• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BIDANG ARSIP DAN MUSEUM"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MENTER! TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA

KETERANGAN PEMERINTAH ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENT ANG

PEMBINAAN DAN PERLINDUNGAN KETENAGAKERJAAN

Jakarta, 8 Juni 2000

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Yang terhormat Pimpinan dan Para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah, bahwa pada ~ari ini kita dapat bertemu di tempat yang terhormat ini dalam

sidan~

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dalam pembicaraan tingkat I, Pemerintah menyampaikan keterangan atas Rancangan Undang-undang tentang Pembinaan dan Perlindungan Ketenaga kerjaa n.

Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat,

Pengajuan Rancangan Undang-undang ini diajukan sebagai tindak lanjut dari amanat Undang-Undang No. l l):a.huo_"_l 998 tentang

/ ' ' ·-"---~..,-~~---·,....,,·

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(2)

\ /

Perubahan Berlakunya Undang-Und~ng No. 25 Tahun 1997 tentang

, _ _ _ _ ,,_.o" w~_.-_,.., -• _ , , . ... _ ._.,.,.•••-"•._..,,,"•"-,, •... ,~--~·--- ---~---·-- ~-~

Ketenagakerjaan. Dalam pertimbangan Undang-undang No. 11 Tahun 1998 butir b dinyatakan :

"bahwa untuk melakukan perubahan penyempurnaan dan penyusunan peraturan perundang-undangan yang diamanatkan oleh Undang-undang No. 25 Tahun 1997 dibutuhkan waktu, maka

---

dipandang perlu 25Tahun1997".

untuk mengubah berlakunya Undang-undang No.

Sehubungan dengan hal tersebut, sejak diterbitkannya Undang-undang No. 11 Tahun 1998, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya penyempurnaan dan perubahan Undang-undang No. 25 Tahun 1997.

Tujuan Undang-undang No. 25 Tahun 1997 tersebut sesungguhnya baik, yaitu menyempurnakan beberapa Undang-undang

Ketenagakerjaan yang

lam~:~di;~gg~-~--~id-~k-.

sesuai lagi dengan ,

J

perkembangan dan kondisi ketenagakerjaan

s~karafl'~f-Tni~-~-U~d~-~g- V

undang ini juga dimaksudkan untuk

~~~li~d~ngan

bagi

tenaga kerja dengan memberikan sanksi Yj.Q9_ cuku~an jelas

,,.----~-.. ..._/ •·

bagi pengusaha yang tidak mematuhi ketentuan Undang-undang.

Namun karena kondisi dan aspirasi niasyarakat telah berubah sejalan dengan bergulirnya era reformasi, maka Undang-undang No. 25 Tahun 1997 tersebut ditunda pemg~!lakuannya. Masa penundaan

~' """'-,.,..., ,.,...---..--._,,,..,,.,

tersebut, digunakan untuk menampung aspirasi yang berkembang

-~- --····

dari seluruh lapisan

masyar~-arffa.ra

lain wakil-wakil pekerja dan

~

serikat pekerja, pengusaha dan asosiasi pengusaha, para pakar dan

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(3)

berbagai universitas dan perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, serta pemerhati dan pengamat ketenagakerjaan.

Masukan juga telah diperoleh dari organisasi internasional seperti Organisasi Ketenagakerjaan Internasional atau ILO.

Rancangan Undang-undang tentang Pembinaan dan Perlindungan Ketenagakerjaan ini merupakan salah satu paket dari tiga Rancangan Undang-undang yang berkaitan dengan ketenagakerjaan.

Kedua Rancangan Undang-undang yang lain adalah Rancangan Undang-undang tentang Penyelesaian Perselisihan Industrial dan Rancangan Undang-Undang

tentan~Pekerfa

___

Pad~---~~at

ini

Rancangan Undang-undang tentang

Ser"ik~t··r;;·k~~]a

___ sedang dibahas dalam Sidang Panitia Khusus DPR-RI.

Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat,

Dalam tahun terakhir ini, memang telah banyak kalangan masyarakat yang menyampaikan pendapat mereka tentang Undang-undang No. 25 Tahun 1997 tersebut. Ada saran dan tanggapan yang_

disampaikan secara formal tertulis, ada pula melalui tulisan-tulisan di media massa, dan ada pula secara langsung pada pertemuan yang memang kita lakukan untuk mengundang dan menampung pendapat masyarakat. Untuk mengetahui, menginventarisasi dan

---

menyerap nilai _Q_g_n aspirasi baru yang berkembang bersamaan dengan

.--- -

bergulirnya"-;ra

refor~amt-telah

melaksanakan berbagai kegiatan bertahap, seperti berikut ini :

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(4)

1. Kami telah menyelenggarakan serangkaian seminar, lokakarya, semiloka di pusat dan di daerah dengan mengundang dan meminta pendapat dan masukan dari pekerja dan organisasi pekerja, pengusaha dan organisasi pengusaha, para pakar hukum khususnya hukum ketenagakerjaan, kalangan perguruan tinggi, lembaga bantuan hukum, lembaga swadaya masyarakat, serta pengamat dan pemerhati masalah ketenagakerjaan.

2. Kami telah melakukan konsultasi secara rutin dengan tim ahli ILO, baik dari ILO Kantor Pusat di Jenewa dan Kantor regional Asia Pasifik di Bangkok maupun Kantor ILO di Jakarta untuk menyelaraskan pengaturan yang dituangkan dalam RUU ini dengan standar ketenagakerjaan internasional, serta untuk memperoleh informasi mengenai hukum ketenagakerjaan di berbagai negara di dunia.

3. Kami juga telah berkonsultasi dengan semua instansi terkait untuk menselaraskan norma ketenagakerjaan yang tertuang dalam Rancangan Undang-Undang ini dengan kebijakan instansi lain, sehingga keseluruhan norma mendukung dan menopang pembangunan nasional.

Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat,

Penyempurnaan norma ketenagakerjaan yang dimuat da.lam Rancangan Undang-undang tentang Pembinaan dan Perlindungan

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(5)

Ketenagakerjaan disepakati be!1!ti~ tolak dari nilai dan aspirasi baru

~'-··.

yang muncul dan berkembang, antara lain meliputi :

1. Tekad untuk menghormati, mewujudkan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia, termasuk hak dasar pekerja_!,. .. Tekad ini, sejalan

r--·---...

,~---,·-~·

dengan acuan amanat dan perintah yang dimuat dalam Ketetapan MPR RI Nomor TAP-XVIl/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia dan berbagai konvensi ILO yang telah kita ratifikasi, khususnya 8 Konvensi DasarILO.

2. Kesepahaman untuk mengembangkan dan memajukan pembangunan daerah di seluruh Indonesia secarq ___ mer:ata baik

' , " " ., ... ~···--·---

pembangunan sumbe_r.-daya alam ataupun sumber daya manusia,

...,..,-"----~~·~··---~--~··

termasuk sumber daya ketenagakerjaan. Sejalan dengan kesepahaman ini, Undang-undang Nomor 22 Tahu_rJ 1999 tentang

--····~---·-·

Pemerintahan Daerah digunakan sebagai acuan utama.

Berdasarkan tekad dan kesepahaman sebagaimana termaksud di atas, Pemerintah secara sungguh-sungguh telah melaksanakan amanat konstitusi untuk memperbaharui dan menyempurnakan substansi Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan dan kemudian menyusun kembali secara utuh dan bulat dalam Rancangan Undang-Undang tentang Pembinaan dan Perlindungan Ketenagakerjaan yang telah disampaikan kepada Dewan melalui Surat Presiden No.R.11/PU/V/2000 tanggal 8 Mei 2000.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(6)

Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat, Hadirin yang saya muliakan,

Hasil pembaharuan dan penyempurnaan substansi Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan berdasarkan nilai dan aspirasi baru yang berkembang dapat kami sampaikan sebagai berikut di bawah ini :

1. Nomenklatur Judul dan Sistimatika Undang-undang

Berbagai pendapat menyatakan bahwa judul "undang-undang yaitu tentang ketenagakerjaan" sebagaimana yang melekat pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 kurang tepat karena Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 bukan sebagai "Undang- undang Pokok atau Undang-undang Induk" bagi segala peraturan perundangan ketenagakerjaan. Diakui sendiri oleh Undang- undang ini, bahwa disamping Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 masih berlaku beberapa undang-undang lain yang mengatur ketenagakerjaan yaitu Undang-undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapar Ketenagakerjaan di Perusahaan, Undang- undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, dan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Disamping itu, kita juga telah sepakat bahwa pengertian ketenagakerjaan adalah "segala hal yang berhubungan

---·---

dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, ~.~esudah

,_,

________

,,,

__

...

_____

,__..,,,..

masa kerja".

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(7)

Berdasarkan pertimbangan di atas, disepakati untuk memilih dan menggunakan judul undang-undang dengan nomenklatur "tentang Pembinaan dan Perlindungan Ketenagakerjaan".

Pembinaan dan perlindungan ketenagakerjaan berurutan dimulai dari tenaga kerja sebelum memasuki hubungan kerja (pre

~ ,.. .... -.... .,._, -...

employment), selama dalam hubungan kerja (during employment),

--~-.---

sampai dengan purna kerja (post employment). Sehubungan

--··-"--'"-'-·'"'"'" , . ._ .. , ' "'--~ ..

dengan itu kami mempergunakan sistimatika · dengan urutan

"Pelatihan Kerja, Penempatan Tenaga Kerja, Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing, Hubungan Kerja, Hubungan Industrial Indonesia, Perlindungan serta Pengupahan dan Kesejahteraan".

2. Perencanaan Tenaga Kerja dan Informasi Ketenagakerjaan

Kita telah sepakat bahwa perencanaan tenaga kerja dan informasi ketenagakerjaan diperlukan untuk pengendalian, pengembangan, dan pendayagunaan tenaga kerja secara optimal, efisien, dan produktif guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan sosial baik untuk skala nasional, regional, dan sektoral, guna meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja beserta keluarganya.

Pemberdayaan potensi daerah telah dipJioritaskan melalui konsep

pemberi~On()~j-~~ba;~~~~~~dl~;k~ud

dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan kemudian .r·-aiffndal<Ta'iljOtr--

--aengarr·

penetapan ~ pemberian

kewenangan kepada Propinsi dan Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(8)

sebagai Daerah Otonom. Pengaturan dan pelaksanaan perencanaan tenaga kerja untuk skala regional dan sektoral yang diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 belum mengantisipasi perkembangan ini, oleh karenanya perencanaan tenaga kerja dan informasi ketenagakerjaan yang dimuat dalam Rancangan Undang-Undang Pembinaan dan Perlindungan Ketenagakerjaan disempurnakan dengan memberi peran yang lebih jelas, lebih tegas, serta lebih proporsional bagi Propinsi dan

Kabupaten/Kota.

3. Pelatihan Kerja

Globalisasi mensyaratkan kita untuk menyediakan tenaga kerja yang terampil dan mempunyai daya saing, baik di dalam maupun di luar negeri. Untuk itu perlu dilakukan pembinaan pelatihan kerja melalui mekanisme perijinan, akreditasi, standarisasi, sertifikasi, pengawasan, menumbuhkembangkan lembaga pelatihan dan pengembangan sistim pemagangan.

Disamping itu, nilai dan aspirasi baru yang berkembang menghendaki adanya lembaga yang berwenang memberikan sertifikasi dan akreditasi, yang bersifat mandiri, peningkatan peran serta lembaga pelatihan yang independen dan _tidak monopoli.

Kehendak menumbuhkembangkan lembaga pelatihan sebagaimana tersebut di atas, harus seiring dan sejalan dengan kebijakan otonomi daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(9)

4. Penempatan Tenaga Kerja, dan Tenaga Kerja Warga Negara Asing (TKWNA)

Kita telah sepakat bahwa penempatan tenaga kerja baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia harus tetap memperhatikan kodrat, harkat, martabat, perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya serta dilaksanakan secara berhasil guna dan berdaya guna agar terwujud keseimbangan antara jumlah tenaga kerja dengan lowongan pekerjaan. Dengan mengingat hal itu maka kebijakan dalam penyediaan dan penempatan tenaga kerja disamping untuk memenuhi kebutuhan dasar akan pekerjaan, sekaligus juga harus dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi kokohnya kesatuan dan persatuan bangsa. Untuk itu perlu adanya kebijakan yang mengatur keseimbangan penempatan tenaga kerja di berbagai wilayah di seluruh Indonesia.

Kebijakan penempatan tenaga kerja di luar negeri selama ini selalu mengundang masalah. Sebab itu, melalui Rancangan Undang- undang, hal tersebut diatur secara terinci.

Salah satu klausul di dalamnya adalah dengan meniadakan perantara termasuk perlu adanya larangan bagi PNS dan TNI serta POLRI melakukan kegiatan usaha yang berhubungan dengan jasa penempatan. Seiring dengan upaya ini perlu pula diatur secara jelas mengenai kewajiban Pemerintah untuk memberikan

perlindungan bagi tenaga kerja yang bekerja di luar negeri.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(10)

5. Perlindungan Tenaga Kerja Anak dan Perempuan

Ketentuan mengenai anak yang diperbolehkan bekerja dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan memang sudah menampung isi Konvensi ILO Nomor 138 mengenai Usia Minimum Untuk Diperbolehkan Bekerja yang telah diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1999, akan tetapi belum secara eksplisit menampung isi Konvensi ILO Nomor

182 mengenai Penghapusan Segera Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak yang telah diratifikasi dengan Undang-

undang Nomor 1 Tahun 2000. Rancangan Undang-Undang tentang Pembinaan dan Perlindungan Ketenagakerjaan ini telah menampung substansi konvensi ILO tersebut. Dalam Rancangan Undang-Undang ini telah diatur secara tegas bahwa anak hanya diperbolehkan melakukan pekerjaan ringan, pekerjaan yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan, dan pekerjaan yang dimaksudkan untuk pengembangan bakat dan minat anak, beserta pemberian perlindungan secara ketat yang meliputi pengawasan, perjanjian kerja, perijinan dan syarat kerjanya.

Demikian juga mengenai perlindungan bagi tenaga kerja perempuan dalam Rancangan Undang-undang ini ditekankan ketentuan mewujudkan penghormatan atas harkat dan martabat perempuan sesuai dengan Konvensi ILO Nomor 100 mengenai Pengupahan Bagi Laki-Laki dan Perempuan Untuk Pekerjaan Yang Sama Nilainya yang telah diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 80 Tahun 1957 dan Konvensi Nomor 111 mengenai

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(11)

Diskriminasi Dalam Pekerjaan Dan Jabatan yang telah diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1999.

6. Pengupahan dan Kesejahteraan

Nilai dan aspirasi baru mengenai pengupahan dan kesejahteraan tenaga kerja yang belum diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan antara lain meliputi :

a. larangan untuk melakukan diskriminasi pengupahan bukan saja diwajibkan kepada pengusaha akan tetapi juga kepada serikat pekerja;

b. penetapan upah minimum secara regional maupun sektoral sebagai perlindungan dasar pekerja merupakan kewenangan Propinsi;

c. keadilan dan kelayakan dalam pengupahan yang didasarkan pada skala upah di perusahaan;

d. kewajiban pengadaan koperasi, perumahan dan pemukiman, serta kepemilikan saham bagi pekerja, keseluruhannya telah dimuat dalam RUU Pembinaan dan Perlindungan Ketenagakerjaan ini.

7. Hubungan Industrial Pancasila

Hubungan industrial yang berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila yang semakin berkembang dan melembaga bagi para pelaku

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(12)

proses produksi belum diatur secara lengkap dalam Undang- undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan.

Rancangan Undang-undang ini telah melengkapinya dengan ketentuan-ketentuan sebagaimana disampaikan di bawah ini :

a. Nomenklatur Hubungan Industrial Pancasila

Nomenklatur hubungan industral Pancasila perlu diubah menjadi hubungan industrial Indonesia agar lebih memberikan motivasi pelaksanaannya. Sarana hubungan industrial Pancasila yang telah disepakati sejak Tahun 1974 diatur dan di tata kembali disesuaikan dengan peraturan perundang- undangan yang baru.

b. Serikat Pekerja, Perselisihan Industrial, dan Pemutusan Hubungan Kerja diatur secara rinci dalam dua RUU yang lain yaitu RUU Serikat Pekerja dan RUU Penyelesaian Perselisihan Industrial.

Rancangan Undang-Undang tentang Pembinaan dan Perlindungan Ketenagakerjaan memuat prinsip dan dasar perlindungan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tersebut, antara lain mengenai masa berlakunya peraturan perusahaan, tenggang waktu penyelesaian, homogenitas, dan pendaftaran perjanjian kerja bersama.

Nomenklatur "kesepakatan" perlu diubah dan diganti dengan

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(13)

"perjanjian" agar sesuai dan selaras dengan asas perjanjian pada umumnya yang diatur dalam hukum perdata.

8. Mogok kerja dan penutupan perusahaan

Mogok kerja dan penutupan perusahaan merupakan salah satu hak dasar dari pekerja dan pengusaha. Dan karena kita sudah meratifikasi Konvensi ILO Nomor 87, Pemerintah meneguhkan hak tersebut dengan menuangkan dalam RUU ini. Namun demikian hak mogok ini bukanlah hak absolut, sehingga beberapa ketentuan pelaksanaan hak mogok kerja perlu dibatasi dan diatur sehingga tidak menghambat pelayanan um um.

Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat,

Bagian-bagian lain dari Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan yang mengatur mengenai landasan, asas, tujuan, kesempatan dan perlakuan yang sama, pembinaan, pengawasan dan sanksi tetap dimuat dalam Rancangan Undang-undang ini setelah diadakan penyempurnaan redaksional dan substansial agar secara komprehensif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian penjelasan yang dapat kami sampaikan kepada Dewan yang terhormat mengenai gambaran dan pokok-pokok pikiran yang dituangkan dalam Rancangan Undang-Undang tentang Pembinaan dan Perlindungan Ketenagakerjaan, yang secara substansial dan

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(14)

redaksional telah banyak mengubah dan menyempurnakan Undang- undang Nomor 25 tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan.

Akhirnya Pemerintah mengharapkan agar Dewan yang terhormat dapat memprioritaskan pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Pembinaan dan Perlindungan Ketenagakerjaan ini, mengingat Undang- undang No. 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan berdasarkan Undang-undang No. 11 Tahun 1998 akan mulai. berlaku pada tanggal 1 Oktober Tahun 2000.

Atas segala perhatian Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat, kami atas nama Pemerintah menyampaikan terima kasih yang sebesar- besarnya.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

Referensi

Dokumen terkait

Acara ini didukung oleh Stikes Pemkab Jombang, Poltekkes RS dr Soepraoen Malang, Stikes Hang Tuah Surabaya, Stikes Kendedes Malang, Universitas Muhammadiyah

Berdasarkan hal tersebut, penelitian tentang sikap bahasa mahasiswa dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar pada mata kuliah Bahasa Indonesia berdasarkan pada

H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan dan simultan antara Work-Life Balance dan Stres Kerja terhadap Kepuasan Kerja pada pegawai Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan

Dari analisis uji t diketahui bahwa ada dua variabel yang secara statistik berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan yaitu upah minimum berpengaruh negatif

Tim Asesor menemui pimpinan unit pengelola program studi, yang didampingi oleh pimpinan program studi dan tim penyusun borang akreditasi, untuk memperkenalkan diri,

Hasil analisis item pernyataan persepsi pengawas PAI terhadap kepemimpinan kepala sekolah pada nomor 5 yaitu “Kepala Sekolah mau bekerja sama dengan para guru

Makalah ini telah membahas salah satu perluasan dari masalah rute kendaraan (MRK) dasar dengan karakteristik-karakteristik yang mencakup: (1) trip majemuk (TM), (2)