Perancangan Tempat Cuci Tangan Otomatis Bagi Siswa Sekolah Dasar
Triarti Saraswati1*, Theodorus Chrisnariyanto2, Tony Wiguna3
1,3Teknik Industri, Universitas Swiss German, Alam Sutra, Tangerang Selatan, Indonesia
2Mekatronika, Universitas Swiss German, Alam Sutra, Tangerang Selatan, Indonesia (*[email protected])
Abstrak – Di masa pandemi ini di mana kebersihan tangan dan lingkungan menjadi prioritas utama, keberadaan tempat cuci tangan perlu disediakan di setiap tempat. Tempat cuci tangan yang ada masih membutuhkan kontak tangan manusia dengan keran pembuka/penutup, maupun saat mengambil sabun. Masalah berikutnya, sebagian besar tempat cuci tangan dibuat untuk ukuran orang dewasa, sehingga sulit bagi anak-anak usia sekolah dasar mencuci tangan di sini. Tujuan dari perancangan ini membuat tempat cuci tangan otomatis, yang bukan hanya air dan sabun secara otomatis keluar, tetapi juga ketinggian tempat cuci tangan yang bisa menyesuaikan diri dengan tinggi pengguna. Data antropometri digunakan sebagai dasar perancangan awal dimana fokus pada sensor untuk menaik-turunkan tempat cuci tangan. Evaluasi secara ergonomi kemudian dilakukan untuk memastikan tempat cuci tangan ini sesuai dengan kriteria ergonomi, seperti pengguna tidak membungkuk saat mencuci tangan dan keamanan tempat cuci tangan tersebut. Evaluasi dilakukan dengan membuat analisa tugas (task analysis) dan gap analysis. Prototipe tempat cuci tangan pertama berhasil berjalan secara otomatis: keran membuka dan menutup secara otomatis, sabun keluar secara otomatis dan ketinggian tempat cuci tangan bergerak secara otomatis pula. Beberapa kekurangan masih ditemukan dan menjadi tantangan untuk merancang tempat cuci tangan yang lebih memenuhi kriteria ergonomi dan mengurangi risiko kerja.
Kata kunci: antropometri; ergonomi; pengembangan produk; tempat cuci tangan otomatis
I. PENDAHULUAN
Pandemi covid 19 yang dimulai sejak akhir tahun 2019 telah meluas ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, hingga saat ini. Berbagai upaya pemerintah dilakukan untuk mencegah penularan virus dengan program 3M:
mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak dengan orang lain. Mencuci tangan merupakan kegiatan yang penting karena tangan kita menyentuh benda-benda yang mungkin terkontaminasi penyakit dan tangan juga kita pergunakan untuk makan dan menyentuh tubuh, terutama muka dan mulut. Sehingga kebersihan tangan menjadi fokus penting dalam menjaga kebersihan dan kesehatan.
Namun, tempat cuci tangan di tempat umum menggunakan standar orang dewasa sehingga anak-anak usia sekolah dasar akan kesulitan untuk mencuci tangan karena posisi keran maupun baskom pencuci tangan yang terlalu tinggi. Sehingga perlu dipikirkan untuk menyediakan tempat cuci tangan yang sesuai bagi anak usia sekolah dasar dan bisa dipindahkan tempatnya supaya bisa dipergunakan di manapun tempat cuci tangan ini dibutuhkan.
Tempat cuci tangan dengan keran dan sabun otomatis sudah banyak ditemui di banyak pusat belanja di Jakarta, tetapi tempat cuci tangan dengan ketinggian yang bisa diatur untuk mengakomodasi kebutuhan anak sekolah atau pun orang dengan kursi roda, untuk bisa mencuci tangan dengan nyaman. Penelitian tempat cuci tangan yang otomatis air dan sabun mengalir sudah dilakukan, seperti yang dilakukan Huriyatul Fitriah (2018) dan Ikechukwu (2014).
Berdasarkan kebutuhan tempat cuci tangan yang dapat digunakan oleh anak usia sekolah dasar, dimana ketinggian anak-anak usia 6 hingga 12 tahun ini variasinya cukup besar, maka para peneliti di SGU berusaha mengembangkan tempat cuci tangan yang bukan hanya otomatis di air dan sabun, tetapi juga bisa diatur ketinggiannya mengikuti tinggi tubuh pengguna. Diharapkan, saat mencuci tangan pengguna tidak perlu membungkukkan badannya sehingga kenyamanan punggung pengguna terjaga saat mencuci tangan.
Tujuan dari penelitian adalah membuat tempat cuci tangan otomatis yang ergonomis dan higienis sehingga pengguna tidak perlu menyentuhkan tangan ke keran ataupun tempat sabun pada saat mencuci tangannya.
Selain itu, tempat cuci tangan ini diharapkan mampu memenuhi persyaratan ergonomi pada saat pengguna mencuci tangan, dalam hal ini postur tubuh pengguna tegak sehingga mengurangi rasa tidak nyaman pada punggung, terutama apabila pekerjaan mencuci tangan ini dilakukan dalam waktu cukup lama.
Perancangan ini terbagi menjadi beberapa tahap penelitian. Tahap pertama membuat prototipe tempat cuci tangan otomatis dan tahap kedua meneliti bagaimana posisi baskom pencuci tangan yang baik sehingga kriteria
ergonomi, tubuh tegak saat mencuci tangan, terpenuhi. Pembahasan penelitian ini terbatas di tahap kedua pengembangan tempat cuci tangan.
II. STUDI LITERATUR
Ergonomi merupakan suatu bidang ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dengan pekerjaannya, apakah itu mesin atau situasi bekerja (Bridger, 2003) dan bagaimana pengaruhnya terhadap manusia.
Tujuannya untuk meningkatkan kinerja kerja manusia dengan memperbaiki desain/perancangan sehingga interaksi antara manusia dengan mesin atau alat menjadi lebih baik.
Tahapan pertama untuk merancang sebuah produk adalah menentukan populasi pengguna dan kemudian merencanakan ukuran produk sehingga dapat digunakan dengan nyaman oleh semua pengguna, setidaknya memenuhi 90 % populasi (Bridger, 2003). Diperlukan data statistik ukuran pengguna yang tercakup dalam data antropometri.
A. Antropometri
Antropometri merupakan cabang ilmu ergonomi yang melakukan pengukuran fisik tubuh manusia, seperti tinggi badan, lebar bahu, panjang lengan atau jangkauan tangan manusia; karena setiap individu memiliki ukuran yang berbeda, pada kenyataannya, di semua ukuran fisik manusia.
Penggunaan data antropometri memungkinkan meletakkan manusia sebagai pusat dari perancangan sebuah produk (Sandom dan Harvey, 2009). Sistem tidak dapat dikatakan sebagai terintegrasi apabila tidak cocok dengan target pengguna, termasuk di dalamnya teknologi atau peralatan yang digunakan, dan lingkungan dimana sistem tersebut digunakan. Perancangan dengan menempatkan manusia seperti ini, desain berpusat pada manusia, telah menjadi prinsip faktor manusia dan ergonomi yang telah diterapkan sebagai standar internasional BS EN ISO 13407 ‘Human-centred design processes for interactive systems’ (Sandom dan Harvey, 2009).
Beberapa proyek pembuatan tempat cuci tangan otomatis telah dilakukan, seperti contohnya sebuah proyek di Nigeria, Afrika yang dilakukan oleh University Ulianambra (Ikechukwu, 2014) yang membuat perancangan tempat cuci tangan dan pengering otomatis. Meskipun data antropometri digunakan dalam penelitian ini, tetapi proyek ini lebih fokus pada sistem otomasi di sabun dan pengering dengan mengatur ketinggian tempat cuci tangan yang tepat. Begitu juga dengan penelitian yang telah dilakukan oleh H. Fitriyah (2018), yang mengembangkan tempat cuci tangan otomatis, dalam hal ini air dan sabun keluar dan terhenti secara otomatis.
Penelitian ini belum menggunakan data antropometri dalam pengembangan produknya.
B. Operator Berdiri
Prinsip desain yang dijadikan acuan bagi perancangan ini adalah pedoman bagi pekerjaan yang dilakukan secara berdiri (standing operator). Pekerjaan mencuci tangan biasa dilakukan dalam waktu 30-60 detik, tergantung dari ketelitian dan detail mencuci tangan. Meskipun demikian, ketinggian dari baskom pencuci tangan ini harus mengikuti pedoman ketinggian meja pada operator yang bekerja berdiri.
Pada posisi berdiri yang relaks, aktivitas yang dilakukan otot-otot tubuh manusia sangat sedikit, karena lengkungan tulang punggung bawah akan meminimalkan gerakan membungkuk ke depan (Bridger, 2003).
Pada saat badan agak membungkuk ke depan, otot punggung akan mulai bekerja untuk menjaga keseimbangan badan. Apabila postur ini dipertahankan untuk waktu yang lama, otot punggung yang bekerja ini akan lelah dan risiko cedera mungkin terjadi di otot yang lelah ini.
Gambar 1. Panduan ketinggian meja untuk pekerja berdiri secara ergonomi
Para peneliti telah menentukan ketinggian meja kerja bagi pekerja berdiri, seperti ditunjukkan pada gambar 1. Ketinggian meja ini ditentukan oleh jenis pekerjaan yang dilakukan, seperti pekerjaan berulang, mengerjakan tugas-tugas ringan maupun pekerjaan berat. Panduan ini berguna untuk menentukan tinggi meja saat melakukan pekerjaan, dalam hal ini mencuci tangan; dimana ketinggian baskom pencuci tangan harus setinggi siku dalam posisi lurus.
C. Task Analysis
Task Analysis atau analisa tugas merupakan nama yang diberikan kepada suatu rangkaian teknik untuk menelaah bagaimana manusia menjalankan suatu tugas (Sandom, 2009), seperti pekerjaan memotong kain untuk menjahit baju. Teknik analisa tugas (task analysis) dapat digunakan untuk memastikan bahwa sistem yang dirancang sedemikian rupa sehingga mampu membantu pengguna melakukan tugas secara aman dan efektif, atau dapat dipergunakan juga untuk mengidentifikasi fitur spesifik yang berkaitan dengan tugas sehingga mampu meningkatkan kinerja sistem yang telah ada.
Proses analisa tugas penting dibuat untuk memberikan pengertian mengenai persyaratan seseorang saat melaksanakan tugas tersebut dan kemudian dipergunakan untuk melakukan penilaian apakah tugas yang dilaksanakan sudah memenuhi persyaratan yang telah dirancang.
D. Gap Analysis
Gap analysis atau analisa kesenjangan merupakan suatu analisa yang membandingkan antara kinerja yang berlaku dengan kinerja yang diinginkan dalam menjalankan suatu tugas (sumber Wikipedia). Analisa kesenjangan ini dapat dipergunakan oleh organisasi untuk melakukan perubahan dan perbaikan untuk mencapai kondisi yang diharapkan sebuah organisasi (Sora Kim and Yingru, 2018).
Berdasarkan Sora dan Yingru (2018) analisa kesenjangan dapat dipergunakan di berbagai bidang ilmu, seperti manajemen, marketing, komunikasi dan sebagainya. Dan bergantung dari fungsinya, berbagai kesenjangan dapat diidentifikasikan, seperti kesenjangan pasar, kesenjangan produk, kesenjangan harapan, kesenjangan kinerja dan sebagainya. Kesenjangan ini dapat di anggap sebagai indikator adanya kegagalan dalam organisasi untuk mencapai kinerja organisasi yang diharapkan.
III. METODOLOGI
Penelitian yang akan dibahas di sini dilakukan dalam dua tahap, pertama perancangan tempat cuci tangan yang dapat bergerak naik-turun secara otomatis untuk menyesuaikan dengan tinggi pengguna, dalam hal ini siswa sekolah dasar (Theodorus, 2020). Tujuan dari penelitian tahap pertama ini untuk mengembangkan tempat cuci tangan yang dapat digunakan oleh berbagai tinggi tubuh manusia dengan nyaman karena ketinggian tempat cuci tangan yang sesuai..
Tahap kedua dilakukan untuk mengevaluasi prototipe penelitian tahap pertama apakah sudah memenuhi persyaratan ergonomi dengan melakukan observasi, pengumpulan data antropometri, membuat analisa tugas dan analisa kesenjangan untuk kemudian membuat pedoman baru bagi desain tempat cuci tangan yang sesuai dengan ketinggian tubuh manusia (Wiguna, 2021).
Pendekatan penelitian dilakukan dengan menggunakan metode DMADV (define, measure, analize, design, validate), dimana pada tahap define ditentukan permasalahan penelitian yang akan dilakukan. Pada
tahap measure untuk melakukan pengukuran bagi pengumpulan data-data yang diperlukan dalam hal ini adalah data antropometri. Data yang terkumpul kemudian diproses dan dianalisa menggunakan task analysis dan gap analysis. Berdasarkan gap analysis kemudian mulai dilakukan perancangan untuk memperbaiki desain prototipe tahap pertama. Validasi dari rancangan yang baru ini dilakukan menggunakan jack human modeling untuk memastikan bahwa pengukuran sudah memberikan hasil yang diharapkan.
IV. HASIL DAN DISKUSI A. Observasi dan Evaluasi
Prototipe tempat cuci tangan pertama yang sudah dibuat dievaluasi dengan melakukan observasi postur tubuh pengguna saat mencuci tangan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2. Hasil pengujian prototipe pertama menunjukkan baskom pencuci tangan berhasil naik dan turun sesuai ketinggian pengguna, tetapi seperti ditunjukkan pada Gambar 2, postur tubuh pengguna masih membungkuk pada saat mencuci tangan, hal yang ingin dihindari untuk desain tempat cuci tangan.
Merujuk pada Gambar 1 dimana pekerjaan mencuci tangan ini merupakan pekerjaan ringan, sehingga posisi baskom pencuci tangan ini harus berada di bawah/sejajar siku tangan, maka penghitungan algoritma posisi yang tepat untuk ketinggian baskom perlu diperbaiki dan ditentukan ulang.
Berdasarkan protipe pertama ini ketinggian tempat cuci tangan baru bergerak kembali ke posisi awal (homing) setelah 30 detik sensor mendeteksi tidak ada orang di depan pencuci tangan. Setelah ada orang masuk kembali ke depan tempat pencuci tangan, sensor akan membaca lagi dan posisi baskom pencuci tangan akan bergerak ke posisi sesuai ketinggian pengguna. Hal ini tidak memungkinkan apabila ada antrian beberapa orang yang ingin mencuci tangan, karena 30 detik waktu yang terlalu lama bagi orang untuk menunggu untuk mencuci tangan.
Tahap selanjutnya perlu dibuat suatu alur bagaimana pekerjaan mencuci tangan ini dilakukan untuk memberikan gambaran pengerjaan mencuci tangan ini dilakukan dan alur ini akan digunakan sebagai panduan dalam merancang tempat cuci tangan yang baru. Task analysis dibuat untuk memenuhi tujuan ini.
Sumber: (Theodorus, 2020 dan Wiguna, 2021)
Gambar 2. Uji coba mencuci tangan menggunakan prototipe pencuci tangan B. Task Analysis dan Gap Analysis
Proses melakukan cuci tangan bagi siswa sekolah dasar ini perlu dibuat untuk memberi gambaran dan panduan bagi perancangan pencuci tangan otomatis ini, dibuat dalam bentuk task analysis. Gambar 3 menunjukkan bagaimana seorang siswa mulai berjalan ke depan tempat cuci tangan dan mulai membasahi tangan, memberi sabun ke tangan dan kemudian mulai mencuci tangan. Setelah selesai dia akan berjalan menjauh dan siswa berikutnya mulai berjalan menuju tempat cuci tangan.
Berdasarkan task analysis yang dibuat oleh Wiguna (2021) diperlukan sekitar 40 detik bagi seorang siswa untuk mencuci tangan. Dalam sebuah antrian di sekolah dasar, tidak mungkin bagi seorang siswa untuk menunggu 30 detik, waktu yang diperlukan bagi tempat cuci tangan bergerak menuju homing dan kemudian ke posisi sesuai tinggi anak, dimana siswa sekolah ini cenderung untuk cepat-cepat berlari untuk mencuci tangan.
Berdasarkan hasil pengamatan ini, gap analysis perlu dibuat untuk bisa mendapatkan gambaran secara menyeluruh apakah tempat cuci tangan ini sudah memenuhi harapan dan bila belum dapat diketahui hal-hal yang diperlukan untuk pengembangan ke desain yang lebih baik.
Sumber: (Wiguna, 2021)
Gambar 3. Task analysis mencuci tangan siswa sekolah dasar
Ada dua kondisi yang memerlukan perhatian, seperti yang ditunjukkan Tabel 1, yaitu postur tubuh dan waktu seseorang diijinkan masuk untuk mencuci tangan. Pada penelitian tahap kedua ini, perhatian difokuskan pada sisi ergonomi perancangan tempat cuci tangan, sehingga masalah postur tubuh yang masih membungkuk yang menjadi perhatian utama. Sedangkan masalah sensor akan menjadi fokus di penelitian berikutnya.
Tabel 1
Gap analysis tempat cuci tangan otomatis
No Pengukuran Kondisi Saat ini Kondisi yang diharapkan Perbaikan
1 Postur tubuh pengguna - postur membungkuk - postur tegak saat mencuci tangan
- posisi tempat cuci tangan sejajar siku
- jarak keran air harus sejauh jarak siku ke ujung jari 2 Waktu masuk tempat cuci
tangan - harus menunggu 30 detik
kosong baru tempat cuci tangan menuju posisi ‘homing’
- pengguna berikut dapat langsung masuk setelah pengguna sebelum nya selesai
- posisi ‘homing’ adalah posisi terakhir sink
- perlu mencari sensor yang langsung bisa membaca tanpa jeda
C. Analisa Postur
Postur tubuh saat mencuci tangan akan tegak apabila ketinggian tempat cuci tangan berada di sekitar pinggang atau tepat di bawah siku yang membentuk sudut kurang dari 150 (Gambar 4c). Apabila ketinggian tempat cuci tangan di bawah pinggang menyebabkan orang membungkuk pada saat mencuci tangan (Gambar 4b). Berdasarkan hasil pengamatan ini, maka ketinggian tempat cuci tangan dapat ditentukan dari tinggi seseorang dengan mengikuti data antropometri.
Washing hands in regular hand washer sink
Move towards the sink
Stand in front of the sink (2 sec)
Wash hands
Turn the faucet on (2 sec)
Wet your hands (5 sec)
Soap your hands (6 sec)
Turn faucet off and rub your hands (10 sec)
Turn on the faucet and rinse your
hands (7 sec)
Turn the faucet off and dry your hands (4 sec)
Finish washing hands
User change after washing hands
(3sec)
(a) (b) (c) Gambar 4. Hubungan ketinggian tempat cuci tangan dengan postur tubuh
Hasil ini didukung dengan hasil percobaan yang dilakukan oleh Ju-Hwan Bae dan Inhyuk Moon (2014) dari departemen Mekatronika dari Dong-Eui University, Korea, Mereka melakukan percobaan untuk membuat tempat cuci tangan yang bisa diatur ketinggiannya. Hasil percobaan tersebut mengatakan bahwa ketinggian tempat cuci tangan yang baik berdasarkan antropometri harus berada di bawah siku pengguna yang berdiri dalam posisi tegak menghadap tempat cuci tangan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pergerakan punggung bawah akan terjadi pada saat posisi tempat cuci tangan rendah, sehingga ada jarak yang lebar antara siku dan tempat cuci tangan. Posisi ini menyebabkan pengguna akan membungkukkan bagian tubuh sebelah atas mendekati tempat cuci tangan. Untuk mencegah hal ini terjadi, posisi tempat cuci tangan harus sejajar atau mendekati ketinggian siku tangan pengguna. Posisi yang lebih tinggi dari siku akan menyebabkan perubahan gerakan tangan (Ju-Hwan and Moon, 2014).
Selain itu, lebar baskom pencuci tangan juga memiliki peran dalam menentukan postur tubuh pengguna saat mencuci tangan. Gambar 4.a menunjukkan postur tubuh yang tegak saat mencuci tangan dengan ketinggian tempat cuci tangan tepat di bawah siku dan lebar baskom pencuci tangan ukurannya tidak melebihi jarak dari siku ke jari tangan. Simulasi pada saat lebar baskom melebihi panjang lengan bawah seperti yang terlihat pada gambar 5.
Sumber: (Ju-Hwan dan Moon, 2014)
Gambar 5. Simulasi postur tubuh saat keran air jauh melebihi panjang lengan bawah D. Pedoman Pembuatan Tempat Cuci Tangan
Prototipe kedua yang dibuat berdasarkan evaluasi prototipe 1 berhasil membuat tempat cuci tangan yang dapat bergerak naik-turun sesuai tinggi pengguna dan pengguna dapat mencuci tangan dengan postur tubuh tegak (Gambar 6). Hal ini penting untuk menjaga kenyamanan tubuh pengguna saat mencuci tangan, terutama apabila pekerjaan ini dilakukan untuk waktu lama seperti mencuci piring. Gambar 6 menunjukkan posisi baskom pencuci tangan yang berada sejajar dengan pinggang dan baskom pencuci tangan yang tidak terlalu lebar dapat membuat postur tubuh pengguna tetap tegak saat mencuci tangan.
Gambar 6. Postur tubuh saat mencuci tangan hasil prototipe 2
Berdasarkan hasil evaluasi ini kemudian disusun pedoman ukuran yang dapat dipergunakan untuk membuat tempat cuci tangan yang ergonomis. Pedoman yang disusun saat ini meliputi:
1. Ketinggian baskom tempat cuci tangan harus sejajar atau boleh sedikit lebih rendah dari pinggan/siku pengguna
2. Lebar baskom tidak boleh terlalu lebar, jarak dari ujung baskom ke keran harus maksimum adalah jarak dari lengan ke ujung jari untuk memastikan postur tubuh pengguna tetap tegak
3. Sensor yang digunakan harus mampu mendeteksi perpindahan pengguna satu ke pengguna berikutnya 4. Posisi terakhir kedudukan baskom adalah posisi homing, sehingga kedudukan pencuci tangan dapat
langsung bergerak ke posisi yang seharusnya
Tabel 2
Pedoman ukuran desain tempat cuci tangan
Kriteria Desain Data Antropometri
5th percentile 50th percentile 95th percentile Ukuran desain
Tinggi tempat cuci tangan 62.44 77.5 92.7 adjustable
Lebar tempat cuci piring 27.54 33.59 33.63 28 - 32
V. KESIMPULAN
Tempat cuci tangan merupakan hal penting dimasa pandemi ini, sehingga keberadaan tempat cuci tangan yang sesuai bagi siswa sekolah dasar sangat penting. Mengingat variasi tinggi siswa sekolah dasar cukup besar, sehingga tempat cuci tangan yang bisa menyesuaikan dengan ketinggian siswa yang bervariasi ini sangat penting.
Penelitian tahap pertama berhasil membuat tempat cuci tangan yang bergerak secara otomatis sesuai ketinggian pengguna, tetapi postur tubuh pengguna masih membungkuk. Task analysis kemudian dibuat sebagai panduan untuk memperbaiki rancangan tempat cuci tangan yang bisa diatur ketinggiannya. Gap analysis juga dibuat untuk mencari perbaikan yang dapat dilakukan sebagai pedoman untuk perancangan selanjutnya. Hasil yang didapat adalah:
1. Ketinggian tempat cuci tangan harus berada di bawah siku pengguna saat berdiri tegak di depan tempat cuci tangan
2. Lebar tempat cuci tangan tidak boleh melebihi panjang lengan bawah (jarak dari siku ke pergelangan tangan) untuk menjamin postur pengguna tetap tegak
3. Posisi homing adalah posisi terakhir kedudukan tempat cuci tangan, sehingga sensor dapat langsung mendeteksi dan pindah ke posisi yang baru
Panduan ini akan dipergunakan untuk memperbaiki prototipe yang sudah ada, sehingga tempat cuci tangan yang sudah diperbaiki nantinya dapat memenuhi kriteria ergonomi, dalam hal ini postur tubuh pengguna tetap tegak selama mencuci tangan ataupun mencuci piring.
DAFTAR PUSTAKA
Antropometri Indonesia (September 2021). Data Antropometri anak SD.
http://antropometriindonesia.org/index.php/detail/artikel/4/10/data_antropometri Bridger, R.S (2003). Introduction to Ergonomics. Routledge, 2nd edition
Huriyatul Fitriah et.al (2018) , Interaction Design of Automatic Faucet for Standard Hand-Wash, MATEC
Web of Conference, January 2018,
https://www.researchgate.net/publication/323451323_Interaction_design_of_automatic_faucet_for_stan dard_hand-wash
Ikechukwu, G.A (2014). Design and Characterization of Automatic Hand Washing and Drying Machine.
American Academic and Scholarly Research Journal, Vol. 6 No. 4, 2014, source:
https://www.researchgate.net/publication/341712603_Design_and_Characterization_of_Automatic_Han d_Washing_and_Drying_Machine, download 24 September 2021
Ju-Hwan Bae and Inhyuk Moon (2014). A Guideline for Height-Adjustable Basin Based on Biomechanic Analysis and Usability Tests. Resna Annual Conference 2014.
https://www.resna.org/sites/default/files/conference/2014/JEA/Bae.html
Kroemers (2001). Ergonomics: How to Design for Ease and Efficiency. Prentice Hall International Series, 2nd edition
Sandom, Carl and Harvey, Roger S. (2009). Human Factors for Engineers. The Institute of Engineering and Technology, UK
Sora Kim and Yingru (2018), Gap Analysis. Research Gate article https://www.researchgate.net/publication/327879112_Gap_Analysis/link/5ea055fc299bf1f16571f89f/do wnload October 2021
Theodorus Chrisnariyanto (2020). Designing and Constructing an Automatic Hand Washer for Elementary School Children with Adjustable Sink. [Unpublish bachelor Thesis]. Swiss German University
Tony Wiguna, (2021). Designing Hand Washer Sink for Primary Students from Ergonomic Perspective.
[Unpublishjed bachelor thesis]. Swiss German University
Wikipedia (2021). Gap Analysis. https://en.wikipedia.org/wiki/Gap_analysis