalu lintas) pada pintu keluar masuk lokasi proyek.
d. Lokasi pengelolaan
i. Pada Area Tapak Rencana dan Sekitar Lokasi Kegiatan Proyek. ii. Pada Jalur Mobilitas Pengangkutan (quarry ke lokasi proyek).
e. Frekwensi pengelolaan
Selama masa kegiatan berlangsung f. Pelaksana Pengeloalaan
i. Pelaksana (kontraktor)
ii. Dibantu instansi terkait (Dinas Lingkungan Hidup, DPU. Bina Marga, Kepolisian, Badan Meteorologi dan Geofisika).
2. Konstruksi Pondasi, Gedung dan Fasilitas a. Dampak yang dikelola
i. Menjaga kondisi kualitas udara agar sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan .
ii. Erosi sediment bekas galian tanah menuju badan air (pondasi bangunan ≤ 4 lantai).
iii. Getaran dari mesin pemasang tiang pancang (pondasi bangunan > 4 lantai).
iv. Peningkatan partikel debu. v. Kebisingan.
vi. Kecelakaan kerja. b. Tujuan Pengelolaan
i. Mencegah Erosi Sedimen bekas galian tanah.
ii. Mencegah kelongsoran tanah pinggiran badan air dan mengurangi tingkat getaran serendah mungkin.
iii. Mengurangi kandungan partikel debu. iv. Mengurangi tingkat kebisingan. v.Mencegah terjadinya kecelakan kerja. c. Metode Pengelolaan
i. Metode pengelolaan untuk mencegah Erosi Sedimen bekas galian tanah, antara lain:
Penempatan bekas galian tanah tidak berdekatan dengan lokasi badan air.
ii. Metode pengelolaan untuk mencegah longsornya tanah pada pinggiran badan air dan mengurangi tingkat getaran serendah mungkin, antara lain:
Pembangungan Turap/Plengsengan pada badan air sekitar lokasi.
Daya tumbukan disesuaikan dengan kualitas fisik tanah khususnya hasil uji Lab. tentang gaya perlawana tanah (vertikal) dan hambatan lekat atau perlawanan geser tanah (horisontal).
Optimasi waktu kegiatan.
iii. Metode pengelolaan untuk mengurangi kandungan debu, antara lain:
Melakukan penyiraman air (non material) pada lingkungan kegiatan.
Memberi penutup (Cover) pada material yang mudah diterbangkan angin apabila tidak digunakan.
iv. Metode pengelolaan untuk mengurangi tingkat kebisingan, antara lain:
Memasang pagar pembatas yang cukup tinggi disekeliling area proyek.
Optimasi penggunaan peralatan konstruksi yang menimbulkan kebisingan.
v. Metode pengelolaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan, antara lain:
Penyuluhan kepada pekerja tentang keselamatan kerja.
Penggunaan masker, kaca mata, helm, dan perlengkapan standar hiperkes untuk para pekerja.
Pemasangan papan peringatan yang mendukung (tentang keselamatan kerja).
Batas mutu material dan peralatan sesuai dengan peraturan dan perencanaan.
d. Lokasi Pengelolaan.
i. Pada Area Tapak Rencana Proyek. ii. Pada saluran (badan air).
e. Frekwensi Pengelolaan.
Selama kegiatan kostruksi berlangsung. f. Pelaksana pengelolaan.
i. Pelaksana (kontraktor)
ii. Dibantu instansi terkait (Dins Lingkungan Hidup, Dinas Pengairan, Dinas Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja, Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan Geologi dan Vulkanologi). iii.
3. Pembuangan Material sisa Konstruksi. a. Dampak yang dikelola.
i. Penurunan kualitas badan air karena sampah padat konstruksi. ii. Estetika pada lokasi kegiatan.
Hal ini dikarenakan tahap kegiatan telah selesai dan akan memasuki tahap operasional, jika tidak terdapat pengelolaan maka akan mengganggu kenyamana dan merusak keindahan lingkungan.
b. Tujuan Pengelolaan.
i. Menjaga kualitas badan air sesuai baku mutu yang ada.
ii. Menciptakan kondisi nyaman, sehat dan bersih pada lingkungan.
c. Metode Pengelolaan.
i. Metode pengelolaan untuk menjaga kualitas badan air dengan tidak membuang material sisa konstruksi ke badan air.
ii. Metode pengelolaan untuk menciptakan kondisi nyaman, sehat dan bersih lingkungan, antara lian:
berguna.
Menyediakan tempat khusus untuk menampung material sisa konstruksi.
Material sisa yang tidak berguna dikirim ke lokasi penampungan sementara atau langsung ke lokasi pembuangan akhir.
Melaksanakan kegiatan penanaman kembali (revegetasi). d. Lokasi Pengelolaan.
Pada Area Tapak Rencana Proyek. e. Frekwensi Pengelolaan.
Selama masa kegiatan berlangsung. f. Pelaksana Pengelolaan.
i. Pemrakarsa.
ii. Pelaksana (kontraktor).
iii. Dibantu instansi terkait (Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan).
4. Demobilisasi Alat Berat dan Tenaga Kerja Konstruksi a. Dampak yang dikelola.
i. Peningkatan kadar gas buang kendaraan. ii. Kebisingan.
iii. Kemacetan Lalu Lintas. iv. Kecelakaan Lalu Lintas. v.Kerusakan Jalan.
b. Tujuan pengelolaan.
i. Mencegah peningkatan kadar gas buang kendaraan. ii. Mengurangi tingkat Kebisingan.
iii. Mengurangi tingkat Kemacetan Lalu Lintas. iv. Mencegah terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas. v. Mengurangi tingkat Kerusakan jalan.
i. Metode pengelolaan untuk mencegah peningkatan kadar gas buang kendaraan antara lain:
Optimasi jalur dan periode demobilisasi.
Menyesuaikan tingkat kecepatan terhadap emisi CO.
ii. Metode pengelolaan untuk mengurangi tingkat kebisingan antara lain:
Pentahapan demobilisasi.
Kualitas mesin kendaraan pengangkut alat berat tetap terjaga kondisinya.
iii. Metode pengelolaan untuk mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas antara lain:
Pentahapan demobilisasi.
Adanya tenaga kerja khusus untuk mengatur lalu lintas sekitar jalur keluar masuk proyek.
iv. Metode pengelolaan untuk mencegah terjadinnya kecelakaan lalu lintas antara lain:
Pemasangan rambu-rambu peringatan/lampu kuning.
Pengemidi harus mempunyai SIM sesuai dengan kendaraan pengangkut yang digunakan.
Menyesuaikan batas kecepatan mengemudi di jalann raya.
Penyuluhan kepada tenaga kerja tentang keselamatan ber-lalu lintas.
v.metode pengelolaan untuk mengurangi tingkat kerisakan jalan antara lain:
Beban kendaraan untuk pengangkutan alat berat disesuaikan dengan kelas jalan, berdasarkan survey kelas jalan bagian depan batas lokasi termasuk golongan kelas 3 maksimum kendaraan jenis truk 3 as. Untuk lebih jelasnya melakukan koordinasi dengan instansi terkait (DPU. Bina
Optimasi jalur dan periode/pentahapan demobilisasi.
Perbaikan badan jalan ke lokasi proyek sebelum operasional pembagunanPerumahan.
d. Lokasi Pengelolaan.
i. Pada Area Tapak Rencana Kegiatan Proyek.
ii. Sepanjang jalur yang digunakan untuk demobilisasi e. Frekwensi pengelolaan
Selama masa kegiatan berlangsung f. Pelaksana pengelolaan.
i. Pemrakarsa.
ii. Pelaksana (kontraktor).
iii. Dibantu instansi terkait (Dinas Lingkungan Hidup, DPU. Bina Marga, Kepolisian).
III. TAHAP PASCA KONSTRUKSI
Tahap Pasca Konstruksi merupakan tahap operasional dari pembangunan Perumahan, dimana tanggung jawab kegiatan pengelolaan diserahkan kepada Pemrakarsa. Ukuran dari dampak-dampak yang relatif berat dan lama (selama masa operasional Perumahan) dengan uraian sebagai berikut :
1. Status Operasional Perumahan
a. Dampak Operasional Pembanguanan Perumahan.
Persepesi tidak sesuainya lokasi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RT/RW)
b. Tujuan Pengelolaan
Memperjelas IMB dan mensosialisasikan Perda No.7 Tahun 2001 c. Metode Pengelolaan
Mengadakan forum terbuka untuk memperjelas Perda No.7 Tahun 2001 tentang RT/RW, bahwa :
i. Rencana pola pemanfaatan wilayah Kota Malang kecamatan Klojen sebagai Kawasan ibu kota kabupaten .
ii. Kecamatan Klojen merupakan wilayah pemukiman dan pembangunan. Lokasi kegiatan proyek pembanguan Perumahan yang berada pada wilayah tersebut merupakan salah satu bentuk pembangunan fasilitas umum.
d. Lokasi Pengelolaan Ditentukan Pemrakarsa. e. Frekwensi Pengelolaan 1 ( satu ) kali f. Pelaksana Pengelolaan i. Pemrakarsa
ii. Dibantu Administrasi Kotamadya
2. Mobilitas / Aktifitas di Lingkungan Perumahan a. Dampak yang dikelola
i. Kurangnya kenyamanan di dalam lingkungan Perumahan. ii. Timbulnya vektor penyakit.
b. Tujuan Pengelolaan
i. Menjaga kenyamanan di dalam lingkungan Perumahan. ii. Mencegah timbulnya penyakit.
c. Metode Pengelolaan
i. Metode pengelolaan untuk menjaga kenyamanan di lingkungan Perumahan antara lain:
Ruang dan bangunan harus dalam keadaan bersih
Dalam hal kesehatan konstruksi dan persyaratan kesehatan fasilitas Perumahan disesuaikan dengan Keputusan Direktur Jenderal PPM dan PLP.
Pembuangan dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan penahan bau (seal).
ii. Metode pengelolaan untuk mencegah timbulnya vektor penyakit, antara lain:
Pencahayaan ruangan secara alami tidak terlalu gelap atau menyilaukan
Melakukan pemberantasan berkala terhadap vektor penyakit.
Melakukan pemberantasan pada tempat-tempat yang diduga mengandung vektor penyakit.
d. Lokasi Pengelolaan
Di dalam lingkungan Perumahan. e. Frekwensi Pengelolaan
Selama pembangunan Perumahan beroperasional. f. Pelaksana Pengelolaan
Pemrakarsa
3. Penyediaan Air Bersih a. Dampak yang dikelola
i. Tercemarnya kualitas air minum dan air bersih. ii. Eksploitasi sumber daya air yang berlebihan. b. Tujuan Pengelolaan
i. Mencegah tercemarnya kualitas air minum dan air bersih. ii. Mencegah eksploitasi sumber daya air yang berlebihan. c. Metode Pengelolaan
i. Metode pengelolaan untuk mencegah tercemarnya kualitas air minum dan air bersih, antara lain :
Sumber penyediaan untuk keperluan Perumahan diperoleh dari penyediaan air sistem perpipaan, seperti dari Perusahan Air Minum (PAM), sumber air tanah atau lainnya yang telah diolah (treatment) sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan.
Mengadakan pengelolaan air minum dan air bersih.
Kualitas air minum dan air bersih sesuai dengan Permenkes No.416/1990
Pemeriksaan secara berkala sistem pengolahan dan distribusi air minum dan air bersih.
ii. Metode pengelolaan untuk mencegah eksploitasi sumber daya air yang berlebihan, antara lain :
Konstruksi sambungan pipa pada sumur menggunakan seal kedap air.
Penghematan penggunaan air. d. Lokasi Pengelolaan
Di dalam lingkungan Perumahan. e. Frekwensi Pengelolaan
Selama Perumahan beroperasional. f. Pelaksana Pengelolaan
Pemarkarsa.
4. Produksi Limbah Cair a. Dampak yang dikelola
Pencemaran pada badan air. b. Tujuan Pengelolaan
Mencegah penyebaran penyakit, buruknya estetika dan sanitasi lingkungan akibat pencemaran pada badan air.
c. Metode Pengelolaan
Metode Pengolahan untuk mencegah penyebaran penyakit, buruknya estetika dan sanitasi lingkungan akibat pencemaran pada badan air, antara lain:
i. Menghindari produk bahan berbahaya bagi lingkungan.
ii. Membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), dengan baku mutu Limbah Cair.
d. Lokasi Pengelolaan
Di dalam lingkungan Perumahan dan Badan Air penerima. e. Frekwensi Pengelolaan
Selama Perumahan beroperasional. f. Pelaksana Pengelolaan
Pemarkarsa dibantu instalasi terkait, Dinas Lingkungan.
5. Produksi Limbah Padat a. Dampak yang dikelola
i. Pencemaran tanah.
ii. Gangguan estetika lingkungan. b. Tujuan Pengelolan
i. Metode pengelolaan untuk mencegah pencemaran tanah. ii. Menjaga lingkungan tetap bersih dan nyaman.
c. Metode Pengelolaan
Metode pengelolaan untuk mencegah pencemaran tanah, antara lain;
Melaksanakan kegiatan Reduce,Reuse,Recycle.
Menghindari produk bahan berbahaya bagi lingkungan.
Penyediaan sarana dan fasilitas kebersihan yang memadai di setiap titik yang diperkirakan menimbulkan pencemaran sampah.
Sistem pengelolaan (pengangkutan dan pembuangan) sampah yang rutin.
Melakukan kerjasama dengan instansi terkait.
Metode pengelolaan untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan nyaman, antara lain:
Pemeliharaan keindahan dan kebersihan lingkungan.
Penanaman pohon-pohon di lingkungan sekitar Perumahan.
Pemasangan papan peringatan yang mendukung. d. Lokasi Pengelolaan
Di dalam lingkungan Perumahan. e. Frekwensi Pengelolaan
f. Pelaksana Pengelolaan
Pemarkarsa dibantu instansi terkait, (Dinas Kebersihan).
6. Operasional Sarana dan Prasarana Perumahan a. Dampak yang dikelola
i. Kebisingan karena operasional sarana dan prasarana. ii. Kenaikan suhu atau kecendrungan terjadi kebakaran. iii. Kerusakan sarana dan prasarana.
b. Tujuan Pengelolaan
i. Mengurangi tingkat kebisingan sarana dan prasarana.
ii. Menjaga kondisi suhu lingkungan dan mencegah terjadinya kebakaran.
iii. Mencegah terjadinya kerusakan sarana dan prasarana. c. Metode Pengelolaan
i. Metode pengelolaan untuk mengurangi tingkat kebisingan sarana dan prasarana, antara lain :
Konstruksi dinding terbuat dari bahan yang dapat menyerap kebisingan.
Pada sumber kebisingan diadakan penyekatan atau pemindahan.
ii. Metode pengelolaan untuk menjaga kondisi suhu lingkungan dan mencegah terjadinya kebakaran, antara lain;
Penanaman pohon-pohon di lingkungan Perumahan.
Pemasangan alarm pada titik yang diperkirakan dapat menimbulkan kebakaran.
Pemasangan sprinkler dan alat pemadam kebakaran terutama pada jalur darurat.
Penyediaan air (hydrant) khusus sebagai pemadam kebakaran.
dan prasarana, antara lain:
Melakukan perawatan berkala untuk menunjang kelangsungan operasional Perumahan.
d. Lokasi Pengelolaan
Di dalam lingkungan Perumahan. e. Frekwensi Pengelolaan
Selama Perumahan beroperasional. f. Pelaksana Pengelolaan
Pemrakarsa dibantu instansi terkait (Dinas Pemadam Kebakaran)
7. Mobilitas / Aktifitas di Lingkungan Sekitar Perumahan a. Dampak yang dikelola
i. Penurunan Kualitas Udara
ii. Gangguan Fungsi dan Tata Guna Lahan. iii. Kemacetan Lalu Lintas.
iv. Kecendrungan terjadi Kecelakaan. b. Tujuan Pengelolaan
i. Menjaga kualits udara sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. ii. Menjaga kualitas lingkungan, sanitasi dan daya dukung
lingkungan serta mencegah gangguan fungsi tata guna lahan. iii. Menjaga kelancaran Lalu Lintas.
iv. Mencegah terjadinya kecelakaan. c. Metode Pengelolaan
i. Metode pengelolan untuk menjaga kualitas udara sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan, antara lain;
Mensosialisasikan angkutan umum.
Membatasi areal parker bagi kendaraan.
Menanam tanaman penyerap emisi gas buang.
ii. Metode pengelolaan untuk menjaga kualitas lingkungan, sanitasi dan daya dukung lingkungan serta mencegah gangguan fungsi tata guna lahan, antara lain:
Pembuatan daerah-daerah peresapan yang signifikan pada beberapa titik di area Perumahan.
Penggunaan bahan yang berporous untuk drainase pada bangunan di luar gedung.
Pemeliharaan saluran drainase dan peraalatan sanitasi dengan baik.
Pemeliharan keindahan dan kebersihan lingkungan.
Penyediaan sarana dan fasilitas kebersihan yang memadai di setiap titik yang diperkirakan menimbulkan pencemaran sampah.
Pemasangan papan-papan petunjuk dan peringatan tentang kebersihan.
Sistem pengelolaan (pengangkutan dan pembuangan) sampah yang rutin.
iii. Metode pengelolaan untuk menjaga kelancaran Lalu Lintas, antara lain;
Pembedaan jalur keluar masuk dan logistic khusus ke lokasi Perumahan.
Pemasangan rambu-rambu petunjuk mengenai arah jalan keluar masuk lokasi Perumahan.
iv. Metode pengelolaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan, antara lain;
Tidak adanya bangunan yang menutup sudut pandang kendaraan terhadap persimpangan jalan.
Pemasangan rambu-rambu peringatan.
Pengadaan dan penertiban tempat-tempat penyebrangan dan trotoar.
d. Lokasi Pengelolaan
Pembebasan Lahan
e. Frekwensi Pengelolaan
Selama Perumahan beroperasional.
f. Pelaksana Pengelolaan
Pemarkarsa dibantu instansi terkait (Administratif setempat, Dinas Lingkungan Hidup, Kepolisan).
Pra konstruksi
Kegiatan dampak potensial dampak penting hipotesis
Persepsi dan sikap masyarakat
Persepsi dan sikap masyarakat
Survey dan Investigasi
Persepsi dan sikap masyarakat
Persepsi dan sikap masyarakat
Publikasi dan Sosialisasi
Nilai harga tanah Pola/gaya hidup Masyarakat terkena proyek
Tingkat pengangguran Perubahan tata guna
Gambar 3.1 Peta Proyek Perumahan
Gambar 3.2 Design Rumah pada Perumahan Villa Candra Residence
BAB III
METODE STUDI
3.1 Metode Pengumpulan dan Analisis Data
AMDALPembangunan Perumahan Villa Candra Residence Malangmeliputi data primer dan data sekunder yang dibutuhkan dalam melakukan analisa secara mendalam tentang semua dampak yang mungkin timbul dari setiap rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Data primer dikumpulkan melalui pengukuran di lapangan secara langsung atau dengan pengambilan sampel pada lokasi yang dianggap representatif untuk selanjutnya dianalisa di laboratorium, pengamatan visual dan wawancara langsung/konsultasi publik/sosialisasi dengan masyarakat di wilayah studi. Sedangkan data sekunder dikumpulkan atau diperoleh dari dinas/instansi terkait maupun data-data dari hasil studi yang pernah dilakukan di daerah studi.
Semua data primer maupun data sekunder yang telah diperoleh selanjutnya dianalisa dengan dua cara, yaitu :
1. Metode analisa kuantitatif
Metode analisa kuantitatif adalah suatu metode yang menganalisa data dari jumlah, besar atau kuantitasnya.
2. Metode analisa kualitatif
Metode analisa kualitatif adalah suatu metode yang menganalisa data dari sifat atau kualitasnya
Selanjutnya akan diuraikan metode studi untuk pengumpulan data, analisa data dan parameter apa saja yang harus diukur dalam setiap komponen lingkungan.
3.2 Metode Prakiraan Dampak Penting 3.2.1 Iklim, Kualitas Udara dan Kebisingan
a. Pengumpulan Data
Data iklim makro yang akan dikumpulkan adalah data sekunder tentang iklim, yaitu temperatur udara, curah hujan, kelembaban, arah angin dan kecepatan angina dalam periode tahun-tahun terakhir yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun yang terdekat dengan rencana lokasi kegiatan. Sedangkan untuk penentuan iklim
mikro, dilakukan pengukuran beberapa parameter bersamaan dengan pengambilan sampel udara. Parameter iklim mikro yang diukur adalah temperatur udara, kelembaban, kecepatan angin dan arah angin. Temperatur dan kelembaban udara diukur dengan alat termometer dan higrometer, sedangkan kecepatan angin menggunakan anemometer dan arah angin menggunakan penunjuk arah.
Pengambilan contoh udara untuk analisis gas NOx, SO2, CO H2S, NH3 dan debu diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan peralatan antara lain spectrophotometer dan High – Volume Sampler. Hasil pengukuran dianalisis di laboratorium. Sedangkan kebisingan diukur dengan Sound Level Meter. Pengambilan contoh uji udara dan kebisingan dilakukan pada siang hari. Pengumpulan data kualitas udara akan dilakukan pada beberapa lokasi yang telah ditentukan dengan parameter pengukuran meliputi parameter yang dapat bersumber dari gas buang kendaraan bermotor yang keluar dan masuk lokasi kegiatan.
b. Metode Analisis Data a. Iklim
Parameter-parameter iklim seperti curah hujan, temperatur udara, kelembaban udara, kecepatan dan arah angin kemudian dikaji dan dianalisis untuk menentukan tipe iklim. Penentuan tipe iklim di wilayah studi dan sekitarnya mengacu pada pembagian iklim menurut Schmidt dan Ferguson. Penentuan jenis iklim tersebut berdasarkan nilai Q (Quotient) yang perhitungannya seperti berikut ini :
Q = k/b dimana :
k = jumlah rata-rata bulan kering, yaitu jumlah curah hujan < 60 mm
b = jumlah rata-rata bulan basah, yaitu jumlah curah hujan > 100 mm
Dari nilai Q yang diperoleh, kemudian ditentukan tipe iklimnya yang dinyatakan dari iklim A yaitu paling basah sampai iklim H yang paling kering, dimana harga Q adalah sebagai berikut :
A : 0,000 Q < 0,143 Sangat basah B : 0,143 Q < 0,333 Basah C : 0,333 Q < 0,600 Agak basah D : 0,600 Q < 1,000 Agak kering E : 1,000 Q < 1,670 Kering F : 1,670 Q < 3,000 Sangat kering G : 3,000 Q < 7,000 Luar biasa kering H : 7,000 Q Sangat luar biasa kering
Metode dan peralatan yang digunakan untuk analisis parameter Pengukuan Iklim tertera pada Tabel 3.1.
Tabel 3. 1 Metode Analisis dan Peralatan Pengukuran Iklim Parameter Metode Analisis Alat Analisis Kelembaban Udara Arah Angin Kecepatan Angin Tekanan Udara Suhu Udara Pengukuran langsung Analisis wind rose
Analisis wind rose
Analisis data Pengukuran langsung Higrometer Wind vane Anemometer Barometer Termometer
Metode dan peralatan yang digunakan untuk analisis parameter kualitas udara tertera pada Tabel 3.2
.
Tabel 3. 2 Metode Analisis dan Peralatan Sampling Kualitas Udara & Kebisingan
Parameter Metode Analisis Alat Analisis
Debu NOx SO2 CO H2S NH3 Kebisingan Gravimetrik Saltzman Pararosanilin N D I R Mercurythiocyanate Nessler Direct reading
High Volume Sampler Spectrophotometer Spectrophotometer NDIR Analyzer Spectrofotometer Spectrofotometer Sound Level Meter
Hasil analisis laboratorium kemudian dibandingkan dengan baku mutu udara ambien nasional sesuai Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Sedangkan untuk analisis tingkat kebisingan dilakukan dengan cara pembacaan langsung pada alat sound level meter dan selanjutnya hasilnya di bandingkan dengan baku tingkat kebisingan yang mengacu pada Keputusan Menteri Negara LH. Nomor 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.
c. Lokasi
Penentuan lokasi titik pengambilan contoh uji udara dan kebisingan didasarkan dengan mempertimbangan kondisi kegiatan, sebaran dampak dan arah angin yang dominan serta mewakili berbagai tata guna lahan di tapak kegiatan dan daerah sekitarnya. Lokasi pengukuran kualitas dan kebisingan dilakukan pada lokasi titik masuk lokasi pembangunan Perumahan Villa Candra Residence Malang.
3.2.2 Hidrologi dan Kualitas Air a. Pengumpulan Data
Penyelidikan aspek hidrologi yang dianalisis terdiri dari kualitas air Permukaan yang berpotensi terpengaruh dari akibat adanya rencana
kegiatan. Untuk pengumpulan data sekunder akan dilakukan dengan mengumpulkan data berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang sudah ada di sekitar tapak lokasi yang pernah dilakukan.
b. Lokasi
Sampel badan air diambil dari badan air yang diperkirakan akan terkena dampak. Diharapkan dengan pengambilan di titik-titik tersebut akan dapat mewakili bagaimana keadaan sebelum ada kegiatan serta bagaimana dampak yang terjadi terhadap wilayah tersebut dengan adanya kegiatan tersebut
3.2.3 Geologi
a. Pengumpulan Data
Penelitian aspek geologi dikumpulkan/didapatkan melalui beberapa tahapan kegiatan, antara lain kegiatan survey data sekunder maupun data primer dilanjutkan dengan identifikasi dan analisis data. Data Primer : Pengamatan langsung di sekitar lokasi pembangunan. Data Sekunder : Hasil Penelitian-Penelitian yang representataif
mengenai kondisi di sekitar daerah pembangunan.
b. Analisis Data
Analisis dan identifikasi data aspek geologi dilakukan dengan cara : Analisis Data-Data Sekunder
Analisis Geologi (Data Primer) c. Lokasi
Lokasi dilakukan di lokasi Pembangunan Perumahan Villa Candra Residence Malang.
3.2.4 Aspek Tata Ruang dan Transportasi A. Pengumpulan Data
Data ruang dan lahan akan diperoleh melalui pengumpulan data sekunder dan hasil studi penelitian instansi yang terkait yaitu dari
BAPPEDA dan Dinas Perhubungan Kota Malang. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pencacahan kendaraan (traffic counting) terklasifikasi pada titik pengamatan yang telah ditetapkan, baik pada ruas jalan maupun simpang yang diidentifikasi terkena dampak langsung terutama dilakukan pada kawasan di sekitar lokasi tapak yang diprakirakan akan terpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap berbagai kegiatan penduduk, khususnya pada pola pergerakan dalam kaitannnya dengan tata ruang serta masalah-masalah yang diprakirakan timbul akibat kegiatan. Sedangkan Data sekunder dilakukan dengan pengumpulan data instansi maupun studi literatur untuk mencari beberapa anologi bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh kegiatan di sekitar lokasi rencana PembangunanPerumahan Villa Candra Residence Malang.
B. Analisis Data
Analisis ruang dan lahan dilakukan dengan jalan interpretasi peta baik peta administrasi sebagai peta dasar maupun peta-peta penunjang lainnya, seperti peta ketinggian, peta jenis tanah, peta penggunaan lahan dan peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang.Untuk keperluan analisis ini, metoda analisa yang digunakan berpedoman pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).
C. Lokasi
Lokasi dilakukan di lokasi Pembangunan Perumahan Villa Candra Residence Malang.
3.2.5 Aspek Sosial Ekonomi Budaya a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis data yang diperlukan, yaitu :
Data Primer : Pengamatan Langsung ke lapangan dan Survey
Data Sekunder : Instansi terkait yang memanfaatkan data tentang aspek kehidupan atau aktivitas sosial.
b. Metode Analisis Data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif dianalisis secara deskriptif berdasarkan tabulasi distribusi frekuensi. Hasil tabulasi diintepretasi berdasarkan nilai distribusi yang dinyatakan dalam presentase.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif khususnya yang berkaitan dengan proses dan mekanisme sosial/institusi dipahami melalui pemahaman logika internal dari sistem sumber data, sedang data kualitatif lainnya diinterpretasikan sesuai dengan konsep atau teori tertentu yang relevan untuk menjelaskan fenomenanya.
c. Lokasi
Lokasi dilakukan di areal permukiman sekitar Pembangunan Perumahan Villa Candra Residence Malang.
3.3 Metode Evaluasi Dampak Besar Dan Penting
Metode evaluasi dan dampak besar serta penting yaitu pengambilan keputusan berdasarkan data dan atau informasi dari hasil analisis prakiraan dampak besar dan penting secara khusus dijelaskan hubungan antar rencana kegiatan serta ruang lingkungan.
BAB IV
PELAKSANAAN STUDI
Nama Perusahaan : PT. Borneo Jaya
Alamat Perusahaan : Terbim Jaya, Jl. Bendung Sempor No.26, Malang - 84117
Nama Penanggung Jawab : Ferdi Candra, ST.MT
Alamat Penanggung Jawab : Bakena Jaya, Jl. Bandulan 8 No.26, Malang - 84117
4.2 Identitas Penyusun ANDAL
Nama Perusahaan : PT. Tutuk
Alamat : Jl. Bandulan No.02 Malang 84117. Tlp (0341) 647259
Fac. (0341) 634588 Nama Penanggung Jawab : Lera, ST
Alamat Penanggung Jawab : Jl. Diaketawa No.02 Malang 84117. Tlp (0341) 647259
Fac. (0341) 634588 Team Penyusun
- Team Leader : Hendrik Todu Gana, ST
- Ahli Tanah : Haposan P, ST
- Ahli Hidrologi : Dwison Umbu Rupa, ST - Ahli Teknik Sipil : Dandi Rangga Paranata, ST - Ahli Biologi : Dr. Ir. Putri Indira Karina - Ahli Sosial Ekonomi : Putra Wahyu, SE
- Ahli Kesehatan Masyarakat : drg. Bery Ilyas Putra Koho
4.3 Biaya Studi
Biaya Studi atau anggaran dalam sebuah tim AMDAL penting karena perlu adanya perician keuangan dalam menjalankan suatu proyek.
a. Anggaran Persiapan (Rp.12.000.000)
b. Anggaran lapangan dan laboratorium (Rp. 5.000.000)
c. Anggaran pengolahan data dan pembuatan laporan (Rp. 4.000.000) d. Anggaran pengeluaran lain-lain (Rp. 3.000.000)
4.4 Waktu Studi
Jadwal penelitian ini dapat mencerminkan lamanya tiap tahapan penelitian dan tanggal kepastian mulai dan berakhirnya tiap tahapan.