• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan teori sangat penting dalam sebuah penelitian terutama dalam penulisan skripsi peneliti tidak bisa mengembangkan masalah yang mungkin ditemui jika tidak memiliki acuan landasan teori. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012 : 52), bahwa landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Landasan teori adalah seperangkat definisi, konsep serta proposisi yang telah disusun rapi serta sistematis tentang variabel-variabel dalam sebuah penelitian. Landasan teori ini akan menjadi dasar yang kuat dalam sebuah penelitian yang akan dilakukan. Pembuatan landasan teori yang baik dan benar dalam sebuah penelitian menjadi hal yang penting karena landasan teori ini menjadi sebuah pondasi serta landasan dalam penelitian tersebut. Yang dibahas pada bagian ini adalah teori-teori tentang ilmu-ilmu yang diteliti. Landasan teori yang digunakan penulis untuk mengkaji penelitian ini adalah sosiologi sastra. Landasan teori sosiologi sastra ini akan menjadi dasar yang kuat dalam sebuah penelitian yang akan dilakukan. Mencakup di dalamnya teori pada perubahan karakter dan gambaran kehidupan.

2.2.1 Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sastra merupakan pencerminan masyarakat. Sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu atau pengetahuan yang sistematis tantang kehidupan berkelompok manusia dalam hubungannya dengan manusia lainnya yang secara umum disebut masyarakat.

Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi (1964 : 14) mendefenisikan, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial. Namun sosiologi memandang kehidupan masyarakat dengan caranya sendiri.

Abrams (1981 : 178) mengatakan, sosiologi sastra dikenakan pada tulisan para kritikus dan ahli sejarah sastra yang utamanya ditujukan pada cara-cara seseorang pengarang dipengaruhi oleh status kelasnya, ideologi masyarakat, keadaan ekonomi yang berhubungan dengan pekerjaan, dan jenis pembaca yang dituju. Merangkum dalam aspek membangun sebuah cipta sastra, salah satunya adalah menyangkut perwatakan tokoh-tokoh. Ciri-ciri perwatakan seorang tokoh selalu berkaitan dengan pengarang dan lingkungan ia hidup.

Ratna (2003 : 25) mengatakan, sosiologi sastra adalah penelitian terhadap karya sastra dan keterlibatan struktur sosialnya. Pada dasarnya karya sastra bercerita tentang persoalan-persoalan manusia. Hal itu dipengaruhi oleh apa yang dirasakan, dilihat dan dialami dalam kehidupan sehari-hari.

Sastra menyajikan gambaran kehidupan, kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat dengan orang-orang, antar manusia, antar peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu, sastra dipandang sebagai gambaran dunia dan kehidupan manusia, yang dikenakan pada sastra penggambaran atau yang hendak digambarkan.

2.2.2 Teori Perubahan Karakter

Istilah Karakter menurut Roberts Stanton dalam bukunya An Introduction to Fiction (1965 : 17) dapat merujuk kepada individu dalam cerita atau dengan kata lain karakter atau cerita juga merujuk kepada penyatuan dari kepentingan, emosi dan prinsip-prinsip moral yang membentuk karakter atau dengan kata lain menggambarkan perilaku atau sifat dari cerita. Dalam menganalisis karakter, Stanton mengatakan yang paling utama yaitu dialog dan perilaku.

Dalam buku, Writing Themes about Literature (1983 : 41) oleh Edgar V. Roberts, menyatakan bahwa “karakter” dalam sastra adalah representasi lisan manusia secara luas, khususnya dalam menentukan dirinya melalui pikiran, bicara dan perilaku. Teori ini jelas

menyatakan bahwa dialog, tindakan dan komentar merupakan representasi verbal manusia atau mempunyai dominasi paling penting dalam suatu sastra untuk menciptakan beberapa interaksi tokoh di sekitarnya.

Dengan definisi karakter tersebut, penulis mencoba menganalisis watak dari tokoh-tokoh dalam penelitian ini dengan menggunakan teori dari Edgar V. Roberts dalam buku yang sama mengatakan bahwa ada empat cara untuk menganalisis karakter.

1. Apa yang dikatakan oleh tokoh tersebut tentang dirinya.

2. Apa yang dilakukan tokoh tersebut.

3. Apa yang dikatakan oleh tokoh-tokoh lain tentang dianalisis.

4. Apa yang dikatakan oleh pengarang tentang tokohnya.

Dan dalam mendeskripsikan karakter berkembang penulis menggunakan teori Welleck and Warren (1976) untuk memahami bagaimana aksi dan sikap tokoh-tokoh berubah.

Mereka mendefinisikan karakter berubah ialah karakterisasi statik tidak meninggalkan perubahan yang berarti dari aksi dan tidaklah terjadi secara langsung dalam perubahan hubungan manusia yang menjadi pusat cerita dalam film. Karakterisasi berkembang yaitu memiliki perubahan yang permanen dalam beberapa aspek dari karakter yaitu perubahan secara pribadi, perubahan dari kehidupan, dan perubahan aksi dari perasaan.

Perubahan karakter tidak terjadi dengan sendirinya. Karakter seseorang dapat berubah karena ada faktor tertentu atau objek tertentu, sehingga dapat mempengaruhi perubahan karakter seseorang. Setiap individu memiliki karakter yang berbeda-beda sejak lahir dan terus berkembang sejalan dengan perkembangan usia dan pola fikir masing-masing. Hal itu memicu timbulnya konflik yang mempengaruhi setiap karakter individu, bahkan individu yang masih berinteraksi pihak berkonflik.

Artinya, di dalam suatu kelompok yang mengalami konflik, maka seseorang atau kelompok orang semula memiliki sifat pendiam, penyabar menjadi lebih agresif dan mudah marah, dan sifat jahat berubah menjadi baik dan penolong.

2.2.3 Teori Gambaran Kehidupan

Rene Wellek dan Austin Warren (1973 : 94) mengatakan bahwa kesusastraan ialah gambaran kehidupan dan kehidupan merupakan realitas sosial. Novela juga merupakan salah satu jenis karya sastra yang digunakan pengarang sebagai media untuk menyampaikan dan mengekspresikan pikiran, emosi, dan keyakinannya serta mengkritik realitas kehidupan sosial yang terjadi disekitarnya pada saat tertentu. Novela ialah gambaran kehidupan nyata dan gaya saat novela itu ditulis (Wellek dan Warren, 1956 : 216).

Menurut Reaske (1966 : 5) dalam “How to Analyze Drama” menyatakan bahwa sebuah karya sastra dapat menggambarkan kehidupan dengan mempresentasikan variasi aksi dan dialog antara para karakter.

Sastra menyajikan gambaran kehidupan, kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat dengan orang-orang, antar manusia, antar peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu, sastra dipandang sebagai gambaran dunia dan kehidupan manusia, yang dikenakan pada sastra penggambaran atau yang hendak digambarkan.

Dokumen terkait