ANALISIS RENCANAPEMBANGUNAN MASS
RAPID TRANSIT JAKARTA KORIDOR 1 UNTUK
MENGATASI KEMACETAN JALAN PROTOKOL
DI IBU KOTA JAKARTA
ANALYSIS OF DEVELOPMENT PLAN MASS RAPID
TRANSIT CORRIDOR 1 JAKARTA TO OVERCOME
THE MAIN ROAD TRAFFIC JAM
IN THE CITY CENTER JAKARTA
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Diploma IV Program Studi Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan
Di Jurusan Teknik Sipil
Oleh :
NESI MARIANI (NIM. 121137011)
TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2013
ABSTRAK
Kemacetan Ibu Kota Jakarta sudah menjadi masalah nasional yang harus segera ditanggulangi. Hal ini dipicu dengan semakin banyaknya kendaraan milik pribadi yang beredar di setiap ruas jalan, khususnya di Ibu Kota Jakarta (ruas jalan perkotaan). Dari tahun 1988 sampai dengan tahun 2011 selalu terjadi peningkatan jumlah kendaraan yang didominasi oleh mobil dan motor. Lebih dari 50% Kendaraan bermotor yang tersebar di wilayah Indonesia adalah di Pulau Jawa. Kendaraan bermotor roda dua atau motor merupakan kendaraan penyumbang kemacetan tertinggi pada ruas jalan. Jumlah pertumbuhan motor adalah lima kali lebih banyak dari pada mobil. Kemacetan ini menimbulkan kerugian sebesar Rp.12,8 triliun pada tahun 2004 dan Rp.28,1 triliun pada tahun 2009. Kerugian ini diramalkan akan terus meningkat dan kemacetan pada tahun 2020 akan menimbulkan kerugian sekitar Rp.65 triliun.
Pembanguna Mass Rapid Transit (MRT) adalah salah satu usaha pemerintah untuk mengurai kemacetan di Ibu Kota dalam bidang transportasi massal. Dengan biaya pembangunan sebesar 18 Triliun rupiah untuk pembangunan tahap 1. Pembangunan dimulai pada tahun ini 2013 dan diramalkan akan selesai pada tahun 2016 mendatang, dengan menggunakan tiga metoda untuk pembangunan yaitu pada wilayah pertama adalah Kota - Dukuh Atas (jarak sekitar 7 km, dengan metoda subway), pembangunan wilayah kedua adalah Dukuh Atas - Senayan (jarak sekitar 3 km, dengan metoda surface), dan pembagian wilayah ketiga adalah Senayan - Lebak Bulus (jarak sekitar 11 km, dengan metoda elevated)
Kata Kunci : Macet, Ibu Kota, Mass Rapid Transit (MRT)
ABSTRACT
Jakarta Capital congestion has become a national problem that must be addressed. It is triggered by the increasing number of privately owned vehicles that circulate in every street, especially in the capital city of Jakarta (urban roads). From 1988 to 2011 is always an increase in the number of vehicles which are dominated by cars and motorcycles. More than 50% of motor vehicles which are spread throughout Indonesia is in Java. Two-wheeled motor vehicle or motorcycle is the vehicle of the highest contributor to congestion on roads. Growth in the number of motorcycles is five times more than the car. Congestion is causing losses amounting to Rp.12, 8 trillion in 2004 and Rp 28, 1 trillion in 2009. This loss is forecast to continue to rise and by 2020 congestion will cause a loss of about Rp.65 trillion.
With establishment of Mass Rapid Transit (MRT) is one of the government's effort to parse traffic congestion in the capital in the field of mass transportation. With a construction cost of 18 trillion dollars for the construction of phase 1. The construction started in 2013 and is forecast to be completed in 2016, using the three methods for the construction of the first region is the city - Upper Hamlet (a distance of about 7 km, the subway method), the second area of development is the Upper Hamlet - Senayan (distance of about 3 km, with a surface method), and the third is the Senayan zoning - Lebak Bulus (a distance of about 11 km, with elevated method)
Keywords: Jam, Central City, Mass Rapid Transit (MRT)
KATA
PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir.
Laporan Tugas Akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma IV di Program Studi Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan Politeknik Negeri Bandung. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “Analisis Rencana Pembangunan Mass Rapid Transit Jakarta Koridor 1 Untuk Mengatasi Kemacetan Jalan Protokol Di Ibu Kota Jakarta”.
Adanya bantuan secara moril maupun materil dari berbagi pihak sangat membantu penulis dalam pembuatan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua atas dukungan doa dan materilnya, beserta semua saudara dan keluarga besar yang telah membantu dan mendukung.
2. Bapak Bapak Ir. Moch. Duddy Studyana, MT selaku dosen pembimbing atas saran, arahan dan bimbingannya.
3. Bapak R. Andjar Prasetyo.,ST.,MT dan Bapak Rofingoen R.S., Drs., MT selaku dosen penguji, atas saran dan kritiknya untuk kemajuan penulis yang lebih baik.
4. Bapak Taufik Hamzah, Ir.,MSA.,MBA Selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung.
5. Bapak R. Desutama RBP, ST, MT Selaku Ketua Program Studi DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan.
6. Bapak Angga Marditama SS, ST, MT selaku ketua satgas DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan.
7. Seluruh staf dan pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung dan mata kuliah umum.
8. Seluruh staf SHIMIZU CORPORATION sebagai instansi tempat penulis bekerja, terimakasih atas dukungan dan kesempatan yang diberikan. 9. Seluruh pengajar, staf dan mahasiswa D4 TPJJ RPL 2012
10. Pihak-pihak lain yang telah membantu penyusun dalam penyusunan laporan.
Dengan keterbatasan ilmu dan wawasan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu untuk mengurangi kekurangan-kekurangannya, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan Laporan Tugas Akhir ini.
Bandung, Agustus 2013 Penulis
Daftar Isi
Hal
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi v
Daftar Gambar vii
Daftar Tabel x
Daftar Istilah xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Lokasi Pengamatan 2
1.3 Tujuan 4
1,4 Ruang Lingkup 4
1.5 Metodologi dan Rencana Penyelesaian Masalah 4
1.6 Sistematika Penulisan 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2,1 Jalan 12
2,2 Kelas Jalan 13
2,3 Sistem Jaringan jalan 14
2.3.1 Sistem Jaringan Jalan Primer 15
2.3.2 Sistem Jaringan Jalan Sekunder 17
2.3.3 Kaitan antara Hirarki Jalan Dengan Sistem Jaringan
Jalan Menurut Wewenang Pembinaan 19
2.4 Klasifikasi Fungsi Jalan 21
2.4.1 Jalan Arteri Primer 22
2.4.2 Jalan Kolektor Primer 23
2.4.3 Jalan Lokal Primer 25
2.4.4 Jalan Arteri Sekunder 25
2.4.6 Jalan Kolektor Sekunder 27
2.4.7 Jalan Lokal Sekunder 28
2,5 Prosess Hierarki Analitik 29
2.5.1 Aksioma Saaty 30
2.5.2 Langkah-Langkah Proses Hierarki Analitik 30 2.5.3 Prinsip-Prinsip Dasar Proses Hierarki Analitik 31
2.5.4 Uji Konsistensi Indek dan Rasio 33
2.6 KARAKTERISTIK ARUS LALU-LINTAS 35
BAB III METODOLOGI
3.1 Analisis Kepadatan Kendaraan 55
3.2 Analisis Jumlah Kendaraan 56
3.3 Analisis Kelayakan Pembangunan MRT (Mass Rapid
Transit) 57
3.4 Analisis Dampak Pembangunan MRT 61
BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN MRT JAKARTA
4.1 Analisis Kepadatan Kendaraan 63
4.2 Traffic counting 65
4,3 Kuisioner 73
4.4 Karakteristik Arus Lalu-Lintas 95
BAB V ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN MRT
JAKARTA TERHADAP LALU-LINTAS 108
5.1 Kelayakan Pembangunan MRT 108
5,2 Perbandingan MRT dengan Monorail 111
5.3 Pembangunan MRT Jakarata 119
5.4 Dampak Pembangunan MRT Jakarata Terhadap Lalu
Lintas 128
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 148 6.2 Saran 152 Daftar Pustaka
Daftar Gambar
Hal
Gambar 1.1 Lokasi Pengamatan 3
Gambar 1.2 Lokasi Proyek 3
Gambar 1.3 Diagram Alir Prosedur Penelitian dan Penyusunan Tugas Akhir
5
Gambar 1.4 Diagram Alir Analisis Kapasitas dan Perbedaan Kinerja Dari Fasilitas
6
Gambar 1.5 Diagram Alir Analisis Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi 7
Gambar 1.6 Diagram Alir Analisis Kelayakan Pembangunan MRT 8 Gambar 1.7 Diagram Alir Metoda AHP (Analytical Hierarchy Process) 9
Gambra 1.8 Diagram Alir Analisis Dampak Pembangunan MRT 10
Gambar 2.1 Sketsa Hipotesis Hirarki Jalan 21
Gambar 2.2
Penampang Tipikal Jalan Arteri Primer Kondisi Minimal Ideal 22 Gambar 2.3 GPenampang Tipikal Jalan Arteri Primer Kondisi Minimal 22
Gambar 2.4 Konsep Klasifikasi Fungsi Jalan Dalam Hubungannya dengan Tingkat Akses
23
Gambar 2.5 Penampang Tipikal Jalan Kolektor Primer Kondisi Minimal Ideal
24
Gambar 2.6 Penampang Tipikal Jalan Kolektor Primer Kondisi Minimal 24
Gambar 2.7 Penampang Tipikal Jalan Lokal Primer 25
Gambar 2.8 Penampang Tipikal Jalan Arteri Sekunder Kondisi Minimal Ideal
26
Gambar 2.9 Penampang Tipikal Jalan Arteri Sekunder Kondisi Minimal 26
Gambar 2.10 Penampang Tipikal Jalan Kolektor Sekunder Kondisi Minimal Ideal
27
Gambar 2.11 Penampang Tipikal Jalan kolektor Sekunder Kondisi Minimal 27
Gambar 2.12 Penampang Tipikal Jalan Lokal Sekunder Kondisi Minimal Ideal
28
Gambar 2.13 Penampang Tipikal Jalan Lokal Sekunder Kondisi Minimal 28
Gambar 2.14 Struktur Hierarki Lengkap 32
Gambar 2.15 Struktur Hierarki Tak Lengkap 32
Gambar 2.16 Grafik Variasi Bulanan 37
Gambar 2.17 Grafik Variasi Harian 37
Gambar 2.18 Grafik Variasi Jam-jaman 38
Gambar 2.19 Grafik PHF (Peak Hour Factor) 39
Gambar 2.20 Grafik Waktu Ruang 40
Gambar 2.21 Hubungan Kecepatan dengan Arus 45
Gambar 2.22 Hubungan Kecepatan dengan Konsentrasi 45
Gambar 2.23 Hubungan Arus dengan Konsentrasi 46
Gambar 2.24 Grafik Aliran Kendaraan 48
Gambar 2.25 Kurva Konsentrasi – Arus 51
Gambar 2.26 Grafik Kecepatan Aliran Gelombang 52
Gambar 2.27 Grafik kecepatan Aliran Gelombang pada garis AB 52 Gambar 3.1 Diagram Alir Prosedur Penelitian dan Penyusunan Tugas
Akhir
54
Gambar 3.2
Diagram Alir Analisis Kapasitas dan Perbedaan Kinerja Jalan 55
Gambar 3.3 Diagram Alir Analisis Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi 57
Gambar 3.4 Diagram Alir Analisis Kelayakan Pembangunan MRT 59 Gambar 3.5 Diagram Alir Metoda AHP (Analytical Hierarchy Process) 60
Gambra 3.6 Diagram Alir Analisis Dampak Pembangunan MRT 62
Gambar 4.1 Lokasi Pengamatan 63
Gambar 4.2 Objek Pengamatan 64
Gambar 4.3 Grafik Jumlah Mobil di jalur cepat terhadap Waktu 65 Gambar 4.4
Grafik Jumlah kendaraan di jalur cepat terhadap Waktu 66
Gambar 4.5 Grafik kendaraan di jalur lambat terhadap Waktu 66
Gambar 4.6 Grafik kendaraan di jalur lambat terhadap Waktu 67 Gambar 4.7 Grafik Mobil di jalur cepat terhadap Waktu 68 Gambar 4.8 Grafik kendaraan di jalur cepat terhadap Waktu 68 Gambar 4.9 Grafik mobil di jalur cepat terhadap Waktu 69 Gambar 4.10 Grafik Mobil di jalur cepat terhadap Waktu 70 Gambar 4.11 Grafik kendaraan di jalur cepat terhadap Waktu 70 Gambar 4.12 Grafik kendaraan di jalur cepat terhadap Waktu 71 Gambar 4.13 Grafik kendaraan di jalur cepat terhadap Waktu 72 Gambar 5.1 Potongan Melintang Kondisi Minimal Jalan Arteri Primer 109
Gambar 5.2 Potongan Melintang Kondisi Ideal Jalan Arteri Primer 110 Gambar 5.3 Konstruksi Cut-and-cover yang dilaksanakan di Paris Métro,
France
120
Gambar 5.4 Bor besar yang dipakai di Yucca Mountain, Nevada, Amerika Serikat
121
Gambar 5.5 Rencana Potongan Stasiun Bawah tanah Dukuh Atas 126 Gambar 5.6 Rencana Stasiun Bawah Tanah Dukuh Atas 126
Gambar 5.6 Rencana Stasiun Bawah Tanah 127
Gambar 5.7 Rencana Metoda Pelaksanaan Pembangunan MRT 127 Gambar 5.8 Gambar 5.8 Rencana Metoda Pelaksanaan Pembangunan
MRT
128
Gambar 5.9 Potongan Alat Bor (TBM) 130
Gambar 5.10 Kereta Untuk MRT Tipe C151 131
Gambar 5.11 Kereta Untuk MRT Tipe C151 (interior) 131 Gambar 5.12 Diagram Alir Sebelum Pembangunan MRT 133
Gambar 5.13 Diagram Alir Saat Pembangunan MRT 134
Gambar 5.14 Diagram Alir Setelah Pembangunan MRT 135
Daftar Tabel
Hal Tabel 2.1 Hubungan antar hirarki kota dengan peranan ruas jalan dalam 17 Tabel 2.2 Hubungan antara kawasan kota dengan peranan ruas 19
Tabel 2.3 Nilai Random Index (RI) 34
Tabel 4.1. Rekapitulasi traffic counting Peak Hour 73
Tabel 4.2
Pairwise Comparison Matrix terhadap Kriteria dari Pihak
Pengguna Jalan 75
Tabel 4.3 Pairwise Comparison Matrix terhadap Alternatif pada setiap
Kriteria (Ekonomi) 76
Tabel 4.4 Pairwise Comparison Matrix terhadap Alternatif pada setiap
Kriteria (Lalu Lintas) 77
Tabel 4.5 Pairwise Comparison Matrix terhadap Alternatif pada setiap
Kriteria (Estetika) 78
Tabel 4.6 Synthesis of Priority untuk Mendapatkan Global Priority 79
Tabel 4.7 Pairwise Comparison Matrix terhadap Kriteria Menurut
Bagian Tata Kota 80
Tabel 4.8 Pairwise Comparison Matrix terhadap Alternatif pada setiap
Kriteria (Ekonomi) 81
Tabel 4.9 Pairwise Comparison Matrix terhadap Alternatif pada setiap
Kriteria (Lalu Lintas) 82
Tabel 4.10 Pairwise Comparison Matrix terhadap Alternatif pada setiap
Kriteria (Estetika) 83
Tabel 4.11 Synthesis of Priority untuk Mendapatkan Global Priority 84
Tabel 4.12 Pairwise Comparison Matrix terhadap Kriteria Menurut Ahli
Lalu Lintas 85
Tabel 4.13 Pairwise Comparison Matrix terhadap Alternatif pada setiap
Kriteria (Ekonomi) 86
Tabel 4.14 Pairwise Comparison Matrix terhadap Alternatif pada setiap
Kriteria (Lalu Lintas) 87
Tabel 4.15 Pairwise Comparison Matrix terhadap Alternatif pada setiap
Kriteria (Estetika) 88
Tabel 4.16 Synthesis of Priority untuk Mendapatkan Global Priority 89
Tabel 4.17 Pairwise Comparison Matrix terhadap Kriteria Menurut
Bagian Pendanaan Kota Jakarta 90
Tabel 4.18 Pairwise Comparison Matrix terhadap Alternatif pada setiap
Kriteria (Ekonomi) 91
Tabel 4.19 Pairwise Comparison Matrix terhadap Alternatif pada setiap
Kriteria (Lalu Lintas) 92
Tabel 4.20 Pairwise Comparison Matrix terhadap Alternatif pada setiap
Kriteria (Estetika) 93
Tabel 4.21 Synthesis of Priority untuk Mendapatkan Global Priority 94
Tabel 4.22 Tabel Karakteristil Arus Lalu-Lintas 95
Tabel 5.1 Spesifikasi untuk Keraeta MRT 122
Tabel 5.2 Rencana Spesifikasi Mesin Bor 130
Tabel 5.3 Spesifikasi Teknis untuk Kereta MRT 132
Tabel 5.4 Rencana Anggaran Biaya Finishing Bangunan MRT 136 Tabel 6.1 Arus lalu-lintas Jl. Jend Sudirman Jakarta 149 Tabel 6.2 Kecepatan Rata-Rata Jl. Jend. Sudirman 150 Tabel 6.3 Synthesis of Priority untuk Mendapatkan Global Priority 151
Daftar Istilah
AHP (Analytical Hierarchy Process)
Suatu model untuk membangun gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat
asumsi-asumsi dalam memperoleh pemecahan yang
di inginkan, serta memungkinkan menguji kepekaan hasilnya
Apart Dipisah
ATC Kontrol Kereta Otomatis
ATO Operasi kereta otomatis
ATP Perlindungan Kereta Otomatis
Basic design Perancangan Awal
Certration Kosentrasi
Continous flow Dasar pendekatan arus berkesinambungan
Converted traffic Lalu-lintas yang terjadi karena adanya angkutan
barang dan atau penumpang yang berganti alat angkutannya, misalnya sebelumnya tidak melewati jalan raya, sekarang melewati jalan raya.
Dekomposisi (decomposition)
Memecah persoaalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya
Density kepadatan
Dependence Setiap level mempunyai kaitan (complete hierarchy)
walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna (incomplete hierarchy).
Dependence, artinya setiap level mempunyai kaitan (complete
hierarchy) walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna (incomplete hierarchy).
Diverted traffic Lalu-lintas yang merubah rute perjalanan dari jalan
raya yang satu ke jalan raya yang lain karena sesuatu alasan tertentu (biasanya lebih ekonomis) karakteristiknya misalnya moda dan asal tujuan sama
sedangkan rute berubah.
Elevated Melayang
Espectation Menonjolkan penilaian yang bersifat ekspetasi dan
preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan data kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif
Feasible Kelayakan
Generated Traffic atau Induced Traffic
Laalu-lintas yang terjadi karena adanya pembangunan atau perbaikan jalan lalu-lintas angkutan ini tidak ada sebelumnya dan tidak akan terjadi tanpa pembangunan atau perbaikan jalan tertentu. Ukuran fluktuasi dalam 1 jam dinyatakan dengan PHF (Peak Hour Factor)
Headway (HD) Ruang (space) dapat diukur baik dalam batasan jarak
maupun waktu, yang dikenal sebagai jarak antara (distance headway) dan waku antara (time headway)
Homogenit Kesamaan dalam melakukan perbandingan. Misalnya,
tidak dimungkinkan membandingkan semangka dengan bola basket dalam hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika membandingkan dalam hal berat.
Inconsistency Batas ketidak konsistenan
integrasi
Interchanges Persilangan
Judgement Penilaian
KRL Kereta Real Listrik
Logical consistency Pemikiran/objek yang serupa di kelompokan menurut
homogenitas dan relevansinya
Monorel Kereta denga rel tunggal
MRT Mass Rapid Transit (angkutan umum masal)
Overall Travel Speed Disebut kecepatan total adalah kecepatan perjalanan
jarak yang ditempuh dibagi waktu perjalanan, termasuk waktu berhenti.
pairwise comparison Perbandingan berpasangan memuat preferensi
beberapa alternatif untuk tiap kriteria
Peak hour Jam sibuk
Groundbreaking Peletakan batu pertama
comparative judgement (Penilaian perbandingan)
Membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu yang dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya
Reciprocal comparison Matrik perbandingan berpasangan yang terbentuk
harus bersifat kebalikan
Reciprocal comparison, Matrik perbandingan berpasangan yang terbentuk
harus berkebalikan. Misalnya, jika A adalah k kali lebih penting dari pada B maka B adalah 1/k lebih penting daripada A
Running Speed Kecepatan rata-rata dari suatu kendaraan pada suatu
potongan jalan selama sedang bergerak dan dihitung dari jarak yang ditempuh dibagi waktu pergerakan (Running Time)
Soil investigation) Penyelidikan tanah
Space Mean Speed ( Vs ) Rata-rata dari kecepatan kendaraan di berbagai tempat
pada saat tertentu. Jadi Vs didasarkan pada kecepatan masing-masing kendaraan yang merupakan distribusi dalam ruang
Spot speed Kecepatan sesaat dari kendaraan pada suatu tempat
tertentu
The theory of traffic flow didefinisikan penelaahan secara matematis pergerakan
kendaraan yang melewati jaringan jalan
Time Headway (Ht) Disebut waktu antara adalah selisih waktu dari dua
buah kendaraan yang berturut-turut melewati suatu t tertentu
Time Mean Speed ( Vt) Rata-rata dari kecepatan kendaraan selama suatu
jangka waktu pada suatu titik tertentu jadi Vt
didasarkan pada kecepatan masing-masing kendaraan yang merupakan distribusi dalam waktu
Total Travel Time Disebut sebagai waktu perjalanan total adalah jumlah
dari masing-masing waktu perjalanan dari semua kendaraan dari arus lalu-lintas untuk bergerak dari satu titik ke titik yang lain.
Traffic counting Proses penghtungan arus kendaraan
Traffic light Lampu persimpangan
Travel Time Disebut waktu perjalanan adalah waktu yang
dibutuhkan oleh sebuah kendaraan dari arus lalu-lintas untuk bergerak dari satu Titik ke titik yang lain
Tunnel Boaring Machine (TBM)
Mesin Penggali tanah dan penyusun tunnel
Way links Ruas jalan
DaftarPustaka
BadanPusatStatistik. 2012. <http: //www.bps.go.id/ tab_sub/ view.php?tabel =1&id_subyek= 17¬ab=12>.
Berita Satu. 2013. Monorel Vs MRT
<http://www.beritasatu.com/megapolitan/89166-monorel-vs-mrt.html>.
DepartemenPekerjaanUmum. 1997. “Tata Cara PerencanaanGeometrikJalanAntar Kota No. 038”. Jakarta: DirektoratJenderalBinaMarga.
Departemen Pekerjaan Umum. “Manual Kapasitas Jalan Indonesia”. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Marga,1997.
Departemen Pekerjaan Umum. “Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038”. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997.
Detik.com. 2013. Proyek monorel Jakarta pakai kereta made in china
<http://finance.detik.com/read/2013/02/12/121550/2167748/4/proyek-monorel-jakarta-pakai-kereta-made-in-china>.
Departemen Pembinaan Jalan Kota. 1990.
“PanduanPenentuanKlasifikasiFungsiJalan di Wilayah PerkotaanNO. 010/T/BNKT/1990”. Jakarta: DirektoratJenderalBinaMarga.
Desutama,R., RBP., ST., MT. 2011. “Hand Out ManajemenLalulintas”. Bandung:
POLBAN.
Hendarsin, Shirley, L. “Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya”. Bandung : Polban, 2000. Merdeka.Com.2013.Mrttanahjakartabakaldiborsampai40meter.<http://www.merd eka.com/jakarta/bangun-mrt-tanah-jakarta-bakal-dibor-sampai-40-meter.html>. Merdeka.Com.2013.Rumitnyakendalapembangunanmrt.<http://news.okezone.co m/read/2013/07/02/500/830960/rumitnya-kendala-pembangunan-mrt>. Merdeka.Com.2013.Inidialokasi-lokasistasiunmrtjakarta.<http://finance.detik.com/read/2013/05/06/190443/223950 4/1016/ini-dia-lokasi-lokasi-stasiun-mrt-jakarta>.
Merdeka.Com.2013.Ahokfasilitaspendukungmrtdiaturperdatataruang.<http://news .okezone.com/read/2013/07/02/500/830948/ahok-fasilitas-pendukung-mrt-diatur-perda-tata-ruang>.
PresidenRepublik Indonesia. 1993. “PP Nomor: 43 TAHUN 1993 (43/1993), PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN”. Jakarta: Republik Indonesia.
PresidenRepublik Indonesia.2004. “Undang-undangrepublik Indonesia No.38 TentangJalan”. Jakarta: Republik Indonesia.
Rusyanto , Edo. 2012. Tiap Jam, Jawa Diserbu 480 Motor. <http: //edorusyanto. wordpress.com/ 2012 /09/03/tiap-jam-jawa-diserbu-480-motor/>.
Studyana, Duddy., Ir., MT. 2011. “Hand Out KarakteristikArusLalulintas”. Bandung: POLBAN.
Presiden Republik Indonesia. “PP Nomor: 43 TAHUN 1993 (43/1993), PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN”. Jakarta: Republik Indonesia, 1993.
Presiden Republik Indonesia.. “Undang-undang republik Indonesia No.38 Tentang Jalan”. Jakarta: Republik Indonesia, 2004.
Presiden Republik Indonesia. “PP Nomor: 43 TAHUN 1993 (43/1993), PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN”. Jakarta: Republik Indonesia, 1993.