• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemakaian KB Implan Didesa Margamulya Wilayah Kerja Puskesmas Rambah Samo I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemakaian KB Implan Didesa Margamulya Wilayah Kerja Puskesmas Rambah Samo I"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Maternity and Neonatal Volume 2 No 2 Page 121

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemakaian KB Implan Didesa Margamulya Wilayah Kerja Puskesmas Rambah Samo I

Factors Affecting Low Usage KB Implant Margamulya In the village Puskesmas Rambah Samo I

*DosenProdi D III Kebidanan Universitas Pasir Pengaraian

ABSTRAK

Keluarga berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi.Kontrasepsi implan adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul silastik berisi hormon jenis progestin (progestin sintetik) yang dipasang dibawah kulit Metode kontrasepsi implan yang merupakan salah satu dari metode yang tersedia pada saat ini, nampaknya kurang diminati masyarakat khususnya pasangan usia subur meskipun efektifitas kontrasepsi implan ini sangat tinggi yaitu kegagalannya 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian KB implan wilayah kerja Puskesmas Rambah Samo I. Jenis penelitian

yang digunakan adalah deskritif dengan menggunakan desain penelitian pendekatan cross

sectional dengan sampel 71 orang.Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2013 di Desa Margamulya. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan responden dalam klasifikasi cukup 49 orang (69%), umur responden yaitu 20-35 tahun 40 orang (56,3%), biaya pemakaian implan mayoritas responden menyatakan mahal yaitu 58 orang (81,7%), responden tidak menggunakan implant karena alasan kecantikan 35 orang (49,3%), berdasarkan efek samping 37 orang (52,4%), dan berdasarkan komplikasi potensial 48 orang (67,6%). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa setiap faktor mempengaruhi rendahnya pemakaian KB implan didesa Margamulya wilayah kerja Puskesmas Rambah Samo I.

Kata Kunci: Faktor-Faktor Pengaruh, Rendahnya KB Implan

ABSTRACT

Family planning is an attempt to space or plan the number and spacing of pregnancy by using contraceptives. Contraceptive implant is a contraceptive capsule shaped silastik contain hormones types of progestin (progestin synthetic) mounted underneath the skin method of contraceptive implant that is one of the methods available at the moment, seems less interested in the community, especially couples of childbearing age although the effectiveness of the contraceptive implant is very high namely its failure to 0.2-1 pregnancies per 100 women. The purpose of this research is knowing the factors that affect the low use of birth control implant Puskesmas Rambah Samo I. This type of research is descriptive research using cross sectional design with a sample of 71 people. The study was conducted in June, 2013 in the village of Margamulya. The results showed that the respondents' knowledge in the classification of pretty 49 people (69%), respondents aged 20-35 years are 40 (56.3%), cost of expensive implants majority of respondents said that 58 people (81.7%), respondents do not use implants for

(2)

Jurnal Maternity and Neonatal Volume 2 No 2 Page 122 cosmetic reasons 35 people (49.3%), based on the side effects of 37 (52.4%), and based on the potential complications 48 people (67.6%). From the results of this study concluded that each of the factors affecting the low use of birth control implant Margamulya village Puskesmas Rambah Samo I.

Keywords :Factors of Influence, Low KB Implant

Pendahuluan

Keluarga berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan

jumlah dan jarak kehamilan dengan

menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati,

2012).Kontrasepsi implan adalah alat

kontrasepsi berbentuk kapsul silastik berisi hormon jenis progestin (progestin sintetik) yang dipasang dibawah kulit (Prawiohardjo, 2008).Akseptor Keluarga Berencana (KB) adalah Pasangan Usia subur (PUS) yang salah seorang dari padanya menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan (Rafless, 2011).

Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ketahun selalu meningkat. Jumlah penduduk tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa, tahun 2011 sebanyak 241 juta jiwa, dan sampai dengan bulan Maret tahun 2012 mencapai 245 juta jiwa. Jumlah tersebut menempatkan Indonesia menjadi negara keempat dengan penduduk terbanyak setelah China, India, dan Amerika Serikat. Selama rentang tahun 2000 - 2010, kenaikan jumlah penduduk Indonesia sebesar 1,49% per tahun. Angka ini mengalami kenaikan dibanding periode tahun 1999 - 2000 yang masih sebesar 1,45% (BKKBN, 2012).

Data yang diperoleh dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) didapatkan jumlah akseptor KB pada tahun 2012 sebanyak akseptor dengan data

sebagai berikut: KB pil 26,81%, KB suntik 47,94%, KB implant 8,58%, KB IUD 7,46%, MOW 1,42%, dan MOP 0,28% (BKKBN, 2012). Proporsi penggunaan metode kontrasepsi di Provinsi Riau tahun 2010 MOW (0,6%), MOP (0,2%), IUD (2,4%), suntik (52,0%), implan (4,6%), pil (35,8%), kondom (3,7 %), lainnya (0,6%) (Dinkes Riau, 2010).

Metode kontrasepsi implan yang

merupakan salah satu dari metode yang tersedia pada saat ini, nampaknya kurang diminati masyarakat khususnya pasangan usia subur meskipun efektifitas kontrasepsi implant ini sangat tinggi yaitu kegagalannya 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan (Saifuddin, 2010).

Gerakan KB di Rokan Hulu hampir mencapai 90 persen, padahal ditingkat nasional sendiri pencapaian program KB baru 61,4%. Dan dari hasil sensus

penduduk 2010, menunjukkan jumlah

penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. Dan

ditargetkan sampai 2015 mendatang

BKKBN menetapkan angka Laju

Pertumbuhan Penduduk (LPP) 1,49 per tahun. Dari sisi kesejahteraan KB antara 65-66 %, dan angka kelahiran antara 2,1-2,2 anak per wanita.

Berdasarkan data Kabupaten Rokan Hulu tahun 2012, seluruh akseptor KB adalah 63790 akseptor, dari data tersebut diketahui yang memakai KB suntik 7509

akseptor (181%), pil 5648 akseptor

(3)

Jurnal Maternity and Neonatal Volume 2 No 2 Page 123

implan 869 akseptor (22%), cara lain 460 akseptor (9,63%), IUD 310 akseptor (5%), MOW/MOP 51 akseptor (1,34%) (Dinas Kesehatan Rokan Hulu, 2012).

Menurut data KB Kabupaten Rokan Hulu tahun 2012 di Puskesmas Rambah Samo I jumlah peserta KB aktif kontrasepsi adalah 1265 orang, yang paling banyak

digunakan adalah pil 259akseptor

(8,2%),suntik257akseptor (8,1%), implan20 akseptor (0,63%), kondom 45 akseptor (1,42%), IUD 1 akseptor (0,03%), cara

lainnya 11 akseptor (0,35%) (Dinas

Kesehatan Rokan Hulu, 2012). Data tersebut menunjukkan bahwa program KB suntik dan pil cukup berhasil diterima masyarakat, tetapi implan termasuk kontrasepsi yang kurang diminati.

Berdasarkan data KB Puskesmas

Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu tahun 2012 pengguna akseptor implan adalah Desa Margamulya 4 akseptor (1,05%) dari 252 akseptor KB, desa Langkitin 3 akseptor (1,03%) dari 115 akseptor KB, desa Teluk Aur 3 akseptor (0,66%) dari 156 akseptor KB, desa Rambah Samo Barat 2 akseptor (0,35%) dari 73 akseptor KB, Rambah Samo 1 akseptor (0,24%) dari 184 akseptor KB, Sungai Salak 1 akseptor (0,78 %) dari 41 akseptor KB, desa Lubuk Napal 0 akseptor (0,53%) dari 128 akseptor KB, desa Sungai Kuning 0 akseptor (0,53%) dari 84 akseptor, dan desa Lubuk Bilang 0 orang (0,00%) dari 91 akseptor KB (Data Puskesmas Rambah Samo I).

Metode

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif denganmenggunakan rancangan

penelitian cross sectional.yaitusuatu

penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time epporoach) (Notoatmodjo, 2005). Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 71 responden

Hasil

Setelah dilakukan penelitian terhadap

71 responden di Desa Margamulya

Kecamatan Rambah Samo Wilayah Kerja Puskesmas Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu tentang Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemakaian KB implan, maka didapatkan hasil sebagai

berikut:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pengetahuan

Dari tabel 1.Dapat dilihat bahwa akseptor yang berpengetahuan baik 6 orang (8,5%), yang berpengetahuan cukup 49 orang (69%) dan yang berpengetahuan kurang 16 orang (22,5%). Kategori Frekuensi (%) Baik 6 8,5 Cukup 49 69 Kurang 16 22,5 Total 71 100

(4)

Jurnal Maternity and Neonatal Volume 2 No 2 Page 124

Tabel 2.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Dari tabel 2. Dapat dilihat bahwa responden yang berumur <20 tahun ada 1 orang (1,4%), yang berumur 20-35 tahun ada 40 orang (56,3%), dan yang berumur >35 tahun ada 30 orang (42,3%).

Tabel 3.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Biaya

Dari tabel 3. Dapat dilihat bahwa mayoritas

responden menyatakan bahwa kontrasepsi implan adalah mahal yaitu ada 58 orang (81,7%).

Tabel 4.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan AlasanKecantikan

Alasan Kecantikan Frekuensi (%)

Ya 35 49,3

Tidak 36 50,7

Total 71 100

Dari tabel 4. Dapat dilihat bahwa responden yang memilih alasan kecantikan sebagai faktor tidak menggunakan implan ada 35 orang (49,3%) dan yang tidak ada 36 orang (50,7%).

Tabel 5.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Efek Samping

Dari tabel 5. Dapat dilihat bahwa responden

yang memilih efek samping sebagai faktor tidak menggunakan implan ada 37 orang (52,1%) dan yang tidak ada 34 orang (47,9%).

Tabel 6.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan KomplikasiPotensial

Dari tabel 6.Dapat dilihat bahwa responden yang memilih komplikasi potensial sebagai faktor tidak menggunakan implan ada 48 orang (67,6%) dan yang tidak ada 23 orang (32,4%).

Pembahasan 1. Pengetahuan

Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan dapat dilihat bahwa akseptor yang berpengetahuan baik 6 orang (8,5%), yang berpengetahuan cukup 49 orang (69%) dan yang berpengetahuan kurang 16 orang (22,5%).

Menurut Notoadmodjo (2007)

pengetahuan merupakan salah satu yang

penting untuk terbentuknya tindakan

Umur Frekuensi Persentase (%)

< 20 1 1,4 20-35 40 56,3 >35 30 42,3 Total 71 100 Biaya Pemasangan Implan Frekuensi (%) Mahal 58 81,7 Murah 13 18,3 Total 71 100

Efek Samping Frekuensi (%)

Ya 37 52,1

Tidak 34 47,9

Total 71 100

Komplikasi Potensial Frekuensi (%)

Ya 48 67,6

Tidak 23 32,4

(5)

Jurnal Maternity and Neonatal Volume 2 No 2 Page 125

seseorang, Maka semakin tinggi

pengetahuan akseptor semakin tinggi minat akseptor dalam penggunaan kontrasepsi implan.Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu informasi, pendidikan, pengalaman dan sosial ekonomi, hal tersebut yang membuat kita dapat mengukur pengetahuan seseorang. Semakin baik pengetahuan seseorang tentang suatu

objek maka akan semakin tinggi

kesadarannya untuk melakukan tindakan

yang sesuai dengan pengetahuannya

tersebut.

Sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Marliza (2010) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu untuk memilih implan sebagai kontrasepsi di kelurahan Terjun kecamatan

Medan Marelan Tahun 2010 bahwa

meskipun responden berpengetahuan cukup tetapi responden tidak mau menggunakan

alat kontrasepsi implan. Seharusnya

responden yang memiliki pengetahuan

cukup mau menggunakan kontrasepsi

implan.

Asumsi peneliti faktor pengetahuan

mempengaruhi rendahnya pemakaian

kontrasepsi implan didaerah tersebut. Hal ini terjadi dikarenakan pada hasil penelitian ditemukan bahwa kebanyakan pendidikan para responden kebanyakan hanya lulusan SD dan SMP, dimana kita semua ketahui

bahwa pendidikan merupakan dimana

seseorang mendapatkan pengetahuan dan wawasan, jadi semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi wawasan dan pengetahuan seseorang tersebut

2. Umur

Dari penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa responden yang berumur < 20 tahun ada 1 orang (1,4%), yang berumur 20-35 tahun ada 40 orang (56,3%), dan yang berumur > 35 tahun ada 30 orang (42,3%). Menurut Saifuddin (2010) usia yang baik menggunakan kontrasepsi implan adalah usia reproduksi yaitu 20-35 tahun. Dari hasil penelitian responden yang yang berusia 20-35 tahun ada 40 orang tetapi pemakaian kontrasepsi implan didaerah ini sangatlah rendah. Padahal pada usia 20-35 tahun adalah waktu yang tepat wanita untuk menggunakan kontrasepsi implan tersebut.

Asumsi peneliti umur bukan faktor penyebab kurangnya minat pemakaian kontrasepsi implan didaerah tersebut.Jadi bisa dikatakan umur bukan merupakan

faktor yang mempengaruhi rendahnya

pemakaian KB implan.

3. Biaya

Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan dapat dilihat bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa kontrasepsi implan adalah mahal yaitu ada 58 orang (81,7%).

Sesuai teori Hartanto (2004) dari hasil

penelitian sebagian besar responden

mengatakan kontrasepsi implan adalah KB yang mahal tidak semua responden dapat menjangkaunya.

Asumsi peneliti biaya bisa menjadi penyebab kurangnya minat pemakaian kontrasepsi implan didaerah tersebut.Jadi bisa dikatakan biaya merupakan faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian KB implan.

(6)

Jurnal Maternity and Neonatal Volume 2 No 2 Page 126

4. Alasan Kecantikan

Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan dapat dilihat bahwa responden yang memilih alasan kecantikan sebagai faktor tidak menggunakan implan ada 35 orang (49,3%) dan yang tidak ada 36 orang (50,7%).

Sesuai dengan teori Hartanto (2004) bahwa pemasangan implan dilakukan insisi yang menyebabkan ada bekas luka pada tempat pemasangan kontrasepsi implan tersebut.

Asumsi peneliti alasan kecantikan bisa

menjadi penyebab kurangnya minat

pemakaian kontrasepsi implan didaerah

tersebut.Jadi, bisa dikatakan alasan

kecantikan merupakan faktor yang

mempengaruhi rendahnya pemakaian KB implan.

5. Efek Samping

Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan dapat dilihat bahwa responden yang memilih efek samping sebagai faktor tidak menggunakan implan ada 37 orang (52,1%) dan yang tidak ada 34 orang (47,9%).

Menurut Pinem (2009) hingga saat ini pelayanan kurang berkualitas terbukti dari peserta KB yang berhenti menggunakan alat kontrasepsi relatif masih banyak dengan alasan efek samping.

Asumsi peneliti faktor efek samping merupakan faktor yang mempengaruhi rendahnya penggunaan kontrasepsi implan

pada daerah tersebut karena banyak

responden mengeluh akan efek samping yang ditimbulkan oleh kontrasepsi termasuk KB implan.

6. Komplikasi Potensial

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa responden yang memilih komplikasi potensial sebagai faktor tidak menggunakan implan ada 48 orang (67,6%) dan yang tidak ada 23 orang (32,4%).

Menurut Hartanto (2004) faktor

kontrasepsi implan tidak dipilih oleh akseptor karena takut mengalami komplikasi dari pemakaian kontrasepsi implan.

Asumsi peneliti faktor komplikasi

potensial yang menjadi penyebab kurangnya minat pemakaian kontrasepsi implan pada daerah ini.Jadi, faktor komplikasi potensial yang mempengaruhi rendahnya pemakaian kontrasepsi implan.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di

Desa Margamulya tentang rendahnya

Pemakaian kontrasepsi implan pada periode Januari-Desember 2012, dapat disimpulkan bahwa:

1. Faktor pengetahuan yang mempengaruhi

rendahnya pemakaian KB implan di

Desa Margamulya berpengetahuan

cukup yaitu sebanyak 49 orang dengan persentase (69%).

2. Faktor umur tidak menggunakan implan

terbanyak di Desa Margamulya yaitu berumur 20-35 tahun yaitu ada 40 orang dengan persentase (56,3%).

3. Faktor biaya pemasangan implan di

Desa Margamulya mayoritas mahal yaitu sebanyak 58 orang dengan persentase (81,7%).

4. Faktor alasan kecantikan yang

mempengaruhi rendahnya pemakaian KB implan di Desa Margamulya yaitu

(7)

Jurnal Maternity and Neonatal Volume 2 No 2 Page 127

sebanyak 35 orang dengan persentase (49,3%).

5. Faktor efek samping yang

mempengaruhi rendahnya pemakaian KB implan di Desa Margamulya yaitu sebanyak 37 orang dengan persentase (52,1%).

6. Faktor komplikasi potensial yang

mempengaruhi rendahnya KB implan di Desa Margamulya yaitu sebanyak 48 orang dengan persentase (67,6%).

Saran

Peneliti menyarankan agar pihak puskesmas khususnya Puskesmas Rambah

Samo I untuk lebih meningkatkan

penyuluhan tentang macam-macam

kontrasepsi secara detail sehingga

masyarakat lebih mengenal semua macam kontrasepsi yang ada, karena kebanyakan

masyarakat awam hanya mengenal

kontrasepsi suntik dan pil saja

Daftar Pustaka

Marliza Anantasia (2010). faktor-faktor

yang mempengaruhi rendahnya

minat ibu untuk memilih implan sebagai kontrasepsi di kelurahan Terjun kecamatan Medan Marelan Tahun 2010. Karya Tulis Ilmiah, Universitas Sumatra Utara.

BKKBN.(2012). Hasil Pelaksanaan Sub

Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Pelayanan

Kontrasepsi.http://www.bkkbn.go.id. Diakses pada tanggal 16 Maret 2013.

Dinkes Riau. (2010). Profil Kesehatan

Provinsi Riau Tahun

2010.http://www.dinkesriau.net,

Diperoleh tanggal 12 maret 2013.

Dinkes Rohul. (2012). Rekapitulasi

Kabupaten Terhadap Pelaksanaan KB Oleh Puskesmas, diperoleh tanggal 18 maret 2013.

Habib, M. Alhada Fuadilah. (2012).

DataTingkatPenggunaan Alat

Kontrasepsi diIndonesia tahun 2012.

http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail -62892-Umum, diperoleh tanggal 9 maret 2013.

Hartanto, Hanafi. (2004). Keluarga

Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo, (2007), Kesehatan

Masyarakat, Ilmu Dan Seni,

Jakarta:PT.Rineka Cipta.

Pinem, Saroha. (2009). Kesehatan

Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info media.

Prawirohardjo, Sarwono. (2008). Ilmu

Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono prawirohardjo. Puskesmas Rambah Samo I. (2012).

Rekapitulasi Kabupaten Terhadap Pelaksanaan KB Oleh Puskesmas, diperoleh tanggal 16 maret 2013.

Rafless.(2011). Makalah Program KB di

Indonesia.http://bahankuliahkesehata n.blogspot.com, Diperoleh 20 Maret 2013.

Saifuddin, dkk.(2010). Buku Panduan

Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

(8)

Jurnal Maternity and Neonatal Volume 2 No 2 Page 128

Sulistyawati, Ari. (2012). Pelayanan

Keluarga Berencana. Jakarta Selatan: Salemba Medika.

Gambar

Tabel  1.  Distribusi  Frekuensi  Responden  Berdasarkan pengetahuan

Referensi

Dokumen terkait

Pertama : Mengukuhkan Susunan Pengurus Pusat Pendidikan dan Pelatihan Gerakan Pramuka Tingkat Cabang Kwartir Cabang 0314 Gerakan Pramuka Kota Payakumbuh masa

Dengan demikian simbol yang digunakan dalam upacara kathina adalah jubah atau bahan jubah, karena pada saat pelaksanaan upacara kathina umat memberikan jubah atau bahan jubah

Pada benda uji BKD-T, pelat sambung diafragma melingkar mengalami leleh lebih dulu pada drift ratio ke-7 siklus pertama (1,4%). Berdasarkan kerusakan dan keruntuhan pada benda uji

Wajib Pajak yang telah mendapat persetujuan dari Instansi yang berwenang tentang Pemberian Pengurangan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Wajib Pajak Badan yang

Adam Mukharil Bachtiar Informatics Engineering UNIKOM Jalan Dipati

Dari koordinat Cartesius pada gambar di atas, fungsi dari Dari koordinat Cartesius pada gambar di atas, fungsi dari himpunan A ke himpunan B dapat pula

Informasi umum disajikan dengan tujuan untuk menyediakan informasi bagi pembacanya tentang program atau kegiatan yang diaudit dan sifat audit sehingga dapat digunakan untuk

In regards to that, starting hypothesis of the research is, first, fixed exchange rate regime and liberalized system of capital flows conditions non-sovereign