• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jenis Sumber Serat dan Perbandingan Penstabil Terhadap Mutu Minuman Serat Alami.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Jenis Sumber Serat dan Perbandingan Penstabil Terhadap Mutu Minuman Serat Alami."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JENIS SUMBER SERAT DAN PERBANDINGAN

PENSTABIL TERHADAP MUTU MINUMAN SERAT ALAMI

SKRIPSI

Oleh :

MITA ARIS PRATIWI

070305003

 

 

 

 

 

 

 

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH JENIS SUMBER SERAT DAN PERBANDINGAN

PENSTABIL TERHADAP MUTU MINUMAN SERAT ALAMI

SKRIPSI

Oleh :

MITA ARIS PRATIWI 070305003

Sripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Herla Rusmarilin, M.S. Era Yusraini, S.T.P., M.Si.

Ketua Anggota

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

MITA ARIS PRATIWI: Pengaruh Jenis Sumber Serat dan Perbandingan Penstabil Terhadap Mutu Minuman Serat Alami. Dibimbing oleh HERLA RUSMARILIN dan ERA YUSRAINI

Seiring dengan perkembangan teknologi, pemenuhan kebutuhan serat pangan dengan cara mengkonsumsi sayuran segar sesuai dengan anjuran kesehatan semakin sulit dan jarang dilakukan. Penelitian ini merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan serat setiap harinya dengan mudah. Empat macam jenis sumber serat yaitu daun kangkung, daun bayam, daun sawi hijau dan daun ubi kayu ditambahkan dengan empat perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) yaitu 1 : 8, 2 : 7, 3 : 6 dan 4 : 5 sebanyak 9%. Penelitian dilakukan pada Juli – Agustus 2011 di Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial. Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar serat kasar, daya larut dalam air, daya serap air, daya serap minyak dan uji organoleptik terhadap warna, aroma dan rasa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis sumber serat dan perbandingan penstabil berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap semua parameter kecuali daya serap air, daya serap minyak dan uji organoleptik. Interaksi kedua faktor itu memberi pengaruh berbeda tidak nyata terhadap semua parameter kecuali kadar serat kasar. Kangkung dengan menggunakan perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) 1 : 8 menghasilkan kadar serat kasar tertinggi.

Kata kunci: serat, gum arab, dekstrin

ABSTRACT

MITA ARIS PRATIWI: The Effect of Fiber Source Types and Ratio of Stabilizers on The Quality of Natural Fiber Beverages. Supervised by HERLA RUSMARILIN and ERA YUSRAINI.

Along with technology development, meeting the requirement of dietary fiber by eating fresh vegetables as recommended by health care more difficult and rarely done. This research was one way to meet the requirement of every day fiber easily. Four different types of fiber sources were kale leaves, spinach leaves, green mustard leaves and cassava leaves combined with four stabilizers ratio (arabic gum: dextrin) of 1: 8, 2: 7, 3: 6 and 4: 5 for 9%. The research was conducted in July-August 2011 in the Laboratory of Food Technology, Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara, Medan, using a completely randomized factorial design. The parameters analyzed were moisture content, crude fiber content, solubility in water, water absorption, oil absorption and organoleptic values (colour, taste and flavour).

The results showed that the types of fiber source and ratio of stabilizers had highly significant effect on all parameters except for water absorption, oil absorption and organoleptic values. Interaction of both factors had no significant effect on all parameters except crude fiber content. Kale with stabilizer (arabic gum: dextrin) of 1: 8 produced the highest levels of crude fiber.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rantau Prapat pada tanggal 05 Agustus 1989 dari ayah

Rismanto Rakijo dan ibu Elfi Mahnidar. Penulis merupakan putri kedua dari empat

bersaudara.

Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri II, Padangsidimpuan dan pada

tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Pemandu Minat

dan Prestasi. Penulis memilih program studi Teknologi Hasil Pertanian,

Departemen Teknologi Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian (IMTHP), sebagai asisten praktikum di

Laboratorium Teknologi Pangan. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi

Agriculture Technology Moeslem (ATM).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Indofood CBP

Sukses Makmur di Tanjung Morawa Km. 18,5 dari tanggal 21 Juni sampai 17 Juli

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT, atas segala rahmat

dan karunianyaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Jenis Sumber Serat dan Perbandingan Penstabil Terhadap Mutu

Minuman Serat Alami”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih

sebesar-besarnya kepada kedua orang penulis yang telah membesarkan, memelihara dan

mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

Ibu Dr. Ir. Herla Rusmarilin, M.S. dan Ibu Era Yusraini, STP, M.Si. selaku ketua

dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan

berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul,

melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

Di samping itu, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua staf

pengajar dan pegawai di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Departemen

Teknologi Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu

per satu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, September 2011

(6)

DAFTAR ISI

Tinjauan Umum Tentang Sayuran yang Digunakan Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.) ... 11

Bayam (Amaranthus spp.) ... 12

Sawi hijau (Brassica juncea) ... 13

Daun ubi kayu (Manihot esculenta) ... 15

Karakteristik dan Sifat Penstabil yang Digunakan Gum arab ... 16

Dekstrin ... 17

Minuman Serat ... 19

Asam yang Digunakan Dalam Ekstraksi ... 20

Proses Pembuatan Minuman Berserat Sortasi ... 20

Pencucian ... 18

Penyaringan ... 21

Pengeringan ... 21

Penghancuran dan pengayakan ... 22

Pelaksanaan Penelitian ... 26

Pengamatan dan Pengukuran Data ... 29

(7)

Penentuan kadar air ... 29

Penentuan serat kasar ... 30

Penentuan daya larut dalam air ... 30

Penentuan daya serap air ... 31

Penentuan daya serap minyak ... 32

Penentuan uji organoleptik (warna, rasa dan aroma) ... 32

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh jenis sumber serat terhadap rendemen ... 34

Pengaruh jenis sumber serat terhadap parameter yang diamati ... 35

Pengaruh perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap parameter yang diamati ... 36

Kadar Air (%) Pengaruh jenis sumber serat terhadap kadar air (%) ... 37

Pengaruh perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap kadar air (%) ... 39

Pengaruh interaksi antara jenis sumber serat dan perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap kadar air (%) ... 41

Kadar Serat Kasar (%) Pengaruh jenis sumber serat terhadap kadar serat kasar (%) ... 41

Pengaruh perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap kadar serat kasar (%) ... 42

Pengaruh interaksi antara jenis sumber serat dan perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap kadar serat kasar (%) ... 43

Daya Larut Dalam Air (%) Pengaruh jenis sumber serat terhadap daya larut dalam air (%) ... 46

Pengaruh perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap daya larut dalam air (%) ... 48

Pengaruh interaksi antara jenis sumber serat dan perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap daya larut dalam air (%) ... 49

Daya Serap Air (g/g) Pengaruh jenis sumber serat terhadap daya serap air (g/g) ... 50

Pengaruh perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap daya serap air (g/g) ... 51

Pengaruh interaksi antara jenis sumber serat dan perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap daya serap air (g/g) ... 52

Daya Serap Minyak (g/g) Pengaruh jenis sumber serat terhadap daya serap minyak (g/g) ... 52

Pengaruh perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap daya serap minyak (g/g) ... 53

Pengaruh interaksi antara jenis sumber serat dan perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap daya serap minyak (g/g) ... 53

Uji Organoleptik (Warna, Rasa dan Aroma) (Numerik) Pengaruh jenis sumber serat terhadap uji organoleptik (warna, rasa dan aroma) (numerik) ... 54

Pengaruh perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap ujji organoleptik (warna, rasa dan aroma) (numerik) ... 55

Pengaruh interaksi antara jenis sumber serat dan perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap uji organoleptik (warna, rasa dan aroma) (numerik) ... 56

(8)

Saran ... 58

(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Kandungan serat dalam 100 g sayuran ... 7

2. Kandungan gizi dalam 100 g kangkung ... 12

3. Kandungan gizi dalam 100 g bayam ... 12

4. Kandungan gizi dalam 100 g sawi ... 14

5. Kandungan gizi dalam 100 g daun ubi kayu ... 15

6. Persyaratan mutu dekstrin industri pangan ... 19

7. Skala uji hedonik warna ... 33

8. Skala uji hedonik rasa ... 33

9. Skala uji hedonik aroma ... 33

10. Pengaruh jenis sumber serat terhadap rendemen ... 34

11. Pengaruh jenis sumber serat terhadap parameter yang diamati ... 35

12. Pengaruh perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap parameter yang diamati ... 36

13. Uji LSR efek utama pengaruh jenis sumber serat terhadap kadar air ... 38

14. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap kadar air ... 39

15. Uji LSR efek utama pengaruh jenis sumber serat terhadap kadar serat kasar ... 41

16. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap kadar serat kasar ... 43

(10)

18. Uji LSR efek utama pengaruh jenis sumber serat terhadap daya larut dalam air ... 46

19. Uji LSR efek utama pengaruh jenis sumber serat terhadap daya larut dalam air ... 48

20. Uji LSR efek utama pengaruh jenis sumber serat terhadap daya serap air ... 50

21. Uji LSR efek utama pengaruh jenis sumber serat terhadap daya serap minyak ... 52

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Skema pembuatan minuman serat alami ... 28

2. Hubungan jenis sumber serat dengan kadar air (%) ... 38

3. Hubungan perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) dengan kadar air (%) ... 40

4. Hubungan jenis sumber serat dengan kadar serat kasar (%) ... 42

5. Hubungan perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) dengan kadar serat kasar (%) ... 43

6. Hubungan interaksi antara jenis sumber serat dan perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) dengan kadar serat kasar (%) ... 45

7. Hubungan jenis sumber serat dengan daya larut dalam air (%) ... 47

8. Hubungan perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) dengan daya larut dalam air (%) ... 49

9. Hubungan jenis sumber serat dengan daya serap air (g/g) ... 51

10. Hubungan jenis sumber serat dengan daya serap minyak (g/g) ... 53

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Data pengamatan analisis rendemen (%) ... 63

2. Data pengamatan analisis kadar air (%) ... 64

3. Data pengamatan analisis kadar serat kasar (%) ... 65

4. Data pengamatan analisis daya larut dalam air (%) ... 66

5. Data pengamatan analisis daya serap air (g/g) ... 67

6. Data pengamatan analisis daya serap minyak (g/g) ... 68

(13)

ABSTRAK

MITA ARIS PRATIWI: Pengaruh Jenis Sumber Serat dan Perbandingan Penstabil Terhadap Mutu Minuman Serat Alami. Dibimbing oleh HERLA RUSMARILIN dan ERA YUSRAINI

Seiring dengan perkembangan teknologi, pemenuhan kebutuhan serat pangan dengan cara mengkonsumsi sayuran segar sesuai dengan anjuran kesehatan semakin sulit dan jarang dilakukan. Penelitian ini merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan serat setiap harinya dengan mudah. Empat macam jenis sumber serat yaitu daun kangkung, daun bayam, daun sawi hijau dan daun ubi kayu ditambahkan dengan empat perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) yaitu 1 : 8, 2 : 7, 3 : 6 dan 4 : 5 sebanyak 9%. Penelitian dilakukan pada Juli – Agustus 2011 di Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial. Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar serat kasar, daya larut dalam air, daya serap air, daya serap minyak dan uji organoleptik terhadap warna, aroma dan rasa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis sumber serat dan perbandingan penstabil berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap semua parameter kecuali daya serap air, daya serap minyak dan uji organoleptik. Interaksi kedua faktor itu memberi pengaruh berbeda tidak nyata terhadap semua parameter kecuali kadar serat kasar. Kangkung dengan menggunakan perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) 1 : 8 menghasilkan kadar serat kasar tertinggi.

Kata kunci: serat, gum arab, dekstrin

ABSTRACT

MITA ARIS PRATIWI: The Effect of Fiber Source Types and Ratio of Stabilizers on The Quality of Natural Fiber Beverages. Supervised by HERLA RUSMARILIN and ERA YUSRAINI.

Along with technology development, meeting the requirement of dietary fiber by eating fresh vegetables as recommended by health care more difficult and rarely done. This research was one way to meet the requirement of every day fiber easily. Four different types of fiber sources were kale leaves, spinach leaves, green mustard leaves and cassava leaves combined with four stabilizers ratio (arabic gum: dextrin) of 1: 8, 2: 7, 3: 6 and 4: 5 for 9%. The research was conducted in July-August 2011 in the Laboratory of Food Technology, Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara, Medan, using a completely randomized factorial design. The parameters analyzed were moisture content, crude fiber content, solubility in water, water absorption, oil absorption and organoleptic values (colour, taste and flavour).

The results showed that the types of fiber source and ratio of stabilizers had highly significant effect on all parameters except for water absorption, oil absorption and organoleptic values. Interaction of both factors had no significant effect on all parameters except crude fiber content. Kale with stabilizer (arabic gum: dextrin) of 1: 8 produced the highest levels of crude fiber.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sayuran merupakan menu yang hampir selalu terdapat dalam hidangan

sehari-hari masyarakat Indonesia, baik dalam keadaan mentah (sebagai lalapan

segar) atau setelah diolah menjadi berbagai macam bentuk masakan. Sejak lama

sayuran dikategorikan sebagai bahan pangan surnber vitamin. Padahal selain itu,

sayuran juga mengandung komponen lain yang juga menyehatkan tubuh, yaitu

antioksidan dan serat pangan.

Konsumsi serat pangan dalam jumlah banyak diduga akan memberikan

pertahanan tubuh terhadap timbulnya berbagai macam penyakit sepertikanker usus

besar (kolon), penyakit divertikular, penyakit kardiovaskular dan kegemukan

(obesitas).

Istilah serat (fiber) yang dikenal dahulu merupakan senyawa yang tidak

dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan, saat ini berganti dengan istilah serat

pangan (dietary fiber). Istilah serat pangan dianggap tepat untuk menunjukkan

bahwa senyawa yang tidak dapat dicerna tersebut tidak hanya terdiri dari selulosa

tetapi juga karbohidrat lain yang tidak dapat dicerna seperti hemiselulosa, pentosa,

gum, dan senyawa pektin.

Serat yang bukan termasuk zat gizi juga diperlukan oleh tubuh, selain

zat-zat gizi lain termasuk karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Hampir

sebagian besar serat pangan yang terkandung dalam rnakanan bersumber dari

pangan nabati. Serat tersebut berasal dari dinding sel berbagai jenis buah-buahan,

(15)

merekomendasikan seorang dewasa untuk mengkonsumsi serat sebanyak 25–35

g/hari, namun tidak semua orang memiliki kebutuhan serat yang sama. Secara

umum, tubuh membutuhkan sekitar 10–13 g serat untuk setiap 1.000 kalori

makanan yang dikonsumsi. Sebagai gambaran, anjuran konsumsi energi seorang

dewasa adalah sekitar 2.150 kalori, membutuhkan serat rata-rata 25 g/hari.

Semakin banyak variasi makanan yang dikonsumsi, maka kandungan

seratnya pun semakin banyak, disamping jumlah porsi yang dimakan. Untuk

memenuhi kebutuhan serat yang dianjurkan di atas (25–35 g/hari), seseorang harus

mengonsumsi sekitar 500 g sayuran dan 250 g buah per hari.

Seiring dengan perkembangan teknologi, pemenuhan kebutuhan serat

pangan dengan cara mengkonsumsi sayuran segar sesuai dengan anjuran kesehatan

semakin sulit dan jarang dilakukan. Terutama masyarakat yang berada di perkotaan

semakin menyukai dan membutuhkan pangan yang dapat dengan mudah serta cepat

dalam penyajiannya tidak terkecuali untuk kebutuhan serat pangannya. Sehingga

untuk mencukupi kebutuhan serat pangan harian, produk minuman serat cepat saji

semakin digemari dan dicari oleh masyarakat.

Suplemen serat (dari minuman/makanan serat instan) dapat dikonsumsi bila

tidak dapat memenuhi kebutuhan serat dari makanan. Namun idealnya, serat

sebaiknya didapat dari sayur-sayuran dan buah-buahan alami yang berasal dari pola

makan seimbang sehari-hari, dan tidak hanya bergantung pada suplemen serat.

Menurut penelitian para pakar di bidang gizi, sayuran dan buah-buahan alami selain

banyak mengandung serat, juga merupakan sumber vitamin, mineral dan zat-zat

non gizi seperti fitokimia (phytochemical) yang telah terbukti berkhasiat dalam

(16)

Untuk memperoleh serat yang dibutuhkan dalam pembuatan suplemen serat

dilakukan proses ekstraksi serat dari sumber serat. Ekstraksi serat dilakukan dengan

merendam sumber serat selama 14 jam di dalam larutan asam asetat 1,5% yang

mengacu pada hasil penelitian Ashyidda (2009) yang menyarankan penggunaan

asam asetat untuk mengekstraksi serat dan didukung oleh Iftari (2009) yang

menyatakan bahwa untuk memperoleh serat yang terbaik disarankan untuk

menggunakan asam asetat 1,5%.

Dalam pembuatan minuman serat perlu ditambahkan penstabil yang

berguna untuk meningkatkan kelarutan, melapisi senyawa volatil dan melindungi

dari pengaruh absorbsi air dari udara terbuka. Contoh penstabil yang dapat

digunakan adalah gum arab dan desktrin.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis mencoba melakukan

penelitian tentang pengaruh perbandingan penstabil dan jenis sumber serat terhadap

mutu minuman serat alami.

Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi

kepada masyarakat bahwa daun kangkung, daun bayam, daun sawi hijau dan daun

ubi kayu dapat dibentuk menjadi produk minuman serat alami dan secara khusus

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis sumber serat dan

(17)

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna sebagai sumber data dalam penyusunan skripsi,

sebagai sumber informasi dalam pembuatan minuman serat alami, dan untuk

memberikan informasi kepada masyarakat bahwa jenis sumber serat dan

perbandingan penstabil tertentu dapat menghasilkan warna, aroma, dan rasa

minuman serat alami yang lebih baik.

Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh perbandingan penstabil terhadap mutu minuman serat alami.

2. Ada pengaruh jenis sumber serat terhadap mutu minuman serat alami.

3. Ada pengaruh interaksi antara perbandingan penstabil dan jenis sumber

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Tentang Serat

Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh

bahan-bahan kimia yang digunakan untuk rnenentukan kadar serat kasar, yaitu

asarn sulfat (H2S04 1,25 %) dan natriurn hidroksida (NaOH 1,25 %), sedangkan

serat pangan adalah bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh

enzim-enzim pencernaan. Oleh karena itu, kadar serat kasar nilainya lebih rendah

dibandingkan dengan kadar serat pangan, karena asarn sulfat dan natriurn

hidroksida mernpunyai kernampuan yang lebih besar untuk menghidrolisis

komponen-komponen pangan dibandingkan dengan enzim-enzim pencernaan

(Muchtadi, 2001).

Serat kasar merupakan sisa bahan makanan yang telah mengalami proses

pemanasan dengan asam keras dan basa keras selama 30 menit berturut-turut dalam

prosedur yang dilakukan di laboratorium. Dengan proses seperti ini dapat merusak

beberapa macam serat yang tidak dapat dicerna oleh manusia, dan tidak dapat

diketahui komposisi kimia tiap-tiap bahan yang membentuk dinding sel (Piliang

dan Djojosoebagio, 1996).

Serat banyak membawa manfaat kepada tubuh. Di antaranya seperti

mencegah konstipasi, kanker, memperkecil risiko sakit pada usus besar, membantu

menurunkan kadar kolesterol, membantu mengontrol kadar gula dalam darah,

mencegah wasir, membantu menurunkan berat badan dan masih banyak lagi. Serat

yang merupakan zat non gizi terbagi dari dua jenis, yaitu serat pangan (dietary

(19)

usus besar setelah proses pencernaan. Secara umum serat pangan (dietary fiber)

didefinisikan sebagai kelornpok polisakarida dan polimer-polimer lain yang tidak

dapat dicerna oleh sistem gastrointestinal bagian atas tubuh rnanusia. Terdapat

beberapa jenis komponennya yang dapat dicerna (difermentasi) oleh mikroflora

dalam usus besar menjadi produk-produk terfermentasi. Dari penelitian mutakhir

diketahui bahwa serat pangan total (total dietary fiber, TDF) terdiri dari komponen

serat pangan larut (soluble dietary fiber, SDF) dan serat pangan tidak larut

(insoluble dietary fiber, IDF). SDF diartikan sebagai serat pangan yang dapat larut

dalarn air hangat atau panas serta dapat terendapkan oleh air yang telah dicarnpur

dengan ernpat bagian etanol. Gum, pektin dan sebagian hemiselulosa larut yang

terdapat dalarn dinding sel tanarnan rnerupakan surnber SDF. Adapun IDF

diartikan sebagai serat pangan yang tidak larut dalarn air panas rnaupun dingin.

Surnber IDF adalah selulosa, lignin, sebagian besar hemiselulosa, sejumlah kecil

kitin, lilin tanarnan dan kadang-kadang senyawa pektat yang tidak dapat larut. IDF

rnerupakan kelornpok terbesar dari TDF dalarn rnakanan, sedangkan SDF hanya

menempatijumlah sepertiganya (Klikdokter, 2011).

Serat makanan dibedakan atas 2 jenis, yaitu serat yang larut dalam air dan

yang tidak larut dalam air. Dimana sebagian besar serat dalam bahan pangan

merupakan serat yang tidak dapat larut. Winarno (1997) menyatakan bahwa total

serat yang tidak dapat larut adalah 1/5 – 1/2 dari jumlah total serat. Serat yang larut

dalam air bersifat mudah dicerna, dan yang tergolong dalam jenis serat ini seperti

pektin (misalnya buah-buahan apel, stroberi, jeruk), musilase (misalnya agar-agar

dari rumput laut) dan gum (misalnya biji-bijian, kacang-kacangan dan rumput laut).

(20)

yang tergolong dalam serat tidak larut ini adalah selulosa (misalnya wortel, bit,

umbi-umbian, bekatul), hemiselulosa (didapat pada kulit ari yang menutupi beras

atau gandum), dan lignin (terdapat pada batang, kulit dan daun sayur-sayuran).

Menurut berbagai penelitian, baik serat yang larut dan tidak larut tersebut

bermanfaat bagi kesehatan dalam menunjang pencegahan berbagai jenis penyakit

seperti jantung koroner, stroke, kencing manis, dan kanker usus (Kompas, 2002).

Kandungan serat pada beberapa jenis sayuran terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan serat dalam 100 g sayuran

Jenis Sayuran Kandungan Serat (g)

Bayam 0,8

Berdasarkan data Muchtadi (1998), kandungan serat larut air dan serat tidak

larut air pada kangkung adalah sebesar 10,94% dan 89,06%; pada bayam adalah

(21)

Serat tergolong zat non gizi dan kini konsumsinya makin dianjurkan untuk

dilakukan teratur dan seimbang setiap hari. Dalam konteks ini yang dimaksud serat

adalah zat non gizi yang berguna untuk diet (dietary fiber). Para ahli

mengelompokkan serat makanan sebagai salah satu jenis polisakarida yang lebih

lazim disebut karbohidrat kompleks (Sulistijani dan Firdaus, 2001).

Sifat Fisik Serat Makanan

Serat mempunyai kemampuan untuk secara cepat menyerap air dalam

jumlah banyak. Zat pektin merupakan komplek polimer berasal dari dinding sel dan

bagian-bagian berserat dalam buah-buahan, sayuran dan tanaman-tanaman darat

lainnya. Beberapa di antaranya dapat diubah menjadi asam pektinat yang dapat

larut dalam air dan dapat digunakan untuk mengikat cairan dalam pembuatan

agar-agar (Piliang dan Djojosoebagio, 1996).

Sifat fisik tanaman sangat dipengaruhi oleh umur, kondisi pertumbuhan dan

kultivar. Sifat fisik serat makanan tergantung baik pada komposisi maupun struktur

komponen-komponen penyusun serat makanan. Sifat fisik penting pertama adalah

kelarutan. Ada dua tipe serat makanan yaitu yang larut dalam air dan yang tidak

larut dalam air. Kelarutan dari gum, pektin, mucilage dan kemampuannya

membentuk larutan dengan viskositas tertentu atau perbedaan kekuatan gel sangat

dipengaruhi oleh ukuran dan distribusi polimer yang berbeda yang terkandung pada

setiap sumber serat makanan. Sifat fisik penting yang kedua adalah kapasitas

mengikat air yaitu kemampuan serat makanan yang tidak larut dalam air untuk

mengembang dan menyerap air. Kemampuan ini dipengaruhi oleh ukuran partikel

dan distribusi. Sebagai contoh selulosa murni dengan grade/kadar komersial,

(22)

partikel. Sedangkan kemampuan mengikat air dari total serat makanan tergantung

dari pH dan jenis makanan (Grace, et al., 1991).

Sifat fisik dominan pada serat makanan yaitu tingginya nilai penyerapan air

(NPA) dan nilai kelarutan air (NKA). Fenomena tersebut sejalan dengan sifat instan

yaitu meningkatnya kelarutan dan penyerapan yang disebabkan oleh rendahnya

karbohidrat dan tingginya gula pereduksi yang bersifat higroskopis (Auliana, 1999).

Jenis serat larut dapat menahan air lebih besar dibandingkan dengan serat

tidak larut. Sifat ini tidak hanya ditentukan oleh kelarutannya di dalam air, tetapi

juga dipengaruhi oleh pH saluran cerna, besar partikel serat (dimana partikel serat

yang halus memiliki kemampuan hidrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan

partikel yang lebih kasar) dan proses pengolahan (Tala, 2009).

Serat pangan memiliki daya serap air yang tinggi, karena ukuran polimernya

besar, strukturnya kompleks dan banyak mengandung gugus hidroksil namun

tergantung pada jenis polisakaridanya. Komponen yang terbanyak dari serat

makanan (dietary fiber) ditemukan pada dinding sel tanaman. Komponen ini

termasuk senyawa struktural seperti selulosa, hemiselulosa, pektin dan lignin

(Southgate, 1982).

Serat pangan tidak dapat diserap oleh dinding usus halus dan tidak dapat

masuk ke dalam sirkulasi darah. Namun, akan dilewatkan menuju ke usus besar

(kolon) dengan gerakan peristaltik usus. Serat makanan yang tersisa di dalam kolon

tidak membahayakan organ usus, justru kehadirannya berpengaruh positif terhadap

proses di dalam saluran pencernaan dan metabolisme zat-zat gizi (Sulistijani dan

(23)

Selulosa dan hemiselulosa lebih sukar untuk diuraikan dan mempunyai

sifat-sifat sebagai berikut, yaitu memberi bentuk atau struktur pada tanaman, tidak

larut dalam air dingin maupun air panas, tidak dapat dicerna oleh cairan pencernaan

manusia sehingga tidak dapat menghasilkan energi, dapat membantu melancarkan

pencernaan makanan, dan dapat dipecah menjadi satuan-satuan glukosa oleh enzim

dan mikroba tertentu (Winarno, et al., 1980).

Serat makanan memiliki sifat-sifat umum, antara lain bentuk molekul

dengan polimer yang berukuran besar, struktur yang kompleks, banyak

mengandung gugus hidroksil dan memiliki kapasitas pengikat air yang besar.

Banyaknya gugus hidroksil bebas yang bersifat polar serta struktur matriks yang

berlipat-lipat ternyata mampu memberikan peluang besar bagi terjadinya

pengikatan air melalui ikatan hidrogen. Kemampuan mengikat air oleh serat

makanan memiliki arti penting dalam mempertahankan air dalam lambung,

meningkatkan viskositas makanan dalam usus kecil, dan berhubungan dengan

peranan serat makanan dalam gizi dan metabolisme tubuh

(Inglett and Fakehag, 1979).

Manfaat Serat Makanan

Peran utama serat dalam makanan ialah pada kemampuannya mengikat air.

Dengan adanya serat, sisa-sisa makanan akan melalui saluran pencernaan untuk

diekskresikan lebih cepat. Tanpa bantuan serat, feses dengan kandungan air rendah

akan lebih lama tinggal dalam saluran usus dan mengalami kesukaran melalui usus

untuk dapat diekskresikan keluar, karena gerakan-gerakan peristaltik usus besar

(24)

Serat makanan berpengaruh juga terhadap pelepasan hormon intestinal

(pencernaan di dalam usus), kalsium, zat besi, seng, dan kolesterol dan asam

empedu sehingga berpengaruh terhadap sirkulasi enterohepatik kolesterol

(peredaran darah tidak langsung melalui hati menuju ke jantung) (Rusilanti

dan Kusharto, 2007).

Serat mempunyai daya hisap yang sangat kuat terhadap asam empedu.

Semakin banyak serat makanan, semakin banyak pula asam empedu yang dibuang,

sehingga kolesterol yang dikeluarkan melalui feses bertambah banyak. Peningkatan

ekskresi asam empedu ini dapat menurunkan kadar kolesterol karena asam empedu

yang terikat tidak dapat diserap kembali (Story et al., 1979).

Tinjauan Umum Tentang Sayuran yang Digunakan Daun kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.)

Kangkung merupakan sejenis tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran

dan di tanam sebagai makanan. Kangkung banyak terdapat di kawasan Asia dan

merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di mana-mana terutama di

kawasan berair. Kandungan gizi yang dimiliki kangkung menjadikannya bersifat

sebagai antiracun, peluruh, perdarahan, diuretik (pelancar kencing), antiradang, dan

sedatif (penenang/obat tidur). Sifat-sifat tersebut membuat kangkung memiliki

khasiat antara lain mengurangi haid yang terlalu banyak, mengatasi keracunan

makanan, kencing darah, anyang-anyangan (kencing sedikit-sedikit dan rasanya

nyeri), mimisan, sulit tidur, dan wasir berdarah. Sebagai obat luar, kangkung bisa

digunakan untuk mengobati bisul, kapalan, dan radang kulit bernanah (Gklinis,

(25)

Tabel 2. Kandungan gizi dalam 100 g kangkung

Bayam merupakan tumbuhan yang biasa ditanam untuk dikonsumsi

daunnya sebagai sayuran hijau. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik namun

sekarang tersebar ke seluruh dunia. Kandungan besi pada bayam relatif lebih tinggi

daripada sayuran daun lain (besi merupakan penyusun sitokrom, protein yang

terlibat dalam fotosintesis) sehingga berguna bagi penderita anemia. Kandungan

asam folat dan asam oksalat membuat bayam dapat digunakan untuk membantu

menurunkan kadar kolesterol, mencegah sakit gusi, asma, untuk perawatan kulit

wajah, kulit kepala, dan rambut. Yang paling terkenal adalah mengobati rasa lesu

dan kurang bergairah sebagai tanda kurang darah (Harry, 2011). Kandungan gizi

bayam per 100 g bahan dapat dilihat pada Tabel 3.

(26)

Air (g) 86,90 (Ktw, 2010).

Manfaat sayur bayam diantaranya, yaitu :

1. Kandungan vitamin A pada bayam sangat baik untuk kesehatan mata.

2. Kandungan vitamin B sangat berperan dalam perkembangan otak dan

membantu metabolisme tubuh. Sedangkan kandungan vitamin C yang cukup

tinggi, mampu menjaga kekebalan/daya tahan tubuh serta memperbaiki sel-sel

jaringan yang rusak.

3. Vitamin K adalah vitamin yang paling terkenal pada sayur bayam ini. Berperan

penting dalam proses pembekuan darah bila terjadi luka, vitamin K juga

mampu menjaga pembuluh-pembuluh darah tubuh agar tidak mengeras karena

adanya penumpukan kalsium sehingga bermanfaat untuk menurunkan resiko

terkena stroke.

4. Kandungan vitamin K dan E mampu menjaga kualitas sel-sel tubuh dan

memperbaharui yang rusak.

5. Zat besi pada bayam sangat berguna untuk pembentukan sel darah merah di

dalam tubuh sehingga tidak mudah terserang anemia atau kurang darah.

(Ahira, 2011a).

Daun sawi hijau (Brassica juncea)

Sawi termasuk ke dalam famili Curciferae merupakan tanaman semusim

yang berdaun lonjong, halus, dan tidak berbulu. Tanaman sawi mempunyai akar

tunggang dengan banyak akar samping yang dangkal. Ukuran kuntum bunga lebih

kecil dengan warna kuning pucat spesifik, sedangkan biji berukuran kecil dan

berwarna hitam kecokelatan serta terdapat dalam kedua sisi dinding sekat polong

(27)

Berikut ini beberapa nutrisi yang terkandung dalam sayur sawi (Tabel 4):

a. Sayur sawi kaya akan vitamin. Seperti A, B, C, E, dan K dengan kadar yang

sangat tinggi.

b. Selain vitamin, sayur sawi juga mengandung karbohidrat, protein dan lemak

baik yang berguna untuk kesehatan tubuh.

c. Zat lain yang terkandung dalam sayur sawi adalah kalsium, kalium, mangan,

folat, zat besi, fosfor, dan magnesium.

d. Kandungan non-gizi yang ada dalam sayur sawi adalah serat atau fiber yang

kadarnya cukup tinggi.

Tabel 4. Kandungan gizi dalam 100 g sawi

Kandungan Gizi Jumlah Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1979.

Manfaat sayur sawi :

1. Kandungan vitamin yang cukup tinggi sangat baik untuk menunjang kesehatan

tubuh. Vitamin paling tinggi yang ada di sayur sawi ini adalah vitamin K, di

mana vitamin ini sangat berguna untuk pembekuan darah, sehingga luka akan

(28)

bahwa kadarnya hampir sama seperti jeruk. Ini sangat baik untuk menjaga daya

tahan tubuh sehingga tidak mudah sakit.

2. Kandungan kalsiumnya yang tinggi sangat diperlukan untuk pembentukan dan

menjaga kualitas tulang, sehingga bisa menghambat tulang keropos atau

osteoporosis.

3. Serat pangannya yang cukup tinggi bisa membantu proses pencernaan pada

perut yaitu 1,20 g.

4. Sayur sawi termasuk sayur yang memiliki zat besi cukup bagus, sehingga

sangat cocok bagi penderita anemia karena kandungan zat besi sawi mampu

meregenerasi hemoglobin dengan sangat baik.

(Ahira, 2011b).

Daun ubi kayu (Manihot esculenta)

Daun ubi kayu merupakan sumber vitamin A, setiap 100 g, mempunyai

kandungan vitamin A mencapai 3.300 Retinol Ekuivalen (RE) sehingga kesehatan

mata akan lebih baik dan mengandung serat yang tinggi sehingga dapat membantu

buang air besar menjadi lebih teratur dan lancar dan mencegah kanker usus dan

penyakit jantung (RepositoryUSU, 2009). Tabel kandungan gizi daun ubi kayu per

100 g bahan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan gizi dalam 100 g daun ubi kayu

(29)

Serat (g)

Karakteristik dan Sifat Penstabil yang Digunakan Gum arab

Gom (atau gum) arab, dikenal pula sebagai gum acacia adalah salah satu

produk getah (resin) yang dihasilkan dari penyadapan getah pada batang tumbuhan

legum (polong-polongan) dengan nama sama (nama ilmiah Acacia senegal). Nama

gom arab (dari gum arabic) secara harfiah berarti getah arab. Kemungkinan besar

tumbuhan ini berasal dari oasis padang pasir di Afrika utara, dan barangkali juga di

Asia barat daya. Sudan merupakan penghasil 70% produksi gom arab sedunia

(Wikipedia, 2011a).

Gum arab memiliki berat molekul antara 250.000–1.000.000. Gum arab

jauh lebih mudah larut dalam air dibanding hidrokoloid lainnya. Gum arab dapat

meningkatkan stabilitas dengan peningkatan viskositas. Jenis pengental ini juga

tahan panas pada proses yang menggunakan panas namun lebih baik jika panasnya

dikontrol untuk mempersingkat waktu pemanasan, mengingat gum arab dapat

terdegradasi secara perlahan-lahan dan kekurangan efisiensi emulsifikasi dan

viskositas (Setyawan, 2007).

Glicksman and Schachat (1959) menyatakan bahwa gum arab merupakan

senyawa kompleks heteropolisakarida yang terdiri dari L-arabinosa, L-ramnosa,

D-galaktosa, dan D-asam glukoronat serta mengandung ion kalsium, magnesium, dan

kalium. Unit monosakarida gum arab terdiri dari D-galaktosa (36,8%),

(30)

Fungsi gum arab adalah untuk memperbaiki viskositas, tekstur, dan bentuk

makanan. Gum arab juga mempertahankan aroma dari bahan yang akan

dikeringkan karena gum arab dapat melapisi senyawa aroma, sehingga terlindungi

dari pengaruh oksidasi, evaporasi, dan absorbs air dari udara terbuka terutama

untuk produk-produk yang higroskopis (Glicksman and Schachat, 1959).

Masalah utama dari penggunaan gum arab ini adalah terbentuknya larutan

yang kental pada konsentrasi gum di atas 10% meskipun kekentalan maksimum

gum arab baru tercapai pada konsentrasi 40–50% dan sering sulit disebarkan secara

merata dalam air. Jika tidak dijaga, gum ini akan membentuk gumpalan dalam air,

sehingga hanya bagian luar saja yang basah, sedangkan bagian dalam tidak basah

dan sulit untuk dilarutkan. Menurut Klose dan Glicksman (1968), terdapat beberapa

cara yang biasa digunakan untuk memudahkan penyebaran gum arab dalam air dan

menghindari penggumpalan, antara lain : (1) menambahkan gum sedikit demi

sedikit dan kalau memungkinkan dibarengi dengan pengadukan cepat, (2) bila

mungkin gum dicampurkan terlebih dahulu dengan bahan kering lainnya dalam

formula sebelum penambahan air.

Dekstrin

Destrin merupakan oligosakarida yang dihasilkan dari hidrolisis pati secara

tidak sempurna, akibatnya rantai panjang pati mengalami pemutusan dan terjadi

perubahan sifat pati yang tidak larut dalam air menjadi dekstrin yang mudah larut

dalam air. Pada pembentukan dekstrin terjadi transglukosidasi yaitu perubahan

ikatan α-1,4 glukosidik menjadi α-1,6 glukosidik. Perubahan ini menyebabkan

dekstrin tidak kental, lebih cepat terdispersi dan lebih stabil daripada pati. Dekstrin

(31)

rendah. Sifat tersebut akan mempermudah penggunaan dekstrin bila dipakai dalam

konsentrasi yang cukup tinggi (Lineback and Inlett, 1982).

Struktur cincin siklodekstrin mengandung rongga kosong yang bersifat nisbi

hidrofob karena atom hidrogen dan atom oksigen glikosidik diarahkan ke bagian

dalam. Permukaan luar cincin bersifat hidrofilik karena gugus hidroksil polar

terdapat pada tepi luar. Sifat hidrofob rongga memungkinkan molekul yang

berukuran sesuai dikomplekskan dengan antaraksi hidrofob (deMan, 1997)

Dektrin larut dalam air tetapi dapat diendapkan dengan alkohol. Beberapa

dekstrin bereaksi dengan iodin memberikan warna biru dan larut dalam alkohol

25% (disebut amilodekstrin) sedang yang lainnya berwarna coklat-kemerahan dan

larut dalam alkohol 55% (disebut eritrodekstrin) dan yang lainnya tidak membentuk

warna dengan iodin serta larut dalam alkohol 70 (disebut akhrodekstrin), yang juga

diidentifikasi sebagai desktrosa ekuivalen (DE) (Sagala, 2010).

Menurut Lewis (1989) dekstrin merupakan bahan yang aman untuk

digunakan, tidak beracun, dan tidak berbahaya untuk dikonsumsi manusia. Dekstrin

digunakan untuk thickener dan memperbaiki kenampakan produk sehingga sering

dipakai untuk campuran serbuk minuman, pembuatan gula-gula, dan

macam-macam kue.

Persyaratan mutu dekstrin industri pangan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Persyaratan mutu dekstrin industri pangan

Kriteria Satuan Persyaratan

Warna - Putih sampai kekuningan

Warna dengan lugol - Ungu kecoklat-coklatan Kehalusan (Mesh 80) - Min. 90 (lolos)

Air % (b/b) Maks. 11

Abu % Maks. 0,5

Serat kasar % Maks. 0,6

(32)

Kelenturan - 3 s.d. 4

Cemaran logam (Pb, Cu, Zn, Su) mg/kg Maks. 2, Maks. 30, Maks. 40, Maks 40

Arsen mg/kg Maks. 1

Cemaran mikroba - -

(Standar Nasional Indonesia, 1992)

Minuman Serat

Selain sebagai sumber serat minuman serat juga berfungsi sebagai suplemen

makanan. Minuman ini dikemas dalam kemasan praktis dan menarik sehingga

sangat menarik minat konsumen. Dalam penyajiannya dapat langsung ditambah air,

diaduk dan siap diminum atau didinginkan terlebih dahulu. Ada juga yang

menyajikan setelah diolah dalam berbagai rasa dan tambahan bahan makanan

lainnya (Vegeta, 2011).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

sebanyak 53 % responden dari 100 orang memilih minuman berserat adalah untuk

mendapatkan manfaat dari serat yang dikandungnya. Salah satu sumber serat yang

digunakan diantaranya berasal dari jenis tumbuhan Plantago ovata dan Inulin

Chicory. Serat pada minuman ini berfungsi membantu pencernaan manusia,

membantu diet, dan lain-lain sehingga masyarakat menyakini bahwa dengan

mengkonsumsi minuman berserat dapat memperlancar ekskresi, mengurangi

masalah wasir, gangguan pencernaan sampai mencegah penyakit jantung yang

semuanya bersumber pada kesehatan pencernaan (Vegeta, 2011).

Asam yang Digunakan Dalam Ekstraksi

Asam asetat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang

dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam asetat

(33)

digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan

polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain (Wikipedia, 2011b).

Asam asetat cair adalah pelarut polar, mirip air dan etanol. Asam asetat

memiliki konstanta dielektrik 6,2 sehingga dapat melarutkan senyawa polar

maupun senyawa non polar. Asam asetat bercampur dengan mudah dengan pelarut

polar dan non polar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan

kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas

dalam industri kimia (Wikipedia, 2011b).

Ekstraksi dilakukan pada suasana sedikit asam. Proses pengasaman

bertujuan untuk memecahkan dinding sel sehingga memudahkan proses ekstraksi.

Pengasaman juga dapat menghancurkan dan melarutkan kotoran, sehingga bahan

lebih bersih. Pengasaman dapat dilakukan dengan menggunakan asam asetat

(Winarno, 2002).

Proses Pembuatan Minuman Berserat Sortasi

Sortasi dan penggolongan mutu sangat diperlukan untuk menggolongkan

bahan pangan sesuai dengan ukuran dan ada tidaknya cacat. Penggolongan mutu

adalah pengklasifikasian komoditi dan kelompok menurut standar yang secara

komersil dapat diterima (Satuhu, 1996).

Bahan pangan setelah dipanen, apabila tidak diangkut dengan cepat dan

mendapatkan perlindungan serta penyimpanan yang baik, maka dapat menjadi

rusak. Bahan-bahan yang telah rusak oleh mikroba dapat menjadi sumber

(34)

diperlukan sortasi sebagai penanganan awal bahan pangan hasil panen tersebut

(Muchtadi, 1997).

Pencucian

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran (tanah) yang menempel,

residu fungisida atau insektisida, dan memperoleh penampakan yang baik.

Pencucian dapat dilakukan dengan menggunakan air atau dengan sikat (Baliwati, et

al., 2004).

Pencucian meningkatkan penampakan hasil, dimana sering sekali pada hasil

terdapat kotoran, tanah, serangga, jamur, dan lain sebagainya yang mengakibatkan

hasil tidak sedap dipandang. Tidak jarang pula masih terdapat sisa-sisa fungisida

dan insektisida pada hasil pertanian. Konsumen menginginkan hasil yang bersih,

sehingga kebanyakan buah-buahan dan sayuran dicuci setelah dipanen (Pantastico,

1993).

Penyaringan

Penyaringan merupakan proses yang lambat, yaitu kemampuan relatif bahan

untuk menembus melalui lubang-lubang halus, dipergunakan untuk pemisahan, dan

merupakan penyaringan partikel-partikel yang melayang di dalam suatu bahan cair.

Lubang-lubang halus yang dibutuhkan untuk penyaringan diperoleh dari kain

penyaring. Laju penembusan partikel bahan pada saringan tergantung kepada

beberapa faktor, terutama sifat alamiah partikel, dan bentuk partikel, frekuensi dan

(35)

Pengeringan

Pengeringan adalah suatu metoda untuk mengeluarkan atau menghilangkan

sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan

menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan tersebut dikurangi

sampai suatu batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi di dalamnya. Pengeringan

dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada setiap tempat dari

bahan tersebut, dan uap air dikeluarkan dari seluruh permukaan bahan tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan terutama adalah luas permukaan,

suhu pengeringan, aliran udara dan tekanan uap di udara (Winarno, et al., 1980).

Pengeringan berarti pemisahan cairan dari suatu bahan padat yang lembab

dengan cara menguapkan cairan tersebut dan membuang uap yang terbentuk.

Karena pertimbangan ekonomi (penghematan energi), maka sebelum pengeringan

dilakukan, sebaiknya sebanyak mungkin cairan sudah dipisahkan secara mekanis.

Pemisahan yang sempurna seringkali tidak dapat diperoleh, artinya bahan padat

selalu masih mengandung sedikit atau banyak cairan (Bernasconi, et al., 1995).

Penghancuran dan pengayakan

Penghancuran dan pemotongan mengurangi ukuran bahan padat dengan

kerja mekanis, yaitu membaginya menjadi partikel-partikel lebih kecil. Pemotongan

dipergunakan untuk memecahkan potongan besar bahan pangan menjadi

potongan-potongan kecil yang sesuai untuk pengolahan lebih lanjut. Bahan mentah sering

berukuran lebih besar daripada kebutuhan, sehingga ukuran bahan ini harus

diperkecil (Earle, 1969).

Mengayak berarti memisahkan suatu bahan dengan menuangkannya

(36)

(kelas-kelas butir). Proses ini disebut klasifikasi. Bahan yang tertinggal hanyalah

partikel-partikel yang berukuran lebih besar daripada lubang ayakan, sedangkan

bahan yang lolos berukuran lebih kecil daripada lubang-lubang itu. Pengayakan

dimaksudkan untuk menghasilkan campuran butir dengan ukuran tertentu yang

seragam, agar dapat diolah lebih lanjut atau agar diperoleh penampilan/bentuk

komersil yang diinginkan. Pada proses pengayakan, bahan dibagi menjadi bahan

kasar yang tertinggal dan bahan lebih halus yang lolos melalui ayakan

(37)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli–Agustus 2011 di

Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kangkung, daun

bayam, daun sawi hijau, dan daun ubi kayu. Bahan-bahan tersebut diperoleh di

Pasar Pagi Tanjung Rejo, Medan. Bahan untuk analisis adalah akuades dan minyak

goreng.

Reagen

  Reagen yang digunakan dalam penelitian ini adalah H2SO4 0,255 N, NaOH

0,313 N, K2SO4, dan alkohol.

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain timbangan

analitik, oven, centrifuge, desikator, beaker glass, cawan aluminium, spatula, gelas

(38)

Metoda Penelitian (Bangun, 1991)

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan dua faktor, yang terdiri dari :

Faktor I : Jenis Sumber Serat (S) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu :

S1 = Daun Kangkung

S2 = Daun Bayam

S3 = Daun Sawi Hijau

S4 = Daun Ubi Kayu

Faktor II : Perbandingan Penstabil (Gum Arab : Dekstrin) (P) yang terdiri

dari 4 taraf, yaitu :

P1 = 1 : 8

P2 = 2 : 7

P3 = 3 : 6

P4 = 4 : 5

Kombinasi perlakuan (Tc) = 4 x 4 = 16 dengan jumlah minimum perlakuan (n)

adalah :

Tc (n-1) ≥ 15

16 (n-1) ≥ 15

16 n ≥ 31

n ≥ 1,94………Dibulatkan menjadi n = 2

(39)

Model Rancangan

Penelitian ini dilakukan dengan model Rancangan Lengkap (RAL) faktor

dengan model :

Ŷijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

Dimana :

Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor S pada taraf ke-i dan faktor P pada taraf ke-j

dalam ulangan ke-k

μ : Efek nilai tengah

αi : Efek faktor S pada taraf ke-i

βj : Efek faktor P pada taraf ke-j

(αβ)ij : Efek interaksi faktor S pada taraf ke-i dan faktor P pada taraf ke-j

εijk : Efek galat dari faktor S pada taraf ke-i dan faktor P pada taraf ke-j dalam

ulangan ke-k

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji

dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan menggunakan uji LSR (Least Significant

Range).

Pelaksanaan Penelitian

Dipilih bahan S1 (daun kangkung), S2 (daun bayam), S3 (daun sawi hijau),

dan S4 (daun ubi kayu) terlebih dahulu, tidak rusak/cacat dan berwarna segar.

Dicuci dengan air mengalir hingga bersih kemudian dilakukan pengeringan dengan

menggunakan oven pada suhu 50oC hingga bahan kering. Bahan selanjutnya diayak

dengan ayakan 50 mesh. Dilakukan pengekstrakan serat dari bahan dengan

menggunakan asam asetat 1,5% selama 14 jam kemudian dicuci dengan air

(40)

beaker glass yang berisi air dan diatur pH-nya dengan menambahkan asam asetat

hingga mencapai pH 6 dan dimasak selama 45 menit pada suhu 90oC. Bahan

selanjutnya disaring dan dikeringkan dengan oven suhu 500C selama 24 jam,

kemudian ditimbang untuk mendapatkan rendemen. Dicampur bahan dengan

menambahkan penstabil (gum arab : dekstrin) sebanyak 9% dengan perbandingan

P1 (1 : 8), P2 (2 : 7), P3 (3 : 6) dan P4 (4 : 5) dan tepung gula 20% yang telah

dilarutkan terlebih dahulu. Kemudian dituang ke dalam loyang dan dikeringkan

dalam oven pada suhu 50oC selama 24 jam. Dihaluskan bahan yang telah kering

dan diayak dengan menggunakan ayakan 30 mesh. Dilakukan analisis kadar air,

kadar serat kasar, daya larut dalam air, daya serap air, daya serap minyak dan uji

organoleptik terhadap warna, aroma dan rasa.

(41)

Gambar 1. Skema pembuatan minuman serat alami

Dicuci dengan air mengalir dan ditimbang

Dikeringkan pada suhu 50oC

Dihaluskan dan diayak dengan ukuran 50 mesh

Diekstrak serat dengan menggunakan asam asetat 1,5% selama 14 jam dan dicuci

Dimasukkan ke dalam air dan ditambahkan asam asetat hingga pH 6 kemudian dipanaskan pada suhu 90oC selama 45 menit

Ditambahkan penstabil (gum arab : dekstrin) sebanyak 9%

Perbandingan penstabil

Diayak dengan menggunakan ayakan 30 mesh

Dilakukan analisis :

- uji organoleptik (warna, aroma, dan rasa) Minuman serat alami

Bahan sebagai sumber serat

(42)

Pengamatan dan Pengukuran Data

Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisa sesuai

dengan parameter :

1. Rendemen (%)

2. Kadar air (%)

3. Kadar serat kasar (%)

4. Daya larut dalam air (%)

5. Daya serap air (%)

6. Daya serap minyak (%)

7. Uji organoleptik terhadap warna, rasa dan aroma (numerik)

Parameter Penelitian Penentuan rendemen

Rendemen dihitung atas dasar rumus sebagai berikut :

a Rendemen = x 100%

b

Dimana : a = Berat akhir (berat bahan yang diekstrak setelah pengeringan)

b = Berat awal (berat bahan sebelum diekstrak)

Penentuan kadar air dengan metode oven (AOAC, 1984)

Ditimbang bahan sebesar 5 gram di dalam cawan aluminium yang telah

diketahui berat kosongnya. Kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu sekitar

105–110oC selama 3 jam kemudian didinginkan di dalam desikator selama 15

(43)

selama 30 menit, kemudian didinginkan di dalam desikator dan ditimbang.

Perlakuan ini diulang sampai diperoleh berat yang konstan.

Berat Awal – Berat Akhir

Kadar Air = x 100%

Berat Awal

Penentuan serat kasar (Sudarmadji, et al., 1989)

Ditimbang 10 gram sampel yang telah dihaluskan, kemudian dipindahkan

ke dalam erlenmeyer 600 ml. Ditambahkan 200 ml larutan H2SO4 0,255 N

mendidih dan ditutup dengan pendingin balik, didihkan selama 30 menit dengan

kadang kala digoyang-goyangkan. Disaring suspensi dengan kertas saring dan

residu yang tertinggal di dalam erlenmeyer dicuci dengan akuades mendidih sampai

residu tidak bersifat asam lagi. Dipindahkan residu dari kertas saring ke dalam

erlenmeyer kembali dan sisanya dicuci dengan larutan NaOH 0,313 N mendidih

sebanyak 200 ml sampai semua residu masuk ke dalam erlenmeyer. Didihkan

dengan pendingin balik sambil kadang kala digoyang-goyangkan selama 30 menit.

Disaring dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya sambil dicuci dengan

K2SO4 10%, kemudian dicuci lagi residu dengan akuades mendidih dan alkohol

95% sebanyak 15 ml. Dikeringkan kertas saring beserta isinya pada suhu 110oC

sampai berat konstan.

Berat Residu

Serat Kasar = x 100%

Berat Awal

Penentuan daya larut dalam air (SNI 06-1451-1989 dengan modifikasi)

Ditimbang bahan sebanyak 2 gr kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur

(44)

selama 30 menit. Setelah itu disaring dengan menggunakan kertas saring, kemudian

diambil 10 ml dan dituang ke dalam cawan porselin yang telah ditimbang beratnya.

Kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu pertama 80oC untuk 1 jam

pertama, kemudian langsung dinaikkan suhunya menjadi 90oC untuk 1 jam kedua

dan dinaikkan lagi menjadi 100oC untuk 1 jam ketiga, kemudian dikeluarkan dari

oven dan ditimbang. Sampel tersebut dimasukkan lagi ke dalam oven selama 30

menit, kemudian diangkat dan ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai diperoleh

berat yang konstan.

20 x (A – B)

Daya Larut dalam Air = x 100% C

Dimana : A = Berat kurs porselin + isi (g)

B = Berat kurs porselin (g)

C = Berat sampel (g)

Penentuan daya serap air (Sathe dan Salunkhe, 1981)

Daya serap air dapat ditentukan dengan metode sentrifugasi. Ditimbang 1

gram sampel, dicampur dengan 10 gram akuades, kemudian dikocok selama 30

detik. Didiamkan selama 15 menit pada suhu kamar. Selanjutnya disentrifugasi

pada 5000 rpm selama 15 menit. Supernatan yang diperoleh dituangkan secara

hati-hati ke dalam wadah lain dan ditimbang beratnya, kemudian dilakukan perhitungan

:

A – B Daya Serap Air (g/g) =

C

Dimana : A = Berat air mula-mula (g)

(45)

C = Berat sampel (g)

Penentuan daya serap minyak (%) (Sathe dan Salunkhe, 1981)

Daya serap minyak dapat ditentukan dengan metode sentrifugasi. Ditimbang

1 gram sampel, dicampur dengan 10 gram minyak, kemudian dikocok selama 30

detik. Didiamkan selama 15 menit pada suhu kamar. Selanjutnya disentrifugasi

pada 5000 rpm selama 15 menit. Supernatan yang diperoleh dituangkan secara

hati-hati ke dalam wadah lain dan ditimbang beratnya, kemudian dilakukan perhitungan

:

A – B Daya Serap Minyak (g/g) =

C

Dimana : A = Berat minyak mula-mula (g)

B = Berat supernatan (g)

C = Berat sampel (g)

Penentuan uji organoleptik (warna, rasa dan aroma) (Numerik) (Soekarto, 1985)

Uji organoleptik terhadap warna, rasa dan aroma minuman serat alami yang

dihasilkan dari masing-masing sumber serat dilakukan dengan uji kesukaan

(hedonik) terhadap 15 orang sebagai panelis. Produk minuman serat alami disajikan

dengan melarutkan 5 gram di dalam 200 ml air. Uji organoleptik dilakukan dengan

ketentuan sebagai berikut :

Proporsi uji organoleptik terhadap warna, rasa dan aroma :

Warna : 33,3%

Aroma : 33,3%

(46)

Tabel 7. Skala uji hedonik warna

Skala Hedonik Skala Numerik

Sangat Cerah 4

Cerah 3

Agak Cerah 2

Gelap 1

Tabel 8. Skala uji hedonik rasa

Tabel 9. Skala uji hedonik aroma

Skala Hedonik Skala Numerik

Sangat Suka 4

Suka 3

Agak Suka 2

Tidak Suka 1

Skala Hedonik Skala Numerik

Sangat Manis Manis

Agak Manis Netral

(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis sumber serat dan perbandingan

penstabil (gum arab : dekstrin) memberikan pengaruh terhadap parameter yang

diamati. Pengaruh jenis sumber serat dan perbandingan penstabil

(gum arab : dekstrin) terhadap parameter yang diamati dijelaskan di bawah ini.

Pengaruh jenis sumber serat terhadap rendemen

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis sumber serat tertentu

memberikan pengaruh terhadap rendemen. Pengukuran rendemen dilakukan dalam

basis basah, dimana nilai rendemen adalah perbandingan berat antara produk akhir

berupa serat yang telah diekstrak dari setiap sumber serat dengan berat awal berupa

sumber serat (dalam hal ini berupa beberapa jenis sayuran segar yang telah

mengalami sortasi dan pencucian), kemudian dinyatakan dalam persen.

Pengaruh jenis sumber serat terhadap rendemen dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Pengaruh jenis sumber serat terhadap rendemen

Jenis Sumber Serat Rendemen (%)

S1 (Daun Kangkung) 36,634

S2 (Daun Bayam) 35,108

S3(Daun Sawi Hijau) 26,891

S4(Daun Ubi Kayu) 50,860

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa rendemen yang dihasilkan dari setiap

jenis sumber serat berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Salah satu faktor

utama yang mempengaruhi nilai rendemen dari setiap jenis sumber serat adalah laju

partikel yang melewati lubang-lubang halus pada proses penyaringan yang

disebabkan karena perbedaan sifat alamiah partikel, bentuk partikel, frekuensi dan

(48)

penyataan Earle (1969) yang menyatakan bahwa laju penembusan partikel bahan

pada saringan tergantung kepada beberapa faktor, terutama sifat alamiah partikel,

bentuk partikel, frekuensi dan jumlah pergerakan.

Pengaruh jenis sumber serat terhadap parameter yang diamati

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jenis sumber serat

tertentu memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar serat kasar, daya larut

dalam air, daya serap air, daya serap minyak dan uji organoleptik (warna, rasa dan

aroma) minuman serat alami yang dihasilkan. Pengaruh jenis sumber serat terhadap

parameter yang diamati dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Pengaruh jenis sumber serat terhadap parameter yang diamati

Jenis Sumber Serat

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa jenis sumber serat memberikan pengaruh

terhadap parameter yang diuji. Kadar air tertinggi pada perlakuan S4 (daun ubi

kayu) yaitu sebesar 12,982% dan terendah pada perlakuan S2 (daun bayam) yaitu

sebesar 9,200%. Kadar serat kasar tertinggi pada perlakuan S1 (daun kangkung)

yaitu sebesar 1,904% dan terendah pada perlakuan S2 (daun bayam) yaitu sebesar

0,644%. Daya larut dalam air tertinggi pada perlakuan S4 (daun ubi kayu) yaitu

sebesar 13,673% dan terendah pada perlakuan S1 (daun kangkung) yaitu sebesar

3,906%. Daya serap air tertinggi pada perlakuan S3 (daun sawi hijau) yaitu sebesar

(49)

Daya serap minyak tertinggi pada perlakuan S4 (daun ubi kayu) yaitu sebesar 3,485

g/g dan terendah pada perlakuan S1 (daun kangkung) yaitu sebesar 2,023 g/g. Nilai

uji organoleptik yang tertinggi pada perlakuan S1 (daun kangkung) yaitu sebesar

3,248 (memiliki warna cerah, rasa manis dan aroma yang disukai oleh panelis) dan

terendah pada perlakuan S3 (daun sawi hijau) yaitu sebesar 2,746 (memiliki warna

cerah, rasa manis dan aroma yang disukai oleh panelis).

Pengaruh perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap parameter yang diamati

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan penstabil (gum arab :

dekstrin) yang digunakan memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar serat

kasar, daya larut dalam air, daya serap air, daya serap minyak dan uji organoleptik

(warna, rasa dan aroma) minuman serat alami yang dihasilkan. Pengaruh

perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap parameter yang diamati

dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Pengaruh perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap parameter yang diamati

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perbandingan penstabil (gum arab :

dekstrin) memberikan pengaruh terhadap parameter yang diuji. Kadar air tertinggi

(50)

5) yaitu sebesar 10,160%. Kadar serat kasar tertinggi pada perlakuan P1 (1 : 8) yaitu

sebesar 1,451% dan terendah pada perlakuan P4 (4 : 5) yaitu sebesar 1,168%. Daya

larut dalam air tertinggi pada perlakuan P1 (1 : 8) yaitu sebesar 10,679% dan

terendah pada perlakuan P4 (4 : 5) yaitu sebesar 9,700%. Daya serap air tertinggi

pada perlakuan P1 (1 : 8) yaitu sebesar 4,787 g/g dan terendah pada perlakuan P4 (4

: 5) yaitu sebesar 3,498 g/g. Daya serap minyak tertinggi pada perlakuan P1 (1 : 8)

yaitu sebesar 2,764 g/g dan terendah pada perlakuan P4 (4 : 5) yaitu sebesar 2,474

g/g. Nilai uji organoleptik yang tertinggi pada perlakuan P3 (3 : 6) yaitu sebesar

2,970 (memiliki warna cerah, rasa manis dan aroma yang disukai oleh panelis) dan

terendah pada perlakuan P4 (4 : 5) yaitu sebesar 2,939 (memiliki warna cerah, rasa

manis dan aroma yang disukai oleh panelis).

Kadar Air (%)

Pengaruh jenis sumber serat terhadap kadar air (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa jenis

sumber serat memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar

air minuman serat alami yang dihasilkan.

Hasil uji LSR terhadap kadar air dari setiap perlakuan dengan menggunakan

jenis sumber serat dapat dilihat pada Tabel 13.

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan S1 berbeda sangat nyata dengan

S2, S3 dan S4. Perlakuan S2 berbeda sangat nyata dengan S3 dan S4. Perlakuan S3

berbeda sangat nyata dengan S4. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan S4 yaitu

(51)

Tabel 13. Uji LSR efek utama pengaruh jenis sumber serat terhadap kadar air

Jarak LSR Jenis Rataan Notasi

0,05 0,01 Sumber Serat 0,05 0,01

- - - S1 (Daun Kangkung) 9,901 c C

2 0,436 0,600 S2 (Daun Bayam) 9,200 d D 3 0,458 0,630 S3 (Daun Sawi Hijau) 10,274 b B 4 0,469 0,646 S4 (Daun Ubi Kayu) 12,982 a A

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

Hubungan antara jenis sumber serat dengan kadar air minuman serat alami

dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan jenis sumber serat dengan kadar air (%)

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa kadar air dari minuman serat alami

sangat dipengaruhi oleh jenis sumber serat yang digunakan. Masing-masing sumber

serat memiliki kandungan serat dengan kemampuan mengikat atau

mempertahankan air yang berbeda, karena kandungan serat pada masing-masing

sumber serat memiliki ukuran polimer dan jenis serat yang berbeda. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Southgate (1982) yang menyatakan bahwa serat pangan

memiliki daya serap air yang tinggi, karena ukuran polimernya besar, strukturnya

kompleks dan banyak mengandung gugus hidroksil namun tergantung pada jenis

(52)

polisakaridanya serta didukung oleh Grace et al. (1991) yang menyatakan bahwa

sifat fisik utama serat adalah kapasitas mengikat air yaitu kemampuan serat

makanan yang tidak larut dalam air untuk mengembang dan menyerap air.

Kemampuan ini dipengaruhi oleh ukuran partikel dan distribusi polimer yang

berbeda yang terkandung pada setiap sumber serat makanan.

Pengaruh perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap kadar air (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa

perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) memberikan pengaruh berbeda sangat

nyata (P<0,01) terhadap kadar air minuman serat alami yang dihasilkan.

Hasil uji LSR kadar air dari setiap perlakuan dengan menggunakan

perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap kadar air

Jarak LSR Perbandingan Penstabil Rataan Notasi 0,05 0,01 (Gum Arab : Dekstrin) 0,05 0,01

- - - P1(1 : 8) 11,027 a A

2 0,436 0,600 P2 (2 : 7) 10,777 ab AB

3 0,458 0,630 P3 (3 : 6) 10,392 bc AB

4 0,469 0,646 P4 (4 : 5) 10,160 bc AB

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda tidak nyata dengan

P2 dan berbeda nyata dengan P3 dan P4. Perlakuan P2 berbeda nyata dengan P3 dan

P4. Perlakuan P3 berbeda tidak nyata dengan P4. Kadar air tertinggi terdapat pada

perlakuan P1 yaitu sebesar 11,027% dan terendah terdapat pada perlakuan P4 yaitu

(53)

Hubungan antara perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) dengan

kadar air dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) dengan kadar air (%)

Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa perbandingan penstabil (gum arab :

dekstrin) dengan jumlah dekstrin yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh

terhadap kadar air minuman serat alami. Semakin banyak jumlah dekstrin yang

digunakan maka semakin tinggi kadar air minuman serat alami. Hal ini disebabkan

karena dekstrin yang digunakan memiliki kandungan air dengan nilai maksimum

11%, sehingga semakin banyak dekstrin yang digunakan maka kadar air dari

minuman serat alami juga akan meningkat. Hal ini sesuai dengan syarat mutu

dekstrin berdasarkan Standar Nasional Indonesia (1992) yang menyatakan bahwa

kriteria kandungan air dekstrin industri pangan maksimum 11%.

Pengaruh interaksi antara jenis sumber serat dan perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin) terhadap kadar air (%)

(54)

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa interaksi

antara jenis sumber serat dan perbandingan penstabil (gum arab : dekstrin)

memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air

minuman serat alami yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Kadar Serat Kasar (%)

Pengaruh jenis sumber serat terhadap kadar serat kasar (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa jenis

sumber serat memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar

serat kasar minuman serat alami yang dihasilkan.

Hasil uji LSR terhadap kadar serat kasar dari setiap perlakuan dengan jenis

sumber serat dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Uji LSR efek utama pengaruh jenis sumber serat terhadap kadar serat kasar

Jarak LSR Jenis Rataan Notasi

0,05 0,01 Sumber Serat 0,05 0,01

- - - S1 (Daun Kangkung) 1,904 a A

2 0,074 0,102 S2 (Daun Bayam) 0,644 d D 3 0,078 0,107 S3 (Daun Sawi Hijau) 1,306 bc BC 4 0,080 0,110 S4 (Daun Ubi Kayu) 1,350 b B

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa perlakuan S1 berbeda sangat nyata dengan

S2, S3 dan S4. Perlakuan S2 berbeda sangat nyata dengan S3 dan S4. Perlakuan S3

berbeda tidak nyata dengan S4. Kadar serat tertinggi terdapat pada perlakuan S1

yaitu sebesar 1,904% dan terendah terdapat pada perlakuan S2 yaitu sebesar

Gambar

Tabel 1. Kandungan serat dalam 100 g sayuran
Tabel 2. Kandungan gizi dalam 100 g kangkung
Tabel 4. Kandungan gizi dalam 100 g sawi
Tabel 5. Kandungan gizi dalam 100 g daun ubi kayu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konsentrasi serbuk gula aren memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, total asam, total padatan terlarut, daya larut, kecepatan larut, nilai

Parameter yang dianalisa adalah kadar air (%), waktu dispersi (menit), pH biji kopi setelah fermentasi, pH bubuk kopi dan uji organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur)..

Jenis pemanis memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, total padatan terlarut, kecepatan larut dan uji deskriptif

Interaksi perbandingan jamur tiram dengan jamur merang dan jenis tepung pengisi menghasilkan pengaruh beda sangat nyata terhadap kandungan lemak, air, serta serat kasar,

Jumlah dekstrin memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, total asam, daya larut, rendemen, total padatan terlarut,

Konsentrasi dekstrin memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, total padatan terlarut, daya larut, kecepatan larut,

Konsentrasi serbuk gula aren memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, total asam, total padatan terlarut, daya larut, kecepatan larut, nilai

Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar abu, kadar oksalat, daya serap air dan minyak pada tepung komposit sedangkan pada mi instan dari rasio tepung talas, pati talas, dan