• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN KARAKTER TOKOH DALAM FILM OOLONG COURTYARD: KUNGFU SCHOOL 新乌龙院之笑闹江湖 电影主角变性格分析 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERUBAHAN KARAKTER TOKOH DALAM FILM OOLONG COURTYARD: KUNGFU SCHOOL 新乌龙院之笑闹江湖 电影主角变性格分析 SKRIPSI"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN KARAKTER TOKOH DALAM FILM OOLONG COURTYARD: KUNGFU SCHOOL

《新乌龙院之笑闹江湖》电影主角变性格分析

SKRIPSI

OLEH:

YESICA ENYYA BR BERUTU 130710072

PROGRAM STUDI BAHASA MANDARIN FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karunianyalah yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perubahan Karakter Tokoh Dalam Film Oolong Courtyard : Kungfu School” Skripsi ini disusun sebagai persyaratan untuk

memperoleh gelar sarjana dari Program Studi Bahasa Mandarin, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, bimbingan, dan doa kepada penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis dengan segenap hati ingin mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :

1. Kedua orang tua saya, Ayahanda saya Serru Berutu dan Ibunda saya Esta Lasma Tumangger yang saya kasihi atas doa, kasih sayang dan dukungan yang telah diberikan baik dari segi materi maupun nonmateri, juga kedua abang saya dan adik saya yang turut mendoakan dan mendukung saya selama proses penyusunan skirpsi ini.

2. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Mhd Pujiono, M.Hum., Ph.D, selaku Ketua Program Studi Bahasa Mandarin Universitas Sumatera Utara, sekaligus Dosen Pembimbing dan Penasehat Akademik saya yang telah memberikan masukan dan kritikan yang membangun selama proses penyempurnaan penulisan karya ilmiah ini juga memberikan bimbingan kepada penulis selama berlangsungnya proses perkuliahan Program Studi Bahasa Mandarin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini bertajuk Perubahan Karater dalam Film Oolong Courtyard : Kungfu School.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perubahan karakter tokoh utama yang terdapat pada film Oolong Courtyard : Kungfu School. Untuk mengkaji karakter dan gambaran kehidupan tersebut penulis menggunakan teori sosiologi sastra. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik yang digunakan adalah simak dan catat. Hasil dari penelitian ini adalah Perubahan Karakter adalah sikap interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga karakter bersifat dinamis. Perubahan karakter juga dapat dianalisis dari sudut komunikasi massa seperti yang terdapat dalam model persuasi. Pada film Oolong Courtyard : Kungfu School terdapat perubahan karakter tokoh utama terdapat empat scene. Kebaikan adalah sikap untuk berbuat sesuatu tanpa pamrih tidak menghitung hitung berapa kali memberikan kebaikan. Pada film Oolong Courtyard : Kungfu School terdapat perubahan karakter pemaaf. Pemaaf merupakan suatu sifat memaafkan kesalahan orang lain tanpa sedikit pun ada rasa benci dan keinginan untuk membalasnya. Pada film Oolong Courtyard : Kungfu School terdapat perubahan karakter peduli. Peduli adalah suatu upaya yang dilakukan untuk melakukan sesuatu dengan benar, aman, dan tanpa menyebabkan kerusakan. Termasuk melakukan sesuatu untuk dijaga dalam kondisi baik. Pada film Oolong Courtyard : Kungfu School terdapt juga perubahan karakter pasrah. Pasrah merupakan suatu sifat ikhlas yang berarti merelakan apa yang sudah bukan milik kita. Ada saatnya kita menyerah karena tidak dapat kita capai.

Kata kunci: film, oolong courtyard : kungfu school, sosiologi sastra, perubahan karakter

(7)

ABSTRACT

This thesis is titled Character Changes in the Film Oolong Courtyard: Kungfu School. The purpose of this study is to describe the changes in the main characters found in the film Oolong Courtyard: Kungfu School. To study the character and description of life, the writer uses the theory of literary sociology. The method used in this research is descriptiven qualitative method. The technique used is consider and note. The results of this study are Changes in Character is the attitude of interaction between individuals and the environment so that the character is dynamic. Changes in character can also be analyzed from the point of mass communication as contained in the persuasion model. In the film Oolong Courtyard:

Kungfu School there are changes in the main character's character there are four scenes.

Kindness is the attitude to do something selflessly not counting the number of times it gives goodness. In the film Oolong Courtyard: Kungfu School there is a change in forgiving character. Forgiveness is an attribute of forgiving the mistakes of others without the least bit of hatred and the desire to reciprocate. In the film Oolong Courtyard: Kungfu School there is a change in caring characters. Caring is an effort made to do something right, safe, and without causing damage. Including doing something to be maintained in good condition. In the film Oolong Courtyard: Kungfu School there was also a change of resigned character.

Surrender is a sincere quality which means giving up what is not ours. There are times when we give up because we cannot achieve it.

Keywords: film, oolong courtyard: kungfu school, sociology of literature, character change

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 3

1.3 Rumusan Masalah ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 4

1.5.2 Manfaat Praktis ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Konsep ... 5

2.1.1 Film ... 5

2.1.2 Perkembangan Film ... 6

2.1.3 Tokoh Utama ... 7

2.1.4 Karakter Tokoh ... 8

2.1.5 Jenis Karakter ... 9

2.1.6 Perubahan Karakter ... 10

2.1.7 Gambaran Kehidupan ... 13

2.2 Landasan Teori ... 14

2.2.1 Sosiologi Sastra ... 14

2.2.2 Perubahan Karakter ... 15

2.2.3 Gambaran Kehidupan ... 17

2.3 Tinjauan Pustaka ... 17

(9)

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Metode Penelitian ... 20

3.2 Data dan Sumber Data ... 21

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 22

3.4 Teknik Analisis Data ... 23

BAB IV PEMBAHASAN ... 25

4.1 Perubahan Karakter Tokoh Utama Pada Film Oolong Courtyard Kungfu School ... 25

4.1.1 Karakter Tokoh ... 25

4.1.2 Tokoh ... 27

4.2 Gambaran Kehidupan Tokoh Utama Pada Film Oolong Courtyard Kungfu School ... 81

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 84

5.1 Simpulan ... 84

5.2 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta “Sastra”, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau “pedoman” dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi”

atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kapada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.

Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan. Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.

Salah satu karya sastra adalah film. Film adalah alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak melalui sebuah media visual. Film juga merupakan medium ekspresi artistik sebagai suatu alat para seniman dan insan perfilman dalam rangka mengutarakan gagasan-gagasan dan ide cerita (Wibowo, 2006:196). Melalui film penonton dapat menghayati serta menerima pesan-pesan yang terkadung dalam film.

Menurut pandangan Wellek dan Waren dalam Wiyatmi (2009) sastra diterapkan pada seni sastra, yaitu dipandang sebagai karya imajinatif.

Film, menurut Arsyad (2014) merupakan gambar-gambar yang terdapat di dalam frame, di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis, sehingga pada layar gambar itu terlihat hidup. Dahulu ada pemikiran seseorang yang dapat mencurahkan film lewat bahasa lisan secara langsung maupun tulisan. Dengan perkembangan teknologi sekarang ini, seseorang dapat menyampaikan buah pikir, ide, gagasan, maupun

(11)

karya melalui media visual. Dengan media film, sebuah karya sastra dapat dinikmati secara lebih hidup.

Film memiliki alur, cerita, tokoh, dan ciri lain yang mirip sebuah sastra naratif, namun sarana utama penyampaian imaginasinya adalah visual (dengan gambar bergerak). Dan dalam film juga ada terdapat dialog. Dialog pada film merupakan sarana pendamping untuk mengantarkan pemirsa kedalam imaginasi pengarang. Namun tetap saja sarana utama film adalah visual. Meskipun film itu dibuat berdasarkan sebuah karya sastra, kita tidak dapat lagi menyebutnya karya sastra, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa di dalam film juga terdapat sebuah karya sastra.

Pada era tahun 90-an, Film Mandarin adalah salah satu yang paling sering ditayangkan oleh stasiun televisi, mulai yang bergenre fantasy, horor seperti vampir, silat, sampai komedi. Salah satunya yaitu film Boboho. Boboho adalah salah satu bintang Mandarin yang sosoknya gembul menggemaskan.

Film Oolong Courtyard : Kungfu School adalah sebuah film bergenre drama komedi dirilis pada tahun 2018, yang disutradarai oleh Chu Yin Ping. Film ini merupakan film lanjutan dari Shaolin Popeye, yang diperankan oleh Boboho pada tahun 1994.

Berdasarkan film Boboho yang sudah dikenal sejak lama dan sangat sudah dikenal oleh semua kalangan masyarakat serta dalam alur cerita film penonton lebih mengetahui budaya negara China khususnya budaya Kungfu. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk memperdalam film tersebut melalui Oolong Courtyard : Kungfu School. Film ini direkomendasikan untuk penonton yang ingin bernostalgia dengan para pemain Shaolin Popeye dahulu.

(12)

Film ini bercerita tentang perebutan batu Oolong yang dipercaya memiliki kekuatan supranatural yang mampu menyembuhkan penyakit serta mengubah karakter jahat menjadi baik. Banyak yang memperebutkan batu bertuah itu untuk menyembuhkan segala penyakit, dan untuk mengubah karakter orang serta untuk kesukseskan dalam berkarir. Film ini menarik untuk diteliti karena memiliki keunikan pada batu Oolong. Yang diperankan oleh A Wei dan Star Chen tentang dua orang penjahat yang ingin mencuri batu Oolong, yang diperintahkan oleh ketua Geng Perampok Jalanan bernama Kak Blast. Kak Blast memerintahkan A Wei untuk mengambil batu bertuah itu karena dia memiliki penyakit serius yaitu dia tidak boleh dekat dan dekap anaknya yang perempuan. Selain A Wei dan Star Chen, Kak Blast juga memerintahkan Lucy yaitu mantan kekasih A Wei yang sudah lama tidak bertemu dan A Wei memiliki rasa dendam terhadap Lucy. Batu bertuah itu dipegang oleh guru Man Tat yaitu guru dari para shaolin. Dia adalah guru dari Boboho.

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti membatasi penelitian ini pada hal-hal yang berkaitan dengan perubahan karakter tokoh utama dan gambaran kehidupan tokoh utama pada film Oolong Courtyard: Kungfu School.

1.3. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perubahan karakter tokoh utama pada film Oolong Courtyard: Kungfu School?

2. Bagaimana gambaran kehidupan tokoh utama pada film Oolong Courtyard: Kungfu School?

(13)

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan perubahan karakter tokoh utama pada film Oolong Courtyard:

Kungfu School

2. Untuk mendeskripsikan gambaran kehidupan tokoh utama pada film Oolong Courtyard: Kungfu School

1.5. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk menjadi bahan referensi bagi penelitian-penelitian yang berkaitan selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan baru kepada para pembaca dalam mengkaji karakter tokoh utama dalam film.

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep merupakan rancangan sebuah ide yang diabstrakkan dari proses atau apa pun diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain yang tidak dimengerti. Menurut Bahri (2008 : 30) konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstaksi terhadap objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga. Konsep juga dapat dilambangkan dalam bentuk satuan kata.

2.1.1 Pengertian Film

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), film dapat diartikan dalam dua pengertian. Pertama, film merupakan selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Kedua, film diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup.

Film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan di baliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. Film telah menjadi media komunikasi audio visual yang akrab dinikmati oleh segenap masyarakat dari berbagai rentang usia dan latar belakang sosial. Film memberi dampak pada setiap penontonnya, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Melalui pesan yang terkandung di dalam film tersebut mampu memberi pengaruh bahkan mengubah dan membentuk karakter penontonnya.

(15)

2.1.2 Perkembangan Film

Pembuat film awal menggunakan bahan film dari novel, vaudeville, sirkus dan pelbagai sumber sebagai skenario film mereka. Tetapi mereka juga menciptakan genre mereka sendiri yang tetap mempengaruhi pembuatan film.

Sebenarnya tujuan utama dari genre awal itu adalah memberikan suatu bentuk narasi pengalih perhatian yang sebelumnya terdapat di dalam fiksi cetak.

Terdapat 12 genre film dunia yang paling populer di masing-masing era, yaitu :

1. Comedy : genre terbaik penghilang rasa penat ini disesaki oleh berbagai film terbaik sepanjang masa. Film-film yang mewakili genre komedi ini terbagi ke dalam beberapa sub genre, seperti komedi romantis, parody, slapstick, serta black comedy, City Lights (1931), The Hangover (2009).

2. Romance : banyak film romantis yang dibuat sepanjang sejarah film hingga akhir abad ke-20. Hal tersebut dikarenakan film romantis mengangkat tema cerita cinta yang memang degemari oleh banyak orang dan ceritanya yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Gone with the Wind (1939), Days of Summer (2009).

3. Fantasy : genre yang melibatkan unsur magis atau hal di luar jangkauan logika manusia ini mulai terangkat pasca kesuksesan The Wizard of Oz (1939), kemudian muncul film seperti The Lord of The Ring (2003), hingga Avatar (2009).

4. Thriller : genre thriller selalu mendapat tempat di hati para penggemarnya. Sensasi ketegangan yang dirasakan ketika menonton film-film sejenis dapat memberikan sensasi tersendiri bagi para penikmatnya. Psycho (1960), Memento (2001).

5. Musical : film bergenre musikal sempat merajai dunia perfilman pada pertengahan abad 20. The Sound of Music (1965), Les Miserables (2012).

(16)

6. Horror : genre ini menjadi salah satu favorit para penonton karena menawarkan sensasi kengerian yang tidak dimiliki oleh genre lainnya. Sejak kemunculan sinema, banyak film maker yang memotret peristiwa menakutkan dan beberapa di antaranya menjadi film- film yang wajib ditonton. The Exorcist (1973), The Conjuring (2013).

7. Drama : genre yang menjadi favorit sebagian besar para penonton maupun filmmaker dunia. The Godfather (1972), City of God (2002).

8. Adult : film-film ini hanya diperuntukkan bagi para penonton yang berusia 18 tahun.

Banyaknya adegan seks yang tersaji dalam film-film ini membuat masing-masing film diberi rating R hingga NC-17 oleh lembaga rating Amerika. Basic Instinct (1992), Caligula (1979).

9. Sci-Fi : perkembangan film dunia tidak lepas dari bantuan film-film genre fiksi ilmiah yang selalu membuat perkembangan dari segi teknik audio dan visual. Star War Episode V: The Empire Strikes Back (1980), Inception (2010).

10. Action : film aksi yang selalu mengasyikan ketika ditonton apalagi jika terdapat tokoh pahlawan fenomenal. Terminator 2: Judgment Day (1998), The Dark Knight (2008).

11. Animation : film yang pengolahan gambarnya menggunakan bantuan grafika komputer hingga menghasilkan efek 2 dimensi dan 3 dimensi. Snow White and The Seven Dwarfs (1937), How to Train Your Dragon (2010).

12. Documentary : film berdasarkan kisah nyata dan bukti otentik dari kejadian yang pernah terjadi di kehidupan nyata. Fahrenheit 9/11 (2004), Justin Bieber: Never Say Never (2011).

Tentu saja genre tidak hanya didasarkan pada peristiwa nyata, atau peristiwa faktual dalam sejarah. Genre dapat didasarkan pada pelbagai versi dari sejarah tersebut, atau bahkan pada tidak lebih dari sekedar mitos dan legenda.

(17)

2.1.3 Fungsi Film

Azhar Arsyad (2009) Fungsi Film dalam terkait dengan tiga hal, yaitu untuk tujuan kognitif, untuk tujuan psikomotor, dan untuk tujuan afektif. Dalam hubungannya dengan tujuan kognitif, film dapat digunakan untuk :

1. Mengajarkan pengenalan kembali atau pembedaan stimulasi gerak yang relevan, seperti kecepatan obyek yang bergerak, dan sebagainya.

2. Mengajarkan aturan dan prinsip. Film dapat juga menunjukkan deretan ungkapan verbal, seperti pada gambar diam dan media cetak. Misalnya untuk mengajarkan arti ikhlas, ketabahan, dan sebagainya.

3. Memperlihatkan contoh model penampilan, terutama pada situasi yang menunjukkan interaksi manusia.

Dalam hubungannya dengan tujuan psikomotor, film digunakan untuk memperlihatkan contoh keterampilan gerak. Media ini juga dapat memperlambat atau mempercepat gerak, mengajarkan cara menggunakan suatu alat, cara mengerjakan suatu perbuatan, dan sebagainya. Selain itu, film juga dapat memberikan umpan balik tertunda kepada siswa secara visual untuk menunjukkan tingkat kemampuan mereka dalam mengerjakan keterampilan gerak, setelah beberapa waktu kemudian. Dengan hubungannya dengan tujuan afektif, film dapat mempengaruhi emosi dan sikap seseorang, yakni dengan menggunakan berbagai cara dan efek. Ia merupakan alat yang cocok untuk memperagakan informasi afektif, baik melalui efek optis maupun melalui gambaran visual yang berkaitan.

Para khalayak atau penonton film menggunakan film menggunakan lebih dari satu indera karena karakter film yang audio-visual. Para penonton jadi lebih terbawa dalam dimensi parasosial yang dihadirkan lewat film. Pola penggunaan yang seperti ini menjadikan penonton dapat menyamarkan bahkan menghapus batas-batas kultural dan sosial (misalnya bahasa) sehingga pesan yang disampaikan lewat film tetap akan dapat dimengerti oleh

(18)

penonton. Lewat film, informasi dapat dikonsumsi dengan lebih mendalam karena film adalah media audio visual. Media ini banyak digemari banyak orang karena dapat dijadikan sebagai hiburan dan penyalur hobi bagi orang-orang tertentu. (Husnun, 2011).

2.1.4 Tokoh Utama

Dilihat dari segi peran tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita, dan sebaliknya, ada tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan mungkin dalam penceritaan yang relatif pendek. Nurgiantoro (2005 : 176- 177) mengemukakan, tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan atau muncul dalam setiap adegan film, baik dari segi pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.

Keraf (1982 : 193) mengemukakan, tokoh utama yaitu menceritakan perbuatan atau tindak-tunduk yang melibatkan dirinya sendiri sebagai partisipasi utama seluruh cerita.

2.1.5 Pengertian Karakter Tokoh

Karakter merupakan salah satu unsur yang tidak bisa dipisahkan dan memiliki arti penting dalam sebuah film. Setiap tokoh yang terdapat pada film dilengkapi dengan karakter yang unik dan berbeda dengan tokoh lainnya. Melalui karakter tersebut setiap tokoh dikenali dengan mudah oleh para penonton. Selain itu, karakter jugalah yang menentukan bagaimana setiap tokoh memerankan setiap tuntunan perannya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), karakter memiliki arti “Sifat-sifat kejiwaan, akhlak yang membedakan seseorang dari yang lain”. Maksudnya, karakter tersebut merupakan sifat kejiwaan yang dimiliki oleh seseorang , berupa tingkah laku atau budi pekerti yang disandang oleh seseorang yang mana dengan hal tersebutlah dapat membedakan dengan sosok pribadi yang lain.

(19)

Hardanaiwati, dkk (2003 : 303) mengemukakan bahwa “ Karakter adalah sifat-sifat khas yang membedakan dengan orang lain”. Maksudnya jelas bahwa, karakter tersebut yang menjadi salah satu unsur yang terdapat dalam diri seseorang yang dapat membedakan orang lain, yaitu berupa sifat yang dimiliki oleh setiap individu dan bisa saja sifat tersebut tidak dimiliki oleh individu yang lain.

Menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2012 : 165) mengungkapkan bahwa “ Dalam berbagai literatur Bahasa Inggris menyarankan pada dua pengertian yang berbeda tentang karakter, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut”. Dapat dipahami bahwa, karakter tersebut merupakan hal yang melekat pada tokoh-tokoh dalam cerita yang berupa sikap, atau tingkah laku setiap tokoh, yang harus didalami oleh setiap tokoh lalu diperankan sesuai dengan tuntutannya.

Berdasarkan beberapa pendapat pakar di atas yang menjelaskan tentang karakter tokoh, maka dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh merupakan wujud dari kepribadian tokoh atau individu yang tampak melalui tingkah laku atau tindakan yang menjadi ciri khas pada diri seseorang, baik berupa sifat baik maupun buruk, dan dengan sifat tersebutlah dapat membedakan dengan tokoh lain dan biasanya akan terlihat lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh sang tokoh.

2.1.6 Jenis-jenis Karakter Tokoh

Karakter tokoh dapat dibangun melalui ucapan tokoh, yaitu ucapan si tokoh merupakan salah satu hal yang dapat menggambarkan karakternya. Orang yang sopan tentu berbeda cara berbicaranya dengan orang yang bengal. Orang pemarah juga berbeda cara bicaranya dengan orang penyabar.

(20)

Menurut Pujianto (2010 : 23) menjelaskan bahwa “Cara penggambaran karakter tokoh yaitu dengan cara segi fisis, segi psikis, dan segi sosiologis”. Berikut penulis jelaskan secara rinci:

1. Segi Fisis

Pengarang menjelaskan keadaan fisik tokohnya yang meliput usia, jenis kelamin.

Keadaan tubuh (tinggi,pendek), pincang, gagah, tampan, menarik, dan sebagainya. Ciri-ciri wajah (cantik, jelek, keriput, dan sebagainya), dan ciri khas yang lebih spesifik. Dapat dipahami bahwa segi fisis merupakan keadaan fisik tokoh yang terlibat dan dapat diamati dengan jelas.

2. Segi Psikis

Pengarang melukiskan tokoh berdasarkan latar belakang kejiwaan, kebiasaan, sifat, dan karakter. Segi psikis meliput moral, kecerdasan, temperamen, keinginan, perasaan pribadi, dan keahlian khusus yang dimilikinya. Dapat dipahami bahwa segi psikis merupakan sisi psikologis yang dimiliki si tokoh. Hal ini terlihat dari kejiwaan berupa kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan si tokoh dan berbagai sifat yang tampak dari si tokoh tersebut dalam keseharian.

3. Segi Sosiologis

Pengarang menggambarkan latar belakang kedudukan tokoh tersebut dalam masyarakat dan hubungan dengan tokoh-tokoh lainnya. Segi sosiologis meliputi status sosial (kaya, miskin, menengah) peranan dalam masyarakat, pendidikan, pandangan hidup, kepercayaan, dan aktivitas sosial, dan suku bangsa. Dapat dipahami bahwa segi sosiologis tokoh dalam sebuah film merupakan segi kedudukan atau peran si tokoh dalam lingkungannya, seperti status sosial si tokoh.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga segi yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menggambarkan karakter tokoh.

(21)

2.1.7 Perubahan Karakter Tokoh

Pada dasarnya karakter bukan merupakan suatu pembawaan,melainkan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga karakter bersifat dinamis. Perubahan karakter sebagian besar dipengaruhi oleh pengalaman. Karakter dapat berubah karena kondisi atau pengaruh yang diberikan.

Menurut Bimo Walgito (1980) dalam Dayakisni (2006 : 117) bahwa pembentukan dan perubahan karakter akan ditentukan oleh dua faktor yaitu :

a. Faktor Internal (Individu) yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luar dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak.

b. Faktor Eksternal yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah karakter.

Faktor-faktor lain yang dapat mengubah karakter (Meednick, Higgins &

Kirschenbaum, 1975 dalam Dayakisni, 2006:118) adalah:

a. Pengaruh sosial seperti norma dan kebudayaan.

b. Karakteristik kepribadian individu.

c. Informasi yang selama ini diterima individu.

Proses perubahan karakter secara umum melalui tiga proses (Kelman dalam Dayakisni, 2006 : 134-135) yaitu:

a. Compliance yaiyu proses yang terjadi ketika orang menerima pengaruh (dari orang lain atau suatu kelompok) karena mengharapkan suatu reaksi yang positif atau yang menguntungkan dari seseorang yang berkuasa atau memiliki pengaruh. Tindakan itu akan diperlihatkan hanya ketika diawasi oleh orang yang berkuasa (powerful agent). Orang merubah perilaku mereka tetapi tidak sampai pada karakter pribadinya.

b. Identifikasi, yang terjadi ketika seseorang menerima pengaruh untuk mempertahankan suatu hubungan yang memuaskan dirinya dengan orang lain atau kelompok. Dalam hal ini

(22)

orang benar-benar percaya dengan sikap yang baru, tetapi isinya mungkin sedikit relevan atau lebih tidak relevan, mungkin akan ada tambahan suatu cara mengidentifikasikan diri dengan seseorang atau kelompok yang diinginkan.

c. Internalisasi, yang terjadi ketika seseorang menerima pengaruh karena perilaku yang dibujuk secara intrinsik mendapat ganjaran (misalnya merasa dirinya berbuat benar) dan sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya. Pada umumnya terjadi proses perubahan karakter sampai internalisasi menjadi tujuan yang diharapkan dari sumber (perilaku) persuasif.

Perubahan karakter juga dapat dianalisis dari sudut komunikasi massa seperti yang terdapat dalam model persuasi. Sebagian besar penelitian tentang komunikasi massa dan perubahan karakter dimulai dengan program yang diatur oleh Carl Hovland di Universitas Yale setelah Perang Dunia II (dalam Scars, 1985 : 172-202).

Model situasi persuasi ini dapat dijelaskan dengan singkat sebagai berikut:

a. Proses perubahan karakter dimulai dengan terdapatnya stimulus eksternal yang terdiri dari komunikator, proses komunikasi itu sendiri serta situasi yang menyertainya.

b. Beberapa faktor dapat dipertimbangkan dari seorang komunikator adalah keahliannya (expertness), keterandalan (trustworthiness) serta rasa disukai dan kelompok teladan (reference groups).

c. Dalam proses komunikasi sumber utama dari tekanan penyebab perubahan karakter berasal dari kesenjangan antara pendapat awal target dan pendapat yang dianjurkan komunikan.

d. Peringatan sebelumnya tentang pendapat yang akan dianjurkan cenderung meningkatkan ketahanan terhadap perubahan bila pendengar sangat teringkat pada suatu pendapat yang senjang

(23)

e. Distraksi (pengalihan perhatian) dapat membantu menimbulkan persuasi melalui penurunan ketahanan pendengar terhadap pesan-pesan yang sangat senjang.

f. Pengulangan pesan merupakan sesuatu yang penting bila perubahan sikap hendak dipertahankan. Pengulangan yang terlalu banyak akan menimbulkan kebosanan dan mengurangi dukungan terhadap perubahan karakter itu.

2.1.8 Pengertian Gambaran Kehidupan

Kesusastraan merupakan sepenggal tulisan yang menjelaskan pikiran, perasaan dan gaya pengarang dalam realitas kehidupan sosial sebagai refleksi fenomena yang terjadi di sekitar mereka Rene Wellek dan Austin Warren (1973 : 94) mengatakan bahwa kesusastraan ialah gambaran kehidupan dan kehidupan merupakan realitas sosial. Novela juga merupakan salah satu jenis karya sastra yang digunakan pengarang sebagai media untuk menyampaikan dan mengekspresikan pikiran, emosi, dan keyakinannya serta mengkritik realitas kehidupan sosial yang terjadi disekitarnya pada saat tertentu. Novela ialah gambaran kehidupan nyata dan gaya saat novela itu ditulis (Wellek dan Warren, 1956 : 216).

Menurut Reaske (1966 : 5) dalam “How to Analyze Drama” menyatakan bahwa sebuah karya sastra dapat menggambarkan kehidupan dengan mempresentasikan variasi aksi dan dialog antara para karakter.

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan teori yang Edgar V. Roberts (1964 : 41) yang mengatakan bahwa karakter adalah gambaran umum tentang manusia yang menentukan ide manusia, kata dan gaya melalui dialog-dialog, aksi dan komentar-komentar mengenai karakter, dia menyarankan empat cara yang khusus untuk mendapat informasi tentantang karakter, yaitu:

1. Apa yang dikatakan tokoh tersebut tentang dirinya.

2. Apa yang dilakukan tokoh tersebut.

3. Apa kata tokoh-tokoh lainnya tentang tokoh yang dianalisis.

(24)

4. Apa kata pengarang tentang tokoh tersebut.

2.2 Landasan Teori

Landasan teori sangat penting dalam sebuah penelitian terutama dalam penulisan skripsi peneliti tidak bisa mengembangkan masalah yang mungkin ditemui jika tidak memiliki acuan landasan teori. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012 : 52), bahwa landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Landasan teori adalah seperangkat definisi, konsep serta proposisi yang telah disusun rapi serta sistematis tentang variabel-variabel dalam sebuah penelitian. Landasan teori ini akan menjadi dasar yang kuat dalam sebuah penelitian yang akan dilakukan. Pembuatan landasan teori yang baik dan benar dalam sebuah penelitian menjadi hal yang penting karena landasan teori ini menjadi sebuah pondasi serta landasan dalam penelitian tersebut. Yang dibahas pada bagian ini adalah teori-teori tentang ilmu-ilmu yang diteliti. Landasan teori yang digunakan penulis untuk mengkaji penelitian ini adalah sosiologi sastra. Landasan teori sosiologi sastra ini akan menjadi dasar yang kuat dalam sebuah penelitian yang akan dilakukan. Mencakup di dalamnya teori pada perubahan karakter dan gambaran kehidupan.

2.2.1 Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sastra merupakan pencerminan masyarakat. Sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu atau pengetahuan yang sistematis tantang kehidupan berkelompok manusia dalam hubungannya dengan manusia lainnya yang secara umum disebut masyarakat.

Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi (1964 : 14) mendefenisikan, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial. Namun sosiologi memandang kehidupan masyarakat dengan caranya sendiri.

(25)

Abrams (1981 : 178) mengatakan, sosiologi sastra dikenakan pada tulisan para kritikus dan ahli sejarah sastra yang utamanya ditujukan pada cara-cara seseorang pengarang dipengaruhi oleh status kelasnya, ideologi masyarakat, keadaan ekonomi yang berhubungan dengan pekerjaan, dan jenis pembaca yang dituju. Merangkum dalam aspek membangun sebuah cipta sastra, salah satunya adalah menyangkut perwatakan tokoh-tokoh. Ciri-ciri perwatakan seorang tokoh selalu berkaitan dengan pengarang dan lingkungan ia hidup.

Ratna (2003 : 25) mengatakan, sosiologi sastra adalah penelitian terhadap karya sastra dan keterlibatan struktur sosialnya. Pada dasarnya karya sastra bercerita tentang persoalan- persoalan manusia. Hal itu dipengaruhi oleh apa yang dirasakan, dilihat dan dialami dalam kehidupan sehari-hari.

Sastra menyajikan gambaran kehidupan, kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat dengan orang-orang, antar manusia, antar peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu, sastra dipandang sebagai gambaran dunia dan kehidupan manusia, yang dikenakan pada sastra penggambaran atau yang hendak digambarkan.

2.2.2 Teori Perubahan Karakter

Istilah Karakter menurut Roberts Stanton dalam bukunya An Introduction to Fiction (1965 : 17) dapat merujuk kepada individu dalam cerita atau dengan kata lain karakter atau cerita juga merujuk kepada penyatuan dari kepentingan, emosi dan prinsip-prinsip moral yang membentuk karakter atau dengan kata lain menggambarkan perilaku atau sifat dari cerita. Dalam menganalisis karakter, Stanton mengatakan yang paling utama yaitu dialog dan perilaku.

Dalam buku, Writing Themes about Literature (1983 : 41) oleh Edgar V. Roberts, menyatakan bahwa “karakter” dalam sastra adalah representasi lisan manusia secara luas, khususnya dalam menentukan dirinya melalui pikiran, bicara dan perilaku. Teori ini jelas

(26)

menyatakan bahwa dialog, tindakan dan komentar merupakan representasi verbal manusia atau mempunyai dominasi paling penting dalam suatu sastra untuk menciptakan beberapa interaksi tokoh di sekitarnya.

Dengan definisi karakter tersebut, penulis mencoba menganalisis watak dari tokoh- tokoh dalam penelitian ini dengan menggunakan teori dari Edgar V. Roberts dalam buku yang sama mengatakan bahwa ada empat cara untuk menganalisis karakter.

1. Apa yang dikatakan oleh tokoh tersebut tentang dirinya.

2. Apa yang dilakukan tokoh tersebut.

3. Apa yang dikatakan oleh tokoh-tokoh lain tentang dianalisis.

4. Apa yang dikatakan oleh pengarang tentang tokohnya.

Dan dalam mendeskripsikan karakter berkembang penulis menggunakan teori Welleck and Warren (1976) untuk memahami bagaimana aksi dan sikap tokoh-tokoh berubah.

Mereka mendefinisikan karakter berubah ialah karakterisasi statik tidak meninggalkan perubahan yang berarti dari aksi dan tidaklah terjadi secara langsung dalam perubahan hubungan manusia yang menjadi pusat cerita dalam film. Karakterisasi berkembang yaitu memiliki perubahan yang permanen dalam beberapa aspek dari karakter yaitu perubahan secara pribadi, perubahan dari kehidupan, dan perubahan aksi dari perasaan.

Perubahan karakter tidak terjadi dengan sendirinya. Karakter seseorang dapat berubah karena ada faktor tertentu atau objek tertentu, sehingga dapat mempengaruhi perubahan karakter seseorang. Setiap individu memiliki karakter yang berbeda-beda sejak lahir dan terus berkembang sejalan dengan perkembangan usia dan pola fikir masing-masing. Hal itu memicu timbulnya konflik yang mempengaruhi setiap karakter individu, bahkan individu yang masih berinteraksi pihak berkonflik.

(27)

Artinya, di dalam suatu kelompok yang mengalami konflik, maka seseorang atau kelompok orang semula memiliki sifat pendiam, penyabar menjadi lebih agresif dan mudah marah, dan sifat jahat berubah menjadi baik dan penolong.

2.2.3 Teori Gambaran Kehidupan

Rene Wellek dan Austin Warren (1973 : 94) mengatakan bahwa kesusastraan ialah gambaran kehidupan dan kehidupan merupakan realitas sosial. Novela juga merupakan salah satu jenis karya sastra yang digunakan pengarang sebagai media untuk menyampaikan dan mengekspresikan pikiran, emosi, dan keyakinannya serta mengkritik realitas kehidupan sosial yang terjadi disekitarnya pada saat tertentu. Novela ialah gambaran kehidupan nyata dan gaya saat novela itu ditulis (Wellek dan Warren, 1956 : 216).

Menurut Reaske (1966 : 5) dalam “How to Analyze Drama” menyatakan bahwa sebuah karya sastra dapat menggambarkan kehidupan dengan mempresentasikan variasi aksi dan dialog antara para karakter.

Sastra menyajikan gambaran kehidupan, kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat dengan orang-orang, antar manusia, antar peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu, sastra dipandang sebagai gambaran dunia dan kehidupan manusia, yang dikenakan pada sastra penggambaran atau yang hendak digambarkan.

2.3 Tinjauan Pustaka

Untuk membantu peneliti dalam proses penyusunan skripsi ini maka penulis terlebih dulu menelusuri dan membaca referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian penulis. Referensi-referensi tersebut terdiri dari buku, skripsi, jurnal,dan juga artikel yang berkaitan dengan film. Hal tersebut penulis lakukan karena sangat membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini dan juga berguna untuk menambah wawasan penulis untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang perubahan karakter tokoh utama.

(28)

Untuk menunjukkan sebuah penelitian ini berbeda dengan penelitian lain sangat diperlukan melakukan penelusuran bahan-bahan pustaka dari hasil-hasil penelitian yang relevan dan berkaitan dengan bahan pustaka buku-buku teks. Penelitian-penelitian yang berkaitan tentang film telah dilakukan oleh para peneliti. Pengertian Film berbagai definisi tentang film antara lain dikemukakan oleh :

Utari (2014) dalam skripsi yang berjudul Perbandingan Karakter Tokoh Pada Teater Tradisional Indonesia Makyong. Teater tradisional Makyong adalah seni teater tradisional yang menarik untuk disaksikan karena menggabungkan berbagai unsur di dalamnya yaitu agama, adat Melayu, sandiwara, gerak tari, syair lagu, vokal, instumental tradisional, serta cerita sederhana yang memikat. Kedua teater tradisional tersebut yaitu teater tradisional Cina Jing Ju dan teater tradisional Indonesia Makyong memiliki persamaan dan perbedaan dalam

karakter tokoh, dalam penulisan skripsi ini penulis akan membahas satu persatu karakter yang terdapat dari masing-masing tokoh yang terdapat dikedua teater tradisional tersebut.

Gisella (2015) dalam skripsi yang berjudul Karakteristik dan Permasalahan Psikologis Tokoh Utama Harry dalam Roman Der Steppenwolf karya Hermann Hesse: Pendekatan Psikoanalisis. Hary Haller adalah seorang yang penyedih dan penyendiri namun memiliki pemikiran cerdas serta imajinatif. Ia selalu menjauh dari kehidupan manusia normal dan memandang manusia dari sisi negatif terlebih dahulu. Hary Haller selalu terlibat dalam pertentangan antara naluri purba sang serigala (der Steppenwolf) melawan si manusia rasional yang hidup di antara masyarakat berjuis, hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang bernama Hermine, yang begitu memahami karakter Harry. Kehidupan yang penuh problematika yang berasal dari diri Harry, seolah-olah menjadi penyebab munculnya karakter dan permasalahan psikologis dalam dirinya, sehingga menjadi sesuatu yang menarik untuk dianalisis lebih dalam.

(29)

Lukman (2015) dalam skripsi yang berjudul Analisis Karakter Tokoh Utama Dalam Novel Bumi Cinta Karangan Habiburrahman El Shirazy. Penelitian ini mendeskripsikan tentang karakter tokoh utama dalam novel Bumi Cinta Karangan Habiburrahman El Shirazy, Muhammad Ayyas adalah seorang mahasiswa dari Indonesia yang juga merupakan seorang santri salaf. Ia harus melakukan sebuah penelitian di negeri yang paling menjunjung tinggi seks bebas “free sex” yakni Rusia. Tokoh utama memiliki karakter jujur, bertanggung jawab, berani, dan mempertahankan keimanan.

Jein (2016) dalam skripsi yang berjudul Analisis Karakter Tokoh Utama dalam novel Lolita karya Vladimir Nabokov. Humbert Humbert tokoh utama dalam novel Lolita karya Vladimir Nabokov adalah seorang terdidik yang lahir di Paris. Seperti umumnya pria remaja, gairah remajanya dilewati dengan menjalin cinta monyet dengan Annabel Leigh. Malangnya cinta mereka kandas karena kekasihnya meninggal akibat penyakit tipus. Menurut pengakuan Humbert kisah cinta dengan Annabel membuat dirinya mulai tertarik secara seksual kepada gadis-gadis berusia 9 sampai 14 yang disebut “peri asmara”.

Alisha (2018) dalam skripsi yang berjudul Analisis Karakter Tokoh utama dalam Film Hachiko Monogatari. Hachiko Monogatari adalah film Jepang tentang anjing yang setia menunggu majikannya di Stasiun Shibuya, meski majikannya sudah meninggal. Pada tahun 1987 film ini menjadi film nomor satu di Jepang dan menghasilkan pendapatan dua miliar yen dari peredarannya.

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, film adalah hasil kaya seni budaya yang dibuat untuk menyampaikan informasi, media massa, media komunikasi, media hiburan, pendidikan dan pemasaran suatu produk kepada halayak umum melalui sebuah cerita menggunakan sebuah media. Istilah perfilman merujuk kepada pemahaman keseluruhan proses yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian pesan.

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian Kualitatif

Pandangan yang umum dalam dunia ilmu adalah bahwa metode ilmiah harus memenuhi persyaratan tertentu (Koentjaraningrat 1977; Nasir 1985). Metode dilakukan dengan langkah-langkah kerja yang diatur sebagaimana yang berlaku bagi penelitian- penelitian pada umumnya (ilmu ideografik menurut klasifikasi Windelband). Dalam hal ini penelitian harus memilih metode dan langkah-langkah yang tepat sesuai dengan karakteristik objek kajian. Satu hal yang menarik dalam menggunakan metode bagi penelitian sastra adalah adanya distansi, kerja yang objektif, dan terhindarnya unsur prasangka.

Karya sastra terbentuk untuk mengetahui segala sesuatu yang organik. Tugas pembaca untuk mengetahui segala kekaburan elemen-elemen yang berfungsi membentuk kesatuan itu. Jadi tugas pembaca adalah menghubungkan berbagai pangsa dan strata yang berbeda-beda itu pada tempatnya yang “betul”. Karya adalah sesuatu yang sejak mulanya mengandung unsur yang kabur. Dalam mengungkapkan dan menyibak “kekaburan” itulah sejumlah peralatan diperlukan, di antaranya hasil renungan orang tentang masalah atau berbagai hal yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian.

Demikian pula dengan film Oolong Courtyard: Kungfu School, ada nilai-nilai yang terkandung dalam film ini. Terlepas dari itu hadirnya film kungfu ini sebagai bentuk kritikan dunia film luar. Karena film ini sangat bagus untuk ditonton bagi kalangan anak-anak sampai orang tua yang menekankan unsur kekeluargaan.

(31)

Dengan metode ini, peneliti mungkin dapat melihat lebih dekat dan mendalam bagaimana pesan moral yang terdapat dalam film Oolong Courtyard: Kungfu School. Dimana film ini mengajarkan kita untuk saling percaya, selalu memberikan kebaikan dan memaafkan orang yang sudah berbuat salah kepada kita dan dapat dikaitkan dengan perasaan sosial lainnya.

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian analisis kualitatif model semiotik Roland Barthes. Alasan digunakannya jenis penelitian ini, pertama bahwa objek yang akan dikaji untuk diungkap maknanya adalah tanda, lambang bahkan symbol yang ada dalam film Oolong Courtyard: Kungfu School. Karena itu menurut peneliti jenis penelitian analisis kualitatif adalah jenis yang tepat untuk digunakan. Kedua, model semiotik Roland Barthes yang dipilih karena model inilah yang memberikan kedalaman ketika memaknai sebuah film dengan mendasarkan pada beberapa hal antara lain:

1. Penanda dan Petanda 2. Gambar, indeks dan simbol

3. Fenomena Sosiologi, tentang bagaimana gambaran kehidupan di sekolah kungfu dan kepercayaan terhadap dewa melalui batu Oolong.

4. Permasalahan begitu komplek, sehingga tidak memungkinkan di lokalisir dalam bentuk varian sederhana.

5. Perumusan peneliti menuntut digunakan model semiotik komunikasi model Roland Barthes sebab melalui rumusan masalah peneliti ingin memahami perubahan karakter yang terkandung dalam film Oolong Courtyard: Kungfu School.

(32)

3.2 Data dan Sumber Data 1. Data Primer

Data Primer adalah data pokok atau data utama. Dalam penelitian ini yang termasuk data primer adalah file video dalam film Oolong Courtyard: Kungfu School. Untuk sumber data tersebut peneliti mendapatkan berupa file-file video yang di download dari situs-situs di internet dan beberapa dari youtube. Data primer ini termasuk data mentah (row data) yang harus diproses lagi sehingga menjadi informasi yang bermakna.

2. Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data tambahan atau pelengkap dari data primer yang ada. Dalam penelitian ini data sekunder berupa dokumentasi yang didapat dari internet, info mengenai film Oolong Courtyard: Kungfu School, buku, artikel, maupun jurnal yang ada hubungan dengan film Oolong Courtyard: Kungfu School. Data sekunder ini selain sebagai pelengkap dari data primer biasanya sangat membantu periset apabila data primer terbatas atau sulit diperoleh.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah film Oolong Courtyard: Kungfu School dirilis pada tanggal 13 July 2018 (Canada), dalam bahasa Mandarin bergenre komedi. Film ini diceritai oleh You Xiang Ao, disutradarai oleh Chu Yen Ping dalam durasi waktu 103 menit.

Data dalam penelitian ini kata, kalimat, dan dialog-dialog yang menunjukkan karakter tokoh dalam film Oolong Courtyard: Kungfu School, sedangkan sumber data penelitian ini adalah video berupa film Oolong Courtyard: Kungfu School.

(33)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Peneliti mencari video yang berisi film “Oolong Courtyard: Kungfu School” di internet 2. Peneliti memutar video tersebut, lalu menontonnya berulang-ulang

3. Peneliti menulis dialog-dialog antartokoh dalam film “Oolong Courtyard: Kungfu School, yang telah ditonton menjadi teks dialog seperti naskah drama.

4. Peneliti mengelompokkan data berupa dialog yang mencerminkan karakter tokoh utama dalam film “Oolong Courtyard: Kungfu School”

5. Peneliti mencatat dialog-dialog yang mencerminkan karakter tokoh utama film “Oolong Courtyard: Kungfu School”.

6. Selanjutnya, peneliti menguraikan data-data tersebut, lalu menganalisis karakter tokoh utama dalam film “Oolong Courtyard: Kungfu School” tersebut.

3.4 Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis secara kualitatif yaitu menganalisis karakter tokoh utama dalam film “Oolong Courtyard: Kungfu School”.

Hal ini sejalan dengan penjelasan Sugiono (2009 : 337), ia mengatakan bahwa “Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu”.

(34)

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah mengolah data menurut jenisnya, menganalisis karakter tokoh dan menyimpulkan.

1. Mereduksi Data

Tahap mereduksi data mulai dilakukan melalui proses penyeleksian, identifikasi dan pengklasifikasi. Penyeleksian dan pengidentifikasian merupakan kegiatan untuk menyeleksi dan mengidentifikasi data-data pada kategori karakter tokoh yang terdapat pada film “Oolong Courtyard: Kungfu School”. Tahap pengklasifikasi merupakan proses yang dilakukan untuk mengklasifikasi data, memilih data dan mengelompokkan data.

2. Menyajikan Data

Menyajikan data merupakan kegiatan pengelompokan data melalui tahap reduksi data pada kategori karakter tokoh yang terdapat pada film “Oolong Courtyard: Kungfu School”.

3. Menarik Kesimpulan

Menarik kesimpulan dilakukan setelah mengikuti dua tahap. Simpulan ditarik setelah data disusun dan diperiksa kembali. Selanjutnya, didiskusikan dengan pembimbing.

Setelah proses ini dilalui, hasil akhir penelitian analisis karakter tokoh dalam film

“Oolong Courtyard: Kungfu School” disajikan dalam bentuk laporan.

(35)

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab IV ini penulis akan mendeskripsikan perubahan karakter tokoh utama dan gambaran kehidupan tokoh utama pada film Oolong Courtyard : Kungfu School.

Perubahan karakter yang dibahas empat yaitu penjahat, pendendam, licik, dan banyak akal.

4.1 Perubahan Karakter Tokoh Utama Pada Film Oolong Courtyard : Kungfu School Film Oolong Courtyard : Kungfu School dirilis pada tahun 2018, film laga komedi yang disutradarai oleh Chu Yin Ping bercerita tentang perebutan batu Oolong yang dilakukan oleh kedua penjahat yang bernama A Wei dan Star Chen dan batu tersebut memiliki kekuatan dapat mengubah karakter jahat menjadi baik. Berdasarkan film Boboho yang sudah dikenal sejak lama dan sangat sudah dikenal oleh semua kalangan masyarakat serta dalam alur cerita film penonton lebih mengetahui budaya negara China khususnya budaya Kungfu. Awal dari film ini adalah masuknya dua orang penjahat ke dalam kuil Oolong dengan bertujuan untuk mengambil batu bertuah oolong.

4.1.1 Karakter Tokoh Utama Film Oolong Courtyard : Kungfu School

Berdasarkan teori Edgar V. Roberts dalam teori perubahan karakter ada empat untuk menganalisis karakter, yaitu :

1. Penjahat 2. Pendendam 3. Licik

4. Banyak Akal

Penulis menganalisis karakter tokoh utama A Wei dan Star Chen dalam film Oolong Courtyard : Kungfu School berdasarkan teori Edgar V. Roberts.

(36)

1. Penjahat

A Wei adalah tokoh utama yang memiliki karakter yang jahat. Dalam kehidupan A Wei memiliki sifat tidak suka menolong. Hal ini membentuk karakter ia yang tidak ada hati nuraninya dalam membantu sesama. Bagi A Wei sifat jahatnya dimiliki ia sejak ia berpisah dengan Lucy. Obsesi kepribadiaannya membuat dirinya menjadi jahat dalam film Oolong Courtyard : Kungfu School.

2. Pendendam

Dalam film Oolong Courtyard : Kungfu School ini karakter A Wei digambarkan sebagai laki-laki yang pendendam pada masa lalunya. Karakternya yang pendendam terlihat dari latar belakang kehidupan dia yang susah, sehingga ia berlaku tidak baik terhadap orang lain. A Wei menerapkan dendam dalam dirinya untuk membalaskan sakit hati pada dirinya untuk menjahati orang lain.

3. Licik

A Wei termasuk tipe yang licik. Dalam perjalanan hidupnya bersama teman-temannya, A Wei selalu mempunyai pikiran kotor untuk merebut hak orang lain yang membuat kepuasan pada dirinya, tanpa memikirkan bagaimana perasaan orang lain.

4. Banyak Akal

A Wei yang cerdik selalu punya strategi untuk memdapatkan apa yang ia inginkan. A Wei yang cerdik pintar memanfaatkan situasi dan kondisi. A Wei juga selalu mempunyai taktik untuk mendapatkan apa yang dia mau, dimana taktik itu selalu diterapkannya pada saat keadaan yang membahayakan yang menguntungkan dirinya.

Penulis menganalisis karakter tokoh utama Star Chen pada film Oolong Courtyard : Kungfu School

(37)

1. Pemaksa Kehendak

Dalam film Oolong Courtyard : Kungfu School karakter Star Chen disini adalah pemaksa kehendak, ia memaksa kehendaknya agar orang lain mau membantu dia untuk mendapatkan keinginannya.

2. Pemalas

Tokoh Star Chen dalam film ini memiliki karakter yang pemalas. Dia suka menunda- nunda pekerjaan. Dia lebih penting tidur daripada bekerja.

3. Iri

Karakter Star Chen yang lain adalah iri. Dia iri pada orang lain, yang lebih hebat dan lebih pintar daripada dirinya. Dia selalu ingin tahu apa yang orang lain lakukan. Dia tidak senang jika ada orang lain yang lebih hebat dari dia. Dia ingin dirinya dikenal banyak orang.

4. Ceroboh

Star Chen termasuk tipe yang ceroboh. Dia ceroboh dalam segala hal. Dia tidak bisa mempertimbangkan segala sesuatu dalam melakukan segala hal. Star Chen murah terpengaruh omongan orang tanpa dicerna terlebih dahulu.

4.1.2 Tokoh

Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan (Aminuddin, 1984 : 85), dalam film tokoh selalu mempunyai sifat, sikap atau tingkah laku dan watak-watak tertentu. Pemberian watak pada tokoh suatu karya oleh sastrawan disebut perwatakan. Dalam film Oolong Courtyard : Kungfu School kedua tokoh utama memiliki peranan yang berbeda beda.

(38)

Tokoh utama dalam film Oolong Courtyard : Kungfu School adalah A Wei yang memiliki karakter yang tidak baik. Karakter yang dimliki A Wei ada 4 yaitu : penjahat, pendendam, licik, dan banyak akal.

1. A Wei berkarakter jadi Penjahat

A Wei adalah orang jahat yang suka onar di jalan, menipu orang, mencuri barang orang, dan tidak suka memberi atau menolong orang lain. Dia pun akhirnya bergabung pada kelompok “Kawanan Persaudaraan” yaitu kelompok orang jahat yang ingin merebut batu bertuah Oolong di kuil Oolong. Hingga pada suatu hari A Wei dan temannya merencanakan sesuatu yang jahat, yaitu ingin membakar kuil tersebut agar mendapatkan batu bertuah itu.

Hal ini dapat dilihat pada kutipan film menit ke 57:53-59:48 Data 1 :

Star Chen : 哥,这是不是太过分了。

Gē, zhè shì bùshì tài guòfènle.

Bro, apa ini tak keterlaluan?

A Wei : 可恶的吗?你必须知道我们扮演什么角色。我们必须做坏人,杀人放火是唯 一的办法。当人们知道最危险的时刻已经到来,他们会保护他们宝贵的财 产。我们必须让他们愿意给我们魔法石。如果我们不立即行动,魔法石就 会被别人抢走。你明白吗?(在生火的时候)。这是你取得突破的机会。带来 这个,接受它。

Kěwù de ma? Nǐ bìxū zhīdào wǒmen bànyǎn shénme juésè. Wǒmen bìxū zuò huàirén, shārén fànghuǒ shì wéiyī de bànfǎ. Dāng rénmen zhīdào zuì wéixiǎn de shíkè yǐjīng dàolái, tāmen huì bǎohù tāmen bǎoguì de cáichǎn. Wǒmen bìxū ràng tāmen yuànyì gěi wǒmen mófǎ shí. Rúguǒ wǒmen bù lìjí xíngdòng, mófǎ shí jiù huì bèi biérén qiǎng zǒu. Nǐ míngbái ma?(Zài shēnghuǒ de shíhòu). Zhè shì nǐ qǔdé túpò dì jīhuì. Dài lái zhège, jiēshòu tā.

(39)

Keterlaluan? Kau harus tahu peran apa yang kita mainkan. Kita harus jadi orang jahat, membunuh dan membakar satu-satu cara yang harus kita laksanakan.

Ketika orang tahu bahwa saat paling berbahaya telah tiba, mereka akan melindungi harta berharganya. Kita harus buat mereka bersedia menyerahkan batu bertuah pada kita. Jika kita tak segera bertindak batu bertuah akan dirampok orang lain. Kau mengerti tidak? (sambil menyalakan api). Ini kesempatanmu untuk membuat terobosan. Bawa ini, terimalah.

Star Chen : 我很难让他们愿意放弃魔法石。

Wǒ hěn nán ràng tāmen yuànyì fàngqì mófǎ shí.

Ini sulit bagiku membuat mereka bersedia menyerahkan batu bertuah itu.

A Wei : 只是接受它。你应得的。把它。

Zhǐshì jiēshòu tā. Nǐ yīng dé de. Bǎ tā.

Terima saja. Kau pantas. Ambillah.

Star Chen : 我还没准备好。下次吧。

Wǒ hái méi zhǔnbèi hǎo. Xià cì ba。

Aku belum siap. Mungkin lain kali saja.

A Wei : 听哥话啊。乖喔。要不然哥揍你。

Tīng gē huà a. Guāi ō. Yào bùrán gē zòu nǐ.

Dengarkan aku ya. Bocah pintar. Atau kupukul kau.

Star Chen : 拿着知道不你比较行。

Názhe zhīdào bù nǐ bǐjiào xíng。

Anu, kamu saja. Kamu yang bisa.

(40)

这场比赛从阿伟的手中落了下来,发生火灾,老师出来拿来他们的贵重物品。

Zhè chǎng bǐsài cóng ā wěi de shǒuzhōng luòle xiàlái, fāshēng huǒzāi, lǎoshī chūlái ná lái tāmen de guìzhòng wùpǐn.

Korek api jatuh dari tangan A Wei, dan terjadi kebakaran, dan para guru-guru pun keluar serta membawa barang berharga mereka.

Hal ini dapat dilihat pada kutipan film menit ke 59:00-59:48 A We i : 你有什么愚蠢的我不是故意要烧。

Nǐ yǒu shé me yúchǔn de wǒ bùshì gùyì yào shāo.

Kau ini bodoh apa? Aku tak bermaksud membakar.

Star Chen : 哥,赶紧走吧。

Gē, gǎnjǐn zǒu ba.

Bro. Cepat kita harus pergi.

A Wei : 什么?去吗?叫醒他们。当他们离开时,他们必须带来重要的东西。

Shénme? Qù ma? Jiào xǐng tāmen. Dāng tāmen líkāi shí, tāmen bìxū dài lái zhòngyào de dōngxī.

Apa? Pergi? Bangunkan mereka. Mereka pasti membawa sesuatu penting saat keluar.

Keduanya Serentak : 师父!火!醒来!火 Shīfu! Huǒ! Xǐng lái! Huǒ

Guru! Kebakaran! Bangun! Kebakaran!

Star Chen : 哥。 (阿伟进了他师父的房间)。

Gē. (Ā wěi jìnle tā shīfu de fángjiān).

Bro. ( A Wei masuk ke kamar gurunya).

A Wei : 起床啦!着火拉!快跑!着火拉,快跑。快!快!大师兄,快,快跑,大 师 兄 。

(41)

Qǐchuáng la! Zháohuǒ lā! Kuài pǎo! Zháohuǒ lā, kuài pǎo. Kuài! Kuài! Dà shīxiōng, kuài, kuài pǎo, dà shīxiōng.

Bangun! Kebakaran! Lari! Kebakaran, cepat lari! Cepat! Cepat! Kakak, cepat!

Cepat lari! Kakak.

阿伟被木头击中并晕倒。

Ā wěi bèi mùtou jí zhòng bìng yūn dǎo.

A Wei tertimpa kayu dan pingsan.

Dalam data I kutipan film menit ke 57:53 - 59:48, ada terdapat scene yang dimana terdapat karakter yang jahat. A Wei melakukan kejahatan, ia ingin mengambil batu bertuah Oolong dari tangan gurunya, sehingga ia merencanakan tindakan jahat yaitu membakar kuil Oolong.

(42)

2. A Wei berkarakter jadi Pendendam

Suatu hari datang cewek cantik bernama Lucy, dimana cewek cantik ini adalah mantan A Wei yang ditinggalkannya dan pergi jauh dari kehidupan A Wei. Tujuan Lucy datang ke kuil Oolong, untuk mendapatkan informasi tentang kuil dan untuk mendapatkan batu bertuah itu serta ingin bertemu dengan anaknya yang pernah ia tinggalkan sejak anak itu masih bayi. Karakter A Wei pada film ini adalah pendendam karena ia mengingat kenangan bersama kekasihnya, dan ingin balas dendam pada Lucy karena perbuatan dia yang pernah ditinggalkannya tanpa sebab.

Hal ini dapat dilihat pada kutipan film menit ke 54:26-57:28 Data 2 :

A Wei : 说吧你到这来是为了什么?

Shuō ba nǐ dào zhè lái shì wèile shénme?

Katakan, kenapa kau kemari?

Lucy : 阿威。

Ā wēi.

Wei.

(43)

A Wei : 别叫的那么亲热。你的招式对我无效。我的鼻血早在当年就已经流干了。其 实你不说我也知道。像你这种冷血的投机分子到这来肯定是为了那快石头。

Bié jiào dì nàme qīnrè. Nǐ de zhāoshì duì wǒ wúxiào. Wǒ de bíxiě zǎo zài dāngnián jiù yǐjīng liú gān le. Qíshí nǐ bù shuō wǒ yě zhīdào. Xiàng nǐ zhè zhǒng lěngxuè de tóujī fēnzǐ dào zhè lái kěndìng shì wèile nà kuài shítou.

Jangan panggil aku begitu. Itu tak ada gunanya bagiku. Mimisa nku sudah mengering bertahun-tahun lalu. Walau kau tak mengatakan, aku sudah tahu o p o r t u n i s ke j am s e pe r tim u p a s ti k e s i ni me n ca r i ba t u be rt u a h it u . Lucy : 这么久不见一张嘴就要跟我吵架。我知道你还在很我。

Zhème jiǔ bùjiàn yī zhāngzuǐ jiù yào gēn wǒ chǎojià. Wǒ zhīdào nǐ hái zài hěn wǒ.

Sudah lama sejak kita terakhir ketemu. Kenapa kau cuma ingin bertengkar denganku?

Aku tau kalau kau membenciku.

A Wei : 没有爱,怎么会有恨我一直都不知道我也不想知道。你当时为什么会突然 离开我。我只知道我不会再爱任何人了。我只爱我自己从你离开我的那一 刻起我就发誓要做一个丧尽天良。恶贯满盈的坏人你的出现提醒了我要做 一个坏人的初衷。

Méiyǒu ài, zěnme huì yǒu hèn wǒ yīzhí dōu bù zhīdào wǒ yě bùxiǎng zhīdào.

Nǐ dāngshí wèishéme huì túránlíkāi wǒ. Wǒ zhǐ zhīdào wǒ bù huì zài ài rènhé rénle. Wǒ zhǐ ài wǒ zìjǐ cóng nǐ líkāi wǒ dì nà yīkè qǐ wǒ jiù fāshì yào zuò yīgè sàng jìn tiānliáng. Èguànmǎnyíng de huàirén nǐ de chūxiàn tíxǐngle wǒ yào zuò yīgè huàirén de chūzhōng.

Tapi tanpa cinta, bagaimana mungkin kebencian muncul? Aku tak tahu dan aku tak mau tahu, alasanmu kau meninggalkanku saat itu. Aku cuma tahu kalau aku tak akan jatuh cinta lagi dengan seseorang. Aku hanya mencintai diriku. Sejak

(44)

kau meninggalkanku aku bersumpah akan jadi orang jahat. Benar-benar jahat yang melakukan semua hal jahat. Kemunculanmu mengingatkan niat awalku menjadi orang jahat.

Lucy : 你别这样好吗?我有我的苦衷我可能说出来你也不会懂。

Nǐ bié zhèyàng hǎo ma? Wǒ yǒu wǒ de kǔzhōng wǒ kěnéng shuō chūlái nǐ yě bù huì dǒng.

Bisa tidak kau tak seketus itu? Aku punya kesulitan sendiri yang susah untuk diceritakan. Kau tak akan mengerti walau kuceritakan.

A Wei : 没有人可以欺负我两次,尤其是你。千夫所指万人唾弃也得笑的坦荡。

我 一 定会比你先拿到那块石头走着瞧。

Méiyǒu rén kěyǐ qīfù wǒ liǎng cì, yóuqí shì nǐ. Qiānfū suǒ zhǐ wàn rén tuòqì yě dé xiào de tǎndàng. Wǒ yīdìng huì bǐ nǐ xiān ná dào nà kuài shítou zǒuzhe qiáo.

Tak ada yang bisa menggangguku 2 kali. Terutama dirimu. Ribuan orang meludah pada mereka yang tersenyum manis. Aku akan mendapatkan batu itu sebelum kamu.

Kita lihat saja nanti.

离开露西,回到房间计划她的罪行。

Líkāi lù xī, huí dào fáng jiàn jìhuà tā de zuìxíng.

Pergi meninggalkan Lucy dan balik ke kamar merencanakan kejahatannya.

Dalam data 2 pada menit 54:26 – 57:28 ada terdapat karakter A Wei yang pendendam.

A Wei dendam dan tidak bisa melupakan masa lalunya, ketika bersama Lucy kekasihnya.

Lucy pergi meninggalkan dia, sehingga A Wei kembali jadi orang jahat.

(45)

3. A Wei berkarakter jadi Licik

A Wei memiliki karakter licik. Pada suatu hari A Wei dan gengnya merencanakan hal yang jahat, yaitu ingin menipu seorang wanita kaya yang menabrak dirinya. A Wei berpura-pura menabrakkan dirinya untuk mengelabui wanita penabrak ini dan mengambil uangnya.

Hal ini dapat dilihat pada kutipan film menit ke 13:15-14:32 Data 3 :

A Wei : 腿!我的腿!

Tuǐ! Wǒ de tuǐ!

Kakiku.. Kakiku..

Chen Yeh : 你能停止玩吗?

Nǐ néng tíngzhǐ wán ma?

Bisa berhenti tidak main-mainnya?

A Wei : 我的腿估计是废了。 (很多人开始看到并通过)。快帮我抱 120。报警。

Wǒ de tuǐ gūjì shì fèile. (Hěnduō rén kāishǐ kàn dào bìng tōngguò). Kuài bāng wǒ bào

(46)

Kakiku mungkin lumpuh. (mulai banyak orang-orang melihat dan lalu lalang).

Tolong telponkan ambulans, cepat. Telpon polisi.

Chen Yeh : 哎 呀 呵 , 让 你 别 装 你 还 装 死 了 呀 。 哎 你 这 就 是 碰 瓷 你 知 道 吧 。 你等着啊,我这就打电话叫人来。

Āiyā hē, ràng nǐ bié zhuāng nǐ hái zhuāng sǐle ya. Āi nǐ zhè jiùshì pèng cí nǐ zhīdào ba. Nǐ děngzhe a, wǒ zhè jiù dǎ diànhuà jiào rén lái.

Ya ampun, kusuruh kau tak usah berpura-pura, sekarang malah pura-pura mati. Yang kamu lakukan ini dinamakan pura-pura terluka. Tunggu. Akan kusuruh anak buahku kemari.

A Wei 的朋友来帮助 A Wei 执行他的计划。

A Wei de péngyǒu lái bāngzhù A Wei zhíxíng tā de jìhuà.

Teman-teman A Wei pun yang lain datang dan membantu A Wei untuk melancarkan rencananya.

Hal ini dapat dilihat pada kutipan film menit ke 14:33-15:52 Ada Chang : 啊,大姐别慌。这家伙一看就是碰瓷的.

A, dàjiě bié huāng. Zhè jiāhuo yī kàn jiùshì pèng cí de

Ah, jangan panik, nyonya. Orang ini cuma ingin memerasmu.

Star Chen 来看这件事。

Star Chen lái kàn zhè jiàn shì.

Star Chen datang untuk melihat kejadian ini.

Star Chen : 对不起,对不起。

Duìbùqǐ, duìbùqǐ.

Permisi, permisi.

(47)

Chen Yeh : 你要是能证明他是碰瓷的?

Nǐ yàoshi néng zhèngmíng tā shì pèng cí de?

Bisa kau buktikan kalau ini cuma pura-pura terluka?

Star Chen : 这是在拍戏吗?

Zhè shì zài pāixì ma?

Apa ini syuting film?

Chen Yeh : 我知识给你两千快钱

Wǒ zhīshì gěi nǐ liǎng qiān kuài qián Aku cuma memberimu 2000 yuan.

来了一个中年男子拿走了 Star Chen 的手机,不由自主地 Star Chen 丢了他的手机,而 且还在和平的气氛中。

Láile yīgè zhōng nián nánzǐ ná zǒule Star Chen de shǒujī, bùyóuzìzhǔ dì Star Chen diūle tā de shǒujī, érqiě hái zài hépíng de qìfēn zhōng.

Datang laki-laki separuh baya mengambil handphone Star Chen, tanpa sadar Star Chen kehilangan handphone, dan masih dalam suasana dikeramaian.

Ada Chang : 你信不信,我這鞭炮一炸他撒腿就跑。 (鞭炮轉向 A Wei).

Nǐ xìn bùxìn, wǒ zhè biānpào yī zhà tā sātuǐ jiù pǎo. (Biānpào zhuǎnxiàng A Wei).

Percaya atau tidak selama kunyalakan petasan ini dia akan segera lari.

(petasan dinyalakan ke A Wei) Star Chen :太敬业了。

Tài jìngyèle.

Sungguh profesional dan dedikasi.

Referensi

Dokumen terkait