• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.46528/PP/M.XII/15/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.46528/PP/M.XII/15/2013"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.46528/PP/M.XII/15/2013

Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan

Tahun Pajak : 2009

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi Terbanding atas Penghasilan Netto Sebesar Rp. 1.937.307.925,00 yang terdiri dari :

1. Peredaran Usaha sebesar

Rp. 1.911.163.256,00 2. Biaya Usaha – Biaya

Communication sebesar

Rp. 4.138.669,00 3. Biaya Usaha – Biaya

Traveling sebesar

Rp. 22.000.000,00

Koreksi atas Peredaran Usaha sebesar Rp.1.911.163.256,00

Menurut Terbanding : bahwa berdasarkan surat keberatan Pemohon Banding, Pemohon Banding mengakui adanya barang rusak sebesar 8.742.770 pcs angka ini sangat tinggi mengingat penjualan yang diakui wajib pajak hanya sebesar 15.027.874,00, jika dibandingkan dengan jumlah penjualan, prosentase barang rusak mencapai 58.18%, Terbanding berpendapat angka kegagalan tersebut sangat tinggi untuk perusahaan manufactur;

Menurut Pemohon : bahwa pengujian arus barang dari proses produksi yang jelas-jelas merupakan barang rusak karena produksi bukan merupakan bukti adanya Peredaran Usaha yang tidak dilaporkan oleh Pemohon, oleh karena tidak ada bukti maka koreksi Terbanding yang hanya berdasarkan anggapan Terbanding sepihak ini harus batal demi hukum.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(2)

Menurut Majelis : bahwa koreksi Terbanding berdasarkan pengujian arus barang terdapat 8.391.636 pcs barang jadi yang belum dilaporkan dalam peredaran usahanya dengan nilai sebesar Rp. 1.911.163.256,00 yang belum dilaporkan oleh Pemohon Banding.

bahwa menurut Terbanding berdasarkan penelitian terhadap Berita Acara penghitungan fisik persediaan diketahui bahwa penghitungan tersebut dilakukan oleh pihak internal Pemohon Banding, tidak ada pihak independen yang terlibat dalam penghitungan tersebut. Penandatanganan dokumen tersebut juga hanya disebut sebagai petugas gudang dan petugas accounting tanpa menyebutkan nama dan jabatan.

bahwa menurut Terbanding berdasarkan penelitian terhadap laporan auditor diketahui bahwa berdasarkan review kondisi fisik dan sisa inventori di akhir tahun, manajemen perusahaan yakin bahwa tidak terdapat persediaan yang usang/tidak dapat digunakan dalam proses produksi/rusak sehingga tidak disediakan cadangan kerugian karena keusangan.

bahwa menurut Terbanding berdasarkan penelitian lapangan Terbanding diketahui bahwa Pemohon Banding belum mempunyai SOP yang lengkap, hanya berupa instruksi yang ditempel di dinding diruang-ruang proses produksi, Pemohon Banding belum mendapatkan sertifikat ISO, barang yang diakui rusak oleh Pemohon Banding pada saat ditunjukkan kepada Tim Peneliti berada di ruang proses produksi (beveling) bukan di gudang sebagaimana inventori disimpan.

bahwa menurut Terbanding berdasarkan surat keberatan Pemohon Banding, Pemohon Banding mengakui adanya barang rusak sebesar Rp. 8.742.770 pcs, angka ini sangat tinggi mengingat penjualan yang diakui Pemohon Banding hanya sebesar 15.027.874 pcs. Jika dibandingkan dengan jumlah penjualan, prosentase barang rusak mencapai 58,18 %, Terbanding berpendapat angka kegagalan tersebut sangat tinggi untuk perusahaan manufaktur.

bahwa berdasarkan uraian di atas Terbanding tidak dapat meyakini adanya barang rusak sebagaimana dinyatakan Pemohon Banding, dengan demikian Terbanding mempertahankan koreksi peredaran usaha sebesar Rp. 1.911.163.256,00.

bahwa Pemohon Banding tidak sependapat dengan koreksi yang dilakukan Terbanding hanya berdasarkan anggapan dan analisa saja bukan berdasarkan bukti- bukti yang ada karena menurut Terbanding barang rusak dianggap telah dijual lokal.

bahwa usaha Pemohon Banding adalah pabrikan dengan orientasi ekspor 100 %.

bahwa dalam ekspor Terbanding sudah mengakuinya yang tertuang pada perhitungan Terbanding di atas yang menghasilkan jumlah koreksi sebesar Rp. 1.911.163.256,00.

bahwa barang yang diproduksi adalah AA blank crystal dimana barang yang dihasilkan bentuk mirip seperti soft lense yang tipis seperti lembaran plastik, jadi sangat rentan mengalami kerusakan.

bahwa menurut Pemohon Banding nyatanya dalam proses produksi kedapatan adanya barang rusak yang terjadi pada saat proses produksi yang dalam setahun totalnya adalah 8.742.779 pcs dimana kerusakan diakibatkan adanya scratch/goresan atau bentuk yang tidak sempurna dan akibatnya barang rusak tersebut tidak dapat digunakan sama sekali apalagi dijual.

bahwa dalam hal kerusakan pada saat proses produksi artinya barang tersebut masih ada di area pabrik Pemohon Banding dan masih menjadi hitungan stock pada saat proses produksi maka tidak tepat apabila Terbanding menganggap barang gagal produksi tersebut sebagai peredaran usaha yang kurang dilaporkan Pemohon Banding karena barang tersebut jelas tidak Pemohon Banding serahkan kepada pihak lain, apalagi Pemohon Banding sudah memperlihatkan barang rusak yang terjadi pada saat produksi tersebut.

bahwa terhadap barang rusak tersebut tidak dapat dijual karena tidak bisa digunakan oleh pihak manapun barang kondisi seperti itu karena merupakan komponen yang signifikan fungsinya untuk elektronik, lagi pula semua barang produksi Pemohon Banding dijual ekspor bukan dalam negeri.

bahwa menurut Pemohon Banding, Terbanding tidak dapat memberikan bukti pendukung terhadap anggapan Terbanding dalam hal peredaran usaha yang kurang dilaporkan oleh Pemohon Banding namun Terbanding hanya berdasarkan jumlah barang rusak yang terjadi selama proses produksi Pemohon Banding yang selanjutnya Terbanding mengganggap barang rusak tersebut adalah peredaran usaha yang kurang dilaporkan Pemohon Banding.

bahwa jelas dan nyata- nyata koreksi Terbanding berdasarkan anggapan Terbanding semata tidak didukung dengan bukti yang menyatakan adanya peredaran usaha/penjualan yang dilakukan oleh Pemohon Banding.

bahwa atas tambahan bukti pendukung yang disampaikan Pemohon Banding dalam persidangan, Terbanding menyatakan bahwa dokumen-dokumen yang terkait sengketa yang ditunjukkan Pemohon Banding hanya merupakan dokumentasi terhadap barang rusak yang diproduksi oleh Pemohon Banding.

bahwa menurut Terbanding dalam uji bukti Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan dokumen-dokumen terkait pencatatan atas barang rusak tersebut seperti Kartu Persediaan, Buku Besar Persediaan dan sebagainya yang dapat menunjukkan proses pencatatan atas timbulnya persediaan barang rusak. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Terbanding tidak dapat meyakini alasan Pemohon Banding dan berpendapat bahwa atas selisih persediaan barang jadi yang tidak dilaporkan oleh Pemohon Banding merupakan barang jadi yang dijual di dalam negeri.

bahwa atas pendapat Terbanding tersebut di atas Pemohon Banding menyatakan bahwa faktanya sebagaimana bukti dan dokumen yang Pemohon Banding sampaikan yang membuktikan selisih kuantiti disebabkan adanya barang hasil produksi yang rusak yang tidak dapat digunakan lagi dan tidak dapat dijual lagi atau tidak ada pihak yang bersedia membeli lagi barang rusak tersebut sehingga barang rusak yang fisiknya sangat kecil masih Pemohon Banding simpan di bagian produksi dalam bentuk kardus yang tidak besar sehingga tidak memerlukan tempat khusus untuk penyimpanan.

bahwa menurut Pemohon Banding barang rusak jelas dan nyata-nyata terjadi karena proses produksi yang masih berada dalam lingkungan usaha Pemohon Banding, jadi tidak tepat apabila terhadap barang yang rusak hasil produksi dianggap sebagai penjualan/menambah jumlah peredaran usaha Pemohon Banding.

bahwa menurut Pemohon Banding faktanya Pemohon Banding sudah menyampaikan bukti fisik barang rusak pada saat pemeriksaan namun diabaikan oleh Terbanding dan pada saat uji bukti Pemohon Banding juga memperlihatkan chip rusak yang diantaranya dikarenakan goresan/scratch, retak, pecah kepada Terbanding.

bahwa menurut Pemohon Banding sudah menyampaikan dokumen produksi yang menyatakan ada barang rusak hasil produksi yang dilakukan retur sebelum barang masuk ke gudang barang jadi.

bahwa menurut Pemohon Banding berdasarkan fakta dan bukti maka koreksi Terbanding tidak berdasarkan fakta dan bukti namun hanya berdasarkan asumsi semata.

bahwa menurut Majelis berdasarkan hasil pemeriksaan di persidangan dan hasil uji bukti diketahui bahwa usaha Pemohon Banding adalah memproduksi barang dari plastik dan spare part jam/arloji untuk tujuan ekspor.

bahwa yang disengketakan adalah terjadinya selisih antara pemakaian barang jadi sebanyak 23.419.510 pcs dengan ekspor/penjualan sebanyak 15.027.874 pcs, sehingga terdapat selisih sebesar 8.391.636 pcs.

bahwa atas selisih tersebut untuk jumlah rupiah Terbanding menggunakan nilai rata- rata ekspor yang didapat dari jumlah rupiah ekspor dibagi dengan kuantiti ekspor selanjutnya dikalikan dengan nilai selisih sebesar 8.391.636 pcs yang menghasilkan nilai koreksi sebesar Rp. 1.911.163.256,00.

bahwa menurut Terbading atas selisih persediaan barang jadi yang tidak dilaporkan oleh Pemohon Banding tersebut merupakan barang jadi yang dijual di dalam negeri.

bahwa menurut Pemohon Banding selisih kuantiti barang jadi disebabkan karena adanya barang hasil produksi yang rusak yang tidak dapat digunakan lagi dan tidak dapat dijual lagi. Barang rusak tersebut fisiknya sangat kecil (chip untuk AA digital/

jam tangan/penentu waktu) sehingga disimpan oleh Pemohon Banding dibagian produksi dalam bentuk kardus yang tidak besar karena tidak memerlukan tempat khusus untuk penyimpanan.

bahwa Pemohon Banding sudah menyampaikan bukti fisik barang rusak pada saat pemeriksaan dan pada saat persidangan maupun uji bukti Pemohon Banding juga memperlihatkan chip rusak yang diantaranya dikarenakan goresan/scratch, retak, pecah kepada Terbanding.

bahwa berdasarkan uraian diatas menurut pendapat Majelis, Pemohon Banding dapat membuktikan bahwa selisih antara pemakaian barang jadi dengan ekspor/penjualan sebanyak 8.391.636 pcs merupakan barang produksi yang rusak yang tidak dapat dijual lagi dan Terbanding tidak dapat membuktikan adanya penjualan barang rusak tersebut di dalam negeri.

bahwa Majelis berkesimpulan koreksi positif Terbanding atas Peredaran Usaha sebesar Rp. 1.911.163.256,00 tidak tepat dan harus dibatalkan.

Koreksi atas Biaya Usaha – Biaya Communication sebesar Rp. 4.138.669,00

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(3)

Menurut Terbanding : bahwa koreksi terhadap biaya komunikasi dilakukan karena merupakan pemberian kenikmatan/natura sesuai dengan pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 bukan merupakan pengurang penghasilan bruto .

Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi ini karena merupakan biaya telepon perusahaan untuk kepentingan operasional perusahaan oleh karenanya biaya ini merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan dan sesuai dengan Pasal 6 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(4)

Menurut Majelis : bahwa menurut Terbanding koreksi terhadap biaya komunikasi dilakukan karena merupakan pemberian kenikmatan/natura sesuai dengan pasal 9 ayat (1) Undang- undang Nomor 17 Tahun 2000 bukan merupakan pengurang penghasilan bruto.

bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi ini karena merupakan biaya telepon perusahaan untuk kepentingan operasional perusahaan oleh karenanya biaya ini merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan dan sesuai dengan Pasal 6 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000.

bahwa atas tambahan bukti pendukung yang disampaikan Pemohon Banding dalam persidangan, Terbanding menyatakan koreksi berasal dari koreksi positif atas pembebanan biaya komunikasi sebesar Rp. 24.774.612,00 namun dalam proses keberatan dibatalkan sebagian sehingga koreksi yang dipertahankan adalah sebesar Rp. 4.138.669,00 dengan rincian:

- Biaya GSM dan Internet (50% dari Rp. 5.343.495,00) =

Rp. 2.671.748,00 - Biaya voucher prabayar Rp. 1.200.000,00 - Biaya tidak didukung bukti Rp. 226.921,00

bahwa menurut Terbanding atas koreksi biaya GSM sebesar Rp. 2.671.748,00 telah disetujui oleh Pemohon Banding, sehingga koreksi dipertahankan.

bahwa atas biaya voucher prabayar sebesar Rp. 1.200.000,00 bukti yang ditunjukkan Pemohon Banding adalah hanya berupa nota bon yang tidak jelas/tidak lengkap dimana identitas pembeli maupun identitas penjual tidak diisi dan tidak ada tanda tangan dari pihak penjual maupun pembeli.

bahwa bukti berupa surat keterangan dari Presiden Direktur tidak ditunjukkan pada saat uji bukti dan tidak pernah ada pada saat pemeriksaan maupun keberatan.

bahwa karena tidak jelasnya transaksi tersebut, Terbanding tidak dapat meyakini bahwa pembelian tersebut merupakan biaya yang dapat dikurangkan sebagai pengurang penghasilan bruto sehingga koreksi dipertahankan.

bahwa atas sisa koreksi sebesar Rp. 226.921,00 dokumen yang ditunjukkan adalah dokumen yang tidak pernah ditunjukkan pada saat pemeriksaan maupun keberatan, sehingga koreksi dipertahankan.

bahwa atas pendapat Terbanding tersebut di atas Pemohon Banding menyatakan setuju untuk dikoreksi Biaya GSM dan Internet sebesar 50% dari Rp. 5.343.495,00 sebagaimana ketentuan KEP.220/PJ./2002, namun Pemohon Banding tidak setuju terhadap koreksi biaya voucher prabayar sebesar Rp. 1.200.000,00 dikarenakan merupakan biaya pulsa yang diberikan terhadap bagian pembelian Pemohon Banding (Meliani) sebagaimana surat keterangan dari Presdir Pemohon Banding dan koreksi biaya tidak didukung bukti sebesar Rp. 226.921,00 merupakan biaya GSM.

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dipersidangan, dokumen-dokumen yang ditunjukkan dalam uji bukti dan argumentasi dari Pemohon Banding dan Terbanding, Majelis berpendapat bahwa atas koreksi biaya GSM dan Internet sebesar Rp.

2.671.748,00 Pemohon Banding menyetujui koreksi tersebut, sedangkan atas koreksi biaya voucher prabayar sebesar Rp. 1.200.000,00 dan koreksi biaya GSM sebesar Rp.

226.921,00 Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan bukti yang memadai dan meyakinkan Majelis.

bahwa dengan demikian Majelis berkesimpulan koreksi positif Terbanding atas biaya komunikasi sebesar Rp. 4.138.669,00 sudah tepat dan tetap dipertahankan.

Koreksi atas Biaya Usaha – Biaya Traveling sebesar Rp. 22.000.000,00

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(5)

Menurut Terbanding : bahwa koreksi terhadap biaya perjalanan dinas dilakukan karena merupakan pemberian kenikmatan/natura sesuai dengan pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 bukan merupakan pengurang penghasilan bruto .

Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi ini karena merupakan biaya perjalanan dinas untuk kepentingan perusahaan oleh karenanya biaya ini merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan dan sesuai dengan Pasal 6 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(6)

Menurut Majelis : bahwa menurut Terbanding koreksi terhadap biaya perjalanan dinas dilakukan karena merupakan pemberian kenikmatan/natura sesuai dengan pasal 9 ayat (1) Undang- undang Nomor 17 Tahun 2000 bukan merupakan pengurang penghasilan bruto.

bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi ini karena merupakan biaya perjalanan dinas untuk kepentingan perusahaan oleh karenanya biaya ini merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan dan sesuai dengan Pasal 6 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000.

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan dokumen yang berkaitan dengan biaya perjalanan dinas antara lain Bukti Kas Keluar (BKK) dan tagihan/invoice dari pihak ketiga yaitu PT. BB, berdasarkan tagihan tersebut diketahui terdapat pembayaran atas perjalanan dari Surabaya – Fukoaka – Surabaya untuk dua orang yaitu CC dan DD, dalam keterangan di voucher Bukti Kas Keluar (BKK) disebutkan bahwa perjalanan tersebut adalah perjalanan dinas, namun tidak terdapat dokumen yang menerangkan terperinci mengenai aktifitas yang dilakukan expatriate asal Jepang tersebut selama perjalanan ke Jepang, sehingga Terbanding tidak dapat menilai/meyakini bahwa perjalanan tersebut merupakan perjalanan dinas.

bahwa menurut Terbanding biaya tersebut adalah biaya untuk pembelian tiket ke Jepang atas dua karyawan asing dari Jepang namun tidak ada dokumen lain yang menjelaskan secara terperinci mengenai aktifitas kedua karyawan tersebut sehingga tidak terdapat bukti bahwa perjalanan tersebut merupakan perjalanan dinas sehingga biaya ini bukan merupakan merupakan biaya dalam rangka untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sesuai pasal 6 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan.

bahwa menurut Terbanding alasan Pemohon Banding bahwa hal tersebut merupakan fasilitas dari Pemohon Banding berarti hal ini menunjukkan bahwa biaya tersebut merupakan pemberian imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya sesuai dengan pasal 9 ayat (1) huruf e UU Pajak Penghasilan.

bahwa atas pendapat Terbanding tersebut di atas Pemohon Banding menyatakan biaya perjalanan dinas untuk kepentingan operasional perusahaan oleh karenanya biaya ini merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan sesuai pasal 6 Undang-undang Pajak Penghasilan.

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan dokumen berupa voucher, invoice ticket dan kontrak kerja untuk tenaga kerja dari Jepang yang menjabat sebagai Manager Produksi dan Manager Mesin.

bahwa bukti voucher merupakan biaya perjalanan Manager Produksi dan Manager Engineer yang berkebangsaan Jepang (ahli di Pemohon Banding) yang Pemohon Banding berikan fasilitas ticket pulang pergi Surabaya – Jepang. Karena yang bersangkutan adalah staff ahli Pemohon Banding maka terhadap biaya yang dikeluarkan seharusnya memenuhi kriteria biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dan dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto.

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan di persidangan, hasil uji bukti dan dokumen pendukung yang ada Majelis berpendapat bahwa sesuai ketentuan pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan biaya perjalanan dinas dapat dipergunakan sebagai pengurang penghasilan bruto, namun Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan bukti bahwa perjalanan dinas kedua orang Jepang tersebut berkaitan dengan kegiatan usaha Pemohon Banding, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa biaya perjalanan tersebut untuk kepentingan operasional perusahaan Pemohon Banding sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan sesuai pasal 6 Undang-undang Pajak Penghasilan, oleh karena itu biaya Travelling sebesar Rp 22.000.000,00 adalah merupakan fasilitas/atau kenikmatan dari Pemohon Banding yang tidak boleh dibiayakan sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (1) huruf e Undang-undang Pajak Penghasilan.

bahwa dengan demikian Majelis berkesimpulan koreksi Terbanding atas biaya travelling sebesar Rp. 22.000.000,00 sudah tepat dan tetap dipertahankan.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(7)

Memperhatikan : Surat Banding, Surat Uraian Banding, Surat Bantahan, hasil pemeriksaan dan pembuktian dalam persidangan serta kesimpulan Majelis tersebut di atas.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.

2. Peraturan perundang-undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan sengketa ini.

Memutuskan : Menyatakan Mengabulkan sebagian banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Terbanding Nomor: KEP-1859/WPJ.11/2011 tanggal 24 November 2011, tentang keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2009 Nomor : 00002/206/09/631/11 tanggal 31 Januari 2011, Jenis Usaha : Industri AA blank crystal untuk spare part jam, sehingga Pajak Penghasilan Badan Tahun 2009 yang kurang / (lebih) dibayar menjadi sebagai berikut : :

Jumlah Penghasilan Neto

Rp (703.618.704,00) Kompensasi Kerugian Rp -

Penghasilan Kena Pajak Rp (703.618.704,00) Pajak Penghasilan

Terutang

Rp -

Kredit Pajak Rp 42.329.735,00 PPh Kurang /(Lebih)

Bayar

Rp (42.329.735,00) Sanksi Administrasi :

Bunga

Rp - PPh yang masih hrs /

(lebih) dibayar

Rp (42.329.735,00)

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 152 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian dan Pasal 149 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor

Tahap pendefinisian ini dilakukan untuk menentukan konsep dalam memperkuat produk pengembangan. Tahap pendefinisian dengan kegiatan analisis kebutuhan terhadap guru

Konsep daya dukung sosial pada suatu kawasan merupakan gambaran dari persepsi seseorang dalam menggunakan ruang dan waktu yang bersamaan, atau persepsi pemakai kawasan

Rantai polimer glukosa pada granula pati bergabung satu sama lain melalui ikatan hidrogen yang kuat membentuk kristal atau misela (Swinkels, 1985).. Daerah amorf

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17C ayat (7) dan Pasal 17D ayat (3) Undang-Undang Nomor 6

Dari hasil penelitian dan penjelasan tentang persepsi mahasiswa Program Studi Akuntansi Perguruan Tinggi Swasta se Kopertis Wilayah IV Jawa Barat Banten mengenai

2l Organisasi Profesi dan instansi tempat dokter/dokter gigi melakukan Praktik Kedokteran, berkoordinasi dengan Kolegium terkait untuk melaksanakan program

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17C ayat (7) dan Pasal 17D ayat (3) Undang-Undang Nomor 6